BAB II Menurut Semiawan (2008: 103) IPA adalah ... · keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam...

22
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD Menurut Semiawan (2008: 103) IPA adalah interpretasi dari pengalaman manusia tentang alam yang diperoleh melalui suatu kegiatan yang melibatkan proses saintifik. Menurut Samatowa (2010: 11), IPA merupakan terjemahan kata dalam bahasa inggris yaitu natural science. Natural artinya alamiah berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan. Jadi IPA/ natural science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentng alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Trianto (2010: 136-137) IPA merupakan suatu kumpulan teori mengenai gejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah yang menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur seperti observasi dan ekseperimen yang tersusun secara sistematis. Menurut Leo Sutrisno, Hery kresnadi, dan Kartono (2008: 32) menyatakan bahwa IPA merupakan pengetahuan dan konsep tentang alam yang dihasilkan oleh manusia melalui kegiatan yang dilakukan manusia. Dari beberapa definisi dari para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis berhubungan dengan gejala- gejala alam, prodek ilmiah,proses ilmiah dan sikap ilmiah. IPA memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson & Bergman 1980 ( dalam Susanto 2013: 170), meliputi : 1. IPA `merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori. 2. Proses ilmiah dapat berupakan fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya. 3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam.

Transcript of BAB II Menurut Semiawan (2008: 103) IPA adalah ... · keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam...

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Hakikat IPA SD

    Menurut Semiawan (2008: 103) IPA adalah interpretasi dari

    pengalaman manusia tentang alam yang diperoleh melalui suatu kegiatan yang

    melibatkan proses saintifik. Menurut Samatowa (2010: 11), IPA merupakan

    terjemahan kata dalam bahasa inggris yaitu natural science. Natural artinya

    alamiah berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan. Jadi

    IPA/ natural science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentng alam,

    ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

    Trianto (2010: 136-137) IPA merupakan suatu kumpulan teori

    mengenai gejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah yang

    menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur seperti observasi

    dan ekseperimen yang tersusun secara sistematis.

    Menurut Leo Sutrisno, Hery kresnadi, dan Kartono (2008: 32)

    menyatakan bahwa IPA merupakan pengetahuan dan konsep tentang alam

    yang dihasilkan oleh manusia melalui kegiatan yang dilakukan manusia.

    Dari beberapa definisi dari para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan

    bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis berhubungan dengan gejala-

    gejala alam, prodek ilmiah,proses ilmiah dan sikap ilmiah.

    IPA memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya.

    Karakteristik tersebut menurut Jacobson & Bergman 1980 ( dalam Susanto

    2013: 170), meliputi :

    1. IPA `merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

    2. Proses ilmiah dapat berupakan fisik dan mental, serta mencermati

    fenomena alam, termasuk juga penerapannya.

    3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam

    menyingkap rahasia alam.

  • 10

    4. IPA tidak dapat membuktikian semua akan tetapi hanya sebagian atau

    beberapa saja.

    5. Keberanian IPA bersifat Subjektif dan bukan kebenarannya yang

    bersifat objektif.

    2.1.1.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD

    Susanto (2013: 167) menyatakan bahwa pembelajaran IPA meliputi tiga

    hal yaitu pengetahuan sains, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Kompetensi

    dasar dari IPA sendiri juga meliputi ketiga hal tersebut. Kompetensi dasar

    merupakan suatu komponen yang terdapat pada silabus yang berisikan tentang

    keterampilan, pengetahuan yang harus dicapai oleh peserta didik, untuk

    melihat kemampuan yang telah dicapai oleh peserta didik.

    Dibawah ini merupakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

    akan dilakukan dalam penelitian.

    Tabel 2.1

    SK dan KD IPA Semester 2

    Standar kompetensi Kompetensi dasar Indikator

    11. Memahami hubungan

    antara sumber daya alam

    dengan lingkungan,

    teknologi, dan masyarakat.

    11.1 Menjelaskan

    hubungan antara

    sumber daya alam

    dalam lingkungan.

    1. Menjelaskan pengertian Sumber

    Daya Alam (SDA).

    2. Menyebutkan jenis SDA.

    3. Menyimpulkan pengertian dari

    SDA hayati beserta contoh.

    4. Menyimpulkan pengertian dari

    SDA non hayati beserta contohnya.

    5. Mengklasifikasikan sifat-sifat

    SDA.

    6. Mendiskusikan pengertian SDA

    yang dapat diperbarui beserta

    contohnya.

    7. Mendiskusikan pengertian SDA

    yang tidak dapat diperbarui beserta

    contohnya.

    8. Mencotohkan kerusakan yang

    dapat mengurangi mutu SDA.

  • 11

    2.1.1.2 Pembelajaran IPA

    Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan

    NasionalStandar Pendidikan BNSP,2006 (dalam Susanto 2013: 171),

    dimaksudkan untuk :

    1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

    keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

    2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

    yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

    adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi dan masyarakat.

    4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah, dan membuat keputusan, memelihara,

    menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

    5. Meningkatkan kesadarannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

    sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

    Berdasarkan uraian diatas pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat

    melatih siswa untuk mengembangkan ketrampilan dari siswa serta

    pengetahuan dari siswa yang bertujuan untuk melatih siswa untuk dapat

    berpikir kritis dan rasional untuk menghadapi permasalahan di lingkungan.

    2.1.1.3 Penilaian IPA SD

    Penilaian IPA SD merupakan bagian dari hasil dari proses pembelajaran

    yang dilakukakan. Penilaian pembelajaran IPA SD diperoleh melalui

    pengetahuan sains dari siswa dengan cara tes dan menghasilkan hasil belajar

    dari siswa. Selain itu dalam pembelajara IPA tidak hanya dalam pengetahuan

    yang diperoleh oleh siswa melainkan juga melalui ketrampilan proses dari

    siswa saat mengikuti pembelajaran. Pembelajaran IPA akan lebih bermakna

    apabilla siswa memperoleh pengalaman secara langsung. Jadi penilaian IPA

    diperoleh berdasrakan pengetahuan sains dari siswa, ketrampilan proses

  • 12

    ilmiah yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran, serta sikap ilmiah

    yang ditunujukan siswa setelah pembelajaran dilakukan.

    2.1.2 Model Pembelajaran

    Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyebutkan bahwa sebuah

    model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,

    komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi

    kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan

    alat yang diperlakukan untuk melaksanakan model, serta dampak

    instruksional yaitu hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak

    dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat terciptanya suasana belajar

    dalam model tertentu. Menurut Chatib, (2011: 128) model pembelajaran

    merupakan suatu sistem dalam proses pembelajaran yang utuh mulai dari awal

    hingga akhir yang melingkupi pendekatan pembelajaran, strategi

    pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Berdasarkan

    pendapat yang dinyatakan oleh Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) dan

    Chatib (2011: 128) mengenai model pembelajaran dapat dikatakan bahwa

    model pembelajaran kerangka yang digunakan dalam proses pembelajaran

    untuk mencapai tujuan tertentu serta membantu seorang guru untuk

    menyampaikan materi dengan lebih menarik.

    2.1.2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

    a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

    Menurut Hosnan (2014: 295) menyatakan PBL (Problem Based Learning)

    ialah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran pada

    suatu masalah autentik sehingga siswa bisa merangkai pengetahuannya

    sendiri, mengembangkan keterampilan yang lebih tinggi, membuat siswa

    lebih mandiri dan membuat siswa percaya diri. Menurut Naniek Sulistya

    Wardani (2010: 27) model pembelajaran berbasis masalah dapat menyajikan

    masalah autentik dan bermakna sehingga mahasiswa dapat melakukan

    penyelidikan dan menemukan sendiri.

  • 13

    Menurut Sugiyanto (2010: 157) sebuah situasi masalah yang baik harus

    memenuhi lima kriteria penting, yaitu yang pertama, situasi mestinya

    autentik. Hal ini berarti masalah yang diberikan harus berkaitan dengan

    kehidupan nyata siswa. Kedua, masalah itu harus berisikan teka teki dan

    misteri. Dalam hal ini masalah harus dibuat agar siswa mencari solusi,

    jawaban yang yang sistematis. Ketiga, masalah yang disajikan harus

    bermakna bagi siswa. Keempat, masalah itu cakupannya harus luas sehingga

    dapat memberikan kesempatan guru untuk memenuhi tujuan intruksionalnya,

    tetapi tetap dibatasi dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber daya.

    Kelima, masalah yang baik harus bisa memberikan manfaat dari usaha

    kelompok.

    Berdasarkan pendapat Hosnan (2014: 295), Naniek Sulistya Wardani

    (2010: 27) dan Sugiyanto (2010: 157) dapat diartikan bahwa model

    pembelajaran Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran

    yang diawali dengan pemeberian masalah kepada siswa serta masalah yang

    diberikan merupakan masalah yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan

    sehari-hari siswa. Siswa dilatih untuk memecahkan masalah dengan

    menemukan sendiri solusinya atau pengetahuan baru siswa. Serta masalah

    yang diberikan kepada siswa harus autentik.

    b. Ciri-ciri model Pembelajaran Problem Based Learning

    Menurut Hosnan (2014: 300) Problem Based Learning mempunyai 5 ciri-

    ciri yaitu:

    a. Pengajuan masalah atau Pertanyaan

    b. Keterkaitan dengan Berbagai Masalah Disiplin Ilmu

    c. Penyelidikan yang Autentik

    d. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/Karya

    e. Kolaborasi

  • 14

    c. Sintaks/Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

    (PBL)

    Menurut Hosnan (2014: 301) langkah-langkah model pembelajaran

    Problem Based Learning (PBL) mempunyai 5 langkah yaitu :

    a. Orientasi siswa pada masalah.

    b. Mengorganisasi siswa untuk belajar.

    c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.

    d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

    e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil karya.

    Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning menurut Arends

    (2008: 57) yaitu:

    Tabel 2.2 Sintaksis Model Pembelajaran PBL

    Fase Perilaku Guru

    Fase 1 Memberikan orientasi tentang permasalahnnya kepada siswa

    Guru membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan memecahkan masalah.

    Fase 2 Mengorganisasikan siswa untuk meneliti

    Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permaslahannya

    Fase 3 Membantu investigasi mandiri dan kelompok

    Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan mencari solusi.

    Fase 4 Mengembangkan dan mempreesentasikan artefak dan exhibit

    Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefakyang tepat, seperti rekaman video, laporan

    Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses masalah-masalah

    Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

  • 15

    d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning

    (PBL)

    Dalam proses pembelajaran Problem Based Learning mempunyai kelebihan

    yaitu pada prmbelajaran Problem Based Learning adalah menggunakan masalah

    nyata yang tidak struktur dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik

    untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis

    sekaligus juga memperoleh pengetahuan baru. Dalam pembelajaran ini juga

    membantu siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dan mengubah tingkah

    laku siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dapat membangun

    pengetahuan sendiri atau melatih siswa aktif mengembangkan kemandirian belajar

    dan keterampilan sosial.

    Selain itu proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

    Problem Based Learning juga memiliki kelemahan yaitu guru harus bisa

    membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi

    kesalahan proses atau langkah-langkah pemecahan suatu masalah yang diberikan

    kepada siswa, membutuhkan persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang

    kompleks, sulitnya mencari masalah yang relevan, sering terjadi miskonsepsi,

    memerlukan waktu yang cukup lama.

    e. Komponen Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

    1. Sintagmatis

    Menurut Hosnan (2014: 302) penerapan model pembelajaran PBL harus

    melalui 5 tahap yaitu:

    a. Tahap 1 : mengorientasikan peserta didik terhadap masalah.

    Pada tahap ini guru menjelaskn tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik

    yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas

    pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.

    b. Tahap 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.

    Pada tahap ini pendidik membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi

    tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan

    pada tahap sebelumnya.

    c. Tahap 3 : Membimbing penyelidik individual maupun kelompok.

  • 16

    Pada tahap ini pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan

    informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

    kejelasan yang diperlukan untuk menyelasaikan masalah.

    d. Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

    Pada tahap ini pendidik membantu siswa untuk berbagi tugas dan

    merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan

    masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.

    e. Tahap 5 : Menganalisis dan mengevluasi proses pemecahan masalah.

    Pada tahap ini pendidik/guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

    evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

    2. Prinsip Reaksi

    Prinsip reaksi menggambarkan bagaimana perilaku guru terhadap siswa

    ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada pembelajaran Problem Based

    Learning adalah seorang guru menyajiakan suatu masalah dalam pembelajaran,

    kemudian guru membantu siswa untuk mengorganisasikan suatu masalah, guru

    membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan, guru membantu siswa

    merencanakan dan menyiapkan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan,

    selanjutnya guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

    penyelidikan dan proses-proses pembelajaran.

    3. Sistem Sosial

    Sistem sosial yang terdapat pada model pembelajaran Problem Based

    Learning ini adalah kerja sama. Dalam hal ini siswa saling membantu menemukan

    pemecahan suatu masalah yang diberikan oleh guru mengenai materi yang

    diajarkan. Dalam pembelajaran ini siswa saling membantu utnutk memecahkan

    suatu masalah yang dihadapinya, selain itu karena dalam suatu kelompok terdiri

    dari beberapa siswa maka dalam menyelasaikan suatu masalah siswa harus

    bersikap saling menghargai pendapat dari masing-masing individu.

    4. Daya Dukung

    Sistem pendukung yang diperlukan/ dibutuhkan dalam pembelajaran

    Problem Based Learning adalah situasi dan kondisi kelas, kenyamanan serta

    fasilitas yang ada dikelas seperti meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu guru

  • 17

    dalam proses pembelajaran ini juga harus mempersiapkan bahan ajar dan materi

    yang lengkap agar siswa dapat memahami materi dengan benar dan jelas.

    Pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan sebelum pembelajaran berlangsung untuk

    memancing siswa aktif dalam proses pembelajaran. Serta Rancangan Pelaksanaan

    Pembelajaran juga harus disiapkan dengan baik agar dalam proses pembelajaran

    dapat berlangsung dengan sistematis dan terstruktur.

    5. Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring

    Dampak intruksional adalah hasil belajar yang harus didapat atau

    dipahami oleh siswa berupa pemahaman dan pengetahuan dari siswa setelah

    menerima / mengikuti proses kegiatan belajar mengajar. Dampak pengiring

    pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

    Learning setelah mengikuti pembelajaran ini siswa diharapkan dapat memahami

    materi dan meningkatkan kerjasama dengan duru serta dengan siswa lainnya,

    siswa belajar untuk bisa bertoleransi menghargai pendapat orang lain, siswa

    berani mengungkapakan pendpatnya didepan umum, siswa dapat berpikir kritis

    dalam pembelajaran.

    Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model pembelajaran

    PBL digambarkan dalam bagan 2.1.

  • 18

    Gambar 2.1 Dampak intruksional dan dampak pengiring Model

    Pembelajaran PBL

    2.1.2.2 Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

    a. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

    Menurut Hosnan (2014 : 319) Project Based Learning atau model

    pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan model pembelajaran yang

    menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Menurut B. Baron 1998 (dalam

    Hosnan , 2014: 320) PjBL yaitu pendekatan cara pembelajaran secara

    kondusif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset

    terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi

    kehidupan.

    Disiplin

    Percaya diri

    Dapat memecahkan

    masalah yang

    diberikan oleh guru

    mengenai SDA

    Kerja sama

    toleransi

    Tanggung

    jawab

    Berpikir

    kritis

    Problem

    Based

    Learning

    Mampu menemukan

    pengalaman baru

    mengenai sumber

    daya alam

    Mampu menemukan

    solusi pemecahan

    masalah mengenai

    sumber daya alam

    Keterangan

    Dampak Intruksional :

    Dampak Pengiring :

  • 19

    b. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

    Menurut Buck Institute For education 1999 (dalam Hosnan, 2014: 321)

    belajar berbasis proyek PjBL memiliki karakteristik sebagai berikut :

    1. Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah

    ditentukan bersama sebelumnya.

    2. Siswa berusaha memecahkan masalah atau tantangan yag tidak memiliki

    satu jawaban pasti.

    3. Siswa ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari solusi.

    4. Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi,

    serta mencoba berbagai macam bebtuk komunikasi.

    5. Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi yang

    mereka kumpulkan.

    6. Pakar-pakar dalam bidang yang berkaitan dengan proyek yang dijalankan

    sering diundang menjadi guru tamu dalam sesi-sesi tertentu untuk untuk

    memberi pencerahan bagi siswa.

    7. Evaluasi dilakukan secara terus-menerus selama proyek berlangsung.

    8. Siswa secara reguler merefleksikan dan merenungi apa yang telah mereka

    lakukan, baik proses maupun hasilnya.

    9. Produk akhir dari proyek dipresentasikan di depan umum dan dievaluasi

    kualitasnya.

    10. Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan

    dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik serta revisi.

    c. Sintak / langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning

    (PjBL)

    Langkah- langkah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

    menurut Hosnan (2014: 325) yaitu:

    1. Penentuan Proyek,

    2. Perencanaan langkah-langkah penyelesaian proyek,

    3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek,

    4. Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru,

    5. Penyusunan laporan dan peresentasi / publikasi hasil proyek,

  • 20

    6. Evaluasi proses dan hasil proyek.

    d. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Project Based

    Learning (PjBL)

    Kelebihan dari model pembelajaran Project Based Learning adalah

    1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik

    2. Meningkatkan keterampilan memecahkan suatu masalah.

    3. Memacu siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

    4. Memacu siswa untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan

    komunikasi.

    5. Memberikan pengalaman baru kepada peserta didik.

    6. Memacu siswa untuk dapat berpikir kritis dan melatih siswa memecahkan

    suatu masalah dalam kehidupan.

    7. Melibatkan peserta didik untuk mengambil informasi dan menunjukkan

    pengetahuannya.

    8. Membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

    Selain memiliki kelebihan dalam pembelajaran Problem Based Learning

    juga memiliki kelemahan seperti siswa yang kurang memahami prinsip dari

    Pembelajaran Project Based Learning siswa akan mengalami kesulitan untuk

    menghasilkan suatu karya atau hasil. Selain itu siswa dalam kelompok hanya

    mengandalkan salah satu dari siswa yang pandai untuk mengerjakan tugas.

    Dalam proses pembelajaran ini yang dilakukan dalam kelompok juga harus

    mengharuskan siswa dapat memahami pendapat masing-masing individu,

    Waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran lebih lama, membutuhkan biaya

    yang cukup banyak, membutuhkan peralatan yang banyak.

  • 21

    e. Komponen Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

    1. Sintagmatis

    Menurut Hosnan (2014: 325) menjelaskan fase-fase pembelajaran Project

    Based Learning sebagai berikut.

    Tabel 2.3

    Fase-Fase Pembelajaran PjBL

    Fase Kegiatan Guru Fase 1 Penentuan proyek

    Pada fase ini pendidik memberikan tugas kepada peserta didik.

    Fase 2 Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek

    Pada fase ini guru membagi tugas-tugas peserta didik dalam menyelesaikan masalah

    Fase 3 Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek

    Pada fase ini guru mendampingi siswa melakukan penjadwalan semua kegiatan

    Fase 4 Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru

    Pada fase ini guru memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek.

    Fase 5 Penyusunan laporan dan presentasi / publikasi hasil proyek

    Guru membimbing siswa melakukan presentasi suatu karyanya

    Fase 6 evaluasi proses dan hasil proyek

    Guru melakukan refleksi bersama peserta didik.

    2. Prinsip Reaksi

    Prinsip reaksi menggambarkan perilaku guru terhadap siswa ketika

    berlangsungnya proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran Project Based

    Learning adalh guru bertindak sebagai fasilitator dan memonitoring;

    menjelaskan bagaimana aturan kegiatan pembelajaran, membagi tugas-tugas

    yang harus dilakukan oleh siswa, mendampingi kegiatan siswa agar tidak

    terjadi kesalahan pemahaman, memantau kegiatan dari siswa, guru

    mendampingi siswa untuk menyusun laporan atau publikasi proyek, guru

    memberikan evaluasi dengan cara refleksi, guru memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk mengemukakan pengalaman yang telah didapatnya.

    3. Sistem Sosial

    Sistem dalam model pembelajaran ini adalah kerjasama dalam kelompok.

    Siswa saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini siswa

    diharapkan dapat menghargai pendapat dari masing-masing individu.

  • 22

    Membentuk siswa untuk dapat bertanggung jawab atas tugas-tugas yang telah

    dibagi setiap individu dalam kelompok, untuk dapat memahami materi serta

    menghasilkan proyek yang terbaik.

    4. Daya Dukung

    Bahan pendukung dalam proses pemebelajaran ini adalah bahan ajar,

    lembar kerja siswa (LKS), sarana prasarana seperti; meja, kursi, papan tulis,

    dll. Selain itu kenyamanan dan kebersihan kelas juga ikut mempengaruhi

    kegiatan proses belajar mengajar karena apabila kelas bersih dan nyaman

    maka siswa tidak terganggu atau aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang

    dilakukan.

    5. Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring

    Dampak intruksional setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu

    aktivitas siswa, peningkatan hasil belajar siswa. Dampak intruksional dan

    dampak pengiring dalam model pembelajaran Project based learning

    digambarkan dalam bagan 2.2 dibawah ini.

    Gambar 2.2 Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring Model

    Pembelajaran PjBL. Berdasarkan gambar 2.2 dampak pengiring setelah

    mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu meningkatkan kerja

    sama antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa lainnya, sehingga

    Tanggung

    jawab

    Dapat membuat

    suatu karya

    mengenai SDA

    Dapat menemukan

    pengalaman baru

    mengenai SDA Disipiln

    Jujur

    Percaya diri

    Kerja sama

    Project

    Based

    Learning

    Keterangan

    Dampak Intruksional :

    Dampak Pengiring :

  • 23

    dapat memberikan manfaat meningkatkan keaktifan pembelajaran,

    menumbuhkan sikap kerja sama, toleransi, disiplin, jujur dan percaya diri.

    2.1.5 Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Perlakuan Model

    Pembelajaran PBL dan PjBL

    Strategi untuk dapat mencapai tujuan dalam belajar adalah menggunakan

    model pembelajaran dalam kegiatan prmbelajaran. Dalam penggunaan model

    pembelajaran tidaklah mudah memerlukan perencanaan yang matang,

    terstruktur dan sistematis. Dalam perencanaan tersebut sebelumnya harus

    menyusun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. Adapun

    langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran PBL dan PjBL

    adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.4

    Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model

    Pembelajaran PBL

    Kegiatan guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Siswa 1. Menjelaskan tujuan

    pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan, guru memotivasi dalam kegiatan pemecahan masalah.

    1. Mengorientasikan peserta didik pada masalah

    Siswa mendengarkan penjelasan dan motivasi dari guru saat pembelajaran pemecahan masalah.

    2. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

    2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.

    Siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugasnya yang berhubungan dengan masalah.

    3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi.

    3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

    Siswa mengumpulkan informasi dan data-data yang diperlukan untuk pemecahan masalah

    4. Guru membantu merencanakan atau menyiapkan karya.

    4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

    Siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai pemecahan masalah dalam bentuk laporan.

    5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dengan cara evaluasi.

    5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

    Siswa mengerjakan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang telah dilakukan.

  • 24

    Tabel 2.5

    Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran

    PjBL

    Kegiatan Guru Tahapan pelaksanaan Kegiatan Siswa

    1. Guru memberikan

    tugas kepada siswa.

    1. Penemuan Proyek 1. Siswa menentukan

    tema/topik proyek yang

    telah diberikan oleh guru.

    2. Guru membimbing

    merancang langkah-

    langkah penyelesaian

    proyek.

    2. Perencangan langkah-

    langkah penyelesaian

    proyek.

    2. Siswa merancang

    langkah-langkah kegiatan

    penyelesaian proyek dari

    awal sampai akhir.

    3. Guru mendampingi

    siswa melakukan

    penjadwalan

    pelaksanaan proyek.

    3. Penyusunan jadwal

    pelaksanaan proyek

    3. Siswa melakukan

    penjadwalan semua

    kegiatan yang akan

    dilakukan dalam

    pelaksanaan proyek.

    4. Guru memonitoring

    peserta didik.

    4. Penyelesaian proyek

    dengan fasilitas dan

    monitoring guru.

    4. siswa melakukan

    kegiatan penyelesaian

    proyek yang telah

    diberikan oleh guru.

    5. Guru mendampingi

    siswa

    mempresentasikan

    hasil karyanya.

    5. Penyusunan laporan

    dan presentasi /

    publikasi hasil

    proyek.

    5. Siswa menyusun

    laporan yang akan

    dipresentasikan atau

    dipublikasikan kepada

    siswa lainnya atau guru.

    6. Guru melakukan

    refleksi dengan cara

    memberikan evaluasi.

    6. Evaluasi proses dan

    hasil proyek.

    6. Siswa diberi

    kesempatan

    mengemukakan

    pengalamannya selama

    menyelesaikan tugas

    proyek yang diberikan

    oleh guru yang

    berkembang menjadi

    diskusi.

  • 25

    2.1.6 Hasil Belajar

    Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2009: 22) adalah kemampuan-

    kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima belajarnya. Dimyati

    (dalam Setyorini ,2014: 9 ) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil dari

    suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar.

    Dimyati dan Mujiono (2009: 20) hasil belajar adalah suatu pencapaian

    akhir dari suatu proses pembelajaran. Hasil belajar ini diperoleh melalui

    evaluasi yang dilakukan oleh guru.

    Menurut Suprijono (2099: 5-6) hasil belajar adalah suatu pola-pola

    perbuatan, sikap, nilai-nilai, pengertian –pengertian apresiasi dan keterampilan

    yang dimiliki oleh siswa setelah menerima proses pembelajaran.

    Rusman (2012: 123) mengatakan hasil belajar merupakan pengalaman

    belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses kegiatan

    pembelajaran.

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahawa hasil belajar

    merupakan hasil atau tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses

    pembelajaran atau tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang telah

    dibelajarkan.

    Keafektivitasan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project

    Based Learning dalam penelitian ini dapat dilihat dari ketuntasan perolehan

    hasil belajar IPA pada materi. Pengukuran hasil belajar diperoleh melalui tes.

    2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

    Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan terlebih dahulu

    yang relevan dilaksanakan saat ini.

    Penelitian yang dilakukan oleh Dian Prametasari, Merinda menunjukan

    ada efektivitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ( Problem

    Based Learning) pada mata pelajaran IPA siswa Kelas 5, dengan adanya

    perbedaan rata-rata dari hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen

    dengan perolehan rata-rata nilai tes siswa kelas kontrol lebih rendah daripada

    rata-rat nilai tes siswa kelas eksperimen, yaitu 74,53 < 83,38 dengan

    perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 8,851. Perbedaan tersebut

  • 26

    ditinjau dari ke signifikannya nampak t hitung > t tabel (3.201 > 1.674)

    dengan taraf signifikansi diperoleh angka 0,002 < 0,05 . hal tersebut terlihat

    adanya perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen

    di SD Gugus Hasanudin Salatiga.

    Penelitian yang dilakukan oleh Chitika, Prisky. 2012. Menunjukan bahwa

    penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dengan hasil penelitian nilai t hitung

    > t tabel (5.345 > 4,660). Signifikansi (0,000 < 0,005). Berdasarkan hasil

    tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak berarti Ha diterima. Dengan

    demikian terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran

    berbasis masalah dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas SD Negeri 3

    Jepon Semester II tahun ajaran 2011/2012.

    Penelitian yang dilakukan oleh Nugraeni, Veronica Yasinta pada tahun

    2013 menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL (Project Based

    Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD

    Negeri 01 Gandulan semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Terbukti dengan

    hasil yang diperoleh siswa dalam pra siklus 11 siswa (52,38%) belum tuntas

    KKM dan 10 siswa (47,62%) sudah mencapai KKM. Dan setelah adanya

    penelitian pada siklus I dengan menerapkan Pendekatan Kontektual Melalui

    Project Based Learning siswa mengalami peningkatan, 5 siswa (23,8%) belum

    tuntas KKM dan 16 siswa (72,2%) siswa sudah tuntas KKM. Dan hasil dari

    siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%) belum tuntas KKM dan 19 siswa

    (90,5%) tuntas KKM.

    2.3 Kerangka Pikir

    Keberasilan proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari guru sebagai

    salah satu sumber belajar. Peran dari seorang guru sangatlah penting, dengan

    kata lain guru harus benar-benar menguasai materi pelajaran. Tidak hanya itu

    seorang guru harus mempunyai bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar

    guru memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan

    diajarkan.

  • 27

    Pembelajaran IPA menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri

    pengetahuannya sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-

    hari.penemuan pengetahuan sendiri oleh siswa diperoleh melalui pengalaman

    belajar langsung yang dialami siswa di sekolah maupun dilingkungan

    sekitarnya.

    Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project

    Based Learning diharapkan menjadikan siswa lebih mudah memperoleh

    informasi dan memahaminya, karena siswa dapat melihat langsung,

    menemukan sendiri dan memecahkan suatu masalah sendiri. Selain itu siswa

    dilatih untuk berdiskusi / kerja sama dengan individu lain.

    1. Model pembelajaran Problem Based Learning mempunyai beberapa

    sintak/langkah-langkah pembelajaran yang diharapkan dapat

    memberiakan pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

    2. Model pembelajaran Project Based Learning mempunyai beberapa

    sintak/langkah-langkah pembelajaran yang diharapkan dapat

    memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

  • 28

    sintak/ langkah-langkah

    Bagan 2.3. Kerangka Pikir Model Pembelajaran PBL

    Dampak Intruksional :

    Dampak Pengiring :

    Penghargaan

    Model PBL

    Orientasi siswa pada

    masalah

    Mengorganisasikan

    siswa untuk belajar

    Membimbing

    penyelidikan individual

    dan kelompok

    Mengembangkan dan

    menyajikan hasil karya

    Menganalisa dan

    mengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Minat siswa

    muncul

    Rasa ingin

    tahu

    Kerja sama

    Tanggung

    jawab

    Disiplin

    Rasa bangga/

    dihargai

    Hasil Belajar

    siswa

  • 29

    sintak/ langkah-langkah

    Bagan 2.4. Kerangka Pikir Model Pembelajaran PjBL

    Keterangan bagan 2.4 :

    Model PjBL

    Penentuan Proyek

    Perancangan Langkah-

    langkah penyelesaian

    masalah

    Penyusunan jadwal

    pelaksanaan proyek

    Penyelesaian proyek

    dengan fasilitas dan

    monitoring guru

    Penyusunan laporan

    dan

    presentasi/publikasi

    hasil proyek

    Minat siswa

    muncul

    Rasa ingin

    tahu

    Kerja sama

    Komunikatif

    Tanggung

    jawab

    Disiplin

    Evaluasi proses dan

    hasil proyek

    Rasa

    bangga/

    dihargai

    Hasil Belajar

    siswa

    Pemberian

    Penghargaan

    Dampak Intruksional :

    Dampak pengiring :

  • 30

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka pikir diatas maka akan dirumuskan suatu hipotesis

    sebagai berikut.

    Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA

    siswa kelas 4 SD menggunakan model pembelajaran PBL dan PjBL

    di Gugus Joko Tingkir Salatiga.

    Ha : Ada perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA kelas 4

    SD menggunakan model pembelajaran PBL dan PjBL di Gugus

    Joko Tingkir Salatiga.