BAB II profit melainkan untuk mencapai...

28
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bank Sentral 2.1.1 Pengertian Bank Sentral Bank sentral sebagai bank milik pemerintah, adalah lembaga keuangan yang tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai tujuan tertentu seperti mencegah kegagalan yang dialami perbankan maupun bukan bank, kestabilan tingkat harga, kesempatan kerja dan akhirnya pada pertumbuhan ekonomi.Dengan kata lain, bank sentral adalah bank yang bertugas melaksanakn fungsi-fungsi pemerintah atau kepanjangan tangan dari pemerintah. Bank sentral pada awalnya berkembang dari suatu bank komersial yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk menerbitkan uang kertas dan bertindak sebagai agen dan bankir pemerintah atau lebih dikenal sebagai bank sirkulasi.Pada perkembangan selanjutnya bank sirkulasi tersebut mengalami perubahan dengan tujuan menjaga kestabilan moneter (diperlihatkan oleh kestabilan nilai uang yang beredar di masyarakat), yaitu dengan menjalankan fungsi-fungsi lain seperti mengelola kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi bank serta bertanggung jawab dalam penyelenggaraan sistem pembayaran (Forest, 1994). Berikut perubahan fungsi dan tujuan bank sentral dapat digambarkan sebagai berikut: Pada era modern ini, tidak adal lagi bank sentral yang berfungsi sebagai bank komersial. Seluruh bank sentral berfungsi sebagai otoritas moneter, dan sebagian dari bank sentral memiliki fungsi tambahan sebagai pengatur dan pengawas bank, serta sebagai penanggungjawab terlaksananya sistem pembayaran. Sementara itu, berdasarkan kepemilikannya bank sentral dapat dimiliki oleh pemerintah maupun oleh swasta. Sri Pahlawati Hadiningrum (2009) menyebutkan bahwa ada beberapa bank didunia yang dimiliki oleh pemerintah dan beberapa bank sentral lainnya dimiliki oleh swasta. Sebagai contoh, The Reserve Bank of India dimiliki oleh pemerintah India, sedangkan The United State Federal Reserve atau

Transcript of BAB II profit melainkan untuk mencapai...

Page 1: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Bank Sentral

2.1.1 Pengertian Bank Sentral

Bank sentral sebagai bank milik pemerintah, adalah lembaga keuangan yang

tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai tujuan

tertentu seperti mencegah kegagalan yang dialami perbankan maupun bukan bank,

kestabilan tingkat harga, kesempatan kerja dan akhirnya pada pertumbuhan

ekonomi.Dengan kata lain, bank sentral adalah bank yang bertugas melaksanakn

fungsi-fungsi pemerintah atau kepanjangan tangan dari pemerintah.

Bank sentral pada awalnya berkembang dari suatu bank komersial yang

ditugaskan dan bertanggung jawab untuk menerbitkan uang kertas dan bertindak

sebagai agen dan bankir pemerintah atau lebih dikenal sebagai bank sirkulasi.Pada

perkembangan selanjutnya bank sirkulasi tersebut mengalami perubahan dengan

tujuan menjaga kestabilan moneter (diperlihatkan oleh kestabilan nilai uang yang

beredar di masyarakat), yaitu dengan menjalankan fungsi-fungsi lain seperti

mengelola kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi bank serta bertanggung

jawab dalam penyelenggaraan sistem pembayaran (Forest, 1994). Berikut perubahan

fungsi dan tujuan bank sentral dapat digambarkan sebagai berikut:

Pada era modern ini, tidak adal lagi bank sentral yang berfungsi sebagai bank

komersial. Seluruh bank sentral berfungsi sebagai otoritas moneter, dan sebagian dari

bank sentral memiliki fungsi tambahan sebagai pengatur dan pengawas bank, serta

sebagai penanggungjawab terlaksananya sistem pembayaran.

Sementara itu, berdasarkan kepemilikannya bank sentral dapat dimiliki oleh

pemerintah maupun oleh swasta. Sri Pahlawati Hadiningrum (2009) menyebutkan

bahwa ada beberapa bank didunia yang dimiliki oleh pemerintah dan beberapa bank

sentral lainnya dimiliki oleh swasta. Sebagai contoh, The Reserve Bank of India

dimiliki oleh pemerintah India, sedangkan The United State Federal Reserve atau

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

12

biasa dikenal dengan The Fed dimiliki oleh swasta.Namun, perbedaan kepemilikinan

bank sentral tidak berarti memiliki perbedaan fungsi bank sentral.Bank sentral yang

dimiliki oleh swasta (publik) tetap memiliki fungsi sebagai otoritas moneter

sebagaimana bank yang dimiliki bank pemerintah dalam menjalankan fungsinya.

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Bank Indonesia

a. Fungsi Bank Indonesia

Berdasarkan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 yang menjelaskan tentang

defenisi, fungsi dan tujuan bank sentral di Indonesia. Bank Indonesia adalah adalah

lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,

bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang

secara tegas diatur dalam undang-undang ini. jenis bank Indonesia pada perbankan

yaitu syariah, bank umum, bank perkreditan rakyat. Berikut penjelasan fungsi dan

tujuan Bank Indonesia:

1. Memperlancar lalu lintas pembayaran

a. Menciptakan uang kartal.

b. Menyelenggarakan kliring antar bank umum.

2. Sebagai bankir, agen dan penasehat pemerintah. Bank Sentral sebagai bankir :

a. Memelihara rekening pemerintah.

b. Memberikan pinjaman sementara.

c. Memberikan pinjaman khusus.

d. Melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli valuta asing (valas).

e. Menerima pembayaran pajak.

f. Membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah.

g. Membantu pengedaran surat berharga pemerintah.

h. Mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi.

3. Bank sentral sebagai agen dan penasehat pemerintah :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

13

a. Mengadministrasi dan mengelola hutang nasional.

b. Memberikan jasa pembayaran bunga atas hutang.

c. Memberikan saran dan informasi mengenai keadaan pasar uang dan modal.

4. Memelihara cadangan/cash reserve bank umum.

5. Memelihara cadangan devisa negara :

a. Internal Reserve, untuk keperluan jumlah uang beredar.

b. Eksternal Reserve, untuk alat pernbayaran internasional.

6. Sebagai Banker Bank dan Lender of Last Resort.

7. Mengawasi kredit.

8. Mengawasi bank (Bank Supervision):

a. Prudential Supervision: pengawasan bank yang diarahkan agar

individualbank dapat dijaga kelangsungan hidupnya sehingga kepentingan

masyarakat dapat dilindungi.

b. Monetary Supervision: menjaga nilai mata uang negara yang bersangkutan

sehingga bank tersebut dapat menjadi penyangga kebijakan moneter maupun

kebijakan ekonomi pemerintah lainnya.

b. Tujuan Bank Indonesia

Terdapat perbedaan pokok dalam Undang-Undang Bank Indonesia dalam

orientasi atau tujuannya antara UU No.13 Tahun 1968 dengan UU No. 23/1999 jo

UU No. 3 Tahun 2004, berikut perbedaannya:

Tabel 2.1 Perbedaan Undang-Undang Tentang Bank Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

14

UU No. 13 Tahun 1968 UU No. 23/1999 jo UU No. 3 Tahun

2004

Multiple Objectives

Single Objectives (Tujuan

Tunggalnya Menjaga dan

Memelihara Kestabilan Nilai Rupiah

sesuai dengan Pasal 7 UU No. 3

Tahun 2004)

Bagian dari Pemerintah Lembaga yang Independen (Pasal 4

(2) UU No. 3 Tahun 2004)

Bertanggung Jawab kepada

Pemerintah

Bertanggung Jawab kepada Publik

(Pasal 58, 61 dan 63)

Kurang Transparan kepada Publik Lebih Transparan kepada Publik

(Pasal 58, 61 dan 63) Sumber: Bank Indonesia (Diolah kembali)

Dalam rangka mencapai tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai

rupiah, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan 3 (tiga) bidang

utama tugas Bank Indonesia yaitu:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

2. Mengatur dan menjaga kelancaran lalu lintas sistem pembayaran.

3. Mengatur dan mengawasi bank.

Agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut dapat

dicapai secara efektif dan efesien, maka ketiga tugas tersebut harus diintegrasikan.

Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nila rupiah sebagai

tujuan Single Objectives atau tujuan tunggal atau utamanya, maka Pasal 10 UU-BI

menegaskan Bank Indonesia memiliki kewenaganan untuk melaksanakan kebijakan

moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju

inflasi serta melakukan pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain:

1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

15

2. Penetapan tingkat diskonto.

3. Penetapan cadangan wajib minimum.

4. Pengaturan kredit atau pembiayaan.

Cara-cara pengendalian moneter tersebut juga dapat dilaksanakan berdasarkan

prinsip syariah.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Moneter

2.2.1 Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter

(Bank Indonesia) atau otoritas moneter untuk mempengaruhi jumlah yang beredar

dan kredit yang pada akhirnya akan mempegaruhi kegiatan ekonomi

masyarakat.Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan Operasi Pasar Terbuka,

Fasilitas Diskonto, Rasio Cadangan Wajib dan Himbauan

Moral.(www.wikipedia.org).

Gambar 2.1 Mekanisme Operasi Pasar Terbuka (OPT) Sumber: Bank Indonesia (Direktorat Pengelolaan Moneter)

2.2.2 Operasi Pasar Terbuka

Penerbitan SBI

FASBI

SWBI/SBIS

Reverse Repo SUN

SBI Repo

Kontraksi

Ekspansi

OPT OPT

Reguler

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

16

Menurut booklet yang diterbitkan oleh Direktorat Pengelolaan Moneter Bank

Indonesia (2006) menjelaskan bahwa Operasi Pasar Terbuka (OPT) adalah kegiatan

transaksi di pasar uang yang dilakukan Bank Indonesia dengan bank atau pihak lain

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kegiatan tersebut dapat bersifat kontraksi

(menyerap likuiditas perbankan), ataupun ekspansi (menambah likuiditas perbankan).

Operasi Pasar Terbuka dilakukan dengan tujuan untuk mencapai target operasional

kebijakan moneter dalam rangka mendukung pencapaian akhir kebijakan moneter

Bank Indonesia.

2.2.3 Instrumen Kebijakan Moneter untuk Perbankan Syariah

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004,

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai

rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia memiliki tugas antara lain

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Dalam rangka mendukung tugas

dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia melakukan

pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang dapat dilakukan

berdasarkan prinsip syariah. Untuk melaksanakan kegiatan OPT yang dilakukan

berdasarkan prinsip syariah, Bank Indonesia berwenang menetapkan instrumen OPT

yang digunakan.

Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia perlu menerbitkan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah sebagai salah satu instrumen Operasi Pasar Terbuka yang

dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

2.2.4 Tinjauan Mengenai Sertifikat Bank Indonesia Syariah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

17

Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, jumlah

bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah di Indonesia

semakin berkembang sehingga berdampak terhadap peningkatan mobilisasi dana

masyarakat. Dengan perkembangan tersebut maka pengendalian moneter oleh Bank

Indonesia melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang selama ini melalui bank-bank

konvensional dapat diperluas melalui bank-bank yang melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah. Dalam rangka pelaksanaan OPT dimaksud, maka perlu

diciptakan suatu piranti dalam bentuk penitipan dana berjangka pendek dengan

prinsip wadiah yang menjadi sarana penitipan dana jangka pendek bagi Bank Syariah

atau UUS yang mengalami kelebihan likuiditas yang bukti penitipannya disebut

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).

Piranti SWBI dimaksud telah sesuai dengan prinsip syariah sebagaimana

dituangkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No:36/DSN-MUI/X/2002 tanggal

23 Oktober 2002 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Sehingga, dalam

rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan pengendalian moneter berdasarkan

prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka, diperlukan penyempurnaan instrumen

dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah. Maka

diberlakukanlah Peraturan Bank Indonesia NO : 10/ 11/PBI/2008 tentang Sertifikat

Bank Indonesia Syariah sebagai amandemen dari Peraturan Bank Indonesia No.

6/7/PBI/2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

Upaya untuk menyempurnakan piranti ini terus dilakukan, dalam upaya

mendukung infrastruktur perbankan syariah. Sebagaimana penambahan syarat

ketentuan yang berlaku untuk mengikuti lelang SBIS. Salah satu syarat yang akan

diangkat sebagai bahan bahasan adalah persyaratan FDR diatas 80% atas Dana Pihak

Ketiga yang terkumpul sesuai dengan perhitungan Bank Indonesia. (Surat Edaran

Bank Indonesia Nomor 10/16/DPM tanggal 31 Maret 2008 perihal Tata Cara

Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah melalui Lelang).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

18

2.3 Operasional Bank Syariah

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bank islan atau bank syariah

merupakan bank dengan prinsip bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam

segala operasinya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam penyaluran dana.

Dana yang telah dihimpun melalui prinsip wadi’ah yad dhamanah, mudharabah

mutlaqah, ijarah, dan lain-lain, serta setoran modal dimasukkan ke dalam pooling

fund. Sumber dana paling dominan berasal dari prinsip mudharabah mutlaqah yang

biasanya mencapai lebih dari 60 persen dan bebrbentuk tabungan, deposito, atau

obligasi. Pooling fund ini kemudian digunakan dalam penaluran dana dalam bentuk

pembiayaan bagi hasil, jual beli dan sewa. Dari pembiayaan bagi hasil diperoleh

bagian bagi hasil atau laba sesuai kesepakatan awal (nisbah bagi hasil) dengan

masing-masing nasabah (mudharib atau mitra usaha). Dari prinsip jual beli diperoleh

margin keuntungan, sedangkan dari pembiyaan dengan prinsip sewa diperoleh

pendapatan sewa. Keseluruhan pendapatan dari pooling fund ini kemudian

dibagihasilkan antara bank dengan semua nasabah yang menitipkan, menabung, atau

menginvestasikan uangnya sesuai dengan kesepakatan awal. Bagian nasabah atau hak

pihak ketiga akan didistribusikan kepada nasabah, sedangkan bagian bank akan

dimasukkan ke dalam laporan rugi laba sebagai pendapatan operasi utama. Sementara

itu, pendapatan lain, seperti dari mudharabah muqayyadah (investasi terikat) dan jasa

keuangan dimasukkan ke dalam laporan rugi laba sebagai pendapatan operasi lainnya.

2.3.1 Sumber Dana Bank Syariah

Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam

rangka membiayai kegiatan operasinya. Untuk menopang kegiatan bank dalam

memberi pinjaman atau pembiayaan, bank harus lebih dulu menghimpun dana. Jenis-

jenis sumber dana bank terbagi menjadi 3 yaitu, dana pihak pertama, dana pihak

kedua dan dana pihak ketiga. Sumber dana yang terbesar berasal dari dana

masyarakat di samping sumber lainnya yang berasal dari pinjaman dan modal sendiri.

(Veithzal Rivai& Arviyan Arivin;Islamic Banking;2010).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

19

1. Dana Pihak Pertama

Veithzal Rivai& Arviyan Arivin (2010). Dana sendiri lazim disebut pula

dengan dana pihak ke satu atau dana pihak pertama yang berasal dari pemegang

saham atau pemilik. Pada dasarnya setiap bank akan selalu berusaha untuk

meningkatkan jumlah dana sendiri, selain untuk memenuhi kewajiban menyediakan

modal minimum (CAR = Capital Adequacy Ratio) juga untuk memperkuat

kemampuan ekspansi bersaing. Kemampuan setiap bank meningkatkan modal akan

tercermin dari besarnya CAR bank terebut, hal ini merupakan salah satu ukuran

tingkat kemapuan dan kesehatan suatu bank, yang akhirnya akan meningkatkan

kepercayaan masarakat terhadap suatu bank.

1. Modal Inti

Merupakan sejumlah dana yang disetor oleh pemegang saham atau pemilik

ketika bank berdiri. Dalam praktiknya umumnya dana yang pertama kali

disetor oleh pemilik digunakan untuk pengadaan sarana kantor, inventaris dan

biaya pendirian. Selanjutnya dapat pula berupa adanya tambahan modal baru

dari pemilik atau melalui pemegang saham (go public), sebagai salah satu

upaya mendapatkan dana murah untuk meningkatkan kemampuan bersaing

serta menciptakan komposisi dana yang efisien.

2. Modal disetor

Modal yang disetor oleh para pemegang saham, hal ini dikarenakan sumber

utama dari modal perusahaan adalah saham.

3. Tambahan Modal disetor

Merupakan tambahan modal bagi bank yang biasanya berbentuk agio.

Disagio, dan modal sumbangan.

4. Cadangan

Cadangan yang dibentuk menurut ketentuan anggaran dasar dan atau

keputusan pemilik atas dasar keputusan rapat umum pemegang saham

(RUPS) yang dipergunakan untuk re-investasi dan atau untuk menghadapi

kemungkinan timbulnya risiko rugi dikemudian hari. Pemupukan cadangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

20

ini dimungkinkan maningkat sejalan dengan meningkatnya laba bank.

Terdapat dua macam cadangan yaitu, cadangan umum adalah cadangan yang

dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau laba bersih setelah dikurangi

pajak. Dan kedua, cadangan tujuan dengan bagian laba setelah dikurangi

pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu.

5. Laba

Laba merupakan milik pemegang saham, yang keputusan penggunaannya

merupakan hak sepenuhnya pemegang saham melalui rapat umum pemegang

saham (RUPS).

Laba Ditahan merupakan laba yang untuk memperkuat posisi cadangan atau

digunakan untuk melakukan re-investment (pembelian aktiva tetap atau

membeli saham dalam usaha baru yang lazimnya di bidang keuangan) dan

memperkuat kemampuan loanable funds atau aktiva produktif (umumnya

untuk penyaluran kredit jangka panjang)

Laba Tahun Berjalan ini adalah laba yang belum dibagi dan in process

dalam satu periode akuntansi dan neraca belum di audit.

2. Dana Pihak Kedua

Dana pihak kedua adalah dana yang bersumber dari lembaga lain. Dana

pinjaman dari pihak luar dapat berupa call money / pinjaman harian antar bank,

pinjaman biasa antar bank, pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKKB),

Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan pinjaman likuiditas dari Bank Indonesia

(KLBI) (Veithzal Rivai& Arviyan Arivin;2010).

3. Dana Pihak Ketiga

Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti

masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi,

yayasan dan lain-lain dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing . pada

sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan dana

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

21

terbesar yang dimiliki, hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana

dari masyarakat. (Veithzal Rivai& Arviyan Arivin;2010).

Menurut Andri Soemitra (2009;73) sumber dana bank syariah berasal dari

modal disetor dan hasil mobilisasi kegiatan penghimpunan dana melalui rekening

giro, rekening tabungan, rekening investasi umum dan rekening investasi khusus.

Dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Syariah biasanya dalam bentuk

simpanan. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank

Syariah dan atau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak

bertentangaan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan atau bentuk lain

yang dipersamakan dengan itu.

Sedangkan investasi adalah dana yang dipercayakanoleh nasabah kepada bank

syariah dan atau UUS berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip yariah dalam bentuk deposito, tabungan, atau bentuk

lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

a. Giro

Prinsip syariah giro diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

01/DSN-MUI/IV/2000 dan Rekening giro menurut Undang-Undang Perbankan

Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998. Giro adalah simpanan

berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,

bilyet giro, sarana perintah lainnya, atau dengan perintah pemindah bukuan. Giro

yang dibenarkan secara syariah, aitu giro yang berdasrkan prinsip wadi’ah dan

mudharabah.

Fitur dan mekanisme giro berdasarkan Wadi’ah

1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertidak sebagai

penitip dana dan nasabah bertindak sebagai penitip dana.

2. Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada

nasabah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

22

3. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaa admnistrasi berupa biaya-

biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain,

biaya cek/bilyet giro, biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo

rekening, pembukaan dan penutupan rekening

4. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah

5. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.

Fitur dan mekanisme giro berdasarkan Mudharabah

1. Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah sebagai

pemilik dana (shahibul mal).

2. Pembagian keuntungan dunyatakan dalam bentuk nisbah yang disepkati.

3. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaa admnistrasi berupa biaya-

biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain,

biaya cek/bilyet giro, biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo

rekening, pembukaan dan penutupan rekening.

4. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa

persetujuan nasabah.

b. Tabungan

Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana

berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syariat dan ketentuan

tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro , dan atau

alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Prinsip syariah tabungan diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan. Tabungan ada dua jenis yaitu tabungan

yang tidak dibenarkan secara Syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan

bunga. Dan tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip

wadi’ah dan mudharabah.

Fitur dan mekanisme tabungan berdasarkan Wadi’ah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

23

1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai

penitip dana.

2. Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada

nasabah.

3. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya admnistrasi berupa biaya-

biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain,

biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan

penutupan rekening.

4. Bank menjamin pengembalian dan titipan nasabah.

5. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.

Fitur dan mekanisme tabungan berdasarkan Mudharabah

1. Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah bertindak

sebagai pemilik dana (shahibul mal).

2. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati.

3. Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan sesuai waktu yang

disepakati.

4. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya admnistrasi berupa biaya-

biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain,

biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan

penutupan rekening

5. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa

persetujuan nasabah yang bersangkutan.

c. Deposito

Deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain

yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu berdasrkan akad antara nasabah penyimpan dan bank

syariah.

Prinsip syariah deposito diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito. Deposito ada dua jenis yaitu deposito yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

24

tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga.

Dan deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan mudharabah.

Fitur dan mekanisme tabungan deposito berdasarkan Mudharabah

1. Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah bertindak

sebagai pemilik dana (shahibul mal).

2. Pengelolaan dana oleh bank dapat dilakukan sesuai batasan-batasan yang

ditetapkan oleh pemilik dana (mudharabah muqayyadah) atau dilakukan

tanpa batasan-batasan dari pemilik dana (mudharabah mutlaqah).

3. Dalam mudharabah muqayadah harus dinyatakan secara jelas syarat-syarat

dan batasan tertentu yang ditentukan oleh nasabah.

4. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati.

5. Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan sesuai waktu yang

disepakati.

6. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya admnistrasi berupa biaya-

biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain,

biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan

penutupan rekening

7. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa

persetujuan nasabah yang bersangkutan.

Berdasarkan Andri Soemitra (2009;78) kewenangan yang diberikan pihak

penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi tiga yaitu :

1. Investasi Umum (Mudharabah Mutlaqah)

Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito

seehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah

dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi

bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.

2. Investasi Khusus (mudaharabah Muqayyadah on Balance Sheet)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

25

Jenis Mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment)

dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus

dipatuhi oleh bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu,

atau disayaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.

3. Investasi Khusus ( Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet)

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung

kepada palaksana usahanya, dimana bank hanya bertindak sebagai perantara

(arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana

usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus

dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan

pelaksana usahanya.

2.4 Pembiayaan Bank Syariah

2.4.1 Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis, dimana bisnis selalu

membutuhkan sumber modal untuk mengembangkan usaha atau aktivitasnya. Dalam

hal ini, bank adalah pihak lain yang memberikan suntikan dana untuk memenuhi

kebutuhan dari bisnis tersebut dengan kegiatan pembiayaan.

Menurut (Muhammad 2005) pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan

oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan

adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan.

Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syariah atau istilah

teknisnya disebut aktiva produktif. Menurut Ketentuan Bank Indonesia aktiva

produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta

asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,

penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

26

rekening administratif serta Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (Peraturan Bank

Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003.

2.4.2 Tujuan Pembiayaan

Menurut Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu: tujuan pembiayaan untuk makro dan pembiayaan untuk mikro (Muhammad

2005). Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:

1. Peningkatan ekonomi umat, artinya: akses secara ekonomi masyarakat

ditingkatkan dengan penyaluran pembiayaan, dalam rangka meningkatkan taraf

hidup masyarakat.

2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk pengembangan usaha

bagi pengusaha yang membutuhkan.

3. Meningkatkan produktivitas, dimana masyarakat diberikan peluang untuk

meningkatkan daya produksinya dengan dana yang digulirkan.

4. Membuka lapangan pekerjaan baru, dimana dengan disalurkannya dana kepada

masyarakat melalui pembiayaan dapat membuka sektor-sektor usaha baru yang

akan menyerap tenaga kerja.

5. Terjadinya distribusi pendapatan, dimana hasil usaha yang didapatkan dari

aktivitas usaha masyarakat usaha produktif. Penghasilan merupakan bagian dari

pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.

Secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:

1. Upaya memaksimalkan laba bagi para pengusaha mikro dengan dukungan dana

yang cukup.

2. Upaya meminimalkan risiko, terutama risiko kekurangan modal usaha dapat

ditanggulangi dengan pembiayaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

27

3. Pendayagunaan sumber ekonomi, dengan penyaluran pembiayaan diharapkan

dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola sumber

daya alam yang telah tersedia.

4. Penyaluran kelebihan dana, pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam

penyeimbang dan sarana penyalur dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak

yang kekurangan dana.

2.4.3 Fungsi Pembiayaan

Sesuai dengan tujuan pembiayaan sebagaimana diatas, menurut Sinungan

(1983) pembiayaan secara umum memiliki fungsi untuk:

1. Meningkatkan daya guna uang.

2. Meningkatkan daya guna barang.

3. Meningkatkan peredaran uang.

4. Menimbulkan kegairahan berusaha.

5. Stabilitas ekonomi.

6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

2.4.4 Jenis-jenis Pembiayaan

Pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas

penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan dana

(defisit unit). Adapun jenis-jenis pembiayaan menurut (Muhammad 2002), antara

lain:

a. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.

Bank syariah memiliki dua macam pembiayaan berdasarkan prinsipnya,

antara lain:

1. Pembiayaan Mudharabah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

28

Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola

dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan

antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk membiayai pembiayaan modal kerja,

pembiayaan proyek dan pembiayaan ekspor.

2. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian di antara para pemilik dana/modal

untuk mencampur dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan

pembagian keuntungan di antara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang

telah disepakati sebelumnya.Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk

membiayai pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.

b. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jual Beli (Piutang)

1. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah

dimana Bank Syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan

kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga

perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang telah disepakati antara

Bank syariah dan nasabah.Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk

membiayai pembiayaan investasi/barang modal, pembiayaan konsumtif,

pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.

2. Pembiayaan Salam

Pembiayaan salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan

dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.

Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk membiayai pembiayaan sektor

pertanian dan produk manufaktur.

3. Pembiayaan Istish’na

Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan

pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

29

antara pemesan dan penjual.Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk

membiayai pembiayaan konstruksi/proyek/produk manufaktur.

c. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Sewa

1. Pembiayaan Ijarah

Pembiayaan ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam jangka

waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Pembiayaan ini biasanya digunakan

untuk membiayai pembiayaan sewa (gedung kantor, gudang, dll).

2. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina

Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina adalah perjanjian sewa

menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang

dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak yang menyewa.

2.5 Pembiayaan Mudharabah

2.5.1 Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Berdasarkan UU No.10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12, pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah adalah sebagai berikut:

“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atas tagihan

yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil.”

Antonio (2001:95) mengemukakan bahwa al-Mudharabah adalah akad

kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)

menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan

dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama

kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

30

karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab

atas kerugian tersebut.

Selanjutnya menurut Muhammad (2005;102), pembiayaan mudharabah

adalah suatu perjanjian pembiayan antara Bank Islam dan nasabah dimana bank Islam

menyediakan dana untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya

mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya.

Jenis usaha yang dimungkinkan untuk diberikan pembiayaan mudharabah

adalah usaha-usaha kecil seperti pertanian, industri rumah tangga dan perdagangan,

atau usaha yang bergerak dalam sektor riil.

2.5.2 Jenis-jenis Al-Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudarabah

muthalaqah dan mudharabah muqayyadah

1. Mudharabah Muthlaqah

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja

sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak

dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

2. Mudrabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted

mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah

muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat

usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si

shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

2.5.3 Rukun Dan Ketentuan Umum Akad Mudharabah

Rukun yang terdapat pada akad mudharabah terdiri dari:

1. Malik, atau Shohibul maal ialah yang mempunyai modal.

2. Amil, atau Mudhorib ialah yang akan menjalankan modal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

31

3. Amal, ialah usahanya.

4. Maal, ialah harta pokok atau modal.

5. Shighot, atau perintah atau usaha dari yang menyuruh berusaha.

6. Hasil

Ketentuan umum yang berlaku dalam akad mudharabah adalah:

1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus

diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam

satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya

dan disepakati bersama.

2. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan

dengan dua cara:

a. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan

atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh

kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti

penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan .

b. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak

mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah cidera janji maka

dengan sengaja misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda

pembayaran kewajiban, dapat dikenakan sanksi administrasi.

Adapun empat fungsi pengusaha/pelaksana dalam aqad mudharabah, yaitu:

1. Mudharib: pengelola dana, melakukan dhorb ialah perjalanan dan pengelolaan

usaha. Dhorb ini dapat dianggap sebagai saham-penyertaannya.

2. Pemegang amanah: mudharib menjaga dan mengusahakannya dalam investasi

dan mengembalikannya sesuai dengan akad dan kesepakatan bersama.

3. Wakil: mewakili shohibul maal untuk melakukan kegiatan usaha

4. Syarik: sebagai partner penyerta yang berhak menerima keuntungan dengan yang

telah disepakati bersama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

32

Mekanisme operasional mudharabah dapat di gambarkan pada gambar

dibawah ini: Perjanjian Bagi

Hasil Keahlian Modal

100%

Pengembalian Modal Pokok

Nisbah Y% Nisbah Y%

Gambar 2.2

Skema Kerja Prinsip Al – Mudharabah

Sumber : Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN,

2005:100.

2.5.4 Manfaat Dan Risiko Mudharabah

2.5.4.1 Manfaat Mudharabah

Manfaat akad mudharabah yang dapat dirasakan oleh pihak bank sebagai

pihak shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib, yaitu sebagai berikut:

Nasabah

(Mudharib) Bank Syariah

(Shahibul maal)

Proyek/Usaha

Keuntungan

Bagi hasil sesuai

dengan nisbah

Modal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

33

1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah

meningkat.

2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara

tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak

akan pernah mengalami negative spred.

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas (cash flow) usaha

nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar

halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-

benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

5. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah atau al-musyarakah ini berbeda dengan

prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah)

satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah,

sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

2.5.4.2 Risiko Mudharabah

Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam

pembiayaan, relatif tinggi. Diantaranya:

1. Side streming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam

kontrak,

2. Lalai dan kesalahan yang disengaja,

3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.

2.6 Kajian Penelitian Terdahulu

Kegiatan penelitian selalu bertitik tolak dari pengetahuan yang sudah ada.

Pada umumnya semua ilmuwan akan memulai penelitianya dengan cara menggali apa

yang sudah dikemukakan atau ditemukan oleh ahli-ahli sebelumya. Pemanfaatan

terhadap apa yang dikemukakan atau ditemukan oleh ahli tersebut dapat dilakukan

dengan mempelajari, mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi hal-hal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

34

yang sudah ada, untuk mengetahui apa yang sudah ada dan apa yang belum ada

melalui laporan hasil penelitian dalam bentuk jurnal atau karya-karya ilmiah.

Penelitian Pengaruh Penempatan Dana pada SWBI dan Pasar Uang Antar

Bank Syariah (PUAS) terhadap Pembiayaan yang dilakukan oleh Adi dan Indah

Nurfitri (2006), dengan menggunakan regresi berganda maka hasil dari analisa dari

penelitian tersebut menunjukkan SWBI dan PUAS secara bersama-sama dapat

mempengaruhi variable FDR perbankan syariah. Kedua variable ini dapat

menjelaskan variable terikat sebesar 50,6% dan sisanya yaitu 49,4% dijelaskan oleh

variable lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Tetapi, dari hasil uji t

menunjukkan bahwa hanya variable SWBI yang signifikan dalam mempengaruhi

FDR perbankan syariah.

Menurut penelitian Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga, Inflasi dan Tingkat

Margin terhadap Alokasi Pembiayaan UMKM yang dilakukan oleh Luluk Chorida

(2010), dengan menggunakan regresi linier berganda maka hasilnya adalah variabel

DPK berpengaruh positif terhadap variabel Pembiayaan UMKM, variabel Inflasi

berpengaruh positif terhadap Pembiayaan UMKM dan variabel Margin berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap alokasi Pembiayaan UMKM.

Menurut Penelitian Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Wadi’ah

Bank Indonesia, Non Performing Financing dan Inflasi terhadap Pembiayaan Bank

Syariah di Indonesia yang dilakukan oleh Novianto dan Abdullah Syakur (2008),

dengan menggunakan regresi berganda. Maka hasilnya menunjukkan bahwa variabel

DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran dana. Artinya, kenaikan

DPK akan menyebabkan naiknya penyaluran dana bank syariah. Sementara variabel

bonus SWBI berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan namun pengaruh tersebut

berhubungan negatif.Artinya, bila bonus SWBI naik maka bank syariah tidak

membeli SWBI tetapi tetap menyalurkan dananya ke masyarakat.Variabel NPF

ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bank syariah.Demikian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

35

juga variabel Tingkat Inflasi dalam penelitian ini ditemukan positif dan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bank syariah.

2.7 Kerangka Pemikiran

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2008 BAB II

tentang Perbankan Syariah salah satu fungsi dari bank adalah fungsi intermediasi

dimana bank syariah memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan dana kepada

masyarakat agar dapat mendukung perekonomian suatu negara berjalan dengan stabil

dan berkesinambungan. Dimana, fungsi penyaluran dana atau pembiayaan bank ini

menjadi tulang punggung dalam meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

mendapatkan barang dan jasa serta meningkatkan taraf hidupnya.

Namun, dalam perkembangannya timbul masalah-masalah yang akan dihadapi

oleh perbankan syariah dalam penyaluran dananya. Hal-hal yang mempengaruhi

pembiayaan adalah dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

Kahsmir (2004:45) menyatakan bahwa sumber dana bank adalah usaha bank

dalam menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank

itu sendiri, apakah dari simpanan (dana pihak ketiga) atau lembaga lainnya.

Kemudian untuk membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal

disetor. Dalam konsep perbankan, modal adalah dana yang diserahkan oleh para

pemilik (owner). Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,

perlengkapan, dan sebagainya yang secara langsung tidak menghasilkan (fixed

asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang

produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari

modal, hasilnya tentu saja dibagikan kepada pemilik dana lainya. Salah satu sumber

dana bank berasal dari pemegang saham dengan setoran modal, kemudian disalurkan

menjadi pembiayaan. ( Habib Nazir dan Muhammad Hasanuddin;2008;436)

Dalam penghimpunan dana pihak ketiga, bank syariah melakukan mobilisasi

dan investasi dengan cara yang adil. Sumber dana bank syariah berasal dari modal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

36

disetor dan hasil mobilitas kegiatan pengimpunan dana yaitu dana pihak ketiga

melalui rekening giro, rekening tabungan, rekening investasi umum dan rekening

investasi khusus. Dalam penghimpunan dana, bank Islam menggunakan prinsip

wadi`ah, qardh, maupun ijarah. Dalam pembiayaan, bank Islam menggunakan prinsip

mudharabah dan musyarakah (dengan pola bagi hasil. Penghimpunan dana dari

masyarakat dan penyalurannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan

(kredit dalam perbankan konvensional) merupakan dua fungsi utama bank yang tidak

dapat dipisahkan satu sama lain. Fungsi pemberian pembiayaan/kredit tidak mungkin

tanpa ada fungsi penghimpunan dana. Semakin banyak dana yang dihimpun bank dari

masyarakat semakin banyak pembiayaan yang dapat diberikan.

Sejalan dengan perkembangannya bank syariah dirasakan perlu untuk

memasukkannya dalam bagian kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia selaku bank sentral, agar dapat mengatur dan membantu bank syariah dalam

mengelola likuiditasnya, terutama disaat terjadinya kenaikan inflasi dengan

mengeluarkan instrumen seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yaitu Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS). Namun terjadi kontradiktif disaat otoritas perbankan

menyediakan sarana untuk bank syariah mengelola likuiditasnya, tetapi disertai

dengan persyaratan dimana tingkat FDR bank syariah yang akan masuk kedalam

instrumen tersebut harus diatas 80%. (Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 10/16/DPM tanggal 31 Maret 2008 perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang).

Hal inilah yang dirasakan perlu bagi penulis untuk menganalisis hubungan-

hubungan yang terjadi diatara variabel-variabel yang terlibat dalam kasus diatas:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

37

Skema kerangka berpikir

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran

BANK

KEGIATAN OPERASIONAL

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKTERNAL

MANAJEMEN DANA

SUMBER DANA ALOKASI DANA TINGKAT IMBALAN SBIS

DPK PEMBIAYAAN MUDHARABAH

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: BAB II profit melainkan untuk mencapai tujuandigilib.polban.ac.id/files/disk1/89/jbptppolban-gdl-dwiseptian... · tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai

38

2.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang

kebenarannya harus diuji secara empiris (Sugiyono, 2008:93). Hipotesis yang akan

diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan bentuk pengaruh antara variabel

bebas dan variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) menyatakan tidak adanya pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (Ha)

menyatakan adanya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Hipotesis yang dibentuk dari variabel tersebut adalah sebagai berikut :

Ho1: β1 ≤ 0 : modal dana pihak ketiga dan tingkat bonus SBI Syariah tidak

berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran pembiayaan mudharabah.

Ha1: β1 > 0 : modal dana pihak ketiga dan tingkat bonus SBI Syariah

berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran pembiayaan mudharabah.