BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI BATU AKIK fileJalan cerita (story line) yang ingin di tonjolkan...

30
7 BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI BATU AKIK Pada bab ini dijelaskan mengenai pemahaman dan tinjauan mengenai batu akik dan pengolahannya, serta kegiatan yang berlangsung pada galeri batu akik seperti misalnya kegiatan pengolahan dari batu mentah menjadi barang yang dapat di perjual belikan, kegiatan penjualan batu akik dan mengenal jenis batu akik, serta studi banding dan literatur dari fasilitas sejenis. 2.1 Galeri 2.1.1 Pengertian Galeri Berikut ini merupakan beberapa definisi dari galeri: 1. Menurut extimologinya kata gallery atau galeri, berasal dari kata Galleria. Kata ini dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan salah satu sisi terbuka. Di Indonesia galeri dikenal sebagai banguanan dimana tempat memamerkan barang yang memiliki nilai seni, seperti lukisan, patung atau barang yang memiliki nilai historis. ( Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1996)

Transcript of BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI BATU AKIK fileJalan cerita (story line) yang ingin di tonjolkan...

7

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP GALERI BATU AKIK

Pada bab ini dijelaskan mengenai pemahaman dan tinjauan mengenai batu akik dan

pengolahannya, serta kegiatan yang berlangsung pada galeri batu akik seperti misalnya kegiatan

pengolahan dari batu mentah menjadi barang yang dapat di perjual belikan, kegiatan penjualan

batu akik dan mengenal jenis batu akik, serta studi banding dan literatur dari fasilitas sejenis.

2.1 Galeri

2.1.1 Pengertian Galeri

Berikut ini merupakan beberapa definisi dari galeri:

1. Menurut extimologinya kata gallery atau galeri, berasal dari kata Galleria. Kata ini

dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan salah satu sisi terbuka. Di Indonesia

galeri dikenal sebagai banguanan dimana tempat memamerkan barang yang

memiliki nilai seni, seperti lukisan, patung atau barang yang memiliki nilai historis. (

Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1996)

8

2. Galeri yang bersifat milik perseorangan untuk menjual atau memasarkan benda seni,

sebagian besar memiliki ruang yang lebih kecil dari museum dan tidak disiapkan

untuk menampung pengunjung dalam jumlah banyak. Di dalam suatu perencanaan

galeri harus diperhatikan adalah perencanaan ruang, pencahayaan,dan warna harus

baik hingga dapat mendukung objek yang ingin dipamerkan. (Pile, 2003)

3. Galeri biasanya melakuakan tiga jenis kegiatan yaitu (Cahyono, 2002):

Mensponsori atau menyelenggarakan pameran yang secara berkala, benda

benda seni yang dipamerkan bersifat mudah di pindahkan dari satu tempat ke

tempat lain.

Menjual atau memasarkan karya seni rupa, dengan penataan yang baik tidak

ubahnya seperti menata pameran. Benda-benda untuk penjualan tetap ini

akan diturunkan dari tempa pajangan kalau ada kegiatan pameran di daerah

tertendu.

Menjadikan kedua kegiatan tersebut menjadi satu kesatuan sehingga kegiatan

penjualan dan pameran dapat dilakukan bersamaan di salam suatu ruangan.

4. Galeri adalah ruangan atau bangunan untuk memamerkan barang yang merupakan

hasil karya seni. ( Oxford English Reference Dictionary, 2002)

Dari penjelasan yang sudah dijabarkan sebelumnya maka dapat disimpulkan galeri adalah

suatu fasilitas yang berupa bangunan atau ruangan dimana fungsinya antara lain untuk

mendukung pameran maupun penjualan dari suatu benda seni.

2.1.2 Fungsi dan Peranan Galeri

Galeri memegang peranan penting dalam perkembangan seni di masa ini karena merupakan

salah satu tempat untum memamerkan dan memasarkan benda seni. (Cahyono, 2002)

membedakan fungsi pameran menjadi empat kategori, yaitu:

1. Fungsi apresiasi diartikan sebagai kegiatan untuk menilai dan menghargai karya

seni. Melalui kegiatan pameran ini diharapkan dapat menimbulkan sikap

menghargai terhadap karya seni. Suatu penghargaan akan timbul setelah

pengamat (apresiator) melihat, menghayati, memahami karya seni yang

disaksikannya. Melalui kegiatan ini pula akan muncul apresiasi aktif dan apresiasi

pasif. Apresiasi aktif, biasanya seniman, seteleh menonton pameran biasanya

9

termotivasi/terdorong untuk mencipa karya seni sedangkan apresiasi pasif

biasanya terjadi pada orang awam, setelah menyaksikan pameran biasanya bisa

menghayati, memahami dan menilai serta menghargai karya seni.

2. Fungsi edukasi, kegiatan pameran karya seni akan memberikan nilai-nilai ajaran

terhadap masyarakat terutama apresiator, misalnya nilai keindahan, nilai sejarah,

nilai budaya, dan sebagainya. Begitu pula halnya dengan pameran sekolah, maka

tentunya karya yang dipamerkan harus memiliki nilai-nilai yang positif terhadap

siswa dan warga sekolah.

3. Fungsi rekreasi, kegiatan pameran memberikan rasa senang sehingga dapat

memberikan nilai psikis dan spiritual terutama hiburan. Dengan menyaksikan

pameran, apresiator menjadi senang, tenang dan memberikan pencerahan. Lebih

jauh lagi kegiatan menonton pameran terkait dengan salah satu fungsi seni

sebagai katarsis (pengobat jiwa).

4. Fungsi prestasi dimaksudkan bahwa melalui kegiatan pameran dapat diketahui

para seniman yang berbakat, Hal ini bisa kita saksikan dari bentuk-bentuk kreasi

yang ditampilkan. Apresiator bisa memberi penilaian apakah seniman yang

menciptakan karya ini kreatif atau kurang kreatif.

2.13 Penyajian Koleksi Galeri

Di dalam suatu galeri penyajian koleksi memegang peranan vital yaitu bagaimana suatu

informasi di dalam suatu karya seni dapat tersampaikan dengan baik kepada pengunjung dan

juga pengunjung dengan leluasa melihat karya seni tersebut. Beberapa tata cara penyajian

pameran yang harus diperhatikan yaitu:

1. Teknik Penataan Pameran

Teknik ini dilakukan apabila sudah memenuhi beberapa prinsip umum untuk penataan

dan membuat suatu desain pameran. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

Jalan cerita (story line) yang ingin di tonjolkan dalam pameran tersebut.

Tersedianya bahan dari pameran tersebut yang berupa koleksi atau benda galeri.

Teknik dan metode yang dipergunakan di dalam suatu pameran.

10

Sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya suatu pameran dan juga

ketersediaan dana.

Disamping hal yang telah disampaikan sebelumnya ada beberapa aspek lainnya yang perlu

diperhatikan antara lain fungsional, aman, ekonomis dan estetis. (Pedoman Teknis Pembuatan

Sarana Pameran di Museum , 1994)

2. Teknik Penyajian Pameran

Di dalam suatu pameran perlu halnya dalam memperhatikan penempatan materi di dalam

pameran contohnya penempatan panel di dalam suatu pameran, haruslah memperhatikan

kenyamanan pengunjung. Maka dari itu penyajian dan penempatan materi melambangkan

berhasilnya suatu desain pameran.

Ukuran penyajian juga harus memperhatikan anatomi tubuh manusia, dalam hal ini

adalah anatomi tubuh orang Indonesia dengan tinggi antara 155cm-180cm. dengan

keampuan gerak leher manusia ke atas 30˚ dan ke bawah 30˚. Maka dapat diperkirakan

tinggi maksimal suatu panel atau vitrin adalah 243,8 cm.(Panero, 1979)

Gambar 2.1 Jarak Tinggi Panel Dan Vitrin

Sumber : Human Dimension & Interior Space, 1979

3. Kenyamanan pandang manusia

Penyajian sebuah objek pameran pada ukuran tinggi dan lebar objek didasarkan pada

kemampuan pandang horisontal dan vertikal manusia. Dengan ilustrasinya dapat dilihat pada

gambar 2.5

11

a. Kenyamanan pandang horisontal

Batas standar kenyamanan pandang manusia adalah 30˚ ke kiri dan 30˚ ke kanan

sedangkan untuk batas visual manusia adalah 62˚ ke arah kiri dan 62˚ arah ke

kanan.

b. Kenyamanan pandang vertikal

Untuk batas kenyamanan vertical adalah 30˚ ke arah atas maupun arah bawah.

Jika melewati batasan tersebut maka dipastikan objek tersebut tidak semua akan

terlihat.

Gambar 2.2 Kenyamanan Pandang Manusia

Sumber : Human Dimension & Interior Space, 1979

4. Tata cahaya

Pentataan pencahayaan yang baik akan menarik bagi pengunjung dan juga

membuat kesan menjadi dramatis, fungsi pencahayaan disini bukan hanya sebagai

mempermudah pengunjung untuk melihat barang pameran tetati juga dapat memberikan

penekanan atau memfokuskan pada suatu objek pameran.

Penempatan penerangan untuk lukisan dapat dibagi menjadi dua yaitu (Tombazis, 2004)

: (ilustrasi dapat dilihat pada gambar 2.6)

a. Uniform Illumination ( pencahayaan yang seragam)

Memberikan pencahayaan pada seluruh bidang vertikal yang diterima objek yang

akan memeberikan penonjolan pada arsitektur.

b. Non Uniform Illumination (pencahayaan yang tidak seragam)

12

Pencahayaan yang terfokus pada satu objek, dan sekitarnya akan berada pada

kegelapan sehingga akan memeberikan efek yang dramatis pada benda seni

tersebut.

Gambar 2.3 Penataan Cahaya Pada Pameran

Sumber : Museum Handbook, 2004

5. Tata Akustik

Penataan akustik dalam pameran biasanya terdiri dari 2 jenis yaitu : permukaan yang

terdiri dari permukaan plester keras termasuk langit langit dan bukaan alami. Dan jenis yang

kedua adalah ruangan dengan penghawaan buatan (AC) dimana pada langit-langit akustik

dapat menyembunyikan peralatan dari penghawaan tersebut. Pada ruangan yang tidak

memiliki penataan akustik waktu dengung bisa mencapai 7 detik sedangkan pada ruangan

yang memiliki tata akustik waktu dengungnya dibawah 1 detik. (Tombazis, 2004)

Pada bangunan museum sumber kebisingan biasanya terletak di dalam bangunan itu

sendiri, kebisingan dari luar biasanya tidak terlalu berpengaruh. Pengendalian gema atau

penataan akustik biasanya menggunakan bahan penyerap akustik dari jenis yang berpori (

woll mineral, busa berpori terbuka, plaster semprot dan sintered stone). Bahan ini umum

digunakan karena dapat menyerap suara dari yang berfrekwensi sedang sampai tinggi.

Pengelolaan kebisingan eksternal dari bangunan seperti Pusat Seni sangat tergantung

pada bagian terluar dari bangunan tersebut. Sumber kebisingan pada bagian eksterior

biasanya bersumber dari kebisingan transpotasi dan antrian pengunjung yang ingin masuk ke

dalam bangunan.

a. Uniform illumination b. non uniform illumination

13

Gambar 2.4 Instalasi Penataan Akustik

Sumber : Museum Handbook, 2004

6. Tata Letak

Tata letak pada sebuah museum sangat bergantung pada storyline yang ingin ditonjolkan

di dalam sebuah pameran hal ini akan menyebabkan timbulnya narasi yang baik dari tempat

awal sampai akhir pameran. Macam macam alternative penataan galeri (Littlefield, 2008)

(dapat dilihat pada gambar 2.5.)

14

Gambar 2.5 Rencana Genetik Untuk Area Pameran. a. open plan, b. satellite, c. linear, d. loop, e. complex, f.

labyrinth.

Sumber : Metric Handbook Planning and Design Data, 2008

Di dalam suatu pameran hubungan pengunjung dengan koleksi pameran sangat lah

penting. Di dalam perkembangan pada saat ini penggunan media audio visual sangat banyak

dipergunakan untuk menjelaskan suatu benda pameran. Hal ini akan jauh lebih menarik

daripada pengunjung hanya membaca pada kertas yang membosankan.

Perlunya komunikasi ini akan mendasari pada penggunaan media yang lebih interaktif

antara pengunjung dan koleksi pameran tersebut. Maka penentuan jenis media yang dipakai

untuk interaksi perlu direncanakan sejak awal proses design sebuah pameran. Penggunaan

media pada pameran dapat dilihat pada gambar 2.6

15

Gambar 2.6 Penggunaan Multimedia Pada Pameran

Sumber : Metric Handbook Planning and Design Data, 2008

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam merencanakan tata letak sebuah pameran antara

lain proporsi, warna, bentuk, garis, keseimbangan dan kontras. Dalam penerapannya

biasanya sering mengabaikan hal diatas,maka dari itu dipelukannya perencanaan yang

matang.

2.1.4 Permasalahan Desain Di Dalam Galeri

Dalam suatu perencanaan pasti memiliki permasalahan yang disebabkan banyak faktor.

Di dalam perencanaan suatu pameran faktor yang paling berpengaruh adalah dari segi kelakuan

atau prilaku pengunjung itu sendiri dan sirkulasi pameran. (Dean, 1996)

1. Permasalahan akibat pengunjung.

Implikasi dari respons manusia terhadap ruang dan sarana terkait dengan kecenderungan

perilaku. Beberapa di antaranya perilaku yang akrab bagi desainer dan telah berkembang

menjadi beberapa kebiasaan yang sering tidak disadari oleh pengunjung itu sendiri. Masalah

berikut itu adalah ,menyentuh, respon terhadap antrian, pengelihatan objek dan duduk atau

menekan pada objek pameran. Berikut ini adalah ilustrasi permasalahan yang sering terjadi

akibat pengunjung dapat dilihat pada gambar 2.7.

16

Gambar 2.7 Permasalahan Akibat Pengunjung

Sumber : Museum Exhibition-Theory and Practice

2. Sirkulasi pameran

Permasalahan sirkulasi pameran menjadi faktor tambahan yang perlu ditangani, cara

bagaimana pengunjung dapat bersirkulasi dengan baik di dalam suatu ruangan pameran.

Berikut terdapat 3 metode yang biasanya digunakan untuk dapat pengunjung mendekati

pameran. Tentunya cara tesebut dapat dimodifikasi oleh designer tergantung pada konsep

pameran dan tujuan dari pameran tersebut. Dari ketiga metode ini tentunya memiliki

kelebihan dan kekurangan masing-masing.

a. Suggested Approach (pendekatan satu arah)

Metode ini menggunakan warna, pencahayaan, landmark dan hal yang

bersifat visual untuk menarik pengunjung, di sepanjang pameran tidak ada

pengaturan fisik dan mengarahkan pengunjung ke satu jalan. Kesulitan pada metode

c. Kenyamanan pengelihatan terhadap objek

a. Kebiasaan duduk atau menekan

b.

17

ini adalah sulit untuk memberikan kenyamanan pada pengunjung karena pengunjung

tidak bebas dan menuju satu arah.

Kelebihan dari metode ini adalah memberikan kemudahan dalam mencerna

informasi dalam setiap jalurnya. Informasi yang disajikan juga bertahap sehingga

pengunjumg tidak kebingungan. Sedangkan kekurangan pada metode ini adalah

sangat bergantung pada elemen design yang digunakan untuk mememberikan

pengalaman belajar yang baik. Gambaran pola sirkulasi dapat di lihat pada gambar

2.8

Gambar 2.8 pola Suggested Approach (pendekatan satu arah)

Sumber : Museum Exhibition-Theory and Practice

b. Unstructured approach (pendekatan tidak terstruktur)

Setelah memasuki galeri pengunjung dapat memilih jalannya sendiri tanpa

ada rute yang menyarankan rute tersebut benar atau salah. Pada dasarnya gerakan

yang tidak diarahkan ini sering menjadi karakteristik dari sebuah galeri.

Sama halnya dengan metode lain, metode ini juga memiliki kelebihan dan

kekurangan. Metode ini sangat cocok untuk pameran yang berorientasi pada

objek. Hal ini memungkinkan pengunjung untuk bergerak dengan kecepatan

mereka sendiri dan memutuskan prioritas mereka sendiri. Sedangkan metode ini

tidak bekerja dengan baik dengan alur cerita dan pengarah presentasi. Ilustrasi

penggambaran pola dapat dilihat pada gambar 2.9

18

Gambar 2.9 Pola Unstructured approach (pendekatan tidak terstruktur)

Sumber : Museum Exhibition-Theory and Practice

c. Directed approach (pendekatan langsung)

Metode ini lebih kaku dan terbatas dibanding dengan metode lainnya.pameran biasanya

diatur dalam pola sirkulasi satu arah. Metode ini meminimalkan pengunjung dapat keluar

sebelum dia melihat seluruh pameran. Keuntungan dari metode ini memungkinkan

pameran berjalan terstruktur dan pameran bersifat subjektif. Namun hal ini metode ini

juga memiliki kekurangan, pengunjung akan lebih berorientasi ke luar sebagian

pengunjung akan mencari jalan keluar. Dalam beberapa kasus juga menyebabkan tidak

lancarnya sirkulasi karena perbedaan kepentingan pengunjung, pengunjung yang ingin

belajar akan lebih lama meneliti di datu objek sedangkan pengunjung yang ingin keluar

merasa terhalangi.

Gambar 2.10 Pola Directed approach (pendekatan langsung)

Sumber : Museum Exhibition-Theory and Practice

19

2.1.5 Perawatan Koleksi Galeri

Dalam suatu pameran, perawatan terhadap barang-barang pameran mutlak dilakukan agar

barang pameran tersebut bisa bertahan lama dan bisa juga dilihat dalam jangka waktu lama.

Berikut adalah beberapa cara perawatan terhadap barang koleksi pameran (Dean , 1996):

1. Faktor iklim dan lingkungan

Kelembaban udara relative yang sesuai bagi berbagai jenis benda koleksi yaitu atara

45%-60% dengan suhu udara berkisar antara 20˚C sampai 24˚C. Alat untuk mengurangi

tingkat kelembaban udara yaitu dehumidifyer sedangkan alat untuk mengurangi

kekeringan udar disebut humidifyer.

2. Cahaya

Bahan batu, logam dan keramik pada umumnya tidak peka terhadap cahaya.

Bahan-bahan organic seperti kertas, tekstil, koleksi ilmu hayat peka sekali terhadap

pengaruh cahaya, contohnya cahaya yang mengandung unsur ultraviolet akan dapat

menimbulkan perubahan pada warna dan bahan. Pencegahanya dapat dilakukan dengan

memasang dinding reflector yang dicat dengan zick oxide atau titanium trioxide di atas

lemari pameran hingga radiasi ultraviolet terserap.

3. Faktor serangga

Ada dua macam cara perawatan terhadap benda koleksi yaitu dengan insektisida dan

fumigasi. Fumigasi menggunakan zat kimia yang dapat menguap pada suhu normal yang

dilakukan pada ruang kedap udara dengan menggunakan zat paradichloro benze, carbon

disulphide, carbon tetrachloride, dan metil bromide.

4. Mikro organisme

Untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme perlu adanya penjagaan kondisi ruangan

yaitu temperatur dan kelembaban udara agar tetap ideal. Karena faktor itulah yang

menyebabkan tumbuhnya mikro organisme.

20

2.1.6 Kegiatan Komersial Pada Galeri Batu Akik

Pengertian penjualan menurut henry simamora dalam buku “Akuntansi Basis Pengambilan

Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan

merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa.

Penjualan adalah proses dimana sang penjual memuaskan segala kebutuhan dan keinginan

pembeli agar dicapai manfaat baik bagi sang penjual maupun sang pembeli yang berkelanjutan

dan yang menguntungkan kedua belah pihak. (Winardi 1991:2)

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah kegiatan pemasaran

barang dan jasa dimana terdapat dua belah pihak yang berinteraksi yaitu penjual dan pembeli.

Dimana kedua belah pihak tersebut mendapat keuntungan yang sama.

2.2 Batu Akik

2.2.1 Pengertian Batu Mulia

Batu mulia adalah batu permata / batu aji. Tidak ada batasan yang baku mengenai

pengertian atau definisi dari batu mulia. Sujatmiko dalam dokumen presentasinya yang

berjudul "Potensi Batu Mulia Indonesia Yang Terlupakan," mengartikan bahwa Batu mulia

adalah setiap jenis batuan batuan, mineral , dan bahan mentah alam lainnya yang setelah diolah

atau diproses memiliki keindahan dan ketahanan yang memadai untuk dipakai sebagai barang

perhiasan. Sedangkan pengertian lainya bahwa batu mulia adalah semua mineral atau batu yang

dibentuk hasil proses geologi, dimana unsurnya terdiri atas satu atau beberapa komponen kimia.

(Chandra, 2014)

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).batu mulia dapat didefinisikan

sebagai berikut :

Batu adalah benda keras dan padat yg berasal dr bumi atau planet lain, tetapi bukan logam;

“Mulia adalah bermutu tinggi; berharga (tt logam, msl emas, perak, dsb)”

Batu mulia adalah batu berharga yang digunakan sebagai permata. Permata disini dapat

diartikan sebagai batu berharga terutama yang sudah dipotong dan dipoles. ( Oxford English

Refrence Dictionary, 2002)

Melihat definisi diatas, kata batu menjadi berharga jika dikaitkan dengan kata mulia.

Artinya batu-batu mulia itu memang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu

21

kualitas batu mulia biasanya ditentukan dengan beberapa faktor seperti kemurnian atau keaslian,

kekerasan dengan menggunakan skala Mohs, warna, bentuk dan ukuran.

Untuk melihat level kekerasan sebuah batu , biasanya menggunakan nilai yang diukur

dengan skala Mohs. Metode ini ditemukan oleh Friedrich Mohs. Dia adalah seorang peneliti

mineral yang memiliki minat besar pada dunia bebatuan. Metode ini menggunakan cara

pengukuran dengan memperbandingkan kekuatan saling menggores antara satu batu dengan

yang lainnya, kemudian mengklasifikasikannya ke dalam sepuluh tingkatan. Semakin besar

angka levelnya, semakin tinggi tingkatannya, maka harganya juga akan semakin mahal.

Dengan keberadaan skala Mohs ini, orang menjadi lebih mudah memetakan jenis-jenis batu

mulia sesuai dengan mutunya. Secara garis besar, dengan indikator skala Mohs

2.2.2 Jenis dan Kegunaan Batu Mulia

Beberapa jenis batu mulia (permata) seperti Berlian (Diamond), Safir (Sapphire), Zamrud

(Emeralad), Opal (Kalimaya), Amethyst (Kecubung), Bacan & Obi (Giok / Jade Indonesia), dan

Batu Garut. (Chandra, 2014)

Sedangkan dalam Handbook of Commodity Profile, Indonesian Gemstones Exclusively

Captivating, Kementerian Perdagangan RI, batu mulia mempunyai dua jenis yaitu :

a. Precious Stones (Batu Mulia)

Sebuah batu dapat dikategorikan dalam jenis batu mulia, jika memiliki skala Mohz

antara 7,5 hingga 10. Level kekerasan yang dimiliki pada tingkat ini, membuatnya

punya kemampuan untuk menggores kaca.

Gems yang paling keras adalah Intan. Dari semua precious stone, Intan memang

ratunya. Selain paling mahal, juga punya nilai artistik tinggi dari cahaya susunan

kristal kubus yang dipancarkannya.

Setelah Intan, yang juga termasuk bahan permata unggul dengan skala Mohz di

atas tujuh setengah antara lain adalah Ruby, Safir, Topaz, Zamrud, dan Aquamarine

Perbedaan satu level pada skala Mohz bisa menggambarkan perbedaan daya tahan

yang sangat signifikan. Sebagai contoh, Intan yang berskala Mohz sepuluh bisa jauh

lebih tangguh hingga empat kali lipat daripada Ruby (skala Mohz 9), dan kekerasan

Ruby bisa hampir dua kali lipat dari Zamrud (8).

22

b. Semi-Precious Stones (Batu Setengah Mulia)

Batu setengah mulia di dalam masarakat Indonesia lebih populer dengan nama

batu akik. Beberapa batu, sebetulnya lebih tepat digolongkan dalam jenis batu

setengah mulia, jika level kekerasannya berada di antara 6.5 hingga 7.5 skala Mohz.

Batu yang termasuk dalam kategori ini, memiliki kemampuan daya tahan dalam

tingkatan sedang, meskipun keindahannya ada juga yang tidak kalah dengan permata

kelas atas.

Beberapa jenis semi-precious stone antara lain adalah Giok, Prehnit, Felspar,

Garbet, Turquis, serta bermacam batu kuarsa seperti Amethyst atau Kecubung, Sitrin,

Karnelian, Opal, dan Agat. Meskipun level kekerasannya ada di kelas menengah,

batu-batu ini tetap menjadi buruan para kolektor untuk dibuat menjadi permata berkat

keelokannya.

Di Indonesia banyak terdapat jenis jenis batu semi-precious stone atau batu

setengah mulia antara lain sebagai berikut :

Kecubung ungu (amethyst)

Kecubung kuning (citrine)

Kecubung teh (smoky quartz)

Kalimaya (opal)

Krisopras hijau (chrysoprase)

Krisokola biru (chrysocolla)

Kalsedon tembaga (copper chalcedony)

Batu meteorit (tektite)

Akik Yaman (carnelian agate)

Kecubung jarong (purple chalcedony)

Opal biru (blue opal)

Jasper (variegated jasper)

Biduri tawon (silicified coral)

Garnet (garnet)

Fosil kayu membatu (petrified wood)

Kalsedon (chalcedony)

23

Giok nefrit (nephrite jade)

Prehnit (prehnite)

Krisopal (chrysopal)

Ada lima kegunaan batu mulia, diantaranya yaitu pertama, sebagai bahan perhiasan. Kedua,

sebagai sarana investasi dan ketiga adalah untuk keperluan industri contohnya batu safir

dimanfaatkan dalam pembuatan kaca tahan gores misalnya kaca pada jam tangan. Kemudian

intan digunkan untuk melapisi pemotong dan alat pengeboran minyak. Selaian itu batu ruby

digunakan untuk membuat peralatan laser. Untuk kegunaan batu mulia yang ke empat dan ke

lima terkait dengan kepercayaan dan keyakinan masing masing umat. (Chandra, 2014)

2.2.3 Pengolahan Batu Akik

Secara umum proses pengolahan batu akik melalui tiga tahap. Dimulai dari tersediannya

bahan mentah. Kemudian pengerjaan hingga akhirnya menjadi barang jadi misalnya perhiasan.

Berawal dari bongkahan batu besar yang biasanya di temukan di tempat-tempat penambangan

batu. Biasanya berupa bongkahan besar.

Setelah didapatnya bongkahan batu akik maka dilihat bagian mana yang kira-kira memiliki

warna dan motif dari jenis batu akik tersebut. Pemecahan menggunakan alat tertentu dilakukan

untuk mendapat serpihan yang nantinya dapat dibuat menjadi perhiasan. Setelah di pecah

dilakukan proses penghalusan dan pemolesan agar batu tersebut semakin memancarkan

keindahannya.

Gambar 2.11 Pengolahan Batu Akik

Sumber : http://www.muradmaulana.com (16-3-2015, 19:12)

24

Sedangkan perlatan untuk pengolahan terbagi menjadi tiga, yakni peralatan tradisional

seperti velg sepeda ontel yang dikayuh dengan tangan. Selain itu bambu. Biasanya untuk produk

desain sederhana misal cincin. Biasanya pentuk yang dihasilkan berupa bulat, oval dan segi

empat yang dijadikan sebagai hiasan cincin.

Pembuatan menggunakan alat tradisional memiliki kekurangan yaitu masalah waktu

pembuatan yang memakan waktu lama jika dibandingkan alat yang sudah menggunakan tenaga

listrik. Alat tradisional masinh menggunakan tenaga manusi itu sendiri. Akan tetapi untuk

masalah kualitas tidak ada bedanya dengan alat yang menggunakan tenaga listrik.

Gambar 2.12 Pengolahan dengan Alat Tradisional

Sumber : http://www.muradmaulana.com (16-3-2015, 19:12)

Kemudian peralatan listrik seperti mesin potong besar, mesin potong kecil, mesin gurinda, mesin

ampelas, mesin poles, mesin faset, dan mesin bor mekanik. Biasanya untuk desain terbatas misal

gelang. Dengan peralatan listrik biasanya bentuk yang dihasilkan lebih beragam dibandingkan

menggunakan alat tradisional akan tetatp masih dengan bentuk yang sederhana.

Gambar 2.13 Pengolahan Dengan Peralatan Listrik

Sumber : : http://www.muradmaulana.com (16-3-2015, 19:12)

25

Untuk peralatan mesin ultrasonik modern seperti mesin bor ultrasonik, mesin ultrasonik

multiform, mesin ultrasonik khusus, mesin potong multiple, mesin pembuat tasbih, dan mesin

tumbler khusus. Pemakaian mesin ultrasonik modern biasanya ditujukan untuk produk desain

khusus atau standard. Bentuk yang dihasilkan menggunakan alat ini sudah sangat rumit seperti

ukiran-ukiran dan juga bentuk patung.

Gambar 2.14 Pengolahan dengan Peralatan Ultrasonik

Sumber : http://www.muradmaulana.com (16-3-2015, 19:12)

2.3 Studi Banding Terhadap Proyek Sejenis

Studi banding terhadap proyek sejenis bertujuan mencari perbandingan antara beberapa

proyek sejenis yang sudah ada, sehingga dapat di jadikan perbandingan untuk mendesain galeri

yang lebih baik. Pada studi banding tidak hanya mengamati tentang arsitektur, melainkan

mengamati dan merasakan bagaimana kegiatan yang berlangsung di galeri tersebut.

1. Deva Gemstone.

Berikut adalah peta lokasi dari deva gemstone dapat dilihat pada gambar 2.15

Gambar 2.15 Peta Lokasi Deva Gemstone

Sumber: www.google.com/maps

26

Deva gemstone adalah salah satu tempat pengolahan dan penjualan yang sudah

terkenal di kabupaten Tabanan. Pemiliknya adalah bapak deva yang sudah sangat

berpengalaman selama kurang lebih 30 tahun di bidang batu akik. Beliau baru

memulai bisnis penjualan di tabanan sekitar 3 tahun , pada tahun 2012. Sebelumnya

beliau hanya sebatas pengkoleksi batu akik. Akan tetapi semakin banyaknya

permintaan terhadap bau mulia, beliau melihat hal tersebut sebagi peluang bisnis yang

menjanjikan.

Dengan ruko berukuran 3 x 6 meter beliau sudah dapat memiliki tempat penjualan

dan pengolahan batu. Adapun alat yang digunakan adalah mesin gerinda dan mesin

gosok yang berukuran 1 x 0.6 m. setiap tukang asah batu memiliki teknik dan

penggunaan alat yang berbeda. Akan tetapi proses yang dilewati tetap 3 tahap yaitu

proses cutting, pembentukan dan poles. Di deva stone ini juga melayani pemasangan

batu akik ke pegangan cincin atau kalung sesuai dengan model yang diinginkan.

Biasanya bahan yang sering dipesan adaah perak atau emas. Bapak deva sendiri tidak

bisa embuat pegangan tersebut beliau melakukan kerjasama dengan pengerajin logam

di daerah Tabanan juga. Proses pengolahan batu akik dapat dilihat pada gambar 2.15

dan 2.16

Untuk waktu pengerjaan satu batu cincin paling cepat 15 menit dan paling lama

yaitu 1 jam. Ini tergantung dari jenis batu akik itu sendiri. Karena setiap batu akik

memiliki karakter yang berbeda. Seperti batu lumut yang memiliki karakter keras

akan tetapi renyah sehingga mudah dibentuk.

Observasi yang dilakukan disini terbatas pada proses pengolahan saja. Teknik

pemasangan batu ke hasil perhiasan yang akan diperjual belikan dan pemajangan

hasil penjualan juga diamati. Penataan batu akik untuk penjualan dapat dilihat pada

gambar 2.16

27

Gambar 2.16 Proses Cutting Batu Akik.

Sumber : observasi 21 Maret 2015

Gambar 2.17 Proses Pemasangan Batu Akik Pada Cincin.

Sumber : observasi 21 Maret 2015

28

Gambar 2.18 Pemasaran Batu Akik.

Sumber : observasi 21 Maret 2015

Gambar 2.19 layout Deva Gemstone

Sumber : observasi 21 Maret 2015

29

Kesimpulan yang dapat diambil dari observasi yang telah dilakukan pada Deva

gemstone adalah pengolahan terkait batu akik memerlukan peralatan berupa gerinda

pemotong,penghalus dan pemoles dengan ukuran alat yang dimodifikasi berukuran

100 x 60 cm. Dari pengamatan tersebut juga didapat kekurangan dan kelebihan

desain. Kelebihan dapat diaplikasikan kedalam desain nantinya dan tidak melakukan

kesalahan desain pada observasi yang telah dilakukan.

Kelebihan dari tempat pengolahan batu mulia di Deva gemstone ini antara lain:

Memiliki pengolahan batu mulia yang sangat lengkap. Proses yang di

amati pada tempat ini mulai dari proses awal sampai proses akhir

pengolahan batu mulia. Pengolahan akhir sampai pemasangan batu mulia

dengan emas juga perak juga dapat dilakukan di tempat ini.

Memiliki sstem penyimpanan yang baik sehingga batu mulia yang berada

di rak penjualan dapat tersimpan dan terawatt dengan baik

Adapun kekurangan dari tempat pengolahan batu mulia pada Deva Gemstone

antara lain:

Kurangnya tempat pengunjung bersirkulasi sehingga jika pengunjung

ramai akan berdesakan.

2. Museum dan Galeri Seni Rudana

Peta lokasi

30

Gambar 2.20 Peta Lokasi Museum Rudana

Sumber: www.google.com/maps

Berlokasi strategis di tengah lintas Ubud, Gianyar danDenpasar, Museum

Rudana adalah sebuah museum seni yang berada di Ubud, Gianyar, Bali dan

digunakan untuk memamerkan dan mempromosikan karya seni berupa lukisan dan

patung karya seniman Bali. Di antara karya seni yang dipamerkan adalah karya dari I

Gusti Nyoman Lempad (almarhum), Nyoman Gunarsa, Made Wianta yang

merupakan seniman asli Bali, sedangkan seniman Indonesia dari luar Bali yaitu

seperti Affandi (almarhum), Basuki abdullah(almarhum), Srihadi Suharsono, Suharyo

Sutono, maupun seniman asing yang tinggal di Bali seperti Antonio

Blanco (almarhum), Arie Smit. Museum Rudana didirikan oleh Nyoman Rudana,

seorang kolektor lukisan yang juga pemilik galeri seni Rudana Fine Art

Gallery dan Genta Fine Art Gallery.

Bangunan seluas 500 meter persegi ini didirikan di atas lahan seluas 2.500 meter

persegi di Kawasan Seni Rudana di Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar,Bali, satu

kompleks dengan Rudana Fine Art Gallery. Peletakan batu pertamanya dilakukan

pada tanggal 22 Desember 1990. Museum Rudana terdiri dari tiga lantai dengan

memegang teguh arsitektur serta filosofi Bali. Ruangan museum dibangun berlantai 3

dimana disesuaikan dengan konsep Triangga, tiga bagian dari tubuh manusia, yaitu

31

kepala , badan serta anggota gerak; Tri Mandalla , tiga pembagian halaman, jeroan,

jaba tengah dan jaba sisi, atau halaman dalam, tengah dan luar.

Struktur organisai pada Museum Rudana ini masih terbatas pada struktur

organisasi pokok saja karena. Dapat dilihat pada gambar 2.21

Gambar 2.20 Struktur Organisasi Museum Rudana

Sumber : Museum dan Galeri Seni Rudana

Keadaan di dalam bangunan terlihat diatur dengan sangat baik menggunakan

pencahayaan dan penataan pameran yang baik. (pencahayaan dan penataan

pameran lihat gambar 2.22 dan 2.23) media yang ditampilkan juga sangat

modern sehingga informasi yang disampaikan diterima dengan sangat baik

oleh pengunjung.

Dewan Penasehat

Dewan Ketua

Putu Rudana

Kadek Ari Putra Rudana

Wayan Olasthini Rudana

Curator

M. Bundhowi

Warih Wisatsana

Jean Couteau

Deputi Manager

Yayasan seni rudana

Museum Rudana

Rudana Fine Arts Gallery

Genta Gallery

Candi Art Gallery

32

Gambar 2.22 Penataan Display Pameran

Sumber : observasi 19 Maret 2015

Gambar 2.23 Pencahayaan Dan Penggunaan Media Pada Pameran

Sumber: observasi 19 Maret 2015

Gambar 2.24 Pencahayaan Dan Penggunaan Media Pada Pameran

Sumber: observasi 19 Maret 2015

33

Dari obeservasi yang telah dilakukan didapatkan kelebihan dan

kekurangan dari desain yang telah ada sehingga nantinya kelebihan tersebut

dapat diterapkan pada desain proyek dan kekurangan tersebut tidak diulangi

kembali.

Adapun kelebihan dari museum dan galeri rudana antara lain:

Memiliki sistem pengelolaan yang baik. Baik dari segi galeri dan museum

karena bagian dari struktur organisasi yang jelas sehingga masing masing

bagian memiliki tanggung jawab pekerjaan yang sama.

Penataan display yang sangat mendukung kenyamanan pengunjung. Baik

dari pencahayaan, penghawaan dan Storyline yang ingin ditampilkan

sudah sangat jelas.

Tentunya suatu desain masih memiliki kekurangan. Adapun kekurangan

pada desain musem rudana antara lain:

Masih menggunakan media yang monoton seperti bacaan dan informasi

pada kertas. Penggunaan media seperti suara dan video tentunya dapat

lebih memudahkan pengunjung untuk memahami informasi.

3. Sentra Kegiatan Batu Permata Bali

Sentra kegiatan batu permata Bali terletak di tengah pasar burung satria. Pasar

burung satria berlokasi di jalan Veteran, Denpasar sekitar 5 menit dari pusat kota.

Untuk lokasi dapat dilihat pada gambar 2.25

34

Di dalam pasar ini terdapat berbagai macam kegiatan mengenai batu mulai baik

dari pengolahan dan penjualan batu mulia. Akan tetapi fasilitas yang mendukung

kegiatan tersebut masih minim. Masih berupa lapak atau kios tradisional, bahkan

banyak pedagang kecil yang menjajakan barang dagangannya di parkiran

kendaraan.(lihat gambar 2.26 dan 2.27)

Gambar 2.26 Kegiatan Jual Beli Di Dalam Pasar

Sumber: Observasi 22 Mei 2015

Gambar 2.27 Kegiatan Jual Beli Di Luar Pasar

Sumber: Observasi 22 Mei 2015

Gambar 2.25 Peta Lokasi Pasar Burung Satria

Sumber: www.google.com/maps

35

Harga yang ditawarkan relatif murah untuk suatu batu yang masih berupa

bongkahan dipatok harga mulai dari Rp 10.000 sampai jutaan rupiah sedangkan biaya

pemolesan berkisar Rp 20.000 sampai Rp 50.000 tergantung dari kualitas batu

tersebut.

Barang hasil batu mulia yang dijajahkan disini bermacam macam mulai dari batu

mulia yang masih berupa bongkahan hingga barang yang sudah dijadikan perhiasan

seperti, cincin, kalung, gelang, bros bahkan ada yang sudah berupa patung atau

ukiran. Di dalam pasar ini juga terdapat sebuah kelompok penggemar batu mulia

yaitu Asosiasi Penggemar Batu Permata Bali yang beranggotakan sebagian besar para

pedagang di pasar burung satria.

Gambar 2.28 Hasil Pengolahan Batu Akik

Sumber: Observasi 22 Mei 2015

Gambar 2.29 Asosiasi Penggemar Batu Permata Bali

Sumber: Observasi 22 Mei 2015

36

\

2.4 Spesifikasi Umum Galeri Batu Akik

Pada sub bab ini akan dijabarkan tentang spesifikasi umum dari perencanaan Galeri Batu

Mulia. Spesifikasi umum merupakan hasil analisa dari teori dan studi banding yang dilakukan

sebelumnya.

2.4.1 Pengertian Bangunan Galeri Batu Mulia

Suatu bangunan yang mewadahi kegiatan pameran batu akik. Kegiatan pameran disini

bersifat menunjukan display kepada pengunjung dan batu akik tersebut berisi informasi lengkap.

Informasi yang ditampilkan berupa informasi yang interaktif agar dapat menarik jumlah

pengunjung berupa video dan suara .Bukan hanya sebagai pameran namun juga berisi

pengolahan dan penjualan batu akik.

2.4.2 Fungsi Bangunan Galeri Batu Akik

Fungsi bangunan Galeri Batu Akik ini adalah sebagai wadah penggemar batu Akik yang

memberikan pelayanan berupa pembelian, pengolahan dan juga sebagai sarana edukasi bagi yang

ingin mengenal batu akik.

2.4.3 Civitas

Civitas adalah orang yang melakukan kegiatan di dalam suatu bangunan, dari civitas tersebut

maka di dapat kebutuhan ruang yang terdapat di dalam Galeri Batu Akik.

1. Pengunjung

Pengunjung adalah seseorang yang berkunjung dengan tujuan melihat pameran atau

untuk melihat cara pengolahan batu akik.

2. Pengelola

Orang yang bertugas mengoperasikan seluruh kegiatan pada bangunan Galeri Batu Akik,

yang meliputi pembuatan laporan dan pembukuan (administrasi), pencatatan pemasukan dan

pengeluaran, pengaturan jam kerja karyawan dan lain-lainnya. Kegiatan ini memerlukan

fasilitas berupa ruang general manager, ruang manager, ruang staff, ruang rapat. Termasuk

di dalamnya yaitu kegiatan oprasional memerlukan fasilitas Ruang ME, ruang genset, dan

ruang janitor.