BAB II REV -...

37
8 BAB II KUALITAS TES : VALIDITAS DAN RELIABILITAS A. Tes 1. Beberapa Istilah yang Terkait Di dalam proses pendidikan akan selalu ada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan. Keputusan – keputusan ini, yang disebut dengan keputusan pendidikan, hanya akan dapat diambil dengan bijaksana dan tepat apabila dilandasi dengan informasi yang relevan dan akurat. Salah satu sumber informasi yang terpenting dalam hal ini adalah hasil pengukuran yang diperoleh dari tes. 1 Sebelum sampai pada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah – istilah yang berhubungan dengan tes. a. Tes Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. 2 b. Testing Testing merupakan saat pada waktu tes itu sedang dilaksanakan atau berlangsung. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes. 3 c. Testee Testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Jadi orang-orang inilah yang sedang dinilai, diukur baik kemampuan, minat, pencapaian prestasi. 4 1 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi (Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar), (Yogyakarta : Liberty, 1987), hlm. 8. 2 Suharsimi Arikunto, Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta : Bumi Aksara, 1990), hlm. 51. 3 Ibid. 4 Ibid.

Transcript of BAB II REV -...

Page 1: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

8

BAB II

KUALITAS TES :

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

A. Tes

1. Beberapa Istilah yang Terkait

Di dalam proses pendidikan akan selalu ada situasi yang

memerlukan pengambilan keputusan. Keputusan – keputusan ini, yang

disebut dengan keputusan pendidikan, hanya akan dapat diambil dengan

bijaksana dan tepat apabila dilandasi dengan informasi yang relevan dan

akurat. Salah satu sumber informasi yang terpenting dalam hal ini adalah

hasil pengukuran yang diperoleh dari tes.1

Sebelum sampai pada uraian yang lebih jauh, maka akan

diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah – istilah yang berhubungan

dengan tes.

a. Tes

Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara

dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.2

b. Testing

Testing merupakan saat pada waktu tes itu sedang dilaksanakan

atau berlangsung. Dapat juga dikatakan testing adalah saat

pengambilan tes.3

c. Testee

Testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Jadi

orang-orang inilah yang sedang dinilai, diukur baik kemampuan,

minat, pencapaian prestasi.4

1 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi (Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi

Belajar), (Yogyakarta : Liberty, 1987), hlm. 8. 2 Suharsimi Arikunto, Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta : Bumi Aksara,

1990), hlm. 51. 3 Ibid. 4 Ibid.

Page 2: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

9

d. Tester

Tester adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan

pengambilan tes terhadap para responden atau testee.5

2. Pengertian Tes

Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk

mengukur tanah. Dalam bahasa Prancis kuno, kata tes berarti ukuran

yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta

logam lainnya.6

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, tes adalah Ujian secara

tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan,

kemampuan, bakat, dan kepribadian seorang individu.7

Dalam Encyclopedia of Educational Evaluation, tes diartikan;

“any series of questions or exercises or other means of measuring the skill, knowledge, intelligence, capacities or aptitudes of an individual or group”. 8

Artinya : Seperangkat pertanyaan atau latihan atau alat pengukur

kemampuan, pengetahuan, kepandaian, kapasitas atau

kecerdasan lain dari suatu kelompok atau individu.

Kemudian dalam Ensiklopedi Pendidikan, yang dimaksud dengan

tes adalah :

“ suatu percobaan untuk secara bertanggung jawab mendapatkan gambaran mengenai sifat-sifat, kemampuan-kemampuan, temperamen, dan kepribadian orang, biasanya untuk dapat mengetahui bagaimana orang harus diperlakukan, pekerjaan apa bagi seseorang akan lebih sesuai “.9

5 Ibid. 6 Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Rajawali, 1991), hlm. 43. 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. IX, hlm. 1050. 8 Anderson, et. al., Encyclopedia of Educational Evaluation, (London : Jossey-Bass Inc.,

Publishers, 1981), hlm. 425. 9 R. Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1982)

hlm. 359.

Page 3: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

10

Menurut Sumadi Suryabrata, mendefinisikan tes adalah sebagai

berikut :

“Tes adalah pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah – perintah yang harus dijalankan, yang berdasar atas bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan dan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee yang lain”.10

Pengertian tes menurut Wayan Nurkancana adalah :

“Suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan”. 11

Selanjutnya Muchtar Buchori juga mendefinisikan tes, sebagai

berikut :

“Tes adalah suatu percobaan yang kita diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid.” 12

Menurut Cronbach dalam bukunya Essentials of Psychological

Testing, mendefinisikan tes sebagai berikut :

“A test is a systematic procedure for comparing the behavior of two or more person”.13

Artinya : Tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk

membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.

10 Sumadi Suryobroto, Pembimbing Ke Psikodiagnostik, (Yogyakarta: Andi Offset, 1984),

hlm. 22 11 Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1986), cet. IV,

hlm. 25. 12 Muchtar Buchori, Teknik – Teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Bandung : Jemmars,

1980), hlm. 119. 13 L J. Cronbach, Essential of Psychological Testing, (New York : Harper, 1970), hlm. 21.

Page 4: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

11

Kemudian menurut Doughlas Brown, dalam kitab Ususu at-

Ta’allumi al-Lughoti wa Ta’liimiha terjemahan oleh Abdul ar-Rajhi ,

tes diartikan sebagai berikut :

14طريقة لقياس االفراد ومعارفهم ىف جمال معني: واالختبار

Artinya : “Tes dalam pengertian yang singkat adalah Cara untuk mengukur pengetahuan individu (testee) dalam bidang tertentu”.

Dari beberapa pengertian tes diatas dapat disimpulkan bahwa, tes

adalah merupakan suatu alat pengumpul informasi yang di dapat dengan

melalui pertanyaan, petunjuk, latihan, perintah kepada testee untuk

merespon sesuai dengan petunjuk atau prosedur itu, kemudian hasilnya

oleh tester diolah secara sistematis menuju suatu arah kesimpulan yang

menggambarkan tingkah laku subyek tersebut.

3. Macam – Macam Tes

Tes yang merupakan salah satu teknik dalam evaluasi memiliki

berbagai macam dan bentuk. Disini akan kami bahas tentang macam-

macamnya. Secara umum tes dibedakan :

a. Berdasarkan Obyek Pengukurannya

Yaitu terdiri atas tes kepribadian (Personality Test) dan tes

hasil belajar (Achievement Test).

1) Tes Kepribadian (Personality Test)

Tes kepribadian adalah Tes yang ditujukan untuk

mengukur salah satu atau lebih aspek-aspek non intelek dari

susunan mental atau psikologis individu. 15

Yang termasuk dalam jenis tes ini dan banyak

digunakan dalam pendidikan adalah : Pengukuran sikap, b)

Pengukuran minat, c) Pengukuran bakat, d) Tes inteligensi.

14 Doughlas Brown, Ususu at-Ta’allumi al-Lughoti wa Ta’liimiha, Terj. Abdul Rajhi dan

Ali Ali Ahmad Syu’ban, (Arab : Darun an-Nahdhoh), hlm. 266 15 Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 44.

Page 5: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

12

2) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes prestasi / hasil belajar adalah tes yang mengukur

tingkat mana seseorang telah mencapai sesuatu dengan

mempelajari informasi tertentu atau menguasai kemampuan

tertentu biasanya sebagai akibat dari petunjuk / perintah

khusus. 16

Tes prestasi pada umumnya mengukur penguasaan

dan kemampuan para peserta didik secara individual dalam

cakupan dan ilmu pengetahuan yang telah ditentukan oleh

guru yang itu semua dilakukan oleh mereka selama waktu

tertentu dan terjadi dalam proses belajar mengajar.17

b. Berdasarkan Fungsinya

Berdasarkan fungsinya tes dibedakan menjadi empat jenis,

yaitu :

1) Tes penempatan

Tes penempatan adalah tes untuk mengukur kemampuan dasar

yang dimiliki oleh anak didik; kemampuan tersebut dapat

dipakai meramalkan kemampuan peserta didik pada masa

mendatang, sehingga kepadanya dapat dibimbing, diarahkan

sesuai dengan kemampuan dasarnya.18

2) Tes formatif

Tes formatif adalah tes yang dilakukan pada saat proses belajar

mengajar sedang berlangsung, digunakan untuk mencari

umpan balik guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi

guru dan murid.19

16 Ibid. 17 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan ( kompetensi dan Praktiknya ), (Jakarta:

Bumi Aksara, 2003) , hlm. 139. 18 Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, PBM PAI di Sekolah (Eksistensi dan Proses Belajar

Mengajar Pendidikan Agama Islam), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 289. 19 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm. 284.

Page 6: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

13

3) Tes diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

atau mencari sebab-sebab kegagalan atau kesulitan belajar

pada peserta didik.20

4) Tes Sumatif

Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan pada akhir program

pembelajarn atau semester digunakan untuk mengukur atau

menilai sampai dimana pencapaian peserta didik terhadap

bahan pelajaran yang telah diajarkan, dan selanjutnya untuk

menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan peserta didik yang

bersangkutan.21

c. Berdasarkan Tingkatnya

Selanjutnya berdasarkan tingkatnya tes dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu :

1) Tes standar

Tes standar adalah tes yang telah mengalami proses

standarisasi, yakni proses validasi dan keandalan sehingga tes

tersebut benar - benar valid dan andal untuk suatu tujuan da

bagi suatu kelompok tertentu. Tes standar juga digunakan

sebagai alat pengukur untuk membandingkan perorangan atau

kelompok siswa yang tidak dapat dilakukan oleh tes buatan

guru.22

2) Tes non standar

Tes non standar adalah tes yang dibuat oleh pengajar atau

guru yang belum memiliki keahlian profesional dalam

penyusunan tes, atau mereka yang memiliki keahlian tetapi

tidak sempat menyusun tes secara baik, mengujicobakan,

20 Ibid. 21 Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 48. 22 Sri Esti Wuryani djiwandono, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Grasindo, 2002), hlm.

409.

Page 7: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

14

melakukan analisis sehingga validitas dan reliabilitasnya

belum dapat dipertanggung jawabkan.23

4. Bentuk – Bentuk Tes

Ditinjau dari bentuknya tes dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a). Tes tertulis

Tes tertulis adalah jenis tes dimana tester dalam mengajukan

butir – butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan

testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.24

Tes tertulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian,

yaitu :

1) Tes Obyektif

Tes obyektif adalah tes yang butir soalnya dapat

dijawab dengan jawaban yang sudah tersedia; sehingga peserta

tes menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab

benar maupun mereka yang menjawab salah.25

Bentuk obyektif tes ada beberapa macam, antara lain :

a) Completion Test, terdiri atas :

(1). Completion test (tes melengkapi)

(2). Fill-in (mengisi titik-titik dalam kalimat yang

dikosongkan)

Completion test dan Fill-in adalah merupakan

tes yang menggunakan jawaban pendek dan bebas,

butir soalnya berupa kalimat dimana bagian – bagian

tertentu di hilangkan atau harus diisi dan tidak hanya

mengenai satu hal saja melainkan bisa bermacam

hal.26

23 Chabib Thoha, Loc. Cit., hlm. 52. 24 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta : Raja Grafindo, 2003), hlm.

75. 25 Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, Op. Cit.,, hlm. 298.. 26 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung :

Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 40.

Page 8: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

15

b) Selection Type Test (tes yang menjawabnya dengan

mengadakan pilihan) yang terdiri atas :

(1). True-false (benar – salah)

Tes seperti ini terdiri dari kalimat atau

pernyataan yang mengandung dua kemungkinan

jawab: benar atau salah, dan testee diminta memilih

apakah pernyataan – pernyataan tersebut benar atau

salah dengan cara terterntu 27

(2). Multiple choice (pilihan ganda)

Tes seperti ini adalah tes obyektif yang terdiri

atas pernyataan atau pertanyaan yang sifatnya belum

selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih

salah satu atau lebih dari beberapa kemungkinan

jawab yang telah disediakan pada tiap – tiap butir

soalnya.28

(3). Matching (menjodohkan)

Matching test pada umumnya disampaikan

dalam bentuk dua lajur, lajur kiri dan lajur kanan.

Kemudian setiap lajur kiri yang merupakan tempat

atau posisi dari soal atau pertanyaan, sedangkan

untuk lajur kanan adalah tempat jawaban.

Selanjutnya jawaban disi pada tempat jawaban yang

telah ada.29

27 Sri Esti W.D., Op. Cit., hlm. 425. 28 Anas Sudijono, Op.cit., hlm. 118. 29 Sri Esti W.D., Loc. Cit., hlm. 432.

Page 9: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

16

2) Tes Subyektif

Tes subyektif juga sering disebut dengan tes uraian,

sehingga dalam tes ini peserta didik memiliki kebebasan

dalam menentukan jawaban, yang mengakibatkan data

jawaban akan bervariasi dan menimbulkan subyektivitas dalam

penilaiannya.30

b). Tes Lisan

Tes lisan adalah tes dimana tester di dalam mengajukan

pertanyaan–pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan

testee memberikan jawabannya juga secara lisan pula.31

c). Tes Tindakan

Tes tindakan adalah “tes yang persoalan atau pertanyaan

disampaikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh

peserta didik. Alat yang dapat digunakan tes ini adalah berupa

observasi atau pengamatan terhadap tingkah laku tersebut, yang

hasilnya kemudian diserahkan pada guru.32

5. Kriteria Tes yang Baik

Suatu tes dapat dikatakan baik bilamana tes tersebut memiliki

ciri sebagai alat ukur yang baik. Kriterianya antara lain :

a. Memiliki Validitas (keshahihan) yang cukup tinggi

Suatu tes dikatakan valid atau shahih jika tes tersebut

mengukur tujuan atau salah satu aspek tujuan yang peneliti ukur.

Salah satu metode penentuan kevalidan tes prestasi yaitu

mempelajari isi tes.33 Untuk penjelasan lebih lanjut akan kami

jelaskan pada sub berikutnya.

30 Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, Loc. Cit.,, hlm. 298.. 31 Anas Sudijono, Loc. Cit.,, hlm. 75. 32 W.S. Winkel S.J., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : Gramedia,

1983), hlm. 106. 33 Charles E. Skinner (ed.), Essentials of Educational Psichology, (Englewood Cliffs :

Prentice-Hall, Inc, tt), hlm. 444..

Page 10: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

17

b. Memiliki Reliabilitas (keajegan / kestabilan) yang baik

Tes dikatakan reliabel jika mengukur secara konsisten.

Reliabel tes tidak ditentukan dengan mengujikan tes itu sendiri,

namun tes sebenarnya harus diuji cobakan untuk menghasilkan

informasi yang diinginkan.34

c. Memiliki Nilai Objektivitas

Objektivitas suatu tes ditentukan oleh tingkat atau kualitas

kesamaan skor-skor yang diperoleh dengan tes tersebut meskipun

hasil tes itu dinilai oleh beberapa orang penilai. Untuk itu

diperlukan kunci jawaban tes (scoring key).

Kualitas objektivitas suatu tes dapat dibedakan menjadi

tiga tingkatan, yaitu :35

1) Tinggi, yaitu jika hasil-hasil tes itu menunjukkan tingkat

kesamaan yang tinggi.

2) Sedang, yaitu seperti tes yang sudah distandarisasi, tetapi

pandangan subjektif skor masih mungkin muncul dalam

penilaian dan interpretasinya.

3) Fleksibel, yaitu seperti beberapa jenis tes yang digunakan

oleh LBP (lembaga Bimbingan dan Penyuluhan) untuk

keperluan konseling.

d. Memiliki nilai Kepraktisan

Kepraktisan suatu tes juga penting diperhatikan. Suatu tes

dikatakan mempunyai kepraktisa yang baik jika kemungkinan

untuk menggunakan tes itu besar. Kriteria untuk mengukur praktis

tidaknya suatu tes dapat dilihat dari :

1) Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes itu.

2) Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes itu.

34 Ibid, hlm. 445. 35 Chabib Thoha, Op. Cit.

Page 11: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

18

3) Sukar- mudahnya menyusun tes itu.

4) Sukar-mudahnya menilai tes itu.

5) Sulit-tidaknya menginterpretasikan (mengolah) hasil tes itu.

6) Lamanya waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes

itu. 36

6. Kegunaan Tes

Penting bagi kita untuk menentukan dahulu alasan mengadakan

tes. Kegunaan tes yang tepat memerlukan satu atau lebih tujuan yang

diperlukan dan penting. Perencanaan yang cerdas merupakan dasar

yang tepat dalam menggunakan hasil tes. Salah satu cara

pengelompokan kegunaan tes berdasarkan fungsi ada tiga, yaitu : para

pegawai sekolah atau personelnya yang bisa kita sebut dengan

administrator, supervisor, dan guru.37

a. Kegunaan bagi administrator

Hasil tes dapat digunakan untuk menyediakan data

perkembangan dan prestasi anak. Hal ini dimasukkan kedalam

kartu data kumulatif anak dan menjadi dasar data permanen

evaluasi pertumbuhan dan perkembangan individu maupun

kelompok kelas. Kegunaan yang lain untuk menyediakan laporan

bagi orang tua. Kemudian yang lain untuk menyediakan data bagi

laporan periodik perkembangan sekolah untuk perlindungan dalam

masyarakat. Dan yang terakhir adalah untuk membuat interpretasi

status anak lebih baik dan memudahkan penempatan dalam ruang

kelas yang cocok. 38

36 Ibid, hlm. 142. 37 Charles E. Skinner, Op. Cit.,, hlm. 440. 38 Ibid.

Page 12: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

19

b. Kegunaan bagi supervisor

Demikian pula supervisor bisa menggunakan hasil tes bagi

bermacam-macam tujuan. Tugas utamanya yaitu membantu guru

melaksanakan tugas pengajaran yang lebih baik, itu dapat terwujud

dengan baik jika antara supervisor dan guru memiliki bukti status

anak. Jadi kegunaan tes bagi supervisor adalah untuk menentukan

status anak ataupun kelas dalam beberapa tujuan utama kurikulum.

Hal ini memperbolehkannya menandai perubahan yang diperlukan

dalam prosedur instruksional ataupun pembelajaran bagi siswa.

Tujuan yang lain adalah untuk mengevaluasi metode-metode

pengajaran atau materi-materi instruksional. 39

c. Kegunaan bagi guru

Guru menggunakan hasil tes untuk banyak tujuan, banyak

diantaranya sama dengan administrator dan supervisor. Dan

kegunaan hasil tes itu digunakan untuk mengukur diantaranya :

Pertama, Untuk menentukan status tiap anak dalam berbagai

subyek dan tujuan kurikulum. Kedua, untuk mengevaluasi status

dan tingkat pertumbuhan tiap anak dipandang dari segi umur dan

kemampuan. Ketiga, untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan

tiap anak. Keempat, untuk mengidentifikasi anak berbakat, anak

normal dan anak yang lamban. Kelima, untuk mengelompokkan

anak pada kelompok kelasnya. Keenam, untuk menganalisa atau

mendiagnosa kesulitan anak dan tingkat pertumbuhan secara

individual. Ketujuh, untuk menetukan prestasi status sekolah pada

awal dan akhir semester. 40

39 Ibid, hlm. 441. 40 Ibid.

Page 13: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

20

B. Validitas Tes

1. PengertianValiditas

Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan baik jika memiliki ciri

atau mempunyai sifat valid atau shahih atau memiliki validitas. Kata

valid sering diartikan dengan tepat, benar, shahih, absah; jadi kata

validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan,

atau keabsahan.41 Apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes

sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid jika tes

tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih, atau secara

absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Menurut Anne Anastasi, dalam bukunya : Psychological

Testing, yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata mendefinisikan

validitas tes sebagai berikut :

“Validity, i.e., the degree to which the test actually measures what it purports to measures”. 42

Artinya : Validitas ialah tingkat dimana dengan sesungguhnya

sebuah tes dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Menurut Muhammad Abdul Kholik Muhammad dalam

kitabnya Ikhtibaarootun al-Lughoh, mendefinisikan validitas tes

adalah sebagai berikut :

ان صدق االختبار يعىن اىل اي مدى يقيس االختبار الشىيء : الصدق 43 .الذى وضع من اجله

Artinya : “Validitas tes adalah sejauh mana tes tersebut dapat

mengukur apa – apa yang hendak diukur”.

41 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , Op. Cit., hlm. 93. 42 Sumadi Suryobroto, Op. Cit., hlm. 23. 43 Muhammad Abdul Kholik Muhammad, Ikhtibaarootun al-Lughoh, (Jami’ah Malik

Su’ud : 1989), hlm. 48.

Page 14: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

21

Dengan demikian alat – alat evaluasi, khususnya tes hasil belajar

dapat dikatakan tes yang valid apabila tes tersebut betul – betul dapat

mengukur hasil belajar.44 Jadi bukan sekedar mengukur daya ingatan

atau kemampuan bahasa saja.

2. Macam – Macam Validitas

Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan

dari hasil pengalaman. Dua hal yang pertama akan diperoleh validitas

logis (logical validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris

(empirical validity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar

pengelompokan validitas.45

Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas tes

dan validitas butir.46

a. Validitas Tes

Adapun jenis validitas tes secara umum dapat

dikelompokkan ke dalam 2 pengelompokkan, yaitu : Validitas

Logis dan Validitas Empiris.

1) Validitas Logis

Validitas logis mengandung arti logika / penalaran.

Dengan demikian maka validitas logis untuk sebuah

instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah

instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan

hasil penalaran dan sudah dirancang secara baik, sesuai

dengan teori dan ketentuan yang berlaku.

Tes hasil belajar yang setelah dilakukan

penganalisisan secara rasional ternyata memiliki daya

ketepatan mengukur, disebut tes hasil belajar yang telah

memiliki validitas logika (logical validity). Istilah lain

44 Wayan Nurkancana, Op. Cit., hlm. 128. 45 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 64. 46 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 65.

Page 15: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

22

untuk validitas logika adalah : validitas rasional, validitas

ideal, atau validitas das sollen.47

Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai

oleh sebuah instrumen, yaitu : validitas isi dan validitas

konstruksi.

a) Validitas isi

Validitas isi artinya kejituan daripada suatu tes

ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu tes hasil belajar

dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul –

betul merupakan bahan- bahan yang representatif

terhadap bahan – bahan pelajaran yang diberikan.48

Dan validitas isi mempersoalkan apakah isi butir tes

yang diujikan itu mencerminkan isi materi

kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak.49.

b) Validitas konstruksi

Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai

validitas yang bertilik dari segi susunan, kerangka,

atau rekaan. Sehingga tes hasil belajar dapat

dinayatakan memiliki validitas konstruksi, apabila

tes hasil belajar tersebut ditinjau dari segi susunan,

kerangka atau rekaannya telah dapat secara tepat

mencerminkan suatu konstruksi dalam teori

psikologis.50 Artinya dalam susunan atau

kerangkanya benar – benar tepat mengukur aspek-

aspek berpikir (aspek Kognitif, Afektif dan

psikomotorik). Cara lain untuk menetapkan validitas

konstruksi adalah menghubungkan (korelasi) alat

penilaian yang dibuat dengan alat penilaian yang

47 Ibid, hlm. 164. 48 Wayan Nurkancana, Loc. Cit., hlm. 129. 49 Chabib Thoha, Loc. Cit., hlm. 111. 50 Anas Sudijono, Loc. Cit., hlm. 166.

Page 16: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

23

sudah baku (standardized) seandainya telah ada

yang baku. Bila menunjukkan koefisien korelasi

yang tinggi, maka alat penilaian tersebut memenuhi

validitasnya.51

2) Validitas Empiris

Dimaksud dengan validitas empiris adalah memiliki

pengertian pengalaman, sehingga sebuah instrumen

dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji

dari pengalaman. Dengan demikian validitas empiris tidak

dapat diperoleh hanya dengan jalan menyusun instrumen

berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi

harus dibuktikan dengan hasil analisis yang dilakukan

terhadap data hasil pengamatan dilapangan, terbukti

bahwa tes hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat

mengukur hasil belajar yang seharusnya diukur.

Ada dua cara untuk mengetahui apakah tes hasil

belajar itu sudah memiliki validitas empiris ataukah

belum, yakni dari segi daya ketepatan meramalanya

(predictive validity) dan daya ketepatan bandingannya atau

“ada sekarang” (concurrent validity).52

a) Validitas Ramalan (predictive validity)

Memprediksi artinya meramal, dan meramal

selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang

belum terjadi. Sebuah tes memiliki validitas ramalan

atau prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk

meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang

akan datang.53

51 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : Remaja

Rosdakarya, 1999), hlm. 15. 52 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 168. 53 Suharsimi Arikunto, Loc. Cit., hlm. 66.

Page 17: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

24

Jika sebuah Perguruan Tinggi mampu

meramalkan keberhasilan peserta tes dalam

mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Calon

yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan

mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan

mengikuti kuliah.

Sebagai alat pembanding validitas prediksi

adalah nilai – nilai yang diperoleh setelah peserta tes

mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika

ternyata siapa yang memiliki nilai tes tinggi ternyata

gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan

yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes

masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas

prediksi.

b) Validitas Bandingan atau “ada sekarang” (concurrent

validity)

Validitas bandingan suatu tes artinya membuat

tes yang memiliki perbandingan atau kesamaan

dengan tes yang sejenis yang telah ada atau yang

telah dibakukan. Perbandingan atau kesamaan tes

terlingkupnya abilitas yang diukurnya, sasaran atau

objek yang diukurnya, serta waktu yang diperlukan.

Perbandingan atau kesamaan suatu tes adalah indeks

korelasi berdasarkan perhitungan korelasi. Apabila

menunjukkan indeks korelasi yang cukup tinggi,

yakni mendekati angka satu (korelasi sempurna),

berarti tes yang tersusun sudah memiliki validitas

bandingan atau kesamaan.54

54 Nana Sudjana, Op. Cit.., hlm. 15-16.

Page 18: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

25

b. Validitas butir

Dimaksud dengan validitas butir dari suatu tes adalah,

ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal (yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sabagai suatu

totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat

butir soal tersebut.55

Apabila kita perhatikan secara cermat, maka tes – tes

hasil belajar yang dibuat atau disusun oleh guru atau para

pengajar sebenarnya adalah merupakan kumpulan dari sekian

banyak butir – butir soal; dengan butir mana para penyusun tes

ingin mengukur atau mengungkap hasil belajar yang telah

dicapai oleh masing – masing individu peserta didik, setelah

mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu

tertentu. Eratnya hubungan antara butir soal dengan tes hasil

belajar sebagai suatu totalitas itu kiranya dapat dipahami dari

kenyataan, bahwa semakin banyak butir – butir item yang dapat

di jawab dengan betul oleh testee, maka skor-skor total hasil tes

tes tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin sedikit

butir-butir item yang dapat dijawab betul oleh testee, maka skor-

skor total hasil tes itu akan semakin rendah atau semakin

menurun.

Dengan demikian sebutir soal dapat dikatakan telah

memiliki validitas yang tinggi atau dapat dikatakan valid, jika

skor-skor pada butir soal yang bersangkutan memiliki

kesesuaian atau kesajajaran arah dengan skor totalnya; atau

dengan bahasa statistik : Ada korelasi positif yang signifikan

antara skor butir dengan skor totalnya.56

55 Anas Sudijono, Loc. Cit., hlm. 182. 56 Ibid, hlm. 184.

Page 19: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

26

Bagan Tentang Validitas Tes dan Validitas butir57

3. Teknik Pengujian Validitas Tes

Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas

dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang

dilakukan dengan jalan berpikir secara rasional atau penganalisisan

dengan menggunakan logika (logical analysis). Kedua, penganalisisan

yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan empiris,

dimana penganalisisan dilaksanakan dengan menggunakan empirical

analysis.58

Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah

memiliki vaaliditas rasional ataukah belum, dapat dilakukan

penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi isinya (content), dan dari segi

susunan atau konstruksinya (construct).

Sedangkan untuk mengetahui apakah tes hasil belajar sudah

memiliki validitas empirik ataukah belum, dapat dilakukan

penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi daya ketepatan meramalnya

57 Ibid, hlm.191. 58 Ibid, hlm. 163.

Validitas

Validitas Tes

Logical validity= Validitas Logika= Validitas Rasional= Validitas Ideal= Validitas Das Sollen

Empirical Validity= Validitas Empiris= Validitas lapangan= Validitas Das Sein

Validitas butir

Content validity= Validitas Isi = Validitas kurikuler

Construct validity= Validitas konstruksi= Validitas Susunan

Predictive validity= Validitas Ramalan

Concurrent Validity= Validitas Bandingan= Validitas Pengalaman= Validitas Ada sekarang

Page 20: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

27

(predictive validity) dan daya ketepatan bandingannya (concurrent

validity).59

Kemudian untuk melakukan pengujian validitas ramalannya

dengan kriterium yang telah ditentukan itu, cara yang sering digunakan

adalah dengan menerapkan Teknik Analisis Korelasional Product

Moment dari Karl Pearson.60 Selanjutnya untuk melakukan pengujian

validitas bandingan juga dapat menerapkan teknik yang sama dengan

validitas ramalan.

4. Teknik Pengujian Validitas Butir

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, kiranya menjadi

cukup jelas bahwa sebutir soal dapat dikatakan telah memiliki validitas

yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir soal

yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan

skor totalnya; atau dengan bahasa statistik : Ada korelasi positif yang

signifikan antara skor butir dengan skor totalnya. Skor total disini

berkedudukan sebagai variabel terikat (dependent variable), sedangkan

skor butir berkedudukan sebagai variabel bebas (independent

variable). Dengan demikian, maka untuk sampai pada kesimpulan

bahwa butir-butir yang ingin diketahui validitasnya, yaitu valid

ataukah tidak, kita dapat menggunakan teknik korelasi sebagai teknik

analisisnya. Sebutir soal dapat dinyatakan valid, apabila skor butir

yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi yang positif yang

signifikan dengan skor totalnya. Seperti diketahui, pada tes obyektif

maka hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu betul dan salah.

Setiap butir soal yang dijawab dengan betul umumnya diberi skor 1

(satu), sedangkan untuk setiap jawaban yang salah diberikan skor 0

(nol). Jenis data seperti ini dalam dunia ilmu statistik dikenal dengan

nama data diskret murni atau data dikotomik.61

59 Ibid, hlm. 168. 60 bid, hlm. 170. 61 bid, hlm. 185.

Page 21: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

28

Sedangkan skor total yang dimiliki oleh masing – masing

individu testee adalah merupakan hasil penjumlahan dari setiap skor

yang dimiliki oleh masing – masing butir soal adalah merupakan data

kontinyu.62

Menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data

kontinum (skor hasil tes), sedangkan variabel II berupa data diskrit

murni (betul atau salahnya testee dalam menjawab), maka teknik

korelasi yang tepat untuk digunakan dalam mencari korelasi antara

variabel I dengan variabel II adalah teknik korelasi point biserial

(rpbis).63

C. Reliabilitas Tes

1. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas sering diartikan dengan keterandalan atau keajegan.

Artinya suatu tes memiliki keterandalan bilamana tes tersebut dipakai

mengukur berulang–ulang hasilnya sama. Dengan demikian reliabilitas

dapat pula diartikan dengan keajegan atau stabilitas.64

Menurut Anne Anastasi dalam bukunya Psychological Testing,

mendefinisikan Reliabilitas tes sebagai berikut :

“Reliability refers to the consistency of scores obtained by the same persons when they are reexamined with the same test on different occasions, or with different sets of equivalent items.” 65

Artinya : Reliabilitas adalah konsisten atau keajegan atau ketetapan dari nilai yang diperoleh dari tiap individu yang sama manakala diadakan tes ulang dengan tes yang sama pada waktu yang berbeda atau dengan butir soal yang sejenis.

Menurut Muhammad Abdul Kholik Muhammad dalam

kitabnya Ikhtibaarootun al-Lughoh, mendefinisikan reliabilitas tes

adalah sebagai berikut :

62 Ibid, hlm. 184- 185. 63 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta : Rajawali, 1991 ), hlm. 245. 64 Chabib Thoha, Loc. Cit., hlm. 118. 65 Anne Anastasi dan Susana Urbina, Psychological Testing, (New York : Prentice-Hall,

1988), hlm, 84.

Page 22: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

29

يقصد بالثبات عدم التذ بدب ىف االختبار اذا ما قصد بـه : الثبات 66 .ان يكون مبثابة املقياس

Artinya : “ Reliabilitas tes adalah tidak adanya perubahan-perubahan dalam tes yang dilaksanakan dengan menggunakan tes yang serupa”.

Tes Hasil belajar dikatakan baik apabila telah memiliki

reliabitas atau bersifat reliabel. Apabila istilah tersebut dikaitkan

dengan fungsi tes sebagai alat ukur mengenai keberhasilan belajar

peserta didik, maka sebuah tes tersebut dapat dinyatakan reliabel

apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan

tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek yang sama, senantiasa

menunujukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil.67

2. Faktor – Faktor yang Pengaruhi Reliabilitas

a. Luas tidaknya sampling yang diambil.

Makin luas suatu sampling, berarti tes makin andal.

b. Perbedaan bakat dan kemampuan murid yang di tes.

Makin variabel kemampuan peserta tes, berarti makin tinggi

keandalan koefisien tes. Tes yang diberikan kepada beberapa

tingkat kelas yang berbeda lebih tinggi keandalannya daripada

yang hanya diberikan kepada beberapa kelas yang sama karena

tingkat kelas yang berbeda akan menghasilkan achievement yang

lebih luas.

c. Suasana dan kondisi testing.

Suasana ketika sedang berlangsung testing, seperti tenang, gaduh,

banyak gangguan, pengetes yang marah-marah dapat mengganggu

pengerjaan tes sehingga dengan demikian mempengaruhi pula hasil

dan keandalan tes.68

66 Muhammad Abdul Kholik Muhammad, Op. Cit., hlm. 39. 67 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Op. cit., hlm. 95. 68 M. Ngalim Purwanto, Op. Cit. hlm. 141.

Page 23: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

30

3. Teknik Pengujian Reliabilitas

Berbeda dengan tes hasil belajar bentuk uraian, maka pada

bentuk tes objektif penentuan reliabilitas tes dapat menggunakan tiga

macam pendekatan, ketiga macam pendekatan tersebut adalah sebagai

berikut :69

a. Pendekatan Test-retest ( Pendekatan Bentuk Ulangan )

Yang dimaksud adalah untuk menguji reliabilitas tes

dengan jalan mengujikan tes tersebut dua kali atau lebih,

kemudian hasilnya dikorelasikan. Tujuan uji reliabilitas ini untuk

mengetahui koefisien stabilitas tes. Tes tersebut memiliki

keterandalan atau keajegan bilamana dipakai untuk mengukur

obyek yang sama dalam waktu yang berbeda–beda hasilnya tetap

sama. Ada enam (6) langkah yang dapat ditempuh pada uji

reliabilitas ini sebagai berikut :

1) Menyusun sebuah tes yang akan diukur reliabilitasnya.

2) Mengujikan tes yang tersusun tersebut (tahap I).

3) Menghitung skor hasil tes tahap I.

4) Mengujikan ulang tes yag tersusun tersebut (tahap II).

5) Menghitung skor hasil tes ulang (tahap II).

6) Menghitungan reliabilitas tes tersebut dengan jalan

mengkorelasikan skor tes I dengan skor tes II dengan rumus

korelasi rank – order (teknik korelasi tat jenjang) dari

Spearman.70

b. Pendekatan Alternate Form ( Pendekatan Bentuk Paralel )

Yang dimaksud adalah pengujian reliabilitas tes dengan

jalan melakukan pengukuran dengan menggunakan dua jenis tes

yang mana butir – butir soalnya sejenis tapi tidak sama, tes di

ujikan secara bersamaan oleh dua kelompok. Adapun untuk

mencari atau menghitung reliabilitas tes, dapat dipergunakan

69Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 213. 70Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 269.

Page 24: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

31

teknik korelasi Product Moment dari Pearson atau teknik korelasi

rank – order dari Spearman (khusus untuk N kurang dari 30).71

Adapun langkah – langkah yang ditempuh adalah sebagai

berikut :72

1) Menyusun dua buah tes yang ekuivalen.

2) Mengujikan kedua tes tersebut (dalam kurun waktu yang

beriringan).

3) Memberikan skor hasil tes yang sudah diujikan, disusun

dengan memisahkan antara tes A dengan tes B.

4) Mencari koefisien stabilitas kedua tes (A dan B ) dengan

jalan mencari korelasinya melalui rumus korelasi Product

Moment.

c. Pendekatan Single Test – Single Trial (Pendekatan “serba

satu” )

Yang dimaksud adalah pengujian reliabilitas tes dengan

jalan melakukan pengukuran terhadap satu kelompok subyek,

dimana pengukuran dilakukan dengan hanya menggunakan satu

jenis alat pengukur, dan pelaksanaannya dilakukan sebanyak satu

kali saja. Adapun untuk mencari atau menghitung reliabilitas tes,

dapat menggunakan lima jenis formula, yaitu : a) Formula

Spearman-Brown, b) Formula Flanagan, c) Formula Rulon, d)

Formula Kuder- Richardson, dan e) Formula C. Hoyt.73

1) Metode Split-Half Reliability

Metode ini dipakai untuk megetahui tingkat

reliabilitas tes dengan jalan membelah tes menjadi dua

bagian dan skor kedua belahan tersebut dikorelasikan

dengan rumus tertentu.

71 Ibid, hlm. 273. 72 Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 123. 73 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 214.

Page 25: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

32

Cara melakukan pembelahan hasil tes tersebut dapat

dilakukan dengan dua jalan, yaitu membelah antara skor

ganjil dengan skor genap, atau membelah antara belahan

nomor atas dengan nomor bawah.

Adapun langkah secara umum yang ditempuh untuk

mencari reliabilitas tes ini adalah :74

a) Menyusun sebuah tes sebaiknya jumlah nomornya

genap, sehingga bila di belah jumlahnya sama.

b) Mengujikan tes tersebut pada satu sampel.

c) Menghitung skor masing – masing peserta tes dalam

dua kelompok skor, dapat dikelompokkan skor ganjil

dan genap; dapat pula dikelompokkan skor belahan

atas dan bawah.

d) Mencari reliabilitas setengah tes, dengan jalan

mengkorelasikan kedua skor tersebut dengan rumus

Product Moment, atau mencari deviasi pada belahan

ganjil genap.

e) Mencari reliabilitas satu tes penuh dengan

menggunakan rumus :

(1) Rumus Spearman- Brown

(2) Rumus Flanagan

(3) Rumus Rulon

2) Uji Homogenitas

Di antara metode untuk mengukur koefisien

konsistensi untuk mengetahui reliabilitas tes, dapat

digunakan pendekatan yang tidak membelah tes menjadi

dua. Hal ini disebabkan oleh dua kemungkinan, (a) Jumlah

butir ganjil, sehingga tidak dapat di belah menjadi dua.

74 Chabib Thoha, Loc. Cit., hlm. 124 .

Page 26: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

33

(b) Komposisi antara butir-butir ganjil dan genap tidak

homogen, sehingga bila dibelah cenderung tidak memiliki

korelasi positif.75

Adapun langkah – langkah pencarian reliabilitasnya

adalah sebagai berikut :

a) Membuat tabel analisis butir tanpa harus

mengelompokkan nomor ganjil dan genap.

b) Menghitung proporsi yang menjawab benar dan

proporsi yang menjawab salah pada masing-masing

butir dalam tabel analisis butir.

c) Mengalikan proporsi yang menjawab benar dengan

yang menjawab salah.

d) Mencari varians (standar deviasi kuadrat) dari skor

total.

e) Menghitung reliabilitas tes dengan menggunakan

rumus :

(1) Rumus Kuder-Richardson (K-R 20 dan K-R 21)

(2) Rumus C. Hoyt / Alpha

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, kiranya

menjadi cukup jelas. Kemudian langkah pengujian

reliabilitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

penulis akan menggunakan rumus : K-R 20.

Dengan alasan akan lebih tepat hasilnya apabila

dilakukan secara langsung terhadap butir–butir soal tes

yang bersangkutan.76

75 Ibid, hlm. 133 76 Anas Sudijono, Loc. Cit., hlm. 252.

Page 27: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

34

Bagan Pendekatan Teknik Pengujian Reliabilitas tes Hasil Belajar 77

Teknik Pengujian Reliabilitas

Tes Hasil Belajar Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian Bentuk Obyektif (Essay Test) (Objektive Test) Rumus Alpha

Tiga Macam Pendekatan

Pendekatan Pendekatan Pendekatan Single test- Single Trial Tes – Retest Alternate Form (=single test- single trial = (=Single Test- Double (=Double Test- Pendekatan “serba satu”) Trial Method= Double Trial-= Lima Formula Bentuk Ulangan) Bentuk Paralel)

Formula Korelasi item gasal Spearman- Dengan Item Genap Brown

Korelasi Belahan kiri Teknik Belah dua Dengan belahan kanan (split–half Technique)

Formula Varian Deviasi Belahan I

Flanagan dengan Belahan II

Formula Varian Beda skor Belahan I Rulon dengan Belahan II

Formula Analisis langsung terhadap Rumus K-R 20 Kuder butir-butir item tes yang Richardson bersangkutan Rumus K-R 21

Formula Interaksi antara subyek Teknik Analisis

C. Hoyt dengan item Varian (ANAVA)

D. Pelajaran Akhlak pada SMP Muhammadiyah 08 Mijen

1. Kurikulum Akhlak

Sebagai mata pelajaran yang menyelaraskan dan menserasikan

hubungan manusia dengan Allah, hubungan antar sesama manusia,

serta hubungan dengan lingkungan sekitar. Standar kompetensi mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berisi sekumpulan

kemampuan yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan

77 Ibid, hlm. 278.

Page 28: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

35

di SMP. Sedangkan Pendidikan Agama Islam yang ada di SMP

Muhammadiyah 08 terbagi menjadi 5 unsur atau sub mata pelajaran

PAI; yaitu : Aqidah, Ibadah, Akhlak, al-Qur’an, dan Tarikh.78

Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen

kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar

umum yang harus dicapai di SMP khususnya pada Akhlak yaitu :

- Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap dan

kepribadian Rosululloh serta Khulafaur Rosyidin. 79

Berdasarkan kemampuan dasar umum Pendidikan Agama

Islam, kemampuan dasar sub mata pelajaran Akhlak adalah sebagai

berikut :

- Berperilaku dengan sikap – sikap terpuji

- Menghindari sifat – sifat tercela.

- Bertata krama.80

a. Tujuan Pembelajaran Akhlak

Pendidikan Agama Islam di SMP bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian

dan pemupukan pengetahuan, pengahayatan, pengamalan serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Adapun tujuan lain yang berkaitan dengan pengajaran

Akhlak sesuai dengan tujuan pembelajaran umum kelas III

semester genap adalah : 81

78 Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah, Kurikulum Dasar dan Menengah

Muhammadiyah (Garis-Garis Besar Program Pengajaran Sekolah Menengah Umum dan Kejuruan), PW Muhammadiyah Ja-Teng, 2002, hlm. ii

79 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah), ( Jakarta : 2003 ), hlm. 11- 12.

80 Ibid, hlm. 12. 81 Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah, Op. Cit., hlm. 45.

Page 29: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

36

1) Siswa memiliki sifat sabar dan mengamalkan kedalam

kehidupan sehari-hari.

2) Siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang nikmat

Allah serta mampu mensyukuri dan mengamalkan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Materi Pelajaran Akhlak

Adapun materi akhlak untuk kelas III semester VI / genap

meliputi :82

1) Sabar

a) Ajaran Islam tentang sabar

b) Peranan sabar dalam kehidupan

2) Syukur atas nikmat Allah SWT

a) Yang berkaitan dengan kesempurnaan manusia

b) Yang berkaitan dengan alam sekitar

c) Nikmat Allah yang bersifat materi dan non materi

d) Nikmat yang berkaitan dengan peradaban

2. Pembelajaran Akhlak

Di dalam kelas peranan siswa sebagai bagian yang lebih besar

dalam proses pembelajaran sangatlah menentukan sehingga diperlukan

adanya persiapan–persiapan yang matang diharapkan dalam

pentransferan pengetahuan berjalan seoptimal mungkin. Oleh karena

itu dibutuhkan pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran. Adapun

pendekatan-pendekatannya adalah sebagai berikut : 83

a. Pendekatan Rasional

Pendekatan ini berupaya untuk melakukan perubahan atau

pemantapan struktur kognisi anak didik (akal dan pikiran),

dalam memahami dan menghayati ajaran Islam.

b. Pendekatan Pembiasaan

82 Ibid, hlm. 42. 83 Departemen Pendidikan Nasional, Loc. Cit., hlm. 13

Page 30: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

37

Pendekatan ini dilakukan dengan membiasakan anak didik

dilingkungan sekolah, untuk selalu melaksanakan ajaran Islam

baik pelaksanaan ibadah ritual maupun hubungan dengan

sesama warga sekolah dan lingkungannya.

c. Pendekatan Pengalaman

Pendekatan ini berupa penyampaian pengalaman

keberagamaan kepada para anak didik, dalam rangka pembinaan

dan penanaman nilai-nilai ajaran Islam.

d. Pendekatan Keteladanan

Guru pengajar PAI dan Ke-Muhammadiyahan khususnya

dan semua guru memberikan contoh dan teladan kepada anak

didik aik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan

masyarakat. Perwujudan pengamalan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Pendekatan Emosional

Pendekatan ini bermaksud membangkitkan perasaan dan

emosi anak didik dalam memahami dan membudayakan ajaran

Islam.

f. Pendekatan Fungsional

Pendekatan ini menyajikan ajaran Islam dengan menitik

beratkan pada aspek kemanfaatan agama Islam bagi anak didik

dalam kehidupan yang selamat baik di dunia maupun di akherat.

3. Obyek Penilaian

Penilaian terhadap kegiatan dan hasil belajar mengajar siswa

dimaksudkan untuk mengumpulkan data sebagai bahan pertimbangan

dalam membantu perkembangan selanjutnya dan atau menetapkan

keberhasilan siswa. Disamping penilaian itu penilaian siswa

merupakan bagian integral dari kegiatan pendidikan di SMP,

dimaksudkan untuk memperoleh keterangan tentang kegiatan dan

kemajuan belajar siswa. Penilaian terhadap bidang studi pendidikan

Page 31: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

38

Agama Islam di SMP mencakup tiga aspek, yakni aspek pengetahuan

(kognitif), aspek sikap (afektif) dan aspek ketrampilan

(psikomotorik).84

Ketiga ranah tersebut saling berhubungan, walaupun untuk

keperluan klasifikasi tujuan instruksional, salah satunya mungkin lebih

ditonjolkan daripada lainnya, dan yang selanjutnya akan menjadi

obyek penilaian. Adapun penjelasan berikut contoh soal untuk

evaluasi dari masing-masing ranah dapat dikemukakan seperti di

bawah ini.

a. Ranah Kognitif (cognitive domain) ini meliputi :

1) Pengetahuan (knowledge), yang dimaksud adalah tingkat

kemampuan yang harus dikuasai siswa untuk mengenal

(recognition) dan mengingat kembali (recall) konsep, fakta

dan informasi. Kata-kata kerja operasional yang biasa

digunakan untuk merumuskan TIK, yang sekaligus untuk

menakar jenjang penguasaan tersebut ialah :

mengindentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 85 Contoh

hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah

menyebutkan ciri-ciri orang yang sabar ketika mendapatkan

musibah, sebagai salah satu materi pelajaran Akhlak.

2) Pemahaman (comprehension), yang dimaksud adalah

tingkat kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa untuk

memahami atau menangkap makna dan fakta dari bahan

yang dipelajari. Tingkat ini lebih sulit daripada

pengetahuan, karena memerlukan pemikiran. Kata-kata

kerja operasional yang biasa digunakan untuk merumuskan

TIK jenjang pemahaman, antara lain : menjelaskan,

84 Ibid, hlm. 14. 85 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, ( Yogyakarta : Tiara Wacana, 1993 ), Cet.

IV, hlm. 163.

Page 32: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

39

menguraikan, mengubah, memperkirakan, menyimpulkan,

memberi contoh, menafsirkan, menentukan, dan

membedakan. 86 Contoh hasil belajar kognitif pada jenjang

pemahaman adalah jelaskan cara kita mensyukuri nikmat

Allah, sebagai salah satu materi pelajaran Akhlak.

3) Penerapan (application), ialah kemampuan yang dituntut

agar yang bersangkutan mampu menerapkan atau

menggunakan apa yang telah diketahui dan dipahami dalam

situasi yang baru. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi

dari kemampuan sebelumnya, karena hanya dengan bekal

memahami suatu kaidah belum tentu membawa

kemampuan untuk menerapkan pada situasi yang baru.

Kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk

merumuskan TIK jenjang penerapan ini, antara lain :

mendemonstrasikan, menghitung, menyesuaikan,

menemukan. 87 Contoh hasil belajar kognitif pada jenjang

penerapan adalah peserta didik mampu memikirkan tentang

penerapan konsep sabar, sebagai salah satu materi pelajaran

Akhlak.

4) Analisa (analysis), yaitu kemampuan untuk menguraikan

atau merinci sesuatu kedalam unsur-unsurnya, sehingga

struktur keseluruhan dapat dipahami dengan sebaik-

baiknya. Kemampuan ini lebih tinggi dari kemampuan

sebelumnya, dan dapat berupa memahami dan menguraikan

bagaimana proses terjadinya, cara bekerjanya, atau

bagaimana sistematikanya. Kata-kata kerja operasional

yang bisa digunakan untuk merumuskan TIK jenjang

analisa, antara lain : memisahkan, menerima,

menghubungkan, memilih, membandingkan,

86 Ibid. 87 Ibid, hlm. 164.

Page 33: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

40

mempertentangkan, membagi. 88 Contoh hasil belajar

kognitif pada jenjang analisa adalah peserta didik dapat

merenungkan dan memikirkan wujud nyata dari kesabaran

seoarang siswa di rumah, di sekolah, dan dalam kehidupan

sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai salah satu

materi pelajaran Akhlak.

5) Sintesis (synthesis), kemampuan untuk membentuk atau

menyatukan unsur-unsur menjadi suatu bentuk yang

menyeluruh. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari

kemampuan sebelumnya, karena dituntut kriteria untuk

menemukan pola dan struktur organisasi. Kata-kata kerja

operasional yang dipergunakan untuk merumuskan TIK

jenjang sintesa, antara lain : mengkatagorikan,

mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, mengatur,

menyusun kembali, menyimpulkan, mempolakan. 89

Contoh hasil belajar kognitif pada jenjang analisa adalah

peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya

mensyukuri nikmat Allah, sebagai salah satu materi

pelajaran Akhlak.

6) Penilaian (Evaluation), yaitu kemampuan untuk

membentuk pendapat yang mengandung penilaian atau

suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya

berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kemampuan ini

merupakan tingkat tertinggi dari kemampuan sebelumnya,

karena mencakup semua kemampuan yang telah

dikemukakan sebelumnya. Kata-kata kerja operasional

yang bisa digunakan untuk merumuskan TIK jenjang

evaluasi ini, antara lain : menafsirkan, menilai,

menentukan, mempertimbangkan, membuktikan,

88 Ibid. 89 Ibid.

Page 34: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

41

mendukung, menolak, menaksir dan sebagainya. 90 Contoh

hasil belajar kognitif pada jenjang evaluasi adalah peserta

didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang

dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku sabar, sebagai

salah satu materi pelajaran Akhlak.

b. Ranah Afektif (affective domain) ini meliputi :

1) Penerimaan (receiving), yaitu kepekaan terhadap suatu

perangsang dan kesediaan untuk memperhatikannya, seperti

buku pelajaran, penjelasan guru, walaupun demikian,

penerimaan dan perhatian di sini masih pasif. Kata-kata

kerja operasional yang bisa digunakan untuk merumuskan

TIK jenjang penerimaan ialah menanyakan, memilih,

mengikuti, menjawab, melanjutkan, menyatakan,

menempatkan. 91 Contoh hasil belajar afektif pada jenjang

penerimaan adalah bagaimana tindakan anda kalau anda

diberi nikmat rizki oleh Allah, sebagai salah satu materi

pelajaran Akhlak.

2) Merespon (responding), yaitu kerelaan untuk

memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu;

menunjukkan kesediaan dan kerelaan untuk merespon; dan

merasa puas dalam merespon. Kata-kata kerja operasional

yang bisa digunakan untuk merumuskan TIK jenjang

merespon ialah menjawab, mendiskusikan, menghormat,

berbuat, melakukan, membaca, melaporkan, menceritakan

dan sebagainya. 92 Contoh hasil belajar afektif pada jenjang

merespon adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk

mempelajari lebih dalam, ajaran-ajaran Islam tentang

90 Ibid, hlm. 165. 91 Ibid. 92 Ibid.

Page 35: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

42

kesabaran dengan cara mendiskusikan, sebagai salah satu

materi pelajaran Akhlak.

3) Penilaian (valuing), yaitu mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri

sesuai dengan penilaian itu. Sikapnya mulai terbentuk;

menerima suatu norma, mengahargai suatu norma dan

mengikat diri pada suatu norma. Dan kemampuan yang

serupa itu dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan.

Kata-kata kerja operasional yang bisa digunakan untuk

menyusun TIK jenjang penilaian ialah melengkapi,

menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti,

mengusulkan, mengambil bagian dan sebagainya. 93 Contoh

hasil belajar afektif pada jenjang penilaian ini adalah

tumbuh kemauan yang kuat pada peserta didik untuk

berlaku sabar dimanapun berada, sebagai salah satu materi

pelajaran Akhlak.

4) Organisasi (organization), yaitu mencakup kemampuan

untuk membentuk suatu konsep tentang suatu nilai sebagai

pedoman dan pegangan dalam kehidupan; dan menyusun

suatu sistem nilai. Kata-kata kerja operasional yang bisa

digunakan untuk menyusun TIK jenjang organisasi ialah

mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,

melengkapi, merumuskan, mempertahankan,

memperbandingkan, dan sebagainya. 94 Contoh hasil

belajar afektif pada jenjang organisasi ini adalah uraikan

secara singkat dan jelas bagaimana prinsip kerja menurut

ajaran Islam, sebagai salah satu materi pelajaran Akhlak.

5) Karakterisasi menurut nilai atau kompleks nilai

(characterization by a value or value complex), yaitu

93 Ibid. 94 Ibid, hlm. 166.

Page 36: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

43

mencakup kemampuan untuk menghayati dan mewujudkan

nilai-nilai dalam kehidupannya sedemikian rupa sehingga

menjadi milik pribadinya dan menjadi bagian dari

pribadinya. Kata-kata kerja operasional yang bisa

digunakan untuk menyusun TIK jenjang pembentukan pola

hidup ini adalah bertindak, menyatakan, memperlihatkan,

mempraktekkan, melayani, membuktikan, menunjukkan,

mempersoalkan, dan sebagainya. 95 Kemampuan ini sulit

dirumuskan secara konkret, kecuali lewat pengamatan

dengan memperlihatkan indikator-indikatornya, Misalnya

bagaimana seseorang memperlihatkan kesabaran dan

syukurnya terhadap Allah.

c. Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain )

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan

ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu.96 Hasil belajar

psikomotorik ini sebenarnya adalah merupakan kelanjutan dari

hasil belajar kognitif dan afektif. Hasil belajar kognitif dan

afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta

didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai

dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan

afektifnya. Jika hasil belajar kognitif dan afektif dengan materi

tentang kesabaran dan syukur nikmat menurut ajaran Islam

sebagaimana telah dikemukakan pada pembicaraan meteri akhlak

diatas, maka wujud nyata dari hasil belajar psikomotorik yang

merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif itu

adalah : 97

95 Ibid. 96 Anas Sudijono, Loc. Cit., hlm. 57. 97 Ibid. hlm 58.

Page 37: BAB II REV - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-mohamadnur-404-Bab2_310-0.pdf · 7 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

44

1) Peserta didik bertanya kepada guru Akhlak tentang contoh-

contoh kesabaran yang telah ditunjukkan oleh Rosululloh

SAW, para sahabat, para ulama dan lain-lain.

2) Peserta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-

majalah, atau brosur-brosur, surat kabar, dan lain-lainya

yang membahas tentang kesabaran dan syukur nikmat.

3) Peserta didik dapat memberikan penjelasan kepada teman

sekelasnya di sekolah, atau kepada adiknya, atau kepada

anggota masyarakat lainnya, tentang pentingnya kesabaran

dan syukur nikmat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari..

4) Peserta didik menganjurkan kepada teman-temannya atau

adik-adiknya, agar bersikap sabar dalam menghadapi

masalah dan bersyukur bila mendapat rizki yang banyak

dari Allah SWT.

5) Peserta didik memberikan contoh-contoh kesabaran dan

mensyukuri nikmat.