BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT...

31
11 BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. Pengertian Masjid Secara bahasa masjid berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata sajada, yasjudu sujudan yang berarti membungkuk dengan berkhidmat. 1 Fi’il sajada diberi awalan ma sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjid 2 , yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT. 3 Adapun definisi secara istilah antara lain : “masjid adalah tempat yang dijadikan dan ditentukan untuk tempat manusia mengerjakan shalat jamaah (tempat yang ditentukan untuk mengerjakan ibadah kepada Allah SWT)” 4 Pendapat lain meyebutkan bahwa “masjid adalah rumah Allah yang agung dan tempat yang mulia untuk beribadah kepada-Nya serta tempat untuk berdzikir, bersyukur, dan memuji kepada-Nya.” 5 A special place is provided for congregational prayer and it is called the mosque. 6 “Sebuah tempat khusus yang disediakan untuk shalat berjamaah dan ia disebut masjid.” Lukman Hakim Hasibuan menyebutkan bahwa masjid sekurang- kurangnya mempunyai tiga tinjauan makna yaitu : Pertama, berkaitan dengan aspek individu adalah terciptanya manusia yang beriman. Kedua, berkaiatan dengan aspek sosial adalah membentuk umat yang siap menjalankan 1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progessive, 2002), Cet 25, hlm. 610. 2 Sidi Gazalba, Mesjid : Pusaat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta : Pustaka Al Husna, 1994), Cet. VI, hlm. 118. 3 Moh. E. Ayub, dkk., Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 1996), Cet I, hlm. 1. 4 Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), Cet VIII, hlm. 291. 5 Abu Al Hasan bin Muhammad Al Faqih, Saudaraku, Masjid Merindukanmu, terj. Abu Hanan Dzakiyya dan Athifah Ummu Hanan, (Solo : Pustaka Arofah, 2005), Cet. I, hlm. 82. 6 Mohammed Zafeeruddin, Mosque in Islam, (New Delhi: Qazi Publishers & Distributors, 1996), hlm. 11.

Transcript of BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT...

Page 1: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

11

BAB II

MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH

A. M a s j i d

1. Pengertian Masjid

Secara bahasa masjid berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata sajada,

yasjudu sujudan yang berarti membungkuk dengan berkhidmat.1 Fi’il sajada

diberi awalan ma sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini

menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjid2, yang

berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT.3

Adapun definisi secara istilah antara lain : “masjid adalah tempat yang

dijadikan dan ditentukan untuk tempat manusia mengerjakan shalat jamaah

(tempat yang ditentukan untuk mengerjakan ibadah kepada Allah SWT)”4

Pendapat lain meyebutkan bahwa “masjid adalah rumah Allah yang

agung dan tempat yang mulia untuk beribadah kepada-Nya serta tempat untuk

berdzikir, bersyukur, dan memuji kepada-Nya.”5

A special place is provided for congregational prayer and it is called

the mosque.6

“Sebuah tempat khusus yang disediakan untuk shalat berjamaah dan ia disebut masjid.”

Lukman Hakim Hasibuan menyebutkan bahwa masjid sekurang-

kurangnya mempunyai tiga tinjauan makna yaitu : Pertama, berkaitan dengan

aspek individu adalah terciptanya manusia yang beriman. Kedua, berkaiatan

dengan aspek sosial adalah membentuk umat yang siap menjalankan

1Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progessive, 2002), Cet

25, hlm. 610. 2 Sidi Gazalba, Mesjid : Pusaat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta : Pustaka Al Husna,

1994), Cet. VI, hlm. 118. 3 Moh. E. Ayub, dkk., Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 1996), Cet I, hlm. 1. 4Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), Cet VIII, hlm. 291. 5Abu Al Hasan bin Muhammad Al Faqih, Saudaraku, Masjid Merindukanmu, terj. Abu

Hanan Dzakiyya dan Athifah Ummu Hanan, (Solo : Pustaka Arofah, 2005), Cet. I, hlm. 82. 6 Mohammed Zafeeruddin, Mosque in Islam, (New Delhi: Qazi Publishers & Distributors,

1996), hlm. 11.

Page 2: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

12

kehidupan dalam berbagai situasi atau kondisi yang dihadapi dan mampu

hidup bermasyarakat dalam arti yang luas, berbangsa dan bernegara. Yang

terpenting dalam aspek ini adalah kepribadian (akhlak) sebagai basis dinamik

bangunan sosial yang kokoh. Ketiga, berkaitan dengan aspek fisik-bangunan

adalah sebagai pembuktian ketauhidan, kekokohan jalinan sosial yang

memiliki sikap konstruktif dan produktif.7

The word ‘mosque’ is derived from the Arabic masjid, meaning

literally ‘place of prostration’, and the building it describes serves both as a

house of worship and as a symbol of Islam.8

“Kata ‘mosque’diambil dari (akar kata) Arab yang berarti masjid, secara istilah berarti ‘tempat untuk mengalahkan’ dan (dapat diartikan) sebuah bangunan. (masjid) menggambarkan pelayanan-pelayanan baik sebagai rumah untuk ibadah maupun sebagai sebuah simbol Islam”.

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan

masjid adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk

beribadah kepada Allah SWT khususnya shalat berjamaah.

2. Fungsi Masjid

Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, sarana yang pertama

sekali dibangun adalah masjid. Setibanya di desa Quba yang terletak di

pinggir kota Madinah, beliau membangun masjid. Masjid itu dibangun

Rasulullah sebelum beliau mempunyai rumah atau tempat tinggal untuk

dirinya sendiri.9

Kehadiran masjid di tengah-tengah masyarakat muslim merupakan

cermin persatuan dan kesatuan dalam ikatan persaudaraan Islami. Sebab di

tempat itulah setiap individu muslim dapat menempatkan dirinya secara utuh,

baik dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah Allah.

7 Lukman Hakim Hasibuan, Pemberdayaan Masjid di Masa Depan. (Jakarta : Bina Rena

Pariwara, 2002), Cet. I, hlm. 8 – 9. 8 Martin Frishman dan Hasanuddin Khan (eds), The Mosque, (London: Thames and Hudson,

1994), hlm. 11. 9 Supardi dan Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat,

(Yogyakarta : UII Press, 2001), hlm. 2.

Page 3: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

13

Keberadaan masjid Quba sebagai masjid yang pertama didirikan umat

Islam menempatkannya pada posisi istimewa. Masjid itu adalah

pengejawantahan dan lambang keberanian kaum perintis dalam

mengemukakan jati dirinya. Ketika orang-orang munafik dari suku Aus dan

suku Khazraj membangun masjid tandingan di dekat masjid Quba -dikenal

dengan sebutan masjid Dhirar atau masjid yang menyesatkan dengan niat

memecah belah umat islam- Allah SWT memperingatkan dalam Al-Qur’an :

ال تقم فيه أبدا لمسجد اسس على التقوى من اول يوم أحق أن تقوم فيه نريطهتالم حباهللا ي ا وورطهتن أن يوحبال يه رج108: التوبه (في(

“Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (At-Taubat : 108)10

Pada saat Rasulullah memilih masjid sebagai langkah pertama

membangun masyarakat madani, konsep masjid bukan hanya sebagai tempat

shalat atau tempat berkumpulnya masyarakat tertentu, akan tetapi masjid

sebagai pusat pengendalian masyarakat.11

Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat

shalat dan tempat beribadah kepada-Nya. Selain itu fungsi masjid adalah :

a. Tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

b. Tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.

c. Tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.

d. Tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.

e. Tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotongroyongan dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

10 Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1995), hlm. 299. 11 Achmad Mubarok, Masjid, Do’a Mustajab dan Shalat Khusyuk, (Jakarta : Bina Rena

Pariwara, 2005), Cet. I, hlm. 3.

Page 4: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

14

f. Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin.

g. Tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat. h. Tempat menghimpun dana, menyimpan dan membagikannya. i. Tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.12

Selain fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas, fungsi masjid dapat

diklasifikasikan menjadi empat yaitu :

Fungsi Ruhaniah Masjid

Fungsi masjid yang paling utama adalah untuk memotivasi dan

membangkitkan kekuatan ruhaniah dan iman. Suasana yang berlaku di

tempat-tempat peribadatan Islam mendorong diamalkannya ibadah dan

shalat. Islam memerintahkan para pemeluknya untuk shalat lima kali

dalam sehari di masjid, sehingga aktivitas keduniaan disesuaikan dengan

shalat lima waktu di masjid.13

Allah SWT berfirman :

ودا بالغهفي له حبسي هما اسهفي ذكريو فعرت اذن اهللا أن تويفى ب ) 36: النور (واالصال

“Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk memuliakan dan disebut nama-Nya dan di dalamnya pada waktu pagi dan petang.” (An-Nur : 36)14

Masjid adalah sebagai manifestasi untuk mengabdi kepada Allah

SWT. Hal ini biasa dilakukan melalui i’tikaf, yaitu memperlakukan fisik

dan roh manusia mukmin dengan pembersihan dan penyucian yang teguh

agar kedudukan dan fungsi masjid tidak diselewengkan, sebagaimana

proklamasi Allah tentang status kepemilikan masjid dan keharusan

berakhlak terhadapnya adalah jelas.15 Sebagaimana firman-Nya :

12 Moh. E. Ayub, dkk., op. cit., hlm 7 – 8. 13 Supriyanto Abdullah (ed.), Masjid : Peran dan Fungsi, (Yogyakarta : Cahaya Hikmah,

2003), Cet. I, hlm. 5 – 6. 14 Soenarjo, dkk., op.cit., hlm. 550. 15 Lukman Hakim Hasibuan, op.cit., hlm. 17.

Page 5: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

15

)18: اجلن (وأن المسجد هللا فال تدعوا مع اهللا أحدا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya disamping (menyembah) Allah.” (Al-Jin : 18)16

Dewasa ini orang-orang di seluruh dunia berusaha dengan segala

cara untuk memperoleh ketenangan. Harta pun dikeluarkan untuk

memperoleh ketenangan tersebut. Padahal dalam al-Qur’an dinyatakan :

بالقلو ئنطم28: الرعد (اال بذكر اهللا ت(

“Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d : 28)17

Shalat adalah amalan utama dan mulia untuk mengingat Allah.

Dengan demikian shalat yang dilakukan di masjid merupakan salah satu

amalan terbaik untuk memperoleh kedamaian dan ketenangan.

Masjid sangat fungsional dalam membina manusia untuk taat dan

patuh sepenuhnya terhadap ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Rasul-

Nya. Masjid senantiasa mengingatkan dan mendorong setiap muslim

untuk menjaga dan memelihara dirinya agar tidak tergelincir dari taqwa

kepada Allah SWT.

Masjid Sebagai Pusat Pendidikan dan Kebudayaan

Disamping menjadi tempat untuk beribadah, masjid juga berfungsi

sebagai tempat pengajaran agama dan penerapannya dalam kehidupan. Al-

Qur’an menganggap agama sebagai sesuatu yang dapat diketahui dan

dikomunikasikan dengan bantuan akal.18

Fungsi pendidikan masjid dapat dikatakan sangat luas, baik dari

segi lapisan atau kelompok jamaah yang terlibat dalam proses pendidikan

maupun dari segi kelembagaan pendidikan yang muncul belakangan.

16 Soenarjo, dkk., op.cit., hlm. 985. 17 Ibid, hlm. 373. 18 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Terj. Eva Y. N., dkk.,

(Bandung : Mizan, 2001), Cet. I, hlm. 369.

Page 6: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

16

Masjid menjadi tempat untuk memberikan pengajaran tentang dasar-dasar

ajaran Islam. Secara kelembagaan, masjid juga memunculkan

kelembagaan madrasah-khan yakni madrasah yang ada di lingkungan atau

di dalam kompleks masjid.19

Segala cita, rasa dan karsa manusia dituangkan menjadi

kebudayaan. Di dalam peran masjid yang terpenting dalam masyarakat

adalah untuk menghidupkan kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam

meliputi setiap bidang kehidupan dan ia mencerminkan cara kehidupan

Islam yang lengkap serta memiliki hubungan khusus dan mendasar dengan

pengetahuan yang muncul sejak lahirnya Islam.

Jika dilihat pada masa sekarang banyak masjid yang digunakan

sebagai taman pendidikan al-Qur’an (TPQ).

Fungsi Masjid dalam Bidang Sosial

Masjid sebagai pusat kesatuan sosial muslim seperti digambarkan

oleh Sidi Gazalba sebagai berikut :

1) Masjid adalah pangkal tolak muslim dalam usaha atau pekerjaannya

sehari-hari. Setelah shalat subuh, mereka menuju lapangan pekerjaan

atau usahanya masing-masing. Jadi masjid merupakan pangkal tolak

dari pekerjaan atau kegiatan muslim dalam kehidupan atau kesatuan

sosialnya.

2) Masjid adalah penutup dari pekerjaan atau kegiatan sosial muslim

sehari-hari. Sebelum menuju tempat tidur, mereka melakukan shalat

Isya. Semua cita dan amalan hari itu dikritik dan dikontrol dalam diri

di masjid.

3) Muslim yang rata-rata lima kali sehari terhimpun dalam masjid,

membentuk ikatan dengan sesamanya.20

Melalui masjid masyarakat dapat mengembangkan tradisi

silaturrahmi untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan

informasi, serta memecahkan masalah-masalah sosial. Silaturrahmi

19 Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2002), Cet. I, hlm. 235.

20 Sidi Gazalba, op. cit., hlm. 169 – 171.

Page 7: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

17

dipandang sebagai proses interaksi sosial dengan melibatkan individu dan

jamaah. Masjid merupakan cermin sosialisasi nilai-nilai kehidupan yang

dibangun di atas dasar keimanan dan ketaqwaan. Sebab secara teologis

masyarakat meyakininya sebagai tempat berkomunikasi antara hamba

dengan Khaliqnya, tempat mengadu secara transendental, dan tempat

menemukan makna kemanusiaan melalui interaksi dengan sesama

jamaahnya.

Masjid pada hakekatnya memiliki aspek sosial yang merupakan

sub sistem dari bidang keimanan-aqidah yang berperan dalam pembinaan

umat dalam mengemban tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Hakikat

inilah yang semestinya menjadi tuntunan dalam memakmurkan masjid-

masjid kita.21 Masjid merupakan central of social institution bagi umat

Islam, maka peranan masjid menjadi sangat penting dalam pembangunan

masyarakat Indonesia seutuhnya, yaitu material dan spiritual menjadi satu

paket.22 Dengan demikian masjid dapat berfungsi sebagai tempat untuk

memberikan motivasi dalam semua kegiatan masyarakat baik yang

menyangkut pendidikan formal atau informal maupun untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat atau umat dalam mencapai tujuan pembangunan

Indonesia yaitu masyarakat adil makmur dan sejahtera lahir batin.

Fungsi Masjid dalam Bidang Politik

Masjid sebagai basis politik Islam bukanlah merupakan hal baru

atau sesuatu yang bersifat kontemporer. Masjid menjadi pusat aktivitas

politik semenjak hari-hari awal Islam. Nabi Muhammad SAW mengawasi

latihan militer dikalangan sahabatnya dan mengarahkannya di masjid. Dari

tempat itu pula beliau mengirimkan duta, utusan, surat dan mengirimkan

pasukan. Beliau juga menerima tamu dan utusan serta jamaah yang baru

kembali dari tugas berdakwah maupun mengajar untuk beberapa dusun di

luar Madinah. Ghanimah (harta rampasan) perang dibagi secara adil di

21 Lukman Hakim Hasibuan, op.cit., hlm. 37 – 38. 22 Supardi dan Teuku Amiruddin, op.cit., hlm. 137 – 138.

Page 8: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

18

masjid. Begitu juga perawatan para mujahid selepas peperangan

diistirahatkan di masjid.23

Fungsi dan peranan masjid sangat penting bagi umat Islam, seperti

yang telah dipaparkan di atas, namun satu hal yang perlu dicatat, fungsi dan

peranan masjid baru akan dapat dirasakan oleh masyarakat manakala umat

Islam, khususnya orang yang suka menjalankan shalat mampu

mentransformasikan nilai-nilai dalam ibadah tersebut dalam kehidupan sosial.

3. Upaya Memakmurkan Masjid

Masjid yang makmur adalah masjid yang berhasil tumbuh menjadi

sentral dinamika umat. Adalah tugas dan tanggung jawab seluruh umat Islam

untuk memakmurkan masjid yang telah mereka dirikan.

Firman Allah SWT :

إنمايعمر مساجد اهللا من أمن باهللا واليوم االخر واقام الصلوة وأتى الزكوة نديتهالم ا منونكوأن ي لئكسى اواال اهللا فع شخي لم18: التوبة (و (

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (At-Taubat : 18)24

Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah, yakni tidak lain

kecuali siapa yang beriman dengan benar kepada Allah dan hari kemudian,

serta tetap mendirikan shalat secara tekun dan benar, menunaikan zakat

dengan sempurna dan tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah.

Maka mereka itulah yang sangat jauh lagi tinggi kedudukannya (yaitu) orang-

orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat serta

23 Ahmad Sarwono, Pesona Akhlak Rasulullah, (Yogyakarta : UII Press, 2002), Cet. I, hlm.

57 – 58. 24 Soenarjo, dkk., op.cit., hlm. 280.

Page 9: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

19

melaksanakan secara sempurna petunjuk Allah.25 Orang-orang yang

memadukan rukun-rukun penting diantara rukun-rukun Islam itulah mereka

yang diharapkan mendapatkan petunjuk untuk melakukan apa yang disukai

dan diridhai oleh Allah, yaitu memakmurkan masjid secara inderawi maupun

maknawi, sesuai dengan sunah-sunah Allah dalam perbuatan manusia dan

pengaruhnya terhadap jiwa mereka.26

Beberapa usaha yang diharapkan dapat memakmurkan masjid antara

lain :

a. Kegiatan pembangunan

Bangunan masjid perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya, agar

masjid senantiasa berada dalam keadaan bagus, bersih, indah dan terawat.

Kemakmuran masjid dari segi material ini mencerminkan tingginya

kualitas hidup dan kadar iman umat di sekitarnya.

b. Kegiatan ibadah

Meliputi shalat berjamaah lima waktu, shalat Jumat, shalat

Tarawih. Shalat berjamaah ini sangat penting artinya dalam usaha

mewujudkan persatuan dan ukhuwah Islamiyah. Kegiatan spiritual lain

yang sangat baik dilakukan di dalam masjid mencakup berdzikir, berdo’a,

beri’tikaf, membaca al-Qur’an, berinfak, dan bersedekah.

c. Kegiatan keagamaan

Meliputi kegiatan pengajian rutin, khusus ataupun umum,

peringatan hari-hari besar Islam, bimbingan dan penyuluhan masalah

keagamaan dan sebagainya

d. Kegiatan pendidikan

Mencakup pendidikan formal dan informal. Secara formal

misalnya dengan mendirikan sekolah atau madrasah. Secara nonformal

misalnya dengan mengadakan pesantren kilat, pelatihan remaja Islam,

kursus bahasa dan sebagainya.27Pendidikan Islam termasuk sebagai

kegiatan memakmurkan masjid dan ini sesuai prinsip yang dianut umat

25 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 5, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cet. I, hlm. 551-

552. 26 Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, juz. X, (Semarang: Toha Putra, 1987),

Cet. I, hlm. 126. 27 Moh. E. Ayub dkk., op. cit., hlm. 73 –74.

Page 10: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

20

Islam bahwa ilmu itu datangnya dari Allah karena itu masjid lebih utama

digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan.

B. Pembiasaan Shalat Berjamaah

1. Pembiasaan

a. Pengertian Pembiasaan

Secara Etimologi, pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dalam

kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” adalah “(1) Lazim atau umum; (2)

Seperti sedia kala; (3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari

kehidupan sehari-hari”.28 Menurut Armai Arief dengan adanya prefiks

“pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat

diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa.29

Sedangkan dalam pengertian yang lain, yang dimaksud pembiasaan adalah

proses penanaman kebiasaan. Kebiasaan adalah pola untuk melakukan

tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu

dan yang dilakukannya secara berulang-ulang untuk hal yang sama.30

Kartini Kartono dan Dali Gulo memberikan pengertian, bahwa

kebiasaan (habit) adalah tingkah laku yang diperoleh dan dimanifestasikan

secara konsisten atau tindakan yang telah dipelajari dan menjadi mapan

serta relatif otomatis melalui pengulangan terus menerus.31

Senada dengan pengertian yang telah diutarakan tersebut di atas,

M.D. Dahlan mengartikan bahwa yang dimaksud dengan kebiasaan atau

habit adalah suatu cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan

hampir-hampir otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya).32

28 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1994), hlm. 113. 29 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), hlm. 110. 30 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit., hlm. 94. 31 Kartini Kartono dan Ghalio, Kamus Psikologi, (Bandung: Pioner Jaya, 1987), hlm. 198. 32 M.A. Dahlan, Prinsip-prinsip dan Teknik Belajar, Analisa Terbentuknya Tingkah Laku,

(Bandung: Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan FIP IKIP, 1979), hlm. 7.

Page 11: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

21

Sedangkan menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, pembiasaan adalah

dimensi praktis dalam upaya pembentukan (pembinaan) dan persiapan.33

Dengan melihat beberapa pengertian pembiasaan di atas, dapat

disimpulkan, bahwa pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan

dan merupakan reaksi otomatis dari tingkah laku terhadap situasi yang

diperoleh dan dimanifestasikan secara konsisten sebagai hasil dari

pengulangan-pengulangan dan belajar. Inti dari pembiasaan adalah adanya

pengulangan terhadap tingkah laku tersebut sehingga menjadi mapan dan

relatif otomatis. Faktor terpenting dalam pembentukan pembiasaan adalah

pengulangan.

b. Pembentukan Kebiasaan

Kebiasaan terbentuk melalui pengulangan dan memperoleh

bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Menanamkan

kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama.

Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum

mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Apalagi

kalau yang dibiasakan itu dirasakan kurang menyenangkan. Oleh sebab itu

dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Pengawasan

hendaknya digunakan, meskipun secara berangsur-angsur peserta didik

diberi kebebasan. Dengan perkataan lain, pengawasan dilakukan dengan

mengingat usia peserta didik, serta perlu ada keseimbangan antara

pengawasan dan kebebasan.34

Pembiasaan yang pada akhirnya melahirkan kebiasaan di tempuh

pula oleh al-Qur’an dalam rangka memantapkan pelaksanaan materi-

materi ajarannya.35 Islam juga mempergunakan kebiasaan itu sebagai

salah satu teknik pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik

sebagai kebiasaan, sehingga jiwa dapat menuaikan kebiasaan itu tanpa

33 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil-Islam, Jilid II, (Bairut: Darussalam li-al-

tiba’ah wa-nasr wal-tauzi, t.th.), hlm. 636. 34 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. II, hlm.

189. 35 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 176.

Page 12: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

22

terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan

banyak kesulitan.36 Sesorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu

akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati.

Kebiasaan ditempatkan oleh manusia sebagai suatu yang istimewa.

Ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia, karena sudah menjadi

kebiasaan yang melekat dan spontan. Di samping mempunyai kedudukan

yang amat penting di dalam kehidupan manusia, ia juga dapat dirubah

menjadi faktor penghalang yang besar apabila ia kehilangan

“penggerak”nya dan berubah menjadi kelambanan yang memperlemah

dan mengurangi reaksi jiwa.37 Pembiasaan hendaknya disertai dengan

usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian terus menerus akan

maksud dari tingkah laku yang dibiasakan. Pembiasaan yang pada

awalnya bersifat mekanistis hendaknya diusahakan agar menjadi

kebiasaan yang disertai kesadaran.38

Kebiasaan terbentuk dalam tradisi yang berbeda-beda seiring

dengan tahapan serta proses perkembangan anak. Saat anak tumbuh besar,

maka proses penangkapan serta pengolahan impresi yang diterimanya

menjadi lebih cepat. Dan pada prinsipnya setiap perubahan tatanan

kebiasaan sang anak, dari satu bentuk ke dalam bentuk lain yang telah

diseleksi oleh anak itu sendiri, akan menuntut pemusatan perhatian sang

anak terhadap kondisi yang baru itu, kemudian lambat laun sang anak

akan terbiasa dengannya.

Faktor terpenting dalam pembentukan kebiasaan adalah

pengulangan. Al-Ghazali juga telah menggunakan pengulangan ini dalam

pendidikan agama. Diantara rahmat Tuhan terhadap hamba-Nya ialah

bahwa dilapangkan hatinya untuk beriman sejak awal usianya tanpa

memerlukan argumentasi dan bukti. Hal itu tak dapat dipungkiri, sebab

36 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, (Bandung: PT. Al-

Ma’arif, 1984), Cet. 1, hlm. 263. 37 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet 1, hlm.

100 – 101. 38 Hery Noer Aly, op. cit., hlm. 190.

Page 13: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

23

semua aqidah orang awam itu, prinsip-prinsipnya diberi melalui

induktrinasi dan peniruan sejati. Kegiatan induktrinasi itu diumpamakan

oleh Al-Ghazali dengan kegiatan menabur benih di lahan pertanian. Dan ia

diumpamakan keyakinan melalui kajian bukti-bukti dengan upaya

pengairan dan pendidikan. Lalu tumbuhlah benih dan membesar, sehingga

berdirilah pohon yang baik dan kuat akarnya serta cabang-cabangnya

menjulang ke langit. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk

menguatkan dan memantapkan sehingga ia mengakar kuat dan tidak

goyah atau goncang di dalam jiwa anak. Hal itu dilakukan dengan cara

memperbanyak membaca al-Qur’an dan tafsirnya, membaca hadits dan

maknanya dan dengan memperbanyak ibadah. Metode yang digunakan

adalah metode yang ditegakkan dengan cara pengulangan.39

Beberapa petunjuk dalam menanamkan kebiasaan:

1) Kebiasaan jelek yang sudah terlanjur dimiliki anak, wajib sedikit demi sedikit dilenyapkan dan diganti dengan kebiasaan yang baik.

2) Sambil menanamkan kebiasaan, pendidik terkadang secara sederhana menerangkan motifnya, sesuai dengan tingkatan perkembangan anak didik.

3) Sebelum dapat menerima dan mengerti motif perbuatan, kebiasaan ditanamkan secara latihan terus menerus disertai pemberian penghargaan dan pembetulan.

4) Kebiasaan tetap hidup sehat, tentang adat istiadat yang baik, tentang kehidupan keagamaan yang pokok, wajib sejak kecil sudah mulai ditanamkan.

5) Pemberian motif selama pendidikan suatu kebiasaan, wajib disertai usaha menyentuh perasaan suka anak didik. Rasa suka ini wajib selalu meliputi sikap anak didik dalam melatih diri memiliki kebiasaan.40

c. Metode Pembiasaan Dalam Pendidikan

Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori

konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dengan

mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat

menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu, potensi

39 Fathiyah Hasan Sulaiman, Aliran-aliran Dalam Pendidikan: Studi Tentang Aliran

Pendidikan Menurut Al-Ghazali, (Semarang: Dina Utama, 1993), Cet. I, hlm. 48. 40 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1994), hlm. 160.

Page 14: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

24

dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan

baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi

dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik.

Hal ini sesuai dengan keyakinan Al-Ghazali tentang apa yang

dapat diharapkan dari pendidikan etika, termasuk di dalamnya

pembentukan karaktek yang baik dan pembentukan akhlak mulia yang

kuat sekali. Ia menjelaskan bahwa praktek mendidik adalah kerjasama

antara fitrah dan lingkungannya.41

Di dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din, disebutkan: “Budi pekerti itu

akan kuat jika dipraktekkan, dipatuhi dan diyakini sebagai sesuatu yang

baik dan direstui”.42 Dengan kata lain, bahwa latihan terhadap jenis

perilaku manapun akan membuatnya menjadi mantap di dalam diri

manusia sehingga menjadi bagian dari kebiasaan-kebiasaan yang

mengakar pada diri anak didik.

Dalam prakteknya, penggunaan metode pembiasaan ini dilakukan

secara bertahap. Misalnya dalam pembinaan ibadah shalat. Pada tahap

pertama, anak-anak mulai diperkenalkan dengan bentuk kewajiban dalam

syari’ah Islam, yaitu diajak melaksanakan shalat. Cara yang baik anak

diperkenalkan untuk melaksanakan shalat berjamaah, setelah itu anak

mulai diperkenalkan dengan syarat sahnya shalat, rukun dan larangan-

larangannya.43

Anak-anak hendaknya dijauhkan dari pekerjaan-pekerjaan yang

tidak bermakna. Menurut Al-Ghazali, cara yang dapat digunakan adalah

dengan mengisi waktu senggangnya. Dan cara yang paling tepat untuk

mengisi waktu senggangnya itu adalah dengan membiasakannya banyak

membaca khususnya membaca al-Qur’an, hadits, berbagai berita dan

hikayat orang-orang baik.44

41 Fathiyah Hasan Sulaiman, op. cit., hlm. 51. 42 Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, Juz III, (Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, t. th.), hlm. 48. 43 Abdul Hafizh Nur, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: al-Bayan, 1997), hlm.

152. 44 Fathiyah Hasan Sulaiman, op. cit., hlm. 60.

Page 15: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

25

Pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam

menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu pendekatan pembiasaan juga

dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif.

Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak

diiringi dengan contoh tauladan yang baik dari si pendidik.

2. Shalat Berjamaah

a. Pengertian Shalat Berjamaah

Shalat berasal dari kata kerja shalla yang berarti memuja. Jika

dikaitkan dengan tindakan Tuhan kata ini berarti memberkahi, dan jika

dikaitkan dengan tindakan manusia berarti menyembah.45 shalat berasal

dari bahasa arab yaitu dari kata shalla, yushalli, shalaatan yang berarti

doa.46

Secara istilah shalat mempunyai pengertian :

47 الصالة هي أقوال وأفعال خمصوصة مفتتحة بالتكبري خمتتمة بالتسليم

“Shalat adalah beberapa ucapan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.”

Hasbi Ash Shiddieqy memberikan pengertian yang agak berbeda

dari yang sudah disebutkan di atas. Menurutnya shalat adalah

“menghadapkan hati (jiwa) kepada Allah SWT, menghadap yang

mendatangkan takut, menumbuhkan rasa kebesaran-Nya dan kekuasaan-

Nya dengan penuh khusyuk, ikhlas dalam perkataan dan perbuatan yang

dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.”48

45 Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (ringkas), Terj. Ghufron A. Mas’adi (ed.), (Jakarta : Raja

Grafindo Persada, 1999), Cet. 2, hlm. 361. 46 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1998), Cet. 32, hlm 63. 47 Zainuddin bin Abdul Aziz, Fath Al Mu’in, (Semarang : Toha Putra, t.th), hlm. 3. 48 Hasbi Ash Shiddieqy, op. cit., hlm. 68.

Page 16: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

26

Prayer is worship of God. It is obligatory for the believer to pray

five times a day. These prayers are performed in mosques in

congregation.49

“Shalat adalah menyembah Tuhan. (Shalat) adalah kewajiban bagi orang beriman untuk dilakukan lima kali sehari. Shalat-shalat ini dilaksanakan di masjid secara jamaah.”

Adapun “shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih, seorang diantaranya menjadi imam dan yang lain

menjadi makmum.”50

Apabila dua orang bersama-sama melakukan shalat dan salah

seorang diantara mereka mengikuti yang lainnya, maka keduanya

dinamakan shalat berjamaah. Orang yang diikuti di depan disebut imam,

dan orang yang mengikuti di belakang disebut makmum.51

Dalam pengertian lain disebutkan

The salat al-Jama’a is conducted by an imam who takes up a

position before the front row, or, if there are only two individuals present

besides him, between the two or so that one is on his right and the other

behind him.52

“Shalat berjamaah adalah perbuatan yang dipimpin oleh seorang imam yang berada sebelum barisan depan, atau jika hanya ada dua orang berada di sebelahnya, diantara dua atau satu di kanannya dan yang lainnya di belakangnya.”

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

shalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih

secara bersama-sama salah seorang diantara mereka menjadi pemimpin

49 Maulana Wahiduddin Khan, Principles of Islam, (New Delhi: Goodword Books, 1998),

Cet. I, hlm. 108. 50 Asjmuni Abdurrahman, Shalat Berjamaah, (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2003),

hlm I. 51 Taufik Abdullah, dkk., (eds.), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve, t.th.), hlm. 39. 52 E.J. Brill’s, First Encyclopaedia of Islam 1913 – 1936, (New York : Leiden, 1987), hlm.

101.

Page 17: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

27

shalat, yang disebut sebagai imam dan yang lainnya mengikuti imam dan

disebut sebagai makmum dengan menghadapkan hati kepada Allah SWT

secara khusyuk dan ikhlas dan sebaiknya dilaksanakan di dalam masjid.

b. Dasar Perintah Shalat Berjamaah

1) Dasar Perintah Shalat dan shalat khusuk

Shalat merupakan ibadah pertama yang diwajibkan dalam

Islam setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Adapun ayat yang

menegaskan kewajiban shalat, diantaranya :

) 56: النور . (واقيموا الصلوة واتوا الزكوة واطيعوا الرسول لعلكم ترحمون

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada rasul supaya kamu diberi rahmat.”( An-Nur : 56)53

Shalat yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam

sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Itu artinya bahwa waktu

shalat telah ditentukan sebagaimana firman Allah SWT :

) 103: النساء ( الصلوة كانت على المؤمنين كتبا موقوتا إن

“Sesunggunhya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa : 103)54

Shalat merupakan penghubung antara seorang hamba dengan

Rabbnya dan merupakan bukti kecintaan hamba kepada Rabbnya.

Oleh karena itu kekhusyukan dalam shalat sangat diperlukan.

Firman Allah SWT.

)2-1: املؤمنون . (الذين هم فى صالتهم خاشعون. قد أفلح المؤمنون

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (Al Mukminun : 1-2).55

53 Soenarjo, dkk., op.cit., hlm. 554. 54 Ibid, hlm. 138. 55 Ibid., hlm. 526.

Page 18: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

28

Kekhusyukan dalam shalat akan berpengaruh pula pada

khusuknya dalam kehidupan insan yang melakukannya. Yang

dimaksud khusyuk dalam shalat adalah mampu menjaga diri dari

perbuatan keji dan munkar dengan mewujudkan perilaku-perilaku

terpuji sebagai bukti nyata dari pernyataan-pernyataan yang dibaca

sewaktu shalat.56

2) Dasar Perintah Shalat Berjamaah

Allah telah mewajibkan kita untuk shalat. Melaksanakannya

pada waktu yang telah ditetapkan, serta dilakukan dengan khusyuk.

Selanjutnya dalam pelaksanaanya, shalat juga dianjurkan untuk

dilakukan secara berjamaah.

Firman Allah SWT.

ناكعيالر عا موكعاركوة وا الزوأتلوة وا الصوماقي43: البقرة (و(

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” (Al-Baqarah : 43)57

Melalui ayat ini Allah SWT memerintah agar shalat

dilaksanakan secara berjamaah. Sebab, ketika shalat dilaksanakan

secara berjamaah, semua jiwa bersatu memanjatkan doa dan mengadu

kepada Allah SWT. Di samping itu jamaah bisa pula membina adanya

saling pengertian antar kaum muslimin. Sebab ketika mereka

berkumpul tentunya akan membicarakan hal-hal yang seharusnya

dicegah, dan bermusyawarah untuk hal-hal yang bermanfaat di

kalangan mereka. Allah SWT sengaja mengungkapkan pengertian

shalat dengan kata ruku’ agar berbeda dengan kebiasaan shalat yang

56 Hembing Wijayakusuma, Himah Shalat : Untuk Pengobatan dan Kesehatan, (Jakarta :

Pustaka Kartini, 1997), Cet. III, hlm. 181. 57 Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 16

Page 19: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

29

biasa dilakukan kaum Yahudi sebelum Islam. Ketika itu shalat mereka

tidak memakai ruku’.58

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abi

Hurairah disebutkan :

قال ع لمسه وليلى اهللا عول اهللا صسة أن رريرأبى ه ن:ده وبي فسىن الذيطب فيبح رأن أم تممه لقدذ حؤالة فيبالص رأم ثم نطب رأم ا ثمله الفأخ ثم اسالن مؤال فيجال فأ رإلى رجرحق مهتويب همليرواه . (ع

59 ). البخارى

Dari Abi Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Demi jiwaku yang berada dikekuasaan-Nya sungguh aku ingin menyuruh untuk mengumpulkan kayu bakar kemudian aku perintah untuk menegakkan shalat dan adzan baginya kemudian aku suruh seorang laki-laki untuk mengimami jamaah lalu aku gantikan dia untuk menghadapi orang-orang (yang meninggalkan shalat berjamaah) lantas aku bakar rumah-rumah mereka beserta orang-orang yang ada di dalamnya.” (HR. Bukhari).

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum shalat

berjamaah. Jumhur ulama berpendapat bahwa hukumnya sunnah atau

fardhu kifayah. Golongan ulama dzahiriyah berpendapat hukumnya

fardhu atau wajib bagi setiap orang mukallaf. 60

Islam sangat mengajurkan agar syiar-syiar agama dilakukan

secara berjamaah, sehingga mereka bisa saling bahu membahu dalam

mengerjakannya. Oleh karena itu, kebiasaan shalat berjamaah harus

digalang setiap masjid oleh setiap muslim di sekitarnya.

58 Ahmad Mushthafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Juz. I, (Semarang : Toha Putra, 1992),

Cet. II, hlm. 179. 59 Abu Abdillah Muhammad Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I, (Beirut : Dar Al Fikr,

1981), hlm. 158. 60 Abi Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad ibnu Rusydi al-Qurthubi,

Bidayat al-Mujtahid wa nihayat al-Muqtashid, Juz. 2, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 1996), Cet. I, hlm. 273.

Page 20: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

30

c. Keutamaan Shalat Berjamaah

Sebagian karunia Allah SWT pada hamba-Nya adalah memberikan

pahala yang berlimpah kepada orang yang melaksanakan shalat

berjamaah. Di antara keutamaan shalat berjamaah adalah sebagai berikut :

1) Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan dengan shalat sendirian

dengan dua puluh tujuh derajat. Hadits Nabi Muhammad SAW yang

diriwayatkan Bukhari dari Abdullah bin Umar :

صالة : عن عبد اهللا بن عمر أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال 61 )رواه البخارى (سبع وعشرين درجة الجماعة تفضل صالة الفذ ب

Dari ‘Abdillah bin Umar sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Shalat berjamaah melebihi shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari)

2) Shalat sunah qabliyah, sunah ba’diyah dan berdzikir waktunya

melingkupi shalat fardlu. Biasanya dengan shalat berjamaah

menjadikan mudah melaksanakan amalan-amalan pengiring tersebut.

3) Shalat berjamaah adalah kesempatan bagus untuk belajar mendengar

bacaan Iman yang tartil dan sesuai tajwid.

4) Shalat berjamaah merupakan sarana mendisiplinkan diri dan

mengontrol pribadinya serta berlatih untuk taat.

5) Shalat berjamaah akan membuat seorang muslim memperhatikan diri

dan penampilannya serta kebersihan pakaiannya yang demikian itu

karena ia berkumpul dengan orang banyak dikala siang maupun

malam.

6) Shalat berjamaah merupakan kesempatan besar untuk saling mengenal

dan beramah tamah sesama muslim.

61 Abu Abdillah Muhammad Ismail Al Bukhari, loc. cit.

Page 21: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

31

7) Mensyi’arkan agama Allah.62

Selain mempunyai keutamaan-keutamaan sebagaimana yang telah

disebutkan di atas, shalat berjamaah juga mempunyai dimensi psikologis

dan nilai-nilai terapeutik.

Dimensi psikologis dan nilai terapeutik shalat berjamaah antara

lain :

1) Aspek demokratis

Aspek psikologis pertama shalat berjamaah adalah aspek demokratis.

Hal ini terlihat dari berbagai aktivitas yang melingkupi shalat

berjamaah itu sendiri, antara lain :

(a) Memukul kentongan atau bedug.

(b) Mengumandangkan Adzan.

(c) Melantunkan Iqamat.

Untuk ketiga hal di atas boleh dilakukan oleh siapa saja, namun

tentunya harus mengerti kesepakatan atau aturan di daerah

tersebut. Ini berarti Islam sudah menerapkan bahwa kedudukan

manusia sama, tidak dibedakan berdasarkan berbagai atribut

kemanusiaan.

(d) Pemilihan atau pengisian shaf.

Pada saat seseorang masuk ke masjid, siapapun ia memperoleh hak

di depan atau shaf pertama. Dengan kata lain siapa yang datang

dahulu maka boleh menempati tempat yang paling terhormat yaitu

di depan.

(e) Proses Pemilihan Imam.

Shalat berjamaah harus ada yang menjadi imam dan makmum

meski itu hanya dua orang. Apabila diperhatikan seolah-olah ada

suatu musyawarah untuk memilih imam (pemimpin dalam shalat)

yang dilakukan di masjid.

62 Ahmad Sarwono, Masjid Jantung Masyarakat, (Yogyakarta : ‘Izzan Pustaka, 2003), Cet I,

hlm. 57 – 58.

Page 22: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

32

2) Rasa diperhatikan dan berarti

Setelah selesai shalat jamaah mempunyai kebiasaan untuk bersalaman

dengan jamaah yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ia berhak untuk

menyapa lingkungannya.

3) Perasaan kebersamaan

Aspek kebersamaan pada shalat berjamaah mempunyai nilai

terapeutik, dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, tidak

dapat bergabung dalam kelompok, tidak diterima atau dilupakan. Ia

juga mempunyai efek terapi kelompok (group therapy), sehingga

perasaan cemas, terasing, takut akan hilang. Di dalam kelompok,

seseorang dapat merasakan adanya universalitas.

4) Tidak ada jarak personal (personal space)

Salah satu kesempurnaan shalat berjamaah adalah lurus dan rapatnya

barisan atau shaf para jamaahnya. Ini berarti tidak ada jarak personal

antara satu dengan lainnya. Masing-masing berusaha untuk

mengurangi jarak personal, bahkan kepada mereka yang tidak dikenal,

namun merasa ada satu ikatan yaitu ikatan aqidah.

5) Terapi lingkungan

Salah satu kesempurnaan shalat adalah dilakukan secara berjamaah

dan lebih utama lagi dilakukan di masjid. Masjid dalam Islam

mempunyai perananan yang cukup besar. Masjid bukan sebagai pusat

aktivitas beragama dalam arti sempit namun sebagai pusat aktivitas

umat sehingga shalat berjamaah di masjid ini mengandung unsur terapi

lingkungan.

6) Pengalihan perhatian

Melakukan shalat berjamaah di masjid diharapkan akan mengalihkan

perhatian seseorang dari kesibukan yang sudah menyita segala energi

yang ada dalam diri seseorang. Lingkungan masjid akan memberikan

suasana relaks dan tenang.

Page 23: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

33

7) Melatih saling ketergantungan (interdependency)

Shalat berjamaah yang utama dilakukan di masjid atau mushalla dan

hal ini mengajarkan nilai-nilai seperti saling membutuhkan atau

ketergantungan satu jamaah dengan jamaah lainnya.

8) Membantu pemecahan masalah (problem solving)

Sekarang ini sudah banyak para takmir masjid menyelenggarakan

pengajian pendek yang lebih dikenal kultum (kuliah tunjuh menit).

Tentunya salah satu pokok pembahasan adalah mengenai

permasalahan manusia, sehingga hal ini akan membantu pemecahan

masalah. 63

Salah satu warisan anatomis dahsyat yang membuat orang merasa

perlu membentuk kelompok adalah neokorteks, lapisan paling atas pada

otak yakni bagian yang memberi kemampuan berpikir. Neokorteks akan

makin “membesar” sebanding dengan besarnya kelompok yang mampu

dibentuk. Maka shalat berjamaah akan membangun kecerdasan sosial

manusia, melalui peningkatan neokorteks yang memberi dan

meningkatkan kemampuan berpikir serta kemampuan bersosialisasi dan

bersinergi. Suatu perintah untuk meningkatkan neokorteks langsung dari

Allah SWT melalui Rasulullah melalui shalat berjamaah.64

d. Tata Cara Shalat Berjamaah

Dalam tata cara shalat berjamaah ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan :

1) Imam

Imam adalah pemimpin dalam shalat berjamaah. Untuk

menjadi seorang imam harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

(a) Berakal. Hal ini jelas sebab tidak ada shalat dan tidak ada ibadah

bagi orang gila.

(b) Baligh.

(c) Adil (baik)

63 Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 117 – 147. 64 Ary Ginanjar Agustian, ESQ : Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta :

Arga, 2001), hlm. 212 – 213.

Page 24: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

34

(d) Baik bacaan al-Qur’annya65

Selain syarat-syarat di atas, ada beberapa hal yang juga harus

diperhatikan dalam menetapkan imam masjid yaitu :

Hendaknya orang yang sehat dan akidahnya kuat serta giat melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Hendaknya orang yang cermat berfikir, berpengalaman luas dan

mengenal baik lingkungannya. Hendaknya mengerti dan memahami serta melaksanakan sumber

pokok ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as Sunnah. Hendaknya orang yang fasih membaca al-Qur’an dan mengetahui

ketentuan-ketentuan tajwid. Hendaknya orang yang berwibawa. Hendaknya berpakaian rapih.66

Mengenai urutannya adalah yang lebih mahir membaca al-

Qur’an, kemudian yang lebih mengerti tentang sunnah, kemudian yang

lebih awal masuk Islam, kemudian yang lebih tua umurnya.67

Laki-laki boleh menjadi imam bagi laki-laki dan perempuan

dan perempuan hanya boleh menjadi imam bagi sesama perempuan,

tidak boleh bagi laki-laki.68

2) Makmum

Makmum adalah orang yang mengikuti imam. Makmum yang

akan shalat di belakang imam harus berniat mengikuti shalat imam.

Gerakan-gerakan makmum dalam shalat berjamaah, mulai dari

takbiratul ihram sampai salam harus selalu mengikuti gerakan-gerakan

imam dan tidak boleh mendahuluinya.

65 Muhammad Jawad Mughniya, Fiqih Ja’fari, Terj. Syamsuri Rifa’i dan Abu Zainab AB.,

(Jakarta : Lentera, 1996), Cet. 2, hlm. 208 – 209. 66 Nana Rukmana D.W, Masjid dan Dakwah, (Jakarta: Al Mawardi Prima, 2002), Cet I, hlm.

145 – 146. 67 Ahmad Sarwono, op. cit., hlm. 60. 68 Muhammad Jawad Mughniyah, loc. cit.

Page 25: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

35

Sebagaimana hadits riwayat Muslim dari Anas bin Malik:

إنما . : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : عن أنس بن مالك قال فإذا كرب فكربوا وإذا سجد فاسجدوا وإذا رفع جعل االمام ليؤمت به اهللا ملن محده فقولوا ربنا ولك احلمد وإذا صلى فارفعوا وإذا قال مسع

69 )رواه مسلم(أمجعون قعودا قاعدا فصلواDari Anas malik ia berkata Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya seseorang dijadikan imam adalah untuk diikuti, maka apabila bertakbir, bertakbirlah kamu, dan apabila ia bersujud, bersujudlah kamu, apabila diangkat kepalanya, angkatlah kepalamu, dan apabila ia membaca Sami’allahuliman hamidah, bacalah Rabbanaa wa lakal hamdu, dan apabila ia shalat dengan duduk, maka kamu semua dengan duduk.” (HR. Muslim)

3) Pengaturan Shaf

Apabila makmum hanya satu orang laki-laki, maka ia berdiri di

sebelah kanan imam agak ke belakang, dan jika satu orang perempuan,

maka ia berdiri di belakang imam, apabila makmumnya dua orang atau

lebih, maka makmum berdiri di belakang imam.70

Apabila seorang perempuan mengimami makmum perempuan dua atau lebih, maka imam berada pada shaf pertama dan ditengah-tengahnya. Jika makmum terdiri dari laki-laki, anak-anak dan perempuan maka laki-laki menempati shaf bagian depan, kemudian shaf anak-anak dan yang di belakang adalah shaf untuk perempuan.71

4) Masbuq

Makmum masbuq ialah makmum yang tidak mendapati

kesempatan yang cukup untuk membaca fatihah bersama imam.

Dalam hal ini ada beberapa ketentuan :

Jika ia mendapati imam sedang ruku’ dan terus mengikutinya,

maka sempurnalah satu rakaat baginya meskipun tidak sempat

membaca fatihah.

69 Imam Muslim, Sahih Muslim, juz. 1, (Indonesia: Daru Ihya’, t.th), hlm. 175. 70 Asjmuni Abdurrahman, op.cit., hlm. 56. 71 Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit., hlm. 402.

Page 26: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

36

Jika mendapati imam telah melakukan ruku’ maka tidak

sempurnalah satu rakaat baginya dan ia harus mengulangi satu

rakaat itu setelah imam salam.

Jika mendapati imam sedang sujud maka langsung takbiratul ihram

lalu mengikuti sujud bersama imam. Hadits riwayat Abu Dawud

dari Abu Hurairah

إذا جئتم . : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : عن أبى هريرة قال وحنن سجود فاسجدوا وال تعدوها شبئا ومن ادرك الركعة إىل الصالة 72 )رواه أبى داود (الصالة فقد ادرك

Dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Jika kamu datang untuk shalat (bersama kami) dan kami sedang sujud maka sujudlah dan jangan menghitungnya menjadi satu rakaat dan barang siapa mendapat ruku’ maka ia dihitung mendapat shalat satu rakaat”. (HR. Abi Dawud).

Jika mendapati imam sedang sujud maka langsung takbiratul ihram

lalu mengikuti sujud bersama imam.

Jika mendapati imam pada akhir shalat, maka langsung takbiratul

ihram dan duduk mengikuti imam meskipun tidak dihitung satu

rakaat.73

C. Memakmurkan Masjid Melalui Kebiasaan Shalat Berjamaah

Salah satu artefak peradaban Islam ialah masjid. Masjid, sebagaimann kita

semua tahu bahwa ia merupakan sebuah bangunan fisik yang digunakan untuk

beribadah kaum muslimin kepada Allah dan dianggap tempat suci bagi umat

Islam. Seseorang dapat mengatakan ada atau tidak adanya peradaban Islam di

suatu tempat hanya dengan mengetahui pernah berdiri masjid atau tidak. Dalam

kerangka ini, masjid dipandang murni sebagai sebuah simbol peradaban umat

Islam. Pendirian masjid secara fisik adalah manifestasi keimanan seorang hamba-

72 Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud, Juz. 1, (Beirut: Dar al-Fikr, t. th.), hlm. 236. 73 Ridwan Nasir dan Hamim, Pedoman Shalat Lengkap. (Surabaya: Anika Bahagia, 1997),

hlm. 98-99.

Page 27: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

37

dalam bentuk komunal dan disepakati secara bersama-untuk mewujudkan sebuah

tempat yang berfungsi sebagai mediator dalam rangka mendekatkan diri kepada

Sang Pencipta nan Maha Perkasa.74 Masjid tidak samata-mata merupakan realitas

pelaksanaan kewajiban manusia mukmin tetapi mengandung muatan teoritik yang

integral dengan proses pencapaian kedekatan pada-Nya. Di sinilah kaitan erat

shalat dengan masjid dan kita imani sebagaimana dalam mukjizat Rasulullah Saw

melaksanakan perjalanan isra mi’raj.

Manusia membutuhkan masjid untuk mengekspresikan cita rasa

keagamaannya (taste of religious) dan sebaliknya masjid membutuhkan manusia

dengan cara yang berbeda. Masjid membutuhkan manusia untuk

memakmurkannya karena mamiliki implikasi yang bersifat simbiosis mutualisme,

saling menguntungkan dan bukan saling merugikan.

Salah satu jalan untuk menghidupkan ghirah keberislaman adalah dengan

memberdayakan masyarakat muslimnya untuk saling bersatu padu dalam ikatan

jamaah yang solid. Dan hal itu dapat dimulai dengan memakmurkan masjid,

khususnya melalui shalat berjamaah.

Banyaknya jamaah yang melaksanakan shalat berjamaah menunujukkan

masjid itu ramai dan makmur. Shalat berjamaah juga merupakan salah satu

penanda adanya dinamika masjid. Tanpa adanya kegiatan shalat jamaah, shaf-shaf

masjid bukan saja akan sepi dari jamaah melainkan juga dapat berubah fungsinya.

Karenanya shalat berjamaah ini harus digalang dan ditegakkan di setiap masjid

oleh setiap muslim disekitarnya75 Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat

Islam. Makmur atau sepinya masjid sangat bergantung pada mereka. Apabila

umat Islam rajin beribadah ke masjid, maka makmurlah tempat ibadah itu. Tetapi

apabila mereka enggan dan malas beribadah ke masjid, maka sepi pulalah

baitullah tersebut.

Shalat adalah kecintaan untuk memiliki kontak dengan Allah SWT,

berdoa kepada-Nya dan memohon pertolongan dari-Nya. Islam lalu merubah

kecintaan itu menjadi tingkah laku tertentu yang mempunyai cara-cara dan batas-

74 A. Bachrun Rifa’i dan Moch. Fakhruroji, Manajemen Masjid: Mengoptimalkan fungsi sosial ekonomi masjid, (Bandung: Benang Merah Press, 2005), Cet 1, hlm. 154.

75 Moh. E. Ayub, dkk., op.cit., hlm. 19 – 20.

Page 28: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

38

batas tertentu. Seterusnya kecintaan itu disusun di dalam waktu-waktu tertentu

pula.76 Shalat adalah manifestasi iman dan taqwa kepada Allah SWT dalam

bentuk empirik dan menjadi sangat utama dilaksanakan di masjid. Shalat dan

masjid adalah satu kesatuan iman dan taqwa. Lima kali sehari umat Islam

dianjurkan untuk mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat fardhu lima

waktu.

Nilai dan kelezatan shalat berjamaah di dalam masjid sangat berbeda

dibandingkan dengan di tempat-tempat lain. Masjid yang memang berfungsi

sebagai tempat ibadah memberikan suasana yang mendukung ketenangan dan

kekhusyukan shalat berjamaah. Hati mereka yang menunaikan shalat seakan

sedemikian dekat dengan sang Khaliq.77

Shalat adalah tujuan teragung dari membangun masjid. Keutamaan masjid

bagi tiap-tiap mukmin adalah menunaikan shalat sebagai tujuan pokok hubungan

manusia dengan masjid. Pembentukan dan pembinaan tiap-tiap pribadi mukmin

mencapai tingkat gemar shalat dalam masjid juga mengokohkannya menjadi

anggota masyarakat yang terbina melalui shalat berjamaah di masjid.78 Untuk

mencapai tingkat gemar shalat berjamaah di masjid tentunya berawal dari sebuah

kebiasaan.

Antara memakmurkan dan pembentukan jamaah masjid terdapat saling

hubungan dan saling pengaruh yang mesra. Kebijaksanaan dalam kedua hal ini

terutama bergantung pada pengurus. Sebuah kebiasaan tidak terwujud secara tiba-

tiba. Ia digerakkan oleh individu yang berkembang pada sekumpulan orang atau

ia digerakkan oleh sekumpulan orang yang berkembang pada orang banyak.

Demikian pula memakmurkan masjid berasal dari gerakkan pengurus. Bergantung

dari kebijaksanaan penguruslah bagaimana menanamkan kebiasaan itu pada

jamaah.79 Karena pengurus masjid merupakan lokomotif atau motor yang

menggerakkan umat untuk memakmurkan masjid.

76 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, (Bandung : PT. Al-

Ma’arif, 1984), Cet 1, hlm. 368. 77 Moh. E. Ayub, dkk., op.cit., hlm. 20. 78 Lukman Hakim Hasibuan, op. cit., hlm. 45 – 46. 79 Sidi Gazalba, op.cit., hlm. 369.

Page 29: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

39

Dalam tujuan untuk kembali mengikat hubungan jamaah dengan masjid,

pengurus harus menjalankan usaha yang bersifat serba tetap. Usaha ini dilakukan

secara berencana dan sistematik, yang semakin lama semakin giat. Biasanya,

masjid hanya ramai dikunjungi waktu shalat jumat. Sekarang diusahakan supaya

setiap subuh ia juga ramai dikunjungi.

Bebarapa hal yang bisa dilakukan untuk menanamkan kebiasaan

memakmurkan masjid (khususnya melalui shalat berjamaah) kepada jamaah,

antara lain :

1. Diberikan pendidikan atau pengajaran secara berkala untuk anak-anak dan

orang dewasa.

2. Diadakan kegiatan-kegiatan yang serba terus yang mempunyai daya tarik dan

manfaat pada jamaah, lambat laun akan menanamkan ikatan jamaah dengan

masjid. 80

3. Pendataan jamaah. Pada zaman Rasulullah SAW beliau sangat mengenal betul

jamaahnya. Seandainya ada yang tidak bisa hadir dalam shalat berjamaah,

beliau mengetahuinya.81

4. Suasana masjid yang dapat mendukung kekhusyukan beribadah dalam masjid

akan memberikan dorongan kepada jamaah untuk senantiasa memakmurkan

masjid. Oleh karena itu perlu diciptakan iklim yang menunjang kekhusyukan

beribadah di masjid. Suasana yang tenang, tertib dan aman dapat menunjang

kekhusyukan jamaah yang melakukan ibadah di dalamnya.82

5. Pembinaan jamaah melalui media dakwah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara

menerbitkan buku-buku, brosur maupun bulletin secara berkala yang memuat

ajaran-ajaran pokok agama Islam, keutamaan dan hikmah dari ajaran-ajaran

Islam.83

6. Silaturrahmi kepada jamaah masjid atau warga kampung, terlebih kunjungan

kepada mereka yang sedang sakit atau memerlukan pertolongan.

7. Mengajak warga untuk meningkatkan peranannya di masjid.

80 Ibid. 81 Nana Rukmana D.W., op.cit., hlm. 142. 82 Ibid, hlm. 159-160. 83 Nana Rukmana D.W., op.cit., hlm. 150.

Page 30: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

40

8. Kegiatan silaturrahmi ke jamaah masjid untuk menumbuhkan kepedulian akan

pentingnya memakmurkan masjid. Silaturrahmi ini bertujuan juga agar

tercipta kerjasama untuk memakmurkan masjid di kampung masing-masing.84

9. Mengumandangkan adzan di setiap waktu shalat. Adzan adalah sebesar-besar

syiar Islam, dan ini terus menerus dilakukan Rasulullah SAW baik ketika

beliau sedang ada di rumah (sedang tidak pergi) maupun di saat beliau dalam

perjalanan.85

10. Pengurus dengan persuasif mengajak jamaah berbincang dari hati ke hati

menitipkan pesan halus agar jamaah dapat mengajak saudara-saudara seagama

shalat berjamaah di masjid di hari-hari berikutnya.

11. Kegiatan silaturahmi dari rumah ke rumah. Pengurus masjid dalam hal ini

yang menjadi sponsornya. Untuk itu diperlukan adanya pendataan jamaah

masjid, terutama jamaah tetap. Apabila data jamaah telah dimiliki, pengurus

dapat menyusun rencana pelaksanaannya dan menyusun jadwal kunjungan.86

Masjid yang makmur, disamping diukur dari ramainya jamaah dan

maraknya kegiatan, juga dari kualitas jamaahnya. Dengan kualitas jamaah yang

bertambah baik dari waktu ke waktu, perbaikan kualitas dan kemakmuran

masjidpun bisa berjalan seiring. Langkah yang patut diperhatikan untuk mencapai

sasaran itu adalah:

1. Kesiapan pengurus masjid.

Penguruslah yang mesti berusaha meningkatkan kualitas jamaah, bila masjid

diharapkan lebih maju dan berkembang. Sebab, tanpa kesiapan pengurus baik

siap secara intelektual, mental dan manajerial sangatlah sukar melaksanakan

cita-cita besar itu.

2. Kesadaran jamaah

Peningkatan kualitas jamaah juga tergantung pada jamaah itu sendiri. Kalau

jamaah tidak mau, tidak mungkin usaha itu berjalan dan terlaksana. Perbaikan

kualitas merupakan satuan yang abstrak, tidak terlalu mudah diukur, memakan

waktu (dan biaya) dalam proses pencapaiannya. Jadi, kesadaran jamaah

merupakan prasyarat yang tidak bisa ditawar-tawar.

84 Ahmad Sarwono, 2003, op.cit., hlm. 313. 85 Miftah Faridl, Masjid, (Bandung : Pustaka, 1985), Cet. 1, hlm. 59. 86 Moh. E. Ayub, dkk., op.cit., hlm. 139 – 140.

Page 31: BAB II MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAHlibrary.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2006-alimaftuhi-960-BAB2_310-5.pdf · MASJID DAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH A. M a s j i d 1. ... 4Hasbi

41

3. Program kegiatan

Usaha peningkatan kualitas jamaah masjid ini mesti tersusun dalam program

kegiatan yang teratur dan terarah. Program ini menjadi landasan bagi semua

kegiatan pembinaan jamaah di masjid, sehingga tepat sasaran dan tujuannya.87

Jadi dalam memakmurkan masjid melalui kebiasaan shalat berjamaah ada

tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Pertama kesiapan dan keseriusan pengurus,

karena setiap usaha apapun akan dapat berjalan secara efektif dan efisien

bilamana telah dipersiapkan dan direncanakan dengan baik. Kedua, kesadaran

jamaah dan ketiga program kegiatan. Program-program yang direncanakan

tentunya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapau yaitu membiasakan

masyarakat shalat berjamaah di masjid.

87 Ibid, hlm. 126-128.