BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter...

32
BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA A. Kekayaan Negara 1. Pengertian Kekayaan Negara Kekayaan negara dalam arti luas dan fleksibel dapat mencakup semua barang serta kekayaan alam, baik bergerak/tidak bergerak ataupun berwujud/tidak berwujud yang dimiliki atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan BUMN/BUMD yang terbatas pada nilai jumlah penyertaan modal negara. Sedangkan dalam arti yang lebih sempit, kekayaan negara dapat dipersepsikan sebagai segala sesuatu yang dapat dinilai dengan uang yang dimiliki oleh negara baik di tingkat pusat maupun daerah dan BUMN/BUMD. 50 Sementara itu, dalam arti yang lebih sempit lagi dimana mengacu pada pengertian yang dirumuskan dalam Pasal 1 Angka (10) dan (11) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kekayaan negara dibatasi sebagai Barang Milik Negara/Daerah. Barang Milik Negara/Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja 50 Menurut Pasal 2 huruf (g) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah masuk ke dalam lingkup Keuangan Negara. Satu dan lain hal perlu disadari bahwa tidak semua aset BUMN/BUMD merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter...

Page 1: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

BAB II

PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGELOLAAN

BARANG MILIK NEGARA A. Kekayaan Negara 1. Pengertian Kekayaan Negara

Kekayaan negara dalam arti luas dan fleksibel dapat mencakup semua

barang serta kekayaan alam, baik bergerak/tidak bergerak ataupun berwujud/tidak

berwujud yang dimiliki atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan

BUMN/BUMD yang terbatas pada nilai jumlah penyertaan modal negara. Sedangkan

dalam arti yang lebih sempit, kekayaan negara dapat dipersepsikan sebagai segala

sesuatu yang dapat dinilai dengan uang yang dimiliki oleh negara baik di tingkat

pusat maupun daerah dan BUMN/BUMD.50

Sementara itu, dalam arti yang lebih sempit lagi dimana mengacu pada

pengertian yang dirumuskan dalam Pasal 1 Angka (10) dan (11) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kekayaan negara dibatasi

sebagai Barang Milik Negara/Daerah. Barang Milik Negara/Daerah adalah semua

barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

50 Menurut Pasal 2 huruf (g) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah masuk ke dalam lingkup Keuangan Negara. Satu dan lain hal perlu disadari bahwa tidak semua aset BUMN/BUMD merupakan kekayaan negara yang dipisahkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Negara/Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Dalam hal ini terbatas

pada barang yang bersifat berwujud (tangible) yang meliputi barang persediaan dan

aset tetap (fixed assets). Mengingat tujuan pengelolaan kekayaan negara untuk

sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dan dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia maka untuk keperluan tulisan ini tidak dibedakan istilah antara

kekayaan pemerintah pusat, daerah, dan BUMN/BUMD. Kesemuanya dibingkai ke

dalam satu terminologi yaitu kekayaan negara. Satu dan lain hal mengingat bahwa

peran pemerintah pusat harus tetap ada untuk mensinergikan pemanfaatan dan

pengelolaan kekayaan negara demi kepentingan nasional.

Walaupun terkadang dipersepsikan bahwa kekayaan negara merupakan

public goods maka jangan sampai istilah public menyebabkan pengelolaannya

menjadi tidak profesional. Dengan kata lain, public goods harus dikelola sebagaimana

pengelolaan private goods dengan kaidah entrepreneurship. Dalam era perubahan

yang terjadi begitu cepat maka kinerja sektor publik/pemerintah semakin menjadi

sorotan masyarakat yang setiap saat terpublikasi di media massa. Sektor publik rentan

terhadap pemberitaan yang tidak berimbang, dengan kata lain bahwa terkadang pers

relatif lebih tertarik memberitakan masalah-masalah atau kinerja yang jelek dari

pemerintah ketimbang sebaliknya. Sehingga ada yang secara ekstrim mengatakan :

“good news is no news in the public sector”.51

51 Frederick S. Lane, Current Issues in Public Administration : Reinventing Government the

Minnesota Way, (New York: St. Martin’s Press. Inc., 1994), hlm. 361.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

2. Perencanaan Komprehensif dan Faktor Fundamental Pengelolaan Kekayaan Negara

Pengelolaan kekayaan negara yang ideal dalam kerangka optimalisasi

penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan diperlukan guna

menjamin bahwa sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara maksimal

dengan menekan biaya-biaya yang timbul seminimal mungkin, sehingga pengelolaan

kekayaan negara tersebut dapat memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi

negara, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan mampu mengantisipasi green

issue (pelestarian lingkungan) di masa depan. Pengelolaan kekayaan negara secara

“ala kadarnya” akan membebani keuangan negara yang pada gilirannya menimbulkan

pemborosan-pemborosan yang seharusnya dapat dialokasikan untuk anggaran

pendidikan, kesehatan, dan tujuan-tujuan kesejahteraan masyarakat banyak lainnya.

Pengelolaan kekayaan negara yang ideal tersebut ditempuh melalui

formulasi pengelolaan kekayaan negara strategis yang merupakan suatu pola

pendekatan yang dapat diterapkan berdasarkan kaidah-kaidah profesionalisme,

efektifitas, efisiensi, dan visioner. Harus dipahami bahwa pengelolaan kekayaan

negara strategis merupakan suatu proses yang harus dapat meningkatkan pemahaman

atas kondisi, kinerja, utamanya siklus hidup (life-cycle) kekayaan negara, dan

mencakup keputusan terkait yang diambil agar dapat secara tepat dan akurat.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Gambar 1 Life-Cycle Kekayaan

Sumber : Better Practice Guide, Asset Management Handbook, 1996

Pemahaman atas fase-fase dalam siklus hidup kekayaan negara merupakan

komponen penting untuk sekaligus memahami anggaran atau konsekuensi biaya yang

timbul dari seluruh siklus tersebut yang dikenal dengan istilah life-cycle costing.52

Kedua hal dimaksud dipertimbangkan sebagai bagian dalam perencanaan

komprehensif.

Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan

komprehensif yang merupakan rencana jangka panjang holistik dalam rangka

mencapai tujuan dan menciptakan mekanisme untuk mengintegrasikan perencanaan

strategis dan penganggaran strategis. Dalam pengelolaan kekayaan negara harus

52 Australian National Audit Office, Asset Management Handbook, (Canberra: ANAO, 1996),

hlm. 8-9.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

dapat diidentifikasikan kebutuhan dan harapan stakeholders sehingga delivery

services (pelayanan yang diberikan) sesuai dengan standar pelayanan dan kinerja

yang diinginkan. Proses perencanaan komprehensif pengelolaan kekayaan negara

dimaksud dapat diilustrasikan berikut ini :

Gambar 2 Proses Perencanaan Komprehensif

Sumber : Better Practice Guide, Asset Management Handbook, 1996

Berdasarkan ilustrasi di atas, proses perencanaan komprehensif dalam

pengelolaan kekayaan negara dijabarkan lebih lanjut yang meliputi :

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

1. Penetapan tujuan, dengan melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan

stakeholders sejalan dengan visi dan misi pengelolaan kekayaan negara serta

memperhatikan regulasi terkait;

2. Review atas delivery services dan kinerja kekayaan negara yang terukur, dimana

hal tersebut guna menjamin segala sesuatunya sejalan dengan tujuan dengan

memperhati-kan harapan stakeholders dan regulasi terkait. Standar pelayanan

yang ada harus memperhatikan kualitas, kuantitas, ketersediaan, keandalan,

keamanan,, dan efisiensi serta kedepannya dapat menganti-sipasi isu

lingkungan (green issue);

3. Proyeksi pertumbuhan dan permintaan/kebutuhan, dengan memperhatikan

kondisi saat ini dan masa depan menyangkut perubahan teknologi, regulasi, dan

tuntutan masyarakat yang semakin berkembang;

4. Review terus menerus atas pengelolaan kekayaan negara, untuk menjamin

pemanfaatan, pemeliharaan, penggantian/pembaharuan, perolehan, dan

penghapusan secara optimal dengan mempertimbangkan tujuan sosial dan

komersial/bisnis;

5. Aspek akuntansi termasuk proyeksi keuangan/anggaran yang terukur

menyangkut :

a. alokasi anggaran pengelolaan kekayaan negara;

b. estimasi biaya yang timbul di masa depan untuk operasionalisasi,

pemeliharaan, pembaharuan, perolehan, dan penghapusan kekayaan negara;

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

c. prediksi atas nilai (value) kekayaan negara berikut nilai depresiasinya;

d. penggunaan asumsi-asumsi dasar yang valid dalam proyeksi.

6. Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan penelaahan pengelolaan kekayaan

negara secara optimal;

7. Perencanaan perbaikan berkelanjutan (improvement plan) yang diagendakan

secara berkelanjutan untuk menemukan model pengelolaan kekayaan negara

yang ideal.

Setelah dipahami bahwa kebutuhan perencanaan komprehensif sangat

penting, selanjutnya dalam memulai implementasinya perlu memperhatikan faktor-

faktor funda-mental bagi keberhasilan pengelolaan kekayaan negara berdasarkan

pengalaman negara lain seperti Australia dan Selandia Baru, yaitu53:

1. Reformasi regulasi dan struktural guna mendukung pengelolaan kekayaan negara secara prudent dan berkelanjutan (sustainable);

2. Supporting-system guna meningkatkan pemahaman dan kemampuan melalui sistem informasi, pengembangan sistem dan prosedur, dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan;

3. Pemantauan/monitoring secara reguler atas kinerja pengelolaan kekayaan negara mencakup untuk menjamin bahwa hasil dapat dicapai sesuai rencana. Dalam hal pemenuhan faktor-faktor fundamental di atas telah terpenuhi selanjutnya diimplementasikan langkah awal pengelolaan kekayaan negara yang difokuskan pada : a. Inventarisasi; b. Profiling atau Pemetaan (mapping) berupa identifikasi jenis, letak,

aspek hukum penguasaan, pemanfaatan, dan hal-hal terkait; c. Penilaian (appraisal/valuation) atas nilai terkini (existing value) dan

nilai potensi (future value) serta analisis the highest-and-best use; d. Migrasi proses manual ke komputerisasi melalui pembangunan dan

pengembangan sistem informasi;

53 Ibid., hlm. 10

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

e. Perencanaan jangka pendek dan menengah dalam pengelolaan kekayaan negara yang menyentuh seluruh aspek-aspek fundamental;

f. Peningkatan dan pengembangan kualitas SDM sehingga berkompeten di bidang penilaian, manajemen, akuntansi, properti, investasi, ekonomi, hukum, teknologi komunikasi dan informasi, teknik lainnya, dan sebagainya.

Setelah fokus pada implementasi langkah awal tersebut yang tentunya

membutuhkan waktu bertahun-tahun, langkah selanjutnya yang dapat dilakukan

secara simultan difokuskan pada54:

1. Peningkatan standar pelayanan dan kinerja; 2. Identifikasi kekayaan negara dengan lebih terperinci/detil dengan coverage

lebih luas, modern, dan terintegrasi; 3. Optimalisasi pemanfaatan kekayaan negara menggunakan analisis/model; 4. Pengembangan sistem informasi yang mampu mendukung pengambilan

keputusan yang akurat berdasarkan analisis/model yang dikembangkan. Atas kekayaan negara yang dibeli atau diperoleh dengan beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah

dimana dipergunakan untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan, maka

perencanaan komprehensif dan terpenuhinya faktor-faktor fundamental yang

diimplementasikan pada butir-butir fokus di atas diharapkan dapat meningkatkan

fungsi-fungsinya yang meliputi :

1. Fungsi Pelayanan

Fungsi ini direalisasikan melalui penggunaan, di mana kekayaan negara

digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi/instansi pengguna

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

54 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

2. Fungsi Budgeter

Fungsi ini direalisasikan melalui pemanfaatan (sewa, kerjasama pemanfaatan,

pinjam pakai, bangun guna serah dan bangun serah guna) dan pemindahtanganan

(penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal negara/daerah).

Kemudian eksistensi dan peran penilai (appraiser/valuer) sangat penting

dalam setiap tahapan proses pengelolaan kekayaan negara. Sesuai dengan

perkembangan jasa keahlian penilaian di Indonesia, fungsi dan perannya bagi

pemerintah adalah sebagai berikut55:

1. Pengenaan tarif pajak; 2. Penghitungan kekayaan nasional; 3. Prediksi potensi wilayah; 4. Dalam rangka penggabungan usaha/penambahan modal bagi perusahaan

negara atau guna investasi di bidang-bidang lain; 5. Hibah termasuk bantuan dari pihak lain; 6. Penilaian proyek sebelum diserahkan ke pemerintah; 7. Jual beli; 8. Pembebasan tanah; 9. Penilaian sarana umum (public utilities) untuk mengenakan tarif yang wajar

(seperti jalan tol dll). Sejalan dengan upaya dukungan terhadap optimalisasi pengelolaan

kekayaan negara, dengan adanya regrouping penilai-penilai pemerintah ke dalam satu

wadah lembaga yang berkonsentrasi dalam bidang penilaian (valuation/appraisal)

pada organisasi pengelola kekayaan negara, niscaya akan menimbulkan senergitas

atau pendayagunaan secara maksimal penilai internal sekaligus mempercepat

pembumian good governance dalam pengelolaan kekayaan negara.

55 Machfud Sidik, Peranan Ahli Penilai Properti Pemerintah dalam Era Globalisasi, (Jakarta:

Makalah Musyawarah Nasional II Masyarakat Profesi Penilai (MAPPI) – 20 Desember 1997), hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Ditinjau dari ruang lingkup pekerjaan penilai dalam arti luas, cakupannya

meliputi aspek-aspek mulai dari penilaian aktiva tetap, penilaian usaha, penilaian

saham, hingga jasa studi kelayakan, investment arranger, dan analisis optimalisasi

aset (highest-and-best-use analysis). Melalui proses, penilai pemerintah yang telah

bersinergi dalam wadah organisasi pengelola kekayaan negara dapat diarahkan

kepada kegiatan-kegiatan yang semakin kompleks tidak hanya memberikan jasanya

di tingkat pemerintah pusat, tetapi juga memberikan jasanya bagi pemerintah daerah

atau bahkan pihak luar/ swasta/masyarakat sebagaimana kondisi ini telah dialami oleh

lembaga penilai pemerintah di Malaysia, Australia, dan negara-negara lainnya.

Pendataan/inventarisasi dan penilaian merupakan langkah awal dalam

pengelolaan kekayaan negara. Pendataan/inventarisasi selanjutnya dapat

dikembangkan dan didayagunakan secara maksimal guna menentukan fungsi apa

yang paling sesuai untuk diambil manfaatnya (highest-and-best use) setelah

sebelumnya didahului dengan penilaian sehingga diketahui nilai riil kekayaan negara.

Pengetahuan atas nilai dan aspek highest-and-best use dipergunakan untuk

menentukan keputusan yang fair misalnya dalam rangka tukar guling, lelang, dan

pengelolaan yang lainnya.

Di masa lalu, banyak sekali kekayaan negara dalam bentuk tanah dan

bangunan yang ditukargulingkan dengan pihak swasta yang menimbulkan masalah

dan menjadi sorotan publik. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan atau

ketidakakuratan dalam melakukan penilaian terhadap objek yang ditukargulingkan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

tersebut. Sesuai ketentuan, kekayaan negara dapat dipindahtangankan melalui lelang.

Pelaksanaan penjualan dan atau pemindah-tanganannya memerlukan penilaian yang

akurat demi menjamin pelaksanaan lelang yang jujur. Penilaian juga dapat digunakan

sebagai dasar penentuan jumlah atau besarnya ganti kerugian yang dapat diberikan

kepada masyarakat yang tanahnya terkena dampak pengambilalihan/perolehan tanah

untuk kegiatan/proyek pembangunan (eminent domain) yang dilakukan oleh

pemerintah. Penentuan nilai ganti kerugian jika tidak dilakukan secara obyektif dan

jujur, mengakibatkan gejolak masyarakat yang berkepanjangan seperti kasus-kasus

yang sempat menjadi sorotan publik beberapa waktu lalu, seperti kasus Rancamaya,

Cimacan, dan Kedungombo.56

Dalam era otonomi daerah, penilaian mempunyai manfaat yang sangat besar

dimana dengan diketahuinya nilai aset maka dapat dibentuk basis data aset yang

dapat dimanfaatkan untuk:

1. Mengetahui modal dasar daerah dalam usaha privatisasi (mis. Program

restrukturisasi BUMD melalui merger dan akusisi maupun privatisasi BUMD);

2. Mengetahui nilai penyertaan dalam melakukan kerja sama usaha dengan pihak

swasta;

3. Memberi informasi kemampuan nilai ekonomis di suatu daerah untuk

mengundang investor;

4. Mengetahui nilai dalam rangka penerbitan obligasi daerah (municipal bonds);

56 Resmi, Siti S, Urgensi Penilaian Properti dalam Tatanan Ekonomi Masyarakat, (Jakarta:

Majalah Usahawan edisi Oktober 2002, LPEM-Universitas Indonesia), hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

5. Mengetahui nilai aset untuk kepentingan tukar guling (ruilslag);

6. Mengetahui dasar nilai dalam pembebasan tanah;

7. Menyusun data awal neraca daerah; dan

8. Menyusun Sistem Informasi Aset.

3. Revitalisasi Organisasi Pengelola Kekayaan Negara Pentingnya peran kekayaan negara, membuat urgensi untuk merevitalisasi

organisasi pengelolanya demikian tinggi. Sehingga dapat diperoleh pengetahuan

tentang jumlah, nilai, potensi, dan manfaat kekayaan negara guna memberikan

kontribusi maksimal. Mengingat pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit

guna memajukan perekonomian nasional, salah satu sumber altenatif paling

memungkinkan untuk mendapatkannya adalah dengan optimalisasi Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP). Untuk itu, guna menterjemahkan urgensi ini ke dalam

realisasi dan implementasi adalah melalui desain ulang atau pembaharuan visi,

misi, dan tujuan pengelolaan kekayaan negara.

Visi baru pengelolaan kekayaan negara adalah sebagai upaya agar

pengelolaan kekayaan negara dilakukan secara baik dan modern serta

berkelas/bertaraf internasional yang mampu mendukung terciptanya struktur ekonomi

nasional yang kuat dan tangguh serta terwujudnya tata kelola kepemerintahan yang

baik (good governance) dalam kaitannya dengan pengelolaan kekayaan negara.

Adapun misi yang diemban, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya

adalah pencapaian optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

pengelolaan kekayaan/aset negara. Sedangkan, tujuan optimalisasi pengelolaan

kekayaan negara perlu dipertajam dan lebih operasional sehingga dapat57:

1. Memaksimalkan potensi kekayaan negara yang ada (existing assets) sesuai manfaat dan kegunaannya guna mendukung fungsi pelayanan dan budgeter.

2. Meminimalkan kebutuhan penggunaan dan perolehan kekayaan negara yang tidak tepat sasaran dan mengembangkan sistem pendukung untuk memperkirakan/memetakan life-cycle kekayaan negara.

3. Mewujudkan transparansi, akuntabilitas, sinergi, dan sinkronisasi berbagai kebijakan dan program pemerintah terkait pengelolaan kekayaan negara.

4. Meningkatkan pendayagunaan dan sistem operasi pengawasan pengelolaan kekayaan negara.

5. Menciptakan sistem dan mekanisme pengelolaan kekayaan negara yang integratif, efektif, dan efisien serta memiliki kewenangan dan otoritas yang jelas.

Keberadaan visi, misi, dan tujuan pengelolaan kekayaan negara yang jelas

dan transparan akan mampu memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak yang

berkepentingan. Revitalisasi organisasi pengelola kekayaan negara yang salah

satunya melalui pemberian kewenangan dan otoritas yang jelas dimana sangat

diperlukan dalam mewujudkan suatu kinerja pengelolaan kekayaan negara sesuai

harapan melalui legitimasi dari berbagai pihak dari aspek hukum dan kelembagaan,

maupun kebijakan yang mendukung revitalisasi ini. Hal lain yang tak kalah

pentingnya adalah koordinasi yang merupakan titik kritis dengan berbagai lembaga

dan instansi negara yang terkait, terutama dalam aspek inventarisasi, pengelolaan,

dan pengawasan serta pengendalian.

57 Ibid., hlm. 10.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa untuk revitalisasi

organisasi pengelola kekayaan negara, seluruh unsur utama yang terlibat didalamnya

harus dipahami dan diimplementasikan dengan baik yakni meliputi58:

1. Inventarisasi, merupakan pencatatan seluruh kekayaan negara termasuk pembukuan, penyusunan data base, dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai informasi dan bahan untuk pengambilan keputusan. Inventarisasi merupakan critical point yang implementasinya relatif membutuhkan waktu yang cukup panjang dan tidak mudah.

2. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, merupakan kegiatan merumuskan rincian kebutuhan kekayaan negara untuk menghubungkan pengadaan yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.

3. Perolehan/pengadaan, dapat dilakukan dengan perencanaan dan pengadaan, penerimaan hibah, atau kekayaan yang dikuasai negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Penggunaan, merupakan rangkaian kegiatan dalam menggunakan kekayaan negara yang sesuai tugas pokok dan fungsi pengguna.

5. Pemanfaatan, merupakan pendayagunaan kekayaan negara dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

6. Pengamanan, merupakan kegiatan pengamanan secara administratif, hukum, dan fisik, sehingga keberadaannya dalam keadaan utuh, tidak rusak, tidak hilang, dan dapat dipergunakan serta dapat dipertanggungjawabkan.

7. Pemeliharaan, merupakan rangkaian kegiatan oleh pengguna untuk melakukan pemeliharaan agar semua kekayaan negara selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

8. Penilaian, merupakan suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknik tertentu untuk memperoleh nilai kekayaan negara.

9. Penghapusan, merupakan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk menghapus kekayaan negara dari daftar, dengan tujuan membebaskan pengguna dan/atau pengelola dari pertanggungjawaban administrasi dan fisik sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

10. Pemindahtanganan, merupakan pengalihan kepemilikan kekayaan negara kepada pihak lain sebagai tindak lanjut dari penghapusan.

58 Soepomo, Banyak Instansi Tidak Mengamankan Kekayaan Negara, (Jakarta: Majalah

Anggaran, Edisi No. 77 Tahun 2001), hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

11. Penatausahaan, merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan kekayaan negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

12. Pengawasan/pengendalian, merupakan kegiatan pemantauan dan investigasi atas pelaksanaan penggunaan kekayaan negara, dalam rangka penertiban penggunaanya sesuai ketentuan yang berlaku.

13. Evaluasi, merupakan kegiatan membandingkan hasil pengelolaan kekayaan negara dengan perencanaan untuk perbaikan di masa akan datang.

Gambar 3

Unsur-Unsur Pengelolaan Kekayaan Negara

Sumber : Departemen Keuangan, 2008

Setelah seluruh unsur utama di atas dipahami dengan baik, dalam rangka

mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang tertib dalam seluruh aspeknya maka

perlunya pemahaman prinsip pokok pengelolaan kekayaan negara yang harus

disosialisasikan kepada stakeholders bahwa kekayaan negara semata-mata digunakan

sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat yang salah satunya adalah melalui/untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi dari penyelenggara pemerintahan dengan

memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan kekayaan negara seperti59:

1. Prinsip fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah di bidang pengelolaan kekayaan negara dilaksanakan sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing lembaga yang diberi tanggung jawab atas kekayaan negara yang ada padanya;

2. Prinsip kepastian nilai, yaitu pendayagunaan kekayaan negara harus didukung adanya akurasi jumlah dan nilainya;

3. Prinsip pengamanan dan kepastian hukum, diwujudkan dalam setiap langkah kegiatan dan pengaturan harus mencerminkan pengamanan kekayaan negara dari segi administratif, fisik, dan hukum untuk menuju terciptanya kepastian hukum;

4. Prinsip efisiensi, diwujudkan dengan pengaturan yang berdasarkan pada pemanfaatan dan pemeliharaan kekayaan negara, yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi lembaga yang mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan tujuannya;

5. Prinsip akuntabilitas, diwujudkan dengan upaya bahwa setiap pengelolaan kekayaan negara harus dipertanggungjawabkan;

6. Prinsip transparansi, diimplementasikan dengan pengelolaan kekayaan negara yang bersifat terbuka dan dapat diakses oleh semua pihak;

7. Prinsip pendelegasian wewenang, dalam pengelolaan kekayaan negara tidak dilakukan sentralistik. Kewenangan yang ada diatur secara berjenjang sesuai dengan kedudukannya.

Setelah organisasi pengelola kekayaan negara terbentuk secara lebih kuat,

guna menemukan suatu model yang ideal dimana hal ini dapat dikatakan melalui

proses evolusi, maka percepatan menuju bentuk ideal tersebut dapat terwujud melalui

perencanaan atau program perbaikan (improvement plan) yang berkesinambungan

yang diimplementasikan melalui60:

59 Makalah-makalah tentang Single Value for Multi Purposes, Direktorat PBB dan BPHTB,

DJP, Departemen Keuangan, tidak dipublikasikan. 60 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

1. Review atas status dan kondisi pengelolaan kekayaan negara terkini yang meliputi: a. Proses yang digunakan dalam pengelolaan kekayaan negara; b. Pengetahuan dan data kekayaan negara; c. Sistem informasi; d. Perencanaan jangka pendek dan menengah strategis; e. Pertimbangan aspek organisasi itu sendiri, komersial/bisnis, dan SDM.

2. Identifikasi visi jangka panjang dan menengah serta implementasinya untuk 5 (lima) tahun ke depan disesuaikan dengan kondisi organisasi yang melaksanakan pengelolaan kekayaan negara;

3. Upaya memperkecil gap antara kondisi riil pengelolaan kekayaan negara saat ini dengan pengelolaan kekayaan negara yang ideal/sesuai harapan;

4. Penentuan pilihan dan identifikasi manfaat serta biaya untuk memperkecil gap;

5. Pengadopsian program pelaksanaan yang dapat terukur dan penentuan program perbaikan jangka panjang;

6. Pemantauan dan review program pelaksanaan secara terjadwal dan menyeluruh serta pemantauan perbaikan secara terus menerus.

Konsep untuk mengembangkan pengelolaan kekayaan negara yang ideal,

berikut implementasinya yang dituangkan dalam program yang terukur, dan langkah-

langkah perbaikan secara terus-menerus sebagaimana ilustrasi berikut :

Gambar 4 Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kekayaan Negara

Sumber : Departemen Keuangan, 2008

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Diharapkan dengan perbaikan berkelanjutan tersebut pengelolaan kekayaan

negara ideal dapat terwujud. Sehingga revitalisasi organisasi pengelolaan

kekayaan negara yang selalu on-the-track dapat mempercepat perwujudan

pengelolaan kekayaan negara ideal khas Indonesia yang berkelas internasional

melalui komponen-komponen utama perubahan berkelanjutan sebagai berikut :

Gambar 5 Komponen-Komponen Utama Perbaikan Berkelanjutan

Sumber : Tony Urquhart et.al, 2000

Perhatian serius atas komponen-komponen terperinci dan komprehensif di

atas dimaksudkan guna menjamin bahwa perbaikan-perbaikan berkesinambungan

akan memberikan progress dan nilai tambah pengelolaan kekayaan negara.

Dengan adanya revitalisasi organisasi pengelola kekayaan negara, unsur-unsur

pengelolaan kekayaan negara akan terintegrasi dalam satu organisasi. Dengan

demikian, terkait aplikasi dan teknologi informasi tentu saja diperlukan penambahan,

penyesuaian, dan penyempurnaan yang di masa depan akan terintegrasi pada common

database/single database atas seluruh transaksi keuangan pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

B. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah 1. Pengertian Barang Milik Negara/Daerah

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal 48 ayat (2) dan Pasal 49 ayat (6)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan untuk

menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 pada dasarnya merupakan

penyatuan peraturan-peraturan mengenai pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

yang telah ada sebelumnya, mengatur hal-hal yang belum tertampung dalam

peraturan-peraturan yang ada sebelumnya, dan memberikan landasan hukum yang

lebih kuat agar tertib administrasi dan tertib pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah dimaksud dapat diwujudkan. Oleh karena itu, dengan adanya

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 diharapkan pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah semakin tertib baik dalam hal pengadministrasiannya maupun

pengelolaannya sehingga pengadaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan, serta

pengamanan Barang Milik Negara/Daerah di masa mendatang dapat lebih efektif dan

efisien.

Adapun pengertian Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan Pasal 1 angka

10 dan 11 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 adalah “semua barang yang dibeli

atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah atau

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

berasal dari perolehan lain yang sah”. Selanjutnya, dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, dari pengertian Barang Milik Negara/Daerah yang

berasal dari perolehan lain yang sah dimaksud dirinci dalam 4 bagian, yaitu: (a)

barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/sejenisnya, (b) diperoleh sebagai

pelaksanaan perjanjian/kontrak, (c) diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang,

dan (d) diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 diatur pejabat yang

melakukan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah termasuk kewenangannya.

Untuk pengelolaan Barang Milik Negara, Menteri Keuangan adalah Pengelola

Barang, menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Barang, dan Kepala Kantor

Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Barang.

Ruang lingkup pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 adalah meliputi semua aktivitas yang berkaitan

dengan Barang Milik Negara/Daerah terdiri dari perencanaan kebutuhan dan

penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan (meliputi sewa, pinjam pakai,

kerjasama pemanfaatan, dan bangun guna serah/bangun serah guna), pengamanan

(meliputi administrasi, fisik dan hukum) dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,

pemindahtanganan (meliputi penjualan, tukar menukar, dan hibah,), penatausahaan

(meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan), pembinaan, pengawasan dan

pengendalian.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Namun demikian, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 adalah

mengatur mengenai pokok-pokok pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Agar

pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah tersebut lebih operasional tentunya masih

diperlukan aturan yang lebih teknis sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan

Pemerintah dimaksud, baik berupa Peraturan Menteri Keuangan (PMK) ataupun

berupa peraturan pelaksanaan lainnya.

2. Azas-Azas Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan dengan

memperhatikan azas-azas sebagai berikut :

a. Azas fungsional

Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh pengelola dan/atau pengguna Barang

Milik Negara/Daerah sesuai fungsi, wewenang, dan tangung jawab masing-masing.

b. Azas kepastian hukum

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum

dan peraturan perundang-undangan, serta azas kepatutan dan keadilan.

c. Azas transparansi (keterbukaan)

Penyelenggaraan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah harus transparan dan

membuka diri terhadap hak dan peran serta masyarakat dalam memperoleh informasi

yang benar dan keikutsertaannya dalam mengamankan Barang Milik Negara/Daerah.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

d. Efisiensi

Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah diarahkan sesuai batasan-batasan standar

kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan

fungsi pemerintahan secara optimal.

e. Akuntanbilitas publik

Setiap kegiatan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi

negara.

f. Kepastian nilai

Pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerah harus didukung adanya akurasi jumlah

dan nominal Barang Milik Negara/Daerah. Kepastian nilai merupakan salah satu

dasar dalam penyusunan neraca pemerintah dan pemindahtanganan Barang Milik

Negara/Daerah.

3. Landasan Pemikiran Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Landasan-landasan pemikiran yang digunakan dalam pengaturan pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah meliputi :

a. Landasan Filosofi

Hakekat Barang Milik Negara/Daerah merupakan salah satu unsur penting

penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia untuk mencapai cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu,

pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah perlu dilakukan dengan mendasarkan

pada perturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin tercapainya

cita-cita dan tujuan dimaksud.

b. Landasan Operasional

Landasan Operasional Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah lebih berkaitan

dengan kewenangan institusi atau Lembaga Pengelola/Pengguna Barang Milik

Negara/Daerah, yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Pengelolaan Kekayaan Negara yang bersumber pada Pasal 33 Ayat 3 Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 adalah Negara. Badan penguasa atas barang

negara dengan hak menguasai dan bertujuan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Instansi pengelolanya adalah Instansi Pemerintah

Departemen/LPND yang diberikan wewenang untuk itu. Tanah oleh Badan

Pertanahan Nasional, Tambang oleh Departemen Sumber Daya Mineral dan

energi, laut dan kekayaannya oleh Departemen Kelautan dan sebagainya.

Pengaturan atas pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dalam ruang

lingkup ini telah diatur dalam berbagai undang-undang.

2. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang bersumber pada Pasal 23

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 adalah Negara sebagai Pemerintah

Republik Indonesia yang dapat memiliki barang atau sesuatu sebagai aset

kekayaan pemerintah dengan tujuan untuk menjalankan roda pemerintahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Instansi pengelola adalah Presiden yang didelegasikan kepada Menteri

Keuangan dan instansi pengguna adalah kementerian negara/lembaga.

c. Landasan Yuridis

Acuan dasar dalam pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, khususnya Bab

VII dan Bab VIII Pasal 42 sampai dengan Pasal 50. Untuk itu seluruh Peraturan

Perundang-undangan yang ada perlu dikaji kembali termasuk penerapannya untuk

disesuaikan dengan acuan tersebut di atas.

4. Pengaturan Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Negara mengamanatkan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dituangkan dalam

bentuk Peraturan Pemerintah. Adapun pokok-pokok pengaturan pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah sesuai Undang-undang dimaksud meliputi hal-hal sebagai

berikut:

a. Adanya pemisahan peran antara pengelola dan pengguna (Pasal 42, 43, dan 44

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara), yang

selanjutnya perlu pengaturan yang jelas mengenai hak dan kewajiban antara

pengelola dan pengguna;

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

b. Barang Milik Negara/Daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas

pemerintahan negara/daerah tidak dapat dipindahkan (Pasal 45 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara). Dengan

demikian, pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah oleh pengguna diarahkan

untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi masing-masing;

c. Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dengan cara dijual,

dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah setelah

mendapat persetujuan DPR (Pasal 45 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2004 Tentang Perbendaharaan Negara);

d. Persetujuan DPR sebagaimana dimaksud pada Butir 3 di atas adalah untuk

pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah yang berupa tanah dan

bangunan, dengan beberapa pengecualian. Persetujuan DPR juga diperlukan

untuk pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah diluar tanah dan bangunan

yang bernilai lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). Sedangkan

pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah diluar tanah dan bangunan yang

bernilai Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah mendapatkan

persetujuan Presiden, dan yang bernilai sampai dengan Rp10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah) dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Menteri

Keuangan (Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara);

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

e. Penjualan Barang Milik Negara/Daerah prinsipnya dilakukan dengan cara lelang,

kecuali dalam hal-hal tertentu yang pengaturan lebih lanjut diatur dalam peraturan

pemerintah (Pasal 48 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara);

f. Barang Milik Negara/Daerah yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat

harus disertifikatkan atas nama pemerintah Republik Indonesia yang

bersangkutan (Pasal 49 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara). Dalam kaitannya dengan sertifikasi tanah dalam

Penjelasan Pasal 49 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara diamanatkan perlunya pengaturan pelaksanaan oleh

Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara berkoordinasi dengan

lembaga yang bertanggungjawab di bidang pertanahan;

g. Bangunan Milik Negara/Daerah harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan

dan ditatausahakan dengan tertib (Pasal 49 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara);

h. Khusus untuk tanah dan bangunan (Pasal 49 Ayat (3)) apabila tidak dimanfaatkan

untuk menunjang tugas pokok dan fungsi wajib diserahkan kepada Menteri

Keuangan;

i. Barang Milik Negara/Daerah dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai

pembayaran atas tagihan kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah,

dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

dilarang untuk dilakukan penyitaan (Pasal 49 Ayat (4) dan (5) serta Pasal 50

huruf c dan d Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Negara);

j. Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 49 Ayat (6) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara).

5. Pengaturan Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Adapun batasan pengertian dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah adalah61:

a. Negara

Pengertian atau batasan ”Negara” dalam kata ”Barang Milik Negara” adalah

Pemerintah RI, dalam arti kementerian negara/lembaga. Pengertian lembaga

adalah sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 6 Ayat (2) Huruf b

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, yaitu

lembaga negara dan lembaga pemerintah nonkementerian negara.

b. Barang Milik Negara

Yang dimaksud Barang Milik Negara sesuai dengan Pasal 1 Butir 10 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara adalah semua

61 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah. Barang Milik Negara dimaksud dapat berada di semua tempat,

tidak terbatas hanya yang ada pada kementerian/lembaga, namun juga yang

berada pada Perusahaan Negara dan Badan Hukum Milik Negara atau bentuk-

bentuk kelembagaan lainnya yang belum ditetapkan statusnya menjadi kekayaan

negara yang dipisahkan. Sedangkan terhadap Barang Milik Negara yang statusnya

sudah ditetapkan menjadi kekayaan Negara yang dipisahkan diatur secara terpisah

dari ketentuan ini. Untuk barang-barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

APBN dapat lebih mudah identifikasinya sebagai bagian dari Barang Milik

Negara. Sedangkan untuk barang-barang yang berasal dari perolehan yang sah

perlu adanya batasan yang lebih jelas, mana yang termasuk sebagai Barang Milik

Negara. Dalam hal ini, batasan pengertian barang-barang yang berasal dari

perolehan yang sah adalah barang-barang yang menurut ketentuan perundang-

undangan, ketetapan pengadilan, dan/atau perikatan yang sah ditetapkan sebagai

Barang Milik Negara.

c. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Sesuai Pasal 48 Ayat (2) dan Penjelasan atas Pasal 49 Ayat (6) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, ruang lingkup pengaturan

pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dalam Peraturan Pemerintah meliputi

penjualan barang melalui pelelangan dan pengecualiannya, perencanaan

kebutuhan, tata cara penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan,

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

penilaian, penghapusan dan pemindahtanganan. Rumusan tersebut merupakan

siklus minimal atas seluruh mata rantai siklus pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah (asset management cycle).

C. Penghapusan Barang Milik Negara

Penghapusan Barang Milik Negara adalah Proses tindak lanjut dari siklus

pengelolaan Barang Milik Negara dengan maksud dan tujuan untuk membebaskan

pengurusan Barang Milik Negara dari pertanggungjawaban administratif dan fisik

barang yang ada dalam pengelolaan Bendaharaan Barang/Pengurus Barang

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam kata lain,

Penghapusan adalah proses terakhir dari perjalanan hidup Barang Milik Negara. Jika

dianalogikan dalam karir manusia, penghapusan dapat didefinisikan sebagai Tahap

Pensiun seseorang dari suatu Perusahaan/Instansi.

Penghapusan barang inventaris pada tingkat nasional adalah Presiden RI yang

secara fungsional dilakukan oleh Menteri Keuangan RI Cq. Direktur Jenderal

Kekayaan Negara sebagai Pengelola Barang Milik Negara. Pada tingkat

Departemen/Instansi adalah Menteri/Pimpinan Instansi yang secara fungsional

dikuasakan kepada Sekretaris Jenderal/Pejabat yang menjalankan fungsi fasilitatif

sebagai Pengguna Barang Milik Negara setelah mendapatkan persetujuan dari

pengelola Barang Milik Negara.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Pada dasarnya penghapusan Barang Milik Negara tidak terikat dengan waktu.

Secara umum penghapusan Barang Milik Negara dilakukan jika memenuhi

pertimbangan baik Teknis maupun Ekonomis atau pertimbangan lain yang tidak

merugikan Negara serta tidak mengganggu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari

Departemen/instansi tersebut, namun untuk beberapa jenis Barang Milik Negara

terdapat pengaturan usia minimal. Penentuan pertimbangan penghapusan yaitu62:

1. Untuk Barang Bergerak: a. Pertimbangan Teknis

• Secara fisik barang tidak dapat dipergunakan/rusak dan tidak ekonomis bila diperbaiki;

• Tidak dapat dipergunakan lagi akibat modernisasi; • Telah melampaui batas penggunaan/kadaluarsa; • Mengalami perubahan dalam spesifikasi (Terkikis, Rusak, dan Aus); • Selisih kurang dalam timbangan/ukuran karena penggunaan/susut dalam

penggunaan/pemanfaatan. b. Pertimbangan Ekonomis :

• Berlebih (Surplus atau Ekses); • Lebih Menguntungkan bagi Negara bila dihapus.

c. Hilang/Kekurangan/Kerugian Karena : • Kesalahan atau Kelalaian Bendaharawan Barang/Pengurus Barang; • Force Majeure; • Mati, bagi Tanaman atau Hewan/Ternak.

2. Untuk Barang Tidak bergerak : a. Rusak Berat, Terkena Bencana Alam (Force Majeure) ; b. Terkena Planologi Kota/tidak sesuai dengan tata ruang; c. Kebutuhan Organisasi; d. Penyatuan Lokasi untuk Efisiensi dan Memudahkan Koordinasi; e. Pertimbangan dalam rangka rencana strategis pertahanan.

3. Untuk Pertimbangan Penghapusan Kendaraan a. Minimal berumur 10 tahun dari tahun pengadaan; b. Sudah ada penggantinya; dan c. Tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas apabila dihapus.

62 Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Pegawai, Modul Diklat Jarak Jauh Manajemen Perlengkapan, Jakarta, 2005, hlm. 140.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Pada dasarnya penyebab Barang Milik Negara dihapuskan adalah63:

1. Penghapusan Karena Penyerahan Barang Milik Negara Kepada Menteri Keuangan (Pengelola Barang). Dalam hal ini penghapusan dikarenakan pembubaran instansi pemerintah, karena berakhirnya jangka waktu yang ditugaskan kepada instansi tersebut. Sebagai contoh adalah berakhirnya Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR Aceh-Nias). Setelah pembubaran BRR Aceh-Nias, seluruh BMN yang dipergunakan dan dibangun BRR dihapusakan dari daftar BMN BRR untuk diserahkan kepada Menteri Keuangan sebagai Pengelola BMN. Untuk selanjutnya BMN tersebut didistribusikan kepada Kementerian/Lembaga Negara Lain (Pengguna Barang Lain) melalui perubahan status penggunaan, dihibahkan kepada Pemerintah daerah atau Lembaga Sosial dan Korban Bencana. Hal lain, Penghapusan ini juga dapat berkaitan dengan Penghapusan Karena Pengalihan Status Penggunaan Barang Milik Negara Kepada Kementerian/Lembaga Negara Lain (Pengguna Barang Lain).

2. Penghapusan Karena Pengalihan Status Penggunaan Barang Milik Negara Kepada Kementerian/Lembaga Negara Lain (Pengguna Barang Lain). Dalam hal ini penghapusan dikarenakan BMN pada suatu intansi dinilai berlebih dan tidak dipergunakan. Sehingga dikembalikan kepada Menteri Keuangan (Pengelola BMN) guna dioptimalkan penggunaannya atau didistribusikan kepada instansi lain yang dinilai membutuhkan. Sebagai contoh adalah penghapusan BMN berupa tanah idle suatu Departemen untuk dipergunakan oleh Departemen/instansi lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

3. Penghapusan Karena Pemindahtanganan Barang Milik Negara. Dalam hal ini Penghapusan dilakukan karena BMN beralih kepemilikannya dan tidak lagi menjadi Barang Milik Negara. Adapun cara pemindahtanganannya, yaitu melalui : a. Penjualan (Lelang); b. Tukar Menukar (Ruilslag); c. Hibah; d. Penyertaan Modal Pemerintah.

4. Penghapusan karena hal-hal yang mengharuskan dilakukannya pemusnahan. Dalam hal ini Penghapusan dilakukan karena BMN dinilai sudah tidak dapat digunakan maupun dipindahtangankan karena pertimbangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh BMN yang melah melampaui batas penggunaan/kadaluarsa, mengalami perubahan dalam spesifikasi (menyusut, terkikis, rusak, aus, dan lain-lain), Selisih kurang dalam timbangan/ukuran karena penggunaan/susut dalam penggunaan/pemanfaatan, mati bagi

63 Ibid., hlm. 153-154.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter II.pdf · Pengelolaan kekayaan negara yang ideal diawali dengan perencanaan komprehensif

Tanaman atau Hewan/Ternak. Hal lain, penghapusan ini juga dapat berkaitan dengan penghapusan karena adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya atau penghapusan untuk menjalankan ketentuan undang-undang.

5. Penghapusan karena adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya atau penghapusan untuk menjalankan ketentuan undang-undang. Dalam hal ini Penghapusan dilakukan karena putusan pengadilan atau penghapusan dilakukan karena ketentuan undang-undang mewajibkan dilakukan penghapusan. Sebagai contoh adalah BMN berupa tanah yang digugat/disengketakan, dan setelah ada putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap dinyatakan bukan sebagai Milik Negara. Sedangkan contoh penghapusan untuk menjalankan ketentuan undang-undang adalah penghapusan BMN karena terbitnya Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur pemisahan Barang Milik Negara menjadi Barang Milik Daerah.

6. Penghapusan karena sebab-sebab lain Dalam hal ini Penghapusan dilakukan berdasar Pertimbangan Force Majeure, Pertimbangan dalam rangka rencana strategis pertahanan, Pertimbangan Hilang/Kekurangan/Kerugian baik karena kelalaian Bendahara/Pengelola maupun kelalaian Pegawai/pengguna. Untuk BMN yang hilang/rusak karena kelalaian pengguna/pengurus barang selain dilaksanakan proses penghapusan BMN, juga dilaksanakan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR).

Universitas Sumatera Utara