BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf ·...
20
BAB II
PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN
A. Kondisi Sosial Budaya Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas
Secara administratif Desa Sudagaran terletak dijantung kota Kecamatan
Banyumas Kabupaten Banyumas. Dari Kantor Kecamatan Banyumas Desa
Sudagaran berjarak sekitar 300 meter yang dapat ditempuh baik dengan jalan kaki
maupun dengan kendaraan bermotor hanya mencakup waktu 5 menit, sedangkan
desa Sudagaran dari Pusat Kabupaten Banyumas berjarak sekitar 18 km. Waktu
tempuh menuju ibu kota kabupaten sekitar 30 menit itupun jika menggunakan
kendaraan bermotor.
Luas wilayah desa Sudagaran adalah 115,69 Ha dengan batas-batas desa
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Sungai Serayu
Sebelah Barat : Desa Pakunden
Sebelah Selatan : Desa Kejawar
Sebelah Timur : Desa Kedunguter.
20
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
21
Alun-AlunBanyumas
KomplekKecamatanBanyumas
Bala i DesaSudagaran
R T 3/3
R T 1/3
R T 2/3 R T 5/3
R T 4/3
R T 6/3
R T 7/3R T 7/2
R T 6/2R T 5/2
R T 7/1
R T 4/2 R T 3/2
R T 2/2
R T 1/2
R T 3/1
R T 5/1
R T 6/1
R T 4/1
R T 2/1
R T 1/1
DESA SUDA GA RA NK ECA M A TA N BA NYUM A S
Sungai Serayu
Jl. G
ato
t Sub
roto
Jl . Gadean
Jl.
Kulo
n
Jl.
Pu
ngku
ran
Jl. Sekolahan
Jl. Pengadi lan lama
Jl. Mruyung
Jl. Menganti
Jl. Budiutomo
Jl. Family
Jl. Sipanji 2
Jl. Sipanji 1Jl. Kauman
Jl. Kaligawe
Jl. P
ram
uka Jl. E
yang
Driy
a U
tam
a
J l. Sudirman
Jl. Tekhnik
J l. E yang Driy a 1
Jl. Kharisma
Jl . Singaw ik arya
J l . Karangany ar 1
J l. K aranganyar 2
Jl. Tembelang
Jl. Kr. Rena
Jl. Jaya Serayu Jl. Pramuka Jl. Karangsawah
Desa KedunguterDesa
Pakunden
Desa KejawarDesa Kedunggede
Gambar 2.1 Denah Peta Desa Sudagaran
Kec. Banyumas Kab. Banyumas
(Sumber : data monografi Desa Sudagaran 2016)
Kondisi sosial budaya masyarakat desa akan sangat ditentukan oleh 4 pilar
utama, yaitu penduduk, tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan tradisi/ budaya
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
22
masyarakat desa. Ada beberapa ragam kesenian yang berada di desa Sudagaran
seperti Keroncong Gema Kencana yang didirikan pada tahun 1990 yang sekarang
dilestarikan oleh kepala desa Sudagaran yaitu Hadi Mulyono karena beliau
merupakan keluarga keroncong; musik Hirataka yang mempunyai dua studio
musik; lembaga pendidikan SMKI (SMK N 3 Banyumas); seni hadroh Rw 2;
sanggar seni budaya Jumat Manis yang kegiatannya meliputi seni pedalangan
dengan pementasannya setiap malam jumat manis di balai pangringgitan di desa
Sudagaran dengan menggunakan wayang kulit purwo; kelompok macapat di
sanggar Jumat Manis setiap malam Jumat kliwon; Sanggar Panji Mas (LKP) yang
berdiri tahun 2007 diketuai oleh Sayuti (UPK Banyumas) termasuk Indra (sarpras)
dengan anggota sekitar 60-70 orang pada tahun 2017 yang memiliki usia minimal
3 tahun baik laki-laki maupun perempuan; seni kentongan (tek-tek) tetapi
sekarang jarang pentas; ada juga Museum Wayang Sendang Mas yang merupakan
milik Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas yang letaknya di desa Sudagaran
tepatnya di dalam lingkungan Kecamatan Banyumas. Atas gagasan Soepardjo
Rustam dan sesepuh budayawan Banyumas seperti Ki Dalang Soerono (Alm),
Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas
KOL. INF. R.G. Roedjito (1978-1988) yang diresmikan pada tanggal 31
Desember 1983 oleh SENAWANGI (Badan Sekretariat Pewayangan Indonesia).
Seni pedalangan Banyumas diperkirakan masuk ke Banyumas sejak R.A.
Baribin singgah di Banyumas. Perkiraan lain seni pedalangan ini disebarkan oleh
orang-orang Hindu yang meninggalkan Majapahit ketika terdesak oleh agama
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
23
Islam. Kemudian ada juga gendhing Banyumasan, jenis irama gendhing Jawa di
Banyumas jelas dibawa dari pusat keraton, namun irama gendhing khas
Banyumas barangkali dari lagu-lagu calung seperti yang diciptakan oleh Kyai
Demang Nurdaiman, seperti lagu Gunungsari dan Eling-eling, sedangkan tahun
1974 S. Bono dari Purbalingga berhasil menciptakan lagu-lagu gendhing
Banyumasan. Ciptaan pertamanya berjudul “Tempe Bongkrek.”
Dengan adanya berbagai kesenian tersebut, masyarakat sendiri ada yang
aktif ikut, ada juga yang hanya sebagai penikmat saja, tetapi ada masyarakat
secara kelompok ikut dalam berpartisipasi. Misalnya orang yang hobi dalam
pedalangan bisa menjadi anggota kelompok tersebut. Sanggar seni budaya
pedalangan Jumat Manis mewadahi wilayah Banyumas dan sekitarnya, tetapi dari
Solo juga ada. pementasannya sudah sampai ke Semarang dan Taman Mini
Jakarta mewakili anjungan Jawa Tengah. Pada tanggal 12 Juli 2007 sanggar Jumat
Manis mendapat juara II karawitan klasik tingkat provinsi Jawa Tengah di RRI
Semarang. Mendapatkan penghargaan langsung dari Gubernur Jawa Tengah pada
saat itu. Ada beberapa tamu yang sudah pernah berkunjung di sanggar Jumat
Manis dan melihat pementasannya yaitu :
- Sinuwun Tejo Wulan dari Surakarta
- Mardiyanto beserta ibu mantan Mendagri
- Yayasan Kantil Semarang (Prof. Soetomo)
- Bupati, pejabat pemerintah Kabupaten Banyumas
Sedangkan keroncong Gema Kencana sering siaran di TVRI Semarang
anggotanya merupakan orang dari wilayah Banyumas saja. Kesenian yang
anggotanya paling sedikit adalah kelompok hadroh yang anggotanya hanya
lingkup desa Sudagaran saja.
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
24
Sanggar Jumat Manis didanai oleh sendiri, tetapi suatu ketika ada bantuan
dari pemerintah itu juga tidak selamanya, sedangkan musik keroncong Gema
Kencana dan yang lainnya didanai oleh orang daerah sendiri yang bisa dikatakan
sukses. Apabila organisasi seni ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah harus
ada akta notaris, tetapi hal itu kurang efektif bagi organisasi tersebut karena biaya
minimal membuat akta notaris sekitar Rp 2.000.000,00 tidak sebanding dengan
bantuan dari pemerintah yang tidak datang setiap bulan atau tahun. Pada
prinsipnya setiap sanggar kesenian harus mandiri (partisipasi dari para
anggotanya) tidak memungut biaya.
Sebenarnya kelompok kesenian itu hanya bermodal hobi, sehingga dapat
membantu melestarikan budaya daerah, jika tidak ada mereka maka kesenian di
suatu daerah akan punah. Bisa dikatakan mereka adalah aset suatu daerah. Dengan
adanya berbagai ragam kelompok kesenian tersebut, maka ada hal positif
misalnya ada hubungan antara sesama manusia dan antar manusia dengan
lingkungannya. Sementara di tingkat interaksi sosial, nilai-nilai kerukunan,
keselarasan, dan kepatutan selalu menjadi pedoman dalam menciptakan ketertiban
dan kedamaian dalam berinteraksi sosial antarmasyarakat maupun dengan
masyarakat lainnya. Oleh karena itu, pelestarian dan pengembangan nilai-nilai
budaya ini perlu terus dilakukan dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera lahir dan batin (wawancara dengan Drs. Darkam Anom Sugito
S.Kar, tanggal 17 Juni 2017).
B. Sejarah Desa Sudagaran Kecamatan Banyumas
Sebenarnya sejarah desa Sudagaran ada beberapa versi, tetapi juga ada
yang tidak tahu atau belum ditemukan asal-usul desa Sudagaran. Menurut Yekti
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
25
Rahayu (wawancara tanggal 21 Maret 2017) yang menjabat sebagai sekretaris
desa Sudagaran, bahwa sejarah desa Sudagaran belum ditemukan asal-usulnya
sampai sekarang. Tulisan yang membicarakan tentang desa Sudagaran belum ada,
sehingga belum banyak yang mengetahui hanya orang-orang tertentu saja.
Menurut Kepala Desa Hadi Mulyono Putro (wawancara tanggal 8 Mei
2017) juga menyebutkan bahwa sejarah desa Sudagaran belum ditemukan serta
data mengenai desa Sudagaran juga tidak ada, tetapi Hadi Mulyono menyebutkan
bahwa bangunan kuno yang masih asli sampai sekarang walaupun sudah sedikit
ada renovasi adalah bangunan Masjid Nur Sulaiman. Bangunan kuno lain yang
ada di Desa Sudagaran seperti Pendopo Si Panji, Puskesmas, Pangeranan,
Kepatihan, bangunan di dekat pasar yang sekarang dihuni oleh orang Tionghoa
masih ada, tetapi sekarang sudah beralih fungsi kegunaannya.
Menurut Gito Sewoyo (wawancara tanggal 16 Juni 2017) Sudagaran
berasal dari kata sudagar yang artinya pedagang. Sudagar dan an menunjukkan
bahwa tempat itu banyak dihuni oleh para pedagang. Para sudagar layak sekali
tinggal di sana karena dekat dengan jalan raya yang dibuat oleh Belanda.
Sebagaimana konsep tata letak bangunan pada masa itu, maka pasar di tempatkan
di utara pusat kota yang masih masuk desa Sudagaran. Di situ merupakan tempat
yang ramai maka jadi incaran para pedagang.
Pendapat lain menurut Darkam Anom Sugito (wawancara tanggal 17 Juni
2017), Sudagaran sudah ada pada zaman Belanda tetapi tidak tahu pastinya tahun
berapa. Sudagaran berasal dari kata sudagar yang artinya pedagang. Jadi
Sudagaran merupakan tempat berdagang orang Jawa sekaligus menetap di situ.
Seperti di Rw 3 desa Sudagaran terdapat Pecinanan (kelompok orang cina) yang
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
26
terletak di dekat pasar sampai sekarang masih ada. Di samping seni pertunjukkan,
ada pula seni Batik Banyumasan (Batik Hului di Jalan Mruyung). Batik tersebut
sudah sampai Internasional sejak zaman Belanda turun-temurun sampai sekarang.
Dengan adanya usaha batik tersebut, merupakan keuntungan tersendiri karena
dapat menyerap tenaga kerja orang Jawa semua pegawainya.
Kemudian menurut Indra (wawancara tanggal 5 Juli 2017) bahwa dahulu
ada suatu perkelahian dengan menggunakan pusaka/ keris tetapi garan atau
tempat yang untuk berpegangan pusaka/ keris itu lepas, sehingga dinamakan
Sudagaran. Dari berbagai versi tersebut belum ada bukti tertulis, hanya dari
bentuk lisan saja.
Di desa Sudagaran juga terdapat beberapa makam yang berkaitan dengan
desa Sudagaran dan kebudayaannya yaitu makam Eyang Driya di sepanjang jalan
Rt 1-5. Konon dahulu Eyang Driya juga merupakan seorang tabib yang ampuh
dari masa kerajaan. Pembangunannya menjadi tanggungan Kabupaten Banyumas.
Eyang Driya konon merupakan tokoh yang ikut membangun Sudagaran tersebut.
Pada setiap bulan Suran diadakan slametan yang tempatnya berpusat di balai desa
Sudagaran.
Di Sudagaran ada lima orang yang pernah menjabat sebagai kepala desa
itu yang diketahui oleh Hadi Mulyono yaitu pertama Singa Wikarya (tahun 1945-
1972); kedua Akbar Sumarkus (tahun 1974-1976); ketiga Suharto (tahun 1981-
1999), keempat Riswanto (tahun 1999-2007), dan kelima Hadi Mulyono Putro,
SE. (tahun 2007 sampai sekarang). Kelima kepala desa tersebut yang telah
memajukan desa Sudagaran menjadi seperti sekarang ini didukung juga dengan
letak desa Sudagaran yang terdapat di jantung kota lama Banyumas sehingga desa
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
27
Sudagaran semakin pesat mengalami kemajuan (wawancara Kepala Desa Hadi
Mulyono tanggal 5 Mei 2017).
Desa Sudagaran memiliki konfigurasi berupa dataran dengan ketinggian
antara 30-150 m di atas permukaan laut (dpl), sehingga tergolong dataran sedang.
Suhu di daerah desa Sudagaran masih dalam batasan normal. Di desa Sudagaran
sebagaian tanahnya adalah berupa tanah pekarangan kendati juga daerah
sawahnya juga cukup. Ada beberapa sungai yang mengalir di desa Sudagaran
yaitu sungai Serayu yang merupakan batas desa Sudagaran di sebelah utara,
sungai Gawe yang merupakan batas di sebelah barat antara desa Sudagaran
dengan desa Pakunden, sungai Sadak, sungai Tembelang, dan sungai Peguyangan.
Iklim suatu daerah sangat berpengaruh dalam kehidupan, utamanya untuk
pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup binatang baik ternak maupun
binatang yang masih liar. Bersamaan dengan iklim di suatu tempat makhluk
hidup (manusia, tumbuhan, dan binatang) akan saling berinteraksi, yang dalam
kurun waktu tertentu akan menentukan kondisi di suatu wilayah. Curah hujan
rata-rata adalah 2000 mm dengan nilai Q adalah 71,4 %.
C. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan, karena
dilihat dari perannya, maka penduduk merupakan sumber daya manusia yang
memiliki peran sebagai pelaku utama sekaligus sebagai pemanfaat hasil
pembangunan. Desa Sudagaran pada tahun 2016 memiliki 1.433 Kepala Keluarga
(KK) dengan jumlah penduduk 4.175 Jiwa yang terdiri atas 2.088 laki-laki dan
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
28
2.087 perempuan. Rata-rata setiap keluarga terdiri dari tiga anggota keluarga.
Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1
berikut :
Tabel 1
Klasifikasi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok
Umur (th) Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 107 orang 89 orang 196 orang
5-9 128 orang 128 orang 256 orang
10-14 152 orang 124 orang 276 orang
15-19 158 orang 131 orang 289 orang
20-24 136 orang 123 orang 259 orang
25-29 165 orang 129 orang 294 orang
30-34 180 orang 172 orang 352 orang
35-39 179 orang 158 orang 337 orang
40-44 135 orang 141 orang 276 orang
45-49 135 orang 157 orang 292 orang
50-54 132 orang 149 orang 281 orang
55-59 120 orang 156 orang 276 orang
60-64 100 orang 99 orang 199 orang
65-69 89 orang 99 orang 188 orang
70-74 56 orang 58 orang 114 orang
>=75 115 orang 175 orang 290 orang
(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran Bulan Desember 2016)
Tabel 2 Jumlah KK per Rukun Tetangga ( RT )
NO. RT JUMLAH
KK
NAMA KETUA
RT KET.
I. RW. 01 532
RT. 01 92 SOENARYO
RT. 02 53 AGUS DANAWU
RT. 03 67 HERI SUPRIYANTO
RT. 04 77 MARGO RAHARJO
RT. 05 91 EDI SAPTONO
RT. 06 107 ARINDI
RT. 07 45 BANGUN SANTOSA
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
29
NO. RT JUMLAH
KK
NAMA KETUA
RT KET.
II. RW. 02 442
RT. 01 62 ANDI SUPRIYADI
RT. 02 74 SRI WAHYUDI
RT. 03 50 LATIJAN
RT. 04 58 SUDIRMAN
RT. 05 77 NORAH WIDYATMOKO
RT. 06 54 DJOHAN ASHARI
RT. 07 67 JOKO SEMBODO
III. RW. 03 456
RT. 01 66 PERMADI
RT. 02 76 TOTO HARYANTO
RT. 03 58 RAKUM
RT. 04 45 VICTOR WIBIANTO
RT. 05 78 SUPRIHATIN MARTIN
RT. 06 62 BUDIONO
RT. 07 71 SUSILO HARTONO
Ketersediaan tenaga kerja suatu daerah dapat dilihat dari jumlah penduduk
menurut umur. Tenaga kerja yang kurang menyebabkan pelaksanaan
pembangunan mengalami pemborosan biaya pengadaan tenaga kerja dan
sebaliknya bila tenaga kerja berlebih akan menimbulkan hambatan dalam
memperoleh pekerjaan. Jumlah angkatan kerja dapat digunakan untuk menyusun
rencana pembangunan wilayah. Usia yang kerja dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu angkatan kerja muda (15-24 th), angkatan kerja produktif (25-44), dan
angkatan kerja tua (45-59 th).
Dengan melihat tabel di atas dapat diketahui bahwa golongan angkatan
kerja produktif berjumlah 1.259, angkatan kerja muda 548, angkatan kerja tua
849, hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja yang tersedia di Desa Sudagaran
bisa untuk mengisi peluang kerja. Sebenarnya keadaan tanah pertanian cukup baik
dan subur namun sebagian besar penduduk tidak memiliki lahan tersebut dan
hanya sebagai buruh tani atau petani penggarap dengan sistem bagi hasil atau
sewa tanah sawah.
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
30
2. Tingkat Pendidikan
Tabel 3
Komposisi Penduduk Desa Sudagaran Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 S3 1
2 S2 19
3 DIV/S1 303
4 D3 163
5 D1/D2 46
6 Tamat SLTA 1.424
7 Tamat SLTP 579
8 Tamat SD 730
9 Belum Tamat SD 277
10 Tidak/Belum Sekolah 633
Jumlah 4.175
(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran 2016 )
Tingkat pendidikan di desa Sudagaran tergolong sedang, hal ini didukung
adanya fasilitas pendidikan di Desa Sudagaran yaitu diantaranya telah tersedianya
3 Taman Kanak-kanak, 3 Sekolah Dasar, 2 Sekolah Menengah Pertama, 1 SMA
dan 2 SMK. Sebagian besar penduduk desa Sudagaran adalah tamatan SLTA
yaitu sekitar 1.424 orang, disusul tamatan SLTP 579 orang, 730 tamatan SD,
sebanyak 277 belum menyelesaikan tingkat SD, dan yang telah mengenyam
pendidikan di akademi atau perguruan tinggi adalah 532 orang.
3. Mata Pencaharian
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bagi manusia adalah sangat
dibutuhkan makanan. Untuk memperoleh makanan tersebut manusia berjuang
demi kelangsungannya itu, usaha tersebut dilihat dari kegiatan manusia itu dalam
kehidupannya sehari-hari, setiap manusia mempunyai usaha yang berbeda-beda
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
31
menurut kemampuan mereka. Kegiatan sehari-hari dalam mencari makanan
tersebut sangat menentukan pola hidup diri manusia itu beserta keluarganya.
Mata pencaharian sebagian besar keluarga di desa Sudagaran adalah
Pensiunan, PNS, TNI / POLRI, Karyawan Swasta, Wiraswasta dan Buruh Harian
Lepas. Mata pencaharian yang lain dapat sebagai berikut :
Tabel 4
Komposisi Desa Sudagaran Menurut Mata Pencaharian
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan
1 Belum/Tidak Bekerja 914
2 Mengurus Rumah Tangga 705
3 Pelajar/Mahasiswa 680
4 Pensiunan 212
5 Pegawai Negeri Sipil 156
6 Tentara Nasional Indonesia 13
7 Kepolisian RI 8
8 Perdagangan 61
9 Petani/Pekebun 21
10 Peternak -
11 Nelayan/Perikanan 1
12 Industri 2
13 Konstruksi 1
14 Transportasi 3
15 Karyawan Swasta 522
16 Karyawan BUMN 16
17 Karyawan BUMD 1
18 Karyawan Honorer 26
19 Buruh Harian Lepas 243
20 Buruh Tani/Perkebunan 16
21 Buruh Nelayan/Perikanan 1
22 Buruh Peternakan -
23 Pembantu Rumah Tangga 5
24 Tukang Cukur 1
25 Tukang Listrik 1
26 Tukang Batu 6
27 Tukang Kayu 3
28 Tukang Sol Sepatu -
29 Tukang Las/Pandai Besi -
30 Tukang Jahit 4
31 Tukang Gigi -
32 Penata Rias 1
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
32
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan
33 Penata Busana -
34 Penata Rambut 1
35 Mekanik 10
36 Seniman 2
37 Tabib -
38 Paraji -
39 Perangcang Busana -
40 Penterjemah -
41 Imam Mesjid -
42 Pendeta 1
43 Pastor -
44 Wartawan 1
45 Ustadz/Mubaligh -
46 Juru Masak 2
47 Promotor Acara -
48 Anggota DPR-RI -
49 Anggota DPD -
50 Anggota BPK -
51 Presiden -
52 Wakil Presiden -
53 Anggota Makamah Konstitusi -
54 Anggota Kabinet/Kementrian -
55 Duta Besar -
56 Gubernur -
57 Wakil Gubernur -
58 Bupati -
59 Wakil Bupati -
60 Walikota -
61 Wakil Walikota -
62 Anggota DPRD Provinsi -
63 Anggota DPRD
Kabupaten/Kota
-
64 Dosen 4
65 Guru 57
66 Pilot -
67 Pengacara 1
68 Notaris -
69 Arsitek -
70 Akuntan -
71 Konsultan 2
72 Dokter 9
73 Bidan 3
74 Perawat 13
75 Apoteker 1
76 Psikiater/Psikolog 1
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
33
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan
77 Penyiar Televisi -
78 Penyiar Radio -
79 Pelaut 4
80 Peneliti -
81 Sopir 19
82 Pialang -
83 Paranormal -
84 Pedagang 141
85 Perangkat Desa 12
86 Kepala Desa -
87 Biarawati -
88 Wiraswasta 269
89 Lainnya -
(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran 2016)
4. Sarana Prasarana
Prasarana jalan angkutan merupakan salah satu penunjang tercapainya
pemerataan pembangunan. Adapun pemerataan pembangunan dilaksanakan untuk
mencapai terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, pertumbuhan
ekonomi yang sangat baik serta stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.
Lalu lintas perhubungan dengan kecamatan dan Purwokerto sebagai
ibukota Kabupaten dihubungkan dengan jalan darat dengan konstruksi jalan
beraspal. Sedangkan dari pusat desa menuju ke seluruh dusun dihubungkan
dengan jalan yang diaspal dan sebagian diperkeras dengan plesteran. Bagi
penduduk desa Sudagaran jalan beraspal sangat membantu proses kehidupannya
terutama bagi pedagang dan para pekerja yang mempunyai pekerjaan di luar desa
Sudagaran. Hal itu juga mendorong proses produksi dari hasil penduduk.
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
34
5. Kelembagaan Desa
Dalam hal ini kelembagaan desa diartikan organisasi dan aturan main yang
menentukan ruang gerak organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Aturan
main yang memberikan gerak berjalannya suatu organisasi itu diantaranya
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah
serta Keputusan Kepala Daerah, sedangkan lembaga masyarakat adalah suatu
himpunan yang mengatur norma-norma dari tingkatan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat, di mana wujud konkritnya
adalah asosiasi.
Lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa Sudagaran adalah sebagai
berikut:
Tabel 5
Kelembagaan Desa Sudagaran
No Jenis Kelembagaan Desa Jumlah
Pengurus/Kader
1 BPD 9 orang
2 LKMD 3 orang
3 PKK 22 orang/4 Pokja
4 Kelompok Tani 12 orang
5 Koperasi 63 orang
6 RT 63 orang
7 RW 15 orang
8 Kelompok Kesenian 3 orang
Pendidikan
1 TK 3
2 SD 3
3 SMP 2
4 SMA 1
5 SMK 2
(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran 2016)
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
35
6. Pola Penggunaan Lahan
Tabel 6
Luas dan Penggunaan lahan Desa Sudagaran 2016
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Tanah sawah 33
2 Tanah pemukiman 26,28
3 Tanah pekarangan 37,76
4 Perkantoran 12,92
5 Prasarana Umum lainnya 5,73
Total Luas 115,69
(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran 2016)
Luas Desa Sudagaran seluruhnya sebesar 115,69 Ha, mayoritas penduduk
desa Sudagaran mempunyai pekerjaan sebagai Pensiunan, PNS, Petani dan lain-
lain. Di bidang pertanian memiliki lahan 33 Ha tanah sawah, 26,28 Ha tanah
pemukiman. Tanah pekarangan 37,76 Ha, dan sisanya adalah tanah untuk tempat
pendidikan, perkantoran, sungai, lapangan, jalan dan lain-lain.
D. Sejarah Perkembangan Berdirinya Masjid Nur Sulaiman
Untuk mengetahui berdirinya Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas
merupakan hal yang sangat sulit karena tidak ada bukti tertulis tentang pendirian
masjid tersebut. Menurut Babad Banyumas yang dihimpun oleh Oemarmadi dan
Poerbosewojo dikatakan bahwa Balai Si Panji yang merupakan pendopo
Kabupaten Banyumas dibangun oleh Raden Tumenggung Yudanegara II (Bupati
Banyumas yang ke VII) yakni pengganti Tumenggung Yudanegara III karena
diminta oleh Sultan Hamengku Buwana I sebagai Pepatih Dalem Kesultanan
Yogyakarta dengan gelar Kanjeng Raden Adipati Danuredja I. Kemudian yang
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
36
menggantikannya sebagai bupati Banyumas adalah Yudanegara IV (Priyadi, 2015:
141). Yang akhirnya Tumenggung Yudanegara II wafat di pendopo tersebut pada
tahun 1743. Apabila cerita tersebut benar berarti pendopo Balai Si Panji didirikan
sebelum tahun 1743. Hal ini sesuai dengan data yang menunjukkan bahwa
pendirian sebuah keraton diikuti pula dengan pendirian tempat ibadah yaitu
masjid. Sebagai contoh Keraton Surakarta didirikan pada tahun 1746, sedangkan
masjidnya didirikan pada tahun 1763 karena pada zaman Kerajaan Islam di Jawa
dahulu apabila ada sebuah keraton maka di situ akan didirikan sebuah masjid
(Romli dkk, 1998: 9).
Sedangkan menurut riwayat, Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas
didirikan kurang lebih setelah pendirian rumah kabupaten dengan pendopo Balai
Si Panji -nya. Jadi kemungkinan Masjid Nur Sulaiman didirikan setelah pendopo
Si Panji berdiri (Wawancara dengan Muhammad Ilyas tanggal 26 Desember
2016).
Pada masa pemerintahan Raffles (1811-1816) kemungkinan tata kota
Banyumas sudah mendekati bentuk yang sekarang ini. Pada saat itu Bupati
Banyumas yang ke X memohon kepada Raffles agar wilayah Kabupaten
Banyumas di lepaskan dari Keraton Surakarta, dan dirinya ditetapkan sebagai
Sultan. Kemudian pada tahun 1825-1830 di Jawa terjadi Perang Diponegoro.
Perang ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh
Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara, melibatkan pasukan Belanda
di bawah pimpinan Jenderal De Kock yang berusaha meredam perlawanan
penduduk Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Akibat perang ini,
penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000 jiwa, sementara korban tewas di
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
37
pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi. Akhir
perang ini menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.
Pada tahun 1831 Gubernur Jenderal Belanda De kock menguasai pulau
Jawa termasuk wilayah Banyumas dan beliau membangun sebuah Rumah Sakit
Banyumas (sekarang RSUD Banyumas), karsidenan, serta menguasai daerah
Banyumas. Jenderal De kock juga mengangkat residen, asisten residen, bupati,
penghulu (pemuka agama), mentri polisi, mentri jaksa, dan mentri cacar.
Sementara pada masa itu seorang penghulu diangkat dan diberhentikan oleh
Gubernur Jenderal De Kock bahkan kegiatan di masjid-masjid selalu dikontrol
oleh pemerintah Belanda karena dijadikan lambang kekuasaan feodalisme sebagai
alat pemerintahan kolonial di daerah.
Pada saat Kabupaten Banyumas dikuasai oleh Belanda tepatnya pada
tanggal 21-23 Februari 1861 terjadi bencana banjir besar sampai Rumah sakit,
karsidenan dan rumah residen tenggelam hingga 3,5 meter. Tanda bukti
ketinggian air ketika banjir sampai sekarang masih ada bekasnya yang terdapat di
Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.
Kemudian pada tahun 1891 zaman pemerintahan Adipati Mertadiredja III
dibangun jembatan sungai Serayu di kota Banyumas sepanjang kurang lebih 115
meter. Pada saat itu transportasi masih sulit, belum ada dokar (delman) dan
kendaraan umum yang disewakan. Pada saat itu pejabat berkendaraan kereta kuda,
sedangkan beberapa saudagar menggunakan pit (sepeda). Kemudian pemerintah
Belanda membangun jalan kereta api Staats Spoorwegen (SS) di wilayah
Banyumas. Yang pertama dibuat adalah jalur lintas Yogyakarta-Cilacap yang
pengoperasiannya diresmikan pada tanggal 20 Juli 1884. Disusul dengan
perusahaan kereta api swasta (SDS) yang membangun sepanjang aliran sungai
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
38
Serayu pada tahun 1896 yaitu lintas Maos-Gambarsari-Patikraja-Purwokerto-
Sokaraja-Banjarsari dan seterusnya. Tahun 1896 juga pertama kali di Purwokerto
didirikan semacam Bank perkreditan yang diurus oleh R.A. Wiriatmadja Patih
Purwokerto karena Patih Purwokerto merasa prihatin dengan kehidupan rakyat
kecil yang banyak terlilit oleh rentenir, kemudian beliau mendirikan semacam
badan yang bisa digunakan untuk simpan pinjam (Wawancara dengan Gito
Sewodjo tanggal 4 Juli 2017).
Di samping banyak pembangunan yang positif di daerah Banyumas pada
tahun itu, di Banyumas juga ada hal buruk seperti masyarakatnya sering terjangkit
wabah penyakit menular, terjadi bencana alam hujan abu, gempa bumi, paceklik,
dan banjir besar. Tetapi dengan terjadinya bencana alam seperti banjir besar ada
hal positifnya yakni, keberadaan Masjid Nur Sulaiman semakin tampak karena
banyak penduduk yang mengungsi ke pendopo Balai Si Panji dan Masjid Nur
Sulaiman. Kemungkinan dahulu Masjid Nur Sulaiman dan Bale Si Panji
bangunannya masih menjulang tinggi dibandingkan daerah di sekitarnya tidak
seperti sekarang.
Oleh karena itu Banyumas merupakan satu-satunya kabupaten di Indonesia
yang mempunyai dua lembaga pemerintahan karena dulu waktu dikuasai Belanda
terjadi bencana banjir yang menyebabkan banyak kerusakan sehingga kabupaten
dipindahkan ke Purwokerto. Menurut data pada buku proyek proposal, Masjid
Nur Sulaiman didirikan pada tahun 1899 tepatnya pada hari Selasa Pon atau 18
Jumadil akhir (1317 Hijriyah atau 24 Oktober 1899). Data ini merupakan data
yang oleh cagar budaya diketahui sedangkan data berdirinya masjid yang sudah
dijelaskan tadi di atas merupakan data secara keseluruhan tentang Masjid Nur
Sulaiman.
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
39
Pada kayu penggantung bedug terdapat prasasti berhuruf Arab yang
menunjukkan angka 1312. Menurut sejarawan Suwedi Montana angka tahun
tersebut sama dengan 1890 Masehi. Selain itu pada gapura sisi barat pernah
ditemukan prasasti yang berangka tahun 1889. Pada tembok tempat wudhu
wanita, yaitu di sebelah selatan masjid terdapat prasasti yang berbunyi “Dipugar
Ke I 1889 dan Ke II 1980”. Kemudian pada tahun 1980 dilakukan pemugaran
yang meliputi pembongkaran pagar tembok di serambi; atap seng diganti dengan
yang baru sekaligus di cat; perubahan emper serambi; usuk serambi diganti kayu
baru; tempat wudhu utara diperbaiki; pagar tembok sisi barat dan selatan
diperbaiki; pengecatan dinding dan tiang-tiang masjid; dan pemugaran dilakukan
oleh PT. Serayu (Romli dkk, 1998: 10).
Pembangunan Masjid Nur Sulaiman ini diarsiteki oleh Nurdaiman yang
merupakan Demang Gumelem (Susukan) II sekaligus sebagai Penghulu Masjid
yang pertama yang konon dulu merupakan orang yang sakti. Silsilahnya desa
Perdikan Gumelem mempunyai tujuh demang, yakni Kiai Ageng Gumelem (Kiai
Ageng Chasanbesari); Kiai Wirareja; Kiai Ciptasuta; Kiai Prajasuta I; Kiai
Prajasuta II; Kiai Prasuta I; dan Kiai Prasuta II. Setelah Kiai Prasuta II, Gumelem
dibagi menjadi dua, Gumelem Wetan dan Gumelem Kulon. Demang-demang
Gumelem Wetan meliputi Kiai Nurdaiman I; Kiai Nurdaiman II; Raden
Mertadipa; Raden Dipadipura; Raden Imanwireja; dan Raden Iman Sumbadi.
Demang-demang Gumelem Kulon meliputi Kiai Reksadipa I; Kiai Reksadipa II;
Kiai Reksadipa III; Mas Reksadikara; Raden Reksadipura; Raden Reksasudarma;
Raden Sukirna; Raden Subadi; dan Raden Sugadi.
Raden Nurdaiman I, Raden Reksadipa I, dan Nurdaiman II adalah putra
Kiai Ditajaya (Kiai Prigi). Kiai Ditajaya keturunan Gumelem juga, silsilahnya
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
40
adalah Kiai Ageng Gumelem; Kiai Wirareja; Kiai Sutajaya; Kiai Sutamerta; Kiai
Kartinaya; Ditajaya (Kiai Prigi). Silsilah Nyai Ditajaya adalah Kiai Ageng
Gumelem; Raden Wirakusuma II; Kiai Jebeng; Kiai Sutapatra; Kiai Sutajaya; Kiai
Danatruna; Nyai Ditajaya. Dengan demikian, demang Gumelem Wetan dan
demang Gumelem Kulon masih keturunan Kiai Ageng Gumelem juga. Kiai
Nurdaiman I menjadi Kliwon Suranatan di Keraton Surakarta dan kedudukan
demang digantikan oleh Kiai Nurdaiman II yang sebelumnya menjadi demang di
Pasiraman (Priyadi, 2015: 48).
Nurdaiman tidak hanya membuat masjid di Kabupaten Banyumas saja,
tetapi di daerah lain beliau juga ikut membangun masjid seperti di Kabupaten
Purbalingga Masjid Agung Darussalam dan di Kabupaten Cilacap Masjid Agung
Darussalam Cilacap. Dari ketiga masjid itu arsitekturnya satu orang yakni
Nurdaiman.
Pada suatu hari tokoh-tokoh Banyumas berkumpul untuk mendiskusikan
mengenai pembentukan nama masjid. Akhirnya diambil dengan nama Masjid
Agung Nur Sulaiman. Kata Nur diambil dari nama depan arsitekturnya yakni
Nurdaiman yang Pesareannya terdapat di atas Masjid Dawuhan di sebelah kiri
jalan dibawah Pesareannya Joko Kaiman (Bupati pertama Banyumas), sedangkan
Sulaiman diambil dari seorang mubaligh (penyiar agama) yang merupakan orang
pertama berdakwah di Masjid Nur Sulaiman yakni Ki Sulaiman yang Pesareannya
di Desa Dawuhan, Kecamatan Banyumas, sehingga masjid tersebut bernama
Masjid Agung Nur Sulaiman. Beberapa orang ada yang meyakini bahwa di dekat
pengimaman Masjid Nur Sulaiman terdapat sebuah makam, tetapi takmir masjid
mengatakan bahwa tidak ada tandanya. Berbeda dengan takmir masjid, pendapat
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
41
orang sepuh dahulu yang sering beribadah di masjid meyakini bahwa memang ada
makam di daerah pengimaman.
Sebagaimana konsep tata letak bangunan pada masa pemerintahan
kerajaan di Jawa, posisi masjid selalu berada di sebelah barat alun-alun sebagai
simbol kebaikan, berseberangan dengan letak penjara sebagai simbol kejahatan di
sebelah timur alun-alun. Masjid Nur Sulaiman di bangun di atas tanah seluas
4.950 m². Di halaman masjid terdapat sebuah pohon gedang lanang (pisang
berbentuk seperti kipas) yang sekarang termasuk tumbuhan langka. Konon, akar
pohon gedang lanang ini dapat digunakan untuk obat menyembuhkan
kemandulan.
Secara administrasi masjid ini berada dalam wilayah desa Sudagaran,
Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah kurang lebih
25 km dari kota Purwokerto. Di sebelah timur berbatasan dengan alun-alun, di
sebelah selatan berbatasan dengan jalan Serayu, di sebelah barat berbatasan
dengan jalan Kauman belakang masjid, sedangkan di sebelah utara masjid
terdapat rumah dinas kepala/ kantor KUA tetapi sekarang digunakan untuk
sekretariat masjid dan kegiatan-kegiatan sosial sekitar masjid serta terdapat juga
rumah juru pengelola masjid yaitu Joni yang sekaligus berbatasan dengan jalan
sekolahan (Wawancara dengan Muhammad Ilyas, tanggal 6 Maret 2017).
Masjid Nur Sulaiman merupakan satu-satunya masjid yang sudah
bersertifikat Nasional di Kabupaten Banyumas. Jika ingin memperbaiki atau
merehab harus koordinasi dulu dengan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya
Jawa Tengah yang kantornya di Prambanan karena Masjid Nur Sulaiman telah
masuk daftar inventarisasi Benda Cagar Budaya Kabupaten Banyumas oleh Balai
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
42
Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah (BP3 Jateng) tahun 2004 Nomor
: 11-12/ Bas/ 44/ TB/ 04. Hal ini berbeda dengan alun-alun yang bisa direhab
tanpa harus izin dari pihak cagar budaya. Bangunan masjid merupakan perpaduan
antara kebudayaan tradisional dan kebudayaan barat (kolonial). Pada bagian
depan masjid tepatnya di emperan masjid ada satu saka yang sudah pernah diganti
yang terletak di sebelah utara bagian emperan. Dahulu juga bagian emperan
berbeda dengan yang sekarang. Masjid Nur Sulaiman juga dapat menampung
sekitar 750 orang untuk shalat berjamaah, sekitar 500 orang di tempatkan di ruang
utama masjid sedangkan 250 orang di tempatkan di bagian serambi masjid.
Rencana masjid ini akan dikembalikan ke dalam bentuk masjid aslinya,
sudah diizinkan oleh pihak kantor Prambanan yang mengelola cagar budaya. Hal
ini belum dimulai karena menunggu bahan matrial yang masih didiskusikan oleh
takmir dan warga sekitar. Sebenarnya banyak orang yang ingin menyumbangkan
kayu untuk merenovasi masjid tetapi belum ada keputusannya. Dana untuk
merehab masjid sudah disediakan dari takmir masjid karena sanggup untuk
membiayainya, sedangkan dari pemerintah tidak ada karena memang keinginan
dari masyarakat sendiri dan pihak dari kantor Prambanan sudah mengizinkan dan
ada bukti fisik, asalkan dibiayai sendiri.
Dari dahulu apabila mau merenovasi Masjid Nur Sulaiman tidak boleh
menerima sumbangan dari orang non-muslim walaupun sumbangan tersebut
sangatlah besar tetap tidak diperbolehkan karena itu merupakan suatu pantangan.
Hal tersebut masih berlaku sampai sekarang, harus dari bantuan orang-orang
muslim, alasannya apabila menerima bantuan tersebut untuk menghindari
terjadinya timbal balik antara non-muslim yang menyumbangkan dana tersebut
dengan orang muslim yang menerima dana tersebut.
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017
43
Pada waktu dahulu sebelum tempat wudhu dibongkar ada sebuah prasasti
yang menunjukkan tahun pemugaran, kemudian tempat wudlu tersebut direhab
sehingga prasasti itu hilang dengan sendirinya sekarang sudah tidak ada. Waktu
itu mungkin prasasti tersebut belum dianggap penting dan juga masjid Nur
Sulaiman belum masuk cagar budaya sehingga prasasti yang bertuliskan masa
pemugaran masjid tersebut sudah tidak ada. Tempat wudhu di Masjid Nur
Sulaiman sekarang memiliki total 40 kran, 30 kran untuk tempat wudhu pria dan
10 kran untuk tempat wudhu wanita. Kemudian apabila masjid mengalami
kerusakan yang besar atau parah memang ditanggung oleh pemerintah terutama
Dinas dibawah Kementrian Kebudayaan, dana juga seluruhnya dari kementrian
tersebut (Wawancara dengan Joni, tanggal 8 Maret 2017).
Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017