BAB II Manajemen Pembelajaran Manajemen pembelajaran...

55
9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manajemen Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Manajemen Pembelajaran Manajemen pembelajaran menurut Syafaruddin dan Irwan (2005:75-79) adalah proses pendayagunaan seluruh komponen yang saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk mencapai tujuan program pengajaran. Guru adalah seorang manajer di dalam organisasi kelas. Aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya. Dijelaskan oleh Davis (Syafaruddin dan Irwan. 2005:75-76) peranan guru sebagai manager dalam proses pengajaran, meliputi empat hal sebagai berikut: (1). merencanakan, yaitu menyusun tujuan belajar mengajar (pengajaran). (2). mengorganisasikan, yaitu menghubungkan atau menggabungkan seluruh sumber daya belajar-mengajar dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. (3). memimpin, yaitu memotivasi para peserta didik untuk siap menerima materi pelajaran. (4). mengawasi, yaitu apakah kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan. Menurut Wina (2010:24-26) dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, guru sebagai manajer memiliki empat fungsi umum, yaitu: (1). Merencanakan tujuan belajar, (2). Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar, (3). Memimpin

Transcript of BAB II Manajemen Pembelajaran Manajemen pembelajaran...

9

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Manajemen Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Manajemen Pembelajaran

Manajemen pembelajaran menurut Syafaruddin dan Irwan

(2005:75-79) adalah proses pendayagunaan seluruh komponen yang

saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk mencapai tujuan

program pengajaran. Guru adalah seorang manajer di dalam organisasi

kelas. Aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir,

memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang

dikelolanya.

Dijelaskan oleh Davis (Syafaruddin dan Irwan. 2005:75-76)

peranan guru sebagai manager dalam proses pengajaran, meliputi empat

hal sebagai berikut: (1). merencanakan, yaitu menyusun tujuan belajar

mengajar (pengajaran). (2). mengorganisasikan, yaitu menghubungkan

atau menggabungkan seluruh sumber daya belajar-mengajar dalam

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. (3). memimpin, yaitu

memotivasi para peserta didik untuk siap menerima materi pelajaran. (4).

mengawasi, yaitu apakah kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan.

Menurut Wina (2010:24-26) dalam melaksanakan pengelolaan

pembelajaran, guru sebagai manajer memiliki empat fungsi umum, yaitu:

(1). Merencanakan tujuan belajar, (2). Mengorganisasikan berbagai

sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar, (3). Memimpin

10

meliputi motivasi, mendorong dan menstimulasi peserta didik, dan (4).

Mengawasi, apakah segala sesuatu sudah berfungsi sebagaimana

mestinya dalam mencapai tujuan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan manajemen pembelajaran

adalah sebuah usaha dari seluruh komponen yang berkaitan dan saling

berinteraksi untuk mencapai tujuan program pembelajaran. Guru adalah

seorang manajer yang memiliki fungsi: perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan dan pengawasan. Segala upaya yang dilakukan semata-

mata untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.

2.1.2 Fungsi Manajemen Pembelajaran

Menurut Syafaruddin dan Irwan (2005:91-137) fungsi-fungsi

manajemen pembelajaran adalah sebagai berikut: a). Perencanaan

pembelajaran, b). Pengorganisasian pembelajaran, c). Kepemimpinan

dalam pembelajaran dan, d). Evaluasi pembelajaran.

a. Perencanaan Pembelajaran, adalah pandangan masa depan dan

menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang

dimasa depan. Sedangkan perencanaan pengajaran adalah pekerjaan

yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan

mengajar.

b. Pengorganisasisan Pembelajaran, megorganisasi dalam pembelajaran

adalah pekerjaan guru dalam mengatur dan menggunakan sumber

belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara yang

efektif dan efisien.

11

c. Kepemimpinan dalam Pembelajaran, guru adalah pemimpin

pendidikan yang mempengaruhi para peserta didik untuk melakukan

kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

d. Evaluasi Pembelajaran, Merancang evaluasi termasuk tugas seorang

guru dalam membuat rancangan pembelajaran. Evaluasi mencakup

hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Adapun evaluasi hasil belajar

menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah

perolehan peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran yang

ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses

sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses

pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai tujuan

pengajaran secara optimal.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi-fungsi

manajemen pembelajaran antara lain: perencanaan pembelajaran yang

dimaksudkan sebagai arahan dalam mengajar, pengorganisasisan

pembelajaran untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan

pembelajaran untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien,

kepemimpinan dimaksudkan peran guru dalam mempengaruhi peserta

didik guna mencapai tujuan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran

dimaksudkan untuk mengetahui informasi dari peserta didik sejauh mana

peserta didik memahami materi serta sebagai alat evaluasi untuk program

pembelajaran kedepan.

12

Dimensi tugas atau indikator kinerja guru adalah sebagai berikut: (1).

Perencanaan, guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP

sesuai dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karakteristik

peserta didik, guru menyusun bahan ajar secara rutut, logis, kontekstual

dan mutahir, guru merencanakan pembelajaran yang efektif, guru

memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan

strategi pembelajaran, (2). Pelaksanaan pembelajaran, guru memulai

pembelajaran dengan efektif, guru menguasai materi pelajaran, guru

menerapkan pendekatan/strategi pembelajaran yang efektif, guru

memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran, guru

memlihara ketertiban peserta didik dalam pembelajaran, guru

menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, dan guru

mengakhiri pembelajaran dengan efektif (3). Penilaian pembelajaran,

guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan

keberhasilan peserta didik, guru menggunakan berbagai strategi dan

metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta

didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertuis

dalam RPP dan guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk

memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya

dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya

(Kemendikbud 2012)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dimensi tugas atau

indikator kinerja guru dalam pembelajaran mencakup tiga hal yakni:

13

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian

pembelajaran. Maka dari itu penting untuk dibahas apa itu perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.

2.1.3 Perencanaan Pembelajaran

2.1.3.1 Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Menurut Wina (2008:23-28) perencanaan pembelajaran dilihat

dari terminologinya terdiri atas dua kata yakni, perencanaan dan

pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu

pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan. Pendapat lain menurut Cunningham (dalam

Hamzah, 2006:1) perencanaan ialah menyeleksi dan

menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk

masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan

memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang

diperlukan dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima

yang akan digunakan dalam penyelesaiannya.

Jadi perencanaan adalah sesuatu yang sengaja dibuat dengan

sistematis untuk dilaksanakan dalam kegiatan tertentu guna

mencapai sebuah tujuan yang sudah ditentukan.

Pembelajaran adalah proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu Uzer (dalam Zainal, 2012: 8). Dijelaskan oleh Sunhaji

14

(Jamal, 2011: 19) kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas

untuk mentransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar.

Jadi pembelajaran adalah hubungan timbal balik antara guru

dengan peserta didik dalam proses edukatif untuk mencapai sebuah

tujuan tertentu.

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan

keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan

pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian

kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan

tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar

yang ada (Wina, 2008:23-28). Pendapat lain oleh Zainal (2012:32)

mengatakan bahwa perencanaan pembelajaran adalah aktivitas

penetapan tujuan pembelajaran, penyusunan bahan ajar dan sumber

belajar, pemilihan media pembelajaran, pemilihan pendekatan dan

strategi pembelajaran, pengaturan lingkungan belajar, perencanaan

sistem penilaian serta perencanaan prosedur pembelajaran dalam

rangka membimbing peserta didik agar terjadi proses belajar, yang

kesemuanya didasarkan pada pemikiran mendalam mengenai

prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan perencanaan

pembelajaran adalah rencana yang disusun secara sistematis untuk

mencapai sebuah tujuan yang ditentukan serta hal-hal yang akan

15

dilakukan saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung hingga

penilaian hasil belajar.

2.1.3.2 Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran

Dasar perlunya perencanaan pembelajaran menurut Hamzah

(2006:3-4), hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai perbaikan

pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan

asumsi sebagai berikut. (1). Untuk memperbaiki kualitas

pembelajaran diawali dengan perencanaan pembelajaran yang

diwujudkan dengan desain pembelajaran, (2). Dalam membuat

perencanaan diperlukan penggunaan pendekatan sistem, (3).

Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana

seorang belajar, (4). Untuk merencanakan suatu desain

pembelajaran diacukan pada peserta didik secara perorangan, (5).

Pembelajaran akan bermuara pada ketercapaian tujuan

pembelajaran, (6). Sasaran akhir perencanaan desain pembelajaran

adalah mudahnya peserta didik untuk belajar. (7). Perencanaan

pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran dan

(8). Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah menetapkan

metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan.

Maka dapat disimpulkan dasar perlunya perencanaan adalah

untuk memperbaiki kualitas pendidikan, perencanaan dibuat

dengan tepat untuk dapat mencapai sebuah tujuan pembelajaran.

16

2.1.3.3 Pentingnya Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan

perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau

memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Perencanaan

pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan

komponen-komponen pembelajaran: kompetensi dasar, materi

standar, indikator dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi

sebagai mengembangkan potensi peserta didik. Materi standar

berfungsi sebagai memberi makna terhadap kompetensi dasar,

indikator berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan

kompetensi pada peserta didik, dan penilaian berfungsi mengukur

pembentukan kompetensi dan menentukan tindakan kepada

kompetensi standar yang belum tercapai (Mulyasa, 2006:167).

Hal tersebut diperjelas oleh Kunandar (2013:3) guru yang baik

harus menyusun perencanaan sebelum melaksanakan pembelajaran

di kelas. Proses belajar mengajar yang baik harus didahului dengan

persiapan yang baik, tanpa persiapan yang baik sulit menghasilkan

pembelajaran yang baik. Oleh karena itu seharusnya guru sebelum

mengajar membuat perencanaan atau perangkat pembelajaran.

Program atau perencanaan yang harus disusun antara lain: program

tahunan, program semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

17

Sedangkan menurut Zainal (2012: 34) perencanaan

pembelajaran memiliki urgensi (arti penting) bagi peningkatan

kualitas dan efektivitas proses pembelajaran, maka banyak

keuntungan bagi guru antara lain: (1). Adanya arah dan pedoman

yang jelas bagi pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan,

(2). Dapat memperkirakan hal-hal yang akan dilalui pada masa

pelaksanaan pembelajaran, (3). Adanya kesempatan untuk memilih

berbagai alternatif cara yang terbaik dan memilih kombinasi yang

terbaik, (4). Dapat menyusun skala prioritas, memilih urutan dari

segi pentingnya tujuan dan sasaran pembelajaran, (5). Dapat

memperoleh tindakan yang tepat dan terkoordinasi dari berbagai

unit kerja, (6). Perencanaan menjadi alat untuk menyesuaikan

usaha dengan situasi dan kondisi yang berubah karena berbagai

faktor, (7). Membantu penyesuaikan dan efisiensi kerja serta

membantu menghindari kesalahan dalam proses belajar, (8).

Perencanaan penting bagi guru dalam menjalankan fungsi

kepemimpinan dalam pembelajaran dan (9). Dengan adanya suatu

rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk

mengadakan pengawasan.

Jadi dapat disimpulkan pentingnya perencanaan pembelajaran

dibuat semata-mata untuk memperbaiki kualitas pendidikan agar

yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Perencanaan juga mempermudah seorang guru dalam menjalankan

18

tugasnya. Perencanaan merupakan hal penting dalam pelaksanaan

pembelajaran, karena dengan perencanaan yang baik akan

menghasilkan pembelajaran yang baik pula.

2.1.3.4 Fungsi dan Manfaat Perencanaan

Fungsi-fungsi perencanaan pembelajaran menurut Wina

(2008:35-37) sebagai berikut: a). fungsi kreatif, b). fungsi inovatif,

c). fungsi selektif, d). fungsi komunikatif, e). fungsi prediktif, f).

fungsi akurasi, g). fungsi pencapaian tujuan, dan h). fungsi kontrol.

a. Fungsi kreatif, pembelajaran dengan menggunakan perencanaan

yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat

menggambarkkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui

umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki

program. Secara kreatif guru akan selalu memperbaiki berbagai

kelemahan dan menemukan hal-hal baru.

b. Fungsi inovatif, inovasi akan muncul saat kita memahami

adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan

itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala kita memahami

proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran

yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara

utuh. Dalam kaitan ini perencanaan memiliki fungsi inovasi.

c. Fungsi selektif, melalui proses perencanaan kita dapat

menyeleksi strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan

efisien untuk dikembangkan.

19

d. Fungsi komunikatif, dokumen perencanaan harus dapat

mengkomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan

dan hasil yang ingin dicapai strategi atau rangkaian kegiatan

yang dapat dilakukan. Oleh sebab itu perencanaan memiliki

fungsi komunikatif.

e. Fungsi prediktif, perencanaan yang disusun secara benar dan

akurat dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah

dilakukan treatment sesuai dengan program yang disusun.

Melalui fungsi prediktif perencanaan menggambarkan berbagai

kesulitan yang akan terjadi.

f. Fungsi akurasi, melalui proses perencanaan guru dapat menakar

setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan

pelajaran tertentu. Guru dapat menghitung jam pelajaran efektif,

melalui program perencanaan.

g. Fungsi pencapaian tujuan, pembelajaran memiliki dua sisi, sisi

hasil belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan itulah

kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang.

h. Fungsi kontrol, melalui perencanaan dapat menentukan sejauh

mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh peserta didik,

materi mana yang sudah dan belum dipahami oleh peserta didik.

Manfaat perencanaan pengajaran oleh Abdul (2013:22) sebagai

berikut: a). Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan,

b). Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi

20

seiap unsur yang terlibat dalam kegiatan, c). Sebagai pedoman

kerja bagi setiap unsur. Baik unsur guru maupun peserta didik, d).

Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap

saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja, e). Untuk bahan

penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja dan, f). Untuk

menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi dan manfaat

perencanaan adalah sebagai pedoman kerja untuk seorang guru

dalam mengajar, sebagai alat ukur atau bahan evaluasi bagi guru

untuk pembelajaran kedepan dll. Yang pada dasarnya perencanaan

dibuat untuk mempermudah guru dan peserta didik dalam

pelaksanaan pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran

yang sudah ditentukan.

2.1.3.5 Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Zainal (2012: 123) secara etimologis silabus berarti label atau

daftar isi, dalam konteks KBK silabus diartikan sebagai rencana

pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran/ tema

tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi dan sumber

belajar. Silabus dapat didefenisikan sebagai “garis besar ringkasan,

ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pembelajaran” Salim

(Abdul, 2013: 38).

21

Jadi dapat disimpulkan silabus adalah sebuah rencana

pembelajaran pada kelompok mata pelajaran atau tema tertentu

yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu

serta sumber belajar.

Menurut Mulyasa (2013:80) dalam kurikulum 2013,

pengembangan silabus tidak lagi oleh guru tetapi telah disiapkan

oleh tim pengembangan kurikulum, baik ditingkat pusat maupun

wilayah dengan demikian guru hanya mengembangkan RPP

berdasarkan buku panduan guru, buku panduan peserta didik dan

buku sumber yang semuanya telah disiapkan. Berbagai kegiatan

dalam pengembangan silabus yang dilakukan oleh tim sebagai

berikut: (a). mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis

kompetensi dan tujuan setiap bidang studi, (b), mengembangkan

kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta mengelompokannya

sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan dan

nilai serta sikap, (c). mendeskripsikan kompetensi serta

mengelompokannya sesuai dengan skope dan skuensi dan (d).

mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria

penilaian.

Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah silabus sedikitnya

memuat: (a). identitas mata pelajaran, (2). Identitas sekolah

22

meliputi nama satuan pendidikan dan kelas, (3). Kompetensi inti,

(4). Kompetensi dasar, (5). Tema (khusus SD dan sederajad), (6).

Materi pokok, (7). Pembelajaran, (8). Penilaian, (9). Alokasi waktu

dan (10). Sumber belajar.

Setelah silabus tersusun berikutnya guru menyusun RPP, RPP

adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam

silabus (Zainal, 2012:126). Pendapat lain RPP adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk

mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

standar isi dan dijabarkan dari silabus (Kasful dan Hendra, 2011:

178).

Jadi RPP adalah rencana yang berisi gambaran prosedur dan

pengorganisasisan pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan penjabaran

dari silabus.

Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, Komponen

RPP terdiri atas: (a). identitas sekolah yaitu nama satuan

pendidikan, (b). identitas mata pelajaran atau tema/ subtema, (c).

kelas/semester, (d). materi pokok, (e). alokasi waktu ditentukan

sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban

belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang

23

tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai, (f). tujuan

pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan

diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, (g).

kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (h).

materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir

sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi, (i).

metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta

didik dan KD yang akan dicapai. (j). media pembelajaran, berupa

alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi

pelajaran. (k). sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak

dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang

relevan, (l). langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui

tahapan pendahuluan, inti, dan penutup (m). penilaian hasil

pembelajaran.

Jika melihat dari permendikbud diatas maka dapat disimpulkan

beberapa komponen dalam RPP adalah: Identitas, Materi pokok,

Alokasi, Tujuan pembelajaran, Kompetensi Dasar dan indikator

pencapaian kompetensi, Materi Pembelajaran, Metode

24

pembelajaran, Media Pembelajaran, Sumber Belajar, Langkah-

langkah pembelajaran dan Penilaian hasil pembelajaran.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RPP

adalah: (1). Perbedaan individual peserta didik antara lain

kemampuan awal, tingkat inteklektual, bakat, potensi, minat,

motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,

kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,

norma, nilai, adat dan lingkungan peserta didik, (2). Partisipasi

aktif peserta didik, (3). Berpusat pada peserta didik untuk

mendorong semangat belajar, motivasi, kreativitas, inisiatif,

inspirasi, inovasi dan kemandirian, (4). Pengembangan budaya

membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan

kegemaran membaca pemahaman beragam bacaan dan berekspresi

dalam berbagai bentuk tulisan, (5). Pemberian umpan balik dan

tindak lanjut RPP memuat perencanaan program pemberian umpan

balik positif, penguatan, pengayaan, dan remisi, (6). Penekanan

pada ketertarikan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, dan sumber belajar, (7). Mengakomodasikan

pembelajaran tematik terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,

lintas aspek belajar, dan keragaman budaya, dan (8). Penerapan

teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,

dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi (Kunandar, 2013:6-7).

25

2.1.4 Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran menurut Permendikbud Nomor 65

Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

(dalam Kunandar, 2013:8-10) dibagi menjadi tiga kegiatan, yakni

pendahuluan, inti dan penutup.

a. Pendahuluan, dalam kegiatan pendahuluan guru melakukan hal

sebagai berikut: (1). Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik

untuk mengikuti proses pembelajaran, (2). Memberi motivasi belajar

secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam

kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh dan perbandingan

lokal, nasional dan internasional, (3). Mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi

yang akan dipelajari, (4). Menjelaskan tujuan pembelajaran atau

kompetensi dasar yang akan dicapai, dan (5). Menyampaikan cakupan

materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

b. Kegiatan inti, kegiatan inti menggunakan model pembelajaran,

metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Hal

–hal yang perlu diperhatikan: (1). Sikap, sesuai dengan karakteristik

sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi

mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga

mengamalkan, (2). Pengetahuan, dimiliki peserta didik melalui

aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,

26

mengevaluasi, hingga mencipta dan (3). Ketrampilan, ketrampilan

diperoleh dari kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,

menyaji dan mencipta.

c. Kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup baik guru atau peserta

didik baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi

untuk mengevaluasi. Kegiatan penutup dapat berupa: (1). Secara

bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari

hasil pembelajaran, (2). Memberikan umpan balik terhadap proses dan

hasil belajar, (3). Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pemberian tugas baik individu maupun kelompok dan (4).

Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

Pendapat lain oleh Mulyasa (2013, 125-131) pada umumnya,

kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti

atau pembentukan kompetensi dan karakter serta kegiatan akhir/penutup.

a. Kegiatan Awal atau Pembukaan, kegiatan awal atau pembukaan

pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi

Kurikulum 2013 mencakup pembinaan keakraban dan pre-test.

Pembinaan Keakraban, tahap pembinaan keakaraban ini bertujuan

untuk mengkondisikan para peserta didik agar mereka siap melakukan

kegiatan belajar. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai

berikut: (1). Di awal pertemuan pertama, guru memperkenalkan diri

kepada peserta didik dengan memberikan salam, menyebut nama,

27

alamat, pendidikan terakhir, dan tugas pokoknya di sekolah. (2).

Peserta didik masing-masing memperkenalkan diri dengan memberi

salam, menyebut nama, alamat, dan pengalaman dalam kehidupan

sehari-hari, serta mengapa mereka harus belajar di sekolah tersebut.

Pretes (tes awal), fungsi pretes antara lain: (1). Untuk menyiapkan

peserta didik dalam proses belajar, dengan pretes maka pikiran mereka

akan terfokus pada soal-soal yang mereka akan jawab, (2). Untuk

mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan proses

pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan

membandingkan hasil pretes dan posttes. (3). Untuk mengetahui

kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan

ajar yang akan dijadikan topik dalam pembelajaran. (4). Untuk

mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai,

tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-

tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.

b. Kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, kegiatan inti

pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi,

membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan karakter

peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam

membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi

bersama.

Prosedur yang ditempuh dalam pembentukan kompetensi dan

karakter adalah sebagai berikut:

28

1) Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah

dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru

menjelaskan kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik

dan cara belajar individual.

2) Guru menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis pokok

bahasan yang dikemukakan dengan jelas atau ditulis dipapan tulis.

Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hingga

menguasai materi tersebut.

3) Membagikan materi standar atau sumber belajar berupa Hand Out

atau foto kopi beberapa bahan yang akan dipelajari. Materi standar

tersebut sebagian terdapat diperpustakaan. Jika diperpustakaan

tidak ada maka guru memfotokopi dari sumber lain, seperti

majalah, atau surat kabar.

4) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik.

Lembaran kegiatan berisi tugas tentang matari standar yang telah

dijelaskan oleh guru dan dipelajari oleh peserta didik.

5) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam

mengerjakan lembar kegiatan sekaligus memberikan bantuan

arahan bagi mereka yang membutuhkan.

6) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar

pekerjaan dengan teman lain, lalu guru menjelaskan setiap

jawabanya.

29

7) Kekeliruan dan kesalahan setiap jawaban diperbaiki oleh peserta

didik, jika ada yang kurang jelas guru memberikan kesempatan

bertanya, tugas atau kegiatan mana yang perlu dijelaskan lebih

lanjut.

c. Kegiatan akhir atau penutup, kegiatan akhir pembelajaran atau

penutup dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan post tes.

Fungsi post test antara lain: (1). Untuk mengetahui tingkat

penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang ditentukan, baik

secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan

membandingkan antar hasil pretes dan post tes, (2). Untuk mengetahui

kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai peserta didik, serta

kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasai. Sehubungan

dengan kompetensi dan tujuan yang belum dikuasai oleh sebagian

besar peserta didik maka dapat dilakukan pembelajaran kembali, (3).

Untuk mengetahui peserta didik- peserta didik yang perlu mengikuti

pelajaran kembali dan peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan

pengayaan serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam

mengerjakan modul dan, (4). Sebagai bahan acuan untuk melakukan

perbaikan terhadap komponen-komponen modul, dan proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan,

pelaksanaan maupun evaluasi.

30

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan pelaksanaan pembelajaran

terdiri dari kegiatan pendahuluan/awal, kegiatan inti/ pembentukan

kompetensi serta kegiatan akhir/penutup.

2.1.4.1 Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

(Scientific Approach)

Menurut Wina (2010:127) pendekatan adalah titik tolak atau

sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan

merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang

sifatnya masih umum. Dijelaskan oleh Roy Killen dalam (Wina,

2010:127) mencatat ada dua pendekatan pembelajaran yaitu

pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred

approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student

centred approach). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta

strategi pembelajaran deduktif.

Permendikbud No 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar

Dan Struktur Kurikulum SMP/MTs, menjelaskan kurikulum 2013

menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught

curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa

kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)

pengalaman belajar langsung peserta didik (learned curriculum)

sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal

peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik

31

menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh

peserta didik menjadi hasil kurikulum. Salah satu pendekatan

pembelajaran untuk mewujudkan hal diatas adalah pendekatan

pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (Scientific Approach).

Abdul (2014:210-234) mengatakan bahwa kegiatan

pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses

pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan

dan ketrampilan. Ranah sikap mengamit transformasi dan subtansi

atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ranah “mengapa”.

Ranah ketrampilan mengamit transformasi subtansi atau materi ajar

agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Ranah pengetahuan

mengamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik

tahu tentang “apa”. Hasil akhirnnya adalah peningkatan dan

keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang

baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan

pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta

didik meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan dan

pengetahuan.

Scientific approach dalam pembelajaran semua mata pelajaran

meliputi pengamatan, bertannya, percobaan, kemudian mengolah

data atau informasi, menyajikan data atau informasi di lanjutkan

dengan menganalisis, menalar, menyimpulkan dan mencipta.

32

a. Mengamati, kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan

proses pembelajaran. Metode ini memiliki keunggulan tertentu

seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik

senang dan tertantang dan mudah pelaksanaanya. Metode

mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi.

Kegiatan mengamati dapat ditempuh dengan langkah-

langkah sebagai berikut: (1). Menentukan objek apa yang akan

diobservasi, (2) membuat pedoman observasi, (3). Menentukan

dengan jelas data apa yang ingin diketahui baik data primer

maupun sekunder, (4). Menentukan dimana tempat objek yang

akan di observasi, (5). Menentukan secara jelas dan bagaimana

observasi yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar

berjalan mudah dan lancar, (6). Menentukan cara dan

melakukan pencatatan atas hasil observasi, (7). Melakukan

observasi dengan jenis observasi yang ditentukan.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan

observasi yakni: (1). Cermat, objektif, jujur, fokus kepada objek

yang diobservasi, (2). Memperhatikan banyaknya homogenitas

atau heteregonitas subjek, objek atau situasi yang diobservasi,

menentukan cara dan prosedur pengamatan, (3). Guru dan

33

peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat,

direkam, serta membuat catatan atas perolehan observasi.

b. Menanya, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh

tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk

kalimat tanya melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan,

asalkan keduannya mengiginkan tanggapan verbal.

Kriteria pertanyaan yang baik, yakni: (1). Singkat dan jelas,

(2). Menginsprirasi jawaban, (3). Memiliki fokus, (4). Bersifat

probing atau divergen, (5). Bersifat validatif atau penguatan, (6).

Memberikan peserta didik kesempatan untuk berfikir ulang, (7).

Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, dan (8)

Merangsang proses interaksi.

c. Menalar, menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka

proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut

dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan guru dan peserta

didik adalah pelaku aktif. Penalaran adalah proses berfikir yang

logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat di

observasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

d. Mengolah, pada tahapan mengolah ini, peserta didik sedapat

mungkin di kondisikan belajar secara kolaboratif. Dalam situasi

kolaboratif tersebut peserta didik berinteraksi dengan empati,

saling menghormati, menerima kekuarangan atau kelebihan

masing-masing.

34

e. Mencoba, untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau

otentik peserta didik harus mencoba melakukan percobaan

terutama untuk materi atau subtansi yang sesuai. Aplikasi

metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai

ranah tujuan belajar yaitu sikap, ketrampilan dan pengetahuan.

f. Menyimpulkan, kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan

dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam

satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan

sendiri setelah mendengar hasil kegiatan mengolah informasi.

g. Menyajikan, hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama

secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis

dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio

kelompok dan atau individu, yang sebelumnya di konsultasikan

terlebih dahulu kepada guru.

h. Mengkomunikasikan, pada kegiatan akhir diharapkan peserta

didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah

disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau

secara individu. Kegiatan mengkomunikasikan dapat diberikan

klarifikasi oleh guru agar peserta didik mengetahui secara benar

atau ada yang harus luruskan dan diperbaiki.

Pendapat lain mengenai langkah-langkah pendekatan ilimiah

dalam implementasi kurikulum 2013 oleh (Wachyu, 2014:28-30),

35

yakni: mengamati, menanyakan, melakukan percobaan,

mengumpulkan dan mengasosiasikan, mengkomunikasikan hasil.

a. Mengamati, dalam kegiatan mengamati guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan

melalui melihat, menyimak, mendengar dan membaca hal yang

terkait dengan tema dan sub tema yang akan dibahas. Guru

memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan.

b. Menanyakan, dalam praktiknya di dalam pembelajaran setelah

melihat dan mengamati peserta didik melakukan upaya mencari

atau mengumpulkan informasi dan mengaitkan apa yang dilihat

dan didengarnya dengan apa yang diketahuinya yang berasal

dari pegetahuan, pengalaman, dan informasi yang

dikumpulkannya. Apabila terjadi kesenjangan peserta didik

mencoba mempertanyakannya. Melalui kegiatan bertanya

dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik, semakin terlatih

untuk bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat

dikembangkan.

c. Melakukan percobaan, dalam melakukan percobaan guru

memilih bentuk percobaan terkait dengan subtema yang

dibicarakan. Selama percobaan guru meminta mereka

mengamati, mencatat pola keterkaitan, fakta, prosedur yang

teramati selama percobaan, kemudian menyimpulkan dan

36

mengkomunikasikan apa yang mereka peroleh dari pencarian

tersebut.

d. Mengumpulkan dan mengasosiasikan, tindak lanjut dari

bertanya adalah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber

melalui berbagai cara. Informasi tersebut menjadi dasar bagi

kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk

menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi

lainnya, menemukan pola dan keterkaitan informasi dan bahkan

mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

e. Mengkomuikasikan hasil, peserta didik menyimpulkan apa yang

mereka amati tersebut kemudian mengkomunikasikannya baik

lisan maupun tertulis atau disertai dengan peragaan.

Jadi dari pendapat ahli diatas mengenai pembelajaran

berdasarkan kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah dapat

disimpulkan peserta didik harus melakukan proses mengamati,

menanyakan, mencoba, mengumpulkan dan menyimpulkan serta

mengkomunikasikan. Kegiatan tersebut ditujukan untuk dapat

mencapai ketiga ranah pembelajaran yakni: sikap, pengetahuan dan

ketrampilan.

2.1.5 Penilaian Pembelajaran

2.1.5.1 Pengertian Penilaian Pembelajaran

Permendiknas Nomor 27 Tahun 2007 dan Nomor 66 Tahun

2013 (dalam Abdul, 2014:35) tentang stadart penilaian pendidikan

37

dikemukakan pengertian penilaian adalah proses pengumpulan dan

pengelolaan informasi untuk menentukan pencapaiam hasil belajar

peserta didik yang dilakukan secara sitematis dan

berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna.

Menurut Eko (2009:29-30) penilaian hasil belajar merupakan

komponen yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian

dalam konteks hasil belajar diartikan sebagai kegiatan menafsirkan

data hasil pengukuran tentang kecakapan yang dimiliki peserta

didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Pendapat lain oleh

Winarno (2013:218) penilaian adalah proses sitematis meliputi

pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis,

interprestasi informasi untuk membuat keputusan.

Jadi penilaian adalah proses yang sistematis dalam

pengumpulan informasi mengenai hasil belajar peserta didik dalam

rangka untuk membuat keputusan atau tindak lanjut.

2.1.5.2 Prinsip dan Pendekatan Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip

sebagai berikut: (a.) Obyektif, berarti penilaian berbasis pada

standart dan tidak dipegaruhi faktor subyektifitas penilai, (b).

Terpadu, berarti penilai oleh pendidik dilakukan secara terencana,

menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan,

(c). Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam

38

perencanaan, pelaksanaaan dan pelaporanya, (d). Transparan,

berarti prosedur penilaian. Kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diakses oleh segala pihak, (e).

Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada

pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,

prosedur, dan hasilnya, (f). Edukatif, berarti mendidik dan

memotivasi peserta didik maupun guru (Abdul, 2014:76-77).

Mengenai hal diatas Kunandar (2013:51) juga menjelaskan

terdapat enam prinsip dan pendekatan penilaian pendidikan, yakni:

obyektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel, dan edukatif.

2.1.5.3 Manfaat dan Fungsi Penilaian

Manfaat penilian hasil belajar oleh Kunandar (2013:70-71)

adalah sebagai berikut: (1). Megetahui tingkat pencapaian

kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung,

(2). Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui

kekuatan dan kelemahan dalam proses pencapaian kompetensi, (3).

Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang

dialami peserta didik, (4). Umpan balik bagi guru dalam

memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar

yang digunakan, (5). Memberikan pilihan alternatif penilaian

kepada guru dan (6). Memberikan informasi kepada orang tua

tentang mutu dan efektivitas pembelajaran yang dilakukan sekolah.

39

Tujuan atau fungsi penilaian menurut (Arikunto, 2012:18-

19) sebagai berikut: a). selektif, b). diagnostik, c). penempatan dan,

d). pengukur keberhasilan.

a. Penilaian Berfungsi Selektif, dengan cara mengadakan penilaian

guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian

terhadap peserta didiknya. Penilaian itu mempunyai berbagai

tujuan, antara lain: (1). Untuk memilih peserta didik yang dapat

diterima disekolah tertentu. (2). Untuk memilih peserta didik

yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. (3). Untuk

memilih peserta didik yang berhak meninggalkan sekolah, dan

sebagainya.

b. Penilaian Berfungsi Diagnostik, apabila alat yang digunakan

dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan

melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan peserta

didik. Disamping itu akan diketahui pula penyebabnya. Jadi

dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru melakukan

diagnosis kepada peserta didik tentang kebaikan dan

kelemahanya.

c. Penilaian Berfungsi sebagai Penempatan, digunakan untuk

menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta

didik yang memiliki hasil penilaian yang sama akan berada

dalam kelompok yang sama dalam belajar.

40

d. Penilaian Berfungsi sebagai Pengukur Keberhasilan, fungsi ini

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program

berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh

beberapa faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan

sistem administrasi.

Pendapat lain oleh Kunandar (2013:68-69) mengenai fungsi

penilaian hasil belajar, adalah: (1). Menggambarkan seberapa

dalam peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu, (2).

Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu

peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang

langkah berikutnya, (3). Menemukan kesulitan belajar dan

kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik serta

sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah

peserta didik perlu melakukan remedial atau pengayaan, (4).

Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang

sedang berlangsung guna perbaikan proses belajar kedepanya dan

(5). Kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan peserta didik.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan manfaat

dan fungsi penilaian sebagai gambaran seberapa dalam peserta

didik menguasai materi, mengetahui kelemahan peserta didik, serta

dapat menjadi evaluasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran

kedepan.

41

2.1.5.4 Langkah- Langkah Penilaian

Secara garis besar, kegiatan penilaian mencakup langkah-

langkah sebagai berikut: (a). Menginformasikan silabus mata

pelajaran yang didalamnya memuat rancangan dan kriteria

penilaian pada awal semester, (b). Mengembangkan indikator

pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian yang

sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran, (c).

Mengembangkan instrumen dan pedomanan penilaian sesuai

dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih, (d). Melakukan

tes, pengamatan, penugasan dan atau bentuk lain yang diperlukan,

(e). Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil

belajar dan kesulitan belajar peserta didik, (f). Mengembalikan

hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar

yang mendidik. (g). Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan

pembelajaran, (h). Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada

setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam

bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi

singkat sebagai cerminan kompetensi utuh, (i). Melaporkan hasil

penilaian akhlaq kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian

kepribadian kepada guru pendidikan kewarganegaraan sebagai

proses informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlaq dan

kepribadian peserta didik dengan katagori sangat baik, baik, atau

kurang baik (Winarno, 2013:218-219).

42

2.1.5.5 Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013

2.1.5.5.1 Pengertian Penilian Otentik

Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah

penilaian otentik. Penilaian otentik adalah kegiatan menilai

peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya

dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen

penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang

ada di standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Inti (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD). Dalam penelitian otentik peserta

didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori dalam

kehidupan nyata (Kunandar, 2013: 35-36). Pendapat lain oleh

Abdul (2014:56) penilaian otentik adalah proses

pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang

hasil belajar peserta didik dengan menerakan prinsip-prinsip

penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik,

akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik Pusat

Kurikulum.

Jadi penilaian otentik adalah proses pengumpulan

informasi hasil belajar peserta didik dengan bukti-bukti yang

nyata dengan menggunakan berbagai instrumen penilaian

yang sesuai tuntutan kompetensi.

43

2.1.5.5.2 Ciri- ciri Penilaian Otentik

Ciri-ciri penilaian otentik menurut Kunandar

(2013:38-39) yakni: (1). Harus mengukur semua aspek

pembelajaran, yakni kinerja dan hasil prosuk. Dalam

melakukan penilaian kinerja kinerja dan produk pastikan

bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan

kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata dan

obyektif, (2). Dilaksanakan selama dan sesudah proses

pembelajaran berlangsung, (3). Menggunakan berbagai cara

atau sumber, menggunakan berbagai teknik penilaian

disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dan menggunakan

berbagai sumber agar tergambarkan penguasaan kompetensi

oleh peserta didik, (4). Tes hanya salah satu alat pengumpul

data penilaian, tidak hanya menghandalkan hasil tes semata

informasi lain dapat dijadikan bahan penilaian, (5). Tugas-

tugas yang diberikan kepada peserta didik harus

mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang

nyata setiap hari, peserta didik harus dapat menceritakan

pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari

dan (6). Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan

dan keahlian peserta didik.

44

2.1.5.5.3 Jenis- jenis Penilaian Otentik

Jenis-jenis penilaian otentik menurut Abdul

(2014:62-73) adalah: penilaian proyek, penilaian kinerja,

penilaian portofolio, jurnal, penilaian tertulis.

a. Penilaian proyek, proyek merupakan salah satu penilaian

otentik yang berupa pemberian tugas kepada peserta didik

secara berkelompok. Kegiatan ini merupakan cara untuk

mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasikan

berbagai perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat

masing-masing peserta didik. Tugas proyek yang

diberikan terkait dengan kehidupan nyata, oleh karena itu

dapat meningkatkan partisipasi peserta didik. Contoh:

peserta didik diminta untuk membentuk kelompok guna

menyelidiki keragaman budaya di lingkungan daerah

tempat tinggal mereka.

b. Penilaian kinerja, penilaian otentik sebisa mungkin

melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam

proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat

melakukannya dengan meminta para peserta didik

menyebutkan unsur proyek/tugas yang akan mereka

gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaian. Dengan

menggunakan informasi ini guru dapat memberikan

45

umpan balik terhadap kinerja peserta didik, baik bentuk

laporan naratif maupun laporan kelas.

c. Penilaian portofolio, portofolio merupakan kumpulan

pekerjaan peserta didik (tugas-tugas) dalam periode waktu

tertentu yang dapat memberikan informasi penilaian.

Fokus tugas-tugas kegiatan pembelajaran dalam portofolio

adalah pemecahan masalah, berfikir dan pemahaman,

menulis, komunikasi, dan pandangan peserta didik sendiri

terhadap dirinya sebagai pembelajar. Contoh: peserta didik

diminta untuk melakukan survai mengenai potensi wisata

dilingkungan tempat tinggalnya.

d. Jurnal, merupakan tulisan yang dibuat oleh peserta didik

untuk menunjukkan segala sesuatu yang telah dipelajari

atau diproleh dalam proses pembelajaran. Digunakan

untuk mencatat atau merangkum topik-topik pokok yang

telah dipelajari, perasaan peserta didik dalam belajar mata

pelajaran tertentu, kesulitan-kesulitan atau keberhasilan-

keberhasilan dalam menyelesaikan masalah topik

pelajaran, dan catatan komentar, harapan dalam proses

aturan-aturan yang digunakan untuk menilai kinerja

peserta didik.

e. Penilaian tertulis, penilaian tertulis merupakan tes dimana

soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik

46

dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta tidak

selalu merespons dalam bentuk menulis jawaban, tetapi

dapat juga berbentuk seperti memberi tanda, mewarnai,

menggambarkan dan lain sebagainya.

2.2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

2.2.1 Pengertian PPKn

Secara terminologis PPKn di Indonesia diartikan sebagai pendidikan

politik yang fokus materinya adalah peranan warga negara dalam

kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk

membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD

1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan

negara (Winarno, 2013:37-38). Pendapat lain Noor (2009:3) PPKn

adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam

mengembangkan kecintaan dan kesetiaan, keberanian untuk berkorban

membela bangsa dan tanah air Indonesia. Dijelaskan dalam

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 PPKn merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibanya untuk menjadi warga

negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Jadi PPKn adalah mata pelajaran yang menyiapkan warga negara yang

baik, mampu melaksanakan hak dan kewajibanya untuk menjadi warga

negara Indonesia yang sesuai amanat Pacasila dan UUD 1945.

47

2.2.2 Tujuan PPKn

Tujuan mata pelajaran PPKn dalam Permendiknas No. 22 Tahun

2006 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

(a). Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan, (b). Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,

dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara, serta anti-korupsi, (c). Berkembang secara positif dan

demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter

masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa

lainnya (d). Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan

dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi.

Pendapat lain oleh Winarno (2013:37-38) tujuan dari mata

pelajaran PPKn adalah sebagai berikut: (1). Tujuan PPKn tidak dapat

dipisahkan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang

termaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

yang berbunyi: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”. (2). PPKn bertujuan untuk

48

membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa

kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila,

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat

Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Tujuan PPKn adalah membentuk peserta didik menjadi manusia

yang mampu mengembangkan potensi dirinya, demokratis, bertanggung

jawab, dan memiliki rasa cinta tanah air.

2.2.3 Perkembangan Kurikulum PPKn

Secara historis epistimologis dan pedagogis, pendidikan

kewarganegaraan sebagai program kurikuler dimulai dengan

diintroduksikan mata pelajaran civics dalam kurikulum SMA tahun 1962

yang berisikan materi tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan

Undang-Undang dasar 1945 (Dept.P&K :1962). Masa itu pendidikan

kewarganegaraan berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih

dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, politik, pidato-pidato

presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang

perserikatan bangsa-bangsa Somantri (Udin dan Dasim, 2012: 168).

Istilah civics tersebut secara formal tidak dijumpai dalam

kurikulum 1957 maupun dalam kurikulum tahun 1946. Namun secara

materil dalam kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata

pelajaran tata negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat

mata pelajaran pengetahuan umum yang di dalamnya memasukkan

49

pengetahuan mengenai pemerintahan. Dalam kurikulum 1968 dan 1969

istilah civics dan pendidikan kewargaan negara digunakan secara

bertukar pakai. Dalam kurikulum SMP 1968 digunakan isilah pendidikan

kewargaan negara yang berikan sejarah Indonesia, dan konstitusi

termasuk UUD 1945. Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan

( PPSP) digunakan beberapa istilah yakni pendidikan kewargaan negara,

studi sosial, civics dan hukum. Selanjutnya dalam kurikulum 1975 istilah

pendidikan kewargaan negara diubah menjadi pendidikan moral

pancasila (PMP) yang berisikan materi pancasila sebagaimana diuraikan

dalam pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila P4. Mata

pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai

dengan berlakunya kurikulum 1984 yang pada dasarnya merupakan

penyempurnaan dari kurikulum 1976. Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976.

Dengan berlakunya Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang

sistim pendidikan nasional yang menggariskan adanya muatan kurikulum

pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, sebagai bahan

kajian wajib kurikulum semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan (pasal

39). Kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun 1994

mengakomodasikan mata pelajaran pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan PPKn (Udin dan Dasim, 2012: 167-170).

Jadi dapat disimpulkan istilah dan isi kandungan mata pelajaran

Civics/ Pengetahuan Kewargaan, yang berubah menjadi Pendidikan

Kewargaan Negara, berubah kembali menjadi Pendidikan Moral

50

Pancasila, lalu Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, berkembang

dari tahun 1960-an sampai 2000-an.

2.2.4 Karakteristik PPKn dalam Kurikulum 2013

Karakteristik mata pelajaran pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 yakni: (1). Materi disajikan

tidak berdasarkan pada pengelompokkan menurut empat pilar

kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam

pembentukan karakter bangsa, (2). Materi disajikan berdasarkan

kebutuhan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab (taat

norma, asas, dan aturan). (3). Adanya kompetensi yang dituntut dari

peserta didik untuk melakukan tindakan nyata sebagai warga negara yang

baik. (4). Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan,

tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata dan sikap keseharian

(Kemendibud 2013).

Samsuri (2013) berpendapat dalam kuliah umum yang membahas

Paradigma Pendidikan Kewarganegaraa dalam Kurikulum 2013, aspek

penting dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kurikulum

2013 mengenai Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, mengikuti Gerhard

Himmelmann (2013), mengubah paradigma Pendidikan

Kewarganegaraan yang semula berfokus kepada program pengajaran dan

transfer pengetahuan kewarganegaraan menjadi pendekatan yang

menekankan sikap-sikap personal-individual, moral dan perilaku sosial

51

sebagaimana disposisi dan nilai-nilai bersama dari warga negara dalam

kehidupan bersama yang menghargai hak-hak asasi manusia dan

demokrasi di dunia yang penuh konflik. Pembelajaran dengan

pendekatan ilmiah melalui konsepsi lima M, memungkinkan perubahan

paradigma pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

dari pembelajaran pasif dan afirmatif kepada pembelajaran aktif,

kooperatif, dan kritis. Pembentukan karakter warga negara tidak cukup

menjadi baik yang ditandai oleh sikap loyal dan kepatuhan terhadap

kekuasaan pemerintah, tetapi peserta didik dihantarkan kepada

pengalaman-pengalaman dan praktik konsep-konsep kehidupan

berbangsa dan bernegara dalam ruang kelas dan luar kelas.

2.2.5 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kelas IX dalam Mata

Pelajaran PPKn

Tabel 1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PPKn Kelas IX

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 1. Menghargai dan

menghayatiajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghayati perilaku beriman,dan bertaqwa kepada TuhanYME dan berakhlak mulia dalam kehidupan di lingkungan pergaulan antar bangsa

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan

2.1 Menunjukkan penghargaan terhadap keluhuran nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

2.2 Menghargai hukum yang berlaku dalam masyarakat sebagai wahana perwujudan keadilan dan kedamaian

2.3 Menunjukkan sikap toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia

2.4 Meneladani semangat dan komitmen sumpah pemuda sebagai perekat kebangsaan

52

lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pemuda pada saat mendeklarasikan Sumpah Pemuda tahun 1928

2.5 Menghayati semangat dan komitmen persatuan dan kesatuan nasional dalam mengisi dan mempertahankan NKRI

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3.1 Menelaah dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa

3.2 Menelaah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

3.3 Menelaah norma hukum dan sistem penegakkan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara

3.4 Mengemukakan perbedaan baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku, dan bersikap sesuai dengan kandungan nilai dan moral Pancasila

3.5 Memecahkan masalah-masalah yang muncul dalamm keberagaman masyarakat

3.6 Memahami konteks kesejarahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

4. Mengolah, menyaji, dan menalardalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

4.1 Menyajikan dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa sesuai dinamika perkembangan jaman

4.2 Menyajikan tulisan tentang pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

4.3 Melaksanakan kewajiban dan menegakkan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

4.4 Menampilkan contoh sikap, tutur kata, dan perilakuyang baik, sesuai dengan kandungan nilai dan moral Pancasila dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat, bangsa dan negara

4.5 Merumuskan dan mengemukakan ide,gagasanpenyelesaian masalah yang muncul dalam keberagaman masyarakat

4.6 Menampilkan kajian dinamika penguatan komitmen mempertahankan NKRI dalam konteks kesejarahan

(Sumber:Kemendikbud 2013 Tentang Kompetensi Dasar SMP/MTs)

53

Dari beberapa Kompetensi diatas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 1.1 menghayati perilaku beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia dalam kehidupan di lingkungan

pergaulan antar bangsa, 2.3 menghargai hukum yang berlaku dalam

masyarakat sebagai wahana perwujudan keadilan dan kedamaian, 3.3

memahami aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat

dan bernegara, 4.3 menyaji hasil telaah tentang aturan hukum yang

berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2.3 Kurikulum 2013

2.3.1 Pengertian kurikulum

Pengertian kurikulum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Ibrahim dkk (2011:2) kurikulum dalam pendidikan diartikan

sebagai sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh

seorang peserta didik dari awal sampai akhir program pelajaran untuk

memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. Sedangkan menurut

Oemar (2010:10) kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan

oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi peserta didik.

Jadi dapat disimpulkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan yang disediakan lembaga pendidikan (sekolah) dalam

54

sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dari

awal hingga akhir semester untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan

tertentu.

2.3.2 Fungsi Kurikulum

Menurut Ibrahim dkk (2011:9-10) fungsi kurikulum bagi peserta

didik sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yakni: (1).

Fungsi penyesuaian, kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu

mengarahkan peserta didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu

mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial, (2). Fungsi integrasi, kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh, (3).

Fungsi diferensasi, kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu

memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu peserta didik. (4).

Fungsi persiapan, kurikulum sebagai alat pendidikan mampu

mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke jenjang

berikutnya, (5). Fungsi pemilihan, kurikulum sebagai alat pendidikan

harus mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan

minatnya dan (6). Fungsi diagnostik, kurikulum sebagai alat pendidikan

harus mampu membantu dan mengarahkan peserta didik untuk dapat

memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang

dimilikinya.

55

Menurut pendapat diatas fungsi kurikulum dimaksudkan sebagai

peyesuaian membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan baik fisik maupun sosial, integrasi dimaksudkan membentuk

peserta didik secara utuh, diferensasi dimaksudakan memberikan

pelayanan kepada peserta didik dengan memperhatikan perbedaannya,

persiapan dimaksudkan membekali peserta didik untuk melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pemilihan bermaksud memberikan

hak peserta didik dalam menentukan program belajar yang sesuai

keinginan dan minatnya serta diagnostik bermaksud untuk membantu

peserta didik dalam memahami kelemahan dan potensi dirinya.

2.3.3 Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Menurut Mulyasa (2013:64-65), pengembangan kurikulum 2013

dilandasi secara filosofis, yuridis dan konseptual. (1). Landasan filosofis,

filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam

pembangunan pendidikan dan filosofi pendidikan yang berbasis pada

nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan

masyarakat. (2). Landasan yuridis, RPJMM 2010-2014 Sektor

Pendidikan, tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan

kurikulum, PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,

INPRES Nomor 1 tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan prioritas

pembangunan nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode

pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk

membentuk daya saing dan karakter bangsa. (3). Landasan konseptual,

56

relevansi pendidikan, kurikulum berbasis kompetensi dan karakter,

pembelajaran kontekstual, pembelajaran aktif, dan penilaian yang valid,

utuh dan menyeluruh.

Pendapat lain oleh Kunandar (2013:31-44) kerangka dasar

kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan tiga landasan, yakni:

landasan filosofis, landasan teoritis dan landasan yuridis.

a. Landasan filosofis, dalam pengembangan kurikulum menentukan

kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi

dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian

hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan

lingkungan alam dan sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan

dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan

seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas

yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan filosofi sebagai berikut:

(1). Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun

kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang, (2). Peserta didik

adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif, (3). Pendidikan ditujukan

untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecermelangan

akademik melalui pendidikan disiplin ilmu, (4). Pendidikan untuk

membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari

masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan

57

berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian dan berpartisipasi untuk

membangun kehidupan masyarakat dan bangsa lebih baik.

b. Landasan teoritis, kurikulum 2013 dikembangkan atas teori

“pendidikan berdasarkan standar” dan teori kurikulum berbasis

kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk

memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik

dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,

berketrampilan, dan bertindak.

c. Landasan Yuridis, (UUD 1945, UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, UU No 17 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan

yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

dan, Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan sebagimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah No 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Dari pembahasan para ahli diatas dapat disimpulkan landasan

pengembangan kurikulum 2013 adalah landasan filosofis, landasan

yuridis, landasan konseptual dan landasan Teoritis. Dimana segala

landasan tersebut diperhatikan dengan baik untuk mencapai tujuan

kurikulum 2013.

58

2.3.4 Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan

peradaban dunia (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia No. 70 Tahun 2013). Secara garis besar, kurikulum

2013 memiliki karakteristik sebagai berikut: (1). Pendekatan, pendekatan

kurikulum 2013 menganut pendekatan ekletif, yakni pendekatan dalam

pengembangan kurikulum yang memadukan berbagai desain dalam

pengembangannya. Untuk sekolah menengah pertama desain yang

diterapkan adalah desain yang berpusat pada bidang studi dengan varian

desain berdasarkan pengelompokan bidang studi, (2) Kompetensi,

kurikulum 2013 dilihat dari sisi tujuan berbasis pada kompetensi

mencakup kompetensi yang memadukan sikap, perilaku (karakter),

pengetahuan dan ketrampilan termasuk ketrampilan berfikir. Rumusan

kompetensi dalam kurikulum ini didasarkan pada perpaduan ketiga

kompetensi belajar, yakni kompetensi sikap dan perilaku yang diwarnai

nilai-nilai agama dan sosio-kultural, kompetensi pengetahuan dan

kompetensi psikomotor, (3) Isi kurikulum, untuk SMP dan sederajad

sejalan dengan pendekatan yang dianutnya pemilihan isi kurikulum

berdasarkan bidang studi yang dikelompokkan dan dipandang esensial

dan sejalan dengan kompetensi yang dibutuhkan peserta didik dalam

59

menghadapi berbagai tantangan dan perkembangan dimasa akan datang.

(4) Pembelajaran, pembelajaran kurikulum 2013 berpusat kepada peserta

didik. Kurikulum 2013 memfokuskan kepada empat tahapan

pembelajaran mulai dari mengamati, menanyakan, melakukan percobaan,

mengumpulkan dan menghubungkan informasi, dan

mengkomunikasikan, (5). Penilaian, penilaian yang dikembangkan harus

sejalan dengan tujuan yang dinyatakan dalam kompetensi yang

mencakup ketiga kompetensi belajar, yakni: sikap dan perilaku,

pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian yang dipilih dan dikembangkan

harus bersifat terintegrasi sehingga mampu menilai baik proses dan hasil

belajar peserta didik dalam ketiga kompetensi belajar tersebut (Wachyu,

2014:21-30).

Karakteristik Kurikulum 2013 juga terlihat pada penyempurnaan

pola pikir kurikulum 2013, sebagai berikut: (1). Pola pembelajaran yang

berpusat kepada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik,

(2). Pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif (interaktif

guru-pesertadidik-masyarakat-lingkungan alam-sumber/media lainya),

(3). Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring

(peserta didik dapat menimba ilmu dari mana saja dan dari siapa saja),

(4). Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif (pembalajaran

aktif diperkuat dengan metode pembelajaran sains), (5) Pola belajar

sendiri menjadi belajar kelompok, (6). Pola pembelajaran alat tunggal

menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia, (7). Pola pembelajaran

60

berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan dengan memperkuat

pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik, (8).

Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu

pengetahuan jamak, (9). Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran

kritis (Kunandar, 2013: 23-24).

Jadi dapat disimpulkan karakteristik Kurikulum 2013 adalah

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan penilaian yang

menyeluruh untuk mencapai tiga kompetensi tujuan belajar meliputi

aspek: sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

2.4 Penelitian Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian “Pengelolaan

Pembelajaran PPKn Berdasarkan Kurikulum 2013 Dalam Materi “Kepatuhan

Terhadap Hukum” Di SMP Negeri 5 Salatiga Kelas IX Semester Ganjil

Tahun Ajaran 2015-2016 ” sebagai berikut.

a. Shinta Pertiwi, dalam skripsinya Tahun 2014 tentang Pemahaman dan

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

melalui Scientific Approach Kurikulum 2013 di Kelas VII B SMP Negeri

1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 menyimpulkan bahwa: 1)

Pemahaman pembelajaran dengan menggunakan Scientific Approach

sudah diterapkan guru dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik

aktif dan kreatif. Hampir semua peserta didik kelas VII B SMP Negeri 1

Surakarta memenuhi indikator pemahaman Scientific Approach. Hal ini

bisa dikatakan bahwa pemahaman Scientific Approach berdasarkan

61

kurikulum 2013 peserta didik kelas VII B SMP Negeri 1 Surakarta cukup

bagus; 2) Pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan yang diterapkan guru di kelas sesuai dengan indikator

pelaksanaan Scientific Approach berdasarkan kurikulum 2013. Hampir

semua peserta didik kelas VII B pada proses pembelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan dalam melakukan kegiatan belajar yang

diterapkan guru sangat aktif. Hal ini bisa dikatakan bahwa pelaksanaan

Scientific Approach pada proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan di kelas VII B SMP Negeri 1 Surakarta cukup baik.

b. Saefudin M.Pd (Tanpa Tahun) dalam penelitiaanya tentang Pelaksanaan

Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Ketanggunan. Berdasarkan laporan

pendampingan implementasi Kurikulum 2013 dapat disimpulkan sebagai

berikut. (1). Sudah ada perubahan guru kearah positif dengan adanya

pendampingan. Hal itu, terindikasi dengan hasil rata-rata baik dalam: (a).

Pemahaman guru terhadap buku pedoman guru dan buku teks pelajaran,

(b). Pemahaman guru terhadap proses dan penilaian pembelajaran, (c).

Menyusun RPP, (d). Pelaksanaan pembelajaran dan (e). Pelaksanaan

penilaan pembelajaran meski dengan beberapa catatan, (2). Guru merasa

bersemangat ketika ada pendampingan dan pendamping menjadi mediator

bagi guru ketika menemukan kebuntuan dalam MGMP terutama

penyusunan RPP, (3) Sebagian guru masih bingung dalam

mengakomodasikan penilian sikap, baik sikap spiritual maupun sosial,

karena menafsirkan satu KD pada KI 1 dan KI 2 seakan akan semua aspek

62

dinilai sekaligus dalam pembelajaran, sehingga menyiapkan sejumlah

instrumen penilaian sikap yang sulit dilaksanakan dan terkesan

membebani, (4). Kecenderungan guru akan berupaya menyusun RPP dan

melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya selagi dimonitoring.

c. Resmaningrum Yuni Haryono Tahun 2015 dalam penelitiannya tentang

Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di

SMPN 4 Kalasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka

memperoleh hasil sebagai berikut: (1). Dalam aspek perencanaan

pembelajaran berdasarkan data yang diperoleh dikatagorikan baik dengan

rata-rata ketercapaian 88,75%. (2) Dalam aspek pelaksanaan pembelajaran

berdasarkan data yang diperoleh dikatagorikan sangat baik dengan rata-

rata ketercapaian 88,55%. Dalam pelaksanaanya semua guru sudah

menerapkan pendekatan scientific dan menggunakan berbagai media serta

mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia disekolah

dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dikelompokkan dengan

tiga kegiatan besar yakni, pendahuluan, inti dan penutup, (3). Dalam aspek

penilaian pembelajaran berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian

dikatagorikan sangat baik dengan rata-rata ketercapaian sebesar 86, 25%.

Semua guru sudah melaksanakan penelian otentik dan tindak lanjut hasil

pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Penilaian otentik meliputi

kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil penelitian di SMP N

Kalasan dapat dikatagorikan baik dalam segi perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran, akan tetapi terdapat

63

kendala yang dialami adalah penilaian. Walaupun demikian semua guru

sudah menerapkan penilaian otentik. Kendala tersebut di diatasi dengan

pelatihan secara MGMP, membaca literatur mengenai penilaian,

melakukan evaluasi dengan guru bahasa Indonesia.