Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

58
BAB II PEMBAHASAN II. Tumbuh Kembang Anak II.1 Perkembangan Seorang Anak Mengikuti Beberapa Prinsip Diantaranya: 1. Perkembangan merupakan rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur,berkesinambungan dan tiap individu berbeda. 2. Perkembangan dimulai dari respon yang sifatnya umum menuju yang khusus. Misalnya seorang bayi yang tersenyum bila melihat setiap wajah, dengan bertambah umur dapat membedakan wajah tertentu (misalnya : ibu) 3. Manusia merupakan kesatuan yang mempunyai kaitan antara hal perkembangan aspek fisik, motorik, intelektual dan sosial yang mengikuti pola yang pasti. 4. Tahapan perkembangan berlangsung secara berantai yang sifatnya bersifat universal misalnya : anak mengoceh dulu sebelum berbicara. 5. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh faktor dalam (bawaan) dan faktor luar (lingkungan, pengalaman). II.1.1 Aspek-Aspek Perkembangan Anak: 1. Perkembangan Fisik (Motorik) Merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system

Transcript of Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Page 1: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

BAB II

PEMBAHASAN

II. Tumbuh Kembang Anak

II.1 Perkembangan Seorang Anak Mengikuti Beberapa Prinsip Diantaranya:

1. Perkembangan merupakan rangkaian perubahan yang bersifat progresif,

teratur,berkesinambungan dan tiap individu berbeda.

2. Perkembangan dimulai dari respon yang sifatnya umum menuju yang khusus.

Misalnya seorang bayi yang tersenyum bila melihat setiap wajah, dengan bertambah

umur dapat membedakan wajah tertentu (misalnya : ibu)

3. Manusia merupakan kesatuan yang mempunyai kaitan antara hal perkembangan aspek

fisik, motorik, intelektual dan sosial yang mengikuti pola yang pasti.

4. Tahapan perkembangan berlangsung secara berantai yang sifatnya bersifat universal

misalnya : anak mengoceh dulu sebelum berbicara.

5. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh faktor dalam (bawaan) dan faktor luar

(lingkungan, pengalaman).

II.1.1 Aspek-Aspek Perkembangan Anak:

1. Perkembangan Fisik (Motorik)

Merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan

yang dilakukan merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian

dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan fisik (motorik)

meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.

Perkembangan Motorik Kasar

Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak

untuk melakukan gerak tubuh. Contoh : kemampuan anak untuk

duduk,berlari, dan melompat.

Perkembangan Motorik Halus

Merupakan perkembangan gerak anak yang menggunakan otot-otot kecil

atau sebagian anggota tubuh tertentu. Contoh : menulis, menggunting, dan

menyusun balok.

2. Perkembangan Emosi

Page 2: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Pada aspek ini anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang tua dan orang-

orang disekitarnya. Meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman,

berani, gembira, takut, dan marah serta bentuk-bentuk emosi lainnya.

3. Perkembangan Kognitif

Pada aspek kognitif, perkembangan anak Nampak pada kemampuannya dalam

menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya.

Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan

maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.

4. Perkembangan Psikososial

Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan

lingkungannya. Misalnya : kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama

teman-teman sebayanya.

II.1.2 Tumbuh Kembang Anak (Berdasarkan Umur)

Berikut adalah tabel pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan umur menurut

Lowrey, dalam bukunya Growth and Development, 6th ed (1974)

Usia 2 tahun Sifat anak: Hanya memikirkan dirinya, mudah frustrasi, mudah

teralihkan dan bergantung sepenuhnya pada orang tua.

Berkonsentrasi pada satu benda dalam satu waktu. Jangka waktu ia

memperhatikan sesuatu : 1- 5 menit

Kata favorit: “Tidak”!

Hindari pertanyaan dengan jawaban “Tidak” dan jangan ajak

saudara kandungnya yang lain karena akan mengalihkan

konsentrasinya dan bisa mempengaruhinya. Hindari juga sudden-

movement

Usia 3 tahun Sifat anak: Mulai mandiri, inisiatif, mulai suka mengikuti

kebiasaan orang tua, sangat gembira, ingin tahu, imajinatif. Jangka

waktu ia memperhatikan sesuatu: 4-8 menit.

Kata favorit: “Mengapa?”

Cari perhatian anak, dengan merangsang rasa ingin tahunya,

dengan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dan minta

mereka untuk menambahkan deskripsi mereka sendiri. Hindari

penggunaan kata negatif, seperti “Jangan lakukan itu!” tapi

Page 3: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

gunakan kalimat lebih positif, “Sebaiknya kamu...”

Usia 4 tahun Sifat anak: Dominan, bossy, tidak sabar, mendesak terus menerus.

Dengan alasan yang sederhana, ia bisa merubah

kebiasaan/keputusannya dan menikmati keanekaragaman. Mulai

bisa menggunakan kata “Tolong” dan “Terimakasih”.

Tariklah perhatian anak dengan meminta tolong sesuatu padanya

dengan menjelaskan prosedur yang simpel, seperti “Bahan ini tidak

akan menempel pada gigimu apabila gigimu basah.” Bekerja

simultan, jangan berhenti tengah jalan karena ia akan cepat bosan.

Dan jangan kehilangan kontrol

Usia 5 tahun Sifat anak: Mulai ada percaya diri, mulai tahu peraturan, suka

bertingkah lebih dewasa, menerima intervensi dari orang lain,

bangga akan barang kepunyaannya, punya perasaan yang mudah

tersakiti.

Tunjukkan interest pada barang kepunyaannya, dan tunujukkan

sesuatu yang menarik saat ingin melakukan prosedur, seperti “Aku

akan memasangkan bahan perak cantik nan mengkilat ini di

gigimu”. Berilah pujian pada anak.

Usia 7 tahun Mulai bisa menentukan mana yang baik dan bisa ia terima, dan

mana yang buruk dan ia tolak. Mulai bisa mengikuti perintah

(contoh: menggosok gigi) namun tidak bisa mempertahankan

kebiasaan tersebut.

Usia 8 – 11 tahun Anak mulai bisa menggunakan logika dalam memikirkan suatu hal.

Mereka juga bisa menmpatkan diri pada situasi-situasi tertentu

Usia 12 – 16 tahun

(Remaja)

Sifatnya mulai dipengaruhi oleh emosi dan perubahan hormonal.

Remaja bisa sangat moody dan sangat sensitif terhadap suatu

kritikan, jadi komentar tentang sesuatu terhadap sang anak harus

disampaikan dengan hati-hati tanpa melukai perasaannya. Mereka

mulai mengerti masalah yang kompleks dan bisa menentukan

akibat dari setiap tindakan.

II.1.3 Aspek-Aspek Perkembangan Anak

a. Perkembangan Fisik

Page 4: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Meliputi perubahan yang terjadi (sesuai umur) pada ukuran, kekuatan, koordinasi

motorik, stamina, serta kemampuan atletik dari seorang anak. Perkembangan fisik

adalah aspek yang dependen.

b. Perkembangan Sosial

Meliputi perkembangan seorang anak terhadap kemampuan bersikap mandiri (mis:

memegang botol susu sendiri, memakai baju sendiri tanpa bantuan orang lain), serta

kemampuan hubungan interpersonal (mis: mengetahui kapan mengucapkan ”terima

kasih”)

*Hubungan anak-anak pada saat taman kanak-kanak terdiri dari 5 tahapan:

- Solitary Play (Tidak berhubungan dengan teman sebayanya)

- Onlooking (Melihat teman sebayanya bermain)

- Parallel Play (Bermain didekat teman sebayanya, tapi tidak ada interaksi)

- Associative Play (Bermain didekat teman sebayanya, dengan aktivitas yang

mirim/sama, interaksi minimal)

- Coorperative Play (Keikutsertaan dalam suatu proyek, mis: block building dan

role playing)

c. Perkembangan Intelejen

Berhubungan dengan I.Q (Intelligence Quotient) yang didalamnya ada tes mengenai

daya ingat, hubungan spatial, abstrak, dan beberapa tes kemampuan mental dasar

lainnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, ditemukan bahwa dalam penghitungan skor I.Q

masih ada beberapa mis-konsepsi, seperti:

- Stabilitas skor I.Q yang tidak untuk selamanya

- Batasan-batasan khusus dalam skor I.Q (I.Q tinggi belum tentu menjamin

sukses)

- Standarisasi skor I.Q hanya pada populasi tertentu

d. Lingkungan

Lingkungan menjadi aspek independen yang mempengaruhi tingkah laku dan pola

pikir anak.

II.1.4 Pola Perilaku Khusus Berhubungan Dengan Gender

1. Anak Laki-laki

Page 5: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

- Lebih sering berhubungan dengan kemarahan

- Menunjukkan sikap agresif yang lebih hebat selama usia 2-3 tahun

2. Anak Perempuan

- Lebih mudah menangis

- Emosi sering tidak stabil saat remaja

- Lebih mudah khawatir dan takut

- Dapat memulai berbicara daripada laki-laki

- Ketertarikan terhadap penampilan lebih awal dari laki-laki – akan bersikap

kooperatif untuk meningkatkan penampilan mereka

II.2 Perilaku Anak

a. Definisi

Perilaku adalah tanggapan/ reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap),

tidak saja badan atau ucapan (KBBI, 1990).

b. Klasifikasi

o Menurut Franklin, Shiere dan Fogels (1962)

Franklin Behavioural Rating Scale

Sangat negatif (=) Menolak perawatan, meronta-ronta dan membantah, amat

takut, menangis kuat-kuat, menarik atau mengisolasi diri,

atau keduanya

Sedikit negatif (-) Tindakan negatif minor, atau mencoba bertahan,

menyimpan rasa takut, dari minimal sampai sedang, nervus

atau menangis

Sedikit positif (+) Berhati-hati menerima perawatan, dengan aspek segan,

dengan taktik bertanya atau menolak, cukup bersedia

bekerja sama dengan drg

Sangat positif (+

+)

Bersikap baik dengan operator, tidak ada tanda-tanda takut,

tertarik pada prosedur, dan membuat kontak verbal yang

baik

II.2.1 Bentuk-Bentuk Perilaku Kooperatif

a) Kooperatif

Page 6: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Pasien anak tipe ini reasonably relaxed

Memiliki ketakutan akan sesuatu yang terjadi minimal

Antusias

Bisa dirawat dengan straightforward (terus terang) dan dengan pendekatan

TSD (tell-show-do)

Ketika guideline tentang perilaku mereka sudah terbangun, mereka akan

menunjukkan kerjasama yang sesuai

Mereka menunjukkan ”reasonable level” dari kooperatif yang membuat

drg dapat bekerja dengan efektif dan efisien

b) Kurangnya Kemampuan Kooperatif

Termasuk anak kecil yang belum bisa bicara/sulit dalam berkomunikasi

dan drg tidak dapat mengharapkan terjadinya pemahaman

Kurangnya kemampuan kooperatif karena usia (pre-coorperative stage

(MacDonald, 1969))

Termasuk anak-anak yang memiliki kondisi kelemahan spesifik atau cacat

tidak mungkin kooperatif didapatkan dengan tindakan yang biasa

butuh management teknik khusus

c) Kooperatif Potensial

Anak yang termasuk tipe ini bisa sehat atau cacat

Perbedaan dasar dengan tipe ke-2 adalah bahwa mereka yang termasuk

dalam tipe ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk menjadi kooperatif,

perilaku mereka dapat dimodifikasi menjadi perilaku yang kooperatif

II.2.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Non-Kooperatif:

Uncontrolled Behaviour

Perilaku ini biasanya muncul pada anak kecil umur 3-6 tahun dan muncul

pada kunjungan pertama mereka ke drg.

Umumnya muncul pada pasien potentially cooperative

Reaksinya berupa rasa marah yang mulai muncul dari area pendaftaran

(reception area) atau bahkan muncul sebelum anak itu masuk ke klinik

Page 7: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Brauer (1964) Perilaku ini terkarakteristik oleh adanya air mata, tangisan

yang keras, memukul-mukul secara fisik dengan tangan dan kaki

digolongkan sebagaui acute anxiety or fear

Jarang ditemukan pada pasien anak dengan umur yang lebih tua anak-

anak yang sudah bersekolah cenderung meniru perilaku saudara kandung

mereka yang lebih tua

Terdapat 3 tantangan utama yang harus dihadapi oleh drg ketika

berhadapan dengan pasien ini:

- Pasien anak tsb harus segera dipindahkan dari area pendaftaran

secepatnya anak tsb akan memberikan efek (-) pada pasien anak

lainnya Rantai Perilaku (-)

- Tindakan memukulnya harus lemah mencegah pasien tersebut agar

tidak menyakiti orang lain atau dirinya sendiri

- Membangun komunikasi yang baik dengan pasien

Defiant Behaviour (Defiant=menantang)

Umumnya terjadi pada usia sekolah dan perilaku ini terkontrol

Dapat dikenali dengan adanya kata-kata ”Saya tidak mau...” atau ”Saya

tidak akan...”

Biasanya pasien tsb menunjukan perilaku yang sama dengan perilakunya di

lingkungan rumahnya

Orangtua mereka kemungkinan tidak memberikan batasan yang tegas untuk

kelakuan anak mereka

Dapat juga dikatakan perilaku anak tersebut manja atau keras kepala

Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan straightforward but firm

ataupun dengan challenging adults authority

Tipe ini juga dapat dikatakan sebagai passive resistance

Cobalah untuk berhubungan dengan pasien tersebut dengan jujur Ketika

perilaku (-) mereka dapat kita modifikasi menjadi keinginan, beberapa

teknik behaviour management dapat dilakukan untuk membantu mereka

menyesuaikan diri dengan perawatan dentalnya

Timid Behaviour (Timid=Malu-Malu)

Page 8: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Merupakan bentuk ringan dari perilaku (-)

Jika ditangani dengan tidak sesuai, perilaku mereka akan memburuk

menjadi uncontrolled behaviour

Tanda2nya dapat berupa: berlindungnya pasien anak tsb dibelakang orang

tuanya, beberapa pasien ragu-ragu/mengelak ketika diarahkan, merengek,

tetapi pasien ini tidak menangis secara histeris. Biasanya mereka

menggunakan tangan mereka untuk menutupi mata ketika ingin menangis

ataupun menahan tangisan mereka

Banyak alasan dari munculnya reaksi perilaku ini: !) anak tersebut datang

dari lingkungan rumah yang overprotective, 2) anak tsb tinggal di isolated

rural areas dan hanya sedikit berkontak dengan orang asing, 3) berikan

informasi yang cukup ketika pengalaman dental pertama mereka

Pasien anak tipe ini perlu mendapatkan ke Percayaan Dirinya dan drg

Pasien tipe ini memiliki kekhawatiran/kecemasan/kegelisahan yang tinggi

Mereka tidak selalu mendengar/menyimak instruksi yang diberikan,

sehingga perlu adanya pengulangan instruksi

Tense-Cooperative Behaviour (Tense=tegang)

Perilaku anak yang digambarkan sebagai perilaku yang berada di garis

pemisah antara yang (+) dan yang (-)

Biasanya pasien tipe ini menerima perawatan yang diberikan, tidak

menunjukan kekerasan, physical misbehaviour ataupun mereka extremely

tense (benar-benar tegang)

Tensi yang ada biasanya hanya diugkapakn melalui bahasa tubuh

beberapa pasien matanya mengikuti pergerakan drg ataupun pergerakan

asistennya, terdengar getaran (tremor) ketika mereka bicara atau tubuh

mereka juga gemetar, terdapat perubahan pada telapak tangan mereka atau

pada kening mereka mengontrol emosi mereka

Problem yang muncul dapat terjadi perkembangan perilaku yang

mempengaruhi (mengganggu/merusak) kesehatan dental mereka di masa

datang. Mereka tumbuh dengna menerima dentistry, tapi mengatakan amat

sangat tidak suka terhadap pengalaman pribadinya itu

Whining Behaviour (Whine=Merengek-Rengek)

Page 9: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Mereka mengizinkan dokter gigi untuk melanjutkan proses perawatan, tapi

selalu merengek selama proses berlangsung

Reaksi selanjutnya yang muncul adalah sebagai sumber frustasi dan iritasi

terhadap segala hal yang berhubungan dengan perawatan

Tanda-tanda pasien tipe ini sulit dibedakan. Tangisannya tidak terlalu keras,

terkontrok, emosinya konstang, jarang diikuti dengan air mata

Diperlukan kesabaran luar biasa ketika menghadapi pasien ini.

II.3 Sikap Orang Tua Terhadap Anak

Sikap orang tua terhadap anak berdampak kuat pada perilaku anak terhadap perawatan gigi,

misalnya :

Terlalu melindungi

Maka sikap yang tampak dari anak adalah pemalu, tidak aggressive, ketakutan, patuh,

lembut, sopan dan displin. Terkadang dokter gigi harus menembus benteng rasa malu

mereka dengan cara menimbulkan rasa percaya diri dalam diri mereka.

Terlalu menuruti

Maka sikap yang tampak pada anak adalah manja, egois, keras kepala dan tidak

perhatian. Jika keinginan mereka tidak diikuti maka mereka akan menjadi marah dan

memusuhi orang yang menolak keinginannya. Pada dokter gigi, mereka akan

menggunakan daya tarik dan kemampuan mereka untuk menghindari perawatan.

Menolak

Sikap yang tampak pada anak adalah penuh curiga terhadap orang lain, agresif, penuh

dendam, suka berkelahi, tidak patuh, tidak popular dan overaktif. Dalam perawatan,

anak seperti ini cenderung sulit dikontrol. Maka dokter gigi harus mengakrabkan diri

kepada anak tersebut agar anak tersebut dapat percaya kepada dokter yang

merawatnya.

Terlalu cemas

Maka sikap yang tampak pada anak adalah pemalu dan penakut. Pada umumnya

mereka adalah pasien yang baik jika diperingatkan untuk berlaku baik. Akan tetapi

dokter akan mengalami kesulitan untuk menganggulangi masalah takut mereka jika

cara yang digunakan dokter kurang tepat

Terlalu menguasai

Sikap yang tampak pada anak adalah tertekan san tegang. Namun dengan member

perhatian yang baik maka pasien ini akan menjadi pasien yang baik

Page 10: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

II.3.1 Pengaruh Sifat Orang tua Terhadap Anak Tunggal dan Angkat

Anak tunggal

Orang tua biasanya memanjakan, melindungi diluar batas, khawatir yang berlebihan

dan terlalu menuruti kehendak anak. Anak dapat menjadi gugup, penuh rasa takut dan

menarik diri.

Anak angkat.

Orang tua cenderung mempunyai sikap kasih sayang yang berlebihan, tidak memberi

kesempatan pada anak berkembang. Akibatnya anak menjadi gugup, penakut dan

menyendiri.

II.3.2 Pengaruh Keadaan Fisik

Keadaan fisik anak dapat mempengaruhi tingkah lakunya pada waktu perawatan gigi.

Beberapa keadaan fisik yang perlu diperhatikan dalam merawat gigi anak, yaitu :

a. Anak Sakit

Anak yang mendapat perawatan dirumah sewaktu sakit dalam jangka waktu yang lama,

permintaannya selalu dipenuhi dan dimanja, hal ini berlangsung terus setelah anak

sembuh. Sikapnya akan menyulitkan pada waktu dirawat giginya. Sebaliknya anak yang

dirawat dirumah sakit dalam waktu lama bersama-sama anak lainnya yang sebaya sudah

terbiasa menjalani perawatan dan melihat perawatan yang beraneka ragam, sehingga

sikapnya pada waktu perawatan gigi akan lebih baik.

b. Keadaan Gizi

Gangguan gizi dapat menimbulkan gejala-gejala kelainan tingkah laku, anak menjadi

perasa, lemah dan gelisah, sehingga anak terganggu pada waktu dirawat giginya.

c. Kelelahan Fisik / Mental

Hal ini dapat menyebabkan tingkah laku yang negatif pada waktu perawatan gigi,

misalnya tidurnya kurang. Sebaiknya anak-anak akan berobat gigi disuruh tidur siang atau

pengobatan gigi dilakukan pada pagi hari.

d. Anak Cacat

Cara –cara yang khusus perlu dilakukan pada anak cacat fisik/ mental jika memerlukan

perawatan giginya. Anak yang menderita paralisa otak, biasanya kurang mendapat

Page 11: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

perhatian dalam kamar praktek gigi. Disamping paralisa otak juga pada penderita

epilepsi, buta, tuli dan cacat anggota badannya.

e. Hypochondriasis

Secara medis tidak ditemukan kelainan fisik tetapi secara klinis penderita merasa sakit

yang berat dan ketakutan. Simpton yang terjadi dapat berupa : sakit kepala, kelemahan,

mau muntah dan perasaan sakit didada dan panas. Keadaan ini dapat diatasi dengan

meyakinkan penderita bahwa dia tidak sakit.

II.4 Rasa Takut (Fear)

Pola tingkah laku anak pada situasi apapun dikendalikan oleh sifat fisik dan mental

bawaan yang diwariskan kepadanya, seiring dengan perkembangannya, kondisi anak

berkontak dengan lingkungannya.

Rasa takut adalah salah satu emosi yang didapat segera setelah kelahiran, walaupun

respon terkejut terdapat saat lahir dan respon reflex terhadap suatu rangsangan juga

terbentuk sebelum kelahiran, anak-anak tidak waspada terhadap stimulasi yang

memproduksi rasa takut.

Rasa takut dan marah adalah respon primitif yang berkembang untuk memproteksi

individu dari bahaya (harm) dan self-destruction.

Rasa takut adalah suatu mekanisme protektif untuk melindungi diri sendiri.

Emosi ini dapat digunakan untuk menjaga anak dari situasi yang berbahaya baik dari

sosial maupun lingkungan fisik.

Tanggung jawab orang tua secara psikologis mempersiapkan anak untuk perawatan

dental adalah terutama dalam masalah pengendalian emosi rasa takut.

II.4.1 Tipe Rasa Takut

1. Rasa Takut Objektif

a. Rasa takut ini dihasilkan secara langsung oleh stimulasi fisik melalui organ

perasa dan umumnya bukan berasal dari orang tua.

b. Rasa takut objektif adalah respon terhadap stimuli yang dirasakan, dilihat,

didengar, dicium, dan dikecap dan merupakan suatu yang tidak

menyenangkan.

c. Anak yang sebelumnya pernah dirawat oleh dokter gigi dan mengalami

kesakitan akan merasa takut untuk perawatan selanjutnya. Sulit untuk anak

Page 12: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

kembali dengan kemauannya sendiri untuk melakukan perawatan maka dokter

gigi harus sadar akan situasi emosional anak dan melanjutkan dengan perlahan

mengembalikan kepercayaan diri anak.

d. Rasa takut menurunkan ambang batas nyeri sehingga rasa nyeri menjadi lebih

besar dan lebih terasa sakit

2. Rasa Takut Subjektif

a. Berdasarkan perasaan dan sikap yang telah disugestikan kepada anak oleh

orang lain mengenai pengalaman-pengalaman pribadi. Anak-anak cenderung

terpenngaruh pada saran atau usul.

b. Anak yang belum punya pengalaman ke dokter gigi sebelumnya mendengar

cerita-cerita menyeramkan mengenai rasa sakit sehingga rasa takut anak

langsung berkembang.

c. Gambaran mental rasa takut berada di dalam pikiran anak dan dengan

imajinasi yang hidup

d. Baik anak maupun dewasa penghasil terbesar rasa takut adalah mendengar

pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan di klinik gigi dari ornag

tua maupun teman.

e. Anak-anak memiliki rasa takut yang intents terhadap hal-hal yang belum

pernah diketahui. Pengalaman baru dan tidak diketahui oleh anak dapat

menghasilkan rasa takut sampai anak membuktikan bahwa tidak ada ancaman

terhadap diri sendiri.

f. Rasa takut adalah usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi di mana anak

merasa takut terhadap dokter gigi

g. Sampai anak dapat diyakinkan bahwa tidak ada alasan untuk takut rasa takut

akan tetap ada.

h. Penting sekali orang tua memberitahu anak mereka mengenai periaku yang

diharapkan saat di klinik gigi. Anak dibuat terbiasa dengan prosedur yang

akan dijalankan dan gambaran mengenai perlengkapan klinik sebelum

kunjungan pertama.

i. Pada saat hari perawatan untuk pertama kali, tidak perlu menyebabkan rasa

sakit yang berlebihan terhadap anak.

j. Orang tua tidak perlu memberitahu anaknya bahwa akan ada rasa sakit pada

saat perawatan nanti. Orang tua tidak perlu membohongi atau meminimalisir

Page 13: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

ketidakyamanan yang akan dirasakan oleh anak jadi orang tua harus jujur

tanpa memperlihatkan emosi yang berlebihan.

k. Rasa takut sugesti didapat dengan imitasi

l. Anak mengamati rasa takut pada orang lain secepatnya belajar rasa takut dari

objek yang sama atau bahkan sebagai suatu yang nyata dan asli seperti yang

diamati oleh anak dalam diri orang lain.

m. Contoh: jika ornag tua merasa cemas dan tingkah laku negatif terlihat jelas

kepada anak maka anak juga akan meniru hal yang sama. Jika ornag tua

merasa ketakutan maka anak juga akan ketakutan.

n. Rasa takut imitatif dapat ditransmisikan secara halus dan mungkin

dipertunjukan oleh orang tua dan dipelajari oleh anak tanpa disadari.

o. Umumnya rasa takut ini dapat terjadi kembali sehingga sulit untuk

dihilangkan.

p. Menunjukkan emosi seperti kecemasan pad raut muka orang tua dapat

menciptakan suatu kesan dari pada sugesti verbal.

q. Ibu yang takut ke dokter gigi dan pergi di bawah kendali stress emosi yang

tinggi mentransmisikan rasa takut ini secara tidak sadar ke anak yang sedang

mengamati ibunya. Seperti memegang tangan anak dengan kencang dalam

klinik gigi, hal itu terlihat jelas dan menimbulkan kecurigaan dan ketakutan

yang tidak menguntungkan bagi anak.

r. Rasa takut sugesti diperoleh dari ornag tua, teman, media cetak, kartun

televisi. Kebanyakan rasa takut yang dihadapi oleh anak-anak adalah rasa

takut subjektif

s. Rasa takut imajiner adalah dari rasa takut sugesti yang berlebihan sehingga

mencapai keadaan yang irasional. Ketakutan terbesar yang dihadapi adalah

objek yang imajiner.

t. Intensitas ketakutan setiap anak berbeda-beda, kalau anak yang suka tidur

lebih takut dan iritatif karena berkurangnya kemampuan untuk rasionalisasi

dan kontrol rasa takut dan toleransi lebih rendah terhadap ketidaknyamanan

sedangkan anak yang tidak suka tidur tidak terlalu takut terhadap perawatan.

II.4.2 Rasa Takut dan Usia

Rasa takut dan seorang anak dan cara ia menghadapinya akan berubah menurut

usianya. Sesuatu yang mengejutkan seorang anak pada usia 2 tahun.

Page 14: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Pedodonsia Dasar 14 mungkin tidak mengejutkan lagi pada usia 6 tahun. Oleh karena itu usia

merupakan gambaran yang penting untuk melihat rasa takut anak.

1. Anak Usia 2-3 Tahun

a. Pada masa ini merupakan waktu yang baik memperkenalkan seorang anak

untuk perawatan gigi, rasa takutnya biasanya berhubungan dengan hal-hal

yang tidak dikenal dan tidak disangka-sangka. Rangsangan yang menimbulkan

rasa sakit dapat menimbulkan rasa takut karena tidak diharapkan dan tidak

disangka-sangka. Suara dan getaran mesin bor serta tekanan waktu memakai

alat-alat gigi dapat menimbulkan rasa takut. Anak-anak juga merasa takut

terhadap gerakan yang mendadak dan tak disangka-sangka misalnya

merendahkan atau merebahkan kursi tanpa pemberitahuan, gerakan tangan

yang mendadak dan cepat, sinar lampu yang menyilaukan yang langsung

kearah mata anak dapat menimbulkan rasa takut.

2. Anak Usia 4 Tahun

a. Anak akan mencapai puncak rasa takut yang jelas dari usia 4 – 6 tahun,

terdapat pengurangan yang berangsur-angsur dari rasa takut, seperti gerak

jatuh, suara, orang yang tidak dikenal.

3. Anak Usia 5-6 Tahun

a. Rasa takut pada umumnya karena rangsangan sakit. Faktor-faktor fantasi

memegang peranan penting pada anak-anak usia 4 - 6 tahun, dapat

dipergunakan sebagai alat untuk menguasai anak, misalnya permainan ke

dokter gigi.

4. Anak Usia 7 Tahun

a. Anak telah memperbaiki kesanggupannya untuk memecahkan rasa takut

walaupun reaksinya sering berubah-ubah. Bantuan keluarga adalah penting

mengatasi rasa takut. Dokter gigi dapat menerangkan apa yang dikerjakan

sehingga rasa takut dapat diatasi. Dengan bertambahnya usia maka rasa takut

pada anak dapat berubah-ubah dan bersifat individual.

5. Anak Usia 8-14 Tahun

Page 15: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

a. Anak telah mengerti dan mempelajari keadaan yang kurang menyenangkan

dan mempunyai keinginan untuk menjadi pasien yang baik. Mereka tidak suka

pada orang yang memandang ringan sakitnya atau bujukan dari teman atau

dokter giginya.

II.4.3 Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Sikap Anak Pada Perawatan

Gigi

1. Kecemasan, terutama dari orang tua (biasanya pada anak usia <4 tahun)

2. Rasa takut

3. Riwayat/pengalaman rasa sakit, akan berpengaruh terhadap kunjungan selanjutnya.

Kecemasan: Sifat yang muncul dari antisipasi adanya bahaya sumber tidak teridentifikasi.

Ketakutan : Respon emosional terhadap sesuatu yang teridentifikasi/ dikenali.

Secara Teoritis:

ANAK TUMBUH KEMBANG

KAPASITAS MENTAL MENINGKAT

DAPAT MENYADARI PENYEBAB RANGSANGAN / TAKUT

RASA TAKUT MENURUN

Fungsi rasa takut:

1. Mentaati peraturan

2. Menghindari bahaya

Rasa takut anak jangan dihilangkan tetapi diarahkan dan jangan di takut-takuti.

II.4.4 Alat Ukur Kecemasan Terhadap Perawatan Dental Anak

Pengukuran rasa takut dan cemas untuk perawatan gigi anak dapat dibagi menjadi 3 bagian,

yaitu pengukuran perubahan fisiologis, observasi tingkah laku, dan self report. Yang

dijelaskan disini adalah metode pengukuran self report.

1. Corah Dental Anxiety Scale

Awalnya digunakan untuk mengukur kecemasan dental pada pasien dewasa. Alat

ukur ini memiliki 4 pertanyaan dengan tiap pertanyaan memiliki 5 alternatif

jawaban. Hasil yang didapatkan Corah Dental Anxiety Scale belum terlalu luas

digunakan karena pertanyaannya yang terlalu sulit untuk dimengerti anak yang

masih kecil. Reliabilitas dan validitas metode pengukuran ini masih dipertanyakan.

2. Venham Picture Test

Page 16: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Terdiri dari 8 item pengukuran situasional atau keadaan kecemasan.Awalnya

mempresentasikan 8 gambar anak yang memperlihatkan emosi yang bervariasi dan

kemudian ditanya untuk memilih gambar anak yang merefleksikan emosi dirinya.

Metode ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah mudah untuk

dilakukan, waktu yang diperlukan relative singkat yaitu sekitar 1-2 menit, dan

konstruktor menyatakan skala ini tepat digunakan untuk anak kecil muda. Melalui

penelitian yang dilakukan, reliabilitas metode ini cukup baik hanya memerlukan

studi lanjutan. Metode Venham memiliki validitas yang moderate dan dapat

membedakan antara anak yang takut dan tidak takut terhadap perawatan dental.

Namun interpretasi Venham Picture Test terhambat karena venham diambil sebelum

melakukan perawatan sementara ukuran perilaku kecemasan perilaku tidak

kooperatif terjadi selama perawatan.Untuk mendapatkan perkiraan yang lebih baik

dari validitas venham picture test sebaiknya dikorelasikan dengan pengukur

kecemasan lainnya sebelum perawatan dimulai.

3. Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale (CFSS-DS)

Alat ini terdiri dari 80 pertanyaan dan 5 skala Lickert. Telah dibuktikan memiliki

reliabilitas dan validitas yang tinggi dalam mengukur kecemasan dental anak.

CFFDS-DS menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan Corah Anxiety Scale dan

Venham Picture Test. Alasannya karena CFSS-DS mencakup lebih banyak situasi

dental, mampu mengukur kecemasan/ketakutan situasi dental lebih akurat,

tersedianya data normative dalam skala ini dan memiliki property psikometrik yang

superior.

II.5 Segitiga Perawatan Gigi Anak

Child patient

Society

Family (mother) Dentist & environment

Perbedaan utama dari perawatan untuk anak-anak dan dewasa adalah terletak pada

relationship-nya. Perawatan pada orang dewasa secara umum melibatkan hanya one-to-one

Page 17: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

relationship, sedangkan pada anak-anak melibatkan one-to-two relationship yaitu antara

orangtua, anak, dan dokter gigi serta lingkungannya. Hubungan kerjasama tersebut

digambarkan dalam bentuk segitiga yang dikenal dengan the pediatric treatment triangle.

Baru-baru ini, society (masyarakat) ditempatkan di tengah/pusat dari segitiga. Hal ini

menunjukkan bahwa metode manajemen yang dilakukan dapat diterima oleh masyarakat dan

masyarakat itu sendiri merupakan salah satu factor yang mempengaruhi bentuk perawatan.

Pasien anak-anak diletakkan di puncak segitiga dan menjadi focus perhatian utama dari

orangtua dan dokter gigi. Sedangkan peranan orangtua adalah memberikan informasi kepada

dokter gigi serta dorongan kepada anak agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

Walaupun perilaku dari ibu sangat mempengaruhi perilaku anak, tapi harus juga diperhatikan

perilaku dari keluarga secara keseluruhan yang juga dapat mempengaruhi perilaku anak.

Dalam segitiga ini, dokter gigi berperan sebagai pengarah agar ketiga komponen dapat

bekerjasama dengan baik. Maka komunikasi yang saling timbal balik sangat berperan dalam

perawatan pada anak-anak.

Communicating with children

Komunikasi dapat terjadi secara verbal atau non-verbal. Yang harus diperhatikan

dalam komunikasi dengan anak adalah:

Terciptanya komunikasi yang nyaman

Dokter gigi harus memulai komunikasi dengan baik sehingga sang anak merasa

nyaman dan tidak merasa takut. Sebaiknya digunakan komunikasi verbal dengan sedikit

komentar dan pertanyaan yang memerlukan jawaban( bukan yes-no question).

Establishment of communicator

Dental team harus memperhatikan siapa yang harus lebih aktif berkomunikasi dan

siapa yang harus lebih pasif. Sebaiknya ketika asisten dokter gigi sedang berkomunikasi/

menerangkan sesuatu kepada anak, dokter gigi berperan sebagai pasif communicator dan

begitu sebaliknya. Hal ini bertujuan agar anak fokus terhadap satu pembicara saja sehingga

anak tidak menjadi bingung.

Message clarity

Harus diperhatikan bahasa yang digunakan dalam komunikasi dengan anak-anak.

Lenchner dan wright(1995) mengindikasikan bahwa dokter gigi harus mengembangkan

”bahasa kedua” dengan menggantikan kata-kata yang dapat menakuti atau menyakiti anak

dengan ekspresi yang halus atau euphemisme.

Voice control

Page 18: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Dokter gigi harus memperhatikan intonasi suara yang benar dan tenang agar anak

tertarik dan tidak takut.

Multisensory communication

Komunikasi non-verbal juga efektif dilakukan pada anak-anak. Kontak tubuh antara

dokter gigi dan anak dapat membuat sang anak lebih merasa nyaman dan tidak takut.

Problem ownership

Dokter gigi terkadang lupa dan tiba-tiba menggunakan ”you” messages yang dapat

menimbulkan implikasi bahwa si anak sedang melakukan kesalahan. Misalnya mengatakan

”Kamu harus tetap duduk!” ,seharusnya dokter gigi menggunakan ”I” messages yaitu

”Saya tidak bisa mengobati gigimu jika kamu tidak mau duduk diam dan membuka mulut

lebar-lebar.”

Active listening

Dokter gigi juga harus mendengarkan ungkapan si anak.

Appropriate responses

Salah satu prinsip penting dalam komunikasi dengan anak adalah respon yang

diberikan harus sesuai dengan situasi yang ada. Respon ini tergantung dari hubungan alami

dokter gigi dengan si anak, umur anak, dan motivasi perilaku si anak.

II.5.1 Cara Berkomunikasi

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi,

yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999).

S = Salam

A = Ajak Bicara

J = Jelaskan

I = Ingatkan

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut:

1. Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu

untuk berbicara dengannya.

2. Ajak Bicara: Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri.

Dorong agar Pasien (anak) mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya.

Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya,

serta mengerti perasaannya. Operator dapat menggunakan pertanyaan terbuka

maupun tertutup dalam usaha menggali informasi. Operator dapat menggali informasi

lebih banyak dari orang tua anak.

Page 19: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

3. Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang

ingindiketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak

oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan

mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.

4. Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan

berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir

percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang

keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun

klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta

mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.

II.6 Teknik Dasar Manajemen Tingkah Laku

Behavior Shaping

Behavior shaping merupakan yang dengan sangat lambat mengembangkan tingkah

laku dengan menguatkan pendekatan suksesif dari tingkah laku yang diinginkan sampai

tingkah laku menjadi terbiasa. Metode ini digunakan untuk anak-anak yang menunjukkan

sikap kooperatif yang cukup untuk menciptakan komunikasi.

Metode TSD (Tell Show Do) yang diperkenalkan oleh Addleston (1959) diantaranya

sebagai berikut:

1. Dokter gigi menjelaskan apa yang akan dilakukannya dengan menggunakan bahasa

sesuai dengan tingkat usia anak, secara lambat dan diulang jika perlu sampai anak

mengerti.

2. Dokter gigi menunjukkan kepada anak dengan tepat apa yang akan ia lakukan pada

dirinya sendiri, atau pada model untuk meyakinkan pemahaman anak.

3. Tanpa menyimpang dari apa yang telah dijelaskan dan ditunjukkan, dokter gigi

melaksanakan prosedur kerja pada anak.

Pada teknik ini, hindari gerakan yang tiba-tiba dan suara yang bising agar konsentrasi

anak tidak terpecah. TSD dapat dilakuakan pada kunjungan pertama anak dan anak yang

pernah mengalami pengalaman yang menakutkan sebelumnya dengan dokter gigi.

Berikan reinforcement berupa senyuman atau pujian jika anak merespon secara positif.

Reinforcement harus diberikan segera setelah respon yang diinginkan terjadi.

Reinforcement yang segera diberikan lebih efektif dalam menguatkan pembentukan

tingkah laku daripada yang diberikannya tertunda. Pujian sebaiknya juga datang dari staff

dokter gigi lainnya.

Page 20: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Jika kita ingin melarang anak, gunakan control suara dengan suara yang keras dan

tegas untuk melarang dan beralih ke suara yang hangat dan ramah jika anak merespon

dengan baik.

TSD tidak digunakan saat anastesi lokal karena menunjukkan jarum suntik pada anak

akan menakutkan. Untuk itu kita menggunakan anastesi topikal sedikitnya 1 menit

sebelum injeksi. Sementara itu, dapat dilakukan distraksi pada anak.

Retraining

Perbedaan yang besar antara behavior shaping dengan retraining adalah retraining

dilakukan pada anak yang menunjukkan tingkah laku negative akibat kunjungan dental

sebelumya atau arahan yang salah dari orang tua atau orang lain sehingga anak sulit untuk

diajak berkomunikasi. Sasarannya adalah untuk membangun asosiasi pikiran yang baru pada

anak.

Dokter gigi perlu mengetahui ketidaksukaannya dan berusaha berempati dengan anak.

Jika anak tidak suka, turuti anak sambil memberikan pilihan kepadanya sehingga ia merasa

bahwa ia dapat mengontrol situasi dan lebih tenang.

Cara lain yang dapat digunakan adalah distraksi. Selama bekerja, dokter gigi dapat

bercerita kepada anak sehingga pikiran anak tidak tertuju pada situasi saat itu. Contoh lain

dengan mengajak anak menghitung gigi atau menggunakan materi audiovisual (televisi,

video, dan lain-lain). Jika tingkah laku yang tidak diinginkan terjadi, gunakan kontrol suara.

Berikan reward untuk tindakan yang positif dan abaikan atau berikan hukuman untuk

tindakan yang negatif.

Aversive Conditioning atau Restraint

Dapat berupa:

1. Mendorong secara halus tangan anaak yang mengganggu perawatan

2. Mengangkat dan memaksa anak yang menolak untuk duduk di kursi dental unit

3. HOME (Hand Over Mouth Exercise atau aversion atau restraint discipline atau

emotional surprise therapy atau hand-over-mouth) merupakan teknik yang paling

keras.

II.6.2 Teknik HOME:

Letakan tangan ke atas mulut anak, jangan sampai menghalangi air way. Posisi dokter

gigi harus dekat dengan telinga anak, berikan perintah dengan jelas dan spesifik

Page 21: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

dengan menggunakan suara halus dan monoton. Setelah anak tenang, tangan diangkat

dan anak diberi pujian.

Indikasi Aversive Conditioning

Dilakukan saat anak dan dokter gigi sudah tidak dapat dilakukan komunikasi lagi dan

jika dibiarkan anak dapat menciderai dirinya sendiri.

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh kontrol terhadap tingkah laku anak sehingga

dokter gigi mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak dan anak dapat

diajarkan.

Anak juga harus dapat memiliki kemampuan untuk memahami serta memiliki tingkat

kecerdasan yang normal. Paling tepat digunakan pada anak usia 3-6 tahun.

Tidak dapat digunakan dengan sedasi karena teknik ini membutuhkan tingkat

kesadaran yang penuh.

Pada HOME, jika setelah tangan dilepas anak mulai melawan atau menangis lagi,

tangan harus segera ditaruh lagi diatas mulut dan pasien diingatkan lagi bahwa pasien harus

menurut dan tenang jika tidak ingi ditutup mulutnya. HOME dapat berupa penutupan

terhadap mulut saja, penutupan terhadap mulut dan sedikit menghalangi jalan napas, atau

penutupan terhadap hidung dan mulut. Setelah respon anak positif, segera berikan reward.

Practical Considerations

Scheduling, jadwal di pagi hari karena anak lebih menanggapi dan refresh pada pagi hari

Parent-Child Separation, digunakan karena orang tua:

1. Suka mengulang perintah dokter gigi sehingga membuat pusing dokter

gigi dan anak

2. Menolak perintah dokter gigi sehingga menjadi penghalang dalam

perawatan

3. Dokter gigi tidak bisa menggunakan voice kontrol/ intonasi dan nada

suara pada orang tua

4. Membagi perhatian anak antara orang tua dan dokter gigi

5. Membagi perhatian dokter gigi antara anak dan orang tua

Tangible Reinforcements, pemberian hadiah pada anak bukan sebagai sogokan(bribe),

tapi sebagai reward. Jika kita menjanjikan hadiah sesuatu setelah anak berbuat baik itu

adalah sogokan. Namun, jika anak tersebut sudah berbuat baik dulu baru kita beri hadiah

itu adalah reward.

Page 22: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

II.7 Pendekatan Farmakologis

Pendekatan farmakologis menggunakan sedasi sadar adalah teknik yang

menggunakan obat-obatan untuk memicu tingkat kooperatif dan kesadaran pasien pada anak

yang tidak kooperatif. Kondisi pasien saat disedasi adalah tetap mampu menjaga

pernapasannya sendiri dan merespon normal terhadap rangsang fisik dan perintah lisan.

II.7.1 Tujuan pada anak-anak

a. Memfasilitasi perawatan yang berkualitas

b. Meminimalisasi perilaku buruk yang ekstrim

c. Meningkatkan respon fisiologis positif terhadap perawatan

d. Meningkatkan kenyamanan dan keamanan pasien

e. Mengembalikan pasien ke kondisi fisiologis yang aman

II.7.2 Syarat penggunaan sedasi sadar :

a. Operator harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai agen yang akan

digunakan dan telah terlatih secara formal untuk mengadmisitrasikan agen tersebut.

b. Penggunaan sedative harus direncanakan dengan matang dan didokumentasikan jenis

agen, dosis, tanda vital pasien, efek samping. Keputusan untuk menggunakan harus

berdasarkan analisis terhadap profil perilaku pasien, asal dan tingkat perawatan,

perbandingan risk vs benefit terhadap status fisik pasien, kemampuan ekonomi dan

kemampuan keluarga untuk memenuhi tuntutan perawatan yang luas.

c. Pasien harus dievaluasi dengan hati-hati dari waktu onset agen sampai pulih kembali

untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang dapat mengubah respon yang

diharapkan terhadap agen sedative yang dapat membahayakan pasien.

d. Harus ada informed consent yang ditandatangani oleh orang tua/wali.

e. Fasilitas klinik harus cukup nyaman dan lengkap untuk menangani kondisi gawat

darurat yang mungkin muncul.

II.7.3 Pokok-Pokok Pada Pendekatan Farmakologis Menggunakan Sedasi Sadar

1. Indikasi

a. Riwayat medis lengkap

Alergi atau reaksi buruk terhadap obat

Page 23: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Medikasi yang sedang berjalan termasuk dosis, waktu, rute, lokasi administrasi

Penyakit atau kelainan pasien termasuk status kehamilan pada remaja

Riwayat opname

Riwayat general anesthesia atau sedasi dan komplikasi yang terkait

Riwayat keluarga terhadap penyakit atau komplikasi anestesi

Ringkasan sistem-sistem tubuh

Umur dan berat

b. Evaluasi fisik

Tanda-tanda vital meliputi denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan

darah.

Evaluasi jalur pernapasan

Sistem klasifikasi status fisik menurut ASA (American Society of

Anesthesiologists)

Sistem klasifikasi menurut American Society of Anesthesiologist

P1 Pasien sehat dan normal Boleh menerima conscious sedation

dengan rutin

P2 Pasien dengan penyakit sistemik ringan

(mild)

Dipebrolehkan setelah konsultasi dengan

dokter anak

P3 Pasien dengan penyakit sistemik sedang

(moderate)

Lebih baik dirawat di rumah sakit

P4 Pasien dengan penyakit sistemik berat

(severe)

Lebih baik dirawat di rumah sakit

P5 Pasien yang tidak diharapkan dapat

bertahan tanpa operasi

P6 Pasien yang dinyatakan mengalami

kematian otak dan organ-organnya telah

diambil untuk kepentingan donor

2. Informed consent

Penggunaan conscious sedation pada anak harus disetujui oleh orang tua/wali setelah

mereka menerima informasi jelas mengenai risiko dan keuntungan yang akan didapatkan

dengan teknik dan agen yang digunakan.

Page 24: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

3. Instruksi orang tua

No Kondisi Instruksi

1. Diet - Tidak boleh konsumsi susu atau makanan padat 6 jam sebelum

sedasi

- Cairan boleh dikonsumsi sampai 3 jam sebelum sedasi

2. Aktivitas - Rencanakan waktu tidur anak secara normal sehari sebelum sedasi

- Harap datang tepat waktu

- Anak harus ditemani saat kunjungan oleh 2 orang dewasa

- Pastikan anak telah ke kamar kecil sebelum sedasi

3. Aktivitas

setelah

sedasi

- Anak mungkin tidur selama 3-8 jam

- Anak mungkin tidak stabil saat berjalan dan butuh perlindungan

khusus

- Perhatikan aktivitas anak pada sisa hari tersebut

4. Perubahan

kesehatan

Informasikan dokter mengenai kondisi demam, batuk, atau sakit lainnya

selama 14 hari sebelum waktu sedasi.

4. Dokumentasi

a. Pre-prosedur

Konsumsi makanan dan minuman yang dilarang

Riwayat kesehatan dan fisik termasuk berat badan, umur pasien

Nama dan alamat dokter yang biasa menangani pasien

Alasan dilakukannya tindakan

Informed consent

Penginformasian instruksi pada pendamping anak

b. Tanda vital

c. Penampilan pasien

d. Jenis, dosis, rute, lokasi, dan waktu admisintrasi obat

II.8 Hipnosis Kedokteran Gigi

II.8.1 Konsep Hipnosis Kedokteran Gigi

Hypnosis dalam kedokteran gigi berbeda pada tujuan dan penggunaannya. Subjek

tidak kehilangan self-control seluruhnya, dan bukan merupakan kondisi dari tidur.

Meskipun ini berguna untuk subjek untuk menutup mata mereka pada setiap waktu, hal

Page 25: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

tersebut tidak selamanya dibutuhkan. Hypnosis diartikan sebagai perubahan pola perilaku

melalui aksi drg atau instruksi verbal. Hal tersebut adalah bentuk fisikal, mental, emosional

dari meningkatnya kesadaran yang berhubungan dengan apa yang diyakininya secara sadar.

II.8.2 Tahapan Hipnosis

Trance ( keadaan tdk sadarkan diri ) , diartikan sebagai kondisi mental, fisikal,

emosional membuka kesadaran. Subjek dikatakan kurang sadar pada lingkungan

sebenarnya dan lebih sadar membuka lingkungan mental, perasaan dan tingkah laku. Tiga

tahap utama dari trance yang dikenal. Mereka adalah light trance, medium trance dan deep

trance/somnambulistic state.

Tingkat hypnosis ditentukan oleh kemampuan menyugesti. Lebih sulit suatu sugesti

diterima oleh pasien, lebih tinggi trance. Berikut adalah klasifikasi yang simple dan

disingkat tentang tingkatan hypnosis dengan contoh dari sugesti yang diterima.

Light Trance :

1. Relaksasi

2. Penutupan mata

3. Penurunan dari aktifitas otot

4. Kemampuan untuk menghasilkan sugesti posthypnotic yang simpel.

Medium Trance:

1. Glove anastesi.

2. Partial anastesi

3. Catalepsy dari seluruh skeletal-muscular.

Deep or somnambulistic state:

1. Kemampuan untuk membuka mata tanpa mempengaruhi trance.

2. Posthypnotic anastesia.

3. Bizare posthypnotic suggestions

4. Halusinasi positif.

5. HAlusinasi negative.

6. Perasaan subjektif dari sikap yang tdk terpengaruh.

II.8.3 Hal Yang Diperhatikan Dari Pasien Hipnosis

1. Age Tidak mungkin menentukan secara tepat level umur yang pasti dimana anak

dapat dihipnotis Factor umur berhubungan dengan

Page 26: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

(1) Keperluan untuk hypnosis,

(2) Situasi yang teraplikasi

(3) Kemampuan dari dokter yang menggunakan teknik ini.

Anak menangis yang terluka pada jari atau jempol dapat kembali untuk bermain dengan

mencium jari atau memegang jempol dan berkata, “Sekarang itu akan lebih baik. Kamu

dapat kembali bermain.” Semua orang tua tahu keefektifan dari teknik ini. Mirip,

pendekatan ini dapat dilakukan pada anak dengan umur 2-3 tahun dalam kamar praktek.

INi adalah Hypnosis. Dengan pengertian yang cukup dan pengetahuan komunikasi dan

motivasi, drg dapat secara efektif menghipnosis anak usia 3-4 tahun.

2. Intelligence Factor utama dalam hypnosis,

Kesulitan dalam teknik hypnotic ditemukan pada pasien dengan kurangnya kemampuan

komprehensif dan imajinasi. Jadi, sebelum hypnosis penting untuk memastikan apakah

seorang anak slow, normal atau advanced. Pertumbuhan mental adalah factor

terpenting.

3. Personality

Anak yang terlihat percaya pada drg, anak yang ingin tahu dan berimaginasi umumnya

menerima suggesti.

4. Situation

Komunikasi sebelum perawatan yang baik dapat meningkatkan potensial dari hasil yang

diinginkan. Pasien yang menginginkan hypnosis adalah subjek yang ideal dan jadi

menciptakan situasi yang ideal.

II.8.4 Prinsip Umum Dalam Teknik Hipnosis

Terdapat 8 prinsip dasar yang berhubungan dengan induksi hypnotis

1. Dapatkan perhatian pasien

2. Motivasi pasien

3. Bangun Kepercayaan Pasien

4. Gunakan sugesti tdk langsung

5. Gunakan Pengulangan

6. Gunakan imaginasi pasien

7. Mesukan emosi kedalam sugesti

8. Mempunyai mental positif

II.8.5 Teknik “Induction” Untuk Anak-Anak

Page 27: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Seperti yang sudah dijelaskan pada awal bagian ini, bahwa, setiap apapun yang kita

katakan atau kita lakukan untuk mengubah tingkah laku, dapat diperhitungkan sebagai sebuah

hypnosis. Teknik Induction merupakan salah satu metode untuk mengubah tingkah laku.

Pertimbangan ”patient-oriented” (hipnosis) harus berdasarkan personality, knowledge,

ability dan present attitude.

Teknik-Teknik Induction:

o Talking (Verbalization).

Teknik induksi yang paling sering digunakan dan paling efektif adalah berbicara

kepada pasien. Teknik ini biasanya berhasil pada anak-anak. Mata pasien mungkin saja

terbuka atau tertutup. Control dari tone dan pitch dari suara sebagaimana juga dengan

kecepatan suara sangatlah penting.

o Suggestion.

Teknik induksi kedua adalah memberikan sugesti kepada pasien dengan menutup

mata pasien saat kita melakukan atau mengatakan sesuatu. Stimulusnya bisa dengan

mengucapkan nama depannya, atau menyentuh bagian belakang dari tangannya, atau

menyentuh bagian samping dari matanya. Setelah menutup matanya, pasien dengan hati-

hati mendengarkan kata2 kita. Penutupan mata membantu pencapaian ”goal”. Setiap

sugesti yang diberikan dengan benar dan hati-hati akan memberikan pasien kepercayaan

baru.

o Imagination.

Karena, imagination biasanya baru muncul pada anak2 usia 3 tahun, kira-kira 1,5 – 4

tahun, maka teknik ini tidak disarankan untuk anak-anak dibawah umur tersebut. Contoh

Imagination: Sentuh kepalanya sejajar dengan mata, sebagia stimulus induksi. Lalu

katakan kepadanya untuk menutup mata, dan jangan dibuka sampai kita memintanya.

Tanyakan kepadanya apakah ingin bermain? Jika dia menganggukan kepalanya, lakukan.

Jika kita mendapat negative respon, maka kanjutkan berbicara dan motivasi pasien

sampai dia mau bermain. Berikan reward karena dia sudah ingin bermain.

Banyak games yang dapat digunakan. Contohnya, biarkan pasien berimajinasi dia

sedang berada di beranda, melihat kebawah kearah 2 temannya yang sedang bermain.

Beri sugesti bahwa ada 3 tangga turun dari beranda. Suruh agar dia menganggukan

kepalanya jika dia bias memvisualisasikan gambaran tersebut.

Page 28: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Lalu tanya kepada pasien “apakah kamu ingin main bersama ke-2 orang temanmu?”

pasien diinstruksikan utnuk menjawab dengan menganggukan kepalanya. Instruksikan

pasien untuk meletakkan jari telunjuk dan jari manis pada paha mereka dan jari tengah

lurus(tidak menyentuh paha). Jari tengah melambangkan dirinya, sedangkan jari manis

dan telunjuk melambangkan teman2nya yang bermain. Jika pasien menjawab, dia ingin

bermain dengan temannya di bawah, maka beri sugesti untuk menurunkan jari tengahnya

perlahan sampai jari tengah tersebut menyentuh pahanya. Sewaktu pasien menyadari, jari

tengah menyentuh pahanya, lengan dan tangannya akan relax. Pada saat ini, pasien

diinstruksikan untuk mendengarkan anda. Katakan padanya pada saat dia bermain dengan

teman2nya, anda akan membantu memperbaiki gigi mereka agar tidak ditertawakan oleh

teman-temannya. Lalu hitunglah sampai 3 untuk membuka matanya.”

o Confusion Technique.

Teknik ini ditujukan untuk pasien muda yang susah dan uncooperative. Pertama-tama

dengan sikap yang baik, lembut dan bersahabat dengan uncooperative patient, lalu tiba-

tiba berubah dengan personality yang berbeda. Metodenya adalah dengan membuat

confusion pasien. Cara-cara metode ini :

Gunakan suara yang tiba-tiba keras dengan intonasi komando, katakan pada pasein: ”

buka matamu, naikkan tangan kirimu, turunkan tangan kananmu, tutup matamu,

buka matamu, turunkan kedua tangan, silangkan tanganmu (sewaktu kita

mengatakan ini dengan SANGAT CEPAT, kita menyentuh pasien dan membantu pasien

menggerakan bagian2 yang kita sebutkan), tutup matamu, siapa namamu, buka

matamu.” Pada poin ini, bicaralah dengan cepat. Mulailah memberikan instruksi

kembali, tapi jangan menyelesaikan kalimatnya: ”move your, what’s your first, raise

your left.” TIBA-TIBA, sementara menyentuh pasien, katakanlah, ”tutup matamu dan

dengarkan baik-baik dan saya akan membantumu.” Lalu pelan-pelan dengan sikap

bersahabat, bisikan di telinganya ,”birkan matamua tetap menutup seperti terkunci.

Dengarkan baik-baik pada saya dan saya akan membantu kamu dalam suasana

yang menyenangkan.” Berikan instruksi, ulangi, ”Kamu akan mendapatkan suasana

yang menyenangkan selama kamu menutup mata dan rest very quietly. Saya akan

berbicara dan memperbaiki gigi kamu dan kamu akan merasa sangat baik dan

senang.”

o Coin Technique

Page 29: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Digunakan untuk pasien yang menunjukan passive resistence. Pasien di instruksikan

untuk melihat drg selama tekninya dipergakan. Setelah itu paseien di minta untuk

mengikuti. Dengan menggunakan koin uang recehan yang diberikan di tangan pasein.

II.8.6 Kegagalan Pada Teknik Induksi

Anak terus-menerus mengeluh atau tingkah lakunya yang negative terus-menerus.

Anak mempunyai ketakutan dan kengerian yang terlalu berlebihan sehingga tidak dapat

diajak berkomunikasi

Lack of positive motivation dari dentist

Kurangnya skill dari seorang dentist

Kurangnya confidence dari seorang dentist

II.8.7 Sugesti Setelah Hipnosis

Selama keadaan trance, mungkin tertinggal dalam pikiran pasien yang sangat

menguntungkan. Ini disebut Postthypnotic Suggestion. Sugesti ini dapat dilakukan dengan

menyentuh signal area., Contohnya adalah dengan menepuk pundak kanan pasien dan

mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, dengan menepuk punggung dengan pelan

sebagai tanda reward, atau dengan menganggukan kepala sebagai tanda setuju, ini dilakukan

pada akhir trance untuk mengembalikan paseien ke keadaan semula. Pada berbagai situasi,

ini dapat diaplikasikan untuk pasien manajemen atau terapi.

II.8.8 Tujuan Penggunaan Hipnosis Untuk Anak Dalam Kedokteran Gigi

1. Untuk mengubah situasi takut dan anxiety. Beberapa anak-anak menjadi gugup,

gelisah, atau kuatir sewaktu pertama kali datang ke dokter gigi.

2. Untuk membantu relaksasi. Sewaktu hypnosis dilakukan dengan efektif, maka terjadi

relaksasi dari otot muka serta tercapainya posisi istirahat tubuh.

3. Untuk mengubah pola tingkah laku negative.

4. Untuk mendiagnosis dan membetulkan kebiasaan. Contohnya finger sucking dan

bruxism

5. Hypnosis dapat mengontrol aliran saliva

6. As an Effective “emotional topical Anesthetic.” It allows painless needle insertion

7. Karena rasa taku dan sakit sangat berhubungan, maka rasa takut dapat dikurangi

dengan mengurangi rasa sakit yang dirasakan. Volume dari Anesthetic yang

digunakan, dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

Page 30: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

8. To improve home cooperation. Posthypnotic suggestion dapat meningkatkan teknih

OH.

9. To control Hemorrhage. Dibutuhkan untuk menghentikan pendarahan

10. To Program Patient. . Posthypnotic suggestion dapat mempengaruhi attitude pasien.

II.9 Persiapan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Konseling prenatal

Saat yang paling tepat untuk memulai penyuluhan bagi orang tua adalah

sebelum bayi lahir. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui

penyuluhan tersebut, antara lain akan menimbulkan motivasi yang kuat para orang

tua mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan gigi dan mulutnya serta bayi

yang akan dilahirkan. Keuntungan ini akan lebih dirasakan pada ibu yang sedang

mengandung anak pertama, dimana rasa keingintahuan ibu masih tinggi dan merupakan

bekal yang penting di dalam membentuk perilaku anak. Orang tua yang sedang

mengandung anak pertama tersebut akan mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik

di dalam segala hal. Materi-materi yang dapat diberikan pada saat melakukan

penyuluhan adalah:

1. Gingivitis pada saat kehamilan. Ibu yang sedang hamil sering mengalami gingivitis,

dimana keadaan ini sering membuat para ibu cemas. Penyuluhan mengenai teknik

dan cara melakukan penyikatan gigi yang benar merupakan sesuatu yang akan

bermanfaat.

2. Pengendalian plak. Pengendalian plak bagi para ibu hamil dapat dilakukan dengan

cara melakukan penyikatan gigi, flossing, dan membersihkan lidah.

3. Penyuluhan mengenai keadaan-keadaan yang akan terjadi pada saat bayi lahir. Ada

beberapa keadaan yang akan terlihat pada saat bayi lahir, seperti terdapatnya prenatal

teeth dan cacat bawaan. Pengetahuan mengenai hal ini perlu diberikan bagi para ibu agar

tidak menimbulkan kecemasan terutama didalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.

4. Pengendalian jamur di dalam rongga mulut. Air susu ibu dan air susu botol yang

berada di dalam mulut dalam waktu lama sering mengakibatkan tumbuhnya jamur

pada lidah dan mukosa bukal.

Usia Bayi (0 - 1 tahun)

Usia bayi merupakan usia dimana bayi mulai menyesuaikan dengan lingkungan

luar. Pengaturan metabolisme dan pembentukan sistem pertahanan tubuh mulai terjadi.

Pada usia ini fase oral merupakan keadaan yang harus ditanggapi oleh orang tua dengan

Page 31: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

baik. Kepuasaan pada anak akan makan dan minum sangat jelas terlihat. Oleh karena itu

proses pembentukan perilaku sudah dapat dimulai pada usia ini.

Beberapa tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang mulai dapat

dilaksanakan adalah :

1. Pengendalian plak.

Pengendalian plak dapat mulai dilaksanakan terutama pada saat mulai erupsi gigi

sulung pertama. Tujuan pengendalian plak pada bayi adalah menjaga flora oral secara

normal. Teknik pelaksanaannya yaitu dengan membalut sebatang kayu berbentuk persegi

atau lonjong dengan kain yang dibasahi. Selain itu dapat pula dengan menggunakan jari

telunjuk yang dibalut kain atau handuk basah kemudian digosokkan pada gigi yang

sedang erupsi dan secara lembut melakukan pemijatan gusi. Pemijatan gusi bertujuan

untuk melancarkan peradaran darah dan merangsang erupsi gigi. Pelaksanaan pembersihan

tersebut harus dilakukan dalam keadaan nyaman baik bagi ibu maupun bayi. Posisi yang

dapat dilakukan yaitu bayi digendong di atas satu tangan dalam posisi terlentang

menghadap ke atas, sementara tangan ibu yang satu lagi melakukan pembersihan.

Gerakan bayi harus selalu diperhatikan oleh ibu. Percakapan yang dilakukan oleh ibu pada

saat melakukan pembersihan gigi dan mulut merupakan cara di dalam memberikan rasa

nyaman bagi anak.

Cara Membersihkan Gigi dan Mulut Anak Usia 0 – 1 Tahun

Pemakaian sikat gigi dan pemberian pasta gigi tidak dianjurkan pada usia ini. Oleh

karena ukuran mulut bayi masih sangat kecil dan kemampuan bayi di dalam

melakukan proses penelanan belum maksimal sehingga gerakan sikat gigi akan sangat

terbatas dan memungkinkan tertelannya pasta gigi. Fluor yang terdapat di dalam pasta

gigi dalam jumlah banyak dikhawatirkan akan menyebabkan fluorosis pada geligi tetap

anak.

2. Melakukan kunjungan ke dokter gigi

Page 32: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

American Academy of Pediatric Dentistry menyarankan agar kunjungan pertama

ke dokter gigi dimulai pada erupsi gigi pertama atau pada akhir usia 12 bulan. Anak-anak

dengan kelainan sistemik dan penderita dental trauma, maka kunjungan ke dokter gigi

sebaiknya dilakukan pada usia yang lebih awal.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi pada kunjungan pertama

anak adalah:

a. Pemeriksaan gigi-geligi dan jaringan sekitar.

b. Memberikan sediaan fluor, misal tablet fluor.

c. Memberi penyuluhan mengenai cara pemberian makanan dan minuman yang baik

agar tidak terjadi nursing mouth caries.

d. Memberikan beberapa penjelasan mengenai pemeliharan kesehatan secara umum

dan kesehatan gigi dan mulut pada khususnya.

e. Kunjungan pertama ke dokter gigi merupakan upaya untuk memperkenalkan anak

dengan lingkungan dokter gigi (dokter gigi dan perawat gigi), oleh karena itu segala

perawatan yang dilakukan sebaiknya tidak menimbulkan rasa cemas dan takut pada

anak.

Usia Anak (1 – 3 tahun)

Perkembangan motorik kasar pada usia ini akan terlihat jelas. Anak akan terlihat

lebih aktif terutama pada saat belajar berjalan. Kemampuan berbahasa anak mulai

berkembang meskipun masih belum dapat dimengerti dengan baik. Rasa ingin tahu

anak akan terlihat terutama di saat anak melihat sesuatu yang baru.

Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilaksanakan

pada usia ini adalah:

1. Penyikatan gigi

Penyikatan gigi bertujuan untuk mengendalikan plak. Ukuran sikat gigi

disesuaikan dengan ukuran mulut anak. Sikat gigi yang dapat digunakan adalah sikat gigi

manual maupun elektrik. Pemakaian sikat gigi elektrik hendaknya dilakukan oleh orang tua

atau pengasuh. Bagi anak di bawah usia tiga tahun hendaknya penyikatan gigi masih

dilakukan oleh orang tua. Posisi yang mudah untuk melakukan penyikatan gigi pada usia ini

adalah posisi lap to lap. Pada posisi ini dua orang duduk saling berhadapan dengan lutut

saling bertemu. Anak diletakkan di atasnya dengan posisi menghadap ke atas. Gerakan

tangan dan tubuh ditahan oleh tangan orang yang memangku, sementara orang yang satu

lagi melakukan penyikatan gigi. Teknik ini dapat dilakukan oleh satu orang, dimana orang

tua duduk di atas lantai dengan kaki diluruskan. Kemudian kepala anak diletakkan diantara

Page 33: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

kedua paha, sedangkan kaki dan tangan anak ditahan oleh kedua kaki. Posisi ini agak sulit

dilakukan namun dapat memberikan hasil yang cukup baik di dalam melakukan penyikatan

gigi pada anak.

Posisi Lap to Lap

Anak di atas usia dua tahun sudah dapat diajarkan cara menyikat gigi. Pada

tahap pertama hendaknya orang tua memberikan contoh pada anak cara melakukan

penyikatan setelah itu anak diminta untuk mengikuti.

2. Pemakaian pasta gigi

Pemakaian pasta gigi sudah dapat dimulai pada usia dua tahun. Pasta gigi akan

memberikan rasa segar di dalam mulut. Saat ini pasta gigi dengan berbagai macam rasa

tersedia di pasaran. Pasta gigi diberikan dalam jumlah sedikit dan diletakkan pada bulu sikat.

3. Pemakaian flossing hanya dilakukan pada gigi-gigi dengan kontak yang sangat rapat.

Usia Prasekolah (3 – 6 tahun)

Kemampuan motorik kasar akan lebih baik pada usia ini. Motorik halus anak

mulai berkembang dimana anak sudah dapat menggambar dan menulis. Penyikatan gigi

merupakan kegiatan motorik halus yang dapat diterapkan untuk anak. Namun peran orang

tua masih sangat besar di dalam menentukan keberhasilan dalam melakukan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam menerapkan teknik pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut pada usia ini adalah:

1. Mengajarkan cara menyikat gigi dengan benar.

Cara melakukan penyikatan gigi yang mudah dan dapat dilakukan sendiri oleh

anak adalah metode Fons. Penyikatan gigi dilakukan dengan gerakan memutar

pada gigi anterior maupun posterior. Posisi yang mudah saat mengajarkan cara

Page 34: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

menyikat gigi yaitu orang tua berdiri saling berdampingan di depan cermin.

Kepala anak disandarkan pada tangan orang tua. Dagu anak ditarik ke bawah

dengan menggunakan tangan tempat bersandarnya kepala anak. Sedangkan tangan

orang tua yang satu lagi memandu tangan anak untuk melakukan penyikatan gigi.

Cara Menyikat Gigi Anak Usia 3 – 6 Tahun dengan Posisi Bersebelahan

Posisi lain yang juga dapat dilakukan adalah orang tua dan anak berdiri saling

berhadapan. Kemudian tangan orang tua memandu tangan anak untuk melakukan

penyikatan gigi. Kerugian posisi ini adalah kurangnya pengendalian gerakan terhadap posisi

anak.

Cara Menyikat Gigi Anak Usia 3 – 6 Tahun dengan Posisi Berhadapan

2. Pemberian pasta gigi dalam jumlah sedikit.

Pada usia anak kemamapuan refleks penelanan pada anak sudah lebih baik, sehingga

anak sudah dapat berkumur. Oleh karena pasta gigi yang beredar di pasaran

memiliki rasa yang disukai maka tetap dikhawatirkan anak akan menelan pasta gigi.

3. Pemberian topikal fluor dalam sediaan gel.

Topikal fluor yang beredar di pasaran memiliki beberapa rasa. Pemiliharan rasa

dapat disesuaikan dengan selera anak.

4. Pemberian obat kumur dalam jumlah sedikit.

Beberapa sediaan obat kumur memiliki rasa yang kurang disukai anak. Oleh karena

itu pemberian obat kumur hanya bagi anak yang sedang mengalami infeksi di dalam

rongga mulut dan tenggorokan.

Page 35: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

5. Pemberian kemoterapeutik lain untuk pengendalian plak tidak dianjurkan.

Sediaan kemoterapeutik yang sering digunakan adalah obat-obat antiseptik,

antibiotik, enzim, plaque modifying agents, bahan pengganti gula, dan obat-

obatan yang dapat mencegah menempelnya plak pada gigi. Pemakaian sediaan

kemoterapeutik per oral dalam jumlah sedikit tidak menimbulkan efek toksisitas

sistemik, namun pada usia ini sebaiknya tidak diberikan untuk anak.

Usia Sekolah (6 – 12 tahun)

Meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas sekolah dan tugas di rumah akan lebih

terlihat pada anak usia ini. Perkembangan motorik halus dan kasar semakin menuju ke

arah kemajuan. Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi

dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan

kebersihan dirinya sendiri. Dalam hal ini orang tua memegang perananan di dalam

menerapkan disiplin dalam melaksanakana tanggung jawab tersebut.

Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang harus diperhatikan

pada usia ini adalah:

1. Penyikatan gigi dan pemakaian pasta gigi sudah sepenuhnya dilakukan oleh anak.

Pemberian disclosing solution dapat dilakukan agar anak dapat melihat bagian-bagian

yang kotor pada gigi. Adapun teknik penyikatan gigi yang dapat diterapkan pada

anak usia ini adalah teknik roll. Bantuan orang tua dibutuhkan apabila anak

mendapatkan kesulitan saat melakukan penyikatan pada posisi gigi yang sulit, misal

bagian bukal rahang atas dan rahang bawah. Pada keadaan ini hendaknya orang tua tetap

memandu anak. Setelah selesai menyikat gigi hendaknya orang tua melakukan

pemeriksaan kembali apakah sudah bersih. Penyikatan gigi dilakukan dua kali dalam

sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.

2. Pemakaian flossing pada gigi-gigi dengan kontak yang sangat rapat. Orang tua

perlu mengajarkan cara penggunaan flossing, agar tidak terjadi luka / trauma pada gusi.

3. Pemberian sediaan fluor melalui aplikasi fluor dan obat kumur sudah dapat

dilakukan bagi anak-anak yang telah memiliki kemampuan menelan yang baik.

Sediaan fluor sangat dianjurkan bagi anak-anak dengan maloklusi, dimana kelompok

tersebut memiliki resiko karies tinggi.

4. Memperkenalkan pemberian kemoterapeutik. Sediaan yang dapat diberikan adalah

chlorhexidine. Diberikan bagi anak-anak dengan resiko karies dan penyakit periodontal

tinggi. Anak-anak yang termasuk di dalam kelompok ini adalah penderita penyakit

sistemik dan dengan maloklusi berat.

Page 36: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

Remaja (12 – 19 tahun)

Remaja mengalami berbagai perubahan yang dinamis dalam masanya, diantaranya

yaitu meliputi perubahan fisik, kesadaran (kognisi), dan sosial. Pada usia remaja maka

fisik akan tumbuh menjadi dewasa dan timbul percepatan pertumbuhan karena adanya

koordinasi yang baik diantara kerja kelenjar-kelenjar. Kemampuan menyimpan informasi

setelah merasakannya adalah tanda kematangan kemampuan berfikir pada remaja.

Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam kesehatan gigi anak-anak,

oleh karena itu perlindungan terhadap penyakit gigi adalah salah satu kepedulian utama

dalam melakukan pencegahan. Banyak penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan

karies secara perlahan-lahan selama masa remaja. Karies timbul pada tempat dimana

terdapat plak, oleh karena itu penyikatan gigi yang benar serta pembersihan interdental

menggunakan benang gigi merupakan cara pencegahan yang baik.

Beberapa keadaan yang perlu diperhatikan didalam melakukan instruksi

pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut bagi remaja:

1. Faktor hormonal merupakan faktor yang sangat berperan pada usia remaja. Sering

timbul keluhan dari para orang tua mengenai keadaan gigi dan mulut anak yang

buruk meskipun mereka telah melakukan penyikatan dengan benar. Oleh karena itu

memberikan pengertian betapa pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut

merupakan cara terbaik dalam mengendalikan plak dengan benar.

2. Maloklusi akan semakin jelas terlihat. Orang tua hendaknya segera melakukan

konsultasi dengan dokter gigi mengenai perawatan maloklusi tersebut.

3. Pemberian sediaan fluor secara topikal tetap dilakukan. Pemberian fluor secara rutin setiap

tiga bulan sekali merupakan upaya pencegahan karies cukup memberikan hasil yang

memuaskan.

4. Pemberian obat kumur dapat dilakukan terutama pada anak dengan maloklusi dan resiko

karies yang tinggi.

II.10 Syarat Dental Office

1. Dokter gigi harus bangga dengan pekerjaannya. Tidak boleh merasa malu dan harus

mengingat bahwa pekerjaannya mulia sehingga tidak meragukan pasien.

2. Pemilihan tempat praktek. Yang harus dipikirkan :

- pemilihan lokasi (dekat dengan tempat ibadah, sekolah, dll)

- populasi yang ada

Page 37: Bab II-pembahasan Pemicu 1 Blok Pedo8

3. Pemilihan dekorasi di tempat praktek. Dekorasi akan menarik perhatian anak dan

akan menjadi distraction untuk anak dan akan memudahkan dokter gigi.

4. Terdapat ruang tunggu dan ruang lainnya. Ruang tunggu berfungsi untuk tempat

orangtua menunggu apabila orangtua tidak bias kooperatif di dalam ruang praktek.

Ruangan lainnya diperlukan untuk membicarakan kasus dan rencana perawatan agar

sang anak tidak perlu mendengarkannya karena bisa menjadi salah paham.

5. Hindari pembatalan janji karena selain mengurangi pemasukan, pembatalan janji

dapat membuang waktu

6. Dokter gigi harus mempunyai lembar bukti dari kwitansi, dll agar pasien atau

orangtua dari pasien tidak bisa seenaknya.