BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN...

31
BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001 A. Paten sebagai bagian HaKI Paten adalah bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, yang dalam kerangka ini termasuk dalam kategori hak kekayaan perindustrian (Industrial Property Right). Hak Kekayaan Intelektual itu sendiri merupakan bagian dari benda yaitu benda tidak berwujud (benda immateril). Pengertian benda secara yuridis adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak. Sedangkan yang dapat menjadi objek hak itu tidah hanya benda berwujud tetapi juga benda tidak berwujud. Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan Undang-Undang diberikan kepada si pendapat/si penemu (uitvinder) atau menurut hukum pihak yang berhak memperolehnya, 12 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi ide dalam bidang teknologi dan teknologi pada dasarnya adalah berupa ide (immateril) yang dapat diterapkan dalam proses industri. Teknologi pada dasarnya lahir dari karsa intelektual, sebagai karya intelektual manusia. Karena kelahirannya telah melibatkan tenaga, waktu, dan biaya (berapapun besarnya misalnya dalam atas permintaannya yang diajukannya kepada pihak penguasa, bagi temuan baru di bidang teknologi, perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan baru dalam cara kerja, untuk selama jangka waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam bidang industri. 12 UU Paten Indonesia menyebutnya dengan istilah Inventor dan istilah temuan disebut sebagai Invensi Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN...

Page 1: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

BAB II

PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-

UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001

A. Paten sebagai bagian HaKI

Paten adalah bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, yang dalam kerangka

ini termasuk dalam kategori hak kekayaan perindustrian (Industrial Property

Right). Hak Kekayaan Intelektual itu sendiri merupakan bagian dari benda yaitu

benda tidak berwujud (benda immateril). Pengertian benda secara yuridis adalah

segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak. Sedangkan yang dapat menjadi

objek hak itu tidah hanya benda berwujud tetapi juga benda tidak berwujud.

Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan Undang-Undang diberikan

kepada si pendapat/si penemu (uitvinder) atau menurut hukum pihak yang berhak

memperolehnya,12

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi ide dalam

bidang teknologi dan teknologi pada dasarnya adalah berupa ide (immateril) yang

dapat diterapkan dalam proses industri. Teknologi pada dasarnya lahir dari karsa

intelektual, sebagai karya intelektual manusia. Karena kelahirannya telah

melibatkan tenaga, waktu, dan biaya (berapapun besarnya misalnya dalam

atas permintaannya yang diajukannya kepada pihak penguasa,

bagi temuan baru di bidang teknologi, perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara

kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan baru dalam cara kerja, untuk selama

jangka waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam bidang industri.

12 UU Paten Indonesia menyebutnya dengan istilah Inventor dan istilah temuan disebut sebagai Invensi

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

kegiatan penelitian), maka teknologi memiliki nilai atau sesuatu yang bernilai

ekonomi, yang dapat menjadi objek harta kekayaan (property). Dalam ilmu

hukum, yang secara luas dianut oleh bangsa-bangsa lain, hak atas daya pikir

intelektual dalam bidang teknologi tersebut diakui sebagai hak kekayaan yang

sifatnya tidak berwujud. Hak seperti inilah yang dikenal sebagai “Paten”.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, terdapat 2 jenis paten

yaitu paten biasa dan paten sederhana. Paten biasa adalah paten yang melalui

penelitian atau pengembangan yang mendalam dengan lebih dari satu klaim. Paten

sederhana adalah paten yang tidak membutuhkan penelitian atau pengembangan

yang mendalam dan hanya memuat satu klaim. Namun, Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2001 secara tersirat mengenalkan jenis-jenis paten yang lain, yaitu paten

proses dan paten produk. Paten proses adalah paten yang diberikan terhadap

proses, sedangkan paten produk adalah paten yang diberikan terhadap produk.

Menurut literature, masih ada jenis-jenis paten yang lain saat ini, antara

lain :

a. Paten yang Berdiri Sendiri (Independent Patent)

Paten yang berdiri sendiri tidak bergantung pada paten lain.

b. Paten yang Terkait dengan Paten Lainnya (Dependent Patent)

Keterkaitan antar paten dapat terjadi jika ada hubungan antara lisensi

biasa maupun lisensi wajib dengan paten yang lainnya dan kedua paten

itu dalam bidang yang berkaitan. Bila kedua paten itu dalam bidang

yang sama, penyelesaiannya diusahakan dengan saling memberikan

lisensi atau lisensi timbal balik (cross license).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

c. Paten Tambahan (Patent of Addition) atau Paten Perbaikan (Patent of

Improvement)

Paten ini merupakan perbaikan, penambahan atau tambahan dari

temuan yang asli. Bila dilihat dari segi paten pokoknya, kedua jenis

paten ini hanya merupakan pelengkap sehingga disebut pula paten

pelengkap (patent of accessory). Di Indonesia tidak dikenal paten

pelengkap.

d. Paten Impor (Patent of Importation), Paten Konfirmasi atau Paten

Revalidasi (Patent of Revalidation)

Paten ini bersifat khusus karena telah dikenal diluar negeri dan negara

yang memberikan paten lagi hanya mengonfirmasi, memperkuatnya,

atau mengesahkannya lagi supaya berlaku di wilayah negara yang

memberikan paten lagi (revalidasi).13

B. Sejarah dan Pengertian Hak Paten

Akar sejarah paten sudah cukup tua. Pada awalnya memang sekedar

perlindungan yang bersifat monopolistik di Eropa dan memperoleh wujud yang

jelas pada abad ke-14. Perlindungan tersebut pada awalnya diberikan sebagai hak

istimewa kepada mereka yang mendirikan usaha industri baru dengan teknologi

yang diimpor. Dengan perlindungan tersebut, pengusaha industri yang

bersangkutan diberi hak untuk dalam jangka waktu tertentu menggunakan

teknologi yang diimpornya. Hak tersebut diberi dalam bentuk Surat Paten.

13 Djumhana dan R Djubaedillah. 2003. Hak Kekayaan Intelektual Sejarah, Teori, dan Prakteknya di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti, hal 121-122.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pengusaha pengimpor

teknologi yang baru, agar benar-benar dapat terlebih dahulu menguasai seluk-

beluk dan cara penggunaan teknologi yang bersangkutan. Dengan demikian,

tujuan pemberian paten tersebut pada awalnya memang bukan pemberian

perlindungan kepada penemu, tetapi lebih pada rangsangan untuk pendirian

industri baru dan pengalihan teknologi.14

Kalau dilihat dari perkembangan peraturan perundang-undangan paten,

Inggris mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan undang-undang

paten di banyak negara di dunia. Sebab di negara Inggris pertumbuhan paten

Dilihat dari sejarahnya, paten bukanlah hal baru untuk orang Indonesia.

Sampai tahun 1945 tidak kurang dari 18.000 paten telah diberikan di Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Kolonial Belanda, Octroiiwet 1910.

Setelah kemerdekaan, pemberian paten tidaklah sebanyak seperti tahun-

tahun sebelumnya. Baru pada tahun 70-an dengan semakin meningkatnya

pembangunan ekonomi, tumbuh kesadaran baru di kalangan pemerintah untuk

memperbaharui dan melengkapi keseluruhan peraturan di bidang HaKI termasuk

paten. Alasan diadakannya pembaharuan adalah karena semakin menungkatnya

investasi yang dilakukan oleh Negara-negara maju di Indonesia. Tidak dapat

disangkal lagi, ada hubungan yang sangat erat antara tersedianya perangkat

peraturan di bidang HaKI dengan masuknya investor asing ke sebuah negara. Jika

perlindungan HaKI sangat baik yang ditandai dengan tersedianya perangkat

peraturan yang lengkap di bidang HaKI serta penegakan hukum yang memuaskan,

para investor pun akan tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

14 Bambang Kesowo. 1995. Pengantar Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia. Yogyakarta : Fakultas Hukum Gadjah Mada, hal 15-16

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

sangat baik. Kemungkinan pengaruh ini sebagai akibat kedudukan negara Inggris

sebagai negara induk penjajah, yang sampai pertengahan abad ke-20 dan satu dua

abad sebelumnya, mempunyai banyak wilayah jajahan yang membawa pengaruh

hukum pula ke wilayah koloninya tersebut.

Di Indonesia DPR mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989

tentang Paten pada tahun 1989. Indang-Undang ini kemudian mengalami

perubahan sehingga menjadi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997. Pada tahun

2001, pemerintah kembali memperbaharui Undang-Undang Paten dengan

mengesahkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Tujuan diadakannya

perubahan-perubahan tersebut adalah untuk menyesuaikan perlindungan HaKI di

Indonesia dengan standar internasional yang terdapat dalam Perjanjian TRIP’s.

Mengenai pengertian dari paten menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001, ialah :

“Paten ialah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor

atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu

tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya”.

Ada beberapa unsur penting yang dapat disimpulkan dari defenisi tersebut, yaitu :

1. Hak eksklusif

Hak eksklusif berarti bahwa hak yang bersifat khusus. Kekhususannya

terletak pada control hak yang hanya ada di tangan pemegang paten.

Konsekuensinya, pihak yang tidak berhak tidak boleh menjalankan

hak eksklusif tersebut. Hak eksklusif yang melekat pada pemegang

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

paten diatur di dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

yang meliputi hak-hak sebagai berikut :

a. Paten produk :

Membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,

menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau

diserahkan produk yang diberi paten.

b. Paten proses :

Menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat

barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksudkan dalam

huruf a.

Paten produk adalah paten yang berkaitan dengan alat, mesin,

komposisi, formula, product by process, sistem, dan lain-lain.

Sedangkan paten proses mencakup proses, metode atau penggunaan.

2. Negara

Negara adalah satu-satunya pihak yang berhak memberikan paten

kepada para Inventor. Biasanya tugas ini didelegasikan kepada sebuah

kantor khusus yang menangani permohonan pendaftaran,

pengumuman, pemeriksaan dan pemberian sertifikat paten. Di

Indonesia, tugas ini ditangani oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual yang berada di bawah Departemen Kehakiman dan HAM.

3. Invensi di bidang teknologi

Paten adalah cabang Hak Kekayaan Intelektual yang khusus

melindungi Invensi di bidang teknologi. Contoh-contoh teknologi yang

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

dapat dilindungi paten adalah : teknologi mesin, listrik, obat-obatan,

dan lain-lain.

4. Selama jangka waktu tertentu

Paten diberikan tidak untuk selamanya dan hanya berlaku dalam

jangka waktu yang terbatas. Oleh karena itu, hak eksklusif yang

diberikan kepada pemegang paten hanya bersifat terbatas. Setelah

paten tersebut habis masa perlindungannya, statusnya berubah menjadi

public domain atau menjadi milik umum. Setiap orang dapat

memproduksi atau membuat Invensi yang telah berakhir perlindungan

patennya.

5. Invensi harus dilaksanakan

Invensi di bidang teknologi yang telah dilindungi oleh paten harus

dilaksanakan. Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2001 mengatur bahwa baik paten produk maupun paten proses wajib

dilaksanakan di wilayah Indonesia. Tujuan ketentuan ini adalah untuk

menunjang alih teknologi, penyerapan investasi dan penyediaan

lapangan pekerjaan. Pengecualian diberikan terhadap Invensi di bidang

tertentu yang memerlukan modal dan investasi yang besar untuk

melaksanakan paten seperti yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)

tersebut. Jika Invensi sulit dilaksanakan, pemegang paten dapat

mengajukan kelonggaran kepada instansi terkait yang berwenang.

Untuk itu, pemegang paten harus mengajukan alasan yang kuat dengan

disertai bukti bahwa Invensinya sulit dilaksanakan di Indonesia. Salah

satu contoh Invensi yang termasuk dalam kategori tersebut adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Invensi di bidang farmasi. Ijin untuk mendapatkan kelonggaran dalam

melaksanakan paten dapat diajukan kepada Departemen Kesehatan

(Penjelasan Pasal 17 ayat (2)).

6. Invensi dapat dilaksanakan oleh pihak lain dengan persetujuan

pemegang paten

Selain dilaksanakan sendiri oleh pemegang paten, sebuah Invensi yang

telah dilindungi paten dapat dilaksanakan oleh orang lain melalui

perjanjian lisensi. Kecuali diperjanjikan lain, selama perjanjian lisensi

pemegang paten dapat tetap melaksanakan paten tersebut (Pasal 69

ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001).

Pengertian paten menurut Octroiiwet 1910 adalah :

“Paten ialah hak khusus yang diberi kepada seseorang atas

permohonannya kepada orang itu yang menciptakan sebuah produk baru

cara kerja baru atau perbaikan baru dari produk atau dari cara kerja”.15

15 Art.1.Octroiiwet 1910, Nederland, S.1910-313.

WIPO memberikan pengertian paten sebagai berikut :

“A Patent is legally enforceable rights granted by virtue of a law to a

person to exclude, for a limited time, others from certain acts in relation to

describe new invention; the privilege is granted by a government authority

as a matter of rights to the person who is entitled to apply for it and who

fulfils the prescribed condition.”

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Dari pengertian tersebut dapat dilihat unsur penting paten, yakni bahwa

paten adalah hak yang diberikan pemerintah dan bersifat eksklusif. Perbuatan-

perbuatan yang merupakan hak eksklusif pemegang hak paten adalah produksi

(manufacturing), penggunaan (using), penjualan (selling) barang yang dipatenkan,

dan perbuatan yang berkaitan dengan penjualan barang itu seperti mengimpor, dan

menyimpan (stocking).16

1. Deskripsi atau uraian penemuan adalah penjelasan tertulis megenai

cara melaksanakan suatu penemuan sehingga dapat dimengerti oleh

seseorang yang ahli di bidang penemuan tersebut.

Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 1991 tanggal 11 Juni 1991, sebagai

penjabaran Undang-Undang Paten, ada 4 pengertian yang perlu diketahui dalam

kaitannya dengan paten, yaitu :

2. Abstraksi adalah uraian singkat mengenai suatu penemuan yang

merupakan ringkasan dari pokok – pokok penjelasan deksripsi, klaim,

ataupun gambar.

3. Klaim adalah uraian tertulis mengenai inti penemuan atau bagian –

bagian tertentu dari suatu penemuan yang memuat tanda – tanda,

symbol – symbol, angka, bagan, atau diagram yang menjelaskan

bagian – bagian dari penemuan.

4. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan

pemecahan masalah yang spesiifik di bidang teknologi, dapat berupa

produk atau proses penyempurnaan dan pengembangan produk atau

proses. Sedangkan inventor adalah seorang ang secara sendiri atau

16 Djumhana dan R Djubaedillah. 200. Hak Kekayaan Intelektual Sejarah, Teori, dan Prakteknya di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti, hal 116

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

beberapa orang yang secara bersama – sama melaksanakan ide yang

dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi.

Sementara itu, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh

W.J.S Poerwadarminta pengertian paten adalah :

“Kata Paten berasal dari bahasa Eropa (paten/octroi) yang mempunyai arti

suatu perniagaan atau ijin dari pemerintah yang menyatakan bahwa orang

atau perusahaan boleh membuat barang pendapatannya sendiri (orang lain

tidak boleh membuatnya)”.17

C. Subjek dan Objek Paten

Dari pengertian menurut Undang-Undang dan pengertian-pengertian

lainnya diatas, dapat disimpulkan bahwa paten adalah merupakan hak bagi

seseorang yang telah mendapatkan penemuan baru atau cara kerja baru dan

perbaikannya yang kesemua istilah itu tercakup dalam satu kata “invensi” dalam

bidang teknologi yang diberikan oleh pemerintah, dan kepada pemegang haknya

diperkenankan untuk menggunakannya sendiri atau atas ijinnya mengalihkan

penggunaan hak itu kepada orang lain.

Subjek paten menurut Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2001, yaitu :

“Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang

secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam

kegiatan yang menghasilkan Invensi”.

17 W.J.S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN. Balai Pustaka, hal 1012.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Mengenai subjek paten, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

menyebutkan :

1. Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan

2. Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang bersangkutan

Kedudukan Inventor adalah sama dengan pemegang paten. Namun hal

tersebut tidaklah selalu terjadi di dalam praktik. Ada kalanya Inventor dan

pemegang paten tidak berada dalam tangan yang sama. Inventor tidak selalu

memiliki kemampuan untuk memproduksi Invensi seperti yang diamanatkan oleh

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 di Indonesia. Oleh karena itu, Inventor

biasanya menjual Invensinya tersebut (assignment) kepada pihak investor yang

selanjutnya menjadi pemegang paten. Nama Inventor sebagai pihak yang

menghasilkan Invensi itu tetaplah dicantumkan dalam sertifikat paten.

Pencantuman nama tersebut merupakan perwujudan dari hak moral, yaitu hak

yang melekat dalam diri si Inventor walaupun kepemilikan atas Invesinya telah

beralih kepada pihak lain. Dalam kasus penjualan hak paten (assignment),

pelaksanaan hak eksklusif seperti tercantum di dalam Pasal 16 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001 yang dilaksanakan oleh pemegang paten, bukan Inventor.

Yang berhak memperoleh paten adalah Inventor atau yang menerima lebih

lanjut hak Inventor tersebut. Ketentuan ini memberi penegasan bahwa hanya

penemu atau yang berhak menerima lebih lanjut hak penemu, misalnya karena

pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian, atau sebab-sebab lain, yang berhak

memperoleh paten atas penemuan yang bersangkutan. Yang dianggap sebagai

penemu adalah mereka yang untuk pertama kali mengajukan permintaan paten,

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

kecuali terbukti sebaliknya. Artinya undang-undang memakai titik tolak bahwa

orang atau badan yang pertama kali mengajukan permintaan paten dianggap

sebagai penemunya. Tetapi apabila di kemudian hari terbukti sebaliknya dengan

bukti kuat dan meyakinkan, maka status sebagai penemu dapat berubah.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 Pasal 12

disebutkan :

1. Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu invensi yang dihasilkan dalam suatu hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan tersebut kecuali diperjanjikan lain;

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga berlaku terhadap invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk menghasilkan invensi;

3. Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari Invensi tersebut;

4. Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan: a. Dakam jumlah tertentu dan sekaligus; b. Persentase; c. Gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau

bonus; d. Gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau e. Bentuk lain yang disepakati para pihak;

5. Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan penetapan besarnya imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan Niaga;

6. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sama sekali tidak menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat Paten.

Dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 12 ini hak ekonomis atas

suatu paten dapat dialihkan atau beralih kepada orang lain, karena Inventor terikat

dalam hubungan kerja atau Inventor menggunakan data dan/atau sarana yang

tersedia dalam pekerjaannya. Kecuali diperjanjkan lain, pihak yang berhak

memperoleh patennya adalah pihak yang memberikan pekerjaan atau atasannya.

Sebagai gantinya, Inventornya berhak mendapatkan imbalan yang layak dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

memperhatikan manfaat ekonomis yang diperoleh dari Invesi tersebut.

Imbalannya tersebut dapat dibayarkan dalam jumlah tertentu, dan sekaligus

persentase, gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau

bonus, gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau bentuk lain yang

disepakati para pihak yang besarnya ditetapkan oleh kedua belah pihak atau oleh

Pengadilan Niaga jika terdapat ketidaksesuaian cara perhitungan dan penetapan

besarnya imbalan. Pengalihan paten tersebut ternyata tidak mengalihkan hak

moral (moral right) yang dimiliki Inventor dan pada dasarnya nama Inventornya

tetap dicantumkan dalam Sertifikat Paten.

Selain Inventor atau mereka yang menerima lebih lanjut hak dari Inventor

yang bersangkutan, yang dikenal pula pemakai terdahulu, yang juga mendapatkan

perlindungan hukum. Menurut Pasal 14 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun

2001, perlindungan hukum terhadap pemakai terdahulu tersebut tidak berlaku

apabila pihak yang melaksanakan Invensi sebagai pemakai terdahulu

melakukannya dengan menggunakan pengetahuan tentang Invensi tersebut dari

uraian, gambar, atau keterangan lainnya dari Invensi yang dimohonkan paten.

Menurut Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001,

pemegang paten tidak harus Inventor sebagai pemilik paten, melainkan bisa pihak

yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima

lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.

Dari pengertian paten yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka (1) Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2001, dapat diketahui bahwa objek paten itu adalah

hasil penemuan, yang diistilahkan Invensi. Invensi adalah ide Inventor yang

dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan

pengembangan produk atau proses. Undang-Undang Paten menggunakan

terminologi Invensi untuk penemuan, dengan alasan istilah Invensi berasal dari

kata Invention yang secara khusus dipergunakan dalam kaitannya dengan paten.

Dalam Persetujuan Strasbourg tahun 1971 telah diklasifikasikan secara

Internasional objek paten, yang dibagi dalam 8 seksi, dan 7 seksi di antaraya

masih terbagi dalam subseksi sebagai berikut :

Seksi A : Kebutuhan manusia (human necessities)

Subseksi :

a. agraria (agriculture);

b. Bahan-bahan makanan dan tembakau (foodstuff and tobacco);

c. Barang-barang perseorangan dan rrumah tangga (personal and domestic

articles);

d. Kesehatan dan hiburan (health and amusement);

Seksi B : Melaksanakan karya (performing operations)

Subseksi :

a. Memisahkan dan mencampurkan (separating and mixing);

b. Pembentukan (shaping);

c. Pencetakan (printing);

d. Pengangkutan (transporting);

Seksi C : Kimia dan perlogaman (chemistry and metallurgy);

Subseksi :

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

a. Kimia (chemistry);

b. Perlogaman (metallurgy);

Seksi D : Pertekstilan dan perkertasan (textiles and paper)

Subseksi :

a. Pertekstilan dan bahan-bahan yang mudah melentur dan sejenis (textiles

and flexible materials and other-wise provided for);

b. Perkertasan (paper);

Seksi E : Konstruksi tetap (fixed construction)

Subseksi :

a. Pembangunan gedung (building);

b. Pertambangan (mining);

Seksi F : Permesinan (mechanical engineering)

Subseksi :

a. Mesin-mesin dan pompa-pompa (engins and pumps);

b. Pembuatan mesin pada umumnya (engineering in general);

c. Penerangan dan pemanasan (lighting and heating);

Seksi G : Fisika (physics)

Subseksi :

a. Instrumentalia (instruments);

b. Kenukliran (nucleonics);

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Seksi H : Perlistrikan (electricity)18

D. Proses Pendaftaran Paten

Berdasarkan kutipan di atas nampak jelas bahwa cakupan paten itu begitu

luas, sejalan dengan luasnya cakrawala daya pikir manusia. Kreasi apa saja yang

dilahirkan dari cakrawala daya piker manusia dapat menjadi objek paten,

sepanjang hal itu temuan dalam bidang teknologi dan dapat diterapkan dalam

bidang industri termasuk pengembangannya. Dengan demikian pula tidak tertutup

kemungkinan objek paten ini akan berkembang sejalan dengan berkembangnya

ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemampuan intelektual manusia.

Proses pendaftaran paten ini dimulai dengan mengajukan permohonan

paten. Pasal 20 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menyatakan bahwa

paten diberikan atas dasar permohonan dan Pasal 21 Undang-Undang Paten

Nomor 14 Tahun 2001 menyatakan bahwa setiap permohonan hanya dapat

diajukan untuk satu Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan

Invensi.

Dari ketentuan Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

ini, jelas ditentukan bahwa pemberian paten didasarkan pada permohonan yang

diajukan oleh Inventor atau kuasanya. Artinya, tanpa adanya permohonan

seseorang paten tidak akan diberikan. Permohonan paten dimaksud hanya dapat

diajukan baik untuk satu Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu

kesatuan dan saling berkaitan erat.

18 R.M. Suryodiningrat. 1981. Aneka hak Milik Perindustrian, Bandung : Tarsito, hal 49-50. Klasifikasi objek-objek paten tersebut di atas sampai saat ini menjadi acuan di berbagai negara, walaupun disana-sini telah berubah sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Pada dasarnya, permohonan paten harus diajukan oleh Inventor dan

disertai dengan membayar biaya permohonan kepada Direktorat Jenderal HaKI.

Dalam hal permohonan tidak diajukan oleh Inventor atau diajukan oleh pemohon

yang bukan Inventor, menurut Pasal 23 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun

2001 permohonan tersebut harus disertai pernyataan yang dilengkapi bukti yang

cukup bahwa ia berhak atas Invensi yang bersangkutan dan Inventor dapat

meneliti surat permohonan dimaksud dan atas biayanya sendiri dapat meminta

salinan dokumen permohonan tersebut.

Ada dua sistem pendaftaran paten yang dikenal di dunia, yaitu : sistem

registrasi dan sistem ujian.

Menurut sistem registrasi setiap permohonan pendaftaran paten diberi

paten oleh kantor paten secara otomis. Spesifikasi dari permohonan tersebut hanya

memuat uraian dan monopoli yang diminta dan tidak diberi penjelasan secara

rinci. Karenanya batas-batas monopoli tidak dapat diketahui sampai pada saat

timbul sengketa yang dikemukakan di sidang pengadilan yang untuk pertama kali

akan menetapkan luasnya monopoli yang diperbolehkan. Itu pula sebabnya paten-

paten yang terdaftar menurut sistem registrasi tanpa penyelidikan dan

pemeriksaan lebih dahulu dianggap bernilai rendah atau paten-paten yang

memiliki status lemah.

Jumlah negara yang menganut sistem registrasi sedikit sekali, antara lain

Belgia, Afrika Selatan, dan Prancis. Pada awalnya, sistem pendaftaran paten yang

banyak dipakai adalah sistem registrasi. Namun karena jumlah permohonan makin

lama semakin bertambah, beberapa sistem registrasi lambat laun diubah menjadi

sistem ujian dengan pertimbangan bahwa paten seharusnya lebih jelas menyatakan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

monopoli yang dituntut dan selayaknya sejauh mungkin monopoli-monopoli yang

tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak akan diberi paten. Sebuah syarat telah

ditetapkan bahwa semua spesifikasi paten harus meliputi klaim-klaim yang

dengan jelas menerangkan monopoli yang akan dipertahankan sehingga pihak lain

secara mudah dapat mengetahui yang mana yang dilarang oleh monopoli dan yang

mana yang tidak dilarang.

Dengan sistem ujian, seluruh instansi terkait diwajibkan untuk menguji

setiap permohonan pendaftaran dan bila perlu mendesak pemohon agar

mengadakan perubahan (amandement) sebelum hak atas paten tersebut diberikan.

Pada umumnya ada tiga unsur (kriteria) pokok yang diuji :

a. Invensi harus memenuhi syarat-syarat untuk diberi hak atas paten menurut

Undang-Undang Paten

b. Invensi baru harus mengandung sifat kebaruan

c. Invensi harus mengandung unsur menemukan sesuatu yang bersifat

kemajuan (invention step) dari apa yang telah diketahui

Di Indonesia sendiri ketentuan tentang sistem pendaftaran paten semula

merujuk pada Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1853 No.

J.S.5/41/4 (Berita Negara No. 53-69) tentang Permohonan Sementara Pendaftaran

Paten. Adapun syarat-syarat permohonan pendaftaran menurut Pengumuman

Menteri Kehakiman tersebut adalah :

a. Permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahasa Indonesia atau

dalam bahasa si pemohon dengan disertai terjemahannya dalam bahasa

Indonesia. Surat permohonan harus ditandatangani oleh si pemohon

sendiri dan harus disebut dalam surat itu nama, alamat dan kebangsaan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

pemohon. Syarat demikian harus dipenuhi pula apabila permohonan

diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi dan atas nama pemohon

selaku kuasanya;

b. Surat permohonan harus disertai :

1. Sebuah uraian dari ciptaan baru (maksudnya temuan baru dari penulis

yang dimintakan rangkap tiga (3);

2. Jika perlu sebuah gambar atau lebih dan setiap gambar harus dibuat

rangkap dua (2);

3. Surat kuasa, apabila permohonan diajukan oleh seorang kuasa;

4. Surat pengangkatan seorang kuasa yang bertempat tinggal di

Indonesia;

c. Biaya-biaya yang ditentukan;

d. Keterangan tentang belum atau sudah dimintakannya hak paten di luar

negeri atas permohonan yang diajukan itu dan kalau sudah dimintakannya,

apakah sudah diberi hak paten di luar negeri negeri tersebut

Namun kemudian setelah keluar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989,

yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997,

ketentuan ini disempurnakan lagi melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2001, prosedur permohonan paten sudah disebut secara rinci dan menyamai

prosedur permohonan paten di negara-negara lain di seluruh dunia.

Pemeriksaan paten adalah tahapan yang menentukan keputusan dapat atau

tidaknya diberikan paten oleh Direktorat Jenderal. Hal-hal dan langkah-langkah

pemeriksaan telah ditetapkan dalam peraturan-peraturan paten, sedangkan

pelaksanaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Dalam berbagai literatur ditemukan istilah-istilah yang digunakan

mengenai sistem pendaftaran paten antara lain : sistem konstitutif yang disebut

juga sistem ujian (examination system). Dalam sistem konstitutif ini dikenal dua

jenis sistem pemeriksaan, yaitu pemeriksaan langsung (prompt examination

system) dan pemeriksaan yang ditunda (defered examination system).19

1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal;

Kemudian

sistem deklaratif yang dalam pendaftaran hanya memberi dugaan saja menurut

undang-undang bahwa orang yang mendaftarkan patennya itu adalah orang yang

berhak dari paten yang didaftarkan.

Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menggunakan sistem

pemeriksaan yang ditunda. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap pemeriksaan,

yaitu pemeriksaan substansi dilakukan setelah dipenuhi syarat-syarat

administratif. Adapun syarat-syarat administratif yang harus dipenuhi untuk

mengajukan permintaan paten dapat dilihat dalam Pasal 24 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001 yang berbunyi sebagai berikut :

2. Permohonan harus memuat : a. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan; b. Alamat lengkap dan alamat jelas pemohon; c. Nama lengkap dan kewarganegaraan Inventor; d. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan

melalui kuasa; e. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa; f. Pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten; g. Judul Invensi; h. Klaim yang terkandung dalam Invensi; i. Deskripsi tentang Invensi yang secara lengkap memuat keterangan

tentang cara melaksanakan Invensi; j. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk

memperjelas Invensi; dan k. Abstraksi Invensi;

19 Adisumarto Harsono. 1985. Hak Milik Intelektual Khususnya Paten dan Merek, Hak Milik Perindustrian (Industrial Property). Jakarta : Akademika Pressindo, hal 32

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

3. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pengajuan permohonan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Setelah melalui tahapan pemeriksaan, Direktorat Jenderal berkewajiban

memberikan keputusan untuk menyetujui permintaan paten dan dengan demikian

memberi paten atau menolaknya. Apabila berdasarkan pemeriksaan dihasilkan

kesimpulan bahwa penemuan yang dimintakan paten dapat diberi paten,

Direktorat Jenderal memberikan Surat Paten kepada orang yang mengajukan

permintaan paten. Begitu pula sebaliknya bila kesimpulannya tidak memenuhi

syarat, maka permintaan ditolak.

Penolakan harus dilakukan secara tertulis. Surat pemberitahuan yang

berisikan penolakan permintaan paten harus dengan jelas mencantumkan pula

alasan dan pertimbangan yang menjadi dasar penolakan. Direktorat Jenderal

memberikan secara resmi Surat Paten untuk penemuan yang permintaannya

diterima kepada orang yang mengajukan permintaan paten atau kuasanya. Paten

yang telah diberikan dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam

Berita Resmi Paten. Begitu pula surat yang berisikan penolakan permintaan paten,

dicatat dalam Buku Resmi Paten yang mencatat paten yang bersangkutan. Atas

keputusan penolakan dapat dilakukan banding, yang diajukan kepada Komisi

Banding Paten dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal.

Selain syarat administrasi yang harus dipenuhi, terdapat juga beberapa

syarat yang diatur dalam Pasal 2, 3 dan 5 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

Tentang Paten. Setelah syarat-syarat dalam Pasal 2, 3 dan 5 tersebut terpenuhi,

Kantor Paten memberikan secara resmi surat paten untuk Invensi yang

bersangkutan kepada orang yang mengajukan permintaan paten (Pasal 55 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

E. Hak dan Kewajiban Pemegang Paten

Pemegang paten memiliki hak khusus untuk melaksanakan secara

perusahaan atas patennya baik secara sendiri maupun dengan memberikan

persetujuan kepada orang lain, yaitu :

a. Membuat, menjual, menyewakan, menyerahkan, memakai,

menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan hasil

produksi yang diberi paten;

b. Menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat

barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

Mengenai Hak Pemegang paten diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001 yang menyatakan :

(1) Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Paten yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya: a. dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual,

mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten;

b. dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

(2) Dalam hal Paten-proses, larangan terhadap pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap impor produk yang semata-mata dihasilkan dari penggunaan Paten-proses yang dimilikinya.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) apabila pemakaian Paten tersebut untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten.

Dari ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Paten Tahun 2001, dapat

diketahui pula bahwa hak eksklusif pemegang paten dikecualikan jika pemakaian

patennya dimaksudkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau

analisis dengan syarat hal itu tidak merugikan kepentingan yang wajar dari

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

pemegang paten. Artinya, pelaksanaan atau penggunaan Invensi yang

dikecualikan tadi tidak digunakan untuk kepentingan yang mengarah kepada

eksploitasi untuk kepentingan komersial, sehingga dapat merugikan bahkan dapat

menjadi kompetitor bagi pemegang paten. Pengecualian ini sebenarnya

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi pihak yang betul-betul

memerlukan penggunaan Invensi semata-mata untuk penelitian dan pendidikan,

yang mencakup pula kegiatan untuk keperluan uji bioekivalensi atau bentuk

pengujian lainnya.

Mengenai kewajiban pemegang paten disebutkan dalam Pasal 17 dan Pasal

18 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, dengan tidak mengurangi ketentuan

dalam Pasal 16 ayat (1), pemegang paten wajib membuat produk atau

menggunakan proses yang diberi paten di Indonesia. Dengan kewajiban ini,

berarti setiap pemegang paten diharuskan untuk melaksanakan patennya yang

diberi di Indonesia melalui pembuatan produk atau menggunakan proses yang

dipatenkan tersebut, dengan harapan dapat menunjang adanya alih teknologi,

penyerapan investasi, dan penyediaan lapangan kerja.

Kewajiban melaksanakan paten yang diberi di Indonesia akan

dikecualikan, jika pembuatan produk atau penggunaan proses tersebut hanya

layak dilakukan secara regional. Hal ini dicantumkan dalam Pasal 17 ayat (2) dan

ayat (3) Undang-Undang Paten Tahun 2001, yang menyatakan :

Pasal 2, yaitu :

(2) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila pembuatan produk atau penggunaan proses tersebut hanya layak dilakukan secara regional.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Pasal 3, yaitu :

(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat disetujui oleh Direktorat Jenderal apabila Pemegang Paten telah mengajukan permohonan tertulis dengan disertai alasan dan bukti yang diberikan oleh instansi yang berwenang.

Rasionalitas pengecualian kewajiban melaksanakan paten ini dijelaskan

lebih lanjut antara lain dalam Penjelasan Pasal 17 ayat (2) tersebut, sebagai

berikut :

Ketentuan pada ayat (2) ini dimaksudkan untuk mengakomodasi

rasionalitas ekonomi dari pelaksanaan Paten sebab tidak semua jenis Invensi yang

diberi Paten dapat secara ekonomi menguntungkan apabila skala pasar bagi

produk yang bersangkutan tidak seimbang dengan investasi yang dilakukan.

Beberapa cabang industri menghadapi persoalan ini, misalnya industri di bidang

farmasi. Di cabang industri seperti itu skala kelayakan ekonomi seringkali

meliputi pasar yang berskala regional misalnya kawasan Asia Tenggara. Untuk

itu, kelonggaran diberikan atas dasar penilaian objektif.

Namun harus diingat bahwa pengecualian kewajiban melaksanakan paten

di Indonesia harus pula ditujukan dalam rangka menunjang alih teknologi yang

efektif dan dapat meningkatkan devisa bagi negara kita.

Kewajiban lainnya disebutkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Paten

Tahun 2001, bahwa pemegang paten atau penerima lisensi suatu paten

diwajibkan untuk membayar biaya tahunan untuk pengelolaan kelangsungan

berlakunya paten dan pencatatan lisensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

F. Pengalihan dan Jangka Waktu

Sebagaimana halnya dengan hak atas kepemilikan intelektual yang lain

seperti hak cipta dan merek, paten pada dasarnya hak milik perseorangan yang

immateril yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. Sebagai hak milik,

paten juga dapat dialihkan atau diserahkan oleh Inventornya atau oleh yang

berhak atas Invensi itu kepada perseorangan atau badan hukum.

Prinsip ideal perlindungan paten sama dengan perlindungan HaKI lainnya

sepanjang kesemuanya bermaksud untuk melindungi seseorang yang menemukan

hal sesuatu agar buah pikiran dan pekerjaannya tidak dipergunakan begitu saja

oleh orang lain dan menikmati hasilnya dengan melupakan jerih payah mereka

yang telah bekerja keras, berpikir dan mengeluarkan biaya untuk

mendapatkannya. Jika dibandingkan antara hak cipta dengan paten, maka

perbedaan antara keduanya adalah wujud hak cipta oleh hukum dalam prinsipnya

diakui sejak saat semula, dan hukum hanya mengatur dalam perlindungannya.

Sedangkan paten adalah hak yang diberikan oleh negara kepada seseorang yang

menemukan sesuatu hal (invensi) dalam bidang teknologi yang dapat diterapkan

dalam bidang industri, terhadap satu-satunya orang (eksklusif) yang

menemukannya melalui buah pikiran atau buah pekerjaan, dan orang lain dilarang

mempergunakannya, kecuali atas ijinnya.

Oleh karena itu, lahirnya paten tergantung dari pemberian negara. Dalam

hal ini Wirjono Projodikoro menulis :

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

“Perkataan Oktroi atau paten berarti juga suatu privilege, suatu pemberian

istimewa, seolah-olah hak yang diberikan itu bukan hak asasi, sedangkan

sebetulnya hak ini adalah hak asasi, tidak berbeda dari hak cipta.”20

Selain itu ada aturan lain, bahwa pemegang paten dapat memberi lisensi

atas perijinan kepada orang lain untuk memakai buah pikiran yang

tertuang ke dalam paten itu, seluruhnya atau sebagian.”

Selanjutnya Wirjono Projodikoro mengatakan pula :

“Hak cipta dapat diserahkan kepada orang lain, hak paten pun dapat

diserahkan kepada orang lain.

21

Menurut Hukum Perdata, yang dimaksud dengan penyerahan itu adalah,

“penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya kepada orang lain

sehingga orang lain tersebut memperoleh milik atas benda tersebut.”

Dengan adanya pengalihan atau penyerahan paten kepada orang lain,

beralih atau diserahkan pula kekuasaan atas paten tersebut. Disini yang beralih

atau diserahkan hanyalah hak ekonomisnya saja, sedangkan hak moralnya tidak

ikut serta beralih atau diserahkan, karena tetap melekat pada diri Inventornya.

Paten sebagai suatu hak yang diberikan kepada seseorang atas suatu

penemuan yang megandung langkah inveritif (keharusan) dapat dialihkan kepada

orang lain. Pengertian pengalihan hak adalah penyerahan kekuatan/kekuasaan

(atas sesuatu benda) kepada badan hukum, orang, negara (pihak lain).

20 Wirjono Projodikoro. Hukum Perdata tentang Hak-Hak atas Benda, Jakarta : PT. Pembimbing Masa, hal 212

21 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Penyerahan itu dapat dibedakan lagi atas “penyerahan secara nyata dan

penyerahan secara yuridis”. Penyerahan secara nyata adalah mengalihkan

kekuasaan atas suatu kebendaan secara nyata, sedangkan penyerahan secara

juridis adalah perbuatan hukum pada mana atau karena mana hak milik (atau hak

kebendaan lainnya) dialihkan.22

Perbedaan keduanya tampak jelas pada penyerahan benda-benda tak

bergerak dan benda-benda bergerak. Pada pendaftaran benda tak bergerak

penyerahannya harus melalui pendaftaran pada suatu akta di dalam daftar umum,

sebaliknya penyerahan benda-benda bergerak bentuk penyerahan itu dilakukan

sekaligus, artinya penyerahan secara nyata dan penyerahan secara juridis

dilakukan secara bersama-sama.

23

(1) Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena:

Paten atau pemilikan paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya

maupun sebagian. Hal ini dapat jelas terlihat dari bunyi pasal berikut :

Pasal 66

a. pewarisan; b. hibah; c. wasiat; d. perjanjian tertulis; atau e. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

(2) Pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, harus disertai dokumen asli Paten berikut hak lain yang berkaitan dengan Paten itu.

(3) Segala bentuk pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya.

22 Vollmar, Terjemahan IS. Adiwimarta, hal 230 23 Mariam Darus Badrulzaman. 1983. Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung :

Alumni, hal 37-41

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

(4) Pengalihan Paten yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal ini tidak sah dan batal demi hukum.

(5) Syarat dan tata cara pencatatan pengalihan Paten diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

Dari ketentuan Pasal 66 ini, jelaslah bahwa pengalihan paten tidak dapat

serta merta oleh Inventornya kepada orang lain atau badan hukum, melainkan

harus dilakukan menurut syarat dan tata cara tertentu yang diatur dalam Undang-

Undang Paten dan peraturan pelaksanaannya. Apabila pengalihan paten tersebut

dilakukan tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat dan tata cara yang telah

ditentukan, pengalihan paten dimaksud diancam dinyatakan tidak sah dan batal

demi hukum. Pengalihan paten tersebut, bisa seluruhnya maupun sebagian saja,

sebab pengalihan paten tersebut bisa disebabkan oleh pewarisan, hibah, wasiat,

perjanjian tertulis, atau sebab yang lain yang dibenarkan oleh peraturan

perundang-undangan. Sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-

undangan misalnya pemilikan paten karena pembubaran badan hukum yang

semula merupakan pemegang paten.

Pasal 69 Undang-Undang Paten menyebutkan :

(1) Pemegang Paten berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

(2) Kecuali jika diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 berlangsung selama jangka waktu Lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

Kutipan pasal diatas dapat diberi penjelasan bahwa berbeda dengan

pengalihan paten dimana pemilikan juga beralih, maka perlisensian melalui suatu

perjanjian pada dasarnya hanya bersifat pemberian hak untuk menikmati manfaat

ekonomi dari paten, dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu pula.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

Dalam Pasal 70 disebutkan :

“Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Paten tetap boleh melaksanakan

sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk melaksanakan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.”

Dari pasal tersebut dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang perjanjian

lisensi dibuat khusus, artinya lisensi hanya diberikan kepada pemegangnya. Jika

dimaksud demikian maka hal itu harus secara tegas dinyatakan dalam perjanjian

lisensi. Apabila tidak, maka perjanjian lisensi paten dianggap tidak memakai

syarat seperti itu, undang-undang ini menganut paham yang demikian. Oleh

karenanya pemegang paten pada dasarnya masih boleh melaksanakan sendiri

paten yang dilisensikannya, atau memberi lisensi yang sama kepada pihak ketiga

lainnya. Ketentuan ini dengan demikian dimaksudkan untuk mencegah

berlangsungnya keadaan yang menempatkan perjanjian lisensi kemudian selalu

dianggap bersifat eksklusif.

Perkembangan mengenai paten dewasa ini, menunjukkan bahwa masalah

paten tidak lagi merupakan sistem perlindungan hak individu terhadap penemuan

baru dalam bidang teknologi, tetapi semakin maju dan meluas ke percaturan

politik dan ekonomi antar negara-negara berkembang dengan negara-negara maju

dengan segala kaitan dan akibatnya. Berkenaan dengan rasa keadilan dan jerih

payah tersebutlah maka negara-negara di dunia memberikan penghargaan yang

wajar bagi sesuatu temuan baru tersebut.

Perlindungan hukum terhadap Invensi yang dipatenkan diberikan untuk

masa jangka waktu tertentu. Selama masa jangka waktu tertentu, penemunya

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

dapat melaksanakan sendiri Invensinya atau menyerahkan kepada orang lain

untuk melaksanakan. Baru setelah itu Invensi yang di patenkan tersebut berubah

menjadi milik umum atau berfungsi sosial. Masa jangka waktu perlindungan

hukum terhadap paten ini dicantumkan dalam Pasal 8 ayat Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001 yang menyatakan bahwa :

(1) Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.

(2) Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan.

Berbeda dengan ketentuan yang masa jangka waktu perlindungan hukum

paten selama 14 (empat belas) tahun, terhitung sejak penerimaan permintaan paten

dan dapat diperpanjang lagi satu kali untuk masa jangka waktu selama 2 tahun

sebagaimana diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 43 Undang-Undang Paten Tahun

1989.

Perhitungan masa jangka waktu perlindungan hukum terhadap paten

tersebut, dimulai sejak tanggal penerimaan. Sejak tanggal penerimaan paten inilah

dilakukan perhitungan perlindungan hukum paten yang diberikan selama 20

tahun. Dan tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu perlindungan paten

tersebut harus dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Pasal 8

ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Kemudian penjelasan pasal

tersebut menyatakan : yang dimaksud dengan dicatat dan diumumkan pada ayat

ini dan dalam ketentuan-ketentuan selanjutnya dalam Undang-Undang ini adalah

dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten.

Paten biasa berlaku selama 20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan

paten. Jangka waktu 20 tahun ini sesuai dengan tuntutan Perjanjian TRIPs. Selain

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/hakpaten.pdf · BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG HAK PATEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

paten biasa, di Indonesia dikenal pula jenis paten lain yang disebut paten

sederhana. Jangka waktu perlindungan paten sederhana adalah 10 tahun terhitung

sejak tahun penerimaan.

Untuk menjamin kelangsungan paten itu dari tahun ke tahun, pemegang

paten harus membayar biaya. Pasal 115 menetapkan bahwa paten dinyatakan batal

demi hukum jika kewajiban membayar biaya tahunan tidak dipenuhi selama tiga

tahun berturut-turut.

Universitas Sumatera Utara