BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM...

22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu sunnah (ﺳﻨﺔ) dan Allah (ﺍﻟﻠﻪ). Dengan digabungkannya dua kata tersebut, maka menjadi susunan iḍafiah (ﺇﺿﺎﻓﻴﺔ), susunan kata yang terdiri dari kata yang berpredikat sebagai mudlof (kata yang disandari) dan mudlof ilaihi (kata yang disandarkan). Kata sunnat berkedudukan sebagai mudlof (ﻣﻀﺎﻑ) dan kata Allah berkedudukan sebagai mudlof ilaihi (ﻣﻀﺎﻑﺍﻟﻴﻪ) nya. Di dalam bahasa arab, kata sunnat dengan fi'il madli (kata kerja untuk masa lampau)nya sannaini mempunyai beberapa arti. Diantaranya adalah, tharīqat (jalan, cara, metode), as-sīrat (peri kehidupan, perilaku), thabī'at (tabiat, watak), asy-syrī'at (syariat, peraturan, hukum) atau dapat juga berarti suatu pekerjaan yang sudah menjadi tradisi (kebiasaan). 18 Menurut Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah, sunnat adalah kebiasaan yang dilakukan kedua kalinya seperti apa yang dilakukan pertama kalinya. Sedangkan menurut Ar Razi, sunnat adalah jalan yang lurus dan tauladan yang diikuti. Diantara pendapat kedua tokoh Islam dan beberapa pendapat lain tentang arti 18 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), hal. 669. 15

Transcript of BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM...

Page 1: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

BAB II

PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH

A. Pengertian Sunnatullah

Sunnatullâh merupakan istilah dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata,

yaitu sunnah (سنة) dan Allah (الله). Dengan digabungkannya dua kata tersebut,

maka menjadi susunan iḍafiah (إضافية), susunan kata yang terdiri dari kata yang

berpredikat sebagai mudlof (kata yang disandari) dan mudlof ilaihi (kata yang

disandarkan). Kata sunnat berkedudukan sebagai mudlof (مضاف) dan kata Allah

berkedudukan sebagai mudlof ilaihi (مضافاليه) nya.

Di dalam bahasa arab, kata sunnat dengan fi'il madli (kata kerja untuk

masa lampau)nya sannaini mempunyai beberapa arti. Diantaranya

adalah, tharīqat (jalan, cara, metode), as-sīrat (peri kehidupan, perilaku),

thabī'at (tabiat, watak), asy-syrī'at (syariat, peraturan, hukum) atau dapat juga

berarti suatu pekerjaan yang sudah menjadi tradisi (kebiasaan).18

Menurut Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah, sunnat adalah kebiasaan yang

dilakukan kedua kalinya seperti apa yang dilakukan pertama kalinya. Sedangkan

menurut Ar Razi, sunnat adalah jalan yang lurus dan tauladan yang diikuti.

Diantara pendapat kedua tokoh Islam dan beberapa pendapat lain tentang arti

18

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2002), hal. 669.

15

Page 2: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

kata sunnat, makna sunnat berkisar pada jalan yang diikuti. Dan secara umum,

kata sunnat digunakan oleh al-Qur‘ān sebagai cara atau aturan.19

Sedangkan kata Allah adalah nama bagi Dzat Tuhan Yang Maha Esa, Sang

Pencipta dan Maha Adil, dan Maha Segalanya. Setiap nama Allah mencakup diri-

Nya dan juga yang lainnya. Bersifathakiki untuk-Nya dan majazi bagi yang

lainnya. Di dalamnya terkandung makna rubūbiyah (ketuhanan) dan seluruh

makna itu tercakup di dalamnya.20

Nadhr Bin Syāmil berkata, kata Allah diambil dari kata at-ta'alluh (التعله)

yang berarti ibadah. Ulama yang lain berkata, kata itu diambil dari kata al-

ilāh yang berarti menjadi sandaran. Dan ada juga yang mengatakan bahwa kata

itu berarti al- muhtajib (المحتجب), yang menutupi. Lebih lanjut mengenai hal ini,

di dalam al-Qur‘ān surat al-Hadīd ayat 3 dijelaskan bahwa Allah adalah Dzat

Yang Awal dan Yang Akhir, Yang ẓahir dan Yang Batin, dan Dia adalah Dzat

Maha mengetahui segala sesuatu, meliputi seluruh yang ada di alam semesta ini.

Jadi, sunnatullāh dapat diartikan sebagai cara Allah memperlakukan

manusia, yang dalam arti luasnya bermakna ketetapan-keteapan atau hukum-

hukum Allah yang berlaku untuk alam semesta.

Sedangkan, di antara beberapa pengertian secara terminologis yang

menurut penulis lebih mencakup adalah bahwa Sunnatullāh adalah sebagai jalan

yang dilalui dalam perlakuan Allah terhadap manusia sesuai dengan tingkah laku,

perbuatan dan sikapnya terhadap syariat Allah dan Nabi-Nya dengan segala

19

Ibid,.hal 669. 20 Fachrudin Hs, Ensiklopedi Al Quran Jilid I, (Jakarta, Rineka Cipta, 1992), hlm. 38.

Page 3: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

implikasi nilai akhir di di dunia dan akhirat. Kata 'sunnatullah' secara semantik

terdiri dari dua suku kata, yaitu sunnah dan Allah.. Kata sunnah berasal dari kata

sanna yasunnu. Kata dasar sīn dan nūn, pada mulanya, berarti ‗sesuatu yang

berjalan dan terjadi secara mudah‘. Seperti sanantu almā' `lāwajhī(aku

menuangkan/mengalirkan air ke wajahku), sanantu al-tharīq (aku berjalan

melalui jalan itu), seakan-akan jalan yang dilalui tersebut sebegitu mudah.

Adapun bentuk masdarnya, yakni sunnah, pada masa Arab pra-Islam,

berarti tharīqah (jalan) dan sīrah (prilaku).Bahkan menurut Mahmūd Syaltūt,

term sunnah, di kalangan bangsa Arab, sejak dahulu dikenal sebagai prilaku yang

sudah menjadi tradisi, baik terpuji maupun tercela, yang diwarisi secara turun

temurun dari nenek moyangnya.Kemudian kata sunnah mengalami perkembangan

makna, di samping kedua makna diatas, seperti thabī`ah (tabiat atau watak), dan

syarī`ah (hukum atau peraturan).21

Kata sunnah bisa disandarkan kepada Allah, Nabi, sahabat, dan manusia

secaraumum, yang masing-masing memiliki pengertian sendiri-sendiri. Ketika

kata sunnahdirangkai dengan kata ‗Allah‘menjadi ‗sunnah Allah‘(baca:

sunnatullah), maka iamengandung beberapa pengertian, antara lain, manhaj, syar`

(aturan), dīn (agama),irādah (kehendak), dan hukm (ketentuan).5 Atau sunnatulah

berarti hukmuh fīkhalīqatih(ketentuan-ketentuan-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya).

Sementara menurut al-Işfahānī,6 sunnatullah berarti tharīqah hikmatih wa

tharīqah thā`atih (cara atau jalan yangditetapkan oleh Allah karena kebijakan-Nya

dan demi terwujudnya ketaatan kepada-Nya).

21

A. Husnul Hakim, Mengintip takdir ilahi mengungkap makna sunnatullah dalam al-

Qu‟an (Jakarta:2007), hal 7

Page 4: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Sementara kata sunnah yang dirangkai dengan Nabi atau Rasul, berarti

altharīqahallatīyataharrāhā(suatu cara atau jalan yang dianggap patut oleh

beliau). Ibnal-Manzūr, yang bersumber dari al-Lihyānī, menyatakan ‗sunnah

Nabi‘berarti ketetapan, perintah dan larangan.7 Sementara Mahmūd Syaltūt

membedakan antara 'sunnah Nabi' dengan 'sunnah sahabat'. Sunnah Nabi berarti

cara atau praktek amaliyah yang dilakukan oleh beliau. Sedangkan sunnah sahabat

berarti pemahaman mereka terhadap ayat-ayat al- Qur‘an yang didasarkan atas

maqāsid al-syari`ah (tujuan penyari‘atan).22

Dan, apabila kata sunnah dirangkai dengan selain kata ‗Allah‘dan ‗Rasul‘,

maka berarti wada`a (menciptakan hal yang baru). Misalnya sanna fulān sunnah

maknanya adalah si fulan menciptakan hal yang baru, lalu diikuti oleh orang-

orang setelahnya.

Namun, pada perjalanan selanjutnya kata sunnah menjadi istilah yang

spesifik, yakni menyangkut apa saja yang diperintahkan, dilarang, atau dianjurkan

oleh Nabi Saw., baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tidak dijelaskan

oleh al-Qur‘an. Pengertian sunnah yang demikian ini, boleh jadi, berlaku di

kalangan bangsa Arab. Akan tetapi, argumentasi yang cukup kuat adalah bahwa

istilah yang spesifik ini baru muncul setelah turunnya al-Qur‘an. Yang jelas, kata

sunnah, pada saat ini, dipahami sebagai apa saja yang datang dari Nabi.

Pengertian Terminologis

Yang dimaksud dengan "terminologis" di sini adalah pendapat beberapa

ulama tentang sunnatullah. Para ulama, secara umum membedakan sunnatullah

22

Ibid.,8

Page 5: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

dalam dua bentuk, yaitu sunnah kauniyyah (hukum alam) dan sunnah

ijtimā’iyyah(hukum kemasyarakatan). Sunnah kauniyyah adalah hukum-hukum

Allah yang berlaku di alam semesta.Sedangkan sunnah ijtimā’iyyah adalah

hukum-hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam kehidupan sosialnya.

Kedua sunnah ini, baik yang terkait dengan alam maupun manusia, memiliki

kesamaan karakter yaitu senantiasa berlaku konsisten dan tidak akan pernah

mengalami penyimpangan, baik pada masa lalu, sekarang, maupun masa yang

akan datang. Ia juga berlaku bagi seluruh manusia, baik mukmin maupun kafir,

karena manusia dalam konteks ini dipandang sebagai sosok yang utuh yang selalu

terikat dengan hukum-hukum tersebut.23

Di antara ulama yang lain, ada yang menyebut sunnatullah dengan istilah

alsunanal-ilāhiyyah. Namun, kedua istilah ini tidak memiliki perbedaan substantif

kecuali hanya berbeda dalam pilihan katanya. Bahkan menurut TaqīMişbāh,

kedua istilah ini, sunnatullah atau al-sunan al-ilāhiyyah, dipandang lebih tepat

dan sesuai dibanding dengan ungkapan al-dhawābith al-sā'idah fīal-af`āl al-

ilāhiyah (Batasan-batasan yang bersifat mengikat di dalam perbuatan Allah) atau

al-asālīb allatīyastakhdimuhallāh fīirādah tadbīr al`ālam wa al-insān (uslub-

uslub yang telah digunakan oleh Allah dalam konteks berkehendak dan

pengaturan alam dan manusia).

Dari segi terminologis ini, para ulama dan intelektual muslim berbeda

pendapat. Nurcholish Madjid, guru besar filsafat Islam yang juga concern

terhadap studi kealqur‘anan, menyatakan bahwa sunnatullah adalah hukum

23

Ibid.,8

Page 6: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

sejarah yang terkait dengan kehidupan sosial manusia yang tidak akan berubah. Ia

mengistilahkannya dengan "ilmu lunak" (soft science), berbeda dengan ilmu

eksakta yang disebut "ilmu keras" (hardscience). Letak perbedaannya adalah pada

kadar kepastiannya. Oleh karena itu, siapapun akan merasa kesulitan untuk

membangun suatu teori sebagai hasil generalisasi atas dasar variabel-variabel itu.

Artinya, meskipun sunnatullah itu pasti dan tidak akan berubah, tetapi tidak bisa

diteliti di dalam laboratorium sebagaimana ilmu eksakta.24

Muhammad Bāqir al-Sadr, seorang ulama Syi‘ah ternama yang

memperoleh gelar kehormatan, Marja’, menyatakan bahwa sunnatullah adalah

hukum-hukum Allah yang pasti dan tidak berubah, yang berlaku di jagad raya. Ia

merupakan hukum paripurna yang menghubungkan antara peristiwa sosial dan

peristiwa sejarah.25

Sementara Mahmūd Syaltūt, mantan Syaikh al-Azhar, Mesir, menyatakan

bahwa sunnatullah pada hakekatnya merupakan hukum-hukum Allah yang terkait

dengan bangkit dan runtuhnya suatu bangsa.

Sedangkan Muhammad TaqīMisbāh al-Yazdī, filosof dan Guru Besar pada

Pusat Studi Islam, Iran, memahami sunnatullah lebih spesifik, yaitu bahwa

sunnatullah –yang diistilahkan dengan al-sunan al-ilāhiyyah-- pada hakekatnya

merupakan azab Allah yang ditimpakan kepada kaum atau masyarakat yang rusak

(bāţil).

24

Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. ke-4, h. 46-47. 25

Muhammad Baqir al-Shadr, al-Sunan al-Tārikhiyyah fīal-Qurān al-Karīm, (Dar al-

Ta`aruf, 1981), cet. ke-2, h. 67.

Page 7: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Lebih lanjut menurut TaqīMişbāh,bahwa sunnah ilāhiyyah dibagi dalam

dua kategori, (1) sunnah-sunnah Akhirat (al-Sunan al-Ukhrāwiyyah), yakni

ketentuan Allah yang terkait dengan khidupan manusia di akhirat, baik

menyangkut pahala dan siksa (2) sunnah-sunnah dunia (al-Sunan al-

Dunyawiyyah), hukum-hukum Allah yang terkait dengan kehidupan manusia di

muka bumi ini. Kategori yang kedua ini diklasifikasi dalam dua hal pula, (1)

terkait secara khusus dengan prilaku individu, (2) tidak hanya terkait dengan

prilaku individu. Artinya, ada yang secara khusus berlaku bagi kehidupan sosial;

ada juga yang terkait dengan idividu dan sosial sekaligus. Dengan demikian,

dalam konteks pembahasan sunnatullah, sunnah-sunnah Allah yang terkait

dengan prilaku individu tidak termasuk dalam pembicaraan ‗sunnatullah‘ini.

Sejalan dengan TaqīMisbāh, Abdullah Yūsuf ‗Alī, bahwa sunnatullah

merupakan ketentuan Allah yang menjadi sebab-sebab kehancuran umat-umat

masa lalu yang antara satu dengan lainnya berlainan, seperti kaum nabi Nuh,

kaum ‗Ad, kaum Tsamud, dan lain-lain.

Melihat beberapa definisi sunnatullah yang dipahami oleh para ulama dan

intelektual muslim, maka sebenarnya perbedaan pendapat itu hanya pada

narasinya, sedangkan dari segi substansinya pendapat mereka adalah sama, yakni

terkait dengan prilaku manusia dalam kehidupan sosialnya. Pendapat-pendapat ini

akan berbeda dengan definisi yang dibangun oleh para pakar ilmu kealaman dan

fisikawan.Sementara penulis lebih cenderung memahami sunnatullah, dengan

mengacu makna etimologisnya, yakni tharīqah dan sīrah, adalah sebagai cara

Allah dalam memperlakukan hamba-Nya dalam konteks kehidupan sosialnya,

Page 8: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

sekaligus jalan tersebut seharusnya diikuti oleh manusia dalam melaksanakan

aktifitasnya.

Persoalan-persoalan Penting sekitar Sunnatullah

1. Sifat dan Karakteristik Sunnatullah

a. Konsisten

Penetapan ini didasarkan pada penelitian beberapa ayat yang dapat

diasumsikan sebagai yang menjelaskan sifat dan karakteristik sunnatullah.

Misalnya ayat:

يئ يئ إل بأىلو استكبارا ف الرض ومكر الس يق المكر الس لي ول ي د ف هل ينظرون إل سنت الو ف لن ت

د لسنت اللو تويل لسنت اللو ت بديل ولن ت

"… Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan pergantian dalam

sunnah Allah, dan sekali-kali tidak akan pula menemui penyimpangan",

(Q.s. Fathir/35: 43).

Dari ayat ini, paling tidak, ada dua kata yang digunakan al-Qur‘an untuk

menyifati sunnatullah, yaitu lā tabdīl dan lā tahwīl. Yang dimaksud dengan tabdīl

adalah bahwa tidak ada seorang pun yang mampu merubah ketetapan Allah ini,

yaitu azab Allah atas orang-orang kafir. Sedangkan tahwīl adalah bahwa ketetapan

Allah tersebut tidak mungkin dipindahkan kepada orang lain.26

Sementara ulama

yang lain, tidak membedakan kedua istilah ini. Mereka memahaminya sebagai

ketetapan Allah yang tidak bisa diganti (lā yataghayyar). Maksudnya, tidak

mungkin mengganti azab dengan rahmat.

26

Ibn Katsīr, Tafsīr Ibn Katsir, jilid 5, h. 683

Page 9: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Melalui ayat ini bisa dipahami bahwa sunnatullah merupakan ketentuan

Allah yang tidak terjadi secara kebetulan, juga bukan suatu keajaiban, bahkan ia

memiliki kekuatan untuk memaksa secara mutlak. Dengan kata lain, sunnatullah

merupakan suatu korel si abadi yang tidak terikat dan terpengaruh oleh perbedaan

keadaan dan adat kebiasaan manusia.

Keniscayaan sunnatullah yang permanen dan pasti ini, didasarkan atas suatu ciri

ilmiah yang berlaku pada fenomena alam, --sebagai salah satu cakupan

sunnatullah dalam pengertiannya yang luas-- yaitu sesuatu yang haqq (benar).

Bedanya, jika alam dalam orientasinya tidak bisa menyimpang. Akan teapi,

manusia dapat saja menyimpang untuk sementara waktu, meskipun pada akhirnya

akan direspons oleh Allah dengan turunnya azab sebagai ketetapan-Nya yang

pasti. Asal makna al-haqq, menurut al-Işfahānī, adalah kesesuaian, seperti

kesesuaian dan kecocokan antara kaki pintu (baca: kusen pintu) dengan daun

pintunya. Namun, term haqq terkadang juga digunakan dalam beberapa konteks

pembicaraan, antara lain, (1) menyifati Dzat Yang mewujudkan sesuatu atas dasar

hikmah, yaitu Allah, (2) menyifati sesuatu yang diwujudkan, yang sekiranya

terdapat hikmah, (3) menunjukkan keyakinan terhadap sesuatu yang ada di dalam

hati, sebagaimana yang dinyatakan, ―keyakinan si fulan terhadap surga, neraka,

dan hari kebangkitan adalah benar‖, (4) untuk menunjukkan perkataan dan

perbuatan yang sesuai dengan yang semestinya terjadi.168 Melihat penjelasan al-

Ishfahani ini, maka sifat kebenaran (alhaqq) yang ditetapkan pada fenomena alam

adalah suatu keniscayaan wujud alam yang didasarkan atas suatu hikmah. Dengan

Page 10: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

demikian, kesamaan karakter sunnatullah yang permanen dengan keteraturan alam

adalah dalam konteks hikmah dan kepastian terjadinya.

Sementara Syahrur memahami term haqq sebagai sesuatu kebenaran

obyektif dan mempunyai wujud di luar kesadaran manusia, bukan hanya sebatas

konsep, ia adalah sesuatu yang riil.27

Oleh karena itu, sunnatullah yang berlaku

bagi gerak kesejarahan manusia, sebagaimana yang berlaku bagi prilaku alam,

adalah sesuatu yang haqq dan mengandung hikmah, bukan didasarkan atas

kesewenang-wenangan Tuhan, yang bagi sebagian manusia, kekuasaan-Nya itu

justru seringkali dijadikan alasan untuk bersikap fatalistik (kepasrahan buta).

Artinya, ketika al-Qur‘an menyatakan, ―itulah sunnatullah yang berlaku bagi

umat-umat sebelumnya‖, maka itu merupakan suatu kebenaran obyketif yang

harus diyakini, meskipun wujudnya berada di luar kesadaran manusia. Ia akan

senantiasa berlaku bagi kehidupan sosial manusia, yang prilakunya memiliki

kesamaan karakter dengan prilaku umat-umat terdahulu, yang diazab sebagai

ketetapan Allah (sunnatullah) yang pasti.

Dengan kata lain, keimanan seseorang terhadap sifat kepermanenan dan

konsistensi sunnatullah ini, pada hakekatnya, sama seperti keimanannya kepada

taqdîr atau qadar Tuhan yang berlaku di alam raya. Dalam hal ini, Nurcholish

Madjid memberikan penjelasan, bahwa dengan sebab mengimani atau

mempercayai hukumhukum kepastian yang menguasai alam raya sebagai

ketetapan dan keputusan Tuhan yang tidak bisa dilawan, maka manusia sudah

27

A. Husnul Hakim, Mengintip takdir ilahi mengungkap makna sunnatullah dalam al-

Qu‟an (Jakarta:2007),

Page 11: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

selayaknya harus mempertimbangkan segala keputusan yang diambil menyangkut

tindakan dan prilaku, karena semuany tunduk kepada hukum-hukum itu.28

Jadi, pemahaman terhadap hal ini dimaksudkan untuk mendidik manusia

agar dalam benaknya timbul kesadaran bahwa segala peristiwa yang terjadi dan

timbul dalam gerak sejarahnya adalah tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum

Allah yang bersifat permanen.

b. Universal

Sifat universalitas sunnatullah adalah didasarkan pada penggunaan redaksi

nakirah (tabdīl dan tahwīl) dalam bentuk nafī (lan), menurut Ibn `Asyur,

menunjukkan makna umum. Artinya, ketetapan Allah yang tidak berubah dan

pasti ini, berlaku bagi umat-umat masa lalu, umat yang hidup pada saat turunnya

al-Qur‘an, dan umat setelahnya. Yang dikehendaki dengan ‗universal‘ ini adalah

bahwa manusia diposisikan sama. Artinya, jika sunnatullah itu terjadi, maka tidak

ada seorang pun mampu menghindar dari padanya. Sebab, ketetapan Allah

(sunnatullah) ini akan menimpa seluruh umat manusia tanpa membedakan ras,

suku, golongan, ideologi, dan lain-lain. Misalnya dalam fenomena perang Uhud,

bagaimana Rasulullah, sebagai representasi manusia yang paling suci, juga harus

mengalami cedera fisik yang cukup berat, meskipun tidak sampai terbunuh.

Rasulullah memang ma`shūm,29

namun dalam konteks sunnatullah, beliau tidak

mendapatkan perlakuan istimewa dari Allah atau ‗dikecualikan‘.

28

A. Husnul Hakim, Mengintip takdir ilahi mengungkap makna sunnatullah dalam al-

Qu‟an (Jakarta:2007), 29

Muhammad Syahrur, Metodologi Fiqh Islami Kontemporer, terjemahan Sahiron

Syamsuddin dan Burhanuddin, (Yogyakarta: Penerbit eLSAQ Press, 2004) cet ke-2, h.

227

Page 12: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Dengan memahami sifat universalitas sunnatullah inilah, setiap manusia

harus menyadari bahwa prilaku positif atau negatif, akan. membawa dampak

secara kolektif, jika berubah menjadi budaya masyarakat. Oleh karena itu, setiap

anggota masyarakat harus selalu berusaha untuk mengembangkan prilaku baik,

atau senantiasa berada di jalan kebenaran. Dalam kaitan ini, Naqaib al-Attas

menyatakan bahwa entitas individu adalah entitas yang bertanggungjawab pada

dirinya sendiri, sedangkan pertanggungjawabannya kepada masyarakat juga

menjadi bagian dari pertanggungjawabannya kepada dirinya sendiri itu. Dengan

demikian, gagasan untuk berbuat baik kepada orang lain, pada hakekatnya, juga

merupakan perbuatan baik terhadap diri sendiri. Atau dengan lain kata, bahwa

seseorang tidak bisa memisahkan diri dari komunitas masyarakatnya. Sehingga al-

Qur'an selalu mengingatkan, bahwa selaku individu, agar tidak cukup melihat

dirinya sendiri benar, akan tetapi ia harus memastikan bahwa orang lain juga

hidup dalam kebajikan. Sebab, boleh jadi,

perbuatan buruk yang hanya dilakukan oleh seorang individu ternyata membawa

implikasi yang cukup luas bagi masyarakat. Demikian ini, sebab mereka

membiarkan perbuatan buruk itu tanpa berusaha menghentikannya. Sebagai

akibatnya, orang lain tertarik untuk menirunya, yang pada akhirnya, perbuatan

tersebut menjadi budaya masyarakat. Maka, saat itulah perbuatan buruk, yang

awalnya hanya dilakukan oleh seorang individu, ternyata membawa akibat yang

cukup serius bagi kehidupan masyarakat. Atau dengan lain kata, ketidakpedulian

manusia atas kemunkaran yang terjadi di sekitarnya akan membawa kepada

Page 13: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

kehancuran, yang dampaknya juga dirasakan oleh mereka yang tidak

melakukannya. Sebagaimana dalam firman-Nya:

نة ل تصيب الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا أن اللو شديد العقاب وات قوا فت

"Peliharalah dirimu dari bencana yang tidak khusus menimpa orang-

orang

yang zalim saja…" (Q.s. al-Anfâl/8: 25)

Berdasarkan ayat di atas, Ibnu `Abbas, sebagaimana yang dikutip oleh al-

Suyuthi, menyatakan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin

agar tidak membiarkan prilaku kezaliman yang terjadi di masyarakat, karena

dikhawatirkan akan menjadi tersebar dan meluas. Dalam hal ini, Muthahhari

menyatakan, bahwa suatu persetujuan dianggap sebagai ikut serta dalam dosa,

apabila persetujuan itu berperan aktif dalam perencanaan dan pelaksanaannya,

yang dapat diterjemahkan dalam bentuk tindakan, sehingga dengan demikian

mereka patut untuk menerima siksa Allah juga.

2. Hukum Kausalitas dan Usaha Manusia

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa karakteristik sunnatullah

adalah pasti dan konsisten. Sehingga sunnatullah, dalam konteks hukum

kemasyarakatan, merupakan hukum sebab-akibat, sebagaimana yang terjadi pada

fenomena alam. Dengan demikian, hukum kausalitas dalam konteks sunnatullah

ini bersifat ―dialektika‖, yaitu bersifat rasional dan bukan ―kebetulan‖, yang

terkait dengan perkembangan alam, masyarakat dan ide.30

Artinya, ketika sebab

30

A. Husnul Hakim, Mengintip takdir ilahi mengungkap makna sunnatullah dalam al-

Qu‟an (Jakarta:2007),

Page 14: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

itu muncul maka sebagai konsekwensi logisnya, akan ―segera‖ disusul dengan

munculnya akibat. Namun, hukum kausalitas ini tidak bisa secara saklek

diberlakukan di dalam kehidupan kesejarahan manusia, seperti pada fenomena

alam. Sebab manusia bukanlah makhluk yang dipaksa, sebagaimana alam, tetapi

mereka diberi hak untuk memilih.

Sebagai konsekwensinya, harus ada wilayah bagi manusia dalam konteks

kebebasannya untuk bersikap dan berkehendak sekaligus sebagai bentuk

pertanggungjawaban dari setiap pilihan yang diambil.

Dalam kaitan ini, Muthahhari memberikan penjelasan yang cukup logis,

jika hukum kausalitas secara mutlak mendominasi perjalanan kesejarahan

manusia, maka harus diterima bahwa setiap kejadian adalah bersifat pasti dan

tidak terelakkan. Sebagai konsekwensi logisnya, tidak seorangpun yang

bertanggungjawab atas perbuatannya. Begitu juga, ia tidak patut dipuji dan dicela

atas perbuatan-perbuatannya itu. Sebaliknya, jika hukum kausalitas tidak

menguasai dinamika sejarah manusia, maka tidak akan ada nilai universalitas dan

obyektifitas. Inilah kesulitan yang dialami oleh para sosiolog dan sejarawan.

Berkaitan dengan ini, paling tidak, terdapat tiga pendapat:31

Pertama, bahwa

hukum kemasyarakatan ini bersifat pasti dan mengikat secara mutlak. Hal ini

didasarkan pada kenyataan yang terjadi di alam raya, yang dikenal dengan

hukum-hukum alam (al-qawānīn al-thabī`iyyah) dan teori-teori fisika. Hukum

kepastian yang terjadi di alam ini, juga berlaku pada kehidupan sosial manusia.

31

A. Husnul Hakim, Mengintip takdir ilahi mengungkap makna sunnatullah dalam al-

Qu‟an (Jakarta:2007),

Page 15: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Inilah yang dipahami oleh para sosiolog dan ahli filsafat sejarah. Melalui teori-

teori

sejarahnya, mereka berani mengeluarkan statement bahwa perubahan masyarakat

terjadi secara pasti, sebagaimana yang terjadi di dalam dunia fisika dan ilmu

kealaman. Bahkan mereka berpendapat, sifat terpaksa yang berlaku di alam raya

juga berlaku pada kehidupan sosial manusia. Pendapat ini banyak diikuti oleh para

sosiolog dan ahli filsafat sejarah dari kalangan nonmuslim, seperti Spengler,

Hegel, Karl Marx, dan lainlain. Dalam salah satu pernyataan Hegel disebutkan,

―Sesungguhnya sejarah telah membunuh kehendak manusia.‖ Begitu juga, Karl

Marx menyatakan bahwa manusia hanyalah sebagai agen yang melahirkan

sejarah, sebagaimana seorang ibu; akan tetapi, ia tidak bisa merubah hukum-

hukum sejarah yang pasti. Kedua, bahwa kepastian hukum sejarah atau

kemasyarakatan ini bukan berarti menafikan peran, ikhtiar dan kehendak manusia.

Manusia sebenarnya memiliki kebebasannya sendiri, sebab tidak mungkin

manusia diposisikan negatif, yang hanya diposisikan seperti ―mainan‖. Dalam

kaitan ini, hukum kemasyarakatan itu memiliki batas-batas atau koridor tersendiri,

yang di dalam koridor itulah manusia memiliki kemampuan dalam rangka

mewujudkan ikhtiarnya. Gerak masyarakat tidak bisa keluar dari hukum-

hukumnya yang bersifat pasti ini. Namun, manusia sebagai individu, tetap diberi

ruang untuk bergerak dalam konteks ikhtiar. Ketiga, bahwa peristiwa yang terjadi

dalam panggung sejarah kemanusiaan bukanlah suatu kebetulan. Akan tetapi, ia

terjadi karena adanya sebab-sebab yang memungkinkan peristiwa sejarah itu

Page 16: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

ditafsirkan dan dijelaskan.32

Hukum kemasyarakatan dan peristiwa sejarah,

keduanya mengikuti asal sebab itu dan tunduk pada hukum sebab-akibat. Tidak

mungkin manusia begitu saja tunduk terhadap sistem masyarakat yang bersifat

memaksa. Sebab, pada kenyataannya, manusia sebenarnya mampu melakukan

perubahan dalam konteks masyarakat dan sejarah tersebut.

Berkaitan dengan ketiga pendapat di atas, penulis lebih cenderung kepada

pendapat ketiga, sebagaimana penjelasan Baqir al-Sadr, bahwa hukum sebab-

akibat memiliki korelasi posistif dengan kebebasan manusia. Kebebasan manusia,

dalam hal ini, memiliki posisinya sendiri dalam konteks kesejarahannya, dan

teori-teori al-Qur‘an tidak terpisah dari kebebasan manusia tersebut; bahkan, ia

akan memperkuat dan memperluas wilayah kebebasannya dalam konteks

tanggung-jawab. Artinya, menurut hukum Ilahi ini bahwa manusia akan

memperoleh kondisi tertentu jika ia merubah kondisi mereka, baik posistif

maupun negatif.

3. Fenomena Alam dalam Konteks Sunnatullah

Pada hakikatnya, seluruh alam semesta, baik manusia maupun makhluk

lainnya, mengabdi kepada Allah dengan caranya masing-masing. Sebagaimana

diisyaratkan oleh firman Allah:

بع والرض ومن فيهن ماوات الس ن شي تسبح لو الس إنو كان ء إل يسبح بمده ولكن ل ت فقهون تسبيحهم وإن م

حليما غفورا

32

A. Husnul Hakim, Mengintip takdir ilahi mengungkap makna sunnatullah dalam al-

Qu‟an (Jakarta:2007),

Page 17: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

― Bertasbih kepada-Nya, tujuh langit dan bumi, serta makhluk yang

berada di

dalam keduanya. Dan tidaklah dari masing-masing itu kecuali bertasbih

dengan senantiasa memuji-Nya. Akan tetapi, kalian tidak memahami

tasbih mereka…‖ (Q.s. al-Isra‘/17: 44)

Kata tasbīh, yang berarti menyucikan Allah, pada mulanya berarti

―bersegera dalam menyembah Allah‖. Kemudian dijadikan sebagai simbol dari

segala bentuk perbuatan baik. Namun, secara umum, tasbīh mengacu kepada

makna ibadah dalam arti yang luas, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun niat;

dan termasuk di dalamnya, segala bentuk pujian kepada-Nya. Dari sinilah

kemudian bisa dipahami bahwa seluruh makhluk itu beribadah atau mengabdi

kepada-Nya dengan caranya masingmasing. Namun, antara manusia dan alam (al-

kaun/univers), dalam konteks pengabdian kepada Allah, memiliki perbedaan

karakter. Manusia diberi hak pilih atau tidak dipaksa, sementara alam tidak

memiliki atau dipaksa. Dengan lain kata, alam tidak ada pilihan kecuali harus

mengikuti ketetapan yang telah digariskan oleh Allah kepada-Nya, tanpa bisa

melakukan pelanggaran/tidak ta‘at.33

Misalnya, matahari terbit dari timur dan

tenggelam di barat, hujan turun karena gumpalan awan yang mengandung air

kemudian dibawa oleh angin, dan sebagainya. Berbeda dengan manusia,

walaupun mengikuti sunnah-Nya; namun, dalam orientasinya, mereka bisa

melakukan penyimpangan dari sunnah tersebut atau tidak ta'at. Misalnya, manusia

33

A. Husnul Hakim, Mengintip takdir ilahi mengungkap makna sunnatullah dalam al-

Qu‟an (Jakarta:2007),

Page 18: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

bisa saja tidak menyembah Allah, tidak jujur, berlaku maksiyat, berbuat

kezaliman, dan sebagainya. Hal ini, sebagai konsekuensi logis dari hak pilih

tersebut, walaupun pada akhirnya, mereka direspons oleh sunnatullah sebagai

ketetapan Allah yang pasti. Sementara bentuk pengabdian alam kepada Allah,

dinyatakan oleh al-Qur‘an, adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia; bahkan,

mereka ditundukkan (taskhīr) demi hal itu. Sebagaimana yang dinyatakan dalam

firman-Nya: Allahlah Yang menciptakan bebebapa langit dan bumi, dan Dia

menurunkan hujan dari langit, lalu dengannya, Dia menumbuhkan buah-buah

sebagai rizki bagi kalian. Dan Dia menundukkan bagi kalian kapal laut agar ia

dapat berlayar di atas lautan dengan perintah-Nya, dan Dia (juga) menundukkan

bagi kalian sungai-sungai.

Dan Dia menundukkan bagi kalian matahari dan bulan, yang keduanya berjalan

secara teratur. Dan Dia bagi kalian menundukkan malam dan siang, (Q.s.

Ibrahim/14: 32-33)

Ayat ini, pada mulanya, menjelaskan tentang ni‘mat-ni‘mat yang

dikaruniakan Allah kepada manusia, agar mereka dapat melakukan aktifitas

kehidupannya dengan efektif dan efisien. Di sisi lain, ayat tersebut

mengindikasikan bahwa relasi antara manusia dengan alam adalah bersahabat.

Alam yang sejak awal ditundukkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, tidak

bisa merubah karakternya, dari bersahabat menjadi musuh manusia. Atau menolak

untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Namun, di dalam al-Qur‘an terdapat beberapa redaksi yang dapat

dipahami sebagai kebalikan dari karakter alam tersebut, misalnya rajfah,188

Page 19: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

zalzalah (gempa bumi), shaihah (petir yang menyambar), shā `iqah

(guntur/geledek yang memekakkan telinga), bumi terbalik dan hujan batu,191

thaufān (banjir bandang), serangan serangga, hama wereng,193 dan lain-lain.

Redaksi-redaksi ini dinyatakan oleh al-Qur‘an dengan menggunakan kata "Kami‖.

Artinya, perbuatan mereka tidak berdiri sendiri, seperti manusia, sebagai makhluk

yang bertanggung jawab, akan tetapi ada yang mengendalikan.

Oleh karena itu, jika dijumpai di dalam al-Qur‘an, sifat atau karakter alam

yang berubah dari yang semestinya, maka paling tidak, hal itu merujuk kepada

salah satu dari dua kemungkinan, yaitu (1) bentuk-bentuk azab Allah di dunia,

atau (2) penggambaran situasi hari kiyamat. Dengan demikian, hal ini dapat

dipahami bahwa perubahan sifat dan karakter

alam tersebut bukanlah suatu pilihan yang harus dipertangungjawabkan

sebagaimana manusia, meskipun banyak sekali yang menjadi korban akibat

aktifitas alam tersebut. Akan tetapi, hal itu seharusnya dipahami sebagai salah

satu bentuk pengabdian mereka kepada Allah, yakni mengikuti perintah-Nya

tanpa bisa menolak dan membangkang, bukan berarti ―menghukum‖ manusia.

Sebab, di balik peristiwa itu terdapat hikmah Tuhan, yaitu mengembalikan

manusia pada jalur yang seharusnya. Dengan demikian, perubahan karakter

prilaku alam tersebut bukan berarti taqdir mereka berubah. Akan tetapi, hal itu

dianggap sebagai perwujudan sunnatullah atau sebagai hukum kemayarakatan,

karena terkait dengan prilaku masyarakat. Misalnya bisa dipahami dari firman

Allah:

ا ظلموا لك نزي القوم الم وجاءت هم رسلهم بالب ي نات وما كانوا لي ؤمنوا ولقد أىلكنا القرون من ق بلكم لم جرمي كذ

Page 20: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

― Sesungguhnya Kami telah membinasakan bangsa-bangsa

sebelum kalian ketika mereka berlaku zalim…‖ (Q.s. Yunus/10: 13).

Ayat ini menggunakan redaksi nā (kata ganti orang pertama jama`), di

dalam kalimat ahlaknā (kami telah menghancurkan). Artinya, dalam proses

penghancuran, Allah melibatkan makhluknya-Nya, sebagai penyempurna dari

proses sunnatullah tersebut. Seperti yang bisa dipahami melalui firman-Nya:

ا كان اللو ليذر المؤمني على ما أن ييز البيث من الطيب م وما كان اللو ليطلعكم على الغيب ولكن تم عليو حت

قوا ف لكم أجر عظيم فآمنوا باللو ورسلو اللو يتب من رسلو من يشاء وإن ت ؤمنوا وت ت

"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang

beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan

yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin)…" (Q.s. Ali `Imrān/3:

179)

Menurut al-Suddī, sebagaimana dikutip oleh Ibn Katsir, bahwa penduduk

Madinah yang kafir berkata, ―Jika memang Muhammad benar, pastilah ia akan

menyampaikan kepada kita, siapa saja yang beriman kepada beliau, dan siapa

yang kafir‖. Lalu turunlah ayat ini sebagai jawabannya. Artinya, ayat ini

seharusnya menumbuhkan kesadaran di kalangan orang-orang mukmin, bahwa

ujian merupakan suatu keniscayaan, agar menjadi jelas antara mukmin dan

munafiq.34

Dalam kaitan ini, Shiddiqi menyatakan, bahwa Allah akan

menggunakan kekuatan alam untuk melengkapi proses penyeleksian dan

penyaringan tersebut. Hal ini, akan menimpa kepada seluruh masyarakat atau

34

Al-Shabuni, Mukhtashar, jilid 1, h.

Page 21: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

bangsa; meskipun, Allah tetap akan berpihak kepada yang memiliki nilai

keluhuran, dalam arti mental dan spiritual. Maksudnya, Allah tetap akan

menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang konsisten atas keimananya dan

senantiasa mengembangkan kebajikan dengan cara-Nya sendiri yang sesuai

dengan kebijaksanaan-Nya. Hal ini bisa dipahami melalui firman-Nya (Q.s. al-

Nahl/16: 128).

4. Relativitas Waktu dalam Sunatullah

Hal terpenting yang perlu diketahui dalam pembahasan sunnatullah adalah

persoalan waktu. Sebab, perubahan sejarah manusia tidak terjadi secara tiba-tiba;

akan tetapi, setelah terhimpunnya sebab-sebab yang terjadi secara perlahan-lahan

kamudian berakhir dengan perubahan yang besar dalam rentang waktu yang

sangat panjang. Oleh karena itu, waktu dalam konteks ini harus dilihat dalam

hukum kesejarahan manusia, yang, tentunya, berbeda dengan waktu yang

dipahami secara umum, satu hari sebanding dengan 24 jam. Ini didasarkan pada

firman Allah:

ون يست عجلونك بالعذاب ولن يلف اللو وعده و وإن ي وما عند ربك كألف سنة ما ت عد

ن ق رية أمليت لا وىي ظالمة ث أخذت ها وإل المصري وكأين م

―Mereka meminta kepadamu agar disegerakan turunnya azab.

Padahal. Allah tidak akan pernah menalahi janji-Nya. Hanya saja,

sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu sebanding dengan seribu tahun

menurut perhitunganmu. Dan berapa banyak negeri yang Aku tangguhkan

(azab-Ku) kepadanya, padahal penduduknya berbuat zhalim, kemudian

Page 22: BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAHdigilib.uinsby.ac.id/3978/3/Bab 2.pdf · PENGERTIAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah Sunnatullâh merupakan istilah dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

Aku azab mereka, dan hanya kepada-Ku lah kembalinya (segala sesuatu).

(Q.s. al-Hajj/22: 47-48)

Ayat di atas, oleh mayoritas ulama dipahami sebagai perhitungan hari

diakhirat, akan tetapi, ada yang berpendapat lain, bahwa waktu tersebut mengacu

kepada sejarah keduniaan manusia. Hal ini, didasarkan pada konteks ayat tersebut,

terutama penyebutan nasib yang dialami oleh suatu kota yang zalim (yang

dimaksudkan adalah para penghuninya).35

Dalam konteks perubahan sosial,

misalnya, di kalangan sosiolog terdapat suatu kesepakatan bahwa waktu bukan

hanya merupakan dimensi universal tetapi menjadi faktor inti dan penentu. Waktu

dalam konteks ini dipahami sebagai "waktu kualitatif", yang ditentukan oleh sifat

proses sosial.

35

, al-Thabari, Jāmi` al-bayān, jilid 2, h. 183