BAB II MATERNAL INFANT.doc

36
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Kota Sehat 1.Sejarah perkembangan kota sehat Konsep pengembangan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHG pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa Charter, dimana ditekankan kesehatan untuk semua yang dapat dicapai dan langgeng, jika semua aspek, sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu konsep kota sehat tidak hanya memfokuskan kepada pelayanan kesehatan yang lebih ditekankan kepada suatu pendekatan kondisi sehat dan problem sakit saja, tetapi kepada aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani maupun rohani (Permenkes Nomor : 1138/Menkes/PB/VIII/2005). Di Indonesia kegiatan tersebut diantisipasi melalui berbagai seminar dan pertemuan, sehingga 4

description

kota sehat agregat maternal

Transcript of BAB II MATERNAL INFANT.doc

26

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Kota Sehat1. Sejarah perkembangan kota sehatKonsep pengembangan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHG pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa Charter, dimana ditekankan kesehatan untuk semua yang dapat dicapai dan langgeng, jika semua aspek, sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu konsep kota sehat tidak hanya memfokuskan kepada pelayanan kesehatan yang lebih ditekankan kepada suatu pendekatan kondisi sehat dan problem sakit saja, tetapi kepada aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani maupun rohani (Permenkes Nomor : 1138/Menkes/PB/VIII/2005).Di Indonesia kegiatan tersebut diantisipasi melalui berbagai seminar dan pertemuan, sehingga kemudian diluncurkan Pilot Proyek Kota sehat di 6 kota, yaitu Kabupaten Cianjur, Kota Balikpapan, Bandar Lampung, Pekalongan, Malang, dan Jakarta Timur, yang dicanangkan oleh Mendagri pada tanggal 26 Oktober 1998 di Jakarta. Selanjutnya disepakati untuk mengembangkan kegiatan Kabupaten/Kota Sehat khususnya di bidang Pariwisata di 8 (delapan) Kota, yaitu Kawasan Anyer di Kabupaten Serang, Kawasan Batu Raden, di Kabupaten Banyumas, Kotagede di Kota Yogyakarta, Kawasan Wisata Brastagi di Kabupaten Karo, Kawasan Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat, Kawasan pantai dan taut Bunaken di Kota Manado, Kabupaten Tana Toraja dan Kawasan Nongsa & Marina di Kota Batam. Dalam pertemuan Walikota dan Bupati seluruh Indonesia pada tanggal 26-28 Juli 2000, disepakati untuk mengembangkan Kabupaten/Kota Sehat, atas dasar komitmen Walikota/Bupati dan DPRD guna mendukung pembangunan berwawasan kesehatan, menuju Indonesia Sehat 2010. Dengan demikian upaya meningkatkan kesehatan merupakan tanggung jawab semua sektor, masyarakat dan swasta (Permenkes Nomor : 1138/Menkes/PB/ VIII/2005).Hal ini selaras dengan konsep pembangunan berwawasan kesehatan yang dicanangkan oleh Presiden BJ Habibie pada tanggal 1 Maret 1999 Pembangungan Berwawasan Kesehatan, yaitu setiap pembangunan yang dilakukan perlu mempertimbangkan aspek dan dampak kesehatan. Sebagai sasaran menengah pembangunan berwawasan, kesehatan adalah dengan visi terwujudnya Indonesia Sehat 2010, dan dengan misi pembangunan kesehatan sebagai berikut :a. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan,

b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,

c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau,

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.2. Pengertian Kota Sehat

Dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005 Nomor : 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat dijelaskan Konsep Kabupaten sehat dipahami sebagai suatu kondisi dari suatu wilayah yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi ekonomi masyarakat yang saling mendukung melalui koordinasi forum kecamatan dan difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan masing-masing desa. Kawasan Sehat adalah suatu kondisi wilayah yang bersih, nyaman, aman dan sehat bagi pekerja dan masyarakat, melalui peningkatan suatu kawasan potensial dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat, kelompok usaha dan pemerintah daerah.Swasti Saba adalah penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat melalui Bupati/Walikota atas keberhasilan dalam menyelenggarakan Kabupaten/Kota Sehat.3. Penyelenggaraan Kota Sehat

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005 menyebutkan bahwa :

a. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan memberdayakan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mewujudkan Kabupaten/Kota Sehat.b. Penyelenggaraan Kabupatan/Kota Sehat dilaksanakan melalui forum dan atau memfungsikan lembaga masyarakat yang ada.c. Forum di kabupaten/kota disebut forum Kabupaten/Kota Sehat atau sebutan lainnya, tingkat kecamatan disebut forum komunikasi Desa/Kelurahan atau sebutan lain dan tingkat desa/kelurahan disebut kelompok kerja atau sebutan lain.d. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dibentuk Tim Pembina Kabupaten/Kota Sehat untuk menselaraskan kebutuhan masyarakat sesuai dengan arah pembangunan daerah.e. Tim pembina diketuai oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan anggota dari instansi terkait.f. Tim Pembina ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota.4. Dasar Hukum penyelenggaraan Kota Sehat di Indonesia adalah sebagai berikut :a. UU Nomor : 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah.b. UU Nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatanc. UU Nomor: 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.d. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005 Nomor : 1138/Menkes/PB/ VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat

5. Tujuan Dan Sasaran kota Sehata. Tujuan

Agar tercapai kondisi Kabupaten/Kota untuk hidup dengan bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program-program kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan sarana dan produktivitas dan perekonomian masyarakat.

b. Sasaran1) Terlaksananya Program Kesehatan dan sektor terkait yang sinkron dengan kebutuhan masyarakat, melalui pemberdayaan Forum yang disepakati masyarakat.2) Terbentuknya Forum masyarakat yang mampu menjalin kerjasama antar masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak swasta, serta dapat menampung aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara seimbang dan berkelanjutan dalam mewujudkan sinergi pembangunan yang baik.3) Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan budaya, serta perilaku dan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara adil, merata dan terjangkau dengan memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di Kabupaten/Kota tersebut secara mandiri.4) Terwujudnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk meningkatkan produktifitas dan ekonomi wilayah dan masyarakatnya sehingga mampu meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat menjadi iebih baik.6. Strategi Penyelenggaraan Kota Sehat Peraturan Bersama antara Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan Kabupaten/ Kota sehat disebutkan beberapa strategi penyelenggaraan Kabupaten/ Kota sehat, yaitua. Melibatkan semua potensi yang ada di masyarakat dalam forum dan pokja Kabupaten/Kota Sehat, sebagai penggerak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.b. Melakukan advokasi konsep Kabupaten/Kota Sehat kepada penentu kebijakan.c. Mengembangkan kegiatan Kabupaten/Kota Sehat yang sesuai dengan visi dan misi dan potensi daerah denyan berbagai simbul/motto, semboyan yang dipahami dan memberikan rasa kebanggaan bagi warganya.d. Menjadikan suatu kota sebagai Kota kembar dari Kota Sehat di negara lain (sister city).e. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat, sesuai dengan kondisi setempat baik berupa media cetak, elektronik termasuk melalui Internet media tradisional.f. Meningkatkan potensi ekonomi stakeholder kegiatan yang menjadi kesepakatan masyarakat.g. Menjalin kerja sama antara forum kabupaten/kota yang melaksanakan program Kabupaten/Kota Sehat7. Indikator kota sehat

Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan nomor 34 tahun 2005 dan nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 Penilaian terhadap indikator adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau pencapaian kegiatan dari segi jangkauan dan output. Sumber data untuk menilai keberhasilan ini adalah daftar masalah yang dapat diatasi dari daftar yang disusun pada lokakarya Perencanaan. Adapun Tatanan Indikator Pokok Kota Sehat di Indonesia adalah :

a. Wajib Belajar 9 Tahun.

b. Angka Melek Huruf yang Meningkat.

c. Pendapatan Perkapita Domestik yang meningkat.

d. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup yang menurun.

e. Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup yang menurun.

f. Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 kelahiran hidup yang menurun.

g. Adanya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah).

h. Program Dana Sehat dan Jaminan Sosial Nasional bagi Masyarakat Miskin. Seanjutnya dalam Peraturan menteri kesehatan tersebut juga disebutkan tentang Tatanan Indikator Khusus dari Kota Sehat adalah :

a. Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum.

b. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi.

c. Kawasan Pertambangan Sehat.

d. Kawasan Hutan Sehat.

e. Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat.

f. Kawasan Pariwisata Sehat.

g. Ketahanan Pangan dan Gizi.

h. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri.

i. Kehidupan Sosial yang Sehat

8. Konsep Kota Ramah bayi dan ibu hamil Sekitar setengah juta warga dunia meninggal akibat persalinan setiap tahunnya. Dari jumlah yang disampaikan tersebut, sebagian terbesar berada di wilayah negara berkembang seperti Indonesia. Tak mengherankan jika masyarakat internasional kemudian menaruh perhatian besar melalui berbagai program, seperti Making Pregnancy Safer Program (Menciptakan Kehamilan yang Lebih Aman) yang dilaksanakan oleh World Health Organisation (WHO). Dalam hal ini pemerintah Indonesia tidak tinggal diam. Menindaklanjuti salah satu rekomendasi dari konferensi internasional kesehatan dunia, Internasional Conference on Population and Development, di Mesir, Kairo, 1994 dan The World Conference on Women, di Beijing, 1995, Indonesia kemudian menginisiasi program Safe Motherhood Program (Gerakan Sayang Ibu)(Rahima, 2005).Awal dari kemunculan Gerakan Sayang Ibu ini tepat pada puncak acara peringatan Hari Ibu pada tahun 1996. Acara tersebut diadakan di Desa Jaten, Karanganyar, tempat kelahiran Mantan Ibu Negara, (alm.) Ibu Tien Soeharto. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto meluncurkan Gerakan Sayang Ibu yang tujuannya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Sebelumnya, pada 19-21 Juni 1996, diadakan lokakarya penurunan Angka Kematian Ibu di Jakarta. Presiden menekankan perlunya percepatan penurunan AKI. Pada perjalanannya, program ini ternyata mengalami pasang surut sejak diinisasi pertama (IGI, 2011).

Pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan keleluasaan bagi Pemda ditengarai menjadi salah satu penyebab menurunnya pamor agenda-agenda sentralistik dari tingkat nasional. Merespon hal tersebut, kemudian Ibu Negara Ani Yudhono melakukan pencanangan revitalisasi GSI, pada tanggal 19 April 2007 di Karawang, Jawa Barat. Tujuannya tetap sama yaitu penurunan AKI dan Angka kematian bayi (AKB).AKI sendiri merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milennium) atau dikenal dengan MDGs. Secara lebih lebih spesifik pada tujuan ke-5 dari MDGs, yakni meningkatkan kesehatan ibu dengan target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan milenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. program GSI mengangkat jargon Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsa Kuat agar bisa menekan kematian ibu dan bayi. (IGI, 2011).

Untuk kota Banda Aceh, program GSI telah berhasil secara baik di Gampong Tibang. Sebuah perkampungan pesisir yang rusak parah karena tsunami pada tahun 2004. Indikator keberhasilan program GSI menurut penuturan wakil walikota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal adalah dengan nihil atau menurunnya angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan sejak beberapa tahun terakhir.(Dinkes Kota Banda Aceh, 2012).B. Konsep Infant Maternal1. Pengertian Bayi/InfantInfant adalah adalah masa pertumbuhan serta perkembangan anak dari umur 0 bulan hingga 1 tahun. Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2007).Nursalam, dkk (2005)mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005). 2. Tahap Tumbuh Kembang

a. Umur 0-6 bulan1) Pertumbuhan fisik

Pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan akan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan.Berat badan bayi 0-6 bulan setiap minggunya berat badan akan bertambah 140-200 gr. Sedangkan panjangnya setiap bulannya akan bertambah 2,5 cm/bln.2) Perkembangan

a) Perkembangan motorikTelapak tangannya menggenggam tidak kuat kecendrungan tangan kemulut, tangan tidak mengepal setiap saat, kadang-kadang tangan terbuka, melihat objek yang ada diatas kepalanya, ingin mendapat objek tersebut tetapi tidak bias mengenggam walaupun sudah ditangan, dan pada umur 4-6 bulan, bayi akan lebih sering mengguling. Lebih dapat menahan berat badan pada saat didudukan, mulai mengambil benda tapi sering lepas dengan menggunakan tanagan mengepal, akan menyokong berat badan pada saat posisi tengkurap.b) Perkembangan bahasa Pada umur 0-3 bulan bayi akan menangis, dengan suara tenggorokan dan mulai belajar vocal. Pada umur 3-6 bulan bayi akan mencari suara yang adsa diruangan, mangarahkan pandangan kepada arah suara.c) Perkembangan kognitif

Pada umur 0-3 bulan memiliki refleks dan tingkah laku yang halus, mul;ai mengulang gerakan yang menyenagkan (menghisap ibu jari). Pada umur 3-6 bulan bayi akan mengenali wajah objek yang lama, ketrampilannya akan bertambah seperti menggenggam dan mengunyah.b. Umur 6-12 bulan1) Pertumbuhan fisikBerat badan bayi umur 6-12 bulan menjadi tiga akalidari berat badan bayi waktu lahir dalam satu tahun pertma, berat badan ini mengfalami pertambahan 85 sampai 140 gr/mgg, sedangkan tingggi badannya bertambah 1,25 cm ( 0,5 inc/bln).Panjang bayi akan meningkat kira-kira 50% pada akhir pertumbuhan pertama.2) Perkembangana) Perkembangan motorikBayi dapat memindahkan objek dari suatu tangan ketangan yang lain, sudah dapat menggapai objek dan menggenggam dengan baik, dapat berdiri dengan dipegangi, dapat duduk.Sendiri tanpa dibantu, dapat meranagak, merambat, berjalan sambil berpegangan.b) Perkembangan bahasa

Bayi dapat tertawa dan berteriak, dia dapat menikmati suaranya sendiri, berbicara dengan mainan, mengucapkan kata-kata kombinasi (mama,papa)c) Perkembangan kognitif

Bayi dapat meniru suara dan gerakan tangan sederhana melihat objek dan tertarik menjatuhkannya, berkembang kesadaran adanya arti dan akhir dai hubungan, menunjukan pertambahaan perilaku.

d) Perkembangan psikososial

Bayi dan tahap oral, sebaiknya kebutuhan dipenuhi dengan segera, untuk membangun kepercayaan dapat dilakukan sdengan sentuhan, kehangatan dan kelembutan.Bayi juga dapat bermain dengan orang lain dapat dimotifasi dengan keinginan bersenang-senang dan mendapatkan kesenangan yang berhubungan dengan oranglain.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Supariasa (2001) mengatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal seperti biologis, termasuk genetik, dan faktor eksternal seperti status gizi.a. Faktor Internal (Genetik)

Faktor internal (genetik) antara lain termasu berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dengan baik dalam lingkungan, maka pertumbuhan optimal akan tercapai (Supariasa, 2001).

b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan olah raga, status kesehatan, serta lingkungan tempat tinggal (Perry & Potter, 2005).4. Parameter Pertumbuhan Bayi

Parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan biasanya yang dipergunakan adalah berat badan dan panjang badan . Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahuistatus keadaan gizi atau tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008). Berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan (Supariasa, 2001).Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancar dan berat badan akan kembali pada hari kesepuluh (Nursalam dkk, 2005). 5. Konsep Maternal Maternal adalah ibu yang sedang dalam masa kehamilan sampai melahirkan bayinya Selama Masa kehamilan ada berbagai macam hal kegawatdaruratan bias terjadi diantaranya perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri (Bobak, 2002).C. Asuhan Keperawatan Komunitas dengan pendekatan Community As Partner ModelJal ganti ya ada dipdf tu yang udah discan bu wiwin ya

Model ini dikembangkan berdasarkan model newman. Model ini dikemukan oleh Anderson & Mc.Farlane dimana menjelaskan tentang komunitas sebagai mitra (Community as Partner) dengan elemen pengkajian berdasarkan keperawatan kesehatan masyarakat. Dalam konsep modelnya terdapat 2 faktor penting yaitu dimana terdapat roda pengkajian distruktur paling atas dan diikuti oleh proses keperawatan. Pengkajiannya mendekatkan diri dan terjun langsung ke masyarakat untuk lebih mengenal komunitas yang akan dikaji. Program utamanya adalah Promosi Kesehatan dan dilakukan kerjasama lintas sektor (Mc Farlane & Anderson, 2004).Elemen proses keperawatan komunitas menurut community as partner terdiri dari

a. Pengkajian (Terdiri dari inti dan subsistem baik dari garis pertahanan maupun garis resisten dari stressor)Pengkajian komunitas merupakan suatu proses untuk dapat mengenal masyarakat. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan masyarakat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan. Sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu individu, keluarga dan komunitas (Anderson, 2007). Pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa kegiatan yaitu mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah perioritas. Kumpulan individu/ keluarga di komunitas merupakan Core dari asuhan keperawatan komunitas yang dipengaruhi pula oleh delapan sub sistem: fisik dan lingkungan perumahan, pendidikan , keselamatan dan transportasi, politik dan kebijakan pemerintah, kesehatan dan pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut :1) Inti komunitas ; Data demografi mengetahui bagaimana karakteristik komunitas, apakah populasi homogen atau tidak Karakteristik umur dan jenis kelamin dan Distribusi penduduk Nilai mengidentifikasi nilai masyarakat, agama yang ada homogen atau tidak Keyakinan dan agama masyarakat, agama yang ada Sejarah tempat tempat penduduk setempat untuk mengetahui lamanya wilayah, berapa lama masyarakat tinggal/ sejak kapan komunitas ada, dan apakah ada area yang berubah.2) Sub system yang mempengaruhi komunitas, hal-hal yang dikaji adalah :

a) Perumahan; Keadaan lingkungan atau kondisi geografis

Batas wilayah

Kondisi perumahan: tipe perumahan, penggunaan lahan dan topografib) Pendidikan Komunitas ; Sarana dan Prasarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan Ibu. Tingkat Pendidikan ibuc) Keamanan dan Keselamatan Masyarakat (Ibu dan Bayi ) aman

Transportasi: privat/ public tersedia untuk kenyamanan ibu dan bayid) Politik dan Kebijakan pemerintah terkait kesehatan Ibu dan Bayi Keterlibatan Ibu dan masyarakat dalam pembuatan keputusan dan perencanaan program pemberdayaan ibu hamil kemasyarakatan

Peraturan Pemerintah pemerintah maupun swasta mengenai permasalahan Ibu dan Bayie) Pelayanan Kesehatan yang tersedia Sarana dan Prasarana yang mendukung kesehatan Ibu dan Bayi

Tenaga Kesehatan untuk meningkatkan kesehatan Ibu dan Bayi.f) Sistem Komunikasi ; Sarana komunikas.Misalnya televisi, radio, koran atau leaflet yang diberikan kepada ibu hamil Pola komunikasi dan Bahasa

Akses terhadap media komunikasi.

g) Sistem Ekonomi ; upaya pelayanan ditujukan Pertumbuhan Ekonomi

Upaya meningkatkan Ekonomi ibu

h) Rekreasi hendaknya dapat digunakan komunitas untuk membantu mengurangi stessor. Fasilitas rekreasi

Siapa saja yang ikut serta

b. Diagnosa

Memberikan hubungan langsung antara tujuan dan intervensi. Tujuannya adalah mencegah stressor menembus garis pertahanan komunitas atau penguatan resistensi komunitas melalui penguatan pertahanan. Dengan menyatakan derajat garis resistensi dengan menerapkan salah satu jenis pencegahan.

c. Intervensi

Mencakup segala pencegahan terhadap stressor baik itu pencegahan primer, pencegahan sekunder maupun pencegahan primer dimana katagorinya adalah

1) Pencegahan primer (tindakan untuk mempertahankan stabilitas sistem).

2) Pencegahan sekunder (tindakan untuk mencapai stabilitas sistem).

3) Pencegahan tersier (tindakan untuk menjaga stabilitas sistem), biasanya mengikuti pencegahan sekunder sebagai intervensiMenurut (Helvie.,C.O, 1998) Intervensi keperawatan komunitas difokuskan pada:

a) Kemitraan

Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi. b) Pemberdayaan Masyarakat

Merupakan Proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999). c) Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dikatakan upaya efektif apabila dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok masyarakat (Mubarak, 2009)d) Proses Kelompok

Dalam Membentuk Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerja bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat. Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai agar dapat mencapai status kesehatan yang optimal.

Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model pengorganisasian masyarakat yaitu (1) model pengembangan masyarakat(locality development), (2) model perencanaan sosial(social planning), dan (3) model aksi sosial(social action).

1) Model pengembangan masyarakat(locality development)Dalam menerapkan Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat maternal dan Infant harus difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif masyarakat.

2) Model perencanaan sosial(social planning)Adapun Tugas perencanaan program kesehatan maternal Infant adalah menetapkan tujuan kegiatan, menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan rencana tindakan kepada masyarakat. Perencana program harus memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan untuk mengorganisasikan lintas sektor terkait.

3) Model aksi sosial (social action)Secara Umum model inimenekankan pada pengorganisasian masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi agregat, misalnya kampanye gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit.d. Evaluasi

Evaluasi merupakan Feedback dari segala intervensi yang telah dilakukan dan melihat proses keperawatan komunitas dan meninjau hasil akhir dari keperawatan komunitas. Keterlibatan anggota komunitas dalam seluru langkah proses keperawatan meyakinkan adanya kesesuaian dengan komunitas (Anderson & McFarlane, 2000)

Proses Evaluasi adalah proses mencari keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009).

Ini juga diganti pakek yang PDF4