BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India,...

69
21 BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan Pernikahan Mut’ah 1. Syi’ah Awal mula munculnya Syi’ah pertama kali adalah ketika pergantian kepemimpinan setelah Rasulullah saw. wafat. Pada saat itu, muncul pro-kontra antara kelompok yang mendukung adanya musyawarah untuk menentukan siapa khalifah selanjutnya dengan kelompok yang merasa yakin bahwa Ali bin Abi Thalib Ra. telah ditunjuk oleh Rasulullah saw. Meskipun pada awalnya kelompok tersebut belum menunjukkan dirinya yang sebenarnya di hadapan khalifah yang telah terpilih seperti Abu Bakar dan Umar bin Khatthab, tetapi, ketika masa kekhalifahan Utsman Bin Affan, kelompok ini mulai muncul secara terang- terangan. Bahkan, puncaknya adalah ketika dibunuhnya kekhalifahan Utsman oleh kelompok pembuat fitnah dan kezhaliman yang mengakibatkan umat Islam terpecah belah. Pada masa kekhalifahan Ali, kelompok ini terbagi menjadi beberapa sekte atau kelompok syi’ah, yakni, Ghulat, Ismailiyah, Imamiyyah (Itsna ‘Asyariyah), Zaidiyyah. Berdasarkan dari empat sekte tersebut, sekte yang terkenal dan masih memiliki pengikut yang cukup banyak adalah sekte Imamiyah atau Itsna ‘Asyariyah dan Zaidiyyah.

Transcript of BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India,...

Page 1: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

21

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan Pernikahan Mut’ah

1. Syi’ah

Awal mula munculnya Syi’ah pertama kali adalah ketika pergantian

kepemimpinan setelah Rasulullah saw. wafat. Pada saat itu, muncul pro-kontra

antara kelompok yang mendukung adanya musyawarah untuk menentukan siapa

khalifah selanjutnya dengan kelompok yang merasa yakin bahwa Ali bin Abi

Thalib Ra. telah ditunjuk oleh Rasulullah saw. Meskipun pada awalnya kelompok

tersebut belum menunjukkan dirinya yang sebenarnya di hadapan khalifah yang

telah terpilih seperti Abu Bakar dan Umar bin Khatthab, tetapi, ketika masa

kekhalifahan Utsman Bin Affan, kelompok ini mulai muncul secara terang-

terangan. Bahkan, puncaknya adalah ketika dibunuhnya kekhalifahan Utsman

oleh kelompok pembuat fitnah dan kezhaliman yang mengakibatkan umat Islam

terpecah belah.

Pada masa kekhalifahan Ali, kelompok ini terbagi menjadi beberapa sekte

atau kelompok syi’ah, yakni, Ghulat, Ismailiyah, Imamiyyah (Itsna ‘Asyariyah),

Zaidiyyah. Berdasarkan dari empat sekte tersebut, sekte yang terkenal dan masih

memiliki pengikut yang cukup banyak adalah sekte Imamiyah atau Itsna

‘Asyariyah dan Zaidiyyah.

Page 2: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

22

a) Syi’ah Ghulat

Kelompok Syi’ah ini tergolong ekstrem dan dapat dikatakan bahwa

pengikutnya telah punah. Kelompok ini dikatakan ekstrem dikarenakan

mereka telah menganggap Imam mereka, yaitu Ali ra dan Imam-Imam yang

lainnya adalah Tuhan dan ada pula yang menganggapnya sebagai Nabi yang

sebenarnya dan bukan Nabi Muhammad saw. Mereka menghalalkan

kebebasan seks dan kepemilikan wanita, mereka juga membatalkan shalat

dan puasa.

b) Syi’ah Ismailiyah

Syi’ah Ismailiyah merupakan kelompok yang meyakini bahwa Ismail

putera Imam Ja’far ash-Shadiq, adalah imam yang menggantikan ayahnya.

Namun, sekelompok penganut Syi’ah percaya bahwa putra Imam Ja’far yang

lain, yakni Musa al-Kadzim adalah imam yang ketujuh (dalam kepercayaan

Itsna ‘Asyariyah).

Kelompok ini yang mempercayai bahwa Ismail adalah imam setelah

ayahnya, padahal Ismail wafat lima tahun sebelum wafatnya sang ayah.

Kelompok ini percaya bahwa Ismail akan tampil kembali di muka bumi.

Kelompok ini masih memiliki pengikut yang setia dan tersebar di kelompok

minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, Suriah, dan Yaman, serta di

beberapa negara Barat, Inggris dan Amerika Utara.

Page 3: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

23

c) Syi’ah Imamiyah (Itsna ‘Asyariyah)

Kelompok ini merupakan kelompok syi’ah yang paling eksis hingga

saat ini. Di antara kelompok syi’ah tersebut, kelompok ini paling banyak

pengikutnya. Kelompok syi’ah ini adalah yang meyakini adanya dua belas

imam yang merupakan keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az-Zahra

Kelompok ini tersebar di Iran, Irak, Suriah, Kuwait, Bahrain, India, Saudi

Arabia, dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet.

d) Syi’ah Zaidiyyah

Kelompok ini merupakan pengikut Zaid bin Muhammad bin Ali

Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib Ra. Imam Zaid lahir dan

dibesarkan, bahkan hidup dalam kondisi sosial yang tidak menyenangkan

semua orang yang hendak mengarah kepada Allah dan yang mendambakan

keadilan. Imam Zaid dikenal sebagai seseorang yang pemberani dalam

melawan musuh-musuhnya, seperti yang dilakukan Ali ra dan Husain ra.

dalam menumpas segala kezaliman yang ada di sekitarnya, sehingga inilah

yang menjadi dasar utama lahirnya Syi’ah Zaidiyah.

Syi’ah Zaidiyah berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib merupakan

sahabat Rasulullah yang paling mulia dan melebihi Abu Bakar dan Umar.

Namun, mereka tetap mengakui sahabat-sahabat Nabi itu sebagai khalifah-

khalifah yang sah. Itulah sebabnya mereka enggan mempersalahkan sahabat

Nabi, apalagi mencaci dan mengutuk mereka.

Zaidiyyah dikenal juga sebagai Rafidhah yang menurut Bahasa Arab

bermakna “meninggalkan”, sedangkah dalam terminologi syariat bermakna

Page 4: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

24

“mereka yang menolak menyalahkan dan mencaci”. Namun, ada juga yang

mengartikan sebagai mereka yang menolak pandangan Imam Zaid tentang

tidak wajarnya memaki Sayyidina Abu Bakar dan Umar Ra., sehingga siapa

pun yang memakinya maka ia dinamai Rafidhiy”.1

Banyak orang yang masih belum mengetahui secara pasti bagaimana

syi’ah bisa muncul di tengah-tengah umat Islam. Bahkan muncul berita yang

masih simpang siur mengenai terbentuknya Syi’ah, yakni karena adanya

pendiri dari kelompok ini. Konon, pendiri kelompok Syi’ah ini adalah

seorang Yahudi dari Yaman yang bernama Abdullah bin Saba’ al-Himyari

yang muncul pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Ia mengenalkan

ajarannya kepada orang-orang di sekitarnya, bahwa kepemimpinan (imamah)

yang pantas untuk menggantikan Rasulullah setelah wafatnya harusnya jatuh

ke tangan Ali bin Abi Thalib atas petunjuk dari Rasulullah saw. sendiri.

Menurut Abdullah bin Saba’, ketiga khalifah yang sebelumnya,

seperti Abu Bakar, Umar dan Utsman dianggap telah mengambil hak

kepemimpinan dari Ali, sehingga ia menunjukkan sikapnya bahwa Ali berhak

menjadi imam (khalifah) dan merupakan seseorang yang terjaga dari segala

dosa atau ma’shum hingga keturunannya kelak. Keyakinan itu berkembang

terus-menerus dari waktu ke waktu, sampai kepada menuhankan Ali bin Abi

Thalib. Ali yang mengetahui sikap berlebihan tersebut kemudian memerangi

bahkan membakar mereka yang tidak mau bertaubat, sebagian dari mereka

melarikan diri.

1 Quraish Shihab, Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? (Jakarta: Lentera hati,

2010), hlm. 70-83.

Page 5: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

25

Terlepas dari itu semua, banyak para ulama baik Sunni maupun

Syi’ah yang menganggap bahwa tokoh Abdullah bin Saba’ hanyalah tokoh

fiktif belaka yang sengaja dibuat untuk memecah belah umat Islam. Sulit

dipercaya apabila Abdullah bin Saba’ yang konon merupakan seorang

Yahudi, mampu mempengaruhi sahabat-sahabat Rasulullah saw. dengan

begitu mudahnya.

Penganut aliran Syi’ah dan juga pakar Ahlusunnah berpendapat

bahwa benih Syi’ah muncul sejak masa Rasulullah telah wafat, yakni

menjelang pembaiatan Abu Bakar di Saqifah. Keluarga Rasulullah saw.

menganggap bahwa Ali ra. merupakan orang yang tepat menggantikan Nabi

saw. dibandingkan dengan Abu Bakar yang bukan ‘orang dalam’. Kejadian

ini berlangsung saat jasad Rasulullah saw. masih terbaring dan belum

dikuburkan, tetapi sebuah kelompok bertindak dan sedang memilih khalifah

pengganti kaum muslimin yang selanjutnya tanpa sepengetahuan ahlul bait.

Setelah terjadi suatu musyawarah dan perdebatan dalam pemilihan

khalifah selanjutnya, kemudian akhirnya terpilihlah Abu Bakar, tetapi Ali

Ra.yang juga masuk dalam bursa pencalonan enggan berbaiat karena ia

merasa lebih berhak atas kedudukan itu. Meskipun pada awalnya Ali Ra.

telah ditawari untuk memangku jabatan tersebut, tetapi ia menolak syarat

yang diajukan Abu Bakar dan Umar sehingga kekuasaan itu luput dari beliau.

Demikian uraian singkat yang terlihat bahwa benih syi’ah bukan dari ajaran

Yahudi yang dibawakan Abdullah bin Saba’, syi’ah tumbuh berkembang

secara formal.2

2 Ibid, hlm. 64-69.

Page 6: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

26

Hingga saat ini, kelompok syi’ah lebih banyak dikenal keberadaannya

yakni di Iran yang dulunya dikenal dengan daratan Persia. Mayoritas

penduduknya adalah penganut majusi atau penyembah api. Pada abad ke-7,

Umar bin Khatthab memperluas wilayah Islam hingga ke Persia (Sassania),

sehingga pada saat itu muncul peperangan antara Islam dan Parsi yang

bernama Qadisiyah. Namun, peperangan itu akhirnya dimenangkan oleh

kaum Muslimin.

Pada saat itu, banyak kaum Majusi yang berpura-pura memeluk

agama Islam karena hanya ingin menghancurkan Islam dari dalam dengan

mencampuradukkan keyakinan dan akidah mereka yakni, Majusi dan Yahudi.

Peperangan tersebut menghasilkan tawanan seorang putri dari Raja Persia

yang pada akhirnya dinikahkan kepada Husain bin Ali bin Abi Thalib. Dari

pasangan tersebut, kemudian lahir seorang anak laki-laki yang bernama

Zainal Abidin. Darah yang mengalir pada Zainal Abidin sebagiannya

merupakan keturunan dari seorang majusi.

Hal inilah yang menjadikan mereka begitu fanatik dan cenderung

‘mendewakan’ Husain bin Ali. Karena itu orang Majusi mengkhususkan

keturunan Husain untuk menjadi syarat sah imamah. Itulah yang menjadikan

kelompok Syi’ah ini lebih banyak berpusat di Iran.

a. Pengertian Syi’ah

Syi’ah seperti yang kita ketahui bersama secara umum adalah sebuah

kelompok yang meyakini dan mengikuti adanya dua belas imam dari Ahlul

Bait Rasulullah melalui keturunan Ali, istrinya, dan anak-anak. Ali merupakan

Page 7: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

27

salah satu panutan dan teladan yang penting bagi mereka, segala urusan ibadah

dan muamalah yang dilakukan mereka dilakukan oleh kelompok ini. Ahlul bait

merupakan orang-orang terdekat dari keluarga Rasulullah saw.

Namun, pengertian syi’ah di atas merupakan penjelasan secara

umumnya yang kita ketahui secara sekilas saja, padahal jika ditelisik lebih jauh

lagi pengertian syi’ah yang sesungguhnya sedikit berbeda dengan yang telah

dipaparkan di atas. Kata عة syi’ah di dalam al-Qur’an memiliki beberapa-شي

makna, seperti kata شيع–syi’un yang merupakan kata dasarnya, disebutkan di

dalam al-Qur’an sebanyak enam makna dengan objek yang berbeda.3

Tasyi>’un (Tersiar/Tersebar)-تشيع (1

Allah berfirman dalam al-Qur’an Surat an-Nur: 19 yang berbunyi:

اليم ... إنالذينيب ونأنتشيعالفاحشةيفالذينآمنوالمعذاب

Innalladzi>na yuhibbu>na an tasyi>’u al-fa>chisyatu fi>lladzi>na

a<manu lahum ‘adza>bun ali>mun...

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang

sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang

beriman...”

Kata tersebut juga dapat merujuk pada makna: “tersebarnya suatu

kabar atau berita” dan dapat juga berarti ”tersebarnya sekelompok

orang”.

3 Mu’jam Alfadhu al-Qur’an al-Karim, diterbitkan oleh Kelompok Bahasa Arab di Kairo tahun

1389 H, hal. 22 dalam buku “asy-Syi’ah wa Imamah Ali” karya Umar an-Najar (Kairo: Dar

al-Manar, th. 2004), hlm. 5.

Page 8: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

28

عة (2 Asyi>’atu (Golongan/Kelompok)-الشي

Pengertian yang dimaksud dalam kata ini adalah golongan atau

sekelompok manusia satu dengan yang lain mengikuti pemimpin atau

penolong-penolong Nabi. Hal ini berdasarkan yang tercantum al-Qur’an

Surat Maryam: 69) yang berbunyi:

عة اي هماشدعلىالرمحانعيا كلشي لن نزعنمن ث

Tsumma lananzi ‘anna min kulli syi>’atin ayyuhum asyaddu ‘ala<

arrachma>ni ‘itiyyan

Artinya: “Kemudian pasti akan Kami tarik dari setiap golongan siapa di

antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.”

Kata عة asyi>’atu yang dimaksud dalam ayat ini adalah-الشي

“golongan” atau “sekte kelompok”.

عته (3 Syi’atihi (Golongannya/Penolongnya)-شي

Kata ini telah disebutkan dalam al-Qur’an Surat al-Qashash: 15

yang berbunyi:

ي قالن,هذامنشي عهوهذامنعدوه... ف وجدفيهارجلي

Fawajada fi>ha> rajulayni yaqtatila>ni>, hadza> min syi>’atihi wa

hadza> min ‘aduwwihi...

Artinya: “Maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki

sedang berkelahi, yang seorang lagi dari golongannya (Bani Israil) dan

yang seorang lagi pihak musuhnya (Kaum Fir’aun).”

Berdasarkan hal yang telah disebutkan dalam al-Qur’an tersebut

adalah kata ini memiliki makna “golongannya atau pendukungnya”.

Page 9: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

29

Syiya’un (Kaum/Umat)-شيع (4

Hal ini tercantum dalam al-Qur’an Surat al-Hijr: 10 yang berbunyi:

ولقدأرسلنامنق بلكيفشيعاألولي

Wa laqad arsalna> min qablika fi> syiya’i al-awwali>na

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah mengutus (beberapa Rasul) sebelum

engkau (Muhammad)kepada umat-umat terdahulu.

Kata yang dimaksud dalam ayat ini adalah berarti “sekelompok

atau umat terdahulu”.

Syiya’an (Golongan-Golongan)-شي عا (5

Kata tersebut terdapat dalam al-Qur’an Surat al-An’am: 65 yang

berbunyi:

ي ع ا... ...أوي لبسكمش

...aw yalbisakum syiya’an...

Artinya: “...atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan

(yang saling bertentangan)...”

Bi asy ya>’ihim (Orang-Orang Sepaham/Serupa)-بأشياعهم (6

Kata ini terdapat dalam al-Qur’an Surat Saba: 54 yang berbunyi:

كمافعلباشياعهممنق بل... مايش هون, ن هموب ي وحيلب ي

Wachi>la baynahum wa bayna ma> yastahu>na, kama> fa’ila bi-asy

ya>’ihim min qablu...

Page 10: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

30

Artinya: “Dan diberi penghalang anatara mereka dengan apa yang

mereka inginkan, sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang

yang sepaham dengan mereka yang terdahulu”.

Kata yang telah disebutkan di atas memiliki makna yang sedikit

berbeda dan lebih mengerucut, yakni berkaitan dengan “manhaj atau

pemikiran mereka”.

Berdasarkan yang telah disebutkan dalam beberapa surat di dalam

al-Qur’an tentang penggunaan kata شيع-syi’un, penulis dapat berkesimpulan

bahwa kata tersebut merujuk pada sekumpulan orang atau golongan-golongan

tertentu yang memiliki ide dan gagasan di dalam sebuah komunitas untuk

mengikuti seseorang yang dianggap oleh mereka patut untuk diteladani.

Kata “syi’ah” secara etimologi atau secara bahasa adalah berarti setiap

orang yang berkumpul, pengikut, pendukung, pembela, pencinta, yang

keseluruhannya tersebut cenderung pada suatu ide atau individu atau kelompok

tertentu.4 Lain halnya menurut Muhammad Jawad Maghniyah, seorang ulama

syi’ah, memberikan definisi tentang kelompok syi’ah, bahwa mereka adalah

kelompok yang meyakini bahwa Nabi Muhammad saw., telah menetapkan

nash (pernyataan yang pasti) tentang khalifah (pengganti) Beliau dengan

menunjuk Imam Ali.5 Sedangkan menurut Azhari, setiap kelompok yang

memiliki satu urusan dan mengikuti yang lain adalah syi’ah.6

4 Muhammad Tijani, al Syiah Hum Ahlu Sunnah (Jakarta: El Faraj Publishing, 2007), hlm. 16 5 Ibid. 6 Umar an-Najar , asy-Syi’ah wa Imamah Ali (Kairo: Dar al-Manar, 2004), hlm. 6

Page 11: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

31

Kaum syi’ah begitu menginginkan adanya pemerintahan yang monarki

atau yang bersifat secara turun temurun, yakni berasal dari keluarga Rasulullah

saw. Inilah yang menjadikan Ali sebagai imam tertinggi mereka dan yang tepat

dijadikan khalifah yang sebenar-benarnya setelah sepeninggal Rasulullah saw.

Benar adanya bahwa Rasulullah pernah mengatakan penerus selanjutnya

adalah Ali bin Abi Thalib ketika mereka berada dalam haji wada’ tepatnya di

suatu daerah bernama “Ghadir Khum”. Namun, bukan berarti keputusan yang

dikatakan Rasulullah tersebut adalah keputusan yang final, karena Beliau

sendiri mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bermusyawarah mufakat jika

dihadapkan pada suatu pilihan.

b) Dua Belas Imam Syi’ah

Imam atau pemimpin adalah gelar yang diberikan kepada seseorang

yang memegang pimpinan masyarakat dalam suatu gerakan sosial, atau suatu

ideologi politik, atau suatu aliran pemikiran keilmuan atau keagamaan.

Biasanya, karena hubungannya dengan orang-orang yang dipimpinnya, dia

harus menyesuaikan tindakannya dengan kemampuan mereka, baik dalam

masalah-masalah penting maupun kurang penting.7

Di dalam suatu kehidupan sosial, masyarakat pasti memerlukan adanya

suatu figur pemimpin atau pengatur dalam kelangsungan hidup mereka. Jika

dalam suatu kelompok masyarakat tersebut tidak memiliki pemimpin, maka

kehidupannya menjadi berantakan dan tak terorganisir dengan baik. Bahkan di

dalam rumah tangga diperlukan adanya seorang pemimpin yaitu suami atau

7 Thabathaba’i, Islam Syiah: Asal Usul dan Perkembangannya (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,

1989), hlm. 199

Page 12: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

32

ayah bagi anak-anak agar kehidupan mereka menjadi terarah dan teratur. Oleh

karena itulah, pemimpin di dalam suatu kelompok tertentu harus ada pemimpin

yang tepat dalam menangani berbagai masalah yang terjadi di sekitarnya.

Bagi para kaum Syi’ah, mereka mengenal dua belas Imam syi’ah yang

patut untuk diakui dan dipatuhi. Kaum syi’ah meyakini bahwasanya para Imam

tersebut merupakan seseorang yang dijamin kesuciannya dan terbebas dari

dosa. Imam merupakan seseorang yang patut untuk diteladani untuk kehidupan

mereka. Dua belas Imam tersebut diawali dengan Ali bin Abi Thalib, Hasan,

Husein, dan 9 Imam suci lainnya dari keturunan Husein. Di bawah ini

merupakan sekilas profil tentang Para Imam tersebut.

1) Ali bin Abi Thalib Ra.

Salah satu manusia suci bagi kaum syi’ah dan yang harus ditaati

adalah Ali bin Abi Thalib. Ia bergelar “al-Murtadha (yang diridhoi)” dan

juga merupakan khalifah keempat khulafa>’urra>syidi>n. Beliau adalah

menantu Rasulullah SAW. yang menikah dengan Fatimah az-Zahra. Ali

terbunuh oleh Abdurrahman bin Muljim (seorang Khawarij) di masjid

Kufah pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H pada saat memimpin salat

subuh.

Ali adalah putra dari Abu Thalib (Syekh Bani Hasyim) yang

merupakan paman dari Rasulullah saw. Menurut riwayat dari hadits-hadits

yang terkenal, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum adanya misi kenabian Nabi

saw. Beberapa tahun kemudian, ketika Nabi saw. dianugerahi wahyu Illahi

di Gua Hira untuk pertama kalinya dan setelah itu juga beliau kembali ke

Page 13: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

33

rumahnya, Rasulullah saw. bertemu dengan Ali di tengah perjalanannya.

Lalu, beliau pun mengatakan kepadanya atas apa yang terjadi, kemudian Ali

pun masuk dalam agama baru tersebut.8

Ketika Rasulullah mengajak para sahabatnya untuk berkumpul

dalam suatu pertemuan, beliau menyampaikan bahwa orang pertama yang

menerima ajakannya akan menjadi khalifah, pewaris, dan wakilnya. Orang

pertama tersebut kemudian bangkit dari tempatnya dan menerima agama itu,

ia adalah Ali bin Abi Thalib dan Nabi saw. pun menerima deklarasi

keimanannya.

Ali selalu tampil dalam setiap perang bersama Rasulullah saw.

kecuali pada Perang Tabuk, ia menggantikan Rasulullah untuk tinggal di

Madinah. Pada hari kematian Rasulullah, Ali baru berusia 23 tahun dan itu

merupakan usia yang terbilang masih muda jika ia dijadikan seorang

khalifah dari kalangan keluarga Rasulullah saw. Banyak para sahabat yang

mengklaim bahwa Ali belum pantas menjadi khalifah (pemimpin) karena

memiliki banyak musuh karena perang-perang yang ia ikuti bersama

Rasulullah.

Pada akhirnya, Ali lebih banyak menghabiskan waktunya dengan

berdiam diri di rumah dengan menggembleng orang-orang yang

berkompeten di bidang ilmu-ilmu ketuhanan. Ketiga khalifah sebelum

dirinya telah ia lewati begitu saja dan Khalifah ketiga, yakni Utsman

terbunuh, banyak orang yang mengharapkan Ali menjadi khalifah

selanjutnya. Kekhalifahannya berlangsung selama 4 tahun 9 bulan dengan

8 Muhammad Husain, Mazhab Kelima: Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya (Jakarta: Nur

Al-Huda, 2013), hlm. 249.

Page 14: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

34

diiringi berbagai gerakan spiritual, pembaharuan dan reformasi. Banyak

pertentangan yang dihadapi dari kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Ali

sehingga muncul berbagai konflik perang seperti, Perang Jamal (Unta),

Perang Shiffin, Perang Nahrawan (melawan Khawarij).

Menurut kesaksian para sahabat, Ali merupakan sosok yang

sempurna dalam mendidik dan melatih orang-orang yang ada di dekatnya.

Dia adalah orang pertama dalam Islam yang membuka pintu bagi

pembuktian dengan logika dan dalil serta yang membahas “Ilmu-ilmu Illahi

(metafisika)”. Sosok yang berani dan tak gentar dalam menghadapi musuh

ketika berperang bersama Rasulullah. Ia tidak akan membunuh musuh yang

lemah dan mengejar mereka yang melarikan diri. Ali dikenal sebagai

seorang yang dermawan dalam membantu fakir miskin, bahkan semua

ladang yang ia olah selama ini diperuntukkan untuk orang miskin yakni

sejumlah 24.000 dinar emas menjelang akhir hidupnya.

2) Hasan bin Ali ra.

Beliau merupakan salah satu anak dari Ali bin Abi Thalib yang

memiliki gelar “al-Mujtaba (yang terpilih)”. Hasan dilahirkan pada tahun

ke-3 H di Madinah dan hidup bersama Rasulullah saw. selama kurang lebih

7 tahun. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Dua anakku ini (Hasan dan

Husain) adalah para imam, baik mereka bangkit ataukah duduk”. Ada juga

beberapa hadist Nabi saw. dan Ali tentang fakta bahwa Hasan akan

mendapatkan fungsi imamah atau kekhalifahan setelah ayahnya.

Page 15: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

35

Setelah kematian ayahnya, melalui perintah Allah Swt. dan wasiat

dari Ali, Hasan menjadi Imam kedua dan khalifah yang selanjutnya selama

6 bulan. Di tengah-tengah kepemimpinannya, datanglah Muawiyah, ia

merupakan musuh keluarga Ali yang terdapat dalam perang Shiffin dan

ingin balas dendam atas kematian Khalifah Ketiga. Perang pun kembali

bergejolak di Irak, tempat dimana Hasan tinggal. Para jenderal dan

komandan pun akhirnya tumbang, karena Muawiyah berhasil menyuap

dengan sejumlah uang dan janji-janji tipuan. Hasan tidak dapat mengelak

dan melakukan perdamaian dengan menyerahkan kekhalifahannya kepada

Muawiyah dengan catatan kekhalifahan akan kembali lagi kepada Hasan

setelah kematian Muawiyah.

Namun, semua janji-janji itu musnah setelah Muawiyah secara resmi

membatalkan seluruh syarat perdamaian dan ia melakukan berbagai tekanan

terhadap keluarga Rasulullah saw. dan sahabat. Pada tahun 50 H, Hasan

dibunuh dengan cara diracun yang didalangi oleh Muawiyah.

3) Husain bin Ali ra.

Beliau merupakan salah satu anak dari Ali bin Abi Thalib yang

memiliki gelar “asy-Syahi>d (yang mati syahid)”. Ia dilahirkan pada tahun

ke-4 H. Setelah kakaknya syahid, yakni Hasan Mujtaba, ia menjadi Imam

melalui perintah Allah dan wasiat saudaranya. Husain menjadi Imam selama

10 tahun bersamaan dengan Khalifah Muawiyah.

Hidup Husain diliputi berbagai macam tekanan dan penindasan.

Muawiyah yang pada saat itu memiliki andil yang besar dalam

Page 16: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

36

pemerintahan Umayah sehingga ia berhak ntuk menyingkirkan keluarga

Nabi saw. beserta para sahabatnya. Muawiyah telah memiliki rencana untuk

kekhalifahan yang selanjutnya akan diteruskan oleh putranya yakni Yazid.

Hingga pada pertengahan tahun 60 H, Muawiyah mati dan Yazid

menggantikannya.

Baiat atau sumpah setia merupakan kegiatan yang biasanya

dilakukan oleh bangsa Arab dalam upaya pengangkatan raja atau gubernur.

Ketidaksetujuan setelah bay’at dianggap sebagai sesuatu yang jelas-jelas

merupakan kejahatan. Pada saat Muawiyah menjadi raja, ia telah berwasiat

kepada orang-orang terkenal di antara manusia untuk memberikan baiat

kepada Yazid, tetapi tidak memaksakan permintaan tersebut kepada Husain.

Ia berpesan kepada Yazid, jika Husain menolak, ia tidak perlu

mempersoalkan hal ini, tetapi Yazid tetap bersikukuh untuk memaksa

pemberian baiat dari Husain atau mengirimkan kepalanya ke Damaskus.

Husain menolak permintaan tersebut, karena Muawiyah dan Yazid

telah melanggar janji mengenai kekhalifahan sepeninggal Muawiyah.

Husain mengetahui jika ia menolak permintaan itu, ia akan dibunuh, bahkan

kemana pun ia pergi akan dibunuh.

Saat perjalanan menghindari itu semua, sekitar 70 kilometer dari

Kufah, tepatnya di gurun Karbala, ia dan keluarga serta sahabatnya bertemu

dengan pasukan Yazid yang berjumlah 300.000 orang. Rombongan pasukan

Yazid meminta kepada Husain untuk mempertimbangkan keputusannya dan

memilih antara “bay’at atau perang”.

Page 17: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

37

Pada hari ke 10 Muharram tahun 61/680, Husain beserta pasukan

kecilnya yang berjumlah 70 orang memilih untuk perang. Di saat hari itu

pula, Husain dan beberapa pasukannya mati syahid, dan sisanya dipenggal,

ditelanjangi, dan membiarkan jasad-jasad itu tanpa dikuburkan.

Peristiwa Karbala ini cukup mempermalukan Bani Umayah karena

mereka berani membunuh keluarga Nabi, dan ini pula menjadi faktor utama

dalam tumbangnya kekuasaan Bani Umayah serta menguatkan akar-akar

Islam Syiah. Bersumpah setia pada Yazid merupakan penghinaan terhadap

Islam, karena Yazid merupakan seseorang yang tidak respek terhadap Islam

dan jauh dari nilai-nilai Islam.

4) Ali Zainal Abidin bin Husein.

Beliau lahir pada tahun 80 Hijriah dan kemudian wafat pada tahun

122 Hijriah. Ia memiliki gelar “as-Sajjad (yang bersujud)”. Ali Zainal

merupakan putra dari Imam ketiga dan istrinya merupakan putri Yazdigird

Raja Iran. Ia merupakan putra satu-satunya dari Imam Husain yang hidup.

Pada saat peristiwa Karbala, ia tidak ikut berperang karena sedang

sakit parah, sehingga ia terhalang ambil bagian dan luput dari pembunuhan.

Ali Zainal banyak menghabiskan hidup di rumahnya dengan menyebarkan

ilmu-ilmu agama ke tengah-tengah kaum Syi’ah. Bahkan, ia telah memiliki

kitab yang ditulisnya bernama al-Sahifah al-Sajjadiyah. Menurut beberapa

hadist kaum Syi’ah, Imam Keempat wafat karena diracun olehWalid bin

Abdulmalik melalui hasutan khalifah Bani Umayah, Hisyam pada tahun

95/712 setelah 35 tahun keimamahannya.

Page 18: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

38

5) Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin.

Muhammad Baqir merupakan putra dari Imam Keempat yang

dilahirkan pada tahun 57/675 yang bergelar “Baqir” (orang yang membagi

dan membelah). Pada tahun 114/732 beliau wafat karena diracun Ibrahim

bin Walid bin Abdullah, keponakan Hisyam, Khalifah Bani Umayah.

Terjadi perselisihan dan pertengkaran di antara keluarga Bani

Umayah yang sibuk mempersoalkan kekhalifahan dan membiarkan para

anggota Ahlulbait Nabi. Faktor-faktor inilah yang membuat masyarakat dan

kaum Syi’ah dapat pergi ke Madinah dalam jumlah besar dan mendatangi

Majelis Imam Kelima. Sebelumnya, Muhammad Baqir tidak memiliki

peluang untuk menyebarkan kebenaran Islam dan ilmu-ilmu Ahlulbait Nabi,

tetapi kini menjadi terbuka bagi semua kalangan.

6) Ja’far Shadiq bin Muhammad Baqir.

Beliau merupakan putra Imam Kelima yang dilahirkan pada tahun

83/702. Ja’far Shadiq wafat pada tahun 148 Hijriah karena diracun dan mati

syahid melalui intrik dari Khalifah Abbasiyah, Manshur. Ia memiliki gelar

“ash-Shadiq (yang sejati).

Pada saat kepemimpinan Imam Keenam ini, banyak peluang untuk

menyebarkan ajaran-ajaran agama, karena adanya berbagai pemberontakan

di negeri-negeri Islam terutama pemberontakan Muswaddah untuk

menggulingkan kekhalifahan Bani Umayah. Selama hidupnya, Ja’far

menghasilkan hadist-hadits yang diperoleh dan dijaga dari Imam Kelima

Page 19: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

39

dan Keenam, lebih banyak dari seluruh hadits yang pernah dicatat Nabi saw.

dan hadist-hadits dari sepuluh Imam lainnya.

Menjelang kematiannya Ja’far menjadi target kekhalifahan

Abbasiyah, yakni Manshur yang memerintahkan siksaan yang kejam dan

pembunuhan terhadap keturunan Nabi saw. dengan rencana tipu

muslihatnya. Ketika Ja’far telah wafat, Manshur menyurati gubernur

Madinah untuk pergi ke rumah Imam dengan dalih menyampaikan duka cita

dan meminta pesan wasiat serta membacanya. Manshur berencana

memenggal kepala imam selanjutnya yang telah diwasiati Ja’far, akan tetapi

ketika ia membaca wasiat itu, Ja’far telah memilih 4 orang untuk

menunaikan amanat dan wasiat terakhirnya itu, sehingga rencana jahat

Manshur menjadi gagal.

7) Musa Kadzim bin Ja’far Shadiq.

Imam Musa merupakan putra dari Imam Keenam dilahirkan pada

tahun 128/744. Ia merupakan imam penerus selanjutnya dari Ja’far ash-

Shadiq. Imam Ketujuh ini memiliki gelar “Kadzim (yang mampu menahan

diri)”.

Imam Ketujuh ini sezaman dengan para khalifah Abbasiyah,

Manshur, Hadi, Mahdi, dan Harun. Dia hidup dalam masa yang sulit,

hingga Harun Rasyid menahan Musa Kadzim ini saat tengah

melaksanakan salat di Masjid Nabawi. Ia ditahan di Bashrah dan dari

Bashrah ke Baghdad. Imam wafat di Baghdad dalam penjara Sindi bin

Page 20: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

40

Syahik karena diracun, kemudian ia dikuburkan di pemakaman Quraisy

yang kini berlokasi di kota Kazhimain.

8) Ali Ridha bin Musa Kadzim.

Ali Ridha yang bergelar “ar-Ridha (yang diridhoi)” adalah putra dari

Imam Ketujuh yang lahir pada tahun 148/765 dan wafat pada tahun 203. Ia

menjadi Imamah ketika masa kekhalifahan Harun Rasyid beserta putra-

putranya, yakni Harun, Amin, dan Ma’mun. Pada masa itu, kaum Syi’ah

diperlakukan keras dan kejam sehingga membuat pendukung Ali (‘alawi)

memberontak dan menimbulkan peperangan. Namun, Para Imam Syi’ah

tidak ikut andil dalam pemberontakan tersebut dan lebih tidak ingin

mencampuri urusan mereka.

Ma’mun mencoba menemukan solusi atas kesulitan yang dihadapi

selama 70 tahun dari kekhalifahan Abbasiyah. Akhirnya, ia memilih Imam

Kedelapan ini sebagai penggantinya dengan harapan dapat

menyelesaikannya: pertama, mencegah para keturunan Nabi saw.

memberontak dan melawan pemerintahan, kedua, menyebabkan banyak

orang kehilangan kepercayaan spiritual mereka dan keterkaitan batiniah

kepada para Imam.

Akhirnya, Ma’mun meminta Imam Ridha untuk menemuinya di

Marwa dan Madinah pada tahun 200/814 serta langsung menawarkan

kekhalifahan dan kemudian suksesi kekhalifahan. Namun, Imam menolak

tawaran tersebut, tetapi dia menerima suksesi (sebagai putra mahkota)

Page 21: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

41

dengan syarat bahwa ia tidak akan mencampuri urusan-urusan pemerintahan

atau penunjukkan dan pemecatan orang-orang pemerintah.

Namun, Ma’mun baru menyadari bahwa dengan keputusan tersebut

membuat penyebaran Mazhab Syi’ah tumbuh pesat, sehingga ia berusaha

untuk meracuni Imam hingga wafat. Ma’mun telah menunjukkan perhatian

besar terhadap ilmu pengetahuan dan sering melakukan pertemuan-

pertemuan antar ulama dalam perdebatan ilmiah dan keulamaan. Imam

Kedelapan juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

9) Muhammad Jawwad bin Ali Ridha.

Beliau lahir pada tahun 195 H dan wafat pada tahun 226 Hijriah. Ia

diracun oleh istrinya putri Ma’mun atas hasutan Khalifah Abbasiyah,

Mu’tashim. Ia memiliki gelar “Taqi (yang banyak taqwa)”.

Pada saat kematian ayahnya, dia berada di Madinah. Ma’mun

memanggilnya ke Bagdad yang masa itu merupakan ibukota kekhalifahan.

Ma’mun menikahkan putrinya kepada Imam tersebut.

Imam menghabiskan sebagian waktunya di Bagdad dan kemudian

dengan persetujuan Ma’mun pindah ke Madinah, tempat dimana dia

menetap hingga kematian Ma’mun. Ketika Mu’tashim menjadi khalifah, dia

memanggil Imam kembali ke Bagdad sebagaimana telah kita lihat dan

melalui istri Imam, dia diracun dan dibunuh.

Page 22: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

42

10) Ali Hadi bin Muhammad Jawwad.

Imam ini lahir pada tahun 212 Hijriah di Madinah dan wafat pada

tahun 254 Hijriah karena diracun oleh Mu’taz, Khalifah Abbasiyah. Beliau

bergelar “Naqiy (yang suci bersih) dan al-Hadi (yang memberi petunjuk)”.

Imam Kesepuluh ini sezaman dengan tujuh khalifah Abbasiyah, yakni

Ma’mun, Mu’tashim, Watsiq, Mutawakkil, Muntashir, Musta’in, dan

Mu’taz. Pada tahun 243/857 sebagai akibat dari dakwaan-dakwaan palsu

tertentu, Mutawakkil memerintahkan salah satu pejabat pemerintahnya

untuk mengundang Imam dari Madinah ke Samarra yang merupakan

ibukota.

Ketika Imam tiba di Samarra, ia menunjukkan penghormatan dan

kesantunan, tetapi Mutawakkil mencoba mempermalukannya, menggeledah

rumah, bahkan membunuhnya. Mutawakkil sangat menentang Ali secara

terbuka. Selama kehidupan Mutawakkil, kondisi-kondisi kehidupan para

keturunan Ali di Hijaz sangat menyedihkan, hingga kaum perempuan tidak

memiliki busana muslimah yang menutupi tubuh mereka. Imam Kesepuluh

ini begitu sabar menerima siksaan dan penderitaan yang ditimpakan dari

Khalifah Mutawakkil dan penerusnya hingga wafat.

11) Hasan Askari bin Ali Hadi.

Hasan Askari lahir pada tahun 232 Hijriah dan wafat pada tahun 260

Hijriah karena diracun oleh hasutan Khalifah Abbasiyah Mu’tamid.

Ia digelari “Zaki (yang suci)”. Selama hidupnya, ia tidak memiliki kontak

Page 23: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

43

sosial dengan orang-orang kalangan Syi’ah, hanya orang-orang terkemuka

Syi’ah saja yang bisa menemuinya.

Kaum Syi’ah masih mengalami penindasan karena populasi kaum

Syi’ah yang semakin banyak. Kekhalifahan berusaha untuk melenyapkan

dan menghancurkan mereka, bahkan mereka telah mengetahui bahwa Imam

Kesebelas akan memiliki putra yang bernama Mahdi dan akan menjadi

Imam yang selanjutnya. Kedatangan Mahdi telah diramalkan dalam hadits-

hadist sahih Nabi saw.

Alasan tersebutlah yang membuat Imam ini berada dalam

pengawasan yang ketat Khalifah Abbasiyah. Hingga akhirnya, Imam wafat

karena sakit dan dikuburkan di rumahnya, Samarra. Para Imam telah

mendidik dan menggembleng ratusan sarjana agama dan ulama hadits.

12) Muhammad Mahdi bin Muhammad al-Askari.

Imam terakhir adalah Muhammad Mahdi yang masih dinantikan

kedatangannya menjelang hari akhir nanti. Oleh karena itu beliau memiliki

gelar “Imam Muntadhar (Imam yang dinantikan)”. Namanya seperti Nabi

saw. Dia dilahirkan di Samarra tahun 256/868 dan hidup dalam pengawasan

ayahnya. Mahdi disembunyikan dari khalayak umum, hanya sedikit orang

yang dapat menemui dirinya. Selama menjadi Imam, ia hidup dalam

kegaiban (ghaibah) hingga Allah yang akan memberikan izin untuk dirinya

menampakkan diri.

Kegaiban Imam Keduabelas ini terbagi menjadi dua, pertama,

kegaiban kecil (ghaibah sughra) selama 70 tahun yang dimulai tahun

Page 24: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

44

260/872 dan berakhir tahun 329/939. Kedua, kegaiban besar (ghaibah

kubra) yang dimulai tahun 329/939 dan akan terus berlanjut selama Allah

menghendakinya. Penunjukkan dua belas Imam ini telah dikabarkan oleh

Rasul dalam berbagai kesempatan dengan menyebutkan nama-nama mereka

secara jelas. Akan tetapi, kaum Sunni tidak mempercayai riwayat-riwayat

itu dengan alasan bagaimana mungkin Rasulullah saw. mengetahui sesuatu

yang gaib dan belum terjadi? Bukankah al-Qur’an sendiri mengatakan,

“Kalau seandainya Aku mengetahui yang gaib niscaya Aku akan

memperbanyak perbuatan baik dan tidak akan ditimpa kejelekan”

(Q.S. Al-A’raaf : 188).9

Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah bersabda, “Seandainya tidak

tersisa usia kehidupan dunia selain satu hari, maka Allah akan

memanjangkan hari itu hingga Dia mengutus di dalamnya seorang lelaki

dari umatku dan Ahlulbaitku. Namanya seperti namaku. Dia akan

memenuhi bumi dengan kebenaran dan keadilan sebagaimana sebelumnya

bumi dipenuhi oleh kezaliman dan tirani”.10

2. Pernikahan Mut’ah

Pernikahan merupakan suatu janji atau ikatan suci antara pasangan laki-laki

dan perempuan menuju arah yang lebih serius dan matang. Kata “nikah” berasal

dari Bahasa Arab, yaitu (nakacha – yankichu – nika>chan) نكاح ا-ي نكح–نكح

9 Muhammad Tijani, al Syiah Hum Ahlu Sunnah (Jakarta: El Faraj Publishing, 2007),

hlm. 99. 10 Ibid.

Page 25: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

45

yang mengandung arti nikah atau kawin.11 Pernikahan merupakan sebuah

peristiwa yang sakral dan bahagia bagi sepasang mempelai laki-laki dan

perempuan. Banyak yang menginginkan bahwa pernikahannya dapat bertahan

untuk waktu yang lama dan dilakukan dalam sekali seumur hidup. Diharapkan

dengan melalui pernikahan, mereka dapat memberikan keturunan yang didamba-

dambakan bagi sepasang suami-isteri.

Namun, terlepas dari peristiwa itu semua, jika kita ketahui lebih jauh

mengenai pernikahan, ternyata terdapat pernikahan yang cukup fenomenal.

Pernikahan ini merupakan suatu persoalan yang marak dibicarakan sejak zaman

Rasulullah saw. Pernikahan itu adalah pernikahan mut’ah. Secara bahasa, mut’ah

berasal dari kata –مع yang (mata’a – yamta’u – mutu’a) موع–يع

mengandung arti: اسدتمحرته-istaddatu chamratuhu (bertambah merahnya/merah

tua).12 Kata ini dalam istilah fiqih, dapat memiliki 3 implikasi makna yang

berbeda. Pertama, Mut’ah dapat diartikan sebagai pemberian suami kepada

istrinya yang telah dithalaq. Kedua dan ketiga, dalam istilah hadis, mut’ah juga

disebut dengan dua nama yaitu: Mut’atu al-Hajj yang berarti haji tamattu’ dan

Mut’atu an-Nisa’ yang berarti nikah mut’ah.13

Pengertian mut’ah yang lain adalah, kata “mut’ah” berasal dari Bahasa Arab

yang memiliki beberapa arti, yaitu manfaat, bersenang-senang, menikmati, bekal,

dan lain-lain. Pakar-pakar hukum Islam, baik dari kalangan Sunni maupun Syi’ah,

11 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990),

hlm. 467. 12 Allamah Abdillah al-Alayali, Lisan al-Arab al-Muhith, Jilid III (Beirut: Dar al-Lisan al-Arab,

t.th, hlm. 432. 13 Muhammad Faisal Hamdani, Nikah Mut’ah (Tangerang: Gaya Media Pratama, 2008),

hlm. 37.

Page 26: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

46

bahkan Nabi saw. dan sahabat-sahabat beliau, mengenal dua macam mut’ah, yaitu

mut’ah haji dan nikah mut’ah. Mut’ah haji secara singkat adalah memisahkan

antara ibadah haji dan umrah. Mereka melakukan umrah terlebih dahulu di musim

haji, kemudian melakukan ibadah haji. Sedangkan nikah mut’ah adalah

pernikahan yang menetapkan batas waktu tertentu berdasarkan kesepakatan antara

calon suami dan isteri.14

Berdasarkan makna-makna yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa kata “mut’ah” memiliki arti bersenang-senang. Pada makna yang pertama

dimaksudkan untuk memberi kesenangan kepada istri yang telah di-thalaq agar

tidak bersedih ditinggal suaminya. Kemudian, makna yang kedua dan ketiga

adalah kesenangan karena dapat menjalan ibadah haji dengan mudah dan

kesenangan dapat menikahi wanita.

Sedangkan pernikahan mut’ah menurut Ibnu Mustafa adalah perkawinan

untuk bersenang-senang, karena di dalam perkawinan ini terdapat aturan-aturan

yang memberikan keringanan beban tanggung jawab kedua belah pihak (suami-

istri) dibanding tanggung jawab yang ada dalam perkawinan permanen.15

Pengertian nikah mut’ah yang lain adalah menurut Abdul Husain

Syarafuddin, apabila seorang wanita mengawinkan dirinya dengan pria dalam

keadaan tidak ada hambatan apa pun (pada diri wanita tersebut) yang membuatnya

haram dinikahi, sesuai dengan peraturan agama, dengan mahar tertentu sampai

batas waktu tertentu dan telah disetujui bersama dengan cara akad nikah yang

memenuhi seluruh persyaratan keabsahannya menurut syariat. Kemudian setelah

tercipta kesepakatan dan kerelaan di antara keduanya, wanita itu mengucapkan:

14 Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm 208. 15

Ibnu Mustafa (Ed), Perkawinan Mut’ah dalam, hlm. 15.

Page 27: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

47

“Engkau kukawinkan...,” atau “Engkau ku-mut’ah-kan...atas diriku dengan

maskawin ‘sekian’, selam ‘sekian’, hari, bulan, atau tahun, atau selama masa

tertentu yang disebutkan secara pasti.” Kemudian pria tersebut harus segera–tanpa

diselingi ucapan apa pun- menjawab: “Aku terima.” Hal ini bisa dilakukan

sebaliknya jika laki-laki yang ingin menikah dengan wanita secara mut’ah.16

Jika diterjemahkan secara bebas, pernikahan mut’ah ini sering disebut

sebagai kawin kontrak berdasarkan jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

Banyak sekali kasus-kasus yang pernikahan mut’ah yang terjadi di Iran, karena

mayoritas dari mereka adalah penganut syi’ah yang taat kepada imam-imam

mereka. Meskipun banyak yang mempermasalahkan hal ini tentang

pro-kontranya, mereka tetap berkeyakinan untuk memegang teguh prinsip tersebut

bahwa pernikahan mut’ah merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh

Rasulullah saw.

Pernikahan ini banyak yang menghalalkannya dan banyak juga yang

mengharamkannya. Terdapat yang menghalalkannya, yaitu dengan melakukannya

sesuka hati, dan ada yang membolehkannya hanya dalam keadaan darurat dan

terdesak saja. Sementara itu, yang mengharamkannya adalah karena hal tersebut

telah dilarang oleh Rasulullah saw.

a. Pandangan Sunni

Mayoritas kaum Sunni berpandangan bahwa pernikahan yang

diridhoi Allah adalah pernikahan yang permanen atau pernikahan yang

sesuai dengan sunnah Rasulullah saw., tanpa adanya jangka waktu

pernikahan, upah, dan sebagainya. Suatu pernikahan harus sesuai dengan

16 Abdul Husain Syarafuddin, Isu-Isu Penting Ikhtilaf (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 87.

Page 28: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

48

syariat agama Islam tanpa merugikan satu pihak, misalnya dalam hal ini

wanita. Para ulama sunni berpendapat bahwasanya, pernikahan mut’ah

hukumnya adalah haram, karena bertentangan dengan anjuran Rasulullah

saw. yang pada saat itu telah mengharamkannya. Pada awal mula Islam

muncul di Makkah, pernikahan ini memang diperbolehkan karena kondisi

masyarakat yang masih dalam tahap peralihan Islam dan juga tradisi yang

masih dilakukan karena ketidaktahuan mereka.

Namun, kemudian diharamkan, sebagaimana dinyatakan oleh al-

Imam an-Nawawi dalam kitabnya Syarh Sahih Muslim yang artinya: “Yang

benar dalam masalah nikah mut’ah ini adalah bahwa pernah dibolehkan dan

kemudian diharamkan sebanyak dua kali; yakni dibolehkan sebelum Perang

Khaibar, tapi kemudian diharamkan ketika Perang Khaibar. Kemudian

dibolehkan selama tiga hari ketika “Fathu Makkah”, atau hari Perang

Authas, kemudian setelah itu diharamkan untuk selamanya sampai hari

kiamat”. terdapat ayat yang berkaitan tentang makna mut’ah itu sendiri,

yakni terdapat pada firman Allah Swt. yang berbunyi,

هنف ئات وهنأجورهنفر يضةفمااسم عمبهمن

Fama>stamta’tum bihi minhunna fa a>tuhunna uju<rahunna fari>dhata

Artinya: “Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara

mereka, berikanlah kepada mereka imbalannya sebagai suatu

kewajiban”.17

17 Al-Qur’an Surat An-Nisaa: 24

Page 29: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

49

Berdasarkan ayat yang telah disebutkan, mayoritas ulama Sunni

memahami bahwa kata “فمااسمعم-fama>stamta’tum” tersebut, dilakukan

dalam pernikahan yang sesuai dengan syariat Islam tanpa dibatasi waktu

tertentu. Kemudian, kata “أجر-ajru” bermakna harfiah upah atau imbalan

dalam suatu jenis mahar atau mas kawin18.

Menurut al-Qadhi Abi Muhammad Abdu al-Haq bin Ghalib dalam

kitab “al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab”, kata “فمااسمعم-

fama>stamta’tum” adalah campur pada nikah yang sesuai syariat karena

diikuti kata wajibnya membayar mahar setelah mencampuri wanita itu. Ayat

sebelumnya berbicara mengenai para wanita yang haram dinikahi, jadi kecil

kemungkinannya bahwa ayat ini adalah ayat tentang nikah mut’ah19.

(6)إالعلىأزواجهمأوماملكتأياهنمفإهنمغريملومي(5)والذينهملفروجهمحافظون

اب غىورآءذلكفاوآلئكهمالعادونفمن (7)

Walladzi>nahum lifuru>jihim cha>fizhu>na, illa> ‘ala> azwa>jihim aw

ma> malakat ayma>nuhum fa innahum ghairu malu>mi>na,

famanibtagha< wa ra>< a dzalika fa u>la< ika hum al-‘a>du>n.

Artinya: ...dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap

isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya

mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu,

Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.20

18 Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm.190. 19 Muhammad Faisal Hamdani, Nikah Mut’ah (Tangerang: Gaya Media Pratama, 2008), hlm 98. 20 Al-Qur’an Surat Al Mu’minun: 5-7

Page 30: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

50

Berdasarkan ayat di atas, penulis berkesimpulan bahwa seorang

laki-laki hanya diperbolehkan untuk melakukan adanya suatu ikatan

pernikahan dengan wanita atau budak (yang pada saat itu masih ada pada

zaman Rasul) yang sah sebagai isteri dalam pernikahan yang permanen,

bukan dalam suatu pernikahan yang sementara atau mut’ah. Dengan

adanya hal itulah sunni menganggap bahwa pernikahan yang sah adalah

pernikahan yang permanen, artinya tidak ada tempo atau jangka waktu

tertentu yang biasa kita kenal dengan kontrak serta adanya hukum warisan

dalam pernikahan permanen. Suatu pernikahan harus didasari dengan niat

karena Allah, jadi tidak hanya bermodalkan cinta, tetapi juga agama itulah

yang paling penting.

Alasan pernikahan mut’ah itu ditiadakan adalah karena munculnya

suatu ayat tentang warisan pasangan suam-isteri yang di dalam pernikahan

mut’ah tidak ada saling waris-mewarisi.21 Menurut Aisyah dan Qasim Bin

Muhammad, ayat ini merupakan dalil penghapusan pernikahan mut’ah.

Pada ayat ini tidak disebutkan mut’ah, dengan demikian ayat ini

melarangnya atau nikah mut’ah bukanlah cara yang dibenarkan untuk

menyalurkan nafsu seksual. Wanita yang boleh dicampuri yakni istri dan

budak, sedangkan wanita yang di-mut’ah tidaklah tergolong dari salah satu

di antara keduanya. Kemudian dalam Q.S an-Nisaa: 12 mengenai hak waris,

21 M.H. Ma’rifat, Ahlul Bait dan Alqur’an (Jakarta: Nur al Huda, 2011), hlm. 115

Page 31: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

51

...مكاجوزأكرات مفصنمكلو Wa lakum nishfu ma> taraka azwa>jukum

Artinya: “Dan bagimu (suami-istri) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-

istrimu...”22

Seorang istri berhak mendapat warisan dari suaminya. Sedangkan

wanita yang di-mut’ah tidak mendapatkan hak waris, maka ini menunjukkan

tidak sahnya pernikahan dirinya23.

Beberapa ulama sunni hampir seluruhnya mengharamkan

pernikahan mut’ah, salah satunya adalah Wahbah al-Juhaily. Berdasarkan

ayat di atas beliau mengatakan alasan pengharaman tersebut, yakni

pertama, menurut Mujahid dan Hasan: yang dimaksud dalam ayat tersebut

adalah nikah sahih, dan kedua menurut jumhur adalah nikah mut’ah.

Beliau mengutip riwayat Daruquthni dari Ali Ra. bahwa Nabi saw.

melarang nikah mut’ah, kemudian membolehkannya dan setelah turun

ayat thalaq, iddah, waris, maka nikah mut’ah itu ter-nasakh lagi.24

Beliau juga mengutip pendapat dari Ibn al-Arabiy, sesungguhnya

Ibnu Abbas pernah mengatakan kebolehan nikah mut’ah, tetapi kemudian

ia mencabut fatwa tersebut dan melarangnya, karena hal itu sudah tercatat

dalam kitab sahihaini bahwa Nabi saw. melarangnya25. Jadi, dapat

diketahui bahwa, kata tersebut bukan mengarah pada suatu pernikahan

mut’ah yang apabila telah selesai masa berlakunya diberikan suatu upah,

22 Al-Qur’an Surat An-Nisaa: 12 23 Muhammad Malullah, Katanya Nikah Ternyata Zina (Solo: Multazam, 2008), hlm. 16. 24 Wahbah az-Zuhaily, al-Tafsir al-Mizan fi al-Aqidah wa asy-Syari’ah wa al-Manhaj, Juz V

(Lebanon: Dar al-Fikr, 1991), I, hal 12, dikutip dalam buku Muhammad Faisal Hamdani,

Nikah Mut’ah (Tangerang: Gaya Media Pratama, 2008), hlm .45 25 Ibid.

Page 32: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

52

akan tetapi, upah atau imbalan yang dimaksud adalah mahar atau mas

kawin pada saat pernikahan.

Telah dijelaskan di awal bahwa, pernikahan mut’ah pada awalnya

diperbolehkan ketika awal mula masuknya Islam. Pada hadits Sahih

Bukhari dalam bab nikah dijelaskan tentang kebolehannya melakukan

nikah mut’ah oleh Rasulullah saw. beliau bersabda,

وامقدأذنلكم ارجل ن أنتسمعوافاسمعوا...أي ت واف قافعشرماب ي همارأأني زايداأو فإنأحب ت اركاي اركاثالثليال

Qad udzina lakum an tastamti’u> fa>stamti’u>...ayyuma> rajulin wa

imra ati tawa>faqa> fa’isyratu ma> baynahuma> tsala>tsa laya>lin fain

achabba an yataza>yada> aw yatataraka> tata>raka>.

Artinya: “Telah diizinkan (oleh Allah) untuk kamu melakukan mut’ah.

Maka, silahkan melakukannya. Siapa pun lelaki dan perempuan yang

bersepakat, pergaulan antara keduanya selama tiga hari. Bila keduanya

setuju untuk menambah (masa itu, boleh-boleh saja) dan bila mereka

sepakat untuk berpisah, mereka saling berpisah”.26

Banyak ulama Sunni yang tidak mengingkari adanya hadits

tersebut, karena memang Rasulullah saw. pernah menganjurkan untuk

melakukan nikah mut’ah ketika awal mula muncul Islam di Makkah, tetapi

kemudian diharamkan ketika Perang Khaibar dan Perang Hunain,

kemudian pada tiga hari peristiwa Fatkhu Makkah hingga hari kiamat.

Rasulullah saw. pernah bersabda,

كانمعرسولاهللصلىاهللعليهوس٤/١٣٢وفرواية له:) لمف قال:يآاي ها(:أنهكنتاذنتلكمف قد منالنساءوالناسان ي االسماع اناهللقدحرذلكا و

لهوال هنشيء ف ليخلسبي كانعندهمن ئ اتخذذواماآت يموهنشيالقيامة,فمن .

26 Sahih Bukhari dalam Bab Nikah No.4725

Page 33: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

53

Wa fi> riwa>yatin lahu: (4/132); annahu ka>na ma’a rasu>lillahi

shalla>llahu ‘alaihi wa sallam faqa>la: ya< ayyuha> anna>su inni> qad

kuntu adzintu lakum fi>l istimta>’in minannisa> i wa innallaha qad

charrama dzalika ila> yawmil qiya>mati, faman ka>na ‘indahu

minhunna syay un falyukhali sabi>lahu wa la> ta’khudzu> mimma>

a<taytamu>hunna syay an.

Artinya: Rabi’ bin Saburah al-Juhaini menjelaskan larangan Nabi

Shallallahu 'alaihi wa sallam. “Wahai manusia! Sesungguhnya aku pernah

mengizinkan kamu untuk nikah mut’ah, dan (sekarang) sesungguhnya

Allah telah mengharamkan nikah mut’ah tersebut sampai hari kiamat.

Maka barangsiapa yang masih mempunyai ikatan (mut’ah) dengan

perempuan-perempuan tersebut, hendaklah mereka lepaskan (putuskan

ikatan perjanjian nikah mut’ah tersebut), dan janganlah kamu mengambil

kembali sedikitpun juga apa-apa yang pernah kamu berikan kepada

mereka (perempuan tersebut)27.

Muslim dalam kitabnya Jami’u al-Shahih mengatakan, larangan ini

terjadi ketika penaklukan Makkah dan Tahun ‘Autas hingga diharamkan

sampai hari kiamat. Hadits ini menggambarkan bahwa Nabi Shallallahu

'alaihi wa sallam. membolehkan atau memerintahkan kepada para sahabat

untuk mut’ah ketika Fathu Makkah, kemudian beliau melarangnya

sebelum mereka keluar Makkah. Di dalam hadits ini terdapat kesamaan

redaksi dan sanad dari Ali bin Abi thalib bahwa nikah mut’ah dan

memakan daging keledai piaraan haram pada waktu Perang Khaibar28.

عةأنرسولاهللصلىاهللعليهوسلمن هىع(:٤/١٣٤وفرواية له:) نالم القيامةومنأع ي و مني ومكمهذاا طىشيئ افاليخذذهوقال:االان هاحرا .

Wa fi> riwa>yatin lahu: (4/134): anna rasu>lallahi shalla>llahu ‘alaihi

wa sallam naha> ‘ani almut’ati wa qa>la: ala> inha> chara>mun min

yawmikum hadza> ila> yawmil qiya>mati wa man a’tha> syay an fala>

ya’khudzhu.

27 HR. Muslim No.6 Jilid 4 hlm.132 28 Busyairi Ali, Nikah Mut’ah: Halal atau Haram? (Banjarmasin: Ar-Risalah, 2012), hlm. 157-

160).

Page 34: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

54

Artinya: Dalam riwayat yang lain Muslim (4/134), Sabrah menjelaskan

sesungguhnya Rasulullah saw. telah melarang nikah mut’ah dan beliau

bersabda: “Ketahuilah! Sesungguhnya nikah mut’ah itu haram mulai

(sejak) hari ini (yakni ketika Fathul Makkah) sampai hari kiamat. Dan

barangsiapa yang telah memberikan sesuatu (harta atau mahar kepada

perempuan-perempuan yang dinikah secara mut’ah) janganlah ia

mengambilnya lagi”.29

Alasan Rasulullah saw. melarang dan mengharamkannya adanya

pernikahan mut’ah ini, terdapat dalam beberapa hadist sahih tentang bab

Nikah. Ulama Sunni juga berpendapat bahwasanya nikah mut’ah ini lebih

banyak mudharatnya daripada manfaatnya, nikah mut’ah ini lebih banyak

merugikan wanita, karena dikhawatirkan jika hamil, anaknya tersebut

tidak jelas siapa ayahnya, karena seorang wanita tersebut dapat menikah

berkali-kali dengan pria yang berbeda dalam kontrak yang belum selesai.

Kemudian, nikah mut’ah termasuk dalam zina, karena menikah tanpa

adanya saksi. Nikah mut’ah diperbolehkan ketika dalam keadaan darurat

saja, yakni ketika perang (safar).

Alasan-alasan yang lainnya adalah nikah mut’ah tidak

diberlakukan adanya warisan, tidak ada sabitnya (tetapnya) nasab dan

tidak adanya iddah, nikah ini juga dianggap mirip dengan pelacuran

karena laki-laki memberikan bayaran untuk dapat bercampur (hanya

memenuhi kebutuhan syahwat) dalam waktu yang ditentukan,

merendahkan derajat perempuan serta bertentangan dengan tujuan

perkawinan yang ingin mendapatkan keturunan dan membina rumah

29 HR. Muslim Jilid 4 hlm. 134

Page 35: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

55

tangga yang bahagia dalam jangka waktu yang panjang

(dunia-akhirat)

b. Pandangan Syi’ah

Jika dalam perkara pernikahan mut’ah, kaum Sunni secara jelas dan

tegas mengharamkannya. Namun, berbeda halnya dengan kaum syi’ah yang

pada perkara ini sangat menganjurkan untuk melakukan pernikahan mut’ah.

Ternyata tidak semua syi’ah menerima mut’ah, misalnya Syi’ah Zaidiyah,

sebuah aliran pemikiran yang mendekati sunni ini mengharamkan mut’ah

berdasarkan hadits-hadits Nabi. Sebaliknya Itsna ‘Asyariyah atau Syi’ah

Imamiyah menganggap kawin sementara itu sah.30

Mayoritas ulama syi’ah berpegang kepada suatu ayat yang

menerangkan tentang diperbolehkannya melakukan pernikahan mut’ah.

Ayat-ayat tersebut terdapat dalam al-Qur’an Surat an-Nisaa ayat 24 dan

Surat al-Mu’minun ayat 5-7 yang menjadi andalan bagi mereka dalam

menghadapi tudingan dari kaum sunni.

Thaba’thaba’i membantah pandangan sunni tentang penafsiran

Q.S al-Mu’minun: 5-7 yang merupakan ayat-ayat penghapusan nikah

mut’ah. “Q.S an-Nisaa: 24 tidak mungkin di-nasakh oleh surat al-

Mu’minun: 7, sebab ayat mut’ah itu turun di Madinah sedangkan ayat 7

tersebut adalah Makkiyah”31.

Menurut Aba Ja’far, pernikahan mut’ah diperbolehkan karena

terdapat dalam al-Qur’an, yaitu Surat an-Nisaa ayat 24. Ia mengemukakan

30 Mohammad Baharun, Dari Imamah Sampai Mut’ah (Pasuruan: Pustaka Bayan, 2013),

hlm. 163. 31 Muhammad Faisal Hamdani, Nikah Mut’ah (Tangerang: Gaya Media Pratama, 2008),

hlm.76-77.

Page 36: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

56

bahwa nikah mut’ah adalah halal hukumnya sebagaimana yang telah disebut

dalam ayat tersebut. Suatu ketika Abdullah bin Umair al-Laitsi pernah

datang menghadap Ja’far kemudian bertanya: “Bagaimana pendapatmu

tentang mut’ah?”, Ja’far menjawab: “Allah telah menghalalkannya dalam

kitab-Nya melalui lisan Nabi-Nya dan nikah itu halal sampai hari kiamat32.

Kemudian, laki-laki itu bertanya kembali, “Ya Aba Ja’far engkau

mengatakan demikian sedangkan Umar melarangnya?”, lalu Ja’far

menjawab, “engkau melaksanakan itu (karena larangan Umar silahkan), dan

aku lindungkan engkau dari sesuatu yang dihalalkan oleh Allah terhadap

apa yang diharamkan Umar, sedangkan saya berpegang pada perkataan

Rasulullah saw., maka tentu saja aku mengamalkan (mengutamakan) kata-

kata Rasul dan batillah perkataan saudaramu itu”. Mendengar hal itu,

Abdullah bin Umair menerima alasan ini dan berkata, “apakah engkau

membolehkan wanita-wanitamu, anak-anakmu, saudara-saudara

perempuanmu, dan kemenakan-kemenakan perempuanmu melakukan

mut’ah?”, Maka Ja’far-pun pergi berpaling darinya setelah disebutkan

perempuan-perempuannya (istrinya) dan kemenakan perempuannya.33

Berdasarkan riwayat kisah di atas mengenai percakapan antara

Abdullah bin Umair dan Aba Ja’far dapat diketahui bahwa, seseorang

seperti Aba Ja’far yang merupakan ulama syi’ah-pun secara tidak langsung,

beliau tidak merelakan istri-istri, anak-anak, dan saudara-saudara

perempuannya untuk melakukan nikah mut’ah. Padahal, Ja’far sendiri

32 Ibid, hlm.75. 33 Syeikh Muhammad Husin at-Thaba’ Thaba’i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Jilid IV (Beirut:

Muassasah al-Islami, 1991 M- 1411 H), I, hal. 297. dikutip dalam buku Muhammad Faisal

Hamdani, Nikah Mut’ah (Tangerang: Gaya Media Pratama, 2008), hlm. 75.

Page 37: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

57

begitu getol mempromosikan kepada orang-orang untuk melakukan suatu

pernikahan mut’ah.

Selain Abu Ja’far yang menghalalkan adanya pernikahan mut’ah ini,

masih banyak ulama syi’ah yang mengemukakan pendapatnya tentang

kebolehan nikah mut’ah, salah satunya adalah Ja’far Murtadha al-Amili. Ia

mengatakan bahwa pernikahan mut’ah merupakan suatu pernikahan yang

diridhoi Allah dan Rasul-Nya sampai saat ini. Mengenai perkataan dari Ibnu

Abbas yang dahulu membolehkan nikah mut’ah dan kemudian

mengharamkannya tergolong riwayat yang lemah (dhaif), sedangkan

penafsiran tentang kebolehan nikah mut’ah ini yang lebih kuat.

Di kalangan kaum syi’ah, penghalalan adanya pernikahan mut’ah ini

bahkan memiliki hadits-haditsnya tersendiri. Seperti hadits yang dijadikan

Thaba’thaba’i dan Ja’far sebagai dalil kebolehan nikah mut’ah:

كنان غزحديثعبداهللبنمسعودرضياهللع يهومعرسولاهللصلىاهللعلنهقال:ف قلناأالنصيف ن هاناعنذلك لناب عدوسلمليسلنانساء رذف رذ ذلكث

ق رأ ث أجل بالث وبإ رأرموايبات اهللياأي هلناأنن نكحامل مااالذينآمنواال

المعدين يب ال أحلاهلللكموالت عدواأناهلل

Chadi>tsu ‘Abdullahi bin mas’u>d radhiya Allahu’anhu qa>la: kunna>

naghzu wa ma’a ras>ulillahi shala>allahu ‘alaihi wasallama laysa lana>

nisa>’u faqulna> ala> nakhtashiya fanaha>na> ‘an dzalika farukhsha

lana> ba’da dzalika tsumma rakhasha lana> an nankichu almar’ata

bitsaubi ila> ajalin tsumma qara’a Allahu ya> ayyuha>lladzi>na

a>manu> la> tuchrimu> thayyiba>tun ma> achalla Allahu lakum wa la>

ta’tadu> anna Allaha la> yuchibbu almu’tadi>ni

Artinya: “Hadits Abdullah bin Mas’ud dia berkata: Kami pernah berperang

bersama Rasulullah saw. sedang isteri-isteri kami tidak turut serta bersama

kami, kemudian kami bertanya kepada Rasulullah, apakah boleh kami

berkebiri? Maka Rasulullah saw. melarang kami berbuat demikian dan

memberikan rukhshah supaya kami kawin dengan perempuan dengan

maskawin baju untuk satu waktu tertentu (mut’ah) dan Abdullah bin

Page 38: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

58

Mas’ud membaca ayat yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman

janganlah kamu mengharamkan yang baik-baik yang dihalalkan Allah

kepadamu dan janganlah kamu melampaui batas karena sesungguhnya

Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.34

Hadits di atas merupakan hadits dari sahih Bukhori dan Muslim

yang menerangkan tentang kebolehan pernikahan mut’ah, yakni terjadi

pada saat perang dan jauh dari isteri-isteri mereka. Kemudian Rasulullah

saw. membolehkannya dengan jangka waktu tertentu karena dalam

keadaan darurat atau terdesak.

Hadits lainnya yang dianggap kaum syi’ah sebagai kebolehan

melakukan nikah mut’ah adalah hadits riwayat Bukhori dari Ibnu Abbas:

عتابنعباسسئلعنم حدث ناشعبةعنأب رقال ل فقاللهمو هعةالنساءف رذالشديدويفالنساءقلة أونوهف قالابنع اذلكيفاحلال باسن عمإن

Chadatsana> syu’ubatu ‘an abi> jumrata qa>la sami’tu Ibnu ‘Abba>s

sa’ala ‘an mut’ati annisa>’in farakhasha faqa>la lahu Maula> lahu>>

innama> dzalika fi> alcha>lin asysyadi>di wa fi> annisa>’in qillatun aw

nachwihi faqa>la Ibnu ‘Abba>si na’am.

Artinya:”...Dari Abi Jamrah dia berkata: aku mendengar Ibnu Abbas

ditanya tentang nikah mut’ah maka beliau membolehkannya sebagai

rukhshah (dalam keadaan darurat) dan berkatalah Maula padanya

sesungguhnya kebolehan itu dalam kondisi sulit (terpaksa), sementara

jumlah wanita sedikit atau lainnya. Maka Ibnu Abbas berkata: ya”.35

Hadits yang telah disebutkan di atas merupakan salah satu hadits

sahih dari Bukhori yang berasal dari Ibnu Abbas. Hadits inilah yang

banyak diperbincangkan oleh para ulama-ulama sunni maupun syi’ah, ada

34 Abi Hafs Umar bin Badral-Mawasli, ditahqiq oleh Shalih Ahmad as-Sa’i, al-Jam’u Baina

ash-Shaihaini, Juz II, cet ke-1 (Beirut: Maktab al-Islami, 1995 M – 1416 H), hal. 520, dikutip

dalam ibid. hlm. 81 35 Bukhori, Sahih Bukhori li Syarh al-Karamani, Juz XIX, Jilid IX (Dar al-Fikr, t.th), hal 88.

dikutip dalam ibid. hlm. 82.

Page 39: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

59

yang mengatakan bahwa hadits ini kemudian dihapus atau dicabut

fatwanya dari Ibnu Abbas sendiri atau memang benar adanya kebolehan

dari Ibnu Abbas.

Ja’far Murtadha al-Amili pernah berkata dan menyesalkan para

ulama sunni yang mengharamkan adanya pernikahan mut’ah karena

mereka memperjualbelikan fatwa dengan mendasarkan pikirannya pada

hadist-hadist yang dhaif. Mereka tidak menghiraukan kejadian pahit yang

dialami para remaja putra-putri kita. Orang-orang seperti itu biasanya

memiliki pemikiran sempit serta memihak satu golongan dan fanatik

dengan golongan itu. Hal ini disebabkan dengan jiwa yang sakit dan

kepribadian yang kurang baik.36

Pengesahan nikah mut’ah dalam Islam dilakukan dengan tujuan

untuk memperbolehkan dalam syariat agama kemungkinan-kemungkinan

yang memperkecil kejahatan sebagai akibat nafsu manusia, yang bila tidak

disalurkan menurut syariat, akan menampakkan dirinya dalam berbagai

cara yang lebih berbahaya di luar struktur syariat agama.37 Mayoritas

ulama syi’ah menganggap bahwa pernikahan mut’ah dapat menanggulangi

berbagai kejahatan dan godaan seksual yang dihadapi para remaja saat ini.

Melalui pernikahan mut’ah, masalah ini menjadi terselesaikan dan

merupakan solusi yang tepat serta halal. Pernikahan ini tidak tergolong

zina karena telah memenuhi syarat-syarat tertentu dan merupakan

pernikahan yang diridhoi Allah dan Rasul-Nya serta berpahala.

36 Ja’far Murtadha, Nikah..., hlm. 14, dikutip dalam ibid. hlm. 85. 37 Allamah M.H. Thabathaba’i, Islam Syiah: Asal Usul dan Perkembangannya (Jakarta: PT.

Pustaka Utama Grafiti, 1989), hlm. 267.

Page 40: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

60

Hukum Islam adalah hukum abadi yang menjawab seluruh

kebutuhan manusia. Ketika seorang pemuda ingin melanjutkan jenjang

pendidikan yang harus ditempuh bertahun-tahun di negara atau kota yang

jauh, dan dengan keterbatasannya pelajar tersebut tidak mampu melakukan

nikah daim, maka untuk menghadapi masalah ini ada tiga alternatif yang

harus dipilih: (1) tidak menikah, (2) pacaran, dan (3) menikah yang

dibenarkan syariat dalam jangka waktu tertentu (nikah mut’ah).38

Dikatakan kepada Abu Abdullah Alaihis Salam: “Apakah dalam

mut’ah terdapat pahala ?”, dia berkata, “Jika dengannya dia mengharap

ridho Allah, tidak ada satu kata pun yang dia katakan kecuali Allah akan

menuliskannya sebagai suatu kebaikan. Jika dia mendekatinya, maka Allah

akan mengampuni dosanya berkat mut’ah yang dia lakukan. Jika dia

mandi, maka Allah akan mengampuni dosanya sebanyak air yang

membasahi rambutnya”.39

Berdasarkan berbagai pendapat dari para ulama syi’ah ataupun para

pemikir lainnya, mereka berkeyakinan untuk tetap membolehkan adanya

pernikahan ini. Masih banyak hadits dan pendapat yang tercatat untuk

menghalalkan pernikahan mut’ah dalam kitab-kitab syi’ah.

c. Syarat-Syarat Pernikahan Mut’ah

Seperti halnya pernikahan-pernikahan pada umumnya, pernikahan mut’ah

memiliki beberapa syarat tertentu agar pernikahan itu dianggap sah. Jika biasanya

pada pernikahan permanen (daim) diperlukan beberapa syarat yang harus

38 Alireza Alatas, Biarkan Syi’ah Menjawab (seri 1) (Magelang: Bahtera, 2002), hlm. 132-133. 39 Man La Yahdhuruhu al-Faqih, 3/366 dikutip dalam buku Sayid Husain al-Musawi, Mengapa

Saya Keluar dari Syi’ah (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), hlm. 44.

Page 41: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

61

dipenuhi segala keperluannya, namun pernikahan mut’ah memiliki syarat-syarat

yang cukup mudah untuk dilakukan.

Menurut Thabathaba’i, seorang ulama syi’ah, beliau mengatakan

bahwa syarat-syarat pernikahan mut’ah mencakup keharusan bahwa sang

wanita tidak bersuami, kawin hanya dengan satu laki-laki pada satu waktu,

dan setelah bercerai mengalami masa iddah yang selama itu ia belum boleh

kawin lagi, yakni seperdua masa iddah perkawinan permanen.40

Menurut Muhammad bin Hasan dari Ahmad bin Mufaddal dari

Assudiy, syarat-syarat pernikahan mut’ah antara lain41,

1) Sampai waktu tertentu dan penetapan mahar/upah

Di dalam pernikahan mut’ah memiliki batas waktu tertentu,

waktunya disepakati oleh kedua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang

telah dilakukan di dalam suatu kontrak. Waktunya bisa satu jam, harian,

mingguan, bulanan, bahkan tahunan.

2) Disaksikan oleh dua orang saksi.

Adanya saksi ini boleh dihadapkan pada kedua mempelai atau tidak,

karena hukum keberadaannya sunnah.

3) Dinikahi dengan izin walinya.

Pernikahan mut’ah dianggap sah apabila wali dari si wanita

memperbolehkannya dan tanpa ada paksaan dari pihak keluarga ataupun

pihak si pria. Jika si wanita tidak memperoleh izin dari walinya, maka

pernikahan itu tidak sah.

40 Allamah M.H. Thabathaba’i, Islam Syiah: Asal Usul dan Perkembangannya (Jakarta: PT.

Pustaka Utama Grafiti, 1989), hlm. 266. 41 Muhammad Faisal Hamdani, Nikah Mut’ah (Tangerang: Gaya Media Pratama, 2008),

hlm.89.

Page 42: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

62

4) Jika masanya habis maka mereka terpisah dengan sendiri.

Tidak seperti pernikahan permanen (daim) yang apabila ingin

berpisah secara hukum negara harus melakukan sidang dsb. Hal ini berbeda

dengan pernikahan mut’ah yang apabila masa kontraknya telah habis, dapat

berpisah dengan sendirinya. Hal ini hampir sama dengan ucapan talak pada

pernikahan permanen.

5) Wajib bagi isteri beriddah (mensucikan rahimnya).

Apabila seorang wanita telah berpisah dengan pria yang telah habis

masa kontraknya dan ia menginginkan untuk menikah secara mut’ah, maka

ia perlu untuk melakukan iddah yakni selama 45 hari. Alasannya adalah

untuk mengetahui nasab ayah jika sang wanita hamil dan jika seorang

wanita ingin memperbarui nikah mut’ah.42

6) Mereka berdua tidak saling mewarisi.

Di dalam pernikahan mut’ah baik pria maupun wanita tidak

memerlukan adanya hak waris. Namun, apabila wanita dari pasangannya

hamil dan melahirkan seorang anak, anak tersebut tetap mendapatkan hak

waris dan nasab dari ayahnya.43

Berdasarkan beberapa syarat-syarat pernikahan mut’ah, masih banyak

di dalam praktiknya saat ini sudah tidak sesuai dengan yang disebutkan di atas,

karena berbagai alasan. Dalam realitanya, masih banyak yang melakukan

pernikahan mut’ah yang melakukannya tanpa adanya saksi atau wali karena

faktor fleksibilitas. Menegenai masa iddah bagi wanita yang telah selesai masa

42 Sudabeh Morterzai, Film Dokumenter “In The Bazaar of Sexes” (Iran, 2008).

Page 43: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

63

kontraknya dengan seorang pria, tetapi ia menginginkan untuk menikah secara

mut’ah lagi, terdapat beberapa pendapat dari sunni bahwa wanita yang

menikah secara mut’ah tidak memiliki masa iddah sehingga inilah yang

membuat pernikahan mut’ah itu haram, karena kegiatannya hampir sama

dengan pelacuran.

d. Perbedaan Pernikahan Mut’ah Zaman Rasulullah dan Zaman Modern

Secara historis, mut’ah adalah warisan masyarakat jahiliyah klasik.

Tercatat sekitar abad IV Masehi, orang Quraisy sudah mengenal banyak model

perkawinan bersyarat, salah satunya adalah kawin kontrak itu. Ketika perjalanan

para kafilah (saudagar-saudagar) ke negeri-negeri yang jauh, mereka membawa

para wanita untuk menemani perjalanan mereka.44 Namun, ketika Islam tersiar di

kalangan penduduk Arab, tradisi ini awal mulanya masih diperbolehkan oleh

Rasulullah saw. Namun, kemudian diharamkan karena banyak merugikan kaum

wanita.

Pernikahan mut’ah di zaman Rasulullah saw. dan zaman modern memiliki

berbagai macam perbedaan yang cukup mencolok. Perbedaan tersebut terkait

dengan syarat-syarat pernikahan yang dahulunya diajukan Rasul. Perbedaan inilah

yang membuat penganut sunni dan syi’ah seringkali berselisih paham mengenai

halal atau haramnya pernikahan ini. Di bawah ini merupakan beberapa perbedaan

yang cukup mencolok mengenai pernikahan mut’ah zaman Rasulullah saw.

dengan zaman modern.

44 Mohammad Baharun, Dari Imamah Sampai Mut’ah (Pasuruan: Pustaka Bayan, 2013),

hlm. 166.

Page 44: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

64

No. Zaman Rasulullah Zaman Modern

1. Jangka waktu mut’ah hanya

3 hari45

Dilakukan hingga jangka waktu

yang bertahun-tahun

2. Dilakukan dalam situasi

darurat (ketika perang atau

safar)46

Dilakukan bukan dalam keadaan

darurat (menetap di rumah atau

bukan saat perang atau safar)

3. Wanita yang dinikahi tidak

dalam ikatan pernikahan

Wanita yang dinikahi boleh

pelacur, majusi, dan yang telah

bersuami47

4. Tidak ada istri atau budak

wanita yang ikut dalam

perjalanan48

Ditemani wanita mut’ah selama

ikut perjalanan

5. Menikah dengan disaksikan

wali

Menikah boleh disaksikan atau

tidak disaksikan wali49

6. Menikah hanya dengan satu

wanita

Menikah boleh dengan seribu

wanita50

45 HR. Bukhari no. 5119 dan Muslim no. 1405 46 HR. Muslim hadits no. 1404 dan HR. Muslim no. 1406 47 Tahdzibul Ahkam 7/253-254 48 HR. Bukhari no. 5116 dan Muslim no. 1404 49 Al-Furu’ Minal Kafi 5/249 50 Al-Ibtishar 3/147

Page 45: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

65

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pernikahan mut’ah sudah

menjelma menjadi tradisi yang kian hari kian berkembang di kalangan penganut

syi’ah. Tidak hanya ditinjau sebagai aspek religi semata, melainkan telah berubah

menjadi kebutuhan hidup seseorang, baik lahir maupun batin. Bahkan, pernikahan

mut’ah saat ini memiliki berbagai macam jenis dan motifnya demi tetapnya

keberjalanan tradisi ini.

Sebuah film dokumenter yang membahas tentang nikah mut’ah, seorang

ulama syi’ah, Ayatullah Gerami menyatakan bahwa pernikahan mut’ah banyak

dilakukan oleh para pemuda yang tidak memiliki pengalaman tentang masalah

suami-istri. Jika mereka melakukan nikah mut’ah, mereka bisa memilih istri yang

lebih baik. Melalui pernikahan mut’ah inilah, baik laki-laki maupun perempuan

dapat mengambil solusi dari segala permasalahan rumah tangga dengan baik,

sehingga mereka dapat terhindar dari perceraian di dalam pernikahan permanen

kelak.51

Pernikahan mut’ah di era modern saat ini memiliki sasaran khusus, yaitu

pemuda dan pemudi. Mayoritas dari mereka menginginkan pernikahan ini dengan

alasan sebagai pembelajaran untuk menghadapi permasalahan rumah tangga di

dalam pernikahan permanen. Mereka tidak ingin ambil resiko melakukan

pernikahan permanen, karena pernikahan tersebut membuthkan dana yang sangat

besar daripada pernikahan mut’ah.

51 Sudabeh Morterzai, Film Dokumenter “In The Bazaar of Sexes” (Iran, 2008).

Page 46: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

66

B. Fenomena Budaya Pernikahan Mut’ah Syi’ah di Iran

Pernikahan mut’ah di Iran memiliki hukum yang telah ditetapkan oleh

pemerintahnya. Permasalahan nikah mut’ah telah diatur dalam bab enam Undang-

Undang Hukum Perdata. Dalam UU tersebut dijelaskan: 1. Perkawinan mut’ah

berlaku untuk waktu tertentu karena diputuskan untuk jangka waktu tertentu pula,

2. Masa perkawinan harus disepakati secara spesifik dan, 3. Hukum tentang mahar

dan warisan sama dengan yang disebutkan dalam bab-bab yang berkaitan dengan

mahar dan kewarisan. Oleh karena itu berdasarkan UU ini seluruh ketentuan yang

berlaku pada nikah permanen berlaku juga pada nikah mut’ah.52 Seiring dengan

perkembangan zaman, pernikahan mut’ah memiliki beragam variasi

dalam pelaksanannya.

1. Macam-Macam Pernikahan Mut’ah

Pernikahan mut’ah khususnya yang terjadi di Iran, saat ini telah menjadi

hal yang biasa dilakukan, bahkan dari sejak zaman dahulu. Namun, dalam

praktiknya yang ada saat ini, orang-orang awam banyak yang baru

mengetahuinya. Pernikahan ini kini telah membudaya di kalangan masyarakat

Iran, karena budaya seperti ini dahulunya hanya bermula dari kepercayaan

mazhab syi’ah yang mereka anut, dan kemudian dilakukan sampai saat ini sesuai

dengan doktrin para Imam mereka.

52 Abdul al-Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, hlm. 1347, dikutip dalam buku Muhammad Faisal

Hamdani, Nikah Mut’ah: Analisis Perbandingan Hukum Antara Sunni & Syi’ah (Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2008), hlm. 9.

Page 47: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

67

Uniknya, pernikahan mut’ah ini dilanggengkan dan dilestarikan di negeri

Iran dengan mengatasnamakan agama. Secara ideologi, doktrin Syiah

membedakan pernikahan permanen dan pernikahan mut’ah. Tujuan pernikahan

mut’ah adalah untuk memperoleh kesenangan seksual dan istimta’, sementara itu

nikah permanen (daim) untuk mendapat keturunan. Pernikahan mut’ah yakni akad

personal yang berdasarkan kepada persetujuan antara seorang pria dan seorang

wanita yang tidak bersuami, biasanya tanpa intervensi dari keluarga wanita. Suatu

akad pernikahan mut’ah tidak memerlukan saksi-saksi dan juga tidak perlu

tercatat. Lamanya kontrak perkawinan mut’ah adalah tergantung dari keinginan

pasangannya. Di bawah ini merupakan macam-macam pernikahan mut’ah

menurut Sahla Haeri yang ia lakukan dalam penelitiannya di Iran53.

a. Mut’ah Seksual

Akad perkawinan mut’ah itu relatif tidak menimbulkan noda bagi

pria, praktik tersebut tidak terbatas kepada suatu kelas tertentu, akan tetapi,

faktor umum bagi pria yang memasuki perkawinan ini adalah afiliasi

religius mereka. Diketahui bahwa semakin dekat seorang pria

mengidentifikasikan diri dengan tatanan keagamaan, semakin besar

kecenderungannya untuk melakukan mut’ah. Karena itu, tidak

mengherankan bila perkawinan mut’ah khususnya populer di kalangan

Mullah (ulama). Mayoritas pria yang dapat diwawancarai, yang kebetulan

para mullah, adalah mendukung kepercayaan ini.

53 Majalah Ulumul Quran no.4 tahun 1995 hal. 47, Penelitian Sahla Haeri dalam Disertasi

Nikah Mut’ah di Iran 1981-1982, mahasiswa Pasca Doktoral Universitas Harvard.

Page 48: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

68

Berdasarkan hal di atas, jenis nikah mut’ah yang satu ini

merupakan jenis pernikahan yang paling banyak dilakukan di kalangan

masyarakat yang menganut syi’ah di Iran. Mayoritas pelaku jenis

pernikahan ini adalah para Mullah (ulama). Jika dikaitkan lebih jauh lagi,

mut’ah seksual yang dilakukan adalah ditujukan bagi pria yang khusunya

memiliki tingkat religius yang tinggi, meskipun yang lainnya dapat

melakukannya.

b. Perkawinan Percobaan

Beberapa pemimpin rezim Islam sendiri telah menciptakan variasi

lain tentang Mut’ah, walaupun kata itu diganti dengan istilah “Perkawinan

Percobaan”. Alasan ulama dan prosedur bagi perkawinan ini tercantum

dalam teks agama sekolah lanjutan di Iran, dan diajarkan kepada pelajar-

pelajar dari kelas 10 ke atas.

Mereka berpanutan kepada almarhum Ayatullah Muthahhari, Dr.

Bahunar (mantan Perdana Mentri Islam) dan Gulyadih Gafuri (seorang

anggota Dewan Perwakilan) yang berpendapat, dorongan-dorongan

seksual itu merupakan suatu hal yang natural dan tidak dapat dihindarkan,

oleh karena itu diperlukan suatu pernikahan/perkawinan percobaan yang

ditujukan bagi kalangan muda yang tidak sanggup menikah secara

permanen, karena pernikahan permanen (daim) itu mahal.

Page 49: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

69

Biaya pernikahan mut’ah justru lebih murah dibandingkan biaya

pernikahan permanen. Pernikahan mut’ah hanya mengeluarkan dana

berupa dokumen untuk pencatatan kontrak nikah, yaitu 1 juta Toman

(Rp. 475.697), dan biaya pernikahan mut’ah untuk membayar

upah wanita= 3 juta Toman (Rp. 1.427.091). Lain halnya dengan

pernikahan permanen yang membutuhkan dana sekitar 50 juta Toman

(Rp. 23.784.844) dan mahar untuk istri permanen adalah 300 juta Toman

(Rp. 142.709.063). Suatu perbandingan angka yang sangat besar antara

pernikahan mut’ah dan permanen (daim).54

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui jenis pernikahan

ini adalah suatu jenis pernikahan yang ditujukan bagi kalangan muda kaum

syiah di Iran. Melalui pernikahan/perkawinan percobaan ini, diharapkan

para pemuda dapat mengambil manfaatnya sebagai pembelajaran di

kehidupan yang mendatang, yaitu melakukan pernikahan yang permanen

(daim). Mayoritas dari mereka tidak mau melakukan pernikahan permanen

dikarenakan biaya yang dikeluarkan justru lebih mahal daripada

pernikahan mut’ah.

c. Mut’ah Kelompok

Mut’ah kelompok secara jelas merupakan suatu gabungan antara

mut’ah seksual dan non-seksual. Dalam suatu wawancara dengan seorang

Mullah di Qum, ia secara grafik menguraikan secara variasi mut’ah ini.

Suatu mut’ah kelompok bisa dilakukan antara seorang wanita dengan

54 Sudabeh Morterzai, Film Dokumenter “In The Bazaar of Sexes” (Iran, 2008).

Page 50: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

70

beberapa pria, agaknya secara serial, namun kadangkala juga dalam

periode terbatas selama beberapa jam.

Seorang Mullah melakukan suatu perjalanan tersebut ke Teheran

(pada Desember 1981) ia dihadapi oleh sekelompok pemuda yang sedang

berkumpul. Para pemuda itu mulai mengusik sang Mullah, dengan

mengklaim bahwa Islam membatasi kesenangan manusia tidak

membolehkan hubungan heteroseksualplural, seperti antara empat pria dan

seorang wanita.

Jenis pernikahan mut’ah ini merupakan jenis pernikahan yang

tergolong baru. Kasus seperti ini pada zaman dahulu belum ditemukan, hal

ini terjadi karena kegelisahan para pemuda Iran tentang hubungan seksual

di dalam Islam yang hanya diperbolehkan pada satu orang saja (tidak

berganti-ganti pasangan). Hingga pada akhirnya, muncullah suatu jenis

pernikahan mut’ah yang baru, yaitu mut’ah kelompok, yang diklaim

sebagai pernikahan yang menjawab segala permasalahan para pemuda

tersebut. Sehingga pada akhirnya mereka menganggap bahwa Islam selalu

memberikan solusi yang tepat bagi permasalahan mut’ah ini.

d. Mut’ah Pertobatan

Pemerintahan revolusi Islam menggusur daerah pelacuran di

Teheran dan menangkap, memenjarakan dan juga menghukum sejumlah

penduduk wanitanya, tetapi banyak yang lainnya dibawa ke suatu rumah

sitaan d i Teheran untuk direhabilitas dan purifikasi.

Page 51: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

71

Uang mengalir dari mereka yang merasa simpatik dengan revolusi

dan ingin membantu program-program revolusi tersebut. Dua di antara

informan saya menyumbang sejumlah besar uang kepada pusat rehabilitasi

itu dengan harapan dapat membantu wanita yang “terjerumus” untuk

mengubah hidup mereka dan memulai dengan lebih baik.

Anggapan bahwa keperluan finansial adalah penyebab di belakang

prostitusi, pusat rehabilitasi tersebut menyediakan kamar dan makanan

bagi pelacur dan sebagai imbalannya mengharapkan mereka dapat

membantu berbagai pekerjaan di pusat rehabilitasi tersebut. Mereka

dilarang meninggalkan pusat rehabilitasi tersebut dan terus diawasi oleh

para pengawal revolusi, dengan adanya gemblengan yang intensif,

diharapkan mereka dapat direhabilitasi.

Akan tetapi keberhasilan bisa diraih dan pertobatan akan tercapai

ketika seseorang menjadi istri mut’ah dari salah seorang pengawal revolusi

atau seorang prajurit atau tentara yang kembali dari perang Iran-Irak.

Dalam bahasa metafora dan tidak terlalu halus, hal ini dikenal sebagai Ab-

Itubih Rikhtan, yang artinya adalah kemerdekaan (pencucian) melalui

pertobatan. Sementara dilaporkan bahwa beberapa wanita memilih cara ini

untuk memperoleh keselamatan di akhirat, beberapa wanita yang lainnya

dipaksa berulangkali untuk melakukan pernikahan mut’ah, dan banyak di

antara mereka tidak menyukai cara ini.

Pada intinya, jenis pernikahan ini sebagai wadah pertobatan bagi

wanita yang bekerja di pelacuran tanpa adanya ikatan hubungan dengan

seseorang. Jenis pernikahan ini adalah solusi bagi mereka yang hidup

Page 52: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

72

menyendiri, namun berhubungan dengan banyak lelaki. Oleh karena itu,

mut’ah pertobatan ini dilakukan agar masalah ini terselesaikan.

e. Mut’ah Hukuman

Ketika faksionalisme55 antara rezim Islam yang baru terbentuk

dengan pihak oposisi menjadi jelas, pembersihan oposisi besar-besaran

dimulai. Banyak di antara mereka yang ditahan dan dipenjarakan adalah

wanita belasan tahun, rezim Islam dihadapkan pada situasi yang sulit. Jika

mereka dijatuhi hukuman sementara mereka masih perawan, menurut

kepercayaan agama, mereka akan masuk surga. Karena itu sebelum

dijatuhi hukuman, para perawan remaja ini dipaksa melakukan mut’ah

dengan salah seorang sipir penjara. Dengan “menodai” pada perawan

remaja ini, bukan hanya untuk merendahkan mereka tetapi juga untuk

mencegah mereka ke surga.

Mut’ah hukuman hampir merupakan antitesis terhadap Mut’ah

Pertobatan. Sementara pada mut’ah yang satu tindakan seksual dipercayai

untuk “membersihkan” dosa wanita (mut’ah pertobatan), sedangkan pada

mut’ah yang lain (mut’ah hukuman) dipercayai untuk “menodai”

kemurnian dan keperawanan.

Berdasarkan hal di atas, jenis pernikahan ini cenderung berbeda

dengan jenis-jenis pernikahan mut’ah sebelumnya. Jika pernikahan mut’ah

dipercaya sebagai sebuah ibadah untuk penyucian diri dan juga merupakan

ibadah yang harus dilakukan, tetapi dalam mut’ah hukuman ini tujuannya

55 Bentuk pergerakan yang mempunyai tujuan dan akar politik dan ideologi yang sama namun

muncul banyak perbedaan kecil yang sebenarnya tidak signifikan.

Page 53: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

73

sangat berbeda sekali. Tujuan diadakannya mut’ah hukuman ini adalah

upaya untuk menodai wanita perawan yang melakukan kesalahan atau

dosa supaya tidak bisa masuk ke surga.

2. Faktor-Faktor Pernikahan Mut’ah

Pada pernikahan mut’ah, kita ketahui bahwa biasanya laki-laki dan

perempuan yang sudah menikah secara permanen (daim) atau belum menikah

melakukannya karena salah satu dari mereka berada dalam posisi menginginkan

pemuasan nafsu seksual yang dipandang baik jika melakukannya dengan suatu

pernikahan mut’ah, karena pernikahan ini merupakan pernikahan yang berkaitan

dengan aspek religi sekaligus kewajiban mereka sebagai penganut syi’ah.

Pernikahan ini dilakukan tidak hanya sebagai status agar hubungan di

antara mereka berdua jelas dan tertulis, tetapi juga sebagai ibadah yang wajib

dilakukan bagi penganut Syi’ah, karena pahala yang dijanjikan dari para Imam

mereka dengan mengatasnamakan Allah dan Rasul-Nya terbilang sangat besar dan

jika ditinggalkan akan mendapat dosa yang besar pula.

Setelah mempelajari mengenai pernikahan mut’ah dari berbagai sumber,

penulis berpendapat bahwa pernikahan mut’ah tidak hanya sebagai ibadah dan

kewajiban para penganut syi’ah, tetapi memiliki berbagai macam faktor tertentu

untuk melakukannya. Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang membuat

seseorang melakukan pernikahan mut’ah.

Page 54: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

74

a. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling banyak

dilakukan oleh pelaku pernikahan mut’ah terutama bagi seorang wanita. Bagi

wanita yang melakukan pernikahan mut’ah, hal yang berkaitan dengan

ekonomi ini merupakan jalan terbaik untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka. Mayoritas dari mereka merupakan seorang janda yang hidupnya

terbatas.

Faktor ini bahkan menjadi titik balik seseorang yang dahulunya tidak

begitu menginginkan nikah mut’ah, tetapi karena tuntutan ekonomi keluarga

yang tidak memadai, membuat seseorang putus asa mencari pekerjaan yang

baru, sehingga berkeinginan kuat melakukan pernikahan mut’ah, semata-mata

hanya untuk menyambung hidup. Seperti dalam sebuah film dokumenter yang

menceritakan tentang nikah mut’ah di Iran, bahwasanya mereka melakukan

nikah mut’ah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti membayar

cicilan rumah, membiayai anak mereka, dan lain-lain. Upah yang diterima pun

untuk membayar kebutuhan hidup tersebut dan harus sesuai dengan kontrak

atau perjanjian.56

b. Faktor Budaya

Faktor budaya merupakan faktor yang cukup banyak dijadikan alasan

utama seseorang melakukan pernikahan mut’ah. Sebagian besar dari mereka

beralasan bahwa pernikahan mut’ah merupakan budaya yang harus diwariskan

secara turun temurun, seperti yang nenek moyang mereka lakukan. Pernikahan

56 Sudabeh Morterzai, Film Dokumenter “In The Bazaar of Sexes” (Iran, 2008).

Page 55: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

75

mut’ah terus digencarkan bagi penganut syi’ah untuk mempertahankan tradisi

ini.

Penganut syi’ah dengan mengatasnamakan imam mereka mengatakan

untuk melakukan nikah mut’ah meski hanya sekali, karena nikah mut’ah

merupakan kewajiban yang tidak mungkin dilepaskan oleh kalangan syi’ah.

Bagi mereka, nikah mut’ah merupakan tanda keimanan seseorang. Itulah yang

membuat penganut syi’ah terus melakukan pernikahan ini.57

Budaya berasal dari bahasa sansekerta yang berarti buddhi adalah akal

atau budi. Menurut ahli budaya, kata budaya merupakan gabungan dari dua

kata, yaitu budi dan daya (Sidi Gazalba, 1998:35). Budi mengandung makna

akal, pikiran, paham, pendapat, ikhtisar, perasaan, sedangkan daya

mengandung makna tenaga, kekuatan, dan kesanggupan.58

Berdasarkan hal tersebut, budaya adalah salah satu faktor penting

terwujudnya suatu pikiran dan paham, yaitu salah satunya adalah pikiran dan

paham mengenai pernikahan mut’ah. Pernikahan ini berawal dari kehidupan

jahiliyyah yang dulu sempat dilakukan, kemudian hadir Islam, hingga

kebolehan Rasulullah terhadap hal ini. Sehingga ada beberapa kelompok yang

sangat fanatik untuk terus menjalankan tradisi ini.

57 Muhammad Malullah, Katanya Nikah Ternyata Zina (Solo: Multazam, 2008), hlm. 193 58 Sulasman dan Setia Gumilar, Teori-Teori Kebudayaan (Bandung: Pustaka Setia, 2013)

hlm.17.

Page 56: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

76

c. Faktor Biologis

Faktor ini merupakan faktor yang juga menjadi alasan kuat seseorang

melakukan pernikahan mut’ah. Faktor biologis menjadi penyebab seseorang

melampiaskan nafsu seksualnya melalui pernikahan ini. Sungguh sangat wajar

apabila laki-laki atau pun perempuan memiliki naluri seksual ketika memang

mereka berada dalam kondisi puncaknya dan tak terkendali. Oleh sebab itulah,

pernikahan mut’ah hadir menjadi solusi terbaik bagi mereka yang belum siap

untuk menikah secara permanen namun ingin melampiaskan nafsu seksualnya

saat itu juga secara legal.

Bagi syi’ah, mereka berpandangan bahwa pernikahan mut’ah dapat

dijadikan solusi untuk menanggulangi kejahatan dan godaan seksual yang

dihadapi para remaja putra dan putri.59 Mereka berpendapat bahwa Islam telah

memberikan kemudahan dalam masalah apapun termasuk permasalahan

pernikahan. Negara Iran memiliki ungkapan tradisi, yaitu pernikahan mut’ah

adalah obat atau pemulihan terbaik melawan prostitusi.60 Berdasarkan hal

tersebut, dapat diketahui bahwa praktik pernikahan mut’ah ini sebagai solusi

yang tepat dengan adanya permasalahan yang terjadi di negara mereka, yakni

permasalahan perzinahan seperti prostitusi, pemerkosaan, hubungan gelap, dan

lain- lain.

59 Muhammad Faisal Hamdani, Nikah Mut’ah: Analisis Perbandingan Hukum Antara Sunni &

Syi’ah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008), hlm. 87 60 Sudabeh Morterzai, Film Dokumenter “In The Bazaar of Sexes” (Iran, 2008).

Page 57: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

77

3. Shigheh

Terkait dengan adanya pernikahan mut’ah, penganut syi’ah memiliki

shigheh. Shigheh memiliki makna “cara atau metode”. Namun, seiring

berjalannya waktu, istilah ini berkembang menjadi arti yang berbeda jika

dikaitkan dengan mut’ah. Shigheh kini berkembang menjadi makna yang berbeda

dari istilah awalnya yaitu menjadi “perempuan yang melakukan mut’ah”61.

Shigheh biasanya merupakan perempuan yang masih muda namun sudah

bercerai atau janda. Bahkan terdapat shigheh yang sudah berumur 40-50 tahun-an.

Shigheh ini dapat dijumpai di beberapa tempat tertentu, seperti pemakaman atau

ketika seorang laki-laki syi’ah melakukan perjalanan yang sedang ditempuhnya.

Jarak perjalanan dan jauh dari keluarga sering mendorong seorang laki-laki

tersebut mengadakan nikah mut’ah dengan shigheh di salah satu kota tempat

singgah.

Ironisnya, sebelum ada batas-batas negara seperti sekarang ini, dulu,

kebiasaan mencari shigheh seperti itu pernah dimanfaatkan oleh para musafir

muslim dari negeri-negeri Islam atau bahkan musafir-musafir non-muslim yang

singgah di salah satu kota di negeri Persia. Mereka sengaja singgah untuk

mendapatkan seorang shigheh, meskipun tahu bahwa itu adalah bagian dari

kepercayaan Syiah.

Seorang perempuan Syiah terkadang juga bersedia menjadi shigheh untuk

menemani perjalanan calon pasangannya mut’ah-nya. Praktik seperti ini, bahkan

pernah dianjurkan oleh pihak penguasa Persia sebelum Dinasti Pahlevi menguasai

Persia pada pertengahan 1920-an. Dinasti Pahlevi pernah mengeluarkan kebijakan

61 Rimbun Natamarga, Mut’ah di Iran: Apa, Siapa, dan Bagaimana, diakses pada 29 Agustus

2015 dengan alamat

www.academia.edu/4026842/MUTAH_DI_IRAN_APA_SIAPA_DAN_BAGAIMANA

Page 58: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

78

agar rakyat Iran meninggalkan praktik mut’ah dan poligami, karena hal tersebut

dapat mencemarkan nama baik. Di samping itu, para wanita (istri permanen) lebih

suka jika suami mereka mengunjungi tempat-tempat prostitusi dari pada harus

melakukan poligami dan nikah mut’ah. Hukum perceraian di Iran tidak disetujui

atau tidak diakui, karena jika terjadi suatu perceraian maka tidak ada status yang

jelas. Oleh karena itu, mereka (istri) lebih baik dianiaya untuk merahasiakan atau

menghindari perceraian supaya tidak diketahui oleh tetangganya.62

4. Motif-Motif Pernikahan Mut’ah

Motif adalah alasan seseorang melakukan sesuatu.63 Pernikahan mut’ah

juga memiliki berbagai macam motif tertentu untuk melakukannya, yaitu dengan

seksual dan non-seksual. Jika biasanya kedua belah pihak melakukan pernikahan

mut’ah hanya untuk kesenangan seksual semata, maka di bawah ini merupakan

motif-motif pernikahan mut’ah yang cukup unik dan tidak biasa64.

a. Motif Seksual

1) Motif Ziarah

Para penganut syi’ah merupakan kaum yang tidak bisa lepas dari

dari pemakaman-pemakaman. Mereka dikenal sebagai orang-orang yang

gemar melakukan ibadah di depan dan/atau di atas kuburan. Mereka biasa

berdoa, berzikir, mengerjakan shalat (khas Syiah), mencari berkah,

memohon perlindungan untuk kehidupan akhirat atau bahkan membangun

62 Sudabeh Morterzai, Film Dokumenter “In The Bazaar of Sexes” (Iran, 2008). 63 Kamus Besar Bahasa Indonesia 64 Rimbun Natamarga, Mut’ah di Iran: Apa, Siapa, dan Bagaimana, diakses pada 29 Agustus

2015 dengan alamat

www.academia.edu/4026842/MUTAH_DI_IRAN_APA_SIAPA_DAN_BAGAIMANA

Page 59: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

79

masjid-masjid megah di atas kuburan orang-orang yang mereka yakini

sebagai orang-orang suci dan tak berdosa.

Di tempat-tempat pemakaman, seringkali para peziarah

menyempatkan waktunya untuk melakukan mut’ah. Bahkan, para mullah

(ulama) juga menyediakan jasa pernikahan mut’ah lengkap dengan daftar

nama-nama shigheh. Meski demikian, tidak mudah pula bagi seorang

mullah untuk mengakui dirinya pernah atau sedang melakukan mut’ah.

Perlu diingat, praktek mut’ah di Qum dan Masyhad penuh dengan

kerahasiaan dan keanoniman, terlebih lagi di tengah kalangan shigheh

mereka.

Para shigheh yang melakukan motif ini biasanya wanita muda yang

sudah bercerai atau janda. Bahkan terdapat shigheh yang berumur 40-50

tahun-an, dan biasanya shigheh yang sudah berumur cukup tua tersebut

hanya melakukan pernikahan mut’ah yang bersifat non-seksual.

2) Motif Nazar

Motif jenis ini hampir sama kaitannya dengan motif ziarah. Motif

nazar atau yang diistilahkan shigheh nazri masih menggunakan jenis motif

pernikahan mut’ah yang bersifat seksual. Motif nazar dilakukan ketika

seorang perempuan memiliki nazar untuk melakukan mut’ah, sehingga

membuat dirinya dapat menjadi shigheh dikarenakan ia tengah berziarah

dan bernazar.

Sering kali, di wilayah pemakaman tersebut, banyak dijumpai para

perempuan yang mendatangi para mullah untuk melakukan pernikahan

Page 60: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

80

mut’ah berdasarkan nazar mereka. Para mullah ini yang diyakini

merupakan keturunan Rasulullah memiliki gelar sayyid, karena itulah para

perempuan tersebut banyak yang bernazar ingin melakukan mut’ah dengan

para sayyid.

Shigheh tidak selalu menerima mahar atau imbalan jenis lainnya

dari pihak laki-laki. Sebaliknya, terkadang, pihak perempuan-lah yang

menyerahkan imbalan atas kontrak itu kepada pihak sayyid. Kemudian,

pihak perempuan yang berinisiatif menawarkan mut’ah dan merundingkan

jangka waktu kontrak mereka berdua.

Namun, terdapat kasus-kasus tertentu, seorang mullah yang sayyid

menolak permintaan dari pihak perempuan seperti itu, meskipun untuk

memenuhi nazar. Faktor umur, misalnya perempuan yang bernazar itu

masih di bawah umur atau bahkan sudah tua, menjadi salah satu faktor

yang membuat mullah tersebut menolaknya.

3) Motif Fleksibilitas

Motif jenis ini paling banyak digunakan di kalangan para pembantu

rumah tangga. Wanita-wanita Iran banyak yang memakai cadar ketika

berada di lingkungan yang bukan menjadi mahram-nya.

Terkait cadar, para majikan yang kaya raya memperkerjakan para

pembantu rumah tangga wanita untuk tetap membuka cadarnya. Alasannya

adalah sangat sederhana, hanya untuk membuat mereka bergerak secara

leluasa atau fleksibel bekerja di dalam rumah majikan-majikan tersebut,

daripada harus membuka dan menutup cadar yang harus dipakai. Oleh

Page 61: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

81

karena itulah, banyak di antara majikan melakukan nikah mut’ah dengan

pembantu-pembantunya atas dasar persetujuan istri-istri majikan.

Bahkan, para pembantu tersebut sangat senang jika statusnya

diangkat menjadi seorang shigheh, karena hal itu merupakan suatu

kehormatan bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat di desa tempat ia

tinggal.

Motif ini juga bisa dilakukan dalam rangka mencari keturunan,

ketika sang istri dari pernikahan permanen mengalami kemandulan. Hal

tersebut tentu menjadi dasar seorang laki-laki dapat menceraikan istrinya,

tetapi, hal itu tidak diperbolehkan di kalangan syi’ah. Suami tersebut

dibolehkan untuk menikah secara permanen dengan perempuan lain (baca:

poligami) atau melakukan mut’ah dengan perempuan yang tidak mandul.

Motif seperti itu juga berlaku ketika seorang suami frustasi karena

istrinya selalu melahirkan anak perempuan. Sang suami dapat melakukan

mut’ah demi tujuan mendapatkan seorang putra dari shigheh-nya.

b. Motif Non-Seksual

Dilihat dari berbagai motif yang telah disebutkan di atas, pernikahan

mut’ah bisanya identik dengan suatu pernikahan yang dilakukan kepada laki-

laki dan perempuan dengan jangka waktu tertentu dan hanya untuk pemuasan

nafsu seksual semata. Namun, terdapat pernikahan mut’ah yang ditujukan

bukan untuk seks, yaitu shigheh mahramiyat.

Shigheh mahramiyat adalah suatu jenis motif pernikahan mut’ah yang

dilakukan dengan tujuan hanya untuk sekadar menjadi mahram saja. Di Iran,

Page 62: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

82

hubungan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram

sangat dibatasi keberadaannya karena dapat menimbulkan fitnah atau

semacamnya. Bagi wanita, mereka harus memakai hijab ke seluruh tubuh

mereka di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Oleh karena itu, untuk

Untuk mengesahkan hubungan antara dua orang yang bukan mahram demi

persahabatan atau keakraban antara mereka, muncul apa yang diistilahkan

sebagai shigheh mahramiyyat.

Contohnya adalah ketika seorang laki-laki melakukan mut’ah dengan

seorang anak kecil yang berumur 4 atau 5 tahun tanpa melakukan hubungan

yang bersifat seksual dengan tujuan hanya untuk bertemu ibu si anak tersebut

tanpa menggunakan hijab. Dengan cara ini, ibu dari anak tersebut secara

otomatis menjadi mahram selama-lamanya bagi si laki-laki, walaupun masa

kontraknya hanya satu jam saja.

Motif seperti itu juga bisa diterapkan kepada kakek atau nenek. Seorang

laki-laki Syiah dapat melakukan mut’ah dengan cucu salah seorang majikannya

agar ia dapat melakukan tugas-tugas kerumahtanggaan di dalam rumah

majikan. Dengan mut’ah itu, ia menjadi mahram selama-lamanya bagi kakek

atau nenek, meskipun cucu yang menjadi shigheh itu baru berumur dua tahun.

Selain untuk tujuan seperti itu, shigheh mahramiyyat dapat dilakukan

karena tuntutan untuk melakukan sebuah perjalanan jauh. Misalnya, seorang

janda yang ditinggal mati suaminya dan ia tidak memiliki mahram. Sementara

itu, sebelum meninggal-dunia, sang suami telah berwasiat agar dimakamkan di

kampung halamannya yang jauh. Untuk tujuan seperti ini, istri tersebut dapat

Page 63: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

83

melakukan mut’ah dengan seorang laki-laki yang bersedia menjadi suami tanpa

hubungan seksual dan menemaninya untuk melakukan wasiat itu.

Motif yang unik adalah mut’ah dalam rangka memudahkan seseorang

untuk mengambil keputusan. Sederhananya, seorang laki-laki ingin melakukan

pernikahan permanen dengan seorang perempuan yang tidak memiliki mahram

lewat perantaraan biro jodoh. Agar calon suami dapat mengenal calon istrinya

dengan lebih baik, seperti lewat tatap muka dan berbincang-bincang langsung,

pihak biro jodoh bersedia menugaskan salah seorang pegawai laki-lakinya

untuk men-shigheh-mahramiyyat-kan perempuan itu. Dengan demikian, calon

suami dapat mengenal lebih akrab calon istrinya meski harus ditemani oleh

salah satu pegawai biro jodoh. Mereka bisa meneruskan proses ta’aruf itu, jika

cocok. Jika tidak, mereka bisa menghentikannya.

Bentuk seperti itu pernah dipraktekkan pada akhir masa pemerintahan

Dinasti Pahlevi dulu. Setelah Revolusi Iran, praktik-praktik seperti itu mulai

menimbulkan skandal-skandal tidak mengenakkan dan mendapatkan sorotan

luas.

Motif seperti itu juga memiliki bentuk yang lain dan inilah yang cukup

umum dipraktikkan. Bentuk yang dimaksud disebut sebagai shigheh bala sar-i

atau shigheh makam suci. Bedanya, jika sebelumnya melalui perantaraan biro

jodoh, maka bentuk yang ini dilakukan di depan kuburan Ali Ridho di

Masyhad.

Dua calon suami-istri dapat mempersiapkan pernikahan permanennya

lewat shigheh mahramiyyat mereka masing-masing. Hanya saja, untuk tercipta

shigheh mahramiyyat, mereka melakukan akadnya di kuburan tersebut.

Page 64: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

84

Artinya, mereka masing-masing melakukan mut’ah agar dapat terbuka peluang

untuk saling mengenal lewat perantaraan mahram-mahram mereka. Jika

mereka merasa cocok dalam proses saling mengenal itu, mereka berdua dapat

menikah secara permanen kemudian.

Dengan demikian, pernikahan mut’ah dengan berbagai macam jenis

motifnya, kini telah menjadi suatu fenomena yang sudah biasa di kalangan

masyarakat Iran. Bahkan, pernikahan mut’ah tidak melulu soal hubungan yang

bersifat seksual saja, tapi kini telah berkembang menjadi pernikahan mut’ah

yang bersifat non-seksual, yakni hanya untuk sekadar menjadi mahram saja.

Pelegalan suatu hubungan melalui jalan pernikahan mut’ah ini sangat

penting bagi penganut syi’ah, karena berkaitan erat dengan kelangsungan hidup

mereka dan juga menghindari berbagai fitnah serta zina yang sewaktu-waktu

bisa saja menghampiri. Pernikahan mut’ah perlu dipertahankan untuk

memberikan kemudahan dan service yang spektakuler dan daya tarik ampuh

bagi para kader dan pengikut, terutama kalangan remaja agar bersemangat

dalam gerakan revivalisme65 syi’ah. Dikaranglah buku-buku khusus masalah

mut’ah yang dikemas begitu menarik disertai argumen-argumen filosofis, dan

juga berfungsi untuk mematahkan argumentasi non-syiah yang mengharamkan

mut’ah.66

65 Seruan agar kembali kepada ajaran agama yang murni 66 Mohammad Baharaun, Dari Imamah Sampai Mut’ah (Pasuruan: Pustaka Bayan, 2013),

hlm. 164.

Page 65: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

85

C. Dampak Pernikahan Mut’ah di Indonesia

Di dalam kehidupan ini, manusia pasti melakukan suatu tindakan tertentu,

entah itu perbuatan baik ataupun perbuatan yang buruk. Setiap perbuatan pasti

memiliki dampak yang mengharuskan seseorang untuk menerimanya, baik itu

dampak positif maupun negatif. Seperti halnya dalam tindakan seseorang untuk

memilih pernikahan mut’ah yang dianggap merupakan pernikahan yang

menimbulkan pro-kontra di kalangan tertentu. Pernikahan tersebut pasti memiliki

dampak positif maupun negatif bagi pelakunya.

Di Indonesia, nikah mut’ah sering disebut sebagai kawin kontrak.

Pernikahan ini biasanya dilakukan di kawasan wisata seperti Puncak Bogor.

Mayoritas pelaku pernikahan ini adalah turis-turis asing asal Timur Tengah yang

sedang berwisata dan menikmati keindahan alam sekitar. Mereka tinggal dan

menginap di villa kurang lebih 1 minggu hingga sampai 1 bulan.67 Umumnya

mereka menginginkan pelayanan plus-plus selama berada di kawasan tersebut,

salah satunya adalah dengan melakukan kawin kontrak dengan wanita daerah

sekitar. Wanita yang melakukan pernikahan ini biasanya berasal dari luar daerah

tersebut. Pelaksanaan kawin kontrak ini persyaratannya hampir sama seperti nikah

mut’ah yang terjadi di Iran.

Tujuan pria-pria Timur Tengah melakukan kawin kontrak ini adalah untuk

pemuasan nafsu seksual mereka karena tinggal di daerah tersebut dalam waktu

yang cukup lama, kemudian untuk penyesuaian lingkungan, karena mereka telah

terbiasa dengan tradisi nikah mut’ah atau kawin kontrak. Sementara itu, bagi

67 Rusli Doelbari, Kepala Desa Tugu Selatan, Wawancara Pribadi (Cisarua, 12 Maret 2011),

dikutip dalam skripsi Surahman, Praktek Nikah Wisata di Puncak Desa Tugu Selatan

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor (Jawa Barat) Ditinjau Dari Hukum Islam (Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah, 2011), hlm. 56.

Page 66: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

86

wanita yang menyediakan dan melakukan pernikahan ini disebabkan tergiur akan

penghasilan yang diperoleh. Uang yang didapat berkisar jutaan hingga ratusan

juta rupiah, itu pun dibagi secara merata untuk calo, makelar dan sewa villa.68

Pernikahan mut’ah yang terjadi di Indonesia menyisakan berbagai

pengalaman tersendiri bagi pelakunya. Setelah melakukan kawin kontrak ini,

mayoritas wanita dari pelaku nikah ini menilai positif profesi ini, namun ada juga

yang menilai profesi ini lebih banyak negatifnya.

1. Dampak Positif

Pernikahan mut’ah dinilai memiliki banyak dampak yang negatif

bagi pelakunya, namun pernikahan ini juga memiliki dampak positif yang

justru sangat dibutuhkan oleh pelaku. Dampak positif nikah mut'ah adalah

si pelaku mendapatkan apa yang ia inginkan yaitu kepuasan seksualnya.

Selain itu, kebutuhan ekonomi keluarga terutama bagi sang pelaku wanita

dapat terpenuhi sesuai dengan upah yang diberikan.

Berdasarkan hal tersebut, sekalipun pernikahan mut’ah atau kawin

kontrak dipandang sebagai suatu hubungan yang dianggap tak layak,

namun para pelaku nikah mut’ah ini tetap mendapatkan sesuatu yang

mereka inginkan, salah satunya adalah mendapatkan upah (mahar) yang

menjanjikan sesuai dengan keinginan mereka. Jika sang wanita hamil dan

melahirkan anak, anak tersebut tetap mendapat hak waris walaupun

pasangan tersebut tidak saling mewarisi. Namun dalam realitanya,

68 Mizter Imam, Arab Kawin Dengan ABG Puncak, 2011, diakses pada 14 September 2015,

pukul 14.30 dengan alamat https://www.youtube.com/watch?v=OKEjkvFp364

Page 67: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

87

mayoritas anak dari hasil hubungan ini banyak yang tidak dianggap oleh

ayahnya, sehingga menimbulkan kerugian bagi si anak69.

2. Dampak Negatif

Dampak negatif pada pernikahan mut’ah atau kawin kontrak

cenderung lebih banyak dibandingkan dampak positifnya. Di Iran sendiri

yang merupakan negara penganut syi’ah terbesar di dunia dan memiliki

Undang-Undang Pernikahan Mut’ah pun sering kali ditentang oleh

masyarakatnya. Tampaknya yang paling gigih menentang praktik mut’ah

di negerinya sendiri adalah kalangan wanita. Belakangan kaum hawa Iran

memang pernah melakukan unjuk rasa menuntut penghapusan mut’ah dari

bumi Persia yang dipelopori oleh Fatimah Karrubi. Fatimah Karrubi

merupakan seorang putri dari Mahdi Karrubi, Ketua Parlemen Iran.70

Selain itu, masih ada dampak negatif dari pernikahan mut’ah yang

terjadi di era modern ini, seperti ketidakjelasan nasab dan timbulnya

penyakit kelamin, yaitu yang paling berbahaya adalah AIDS. Sebab, pihak

wanita tak ubahnya seperti barang dagangan yang dengan mudahnya dapat

dipindahtangankan, asal ia mau untuk dikontrak. Dalam proses berganti-

ganti pasangan tersebut, mitra seks pasti mengandung resiko tinggi

terjangkit penyakit AIDS. Pada tahun 1994 di Iran, tercatat 5000 orang

penderita AIDS, 82 meninggal (Republika 26 Juli 1994). Namun, berita

yang memilukan ialah adanya sekitar 250 ribu anak terlantar tanpa bapak

(seperti disiarkan Majalah Asshira’ dari Teluk, yang sempat

69 Ibid. 70 Majalah Semesta, Wanita Emoh Dimut’ah, Juli 1992, dikutip dalam Mohammad Baharun,

Dari Imamah Sampai Mut’ah (Pasuruan: Pustaka Bayan, 2013), hlm. 169.

Page 68: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

88

didokumentasikan dalam ‘Kliping’ Yayasan Albayyinat Indonesia) akibat

nikah mut’ah yang tak bertanggung jawab.71

Kasus-kasus di atas hampir sama seperti yang ada di Indonesia.

Mayoritas dari kaum hawa banyak yang merasa diuntungkan dengan

penghasilan yang didapat. Namun, terdapat beberapa yang merasa trauma

dan tidak kuat mental dengan adanya kawin kontrak di daerah wisata

Puncak Bogor. Mereka merasa seperti dilecehkan karena alasan tertentu,

salah satunya adalah hanya dijadikan pembantu atau budak, bukan diakui

sebagai pasangan.

Selain beberapa dampak negatif yang telah disebutkan diatas,

terdapat dampak negatif lain cukup penting yakni rumah tangga dan

keluarga yang telah dibina menjadi rusak. Sebagian dari pelaku pernikahan

mut’ah atau kawin kontrak ini sudah berkeluarga dan memiliki anak. Jika

salah satu pasangannya melakukan perbuatan ini tanpa diketahui keluarga,

maka berakibat menjadi tidak terurus, timbul rasa tidak saling percaya dan

curiga, sehingga memicu adanya konflik internal. Anak-anak menjadi

tidak terdidik dengan baik dan hanya melahirkan generasi yang tak

bermoral.

Secara hukum positif Indonesia, kedudukan istri dalam nikah

mut’ah tidak diakui/tidak sah, jadi tidak berhak untuk menuntut apapun,

termasuk nafkah, harta gono-gini, baik sewaktu masih hidup, maupun

setelah meninggal. Selain itu, status anak yang dihasilkan dari pernikahan

mut’ah, tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sebagaimana

71 Mohammad Baharun, Dari Imamah Sampai Mut’ah (Pasuruan: Pustaka Bayan, 2013),

hlm. 168 (Data dihimpun pada tahun 2003, tidak diketahui perkembangan selanjutnya)

Page 69: BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Munculnya Syi’ah dan ... · minoritas di Afghanistan, India, Pakistan, ... dan beberapa di daerah bekas Uni Soviet. d) ... melawan musuh-musuhnya,

89

tercantum dalam pasal 42 dan pasal 43 UU pernikahan, pasal 10 KHI.

Secara sosial berkaitan dengan psikologi dari perempuan atau anak yang

dihasilkan karena jika lingkungan sudah menolak, maka akan

memengaruhi psikologi dari mereka, seperti tertutup dengan lingkungan

karena perasaan malu pada statusnya.72

Berdasarkan beberapa dampak yang telah disebutkan, baik dampak positif

maupun negatif, kita seharusnya bisa mengambil tindakan secara bijak. Jika

menjalin suatu hubungan yang serius, maka alangkah baiknya untuk

mempertimbangkan beberapa hal yang dapat memberi manfaat untuk diri sendiri

maupun orang lain. Tentu saja cara yang ditempuh haruslah yang baik dan tidak

merugikan yang lain. Kalau tujuannya untuk ibadah haruslah diniatkan Lillahi

Ta’ala dan tidak berlebih-lebihan.

72 LPPI Makassar, Keluarga di Kampung Tidak Tahu Kalau Anaknya Mut’ah di Kota, 2014,

diakses pada 14 September 2015, pukul 21.23 dengan alamat

http://www.lppimakassar.com/2014/04/keluarga-di-kampung-tidak-tahu-kalau.html