Bab II Mineral

41
17 BAB II MINERAL 2.1. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral. 2. Mampu membedakan sifat fisik mineral pada batuan peraga satu dengan batuan peraga lainnya. 3. Mengetahui kegunaan dari mineral. 2.2. Teori Dasar Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui dan terbentuk secara anorganik (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

description

yoshhhhhhh

Transcript of Bab II Mineral

17

BAB II

MINERAL

2.1. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.

2. Mampu membedakan sifat fisik mineral pada batuan peraga satu

dengan batuan peraga lainnya.

3. Mengetahui kegunaan dari mineral.

2.2. Teori Dasar

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses

geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia

tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur

murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan

ribuan bentuk yang diketahui dan terbentuk secara anorganik (senyawaan

organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut

mineralogi.

Mineral yang terdapat di alam ada yang merupakan unsur bebas, dan ada

pula yang merupakan senyawa.

2.2.1. Klasifikasi Mineral Berdasarkan Sifat Kimia

a. Kelompok Native Element (Unsur Murni)

18

Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang

dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia

saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur

pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity)

mineralnya adalah

malleable yang jika ditempa

dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan

dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika

dilepaskan. Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda , antara

lain :

Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au),

perak (Ag), Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya

adalah isometrik.

Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic

(As),yang keduanya memiliki sistem kristalnya adalah

hexagonal.

Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur.

sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem

kristalnya ortorombik, intan sistem kristalnya isometrik, dan

grafit sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat

jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.

Gambar 2.1 Emas

17

19

b. Kelompok Sulfida

Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt

ini terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur

(belerang) (S2-). Pada umumnya unsur utamanya adalah logam

(metal). Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk

disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang

tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya

atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur

tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur

yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi

dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut

biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan

yang terkait dengan hidrotermal (air panas).

Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral

pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida

memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur

utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-

mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur

logam dari sulfurnya.Beberapa penciri kelas mineral ini adalah

memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam, berat

jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang

rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang

bersifat logam.

Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit

(FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan

Kalkopirit (CuFeS2) .

20

Gambar 2.2 Pirit

c. Kelompok Oksida Dan Hidroksida

Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang

terbentuk dari kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida

(O2-) dan gugus hidroksil hidroksida (OH-).

Oksida

Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan

langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih

sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih

keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga

lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam

oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium.

Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah, korundum

(Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).

Hidroksida

Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk

akibat pencampuran atau persenyawaan unsur-unsur tertentu

dengan hidroksida (OH-). Reaksi pembentukannya dapat juga

terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida,

pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya

adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida

21

adalah Manganite MnO(OH), Bauksit (FeO(OH)) dan limonite

(Fe2O3.H2O).

22

Gambar 2.3 Hematit

d. Kelompok Halida

Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogen

elektronegatif, seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki berat

jenis yang rendah (< 5).Contoh mineralnya adalah: Halit (NaCl),

Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).

Gambar 2.4 Fluorit

e. Kelompok Karbonat

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut

“karbonat”, umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan

“kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral

ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.

23

Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai

plankton. Karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada

daerah karst yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite.

Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat

(BO3).

Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas

karbonat ini adalah dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan

magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat adalah niter

(NaNO3) dan boraks (Na2B4O5(OH)4.8H2O).

Gambar 2.5 Dolomit

f. Kelompok Sulfat

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah

kombinasi logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral

sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitic (penguapan) yang tinggi

kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi

sulfat dan halida berinteraksi. Pada kelas sulfat termasuk juga

mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan sama seperti

sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam

dengan anion-anionnya masing-masing. Contoh-contoh mineral yang

termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium sulfate), celestite

(strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan gypsum

(hydrated calcium sulfate). Juga termasuk di dalamnya mineral

24

chromate, molybdate, selenite, sulfite, tellurate serta mineral

tungstate.

Gambar 2.6 Gipsum

g. Kelompok Phosphat

Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada

umumnya memiliki kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:

Apatit (Ca,Sr,Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH), Vanadine b5Cl(PO4)3,dan

Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8, 5H2O.

Gambar 2.7 Apatit

25

h. Kelompok Silikat

Silikat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari

mineral yang dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan

adalah dari kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara

silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya

yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari

mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai

kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian

utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku

maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang

umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

Quartz (SiO2)

Feldspar Alkali (KAlSi3O8)

Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)

Mica Muscovite (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)

Mica Biotite (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)

Amphibole Horblende

((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))

Piroxene ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)

Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)

Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5

hingga 8 adalah mineral ferromagnesium.

26

Gambar 2.8 Kuarsa

2.2.2. Sifat Fisik Mineral

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan

sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang

lainnya. Sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi: warna, cerat (streak),

kilap (luster), bentuk Kristal (form/shape), belahan (cleavage), pecahan

(fracture), kekerasan (hardness), berat jenis (specific gravity), tenacity,

diaphaneity, dan special properties.

a. Warna (Colour)

Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka

cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan

diserap (absorbsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna

penting untuk membedakan antara mineral akibat pengotoran dan

warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral

tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-

elemen utama pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic.

Misal : Sulfur berwarna kuning, Pyrite berwarna kuning loyang,

Magnetite berwarna hitam Warna akibat adanya campuran atau

pengotor dengan unsur lain, sehngga memberikan warna yang

27

berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama

Allochromatic.

Misal :

Halite, warna dapat berubah-ubah :

abu-abu

biru bervariasi

kuning

coklat gelap

merah muda

Kuarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna

berubah-ubah menjadi :

violet

merah muda

coklat-hitam

Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna

tertentu pada mineral disebut nama Chromophores.

Misal : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan

Chromophores dalam mieral Cu sekunder ,maka akan memberikan

warna hijau dan biru.

Faktor yang dapat mempengaruhi warna :

Komposisi kimia

Struktur kristal dan ikatan atom

Pengotoran dari mineral

b. Gores/Cerat ( Streak )

Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral

tersebut ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih

dipertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk

membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya

berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara menggorekan mineral pada

permukaan keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai

28

kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk

sampai halus menjadi berupa tepung.

Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores

berwarna putih.

Contoh:

Quartz = putih / tak berwarna

Gypsum = putih / tak berwarna

Calcite = tak berwarna

Mineral bukan logam (non metalic mineral) dan berwarna

gelap akan memberikan gores yang lebh terang daripada warna

mineralnya sendiri.

Contoh :

Leucite = warna abu-abu / gores hitam.

Dolomite = warna kuning sampai merah

jambu /gores putih

Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang

mempunyai warna gores yang lebih gelap dari warna mineralnya

sendiri.

Contoh :

Pyrite = warna kuning loyang / gores hitam

Copper = warna merah tembaga / gores

hitam

Hematite = warna abu-abu kehitaman

/ gores merah

Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan

warna yang sama.

Contoh :

Cinnabar = warna dan gores merah

Magnetite = warna dan gores hitam

29

Gambar 2.9. Cerat Pyrit

c. Kilap (Luster)

Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari

permukaan sebuah mineral, yang erat hubungannya dengan sifat

pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap

tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar

indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang

dipantulkan. Nilai ekonomis mineral kadang-kadang ditentukan oleh

kilapnya.

Macam-macam kilap :

Kilap Logam (Metallic Luster)

Mineral-mineral opaq yang mempunyai indeks bias sama

dengan 3 atau lebih, contoh : Galena, Native metal, Sulphide ,

Pyrite.

Kilap Sub-metalik (Sub Metallic Luster)

Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias

antara 2,6 sampai 3, contoh :

Cuprite ( n = 2.85 )

Cinnabar ( n = 2.90 )

Hematite ( n = 3.00 )

Alabandite ( n = 2.70 )

30

Kilap Bukan Logam (Non Metallic Luster)

Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan

dapat membiaskan,dengan indeks bias kurang dari 2,5. Gores

dari mineral-mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna

muda.

Macam-macam kilap bukan logam :

Kilap kaca (vitreous luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.

Contoh :

Quatrz

Carbonates

Spinel

Fluorite

Garnet

Kilap Intan (adamantite luster)

Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan

atau permata.

Contoh :

Diamond

Sphalerite

Cassiterite

Sulfur

Rutile

Kilap lemak (greasy luster)

Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak

atau kena lemak, akibat proses oksidasi.

31

Contoh :

Nepheline yang sudah teralterasi .

Halite yang sudah terkena udara.

Kilap lilin ( waxy luster )

Merupakan kilap separti lilin yang khas.

Contoh :

Serphentine

Ceragyrite

Kilap sutera ( silky luster )

Kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang

parallel atau berserabut (parallel fibrous structure)

Contoh :

Asbestos

Selenite

Hematite

Kilap mutiara (pearly luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang

berbentuk lembaran dan menyerupai mutiara.

Contoh :

Talc

Gypsum

Mika

Kilap tanah ( earthy luster )

Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan

sinar yang masuk tidak dipantulkan kembali.

Contoh :

Kaolin

Pyrolusite

32

Gambar 2.10 Kilap logam (galena)

Gambar 2.11 Kilap non logam (kuarsa)

d. Bentuk (form/shape)

Amorf : tidak berbentuk Kristal

Kristal

Isometrik / kubus

Tetragonal / balok

Heksagonal

Ortorombik

Monoklin

Triklin

33

Tabel 2.1 Bentuk Kristal

e. Belahan (Cleavage)

Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas

elastisitas dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah.

Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal

yang rata karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam

dari kristal. Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi

bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh

bidang yang rata. Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan

bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :

34

Sempurna ( Perfect )

Apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya

yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain

melalui bidang belahannya.

Contoh :

Calcite

Muscovite

Galena

Halite

Baik ( Good )

Apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya

yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang

belahannya

Contoh :

Feldspar

Augite

Hyperstene

Rhodonite

Diopsite

Jelas ( Distinct )

Apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi

mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya

dan tidak rata.

Contoh :

Scapolite

Feldspar

Hornblende

35

Tidak Jelas ( Indistinct )

Apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi

kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama

besar.

Contoh :

Beryl

Corundum

Gold

Platina

Magnetite

Tidak sempurna ( Imperfect )

Apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan

mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

Contoh :

Apatite

Cassiterite

Berdasarkan arah, belahan mineral terbagi menjadi beberapa

jenis yaitu,

1 arah : muskovit, biotit

2 arah : piroksen, feldspar, hornblende

3 arah : halit, pirit, kalsit

4 arah : fluorit

36

Gambar 2.12 Arah belahan mineral

f. Pecahan (Fracture)

Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui

batas plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.

Pecahan dapat dibagi :

Choncoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol

atau kulit bawang yang memperlihatkan gelombang melengkung

dipermukaan.

Contoh :

Quartz

37

Obsidian

Rutile

Anglesite

Hacly : Pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam,

serta kasar tak beraturan atau seperti tak bergerigi.

Contoh :

Copper

Silver

Platinum

Gold

Even : Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-

kecil dengan ujung pecahan mendekati bidang datar.

Contoh :

Muscovite

Biotite

Talc

Uneven : Pecahan mineral yang menunjukan permukaan bidang

pecahnya kasar dan tidak teratur. kebanyakan mineral

mempunyai pecahan uneven.

Contoh :

Calcite

Orthoclas

Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan

tajam menyerupai benang atau berserabut

Contoh :

Fluorite

Antigoite

Earthy : Pecahan mineral yang hancur seperti tanah.

Contoh :

Biotite

Talc

38

Gambar 2.13 Pecahan konkoidal

g. Kekerasan (Hardness)

Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan

mineral (scratching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah

dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada

mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui

kekerasannya.Skala kekerasan relatif mineral dari Mohs :

Tabel 2.2 Skala Mohs

Skal

aNama mineral Rumus Molekul

1 Talc Mg3Si4O10(OH)2

2 Gipsum CaSO2 . 2H2O

3 Kalsit CaCO3

4 Fluorit CaF2

5 Apatit Ca5(PO4)3F

6 Ortoklas K(AlSi3O8)

7 Kuarsa SiO2

8 Topaz Al2SiO4(FOH)2

9 Corundum Al2O3

39

10 Diamond C

Sedangkan alat yang digunakan sebagai sebagai alat penentu

kekerasan adalah:

Kuku jari memiliki nilai H sekitar 2,5

Uang logam memiliki nilai H = 3,0

Baja pada pisau lipat memiliki nilai H = >3,0

Kaca jendela memiliki nilai H = 5,5

Amplas dan kikir baja memiliki nilai H = 6,5

h. Berat Jenis (Specific Gravity)

Banyak mineral-mineral yang mempunyai sifat fisis yang

banyak persamaannya, dapat dibedakan dari berat jenisnya. Seperti

pada colestite SrSO4 dengan berat jenis 3,95 dapat dengan mudah

dibedakan dengan barite yang mempunyai berat jenis 4,5 salah satu

penentuan berat jenis dengan teliti dapat menggunakan pycnometer.

Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral di

bandingkan dengan berat air pada volume yang sama.

i. Tenacity

Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,

pembengkokan, penghancuran, dan pemotongan.

Macam-macam tenacity :

Brittle

Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus

Contoh :

Calcite

Marcasite

Quartz

Hematite

40

Sectile

Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang

menjadi tepung.

Contoh :

Gypsum

Ceragyrite

Malleable

Apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.

Contoh :

Gold

Copper

Ductile

Dapat di tarik / diulur seperti kawat. Apabila mineral ditarik

dapat bertambah panjang dan aopabila dilepaskan maka mineral

akan kembali seperti semula.

Contoh :

Silver

Cerrargyrite

Copper

Olivine

Flexible

Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan

mudah.

Contoh :

Talc

Mika

Gypsum

41

Elastic

Dapat merenggang bila ditarik dan kembali seperti semula bila

dilepaskan.

Contoh :

Muscovite

Gambar 2.14. Tenacity

j. Diaphaneity

Diaphaneity adalah cara mineral untuk meneruskan cahaya,

terbagi menjadi:

Transparant : benda dapat tampak jika dipandang melalui suatu

mineral, contohnya kuarsa, kalsit.

Translucent : cahaya dapat diteruskan oleh mineral, tetapi benda

dibalik mineral ini tidak tampak jelas, contohnya gypsum.

Opaque : tidak ada cahaya yang diteruskan walaupun pada

keping yang tertipis, contohnya magnetite dan pyrite.

k. Special Properties

a. Rasa & Bau (Taste & Odour)

Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas,

beberapa mineral mempunyai rasa dan bau.

42

Rasa ( taste ) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang

bersifat cair :

Astringet : rasa yang umum dimiliki

oleh sejenis logam.

Sweetist Astinget : rasa seperti pada tawas.

Saline : rasa yang dimiliki seperti

garam.

Alkaline : rasa yang dimiliki seperti

rasa soda.

Bitter : rasa seperti garam pahit.

Cooling : rasa seperti rasa

sendawa.

Sour : rasa seperti asam

belerang.

Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang

bersifat volatile melalui pemanasan atau melalui

penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau

(odour) akan menjadi ciri-ciri yang khas dari suatu

mineral.

Alliaceous : Bau seperti bawang,

proses pereaksi dati

aersenopirit akan

menimbulkan bau

yang khas.

Horse Radish Odour : Bau dari lobak kuda yang

menjadi busuk (biji

selenit yang dipanasi).

Sulphurous : Bau yang ditimbulkan

oleh proses pereaksian

pirit atau pemanasan

mineral yang

43

mengandung unsure

sulfida.

Bituminous : Bau seperti bau aspal.

Fetid : Bau yang ditimbulkan

oleh asam sulfida atau

bau busuk seperti telur

busuk.

Argiilaceous : Bau seperti lempung

basah, seperti serpentin

yang mengalami

pemanasan.

b. Sifat Kemagnetan

Paramagnetit (magnetit) adalah mineral tersebut

mempunyai gaya tarik terhadap magnet. Contohnya.

Magnetit, pirotit,ferroplatin

Diamagnetit (non magnetit) adalah mineral tersebut

mempunyai gaya tolak terhadap magnet.

c. Feel

Soapy / seperti sabun: talk, bentonit

Greasy / berminyak : grafit

d. Kelisrikan

Bermuatan listrik jika digosok dengan kain, contoh : intan,

topaz, turmalin.

Bermuatan listrik bila dipanasi, contoh : turmalin, kuarsa.

Bermuatan listrik bila ditekan, contoh : kuarsa

Bedaya hantar listrik. Contoh : Cu, Fe

e. Daya Hantar Panas

Konduktor : Cu, Fe

Isolator : asbes, mika

f. Keradioaktifan

Mineral bersifat radioaktif, contoh : uranitite, pitchblende

44

g. Fosforisensi

Dapat bercahaya atau bersinar, setelah tidak terkena cahaya

matahari, contohnya barium sulfida, kalsium sulfida.

h. Fluorisensi

Dapat bercahaya apabila mineral terkena cahaya, contoh :

fluorit, barium platina sianida, willemite

2.3. Alat dan Bahan

2.3.1. Alat

1. Modul praktikum geologi fisik

2. Amplas

3. Paku

4. Pecahan kaca

5. Kawat tembaga, uang logam

6. Lup dan tabel bentuk kristal

7. Lembar klasifikasi mineral

8. Alat tulis

2.3.2. Bahan

1. 3 buah batuan peraga, jenis batuan beku

2.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaaan

Hari : Minggu

Tanggal : 9 November 2014

Pukul : 16.00 WITA s/d selesai

Tempat : Kampus I STT MIGAS KM 8

45

2.5. Prosedur Kerja

1. Tentukan mineral yang akan diidentifikasi pada batuan peraga;

2. Amati dan tentukan warna dan kilap yang tampak pada mineral;

3. Goreslah permukaan mineral yang telah ditentukan dengan

menggunakan amplas untuk mengetahui cerat dari mineral tersebut;

4. Untuk menentukan kekerasan mineral, gunakanlah kuku jari, paku,

pecahan kaca, uang logam atau kawat tembaga kemudian sesuaikan

kekerasan mineral dengan skala Mohs;

5. Untuk mengidentifikasi bentuk kristal dan diaphaneity dari mineral

amatilah kenampakan mineral tersebut;

6. Untuk menentukan belahan, pecahan, tenacity, serta berat jenis dari

mineral yang diamati, bacalah lembar klasifikasi mineral yang ada;

7. Tentukan nama mineral, genesa, dan nilai ekonomis dari mineral

tersebut;

8. Lakukanlah prosedur kerja seperti yang tertera diatas untuk

mengidentifikasi mineral pada batuan peraga lainnya.