BAB II maya

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang 2.1.1. Visi dan Misi Puskesmas 7 Ulu Palembang Visi Terwujudnya Puskesmas 7 Ulu sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang Bari dan Prima di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang. Misi 1. Meningkatkan kemitraan pada semua pihak 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu prima. 4. Menetapkan standar pelayanan kesehatan Motto 1. Ramahlah, satu langkah satu senyuman 2. Kreatiflah, satu langkah satu ide langsung action 3. Bekerja adalah ibadah Nilai 1. Bari 2. Prima 3

description

mantap

Transcript of BAB II maya

Page 1: BAB II maya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang

2.1.1. Visi dan Misi Puskesmas 7 Ulu Palembang

Visi

Terwujudnya Puskesmas 7 Ulu sebagai pusat pelayanan kesehatan

masyarakat yang Bari dan Prima di Kecamatan Seberang Ulu I Kota

Palembang.

Misi

1. Meningkatkan kemitraan pada semua pihak

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan

masyarakat.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu

prima.

4. Menetapkan standar pelayanan kesehatan

Motto

1. Ramahlah, satu langkah satu senyuman

2. Kreatiflah, satu langkah satu ide langsung action

3. Bekerja adalah ibadah

Nilai

1. Bari

2. Prima

2.1.2. Gambaran Umum Puskesmas 7 Ulu Palembang

a. Letak dan wilayah kerja

Puskesmas 7 Ulu terletak diwilayah Kecamatan Seberang Ulu I Kota

Palembang, tepatnya dikelurahan 7 Ulu dan wilayah kerjanya

mencakup dua kelurahan, yaitu:

1. Kelurahan 7 Ulu

2. Kelurahan 9-10 Ulu

3

Page 2: BAB II maya

4

Batas wilayah kerja puskesmas ini yaitu:

Utara : Berbatasan dengan Kelurahan 8 Ulu

Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan 5 Ulu Laut

Timur : Berbatasan dengan Kelurahan 8 Ulu Laut

Barat : Berbatasan dengan Sungai Musi

Puskesmas 7 Ulu merupakan salah satu puskesmas Swakelola di

Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang dengan luas total wilayah

kerja 0,935 km2. Wilayah kerja puskesmas ini terdiri dari dataran

rendah sebagian besar rawa-rawa dan pinggiran sungai, dan tidak

terdapat desa tertinggal.

b. Keadaan Demografi

Berdasarkan data jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas 7

Ulu tahun 2013 adalah 30.874 jiwa, dengan 7.718 kepala keluarga.

Jumlah keluarga miskin 14.484 jiwa atau ± 4.576 Kepala keluarga

(KK). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel distribusi

penduduk berikut ini:

Page 3: BAB II maya

5

Tabel 1. Demografi wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu

Data Kelurahan Jumlah

7 Ulu 9-10 Ulu

Jumlah Penduduk 18.381 12.497 30. 874

Jumlah KK Gakin ± 2.820 KK ± 1.756 KK ± 4.576 KK

Jumlah Anggota Gakin ± 8.686 ± 5.798 14.484

Jumlah TK/PAUD 2/3 4/2 6/5

Jumlah SD/MI 2/4 3/4 5/8

Jumlah SMP/MI 1 2 3

Jumlah SMU/MA - 3 3

Jumlah Universitas 1 - 1

Jumlah Posyandu 17 12 29

Jumlah Kader Posyandu 56 50 106

Jumlah Pasar 1 1 2

Jumlah WUS 2540 1724 4264

Jumlah Bayi 369 251 620

Jumlah Balita 762 516 1278

Jumlah Bumil 423 287 710

Jumlah Bulin 403 274 677

Jumlah Dokter Praktek Umum 2 3 5

Jumlah Apotik 2 1 3

Jumlah Bidan Praktek Swasta 5 2 7

Sumber: Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2013

c. Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan

Penduduk yang berada disekitar wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu

mempunyai mata pencarian yang berbeda-beda, tetapi tidak ada yang

mendominasi. Mata pencarian tersebut antaralain: PNS, Pegawai

Swasta, Buruh, Tukang Becak, Pedagang, Guru, Bidan, Dokter dan

Page 4: BAB II maya

6

lain-lain. Sebagian besar penduduknya mengontrak rumah sehingga

penduduk tersebut sering berpindah-pindah tempat.

Tingkat pendidikan pada wilayah ini juga berbeda-beda mulai dari

yang berpendidikan SD hingga yang berpendidikan akademi/perguruan

tinggi.

d. Sarana Kesehatan Lingkungan

Sebagian penduduk pada wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu (65%)

memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, terkecuali

air minum yang umumnya berasal dari air PDAM. Air minum

tersebut diperiksa secara rutin dari segi bakteriologi satu kali setiap

tahunnya.

Sebagian keluarga (40%) sudah memiliki jamban sendiri

yang berupa kakus saniter. Pembuangan air limbah umumnya

berasal dari rumah tangga. Pembuangan sampah sebagian besar

wilayah ini sudah dilakukan secara teratur dengan cara sampah-

sampah dari hasil pembuangan tersebut diangkut secara berkala

menggunakan mobil pengangkut sampah.

Perumahan penduduk sebagian besar berbahan kayu dan

hanya sebagian kecil yang merupakan rumah permanen, jarak antar

rumah sangat rapat (± 1 meter)

e. Sarana Transportasi

Hampir seluruh wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu dapat dicapai

dengan menggunakan kendaraan roda empat, roda dua dan roda tiga

sehingga hubungan dari Puskesmas 7 Ulu ke wilayah kerja maupun

sebaliknya dapat dilakukan dengan relatif mudah dan terjangkau.

f. Tempat-tempat Umum dan Industri

Di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu terdapat tempat ibadah yaitu masjid,

gereja, dan kelenteng. Selain itu terdapat pula pasar tradisional, hotel

dan terminal angkutan pinggiran kota.

g. Sarana Komunikasi

Page 5: BAB II maya

7

Untuk sarana komunikasi pada puskesmas ini sudah memiliki saluran

telpon yang bisa mempermudah komunikasi dengan nomor 0711-

7938884.

h. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang telah dimiliki oleh Puskesmas 7 Ulu dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Tenaga Kesehatan Puskesmas 7 Ulu Palembang

Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)

Dokter Umum 2

Dokter Gigi 1

Akbid 4 (PNS, 1 HONDA)

Akper 2 (PNS, 1 HONDA)

Bidan -

Perawat (SPK) 1

Perawat Bidan -

Perawat Gigi 2

Sanitarian (SPPH) 1

Ahli Madya Gizi (Nutrisionist) 1

Tenaga Laboratorium (Ahli Madya) 1

Pengelola Obat (SMF) 2

SMA 1

SMP 1

SD 1

Jumlah 20

Sumber: Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2012

Puskesmas Pembantu 9/10 Ulu

1. Akper : 2 Orang (1 PNS, 1 HONDA)

2. SPK : 1 Orang

Page 6: BAB II maya

8

i. Sarana dan Prasarana

1. Anggaran dan Prasarana

Anggaran dana

a. Retribusi 40 % sampai dengan Oktober 2005, mulai

November 2005 Puskesmas 7 Ulu menjadi Puskesmas

Swakelola (Retribusi 100% dikelola sendiri). Sejak bulan

Febuari 2009 retribusi didapat dari klaim dana JAMSOSKES

Sumsel Semesta.

b. Terhitung Oktober 2011, Puskesmas 7 Ulu Palembang

menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).

c. ASKES

d. JAMKESMAS

e. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

f. APDB

Peralatan

Peralatan non medis maupun medis yang dimiliki

Puskesmas 7 Ulu palembang tergolong relatif lengkap sesuai

standar pelayanan di puskesmas seperti bed pasien, meja tulis,

kursi dokter/perawat, kursi pasien, kulkas & lemari

penyimpanan obat, Spigmomamographi, Stetoscope, Timbangan

berat badan, IUD KIT, Minor set, Partus Set, Bed

Gynekologi,dll.

j. Data Peran Serta Masyarakat

Di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu terdapat 29 posyandu dengan

jumlah kader sebanyak 149 orang dan yang aktif sebanyak 136 orang.

k. Kegiatan Pokok Puskesmas

Pada puskesmas ini memiliki beberapa Usaha Kegiatan Pokok (UKP)

yang meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

Page 7: BAB II maya

9

Ib hamil, nifas dan menyusui

Keluarga Berencana (KB)

Bayi dan balita sakit

2. Pelayanan pengobatan

Emergensi

Pengobatan umum

Pengobatan gigi

Rujukan

3. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan di posyandu

Penyuluhan dipuskesmas

Penyuluhan disekolah-sekolah

4. Laboratorium

Darah rutin, Urin rutin, Feses

Test kehamilan

Pemeriksaan sputum

Test golongan darah

Test gula darah

5. Klinik sehat dan gilingan mas

a. Pelayanan gizi

Pemberian Vitamin A dan tablet tambah darah

Layanan uji klinik garam beryodium

Konsultasi balita BGM dan obesitas

Konsultasi bayi/balita sakit

b. Pelayanan imunisasi

BCG

Polio

DPT

Hepatitis

Campak

Page 8: BAB II maya

10

TT calon pengantin/bumil

Anti tetanus

c. Pelayanan sanitasi

Memberikan konsultasi/penyuluhan penyakit akibat

faktor lingkungan

Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban dll.

6. Lain-lain

Pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS

Pelayanan Kesehatan lansia diposyandu 1 bulan sekali

Upaya kesehatan sekolah skrining murid kelas 1 SD/MI

sebanyak 11 SD/MI

2.1.3. Pencapaian Kegiatan

Setiap akhir tahun Puskesmas 7 Ulu membuat laporan hasil kinerja

Puskesmas yang merupakan hasil pencapaian program atau merupakan

gambaran besarnya cakupan program terhadap target yang telah

ditentukan. Jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas 7 Ulu dapat dilihat

dari tabel berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Kunjungan Pasien ke Puskesmas 7 Ulu

No. Jenis Kunjungan 2008 2009 2010 2011 2012

1. Jamsoskes (termasuk yang

umum bayar)

31.096 15.657 13.274 13.273 13.718

2. Jamkesmas 7.607 8.500 10.228 8504 8.612

3 Askes 11.089 10.628 10.210 8712 8.184

Jumlah 49.792 34.783 33.712 30.489 30.514

Sumber: Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2012

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa:

Terjadinya penurunan kunjungan Jamsoskes (termasuk umum bayar), hal ini

terjadi karena pada bulan Febuari 2009 Provinsi Sumatera Selatan telah

melaksanakan program Pengobatan Geratis untuk warga Sumatera Selatan

Page 9: BAB II maya

11

yang disebut sebagai Jamsoskes Sumsel Semesta (Jaminan Sosial Kesehatan

Sumatera Selatan Sehat untuk Sejahtera).

Terjadinya penurunan kunjungan pasien Jamkesmas, hal ini dapat diakibatkan

karena mobilitas (perpindahan) penduduk yang berubah dengan cepat

mengingat mayoritas dari penduduk nya yang bertempat tinggal dengan

menyewa sehingga sering berpindah-pindah.

Terjadinya penurunan kunjungan pasien Askes, hal ini dapat terjadi

dikarenakan PT. ASKES sendiri telah memberlakukan pelayanan Dokter

keluarga terhadap peserta Askes sehingga berdampak pada menurunnya

jumlah kapitasi peserta Askes di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu Palembang.

2.2. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas 7 Ulu Palembang

Dari data Puskesmas yang diperoleh, ada sepuluh penyakit yang

sering timbul pada masyarakat, yaitu:

Tabel 4. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas 7 Ulu Palembang

No Jenis Penyakit Jumlah Penderita

1 ISPA 4150

2 Tukak lambung 2970

3 Hipertensi 2485

4 Penyakit Rongga Mulut 2133

5 Diare 1708

6 Arthritis (OA, RA, Gout Arthritis) 1495

7 Penyakit Kulit, Jaringan, Sub Kutis 1306

8 Penyakit mata (Konjungtivitis, Kerato Konjungtivitis, Korpus

Alienum)

619

9 Penyakit lain saluran pernafasan bawah 485

10 Penyakit THT 194

Sumber: Profil Puskesmas 7 Ulu Palembang Tahun 2012

Page 10: BAB II maya

12

2.3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

2.3.1. Definisi ISPA

Menurut Depkes (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory

Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran

pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah

masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang

biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ

mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,

rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung

sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun

untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari.

Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran

pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah

organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti

sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan

seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun

demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan

antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2)

ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang

bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu

pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,

faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan

sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas

bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh

kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati

dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

Page 11: BAB II maya

13

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan

yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran

pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran

pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang

cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas

terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan

masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi

pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang

dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama

terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban

immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing,

serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.

2.3.2. Epidemiologi

Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi

dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari

1000 balita (Oktaviani, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6

episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA

mencakup 20-30% (Suhandayani, 2007). Untuk meningkatkan upaya perbaikan

kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program

prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat guna mencapai tujuan

Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan

Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes

RI, 2002). Angka kejadian ISPA di Puskesmas 7 Ulu menempati urutan pertama

penyakit tersering diderita masyarakat kelurahan 7 dan 9-10 Ulu.

2.3.3. Faktor Resiko

Berdasarkan hasil penelitian, ISPA yang terjadi pada ibu dan anak

berhubungan dengan penggunaan bahan bakar untuk memasak dan kepadatan

penghuni rumah, demikian pula terdapat pengaruh pencemaran di dalam rumah

Page 12: BAB II maya

14

terhadap ISPA pada anak dan orang dewasa. Pembakaran pada kegiatan rumah

tangga dapat menghasilkan bahan pencemar antara lain asap, debu, grid (pasir

halus) dan gas (CO dan NO). Demikian pula pembakaran obat nyamuk,

membakar kayu di dapur mempunyai efek terhadap kesehatan manusia terutama

Balita baik yang bersifat akut maupun kronis. Gangguan akut misalnya iritasi

saluran pernafasan dan iritasi mata.

Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan

ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi atmosphere yang

menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu studi melaporkan bahwa

upaya penurunan angka kesakitan ISPA berat dan sedang dapat dilakukan di

antaranya dengan membuat ventilasi yang cukup untuk mengurangi polusi asap

dapur dan mengurangi polusi udara lainnya termasuk asap rokok. Anak yang

tinggal di rumah yang padat (<10m2/orang) akan mendapatkan risiko ISPA

sebesar 1,75 kali dibandingkan dengan anak yang tinggal dirumah yang tidak

padat (Achmadi, 1993 dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

2004).

Faktor lain yang berperan dalam penanggulangan ISPA adalah masih

buruknya manajemen program penanggulangan ISPA seperti masih lemahnya

deteksi dini kasus ISPA terutama pneumoni, lemahnya manajemen kasus oleh

petugas kesehatan, serta pengetahuan yang kurang dari masyarakat akan gejala

dan upaya penanggulangannya, sehingga banyaknya kasus ISPA yang datang ke

sarana pelayanan kesehatan sudah dalam kategori berat (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, 2004).

2.3.4. Patogenesis

Menurut Baum (1980), saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar

dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem

pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap

infeksi mauapun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga

unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu:

Page 13: BAB II maya

15

1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.

2. Makrofag alveoli terjadi.

3. Antibodi setempat.

Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada

saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu. Selain

itu, hal-hal yang dapat menggangu keutuhan lapisan mukosa dan gerak sila

adalah:

1. Asap rokok dan gas SO2 yang merupakan polutan utama dalam

pencemaran udara.

2. Sindrom immotil.

3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

Makrofag banyak terdapat di alveolus dan akan dimobilisasikan ke tempat lain

bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag

membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini

(Baum,1980).

Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah imunoglobulin A

(IgA). Antibodi ini banyak terdapat di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan

memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi

pada anak. Mereka dengan defisiensi IgA akan mengalami hal yang serupa

dengan penderita yang mengalami imunodefisiensi lain, seperti penderita yang

mendapat terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas

dan lain-lain (immunocompromised host) (Baum,1980).Menurut Baum (1980)

gambaran klinik radang yang disebabkan oleh infeksi sangat tergantung Pada:

1. Karakteristik inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat

virulensi jasad renik yang masuk.

2. Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa,

gerak mukosilia, makrofag alveoli dan IgA.

3. Umur mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi

akan memberikan gambaran klinis yang lebih buruk bila dibandingkan

dengan orang dewasa. Gambaran klinis yang buruk dan tampak lebih berat

Page 14: BAB II maya

16

tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang

belum memperoleh kekebalan alamiah.

2.3.5. Gejala Klinis

Penyakit saluran pernapasan atas dapat memberikan gejala klinik yang

beragam, antara lain:

1. Gejala koriza (coryzal syndrome), yaitu penegeluaran cairan (discharge)

nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis

ringan. Sakit tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior

palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa

kedinginan (chilliness), demam jarang terjadi.

2. Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat.

Peradangan pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang

dapat menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala

koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di

seluruh badan, sakit kepala, demam ringan, dan parau (hoarseness).

3. Gejala faringokonjungtival yang merupakan varian dari gejala faringeal.

Gejala faringeal sering disusul oleh konjungtivitis yang disertai fotofobia

dan sering pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang

konjungtivitis timbul terlebih dahulu dan hilang setelah seminggu sampai

dua minggu, dan setelah gejala lain hilang, sering terjadi epidemi.

4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam,

menggigil, lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia

yang timbul tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri retrosternal.

Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemi yang hebat dan

ditumpangi oleh infeksi bakterial.

5. Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak, yaitu sakit beberapa

hari yang disebabkan oleh virus Coxsackie A. Sering menimbulkan

vesikel faringeal, oral dan gingival yang berubah menjadi ulkus.

Page 15: BAB II maya

17

6. Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (cruop), yaitu suatu kondisi

serius yang mengenai anak-anak ditandai dengan batuk, dispnea, dan

stridor inspirasi yang disertai sianosis (Djojodibroto, 2009).

2.3.6. Penatalaksanaan

Menurut Rasmaliah (2005) penatalaksan ISPA ada tiga:

1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigen dan sebagainya.

2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol per oral. Bila penderita

tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik

pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan

di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat

batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti

kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat

penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila

pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)

disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai

radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik

(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan

tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan

selanjutnya.

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

yang menderita ISPA:

1. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan

dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6

jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan

Page 16: BAB II maya

18

dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,

dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

2. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu

jeruk nipis 1⁄2 sendok teh dicampur dengan kecap atau madu 1⁄2 sendok

teh , diberikan tiga kali sehari.

3. Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang

yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI

pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

4. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,

kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

5. Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung

yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari

komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang

sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama

perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk

membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang

mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang

diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk

penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak

dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

2.3.7. Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

Page 17: BAB II maya

19

• Immunisasi.

• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu

• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

• Immunisasi.

2.4. Program Puskesmas 7 Ulu dalam Menurunkan Angka Kesakitan

ISPA

Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.

Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di

wilayah kerjanya. Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi

sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran

serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat membantu menemukan

kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik

(kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlu segera dirujuk ke

rumah sakit .

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau

sarana dan tenaga yang tersedia.

• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar

kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia

berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh

perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.

• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke

rumah sakit.

Page 18: BAB II maya

20

• Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu

yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit

pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,

• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri

wewenang mengobati penderita penyakit ISPA,

• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat

memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,

• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta

menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta

pencapaian target.

Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu

• Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk

yang ada.

• Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA

tertentu seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.

• Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.

• Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.

• Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas

sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.

Kader kesehatan

• Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan

pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.

• Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa

(bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal

tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.

• Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan

pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat

batuk putih.

• Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.

Page 19: BAB II maya

21

• Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di

daerahdaerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak

menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-

kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.

• Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk

2.5. Faktor Lingkungan Pendukung Tingginya Angka ISPA di Wilayah

Cakupan Puskesmas 7 Ulu

Faktor-faktor pendukung tersebut adalah :

1. Perumahan yang padat

Wilayah kerja puskesmas ini terdiri dari dataran rendah sebagian

besar rawa-rawa dan pinggiran sungai, dan tidak terdapat desa

tertinggal. Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas 7

Ulu tahun 2011 adalah 30.749 jiwa, dengan 7.701 kepala keluarga.

Jumlah keluarga miskin 14.484 jiwa atau ± 4.694 Kepala keluarga

(KK). Padatnya perumahan penduduk mempengaruhi ventilasi

udara di tiap-tiap rumah, dimana perumahan penduduk cakupan

puskesmas 7 Ulu sangat rapat dan rata-rata tiap rumah tidak

memiliki jarak.

2. Sanitasi yang buruk

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan

pembuangan sampah yang baik juga berperan meningkatnya

penularan dan angka kejadian ISPA.

3. Lingkungan kelurahan 7 ulu dan 9-10 ulu adalah lingkungan pasar

tradisional

Lingkungan pasar tradisional yang tidak tersusun dengan baik

sehingga menyebabkan lingkungan yang kotor, padat, dan kurang

memperhatikan higenitas barang-barang dagangan. Di sekitar

pasar juga terdapat SD dimana, banyak anak-anak yang jajan di

Page 20: BAB II maya

22

pasar dan tidak memperhatikan kebersihan jajanan sehingga

memudahkan anak-anak terinfeksi.

4. Baku mutu udara yang tidak sesuai standar baku mutu udara yang

baik

Kegiatan pasar yang aktif memicu meningkatnya lalu lintas

kendaraan bermotor sehingga polusi udara tidak bisa dihindari di

daerah cakupan puskesmas 7 Ulu. Polusi udara ini tentunya

meningkatkan faktor resiko terserangnya ISPA pada penduduk.

5. Sosial ekonomi penduduk yang mayoritas menengah ke bawah

Penduduk yang berada disekitar wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu

mempunyai mata pencarian yang berbeda-beda. Sebagian besar

penduduknya adalah pedagang, tukang becak dan buruh. Mereka

biasanya mengontrak rumah sehingga penduduk tersebut sering

berpindah-pindah tempat. Rendahnya sosial ekonomi dapat

mempengaruhi kepedulian masyarakat mengenai kesehatan.

6. Latar belakang pendidikan masyarakat yang masih rendah

Tingkat pendidikan pada wilayah puskesmas ini juga berbeda-

beda mulai dari yang berpendidikan SD hingga yang

berpendidikan akademi/perguruan tinggi. Masyarakat yang

berpendidikan rendah biasanya kurang memperhatikan kebersihan

lingkungan dan kesehatan. Mereka terkadang masih percaya

dengan mitos-mitos pengobatan tradisional dari nenek moyang

sehingga tak jarang masyarakat terlambat berobat.