BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria...

20
19 BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANG Pada bab ini memberikan uraian tentang kekuatan militer Jepang dan pasca revolusi militer Jepang. Kapabilitas militer Jepang tidak bisa di uraikan tanpa adanya proses-proses yang menjadikan kekuatan militer Jepang menjadi Super Power, Restorasi Meiji membuat sejarah untuk militer Jepang untuk bersaing dengan kekuatan militer dari luar. 2.1 Sejarah Militer Jepang Setiap negara memiliki pasukan tentara perang sebagai fungsi negara yang bertugas untuk mempertahankan negara dari serangan musuh. Jepang adalah negara yang pernah menutup diri dari pengaruh dunia lebih dari dua abad yaitu pada tahun 1638 sampai dengan 1853. Jepang suskses menutup diri dari pengaruh dunia luar. Sistem negara pada saat itu adalah system negara kekaisaran Jepang yaitu dimana bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan kaisar. Setelah terjadinya Restorasi Meiji, Jepang mulai membuka diri dan menghapus kasta yang ada dimasyarakat Jepang. Kaisar juga melakukan melalkuan perintah dan peraturan dimana diberlakukakannya pertukaran pelajar Jepang dikirim keluar negeri untuk mempelajari segala bidang ilmu pengetahuan termasuk dalam bidang hukum dan tekhnik peperangan. 19 Setelah dinilai cakap dalam mengemban tugasnnya sebagai pelajar, mereka dipanggil kembali untuk pulang ke Jepang dan mengjarkan pada masyarakat Jepang tentang segala hal yang mereka pelajari di luar negeri. Restorasi Meiji lebih dikenal sebagi zaman 19 Marcel Susanto, 2016, Latar Belakang Keterlibatan Jepang Pada Perang Dunia II , dalam https://www.zenius.net/blog/14002/perang-dunia-ii-jepang diakese pada tanggal 17 Mei 2019

Transcript of BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria...

Page 1: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

19

BAB II

PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANG

Pada bab ini memberikan uraian tentang kekuatan militer Jepang dan

pasca revolusi militer Jepang. Kapabilitas militer Jepang tidak bisa di uraikan

tanpa adanya proses-proses yang menjadikan kekuatan militer Jepang menjadi

Super Power, Restorasi Meiji membuat sejarah untuk militer Jepang untuk

bersaing dengan kekuatan militer dari luar.

2.1 Sejarah Militer Jepang

Setiap negara memiliki pasukan tentara perang sebagai fungsi negara yang

bertugas untuk mempertahankan negara dari serangan musuh. Jepang adalah

negara yang pernah menutup diri dari pengaruh dunia lebih dari dua abad yaitu

pada tahun 1638 sampai dengan 1853. Jepang suskses menutup diri dari pengaruh

dunia luar. Sistem negara pada saat itu adalah system negara kekaisaran Jepang

yaitu dimana bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan kaisar.

Setelah terjadinya Restorasi Meiji, Jepang mulai membuka diri dan

menghapus kasta yang ada dimasyarakat Jepang. Kaisar juga melakukan

melalkuan perintah dan peraturan dimana diberlakukakannya pertukaran pelajar

Jepang dikirim keluar negeri untuk mempelajari segala bidang ilmu pengetahuan

termasuk dalam bidang hukum dan tekhnik peperangan.19 Setelah dinilai cakap

dalam mengemban tugasnnya sebagai pelajar, mereka dipanggil kembali untuk

pulang ke Jepang dan mengjarkan pada masyarakat Jepang tentang segala hal

yang mereka pelajari di luar negeri. Restorasi Meiji lebih dikenal sebagi zaman

19 Marcel Susanto, 2016, Latar Belakang Keterlibatan Jepang Pada Perang Dunia II, dalam

https://www.zenius.net/blog/14002/perang-dunia-ii-jepang diakese pada tanggal 17 Mei 2019

Page 2: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

20

modern Jepang lebih canggih dalam pengadaan peralatan perang serta taktik

peperangan yang canggih karena itu disebut dengan tentara modern Jepang.

Tentara modern jepang terbagi atas dua bagian yaitu Angkatan Darat Kekaisaran

Jepang dan Angakatan Laut Kekaisaran Jepang.20

1. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang

Angkatan Darat Kekaisaran Jepang (Dai-Nippon Teikoku Rikugun) yang

didirikam pada tahun 1867-1945 yang dikendalikan oleh Staff Gabungan

Angkatan Darat (Sanbo Honbu) dan Kementerian Angkatan Darat (Rikugunsho)

dengan panglima tertinggi Kaisar Jepang. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang

diawasi oleh Inpsektorat Jendral Penerbang Angkatan Darat sebagai institusi

ketiga. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang ini bermarkas besar dipusat Markas

Besar Kekaisaran (Daihonei) yang terdiri atas Kepala Staf Wakil Gabungan

Angkatan Darat dan Staf Angkatan Laut serta Menteri Peperangan dan Inspektur

Jendral Militer. 21

Angkatan Darat Kekaisaran Jepang resmi dibuka secara resmi pada tahun

1873. Peraturannya diubah menjadi laki-laki yang berusia dari 17 tahun hingga 40

tahun dan dianggap mampu dan memiliki fisik wajib melakukan tugas militer dan

mengikuti wajib militer. Untuk memodernisasi tekhnik tempur pasukan Jepang

maka harus mendatangkan banyak perwira militer asing sebagai penasihat

ataupun instruktur perang oleh pemerintah Jepang. Calon perwira Jepang yang

telah lulus akademi militer akan dikirim ke Eropa untuk melanjutkan pendidikan

20 Ibid., 21 Skripsi Dantika Lavinia Zafarayana, 2018, Militer dalam Kejahatan Perang Jepang Terhadap

Indonesia Tahun 1942-1945 (Studi Kasus: Perbudakan Seksual Wanita Indonesia), Univesitas

Diponegoro, hlmn. 20 dalam http://eprints.undip.ac.id/70309/3/BAB_II.pdf diakses pada tanggal

20 Mei 20119

Page 3: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

21

militernya. Setelah selesai melanjutkan pendidikan di luar negeri tersebut

dipanggil kembali ke Jepang untuk menerapkan dan mengajarkan kembali pada

pasukan tentara lainnya.

2. Angkatan Laut Kekaisaran Jepang

Angkatan Laut Kekaisaran Jepang resmi dibuka pada bulan Mei 1920.

Terjadinya perang dunia kedua membuat Jepang melakukan perekrutan terhadap

keanggotaan baru ALKJ. Perekrutan awal anggota bintara dan tantama pada bulan

Juni 1930 dengan nama Hiko Jutsu Renshu Sei (Program Latihan Teknik

Penerbangan) yang kemudian namanya diganti menjadi Soh-ju Renshu Sei (Kadet

Pilot) disingkat dengan Sohren. Perekrutan lain program non-perwira yang disebut

dengan Hiko Yoka Reshu Sei (Program Pelatihan Cadangan Penerbangan) atau

yang disebut juga Yokaren.22

Pada Oktober 1944 anggota Yokaren dialihkan tugas dari penerbangan

akibat kekurangan bahan bakar dan pesawat. Anggota Yokaren yang dialihkan

tugasnya tersebut menjadi montir pesawat dan juga menjadi staff komunikasi.

September 1944, para alumni anggokata Yokaren pertama kali ditugaskan untuk

melakukan misi bunuh diri. Anggota yang melakukan msi bunuh diri ini diberi

sebutan misi Kamikaze dimana Kamikaze merupakan nama tim ALKJ. Kamikaze

terkenal dengan kekejaman dan keberaniaanya disegala medan tempur, mereka

sangat loyal terhadap negara karena mereka rela mati mengorbankan nyawanya

demi membela Jepang dari ancaman negara luar.

22 Ibid., hal. 21

Page 4: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

22

Perang Dunia I terjadi antara 1914-1918. Pada hakikatnya merupakan

perang antar negara yang berbeda di kawasan Eropa. Kemudian Perang Dunia I

meluas kewilayah sekitarnya. Negara-negara yang berperang yaitu negara yang

berada pada Blok Sekutu dan Blok Sentral. Negara-negara yang ikut berperang

hanya untuk mempertahankan kemashuran dan keangkuhan serta kekuasaan.23

Sebab terjadinya Perang Dunia I pada 1914, tentara Austria mengadakan

latihan perang di Bosnia, Serbia menuntut Bosnia Herzegovina agar

menghentikan latihan perang, karena tentara Austria di Bosnia dianggap sebagai

tantangan. Saat itu putra mahkota Austria frans Ferdinand mengunjungi latihan

tersebut. Namun, pada tanggal 28 juni 1914 ia dibunuh di Sarajevo oleh anggota

nasionalis Serbia yaitu Gavrilo Principe. Kemudian Austria mengeluarkan

Ultimatum kepada Serbia agar menyerahkan pembunuhannya dalam waktu dekat,

namun tidak digubris oleh Serbia. Pada tanggal 28 Juli 1914 Austria menyatakan

perang terhadap Serbia. Berselang beberapa hari pada tanggal 1 Agustus 1914

Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus

1914 Jerman juga menyatakan perang terhadap Perancis dan Inggris dan akhirnya

secara singkat perang meluas ke seluruh Eropa.24

Kemenangan pada Perang Dunia I dalam melawan Rusia ditahun 1904

sampai dengan 1905. Kemenangan itu semakin membuat Jeang percaya diri untuk

ikut ambil andil dalam Perang Dunia II. Pembaharuan dan pemodernisasian dalam

segala bidang menghantarkan Jepang menjadi negara yang haus akan kekuasaan

dan daerah jajahan yang kaya akan sumber daya alam yang dilakukan oleh

23 Saud Pasaribu, 2018, History of the World War. Yogyakarta, Alexander Books hal.3-4 24 Ibid., hal. 3-4

Page 5: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

23

negara-negara barat. Jepang sebagai negara yang maju di Asia pada saat itu tidak

menerima jika negara-negara di Asia lainnya dikuasai oleh negara barat.

Pada saat periode Perang Dunia II Amerika Serikat yang memiliki

kependudukan di Asia seperti negara Filipina, Singapura, Hongkong dan Hindia

Belanda. Jepang tidak terima atas kependudukan Amerika Serikat di Asia yang

seharusnya itu adalah daerah kekuasaannya, hal tersebut yang menghantarkan

terjadinya perang antara Jepang dan Amerika Serikat. Selain itu ada beberapa hal

yang menjadi faktor permusuhan antara Jepang dan Amerika Serikat yaitu saat

Perang Dunia I Rusia yang di kalahkan oleh Jepang.

2.1.1 Kekuatan Militer Jepang pada Perang Dunia II

Jepang adalah negara di dunia yang mengalami perubahan dari segi

pertahanan dan keamanan negaranya. Sebelum Perang Dunia II, Jepang

merupakan negara ekpansionis yang sering bersikap agresif dalam melakukan

interaksi dengan negara-negara di dunia. Jepang sangat ingin mewujudkan

mimpinya sebagai negara pemimpin Asia.25

Pada masa Restorasi Meiji, restorasi tersebut salah satu dampaknya ada

pada militerisme Jepang. Pada masa kekuasaan Meiji, militer sangat berpengaruh

yang kuat pada masyarakat Jepang. Semua pemimpin dimasyarakat pada waktu

kekuasan Meiji baik pimpinan militer, politik dan bisnis adalah keturunan

samurai, mereka juga saling memberikan pandangan dan nilai-nilai. Pemerintahan

Meiji memandang Jepang sebagai negara yang terancam oleh imperialisme barat,

dan motivasi utamanya adalah melaksanakan kebijakan Fukoku Kyohei dalam

25 Skripsi Dini Oktavia, 2016, Respon Korea Selatan Terhadap Japan’s New Secrity Bills,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hal. 21, dalam

http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/7720 diakses pada tanggal 19 Mei 2019

Page 6: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

24

pemerintahan Meiji adalah memperkuat perekonomian dan industri Jepang,

sehingga bias membangun militer yang kuat untuk membela Jepang dalam

mempertahankan dari serangan dari luar.

Selain memperhatikan kekuatan dari luar yang berpotensi mengancam

Jepang, pemerintahan Meiji juga memperhatikan isu-isu domestik yang

mengancam keamanan Jepang. Isu dari dalam negeri seperti ancaman dari

pemberontak internal, misalnya pemberontakan Saga, pemberontakan Satsuma,

dan berbagai pemberontakan lain seperti pemberontakan petani pedesaan

membuat Jepang membutuhkan kekuatan militer yang cukup kuat.26

Pada masa Pemeritahan Meiji muncul wajib militer universal, yang

diperkenalkan oleh Yamagata Aritomo pada tahun 1873. Proklamasi reskrip

Imperial terhadap Angkatan Darat dan Angkatan Laut pada tahun 1882 yang

memungkinkan militer untuk mengindoktrinasi ribuan warga Jepang yang berlatar

belakang social dengan nilai militer patriotic dan konsep kesetiaan yang tanpa ada

pertanyaan maupun keraguan kepada Kaisar sebagai dasar negara Jepang

(Kokutai). Yamagata kebanyakan orang Jepang sangat dipengaruhi oleh

keberhasilan Prussia (Kerajaan Jerman dimasa lalu), masa itu dalam mengubah

dirinya dari sebuah negara pertanian untuk menjadi negara dengan kekuatan

industry, militer yang maju dan modern. Ia menerima ide-ide politik Prussia, yang

mendukung ekspansi militer ke luar negeri dan pemerintahan otoriter. Model

Prussia juga mendevaluasi gagasan control sipil atas militer independen. Berarti

bahwa di Jepang biasa seperti di Jerman, militer bias berkembang menjadi negara

26 Bern Martin, 1995, Japan and Germany in the Modern World,” Berghahn Books, New York,

hal. 31

Page 7: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

25

di dalam negara, sehingga mereka mempraktikan pengaruh yang lebih besar pada

politik secara umum.27

Masyarakat Jepang pada masa sebelum Perang Dunia II sebagai

masyarakat yang militeristik. Sejarah konvensional berjalan sebagai berikut, untuk

bersaing dengan kekuatan barat, pemerintah baru didirikan melalui Restorasi

Meiji membangun tentara modern, memperkenalkan wajib militer universal, dan

menuntut ketaatan secara total kepada negaranya. Militerisme Jepang mencapai

puncaknya pada era Total perang, akhir 1930, tetapi berakhir ketika Pendudukan

Amerika Serikat yng diikuti kekalahan dalam perang. Jepang mengalami

kekalahan dalam Perang Dunia II setelah dua buah bom atom yang dijatuhkan

oleh Amerika Serikat di Nagasaki dan Hirosima. Disitu Jepang harus terpaksa

untuk menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945.28

2.1.2 Kekuatan Militer Jepang Pasca Perang Dunia II

Setelah kekalahan Jepang di Perang Dunia II harus menerima konstitusi

Meiji digantikan dengan konstitusi baru, yaitu pasal sembilan. Pasal itu berisikan

bahwa Jepang bercita-cita untuk perdamaian internasional berdasarkan keadilan

dan ketertiban, rakyat Jepang selamanya meninggalkan perang sebagai hak

kedaulatan bangsa dan pengancaman atau penggunaan kekerasan sebagai cara

menyelesaikan perselisihan internasional. Angkatan darat, angakatan laut dan

udara, serta potensi yang lainnya, tidak akan dikelola. Serta hak negara untuk

menyatakan perang tidak akan diakui.

27 Ibid, hal. 31 28 Stewart Lone, 2010, The Journal of Asian Studies : Provincial Life and the Military in Imperial

Japan, The Phantom Samurai, Abington, Routledge, hal. 241

Page 8: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

26

Pasal sembilan pada saat itu sebagai interpretasi oleh Jepang sebagai

aturan bahwa Jepang tidak memiliki hak untuk melakukan collective self-defense.

Konstitusi Pasifis ditafsirkan oleh Jepang bahwa tidak dapat secara legal memiliki

berbagai jenis kemampuan militer. Partisipasi dalam perang baik secara defensive

atau agresif tidak diperbolehkan. Jepang tetap memiliki hak untuk melaksanakan

pelatihan kekuatan yang diperlukan untuk mempertahankan keberadaan

negaranya. Sesuatu yang dianggap sebagai ”Potensi Perang” adalah setiap

kemampuan militer yang melebihi ukuran minimum yang diperlukan untuk

pertahanan diri. 29

Pada tahun 1954 Jepang mendirikan Self-Defense Force (SDF) untuk

tujuan pertahanan negara. Untuk itu pemerintah menetapkan tiga kondisi di mana

Self-Defense Force ini dapat berlaku, yaitu; 1) ketika Jepang sedang mengalami

keadaan darurat dan agresi yang ilegal; 2) tidak ada cara lain untuk melawan

ancaman tersebut; dan 3) ketika penggunaan kekuatan untuk membela diri

terbatas pada tingkat minimum yang diperlukan. Pemerintah Jepang menganggap

bahwa Individual Self-Defense tidak dianggap bermasalah, tetapi menganggap

bermasalah Collective Self-Defense. Jepang mengakui bahwa sebagai anggota

PBB, memiliki hak untuk melakukan Collective Self-Defense, namun pemerintah

Jepang secara berturut-turut telah mentafsirkan pasal sembilan halangan

pelaksanaan hak untuk melakukan Collective Self-Defense. Jepang tidak pernah

29 Sayuri Umeda, 2015, Japan: Interpretations of Article 9 of the Constitution, Library Of

Congress dalam https://www.loc.gov/law/help/japan-

constitution/interpretationsarticle9.php#National diakses pada tanggal 17 Mei 2019

Page 9: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

27

dalam posisi untuk membela sekutunya Amerika Serikat dari serangan, dan

sebaliknya Amerika Serikat menjanjikan pertahanan Jepang. 30

Warga negara Jepang menyetujui semangat pemberlakuan Pasal sembilan

dan menganggapnya penting secara pribadi. Sejak tahun 1990 telah terjadi

pergeseran dari sikap yang lebih bertoleransi atas kemungkinan revisi atas pasal

tersebut, sehingga memungkinkan adanya penyesuaian antara peran Pasukan Bela

Diri Jepang (Self-Defense Force) dengan pasal sembilan. Beberapa warga negara

juga menganggap bahwa Jepang seharusnya melibatkan SDF dalam upaya

pertahanan kolektif seperti sebagaimana yang pernah dibentuk oleh dewan PBB.

Perdana Menteri Shinzo Abe menandai ulang tahun ke-60 Konstitusi Jepang pada

tahun 2007 dengan serunya untuk melakukan peninjauan kembali secara berani

terhadap dokumen tersebut, sehingga dapat mengizinkan negara untuk mengambil

peran yang lebih besar dalam keamanan global serta membangkitkan kembali

kebanggan nasional.31

2.2 Stabilitas Militer Jepang Pasca Perang Dunia II

Pasca Perang Dunia II, Jepang terpaksa juga menyetujui konstitusi pasal 9

tahun1947 yang menyatakan bahwa Jepang merupakan negara yang cinta damai

sehingga tidak diperbolehkan menggunakan perang sebagai instrument kebijakan

luar negerinya serta melarang Jepang untuk memiliki angkatan bersenjata atau

militer. Pada tahun 1951 Jepang mendatangani Aliansi Keamanan dengan

Amerika Serikat yaitu The US-Japan Treaty Mutual Cooperation and Security

30 Ibid., 31 The Assosiated Press, 2007, Abe calls for a 'bold review' of Japanese Constitution, International

Herald Tribune, dalam

http://web.archive.org/web/20080502210654/http://www.iht.com/articles/2007/05/03/news/j

apan.php diaskes pada tanggal 17 Mei 2019

Page 10: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

28

yang mulai berlaku bulan April 1952. Keadaan tersebut menggerakkan hati

pemerintah Jepang untuk segera memperbaiki keadaan.

Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II membuat kebijakan pertahanan

nasional Jepang yang berdasarkan pada perjainjian 1960, mengenai kerjasama

dan keamanan dengan Amerika Serikat yang dimana keamanan Jepang dipegang

oleh dua pihak yakni untuk keamanan internal dipegang oleh Jepang, sedangkan

keamanan nasional yang kemungkinan mendapat serangan dari pihak luar yang

dibantu oleh pasukan militer Amerika Serikat.32

Sejak tahun 1960, Konstitusi Jepang telah membentuk kekuatan militer

tradisional hanya mempertahankan Self Defense Force (SDF), yang dimana telah

dilindungi oleh daratan Jepang. Bahkan dalam keterbatasan ini, Self Defense

Force telah melakukan peran paramiliter, logistik, mendukung pasukan Amerika

Serikat yang berbasis di Jepang dengan imbalan janji perlindungan. Beberapa ahli

melihat pergeseran dinamis ini dengan argumen untuk "remiliterisasi" atau

"normalisasi militer". Sejak kejadian 9/11, pasukan Self Defense Force telah

dikerahkan di luar negeri untuk pertama kalinya ke Afghanistan dan Irak.33

Peran Amerika Serikat dan Jepang secara eksklusif didasarkan pada

dukungan, tetapi penempatan kedua negara tersebut dipandang sebagai simbol

perubahan sikap serta tantangan terhadap konstitusi. Jepang sudah menjadi salah

satu pembelanja terbesar di dunia untuk pertahanan nasional, dan Self Defense

Force adalah kekuatan yang kuat meskipun pengeluarannya ditargetkan sedikit.

32 Jones, W. S., 1992, Logika Hubungan Internasional 1: “Persepsi Nasional”, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama 33 Teslik, Lee Hudson., 2006, Japan and Its Military, dalam

https://www.cfr.org/backgrounder/japan-and-its-military, diakses pada tanggal 16 Mei 2019

Page 11: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

29

Jepang semakin mendapat tekanan untuk mengarahkan kembali dan memperluas

operasi militernya, baik dari Amerika Serikat maupun dari dalam negeri sebagai

tanggapan atas ancaman yang ditakuti dari China dan Korea Utara.

Pada Pasal Sembilan, secara tegas melarang Jepang mempertahankan

militernya atau menggunakan kekuatan internasional karena alasan apa pun.

Seperti yang dikatakan John W. Dower dalam bukunya, berpendapat bahwa

kelelahan dan kekecewaan terhadap masa perang nasionalisme membuat Jepang

siap untuk menerima doktrin ini. Banyak yang sepakat dengan Jenderal Douglas

MacArthur, pemimpin pasukan Amerika Serikat di Jepang, yang dimana mereka

membayangkan "Swiss dari Timur Jauh", sebuah negara yang akan menempuh

jalannya dengan keuangan, bukan kekuatan.34 Menurut data dari tahun 2004,

Amerika Serikat masih mempertahankan hampir 50.000 tentara di lebih dari tujuh

puluh pangkalan militer di Jepang, yang sangat terlokalisasi di pulau selatan

Okinawa.

Beberapa mengklaim bahwa Perdana Menteri Junichiro Koizumi telah

melanggar konstitusi dengan menggunakan kekuatan militer di luar perbatasan

nasional Jepang. Pada akhir 2001, angkatan laut Jepang menenggelamkan kapal

mata-mata Korea Utara di perairan China. Jepang kemudian mengirim pasukan

untuk memainkan peran pendukung dalam kampanye yang dipimpin Amerika

Serikat di Afghanistan dan Irak. Dalam hal ini, Jepang sebagai yang pertama yang

ditempatkan di luar negeri sejak Perang Dunia II. Beberapa ahli mengatakan hal

ini membutuhkan interpretasi kreatif dari hukum Jepang. Untuk mendukung

34 Ibid.,

Page 12: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

30

pasukan Amerika Serikat di Samudera Hindia selama invasi Afghanistan,

misalnya, pasukan Jepang bekerja berdasarkan undang-undang yang melarang

kerjasama dalam kampanye militer internasional dengan memberikan dukungan

logistik dan pengisian bahan bakar.35

Perdana Menteri Junichiro Koizumi juga telah menyarankan konstitusi

Jepang, termasuk Pasal Sembilan yang harus diubah. Meskipun para pejabat

Jepang telah mengatakan bahwa pasal pertama di Pasal Sembilan, yang

menyatakan bahwa Jepang tidak akan berperang, tidak akan diubah. Tetapi para

ahli mengatakan klausa kedua dapat direvisi, baik untuk memungkinkan Self

Defense Force untuk berpartisipasi dalam pengoperasian pemeliharaan

perdamaian di luar negeri, atau untuk memungkinkan partisipasi Jepang dalam

kampanye pertahanan kolektif.

Jepang menghadapi lingkungan keamanan yang semakin sulit. Terlepas

dari perhatian media saat ini tentang Korea Utara, ancaman nuklir satu dimensi

yang sangat nyata tetapi sebagian besar para ahli terutama pada strategi Jepang

memperhatikan tantangan yang lebih luas dan lebih multidimensi yang

ditimbulkan oleh kebangkitan China dan ambisi teritorialnya di Laut China

Timur. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe lebih memandang ke depan tentang

urusan keamanan daripada para pendahulunya. Dia telah bergerak untuk

memperkuat kemampuan pertahanan Jepang, menata kembali lembaga pembuat

kebijakan keamanannya, dan meningkatkan anggaran militernya setelah periode

panjang penurunan, sambil melonggarkan beberapa pembatasan pada pasukan

35 Ibid.,

Page 13: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

31

militernya dan meningkatkan kapasitas intelijen Jepang. Namun, langkah-langkah

ini hanya sedikit memperlambat keseimbangan kekuatan yang bergeser.

Diperlukan pemikiran ulang tentang strategi militer, yang tampaknya mendukung

pencegahan bahkan tanpa adanya dominasi militer, sangat diperlukan.36

Pendekatan Jepang saat ini mungkin diberi label strategi "pertahanan ke

depan" dan dipusatkan pada mengalahkan agresi secepat mungkin di batas luar

wilayah Jepang. Untuk melaksanakan strategi itu, Jepang telah membangun

kekuatan manuver tradisional yang dirancang untuk melawan pertempuran yang

menentukan. Meskipun pertahanan ke depan sepenuhnya masuk akal selama

periode awal pasca-Perang Dingin, hal itu sangat tidak cocok untuk lingkungan

yang berkembang, yang dimana China akan menikmati keuntungan yang

signifikan pada awal konflik. Untuk mengurangi kerentanannya, Jepang

memanfaatkan potensi penuh aliansinya dengan Amerika Serikat, dan

meningkatkan kemampuannya untuk mencegah China.

Jepang seharusnya beralih ke strategi “penolakan aktif”, yang dimana

salah satu yang berfokus bukan pada pertempuran di lapangan pada awalnya,

tetapi pada mempertahankan kekuatan yang dapat bertahan dari serangan awal

dan terus melawan pasukan musuh. Dengan demikian, dapat menyangkal musuh

dengan cepat, kemenangan yang menentukan dan meningkatkan resiko dan biaya

agresi militer.

36 Eric Heighbotham., & Richard Samuels., 2018, A New Military Strategy for Japan: Active

Denial Will Increase Security in Northeast Asia, dalam

https://www.foreignaffairs.com/articles/asia/2018-07-16/new-military-strategy-

japan?utm_campaign=reg_conf_email&utm_medium=newsletters&utm_source=fa_registration

diakses pada tanggal 16 Mei 2019

Page 14: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

32

Untuk memahami bagaimana Jepang harus mulai memikirkan kembali

strategi militernya, penting untuk mempertimbangkan strategi itu dalam konteks

tiga pendekatan tipe ideal untuk pertahanan dan pencegahan konvensional:

pertahanan maju, penolakan, dan hukuman. Pertahanan ke depan berupaya

mengalahkan pasukan militer penyerang secepat dan sejauh mungkin ke depan,

lebih disukai di atau dekat perbatasan negara. Strategi penolakan berusaha untuk

mencegah penaklukan melalui perlawanan aktif yang berkepanjangan, seringkali

dengan menghasilkan setidaknya beberapa dasar dan menghindari pertempuran

yang menentukan sampai keseimbangan kekuatan telah bergeser dalam

mendukung pertahanan. Hukuman bergantung pada kemampuan untuk

menimbulkan kerugian yang tidak dapat diterima pada aset bernilai penyerang —

misalnya, dengan menghancurkan target di negara asalnya.37

Selama awal Perang Dingin, Jepang mempraktikkan strategi penolakan

"perisai dan tombak", yang dimana pasukan Jepang (perisai) akan menunda dan

mengganggu penyerang sampai pasukan Amerika Serikat (tombak) bisa tiba.

Namun, pada tahun 1970-an, penekanan militer Jepang mulai bergeser ke arah

pertahanan ke depan. Pada akhir Perang Dingin, Jepang memiliki salah satu

anggaran pertahanan terbesar di dunia, yang sebagian besar dialokasikan untuk

pemeliharaan pasukan manuver tradisional (seperti kapal perang besar dan

formasi besar pesawat yang beroperasi dari pangkalan udara layanan penuh) yang

dapat melibatkan potensi agresor dalam konfrontasi militer langsung. Meskipun

mengadopsi "konsep pertahanan dinamis" pada tahun 2010, Jepang terus

37 Ibid.,

Page 15: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

33

mempertahankan fokusnya pada pertahanan ke depan dengan membangun

kemampuan serangan amfibi yang mahal untuk melakukan serangan balik

langsung terhadap kemungkinan tempat persembunyian musuh di pulau-pulau

luar Jepang yang secara efektif menggandakan strategi pertahanan ke depan

tersebut.38

Strategi ini masuk akal dalam konteks akhir Perang Dingin dan periode

awal pasca-Perang Dingin. Namun dengan kebangkitan China, asumsi ini tidak

lagi berlaku. Kemampuan serangan jarak jauh China yang presisi merupakan

ancaman mematikan bagi infrastruktur militer Jepang pada tingkat yang lebih

rendah, formasi militernya yang besar. Melakukan tindakan ofensif awal di

Kepulauan Senkaku atau rantai Ryukyu selatan akan mengambil risiko kekalahan

besar dan berpotensi menghancurkan kemauan atau kemampuan Jepang untuk

melanjutkan perjuangan.

Untuk memahami bagaimana Jepang harus mulai memikirkan kembali

strategi militernya, penting untuk mempertimbangkan strategi itu dalam konteks

tiga pendekatan tipe ideal untuk pertahanan dan pencegahan konvensional:

pertahanan maju, penolakan, dan hukuman. Pertahanan ke depan berupaya

mengalahkan pasukan militer penyerang secepat dan sejauh mungkin ke depan,

lebih disukai di atau dekat perbatasan negara. Strategi penolakan berusaha untuk

mencegah penaklukan melalui perlawanan aktif yang berkepanjangan, seringkali

dengan menghasilkan setidaknya beberapa dasar dan menghindari pertempuran

yang menentukan sampai keseimbangan kekuatan telah bergeser dalam

38 Ibid.,

Page 16: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

34

mendukung pertahanan. Hukuman bergantung pada kemampuan untuk

menimbulkan kerugian yang tidak dapat diterima pada aset bernilai penyerang,

misalnya dengan menghancurkan target di negara asalnya.39

Aliansi antara Amerika Serikat dan Jepang terus melayani kepentingan

penting kedua belah pihak, antara lain menopang posisi Amerika Serikat di Asia.

Tetapi, hal tersebut sepenuhnya masuk akal bagi Amerika Serikat untuk

mendorong Jepang meningkatkan pengeluaran militernya dan melanjutkan

pembaruan pertahanannya. Namun, pada saat yang sama, pembelanjaan saja tidak

akan cukup untuk memenuhi ancaman yang berkembang yang ditimbulkan oleh

China. Pemikiran ulang strategi yang mendasar akan menjadi sangat penting.

Strategi penolakan sama pentingnya dengan meningkatnya stabilitas krisis

dan mengurangi keuntungan first-mover. Pasukan Jepang dan Amerika Serikat

yang dikerahkan untuk kedepannya tidak akan dioptimalkan untuk tindakan

ofensif langsung. Hal tersebut mengurangi ketakutan para pemimpin China akan

serangan selama krisis dan mengurangi insentif China untuk menyerang terlebih

dahulu. Demikian pula dengan pasukan Jepang dan Amerika Serikat akan kurang

rentan terhadap serangan pertama. Semestara itu, strategi penolakan aktif

memiliki potensi bagus untuk meningkatkan kemampuan pencegahan sementara

mengurangi ketidakstabilan krisis.

39 Ibid.,

Page 17: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

35

2.3 Peningkatan Kapabilitas Militer Jepang

Kapabilitas militer merupakan hal yang penting bagi sebuah negara

terutama dalam penggunaannya untuk mempertahankan diri dari musuh-

musuhnya, baik yang berasal dari luar ataupun domestik, serta dapat digunakan

dalam mengejar kepentingan negara. Kapabilitas militer adalah kemampuan

sebuah kekuatan militer untuk dapat menjalankan bermacam operasi menghadapi

musuh-musuh negara.

Kapabilitas militer adalah kemampuan sebuah kekuatan militer untuk

dapat menjalankan bermacam operasi menghadapi musuh-musuh atau ancaman

negara. Gagasannya adalah bagaimana negara dapat menggunakan sumber daya

yang dimilikinya untuk dapat merubah mereka dan menerapkan dalam organisasi

militernya sehingga dapat memiliki kemampuan perang yang spesifik yang telah

direncanakan oleh negara tersebut untuk mengejar kepentingannya ataupun

menghadapi musuh atau ancaman terhadap negara.40

Dalam catatan sejarah, Jepang adalah salah satu negara yang paling

menonjol dalam aspek militer. Kekuatan militer Jepang dapat dilihat dalam

pendudukan mereka yang sukses di Semenanjung Korea dan sebagian besar Cina

selama Perang Dunia I. Selama Perang Dunia II, Jepang cukup banyak

menaklukkan seluruh Asia, termasuk Indonesia. Tetapi pada akhir 1945,

Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh Pasukan Sekutu untuk kehancuran,

menyebabkan Jepang menyerah kepada Sekutu. Kehilangan Jepang selama

Perang Dunia II telah berdampak pada Jepang, baik secara fisik maupun

40 Ashley J.T., & Janice Bially, Measuring National Power in the Postindustrial Age (New

York:Rand,2000), hal. 133

Page 18: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

36

psikologis. Secara fisik, ini adalah pertama kalinya pulau-pulau utama Jepang

seperti Honshu dan Hokkaido diduduki oleh pasukan musuh. 41

Dalam istilah psikologis, hal tersebut menyebabkan trauma terhadap

peperangan. Sebagian besar masyarakat Jepang kehilangan harga diri mereka pada

keunggulan bangsa mereka yang dikenal dengan ekspansionisme militernya.

Sebagai negara yang kalah dalam Perang Dunia II, Jepang mengalami banyak

penurunan dalam banyak aspek, termasuk pertahanannya. Pemerintah Jepang

berusaha menjadikan Jepang sebagai negara yang demokratis dan melembagakan

anti-kekerasan dengan cara mencegah kemunculan kembali militerisme. Menurut

Pasal Sembilan Konstitusi Jepang yang dirancang oleh Amerika Serikat pada

tahun 1947, Jepang dilarang keras mengembangkan kekuatan militernya.

Secara umum, kemampuan militer Jepang bertujuan untuk menciptakan

Self Defense Force yang sangat efisien, mobile dan fleksibel untuk menghadapi

ancaman yang berkembang di seluruh Jepang. Beberapa perubahan pada Ground

Self-Defense Force (GSDF) dibandingkan dengan selama Perang Dingin adalah

penambahan Main Battle Tank (MBT) terbaru yang lebih sesuai dengan kondisi

geografis dan artileri Jepang, penguatan pertahanan udara menggunakan rudal

yang dipandu darat-ke-udara yang lebih canggih, peningkatan jaringan dan

komando sistem dan pembuatan unit siaga yang dapat dikirim dengan cepat dan

efektif. Selain itu, peningkatan pertahanan udara dan laut juga dilakukan dengan

pengadaan dan peningkatan peralatan pertahanannya dan peningkatan daya Self

41 Marsono., Denia D.A.R., Novky Asmoro., 2018, Improvement Of Japanese Military

Capabilities And Implications On Indonesia’s National Defense, Jurnal Pertahanan Vol.4 No.2

(2018) 89-103, hlm. 89-90, dalam

http://jurnal.idu.ac.id/index.php/DefenseJournal/article/view/286 diakses pada tanggal 17 Mei

2019

Page 19: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

37

Defense Force di wilayah kepulauan barat daya Jepang untuk mengantisipasi

kemungkinan serangan dan invasi ke pulau-pulau pesisir. Pengembangan

kekuatan SDF juga ditekankan pada peningkatan berkesinambungan kemampuan

pengawasan dan peringatan dini yang juga terintegrasi melalui pengembangan.42

Indikator yang digunakan untuk melihat dan mengukur kemampuan

militer Jepang akan menjadi jumlah kekuatannya dan teknologinya. Pengukuran

kuantitatif terhadap jumlah kekuasaan di sektor-sektor utama sering digunakan

sebagai referensi untuk menentukan kemampuan militer nyata dari negara

tertentu, meskipun itu tidak selalu dapat digunakan sebagai pengukuran yang tepat

untuk keuntungan satu negara dengan negara yang lainnya, karena keberadaan

banyak faktor lain yang juga memengaruhi kemampuan militer nasionalnya.

Seperti yang disebutkan National Defense Program Guidelines (NDPG)

terbaru tahun 2010, kapabilitas militer jepang ditujukan untuk menciptakan Self

Defense Force yang memiliki efisiensi, mobilitas dan fleksibilitas yang tinggi

untuk menghadapi ancaman yang berkembang di sekitar wilayah Jepang.

Perubahan terjadi diantaranya pada postur Ground Self-Defense Force dari tingkat

sebelumnya yang ditujukan untuk menghadapi kondisi Perang Dingin, yaitu

dengan mengurangi jumlah Main Tank Battle dan menambahkan Main Tank

Battle baru yang lebih sesuai dengan kondisi geografis Jepang serta artileri untuk

memperkuat pertahanan udara dengan menggunalam misil kendali darat-ke-udara

42 Ibid., hal. 99-100

Page 20: BAB II PENINGKATAN KEKUATAN MILITER JEPANGeprints.umm.ac.id/52116/3/BAB II.pdf · Sekutu Austria menyatakan perang terhadap Rusia dan pada tanggal 4 Agustus 1914 Jerman juga menyatakan

38

yang lebih canggih, dan meningkatkan sistem jaringan dan komnado serta

membangun unit siaga yang dapat dikerahkan dengan cepat dan efektif. 43

Selain itu, peningkatan pertahanan udara dan laut pun dilakukan dengan

pengadaan dan upgrade alutsista yang dimiliki Jepang, serta peningkatan

kekuatan Self Defense Force di wiliyah barat daya Jepang di wilayah kepulauan-

kepulauan untuk mengantisipasi kemungkinan penyerangan dan invasi ke pulau-

pulau di pantai Jepang. Perkembangan kekuatan Self Defense Force sendiri juga

ditekankan pada peningkatan kemampuan pengintaian dan peringatan dini yang

terus dilakukan secara berkesinambungan yang juga terintegrasi melalui

pengembangan C4ISR44.

43 Ashley J.T., & Janice Bially, Measuring National Power in the Postindustrial Age (New

York:Rand,2000), hal. 134 44 C4ISR adalah singkatan dari Command, Control, Communication, Computer, Intellegence,

Surveilance, and Reconnaisance. Sistem ini sebuah sistem terintegrasi yang memanfaatkan

teknologi informasi dan peralatan penginderaan meliputi radar dan satelit, untuk memonitor

kawasan darat, laut, maupun udara.