BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota...

36
15 BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA Kota Surakarta yang dikenal dengan sebutan “Kota Solo” salah satu kota besar yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan dengan luas keseluruhan 44,04 km2 dan jumlah penduduk sesuai sensus tahun 2000 sejumlah 490.214 jiwa. Kecamatan yang mempunyai luas wilayah paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari (14,81 km2) sedangkan kecamatan yang mempunyai luas paling kecil yaitu Kecamatan Serengan. Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon (915.418 jiwa/km2) dan terendah terdapat pada Kecamatan Laweyan (10.127 jiwa/km2). 1 Secara geografis wilayah Kota Surakarta berbatasan dengan batas-batas sebagai berikut Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar 1 Pemerintah Kota Surakarta, Surakata Dalam Angka 2000,(Surakarta : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta,2000),hlm 5

Transcript of BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota...

Page 1: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

15

BAB II

MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA

Kota Surakarta yang dikenal dengan sebutan “Kota Solo” salah satu kota

besar yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta terdiri dari 5

kecamatan dengan luas keseluruhan 44,04 km2 dan jumlah penduduk sesuai

sensus tahun 2000 sejumlah 490.214 jiwa. Kecamatan yang mempunyai luas

wilayah paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari (14,81 km2) sedangkan

kecamatan yang mempunyai luas paling kecil yaitu Kecamatan Serengan.

Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di

Kecamatan Pasar Kliwon (915.418 jiwa/km2) dan terendah terdapat pada

Kecamatan Laweyan (10.127 jiwa/km2).1

Secara geografis wilayah Kota Surakarta berbatasan dengan batas-batas

sebagai berikut

Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo

Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

1 Pemerintah Kota Surakarta, Surakata Dalam Angka 2000,(Surakarta :

Badan Pusat Statistik Kota Surakarta,2000),hlm 5

Page 2: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

16

A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta.

Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa

kerajaan Pajang, desa Sala berpusat di Sangkrah karena mata pencaharian

penduduknya berada di Bandar Beton. Seiring perkembangan pemukiman di desa

Sala, Kyai Sala III pada masa pemerintahan Kartasura memindahkan desa di barat

kali Jenes. Pada kawasan di sekitar desa Sala telah berdiri perkampungan-

perkampungan kecil antara lain desa Banaran, Talawangi, Gumuk, Baturono,

Jatiteken dan Sonosewu. Selain itu juga telah berkembang kota kecil yaitu di

Pajang, Laweyan dan Manahan.

Pada masa pemerintahan Pakoe Boewana II, kerajaan Kartasura di pindah

ke desa Sala dengan pusat kerajaan di keraton yang dibangun di desa Sala.

Penduduk Sala dipindah ke daerah Semanggi dan Baturono. Kemudian para

kerabat dan keluarga kerajaan dipersilahkan untuk memilih dan menempati lahan

yang disukai. Nama-nama kampung disesuaikan dengan nama pimpinan atau

orang-orang terkenal dari kampung tersebut, biasanya kerabat dan keluarga

kerajaan, misal Hadiwijayan merupakan kampung tempat tinggal Pangeran

Hadiwijaya, Danukusuman merupakan kampung tempat tinggal Pangeran

Danukusumo dan sebagainya. 2

Pertumbuhan Kota Solo merupakan perpaduan antara penataan ruang yang

dirancang berdasarkan konsep kosmologi Keraton Mataram dan Kota Kolonial

2 Pemerintah Kota Surakarta, Kota Solo Selayang Pandang, (Surakarta :

Pemkot Kota Solo) ,2012, hlm 11

Page 3: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

17

berdasarkan tata ruang asli Desa Sala. Wajah kota memunculkan unsur yang unik

dari ketiga unsur tersebut. Didalam konsep tata ruang tradisional, lingkungan

kewilayahannya mengikuti hirarki derajat kebangsawanan dan kepangkatan

seseorang.

Dalam zaman kerajaan Mataram II ada tiga golongan, yaitu Negara

(Ibukota), Nagaragung (daerah inti), mancanegara dan daerah pesisir.3 Sebagai ibu

kota kerajaan, keraton yang menjadi tempat tinggal raja merupakan pusat yang

dikelilingi benteng sebagai Negara atau negari. Di luar benteng lingkungannya

disebut negaragung, mancanegara dan pesisiran. Penempatan tempat tinggal

sentana dalem atau abdi dalem didasarkan pada hirarki derajat kepangkatan dan

kebangsawaan.

Dengan pola tersebut, maka muncul lah perkampungan yang terbentuk

berdasarkan nama bangsawan terutama berpangkat sentana dalem. Tidak semua

bangsawan namanya diabadikan sebagai nama kampung, tetapi hanya mereka

yang dianggap berjasa dan disegani. Nama kampung yang berdasarkan pada nama

dari kalangan bangsawan itu diantaranya adalah Pangeran Hadiwijaya menjadi

kampung Hadiwijayan atau Pangeran Danukusumo menjadi Kampung

Danakusua, selain itu ada juga kampung Sudiraprajan, Yasadipuran,

Natadiningratan, Secayudan, Purbayan, dan Sebagainya.

3Soemarsaid Moertono, Negara dan Usaha Bina-Negara di Jawa Masa

Lampau,(Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,1964) hlm 130

Page 4: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

18

Penanaman kampung juga berdasarkan jabatan seorang bangsawan. Raja

sebagai penguasa wilayah berwenang menentukan seseorang untuk bermukim di

suatu daerah yang tentu saja dilengkapi dengan tempat tinggal beserta tenaga

kerjanya. Bangsawan tersebut mendapatkan rumah dinas karena jabatannya.

Kampung tersebut di antaranya Mangkubumi atau buminatan untuk bangsawan

yang menjadi Bupati Bumi Nata atau Kepatihan yang merupakan tempat tinggal

patih.4 Ada pula nama Kampung yang berasal dari tempat pemukiman abdi dalem

untuk jenis pekerjaan tertentu seperti kampung Saragenen untuk kampung yang

menjadi pemukiman prajurit Sarageni (Prajurit bersenjata api panah), kemudian

ada pula Kemasan, yang merupakan tempat tinggal perajin emas, Jayengan yang

merupakan pemukiman pembuat minum untuk istana.

Tata ruang dan tata letak pemukiman di kawasan Mangkunegaran lebih

bercorak kota Eropa dan lebih banyak disesuaikan bagi kepentingan militer. Hal

itu terjadi karena Kadipaten Mangkunegaran adalah satu-satunya daerah swapraja

yang diizinkan memiliki pasukan yang siap tempur (Legiun Mangkunegaran yang

terdiri atas kesatuan infantri, kavaleri, dan artileri) di luar Koninlijke

Nederlandsche Indie Lager (KNIL/pasukan miiter Hindia Belanda). Tata ruang

Mangkunegaran diatur sedemikian rupa dengan zonasi wilayah bergaya Eropa.

Tata ruang wilayah Mangkunegaran memisahkan wilayah hunian, rekreasi,

pelayanan publik, komersial, dan ruang terbuka hijau. Ciri khas wilayah

4 Pemerintah Kota Surakarta, Kota Solo Selayang Pandang, (Surakarta:

Pemkot Kota Solo) ,2012, hlm 11

Page 5: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

19

Mangkunegaran ditandai dengan taman di setiap sudut pemukiman yang

berdekatan dengan kantor kelurahan dan pos keamanan.

Perkampungan elit orang Eropa (terutama orang-orang Belanda) biasa di

sebut dengan nama Villa Park. Perkampungan ini berada di sebelah utara Istana

Mangkunegaran. Perkampungan ini memiliki luas kurang lebih sekitar 1,5 ha.

Villa Park dibangun pada masa Mangkunegoro VI. Perkampungan tersebut dibuat

berbanjar, dan kelihatan indah. Rumah-rumah diperkampungan ini merupakan

bangunan yang disewakan untuk para pembesar Belanda.5 Villa Park dinyatakan

sebagai lingkungan elit dengan peraturan tentang penggunaan tanah negara di

wilayah kota Mangkunegaran. Lingkungan Villa Park sebagian besar dihuni oleh

orang-orang Eropa yang bekerja di sektor perkebunan. Peraturan tentang daerah

Villa Park telah ditetapkan pada tanggal 1 November 19136

Jika topinimi kawasan Kasunanan Surakarta banyak menggunakan nama-

nama orang penting dan terkenal, kawasan Mangkunegaraan banyak

menggunakan fungsi atau jabatan tertentu sebagai nama kawasan –utamanya

kesatuan atau pangkat militer. Beberapa nama berdasar jabatan tertentu dalam

kadipaten Mangkunegaran antara lain, Tumenggungan, Madyotaman, Timuran,

Punggawan, Bromantakan, dan sebagainya. Nama pemukiman yang dikaitkan

dengan kegiatan kemiliteran antara lain, Kestalan, Setabelan, Ngebrusan, dan

sebagainya. Nama kawasan yang menggunakan kata Belanda antara lain,

5 Radjiman, Sejarah Mataram Sampai Surakarta Adiningrat, (Surakarta:

Krida,1984) hlm 105

6 Rijksblad Mangkunegaran. Tahun 1918. No 1

Page 6: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

20

Partinituin, Partinahbosch, Tirtonadiplein, Koesoemawardaniplein, Villapark,

dan lain-lain. Selain nama-nama yang disebutkan di atas, kawasan tertentu telah

menggunakan nama baru. Beberapa nama yang sudah hilang dari daftar toponimi

Kota Surakarta antara lain, Krapyak, Lojiwurung, Villapark, Ngadisuryan,

Pesanggrahan, dan lain-lain.7

Keadaan suatu kawasan sebelum ditempati atau menjadi perkampungan

juga kerap menjadi dasar penamaan kampung. Kandang Sapi dulunya merupakan

lokasi peternakan lembu milik kraton. Demikian pula Panggung yang dulunya ada

panggung tempat mengawasi kegiatan berburu yang dilakukan anak-anak raja.

Balapan yang merupakan arena pacuan kuda sebelum dibangun stasiun kereta api.

Kehadiran Kolonial yang turut campur dalam pemerintahan termasuk

didalamnya mengatur tata ruang kota dan memunculkan corak wajah tersendiri

wajah Kota Solo. Pemerintah Hindia Belanda, untuk kepentingan kekuasaan

ekonomi, politik dan militernya mencptakan banyak symbol-simbol kota sebagai

penanda Solo sebagai kota modern seperti bangunan perkantoran atau rumah yang

berbentuk loji, benteng, bank, gereja, dan sebagainya. Selain itu Pemerintah

Kolonial menempatkan pemukiman penduduk berdasarkan ras agar mudah

diawasi memunculkan kampung-kampung yang berdasarkan golongan, golongan

eropa di loji wetan, pecinan di Balon serta arab dan India di Pasar Kliwon

7 HJ van Mook, Kota Gede (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1973) hlm 51

Page 7: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

21

merupakan hasil dari penataan ruang Kolonial yang berdasarkan pada rasa tau

golongan.8

Selain pemukiman yang dipelopori kerabat dan keluarga kerajaan, juga

dibentuk blok-blok pemukiman berdasarkan profesi, pangkat, strata sosial dan

bangsa masing-masing. Abdi dalem ditempatkan di dalam dan luar keraton

Kasunanan Surakarta. Abdi dalem yang dilokasikan di luar keraton menyebar

namun tetap berkumpul sesuai bidang profesinya. Hal ini berfungsi untuk

mempermudah koordinasi dari masing-masing abdi dalem. Pihak pemerintah

kolonial Belanda mendirikan benteng di utara Keraton Kasunanan Surakarta dan

mendirikan pemukiman di sekitarnya. Masyarakat timur asing yaitu pemukiman

Cina ditempatkan di utara benteng Vastenberg sehingga mudah diawasi dan

masyarakat Cina ini membuat Bandar di kali Pepe, sedangkan masyarakat Arab

dilokasikan di timur keraton Kasunanan Surakarta dan memiliki Bandar di kali

Jenes.

Kota Solo berkembang menjadi wilayah perkotaan yang terpengaruh kuat

unsur Keraton Kasunanan dan sebagian terpengaruh oleh unsur Belanda dan unsur

pribumi (masyarakat Sala). Kota ini dipengaruhi oleh tiga konsep yang saling

tumpang tindih yaitu konsep organik masyarakat pribumi, konsep kolonial

Belanda dan konsep kosmologi Keraton Jawa.9

8 Pemerintah Kota Surakarta ,Arsip Topomini Kota Solo,(Surakarta: Badan

Pusat Statistik Surakarta) , hlm 11.

9 Qomarum dan Budi Prayitno, “Morfologi Kota Solo (Tahun 1500-

2000)”, dalam Dimensi Tehnik Arsitektur, Vol. 35, No. 1, Juli 2007

Page 8: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

22

Secara garis besar kampung-kampung di Kota Solo dapat dikelompokkan

menjadi.10

1. Raja dan Keluarga Raja (Sentana Dalem)

Raja berada pada stratifikasi sosial paling atas dalam struktur kerajaan.

Raja adalah satu-satunya penguasa di suatu kerajaan yang memiliki kekuasaan

mutlak. Raja berdomisili di dalam istana, yaitu Raja Kasunanan di Keraton

Kasunanan Surakarta. Adipati Mangkunegara yang memimpin kerajaan

Mangkunegara berdomisili di Pura Mangkunegaran.

Para kerabat dan keluarga raja menempati pemukiman menyebar di Kota

Solo yang berpusat di keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Kampung-

kampung yang ditempati dinamakan sesuai nama dari keluarga raja tersebut.

2. Pegawai dan Pejabat Kerajaan (Abdi Dalem)

Abdi Dalem (priyayi) merupakan kelompok sosial yang berada di bawah

Sentana Dalem dalam struktur sosial masyarakat kerajaan Jawa. Kelompok abdi

dalem ini umumnya memegang jabatan dalam pemerintahan dan birokrasi

kerajaan. Untuk menunjukan status jabatan seseorang, dalam sistem birokrasi

kerajaan digunakan gelar jabatan atau nama resmi dari jabatan yang dipangkunya.

10

R.M. Sajid, Babad Sala, (Surakarta: Rekso Pustaka Mangkunegaran,

1984).hlm 34

Page 9: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

23

Misal, gelar adipati digunakan untuk nama patih, tumenggung digunakan untuk

pejabat setingkat bupati, ngabehi diberikan untuk pejabat di bawah bupati.

Setiap abdi dalem ditempatkan secara berkelompok yang fungsinya untuk

mempermudah koordinasi. Nama pimpinan, gelar, jabatan maupun jenis pekerjaan

dijadikan nama kampung, misalnya kampung Kepatihan yang merupakan

kampung tempat domisili patih, Saragenen merupakan kampung prajurit Sarageni,

kampung Sayangan merupakan tempat abdi dalem pembuat perabot dari tembaga

yang dijuluki tukang sayang, dan sebagainya.

3. Rakyat Biasa (Kawula Dalem)

Di Kota Solo telah dikenal penduduk pribumi yang merupakan penduduk

asli Kota Solo, penduduk ini adalah masyarakat desa Sala, desa Talawangi, desa

Gumuk, desa Banaran, desa Baturono dan sebagainya. Penduduk asli ini

umumnya masih menempati lahan milik sendiri namun tidak sedikit penduduk asli

yang tergusur akibat penggunaan lahan oleh pihak keraton, sebagaimana bedol

desa yang dilakukan masyarakat desa Sala karena tanahnya digunakan untuk

lokasi pendirian keraton Kasunanan Surakarta. Masyarakat desa Sala di relokasi

ke daerah Baturono dan Semanggi dengan ganti rugi sebesar 10.000 ringgit yang

diberikan kepada Kyai Sala III. Di lokasi tempat perkampungan keluarga raja dan

abdi dalem, sebagian masyarakat asli dipindah dan sebagian menempati lahan di

sekitar perkampungan pihak keraton tersebut. Hal ini terjadi di desa Talawangi

dan desa Gumuk.

Page 10: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

24

4. Orang Asing

Orang asing di dalam Kota Solo terdiri dari tiga kelompok yaitu

masyarakat Belanda, Arab dan Cina. Masing-masing kelompok masyarakat

berkumpul di lokasi-lokasi yang sekiranya menguntungkan bagi kepentingan

kelompoknya. Masyarakat Belanda mengelompok di sekitar keraton untuk

mempermudah pengawasan dan pengontrolan pelaksanaan pemerintahan

Kasunanan Surakarta. Pemukimannya mengelompok di sekitar Benteng

Vastenberg tepatnya di timur Benteng yang bernama kampung Loji Wetan, di

sekitar Balapan, Purwosari, Villa Park dan Jebres. Beberapa kampung yang

menjadi pemukiman Belanda yaitu Petoran, Jurnasan, Jageran, Beskalan,

Kestalan, Balapan, dan Ngebrusan.

Masyarakat Arab dan Cina berada dalam komplek perkampungan

tersendiri dan tidak diperbolehkan saling bercampur dan terpencar, hal ini sebagai

bagian dari sistem politik kolonial Belanda dalam mempermudah pengawasan

terhadap kedua kelompok masyarakat ini.

Pemukiman masyarakat Tionghoa terletak di utara Sungai Pepe sekitar

Pasar Besar ke timur di Ketandhan hingga Limalasan, ke utara samapai di Balong,

ke sebelah utara menuju Warungpelem. Pemukiman masyarakat Arab terletak di

Pasar Kliwon dan Kedung Lumbu. Pemisahan ini menunjukan adanya sebuah

politik segregasi yang diciptakan oleh pemerintah kolonial sebagai kontrol atas

kekuasaan politiknya. Hingga saat ini pemukiman-pemukiman tersebut masih

Page 11: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

25

bertahan walaupun telah terjadi persebaran penduduk ke wilayah-wilayah lain di

Surakarta. 11

Sebagian besar etnik Tionghoa di Surakarta tinggal di kota, pada

umumnya tempat tinggal mereka merupakan deretan rumah yang berhadap-

hadapan di sepanjang jalan utama. Deretan rumah-rumah tersebut merupakan

rumah-rumah petak di bawah satu atap dan tidak memiliki pekarangan. Bentuk

rumah diperkampungan etnik Tionghoa juga dapat terlihat dengan jelas karena

memiliki ciri-ciri yang khas yaitu pada ujung atapnya selalu lancip dan ada

ukiran-ukiran yang berbentuk naga. Perumahan semacam ini nampak di daerah

Pasar Legi, Pasar Gedhe dan daerah Secoyudan.12

Pusat kota sendiri berkembang di sekitar kedua keraton yaitu keraton

Kasunanan dan Mangkunegaran yang pada awalnya merupakan pusat

pemerintahan dan berkembang menjadi daerah perdagangan, jasa, perkantoran,

hiburan dan wisata. Beberapa daerah pemukiman di kawasan ini menjadi

intensitasnya dan menjadi pemukiman padat atau beralih fungsi menjadi kawasan

komersial dan dunia usaha.

Kegiatan lain di luar pusat kota berkembang secara linier maupun terpusat

menggeser fungsi pemukiman. Perumahan yang termasuk vila (perumahan besar)

11

Ridha Taqobalallah, Banjir Bengawan Solo Tahun 1966 : Dampak Dan

Respons Masyarakat Kota Solo, Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas

Maret,hlm 31

12 A.P.E. Korver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?, (Grafiti Pers: Jakarta,

1985), hlm. 12.

Page 12: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

26

di jalan-jalan utama berkembang menjadi daerah komersial, niaga, dan jasa.

Berbagai kegiatan industri, manufaktur, jasa juga berkembang di pinggiran kota

dan mengarah ke luar Kota Solo karena memiliki lahan yang cukup luas dan

murah serta didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai.13

B. Munculnya Pemukiman Liar Dan Persebaran Nya Di Surakarta

1. Munculnya Pemukiman Liar di Surakarta

Perkembangan pemukiman liar di Surakarta dari tahun ke tahun

memperlihatkan pertambahan yang signifikan, perkembangan pemukiman kumuh

ini terjadi seiring dengan perkembangan pemukiman di Kota Surakarta.

Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi terutama didaerah perkotaan akan

berakibat pada semakin meningkatnya kepadatan penduduk terutama di kota-kota

besar kususnya Surakarta. Pertumbuhan penduduk perkotaan yang cukup tinggi

akan menjadikan terlampauinya kapasitas lahan untuk pemukiman. Akibatnya

lahan-lahan yang sempit sekalipun, yang seharusnya tidak layak diperuntukkan

untuk lahan pemukiman telah ditempati pula oleh bangunan rumah hunian yang

ukurannya kecil, tata letaknya tidak teratur dan kualitas bangunannya sangat

sederhana dan tidak layak huni.

Pesatnya perkembangan perkotaan dengan aktifitasnya menjadi salah satu

daya tarik bagi penduduk di daerah hinterland, untuk berbondong-bondong masuk

ke daerah perkotaan, akibat yang muncul terutama bagi migran dan juga

13

Riyadi Hendro, Dimensi Keruangan Kota, (Jakarta: UI Press, 2001),

Hlm 53.

Page 13: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

27

penduduk perkotaan yang status ekonominya lemah adalah rendahnya

kemampuan untuk memiliki rumah. Dampak yang terjadi selanjutnya adalah

terjadinya pemadatan bangunan (densifikasi)14

pemukiman pada perkotaan.

Daerah perkotaan akan timbul daerah-daerah pemukiman yang kurang layak huni

dan sangat padat, hal ini akan berakibat pada kondisi lingkungan pemukiman yang

buruk yang disebut sebagai daerah kumuh (slum area).

Berdasarkan proses yang terjadi, pemukiman kumuh dapat dibedakan dalam

dua tipe,yaitu instantaneous atau invasion dan infiltration.15

Proses invasi adalah

proses yang terjadi secara cepat yg dilakukan oleh sekelompok orang untuk

menempati suatu wilayah. Dimana proses invasi ini berawal dari adanya

fenomena bencana seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, perang dan lain

sebagainya. Dengan adanya fenomena tersebut maka penduduk terpaksa

meninggalkan tempat tinggalnya dan mencari tempat yang lebih aman untuk

mengungsi. Proses pengungsian ini berlangsung secara masal dan menepati

daerah atau lokasi yang aman walaupun tidak diperuntukan sebagai tempat untuk

bermukim. Proses invasi yang terjadi dalam kelompok besar mengakibatkan

pembangunan pemukiman tersebut berlangsung cepat.Proses infiltrasi adalah

proses yang dilakukan oleh orang-perorang dengan inisiatif sendiri dan

14

Densifikasi adalah pemadatan bangunan yang terjadi pada kota-kota

besar di Indonesia, hal ini mengarah kepada Pemukiman Kumuh dan Pemukiman

Liar yang terdapat pada pinggiran kota-kota dan garis sepandan sungai kota

15 Rindarjono, Moh,Gamal, , Slum Kajian Pemukiman Kumuh dalam

Perspektif Spasial. (Yogyakarta: Media Perkasa, 2012), hlm 25.

Page 14: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

28

berlangsung secara lambat. Proses infiltrasi ini biasanya dilakukan oleh individu

yang melakukan migrasi dari desa ke kota karena adanya daya dorong dan daya

tarik. Daya dorongnya yaitu keterbatasan lapangan pekerjaan, keterbatasan jasa

dan fasilitas serta akses yang rendah. Daya tarik perkotaan yaitu akses yang

tinggi, sait yang prestis, banyak terdapat jasa, banyak terdapat fasilitas. Individu

yang melakukan migrasi tersebut memilih bermukim di lokasi yang dekat dengan

lapangan kerja dan memanfaatkan lahan atau bangunan yang kosong tanpa izin

sebagai tempat tinggal dikarenakan perekonomiannya yang rendah.

Proses yang pertama berjalan dalam waktu yang singkat dan dalam jumlah

yang besar, sedangkan pada proses yang kedua berlangsung secara lambat, namun

berlangsung secara terus menerus. Di Indonesia pada umumnya proses

pemukiman kumuh berlangsung secara infiltration, yang selanjutnya dapat

dibedakan lagi menjadi dua tipe yaitu karena proses penuaan dan karena proses

pemadatan.

Proses munculnya pemukiman liar di kota Surakarta disebabkan karena

kurangnya ketegasan kebijakan pemerintah kota Surakarta dalam hal menangani

pemukiman liar tersebut. Pemerintah kota Surakarta seharusnya bisa membagi-

bagi area kota sesuai peruntukkannya. Pembagian kualitas area kota sesuai tata

ruang tersebut semestinya didukung dengan perundangan yang tegas. Jika sebuah

area belum sempat dibangun sesuai peruntukkannya maka jangan sampai wilayah

tersebut dipakai sementara untuk peruntukkan lainnya, apalagi membiarkan pihak

lain secara ilegal menggunakan lahan kosong tersebut. Banyak area kosong

dibiarkan oleh dinas tata ruang kota Surakarta ditempati secara ilegal oleh

Page 15: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

29

penduduk yang datang musiman. Setelah sekian lama mereka bisa membuat Kartu

Tanda Penduduk (KTP) bahkan dilayani oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)

untuk penyambungan listrik secara resmi. Tentu ini pekerjaan oknum pemerintah

yang seharusnya bisa ditindak tegas. Selayaknya mereka tidak bisa mendapatkan

KTP di kawasan pemukiman ilegal dan layanan listrik resmi.

2. Persebaran Pemukiman Liar di Surakarta

Pemilihan lokasi pemukiman oleh kelompok masyarakat dipengaruhi oleh

dua hal yaitu pertama dipengaruhi oleh persepsi manusia untuk menempati lahan

tersebut. Manusia memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pemilihan

lokasi pemukiman dengan mempertimbangkan keuntungan serta kerugian dalam

pemilihan lokasi pemukimannya. Kedua adalah permasalahan sosial ekonomi,

artinya bahwa dalam pemilihan lokasi pemukimannya manusia dituntut oleh

keadaan sosial ekonomi yang mengharuskan untuk menempati lokasi tersebut.16

Persebaran pemukiman liar di Surakarta terdapat di tiga tempat pokok

berdirinya pemukiman liar yaitu : sepanjang bantaran sungai di Surakarta seperti

Sepanjang Sungai Bengawan Solo dan Sepanjang kali Pepe, di sepanjang rel tanah

milik PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dan di komplek-komplek pemakaman.

17 Persebaran Pemukiman Liar di Surakarta tersebar ke pinggiran kota Surakarta

16

Ridha Taqobalallah,op. cit. hlm 28

17 Wawancara dengan Bapak Sukidi (53 tahun) selaku pegawai Dinas

Pekerjaan Umum (DPU) Kota Surakarta. Tgl 24 Desember 2015 pukul 16.00

Page 16: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

30

di 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres, Kecamatan

Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Lawean.

Proses kekumuhan sering kali muncul dari latar belakang masalah

ekonomi dan cenderung berkembang di pusat-pusat aktivitas perekonomian kota,

terutama daerah perumahan yang semakin tinggi intensitas kegiatannya sehingga

terjadi pergeseran fungsi dari daerah perumahan yang padat, berubah menjadi

daerah perdagangan/usaha. Kekumuhan pada kawasan dengan tingkat aktivitas

perekonomian tinggi dimulai dari tuntutan akan lahan hunian yang mendesak,

terutama bagi pelaku aktivitas ekonomi. Pada tahun 2003, sejumlah 83%

penghuni pemukiman kumuh di Surakarta merupakan penduduk urban dari luar

kota, dan 33% diantaranya àdalah penduduk yang telah menetap lebih dari 10

tahun di Surakarta.18

Mayoritas dari mereka merupakan masyarakat

berpenghasilan rendah, yang sulit memperoleh perumahan layak huni secara

manusiawi. Mengingat tingginya harga tanah yang tidak sebanding dengan

kemampuan daya beli, serta efisiensi jarak, waktu dengan biaya transportasi

kegiatan, mambawa dampak jaringan kerja maupun pola pergerakan kawasan

menjadi kacau. Kondisi tersebut, menciptakan kantong-kantong kawasan

lingkungan kumuh, terutama di pusat kota. Potensi kekumuhan kota Surakarta

juga muncul dari DAS (Daerah Aliran Sungai/bantaran), tanah kosong, areal

Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), bekas kuburan, bantaran rel dan tanah

negara/Pemkot yang tidak terawat.

18

CDS (Community Development Strategy) kota Surakarta tahun 2003

Page 17: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

31

Dari sejumlah 41.607 Ha wilayah Surakarta memiliki kawasan kumuh

yang dihuni sekitar 3.421 KK atau 15.850 jiwa. Kondisi perumahan kumuh

tersebut 39,45% rumah permanen; 31,6% rumah semi permanen dan sisanya

28,9% rumah tidak permanen. Pemukiman kumuh di Surakarta letaknya

menyebar, titik-titik kumuh tersebut antara lain19

:

1. Pemukiman kumuh di lokasi strategis yang mempunyai potensi komersial

(kategori A) terdapat di wilayah Kepatihan Wetan, Kleco dan Gilingan.

2. Pemukiman di lokasi kurang strategis untuk kepentingan komersial

namun cocok untuk fasilitas umum (kategori B) terdapat di Pasar Besi

(Sumodilagan).

3. Pemukiman kumuh di lokasi tidak strategis dan dalam rencana kota

memang diperuntukkan untuk perumahan (kategori C) terdapat di Bayan,

Balapan, Sumber, Begalon, Sambeng, Cokronegaran, Sangkrah dan

Lojiwetan.

4. Pemukiman kumuh di lokasi sekitar pasar dan kawasan perdagangan yang

sudah sangat padat dan untuk hunian sementara (kategori D) terdapat di

Cinderejo, Mangkubumen (timur eks Rumah Sakit Pusat).

Berikut ini adalah banyaknya persebaran pemukiman kumuh yang berada di masing-

masing kecamatan di Surakarta.

19

Data pengamatan lapangan yang diperoleh tim CDS (Community

Development Strategy) tahun 2003

Page 18: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

32

Tabel 1. Persebaran Pemukiman Kumuh di Masing-masing Kecamatan

Surakarta Tahun 2003

a. Kecamatan Jebres

No Kecamatan Kelurahan Lokasi Jml. Penghuni Status Tanah

1. Jebres Gandekan Kadirejo 36 Tanah negara

2 Jebres Gandekan Bangunharjo 33 Tanah negara

3 Jebres Gandekan Butuh 59 Tanah negara

4 Jebres Jebres Kentingan 257 Tanah negara

5 Jebres Kepatihan

Wetan

RT.01/RW.01 15 Tanah negara

6 Jebres Kepatihan

Wetan

RT.06/RW.01 30 Tanah negara

7 Jebres Kepatihan

Wetan

RT.04/RW.02 35 Tanah negara

8 Jebres Kepatihan

Wetan

RT.06/RW.02 40 Tanah negara

b. Kecamatan Pasar Kliwon

No. Kecamatan Kelurahan Lokasi Jml. Penghuni Status Tanah

1 Pasar Kliwon Joyosuran Menangan 2 Tanah Negara

2 Pasar Kliwon Joyosuran Baturono 1 Tanah Negara

3 Pasar Kliwon Joyosuran Harjodipuran 1 Tanah Negara

4 Pasar Kliwon Joyosuran Kusumodilagan 5 Tanah Negara

Pasar Kliwon Joyosuran Gabudan 10 Tanah Negara

5 Pasar Kliwon Sangkrah Rt. 04/Rw. 13 37 Hm/Hp

6 Pasar Kliwon Sangkrah Rt. 05/Rw. 13 48 Hm/Hp

Page 19: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

33

c. Kecamatan Laweyan

No. Kecamatan Kelurahan Lokasi Jml. Penghuni Status Tanah

1 Laweyan Panularan Bekas Kuburan 51 Tanah Negara

2 Laweyan Panularan Begalon - Tanah Negara

3 Laweyan Panularan RT.05/RW.03 - HP

4 Laweyan Panularan RT.03/RW.02 55 HP

5 Laweyan Panularan RT.04/RW.03 51 HP

d. Kecamatan Serengan

No. Kecamatan Kelurahan Lokasi Jml. Penghuni Status Tanah

1 Serengan Tipes Pringgolayan 73 Tanah Negara

Page 20: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

34

e. Kecamatan Banjarsari

No. Kecamatan Kelurahan Lokasi Jml. Penghuni Status Tanah

1 Banjarsari Kadipiro RT.08/RW.24 50 Hm

2 Banjarsari Kadipiro RT.10/RW.20 20 Hm

4 Banjarsari Nusukan RT.03/RW.12 37 Hm

6 Banjarsari Gilingan RT.04,05,06,07/ 100 Hm

7 Banjarsari Gilingan RT.04/RW.14 35 Hm

10 Banjarsari Gilingan RT.06/RW.09 35 Hm

11 Banjarsari Setabelan RT.01/RW.05 61 Hm

12 Banjarsari Setabelan RT. 03/RW.07 59 Hm

15 Banjarsari Setabelan RT.02/RW.04 84 Hm

16 Banjarsari Kestalan RT.03/RW.04 40 Hp

18 Banjarsari Keprabon RT.01/RW.03 26 Hm

20 Banjarsari Keprabon RT.05/RW.04 20 Hm

22 Banjarsari Keprabon RT.04/RW.05 25 Hm

23 Banjarsari Keprabon RT.03/RW.05 34 Hm

24 Banjarsari Keprabon RT.03/RW.04 42 Hm

25 Banjarsari Timuran RT.01/RW.01 20 Hm

26 Banjarsari Punggawan RT.01,02,03,04, 25 Hm

30 Banjarsari Sumber Bantaran 36 Hp

Sumber : Community Development Strategy (CDS) kota Surakarta tahun 2003

Dari tabel di atas terlihat bahwa setiap kecamatan memiliki pemukiman

kumuh, hanya saja jumlahnya berbeda-beda tiap kecamatan. Dari tabel di atas terlihat

juga status kepemilikan tanah ada yang hak milik (HM), tapi juga ada yang hanya hak

Page 21: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

35

pakai (HP), bahkan ada yang menggunakan tanah negara (TN) seperti di kecamatan

Serengan tepatnya di kelurahan Tipes daerah Pringgolayan, kecamatan Laweyan

kelurahan Panularan, dan kecamatan Jebres kelurahan Gandekan.

Kegiatan Community Development Strategy ini Meliputi bidang

kesehatan, bidang ekonomi, bidang pendidikan, dan bidang sarana jalan. Dalam hal fisik

Community Development Strategy ini memberikan bantuan berupa dana perbaikan

jalan pemukiman liar dan peningkatan sarana air bersih pada pemukiman liar di

Bantaran Sungai Kali Anyar. Dalam hal pendidikan Community Development

Strategy ini selalu member sosialisasi pentingnya wajib belajar 9 tahun pada anak-

anak penghuni Pemukiman Liar di Surakarta dan dalam bidang ekonomi yaitu

mengadakan pelatihan-pelatihan usaha terhadap ibu-ibu dan para pemuda di

permukiman liar.

Semakin maju peradaban sebuah kota, maka slum area pun semakin

bertambah, hal ini menyebabkan kota menjadi kelihatan kotor dan semrawut.

Namun kondisi seperti ini tidak dapat dipungkiri, karena ini merupakan dua hal

yang saling bertautan, dan selama ini slum area selalu pula identik dengan

kemiskinan.

3. Faktor Penyebab Munculnya Pemukiman Liar Di Surakarta

Kota Surakarta merupakan salah satu wilayah yang memiliki beberapa

daya tarik tersendiri, baik itu karena Kota Surakarta merupakan salah satu kota

budaya, maupun karena semakin majunya bidang-bidang kehidupan yang ada di

Kota Surakarta. Daya tarik ilnilah yang menjadi pendorong bagi para migran

untuk berpindah ke Kota Surakarta, baik karena kepentingan ekonomi,

Page 22: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

36

pendidikan, dan lain-lain. Begitu juga dengan para pemukim yang ada

di pemukiman kumuh kota Surakarta.

Mengacu pada pendapat Clinord (1978) yang mengatakan bahwa

penyebab adanya pemukiman kumuh yaitu karena adanya pengaruh pertambahan

penduduk terutama kepadatannya, sebagai akibat urbanisasi, kemiskinan

kebudayaan dan kemauan politik. Pemukiman kumuh yang ada di kota Surakarta

bermunculan akibat bertambahnya penduduk yang sebagian besar adalah para

pendatang dari luar kota.20

Jumlah penduduk yang terus bertambah akibat migrasi

masuk ke Kota Surakarta yang tinggi namun tidak diimbangi dengan ketersediaan

lahan untuk pemukiman, menyebabkan para pendatang tersebut membangun

rumah di bantaran sungai Bengawan Solo yang notabene merupakan kawasan

yang illegal untuk pemukiman. Selain itu tingginya harga lahan juga menjadi

salah satu faktor munculnya pemukiman kumuh di kota Surakarta. Faktor

geografi yang lebih mengacu pada ketersediaan lahan yang minim untuk

pemukiman dan faktor ekonomi yang lebih menekankan pada harga lahan yang

tinggi, merupakan dua faktor penyebab adanya pemukiman kumuh di Kota

Surakarta.

Sebagaimana umumnya perkembangan kota-kota lain di Indonesia, Kota

Surakarta juga mengalami perkembangan dalam beberapa aspek kehidupan, baik

dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Perkembangan tersebut salah

satunya ditandai dengan adanya dominasi jenis-jenis penggunaan lahan oleh

20

Bintarto, Urbanisasi dan Permasalahannya,(Jakarta:LP3ES, 1987), hlm

63.

Page 23: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

37

kawasan perkotaan. Arah kegiatan utama dari kawasan perkotaan adalah sebagai

pusat pemerintahan, jasa, perdagangan, perekonomian, sosial dan lain-lain.

Akibatnya ketersediaan lahan untuk menampung penduduk di Kota Surakarta

yang terus meningkat menjadi sangat minim. Lahan-lahan di sekitar bantaran

sungai Bengawan Solo akhirnya menjadi tempat bagi para pendatang untuk

membangun tempat tinggalnya, baik yang menetap maupun sementara.

Namun lahan-lahan illegal yang digunakan untuk membuat pemukiman

tersebut luasnya tidak memadahi, maka dibuatlah pemukiman dengan rumah-

rumah yang jaraknya berdekatan (padat). Karena tingginya angka migran yang

masuk ke Kota Surakarta, menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal menjadi

hal yang sangat pokok. Akan tetapi, semakin menyempitnya lahan untuk

pemukiman menyebabkan harga tanah semakin mahal. Para pendatang baru yang

pada umumnya merupakan para penduduk dengan tingkat ekonomi yang rendah

akhirnya mau tidak mau menggunakan lahan-lahan illegal yang tidak

diperuntukkan, untuk membangun rumah-rumah mereka.

1. Pertumbuhan Penduduk kota Surakarta

Pertumbuhan penduduk kota Surakarta dari tahun ke tahun terus

mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pertumbuhan penduduk yang terus

menerus meningkat ini lah yang menyebabkan factor utama masalah pemukiman

liar di Surakarta. Dalam kurun waktu 8 tahun dari tahun 1998 sampai tahun 2005,

jumlah penduduk Kota Surakarta mengalami kenaikan yang cukup nyata. Pada

Page 24: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

38

tahun 1998, penduduk Kota Surakarta berjumlah 542.832 jiwa, dan menjadi

560.046 jiwa pada akhir tahun 2005.

Pertumbuhan penduduk rata-rata adalah 0,74%. Pertumbuhan tertinggi

terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 1,3%, sedangkan pertumbuhan terendah

sebesar 0,18% terjadi pada tahun 2002.21

Penduduk Penduduk Kota Surakarta dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan baik peningkatan alami secara maupun

secara urbanisasi. Jumlah penduduk dari tahun 1998-2005 dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 2 . Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1998-2005

No. TAHUN JUMLAH PENDUDUK

1 1998 542.832

2 1999 546.469

3 2000 550.251

4 2001 553.580

5 2002 554.630

6 2003 555.395

7 2004 557.731

8 2005 560.046

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 1998-2005

Pertumbuhan penduduk Surakarta dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan. Pada tahun 1998 jumlah penduduk kota Surakarta mencapai

21

Pemerintah Kota Surakarta, Surakarta dalam angka 2002,(Surakarta :

Badan Pusat Statistik Kota Surakarta,2002),hlm 5

Page 25: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

39

542.832, tahun 1999 jumlah penduduk kota Surakarta meningkat menjadi

546.469. Pada tahun 2000 jumlah penduduk kota Surakarta meningkat menjadi

550.251 dan pada tahun 2001 jumlah penduduk Surakarta meningkat menjadi

553.580. Peningkatan jumlah penduduk kota Surakarta terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun dan pada tahun 2005 jumlah penduduk Surakarta

mencapai 560.046.

Pertambahan penduduk dari tahun ke tahun tersebut mempengaruhi

adanya perkembangan fisik Kota Surakarta. Perkembangan fisik Kota Surakarta

disebabkan karena adanya pertambahan penduduk dan aktivitas sosial ekonomi

penduduk. Semakin bertambahnya penduduk Kota Surakarta maka kebutuhan

akan ruang semakin bertambah. Kebutuhan ruang ini tidak hanya untuk perluasan

pemukiman tetapi juga untuk kegiatan perekonomian, sosial dan lingkungan.

tersebut mengakibatkan adanya konversi lahan dari lahan tak terbangun menjadi

lahan terbangun.22

2. Tingkat Ketersediaan Lahan di Surakarta

Penggunaan lahan di Kota Solo dan kecamatan sekitarnya memiliki tipe

penggunaan lahan yang sama, yaitu badan air, fasilitas umum, jalan raya, kawasan

industri, pemukiman, pepohonan, rel kereta. Tipe penggunaan lahan di Kota Solo

didominasi oleh pemukiman yang merata di semua kecamatan. Penggunaan lahan

di kecamatan sekitar kota Solo didominasi oleh lahan kering, pemukiman dan

22

Panganti Widi Astuti, Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta Terhadap

Pemukiman Di Kawasan Solobaru, Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 26: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

40

lahan sawah. Lahan kering lebih banyak dijumpai di kecamatan Gondangrejo dan

Baki, dan lahan sawah dominan ditemukan di kecamatan Mojolaban dan Jaten

serta lahan pemukiman dominan dijumpai di kecamatan Kartosuro.

Tabel 3. Luas Pemukiman di Kota Surakarta Tahun 1990-2005

Sumber : Surakarta Dalam Angka 1998-2005, Badan Pusat Statistik Kota

Surakarta23

Pada tahun 1998 luas pemukiman di surakarta 2.667,85 ha. Pada tahun

1999 luas pemukiman bertambah menjadi 2.674,24 ha. Jumlah tersebut meningkat

menjadi 2.675,91 ha pada tahun 2000 dan menjadi 2.707,27 ha pada tahun 2005.

Pada tahun jumlah rumah di Surakarta 1998 95.225 rumah. Pada tahun 1999

23

Pemerintah kota Surakarta, Surakarta Dalam Angka 1990-2005, Badan

Pusat Statistik Kota Surakarta

No. TAHUN LUAS PEMUKIMAN (HA) JUMLAH RUMAH

1 1998 2.667,85 95.225

2 1999 2.674,24 96.134

3 2000 2.675,91 98.080

4 2001 2.681,11 106.364

5 2002 2.685,14 117.256

6 2003 2.672,21 124.176

7 2004 2.682,19 135.040

8 2005 2.707,27 144.640

Page 27: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

41

jumlah rumah di Kota Surakarta sebanyak 96.134 dan meningkat menjadi 98.080

pada tahun 2000. Jumlah tersebut meningkat lagi hingga pada tahun 2005

jumlahnya menjadi 144.640.

Penggunaan lahan di kota Solo lebih didominasi oleh penggunaan lahan

pemukiman yaitu sebesar 2.707,27 Ha (65%) dari total keselurahan wilayah,

fasilitas umum sebesar 550,2 Ha (11%) dan jalan raya sebesar 358,21 Ha (7%).

Penggunaan lahan yang lain seperti badan air, kawasan industri, lahan kering,

lahan terbuka, lapangan olahraga, pepohonan, rel kereta, sawah, dan semak

penggunaan lahannya tidak terlalu besar yaitu > 350ha. Total luasan penggunaan

lahan di kota Solo adalah sebesar 4.725,9 ha.

Perkotaan merupakan lahan terbangun dengan tersedianya sarana dan

prasana jalan, sebagai suatu pemukiman yang terpusat pada suatu lahan dengan

kepadatan tertentu yang membutuhkan sarana dan pelayanan pendukung yang

lengkap dibandingkan dengan yang dibutuhkan di daerah pedesaan.24

Pembangunan Kota membawa perubahan dalam sistem aktivitas yang

mengakibatkan perubahan penggunaan lahan melalui proses perubahan

penggunaan lahan Kota.

Nilai (land rent) yang semakin meningkat mendorong perubahan

penggunaan lahan dari penggunaan non komersial ke penggunaan komersial,

sehingga terjadi kecenderungan perubahan sebaran penggunaan lahan. Terjadinya

24 Branch, M.C., Perencanaan Kota Komprehensif, Pengantar &

Penjelasan,(diterjemahkan oleh Bambang Hari Wibisono),( Yogyakarta : Gadjah

Mada UniversityPress, 1995), hlm 74.

Page 28: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

42

alih fungsi lahan dari lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun akibat

meningkatnya kebutuhan pemukiman, industri, serta pembangunan lain untuk

menunjang kehidupan manusia.25

Perubahan penggunaan lahan di kota Solo terjadi pada fasilitas umum,

kawasan industri dan pemukiman. Luasan fasilitas umum di Kota Solo pada tahun

2002 dan 2013 sebesar 543,88 Ha dan 550,20 Ha mengalami pertambahan luas

sebesar 6,32 ha. Bertambahnya fasilitas umum yang terjadi karena dialih

fungsikannya penggunaan lahan kering sebesar 0,31 Ha, lahan terbuka sebesar

5,44 Ha, dan sawah sebesar 0,59 Ha menjadi fasilitas umum. Luas kawasan

industri di Kota Solo mengalami peningkatan sebesar 3,32 Ha. Penggunaan lahan

yang berubah menjadi kawasan industri adalah lahan kering sebesar 1,28 Ha,

lahan terbuka sebesar 2,28 Ha, dan pemukiman sebesar 0,98 Ha. Luas kawasan

industri pada tahun 2002 adalah sebesar 74,47 Ha menjadi 77,49 Ha pada tahun

2013. Meningkatnya luas fasilitas umum dan kawasan industri berdampak

terhadap meningkatnya luas pemukiman di Kota Solo.

Luas pemukiman di Kota Solo pada tahun 2002 adalah sebesar 2.685,14 Ha

pada tahun 2005 luasan pemukiman di kota Solo bertambah menjadi 2.707,27 Ha.

Penggunaan lahan yang dikonversi menjadi pemukiman adalah kawasan industri

sebesar 1,21 Ha, Lahan terbuka sebesar 0,7 Ha, dan Sawah sebesar 0,003 Ha.

Pemukiman tidak terlalu banyak berubah dikarenakan daerah di kota Solo telah

25 Akhirudin, H.N, Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan Kota

Surakarta Tahun 1993 – 2004 Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG),

Skripsi,Universitas Muhamadiah Surakarta. 2006

Page 29: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

43

banyak didominasi oleh pemukiman. Untuk penggunaan lahan lainnya seperti

seperti badan air, lapangan olahraga, pepohonan, rel kereta, dan semak tidak

mengalami perubahan penggunaan lahan.

3. Perekonomian Kota Solo

Penduduk Solo yang berjumlah 600 ribu jiwa mayoritas bermata

percaharian sebagai pedagang dan pegawai negri. Sebagai kota perdagangan, kota

Solo mempunyai 34 pasar tradisional dan 6 pasar swalayan besar. Pusat

perdagangan Pasar Klewer merupakan urat nadi sebagian kehidupan warga solo.

Pada tahun 2000, kondisi ekonomi kota Solo sedikit lebih baik dibandingkan

dengan tahun 1999. Laju pertumbuhan ekonomi kota Solo tahun 2000 meningkat

menjadi 4,15%. Hal ini memberikan indikasi kondisi ekonomi telah membaik,

setelah menurun tajam pada tahun 1998, dimana pada tahun 1998 pertumbuhan

ekonomi kota Solo mengalami penurunan minus 13,39%.26

Kebijakan perekonomian kota Solo pada dasarnya difokuskan untuk

melakukan perbaikan sesudah mengalami krisis ekonomi ditahun 1997-1998.

Krisis kota solo tidak lepas dari krisis perekonomian nasional. Dari krisis ditahun

1998 lalu, diperkirakan jumlah warga miskin naik dari 10 kelurahan menjadi 39

kelurahan jumlah penganguran meningkat mencapai angka 60.000 orang. Hal ini

sangat terkait dengan guncangan politik ketika rezim Orde Baru jatuh, yang

diawali dengan aksi-aksi amuk masa di Solo. Akibat amuk masa tersebut tercatat

26

Bapedda .Produk Domestik Regional Bruto, Badan Pusat Statistik (BPS)

Kota Surakarta tahun 2000.

Page 30: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

44

kurang lebih 307 bangunan yang terdiri dari pertokoan, plaza, perkantoran bank

dirusak massa. Aksi- aksi perusakan sarana perekonomian, pada akhirnya

membawa kerugian besar bagi perekonomian masyarakat solo. Kerusuhan

tersebut juga menjadi factor penyumbang terbesar meningkatnya jumlah keluarga

pra sejahtera menjadi 14866 jiwa, sementara jumlah pencari kerja yang belum

dapat pekerjaan mencapai 12.068.27

Di sisi lain, ekonomi Kota Solo terus tumbuh. Data Bank Indonesia (BI)

menunjukkan, ekonomi Kota Solo terus membaik. Salah satu indikatornya, laju

pertumbuhan ekonomi yang positif sejak 2000-2005. Perhitungan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) terus meningkat. Empat tahun pertama tumbuh

6,46%, tahun berikutnya terus naik, meski kenaikannya tak setinggi empat tahun

pertama, karena hanya 4,3%. Jika dibanding di tingkat Jateng, pertumbuhan

PDRB di Kota Solo masih jauh lebih tinggi. Secara demikian Kota Solo termasuk

kota yang maju dan cepat tumbuh. Status perekonomiannya pun termasuk prima,

yakni kondisi tingkat pertumbuhan PDRB melebihi rerata provinsi Jateng.

Perekonomian Kota Surakarta meningkat dari tahun ke tahun hal ini dapat dilihat

dari peningkatan PDRB Kota Surakarta dari tahun ke tahun.

27

Pemerintah Kota Surakarta, Surakata dalam angka 1998,(Surakarta : Badan

Pusat Statistik Kota Surakarta1998),hlm 5

Page 31: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

45

Tabel 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta Tahun 1998-

200528

No. Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK

1 1998 2.220.348,200 1.233.018,440

2 1999 2.545.175,030 1.250.807,410

3 2000 2.965.128,910 1.302.715,920

4 2001 3.321.685,630 1.353.882,640

5 2002 3.703.510,330 1.426.961,170

6 2003 4.177.490,750 1.518.008,050

7 2004 4.780.304,930 1.647.189,150

8 2005 5.585.776,840 3.858.169,670

Sumber : Surakarta Dalam Angka 1990-2005, Badan Pusat Statistik Kota

Surakarta

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 1998 PDRB ADHK

(Atas Dasar Harga Konstan) Kota Surakarta sebesar 1.233.018,440. Jumlah ini

meningkat pada tahun 2000 menjadi 1.302.715,920 dan pada tahun 2002

meningkat menjadi 1.426.961,170. Perekonomian Kota Surakarta terus meningkat

hingga pada tahun 2003 tingkat PDRB mencapai 1.518.008,050 dan tahun 2004

mencapai 1.647.189,150. dan tahun 2005 mencapai 3.858.169,670.

28

Pemerintah Kota Surakarta, Produk Domestik Regional Bruto Surakarta

Dalam Angka 1990-2005, Badan Pusat Statistik Kota Surakarta.

Page 32: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

46

Membaiknya kondisi ekonomi Kota Solo, tumbuhnya pusat-pusat

perbelanjaan, menandakan investor mulai percaya menanamkan modalnya di Kota

Solo. Para investor melihat, Kota Solo sebagai kota yang prospektif untuk

menanamkan modal. Posisi Kota Solo yang terletak di tengah kota besar di

sekitarnya, Semarang dan Yogyakarta (kawasan Joglosemar), menjadi kawasan

strategis sebagai kota perdagangan. Bandara Adisumarmo sebagai Bandara

Internasional makin mempermudah akses investor dari luar melakukan penetrasi

ke Solo. Tak berlebihan kiranya banyak pihak menilai Kota Solo tengah tumbuh

menjadi kota megapolitan.

Meski secara ekonomi membaik, tak bisa dipungkiri, Kota Solo tidak lepas

dari persoalan. Jurang antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Hal ini

ditunjukkan membesarnya indeks ketimpangan dari 0,2538 pada 2000, meningkat

menjadi 0,2904 pada 2003, dan diperkirakan terus mengalami peningkatan pada

tahun-tahun terakhir ini. Secara kasat mata bisa dilihat, kantong-kantong

kemiskinan di Kota Solo umumnya berada di pinggiran kota, berada di sepanjang

Sungai Bengawan Solo, hidup di bantaran sungai, atau menempati tanah-tanah

negara. Di sana masih banyak kita temukan rumah-rumah yang tidak layak huni.

Kota Solo berawajah ganda : makmur di tengah, miskin di pinggir.29

Meskipun merupakan pendapatan umum, sebutan “pemukiman liar” tidak

mengandung suatu kecendurungan kriminal. Pemukiman liar hanya menunjukan

29

Sholahudin,“Refleksi 264 tahun Kota Solo”, diakses dari

sholahuddinms.wordpress.com, pada tanggal 12 Juli 2016.

Page 33: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

47

hubungan antara kelompok orang dan perumahan di atas tanah tertentu. Seorang

pemukim liar adalah seorang yang menempati sebidang tanah, sebuah rumah, atau

sebuah bangunan tampa kekuatan hukum.30

4. Urbanisasi Kota Surakarta

Arus perpindahan dari pedesaan ke kota biasanya dipandang sebagai salah

satu faktor penyebab utama yang menjadi dasar urbanisasi. Sebab-sebab yang

menimbulkan arus perpindahan dari pedesaan ke kota sering dicakup dengan

istilah faktor “pendorong”dan faktor “penarik”. Sebagai faktor pendorong dapat

disebut kemiskinan di desa-desa. Sebab kemiskinan itu dapat bermacam-macam,

seperti cepatnya pertabahan penduduk yang tidak seimbang dengan kecepatan

pertambahan persediaan tanah pertanian baru, mekanisme pertanian dan

terdesaknya kerajinan tangan di desa-desa oleh produk industry modern.

Selain factor pendorong di atas, Prof. Dr. J.W. Schoorl menyebut beberapa

faktor penarik yang berasal dari kota sebagai penyebab perpindahan penduduk

dari desa ke kota.31

Pertama, daya tarik ekonomi dari kota. Orang berharap akan

mendapatkan pekerjaan disana dan dengan demikian mendapat uang yang lebih

banyak dan relative mudah daripada di desa. Kedua, erat kaitannya dengan yang

terakhir, orang terdorong untuk berusaha mengangkat posisi sosialnya dengan

cara pergi ke kota dan bekerja di sana.

30

Patrick McAuslan, Tanah Perkotaan dan Perlindungan Rakyat

Jelata,(Gramedia: Jakarta, 1986,).hlm 67.

31 Patrick McAuslan,op. cit. hlm 71.

Page 34: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

48

Ketiga, di kota fasilitas pendidikan lebih baik daripada di pedesaan.

Orang tua yang ingin anaknya meningkat status sosial dan pendidikannya akan

segera pindah kekota atau hanya mengirim anak-anaknya ke kota, yang pada

umumnya setelah selesai pendidikannya enggan kembali ketempat asalnya.

Seiring dengan tersedianya fasilitas pendidikan yang lebih baik adalah tersedianya

fasilitas-fasilitas sosial lain yang lebih baik pula, seperti kesehatan. Keempat, bagi

orang-orang atau kelompok tertentu, kota memberi kesempatan untuk

menghindari diri dari kontrol sosial yang terlalu ketat. Kelima, kota juga

mempunyai daya tarik sebagai pusat kesenangan, hiburan dan sebagai tempat

orang dapat mencari pengalaman baru dalam bayangan suasana modern.

Faktor-faktor pendorong dan penarik perpindahan penduduk dari desa ke

kota itu sering sangat dominan dalam dalam urbanisasi liar. Faktor-faktor tersebut

mendorong dan menarik penduduk pedesaan untuk pindah ke kota terutama secara

liar, karena adanya peraturan pembatasan pendatang baru kekota tertentu.

Perpindahan urbanisasi secara liar yang sulit terkontrol tersebut lambat laun

mengakibatkan semakin meningkatnya pemukiman liar dengan segala

permasalahan yang komplek.

Salah satu faktor terjadinya urbanisasi adalah adanya industrialisasi.32

Berdasarkan sejarah Kota Surakarta, pada tahun 1970an terjadi industrialisasi di

Kota Surakarta (industri pembuat pewarna tekstil namun tahun 1980an industri

32

Daldjoeni, Geografi Kota dan Desa untuk Mahasiswa dan Guru

SMU,(Bandung: Alumni, 1987), hlm 57

Page 35: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

49

tersebut mulai dilakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh

pemerintah sehingga menggeser lokasi industri-industri tersebut ke luar Kota

Surakarta). Industrialisasi yang terjadi di Kota Surakarta merupakan faktor

penarik penduduk luar kota untuk melakukan urbanisasi ke Kota Surakarta.

Menurut Barlow dan Newton (1971), kekuatan yang mengakibatkan

adanya gerakan penduduk yang berasal dari luar kota menuju ke arah dalam kota

tersebut disebut dengan kekuatan sentripetal. Urbanisasi yang besar-besaran di

Kota Surakarta tampak nyata pada tahun 1998-2005 di Kota Surakarta, tingkat

pertumbuhan penduduknya mencapai 3,32% (merujuk pada penduduk Kota

Surakarta)33

. Angka ini merupakan capaian tingkat pertumbuhan penduduk yang

paling tinggi dalam periode tahun 1998-2005.

Urbanisasi di kota Surakarta di sebabkan oleh factor penarik kota

Surakarta sendiri. Kota Surakarta yang notabenya lengkap dengan segala fasilitas

public dan lapangan pekerjaan dianggap jalan yang paling tepat untuk bermigrasi

ke kota Surakarta. Kebanyakan para kaum urban tersebut menganggap mengadu

nasib di kota lebih bisa memenuhi kebutuhan ekonomi dan meningkatkan taraf

kehidupannya. Tapi pada kenyataannya para pendatang yang datang ke kota

Surakarta justru malah membuat problem yang komplek terhadap pemerintah kota

Surakarta.

33 Lihat Halaman 22 Tabel Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1998-

2005

Page 36: BAB II MUNCULNYA PEMUKIMAN LIAR DI KOTA SURAKARTA · A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Kota Surakarta. Kota Solo berawal dari desa pelabuhan yang bernama Sala. Pada masa ... 2000)”,

50

Tingginya angka migran yang masuk ke Kota Surakarta, khususnya

pinggiran kota Surakarta menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal menjadi

hal yang sangat pokok. Akan tetapi, semakin menyempitnya lahan untuk

pemukiman menyebabkan harga tanah semakin mahal. Para pendatang baru yang

pada umumnya merupakan para penduduk dengan tingkat ekonomi yang rendah

akhirnya mau tidak mau menggunakan lahan-lahan illegal yang tidak

diperuntukkan, untuk membangun rumah-rumah mereka.