BAB II MAKALAH - Institutional...
Transcript of BAB II MAKALAH - Institutional...
3
BAB II
MAKALAH
Makalah I.
Judul : Pengambilan Keputusan untuk Penilaian Kinerja Menggunakan
Analytic Hierarchy Process (AHP)
Dipresentasikan : Seminar Nasional Matematika yang diselenggarakan oleh
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY tanggal
18 Mei 2013
Publikasi : Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA UNY 18 Mei 2013. ISBN 978-979-968880-7-1.
Makalah II.
Judul : Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam
Evaluasi Kinerja Karyawan
Dipresentasikan : Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII UKSW
2013 yang diselenggarakan oleh Fakultas Sains dan Matematika
UKSW tanggal 15 Juni 2013
Publikasi : Prosiding Seminar Nasional Matematika VIII UKSW 15 Juni
2013”. ISSN 2087-0922 Vol.4 No.1, 15 Juni 2013.
4
MAKALAH 1
Yogyakarta, 22 April 2013
Ketua Panitia
Dr. Hari Sutrisno
NIP. 19670407 199203 1 002
PANITIA SEMINAR NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Sekretariat: FMIPA UNY, Karangmalang, Yogyakarta 55281
Telp. (0274)565411, 586168 ext.217; Fax. (0274) 548203
No. : 006/PAN.SEMNASMIPA/LL/IV/2013 Yogyakarta, 22 April 2013 Lampiran
Hal
: -
: Undangan Pemakalah
Kepada Yth. :
Sinta Arifin Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Pemuda no.25 Salatiga Jawa Tengah [email protected]
Dengan hormat,
Dengan ini kami sampaikan bahwa makalah Bapak/Ibu dengan judul :
PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK PENILAIAN KINERJA
MENGGUNAKAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
telah kami terima dan dapat dipresentasikan pada Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan, dan Penerapan MIPA tanggal 18 Mei 2013 di FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta. Demikian, atas kerjasama yang baik dari bapak/Ibu kami sampaikan
terimakasih.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-135
PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK PENILAIAN KINERJA MENGGUNAKAN ANALYTIC
HIERARCHY PROCESS (AHP)
Sinta Arifin 1)
, Lilik Linawati 2)
, Tundjung Mahatma3)
1)
Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW 2),3)
Dosen Program Studi Matematika FSM UKSW
email : 1)
Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga 50711
Abstrak Penilaian kinerja pada umumnya bertujuan untuk mengevaluasi kemajuan atau
perkembangan prestasi kerja karyawan. Aspek penilaian terhadap kinerja karyawan
berbeda-beda sesuai dengan tingkat kepentingan masing-masing institusi. Analisis
penilaian kinerja karyawan dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya
yaitu metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikaji dalam makalah ini. AHP
adalah suatu model yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dan sering digunakan
untuk mendukung pengambilan keputusan berbagai persoalan. AHP bertujuan untuk
menyelesaikan masalah yang kompleks atau tidak berkerangka dimana data dan
informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, serta memilih yang terbaik
dari sejumlah alternatif yang telah dievaluasi dengan memperhatikan beberapa kriteria.
Dalam makalah ini, AHP disusun untuk menganalisis penilaian pretasi kinerja
karyawan, dalam hal ini model hirarki terdiri dari dua alternatif keputusan yaitu secara manajerial dan teknis, dimana masing-masing alternatif terdiri dari berbagai kriteria
antara lain kerjasama, kejujuran, disiplin, dan pengetahuan. Selanjutnya dihasilkan
vektor prioritas dari kriteria yang ada, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
besarnya persentase peningkatan prestasi kerja seseorang.
Kata kunci: penilaian kinerja, metode pengambilan keputusan, Analytic Hierarchy
Process (AHP)
Pendahuluan
Organisasi dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tingkah laku yang berbeda-beda
dimana perilaku tersebut mempengaruhi kinerja masing-masing orang di dalam organisasi. Untuk meningkatkan kualitas suatu pekerjaan atau profesi maka diperlukan penilaian kinerja. Menurut
Gomes, dilihat dari titik acuan penilaiannya, terdapat tiga tipe kriteria penilaian kinerja yang
berbeda, yaitu: penilaian kinerja berdasarkan hasil, penilaian kinerja berdasarkan perilaku, dan penilaian kinerja berdasarkan judgement (pertimbangan-pertimbangan tertentu) [6]. Penilaian
kinerja berdasarkan ketiga kriteria penilaian kinerja tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode, salah satunya menggunakan metode Analytic Hierarchy Process.
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dan digunakan dalam pengambilan keputusan berbagai
persoalan. AHP bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang kompleks, atau tidak berkerangka,
dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit untuk memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif yang telah dievaluasi dengan memperhatikan beberapa kriteria [5].
Pimpinan perlu mengkaji lebih dalam dengan menerapkan metode-metode pengambilan keputusan.
M -
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-136
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji penerapan AHP sebagai cara yang valid dan alat untuk mengambil keputusan dalam permasalahan penilaian kinerja karyawan.
Analytic Hierarchy Process (AHP)
Secara khusus, AHP digunakan dalam pengambilan keputusan yang melibatkan
perbandingan elemen kriteria yang sulit untuk dinilai secara kuantitatif. Hal ini berdasarkan asumsi
bahwa reaksi natural manusia ketika menghadapi pengambilan keputusan yang kompleks adalah mengelompokkan elemen-elemen keputusan tersebut menurut karakteristiknya secara umum.
Pengelompokan ini meliputi pembuatan hirarki (ranking) dari elemen-elemen kriteria kemudian
melakukan perbandingan antara setiap pasangan dalam setiap kelompok dalam suatu matriks [4].
Prinsip dari AHP adalah memecah-mecah suatu situasi yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terstruktur. Untuk memahami prinsip-prinsip dasar
AHP, langkah pertama yaitu mendefinisikan permasalahan dengan cara menentukan tujuan,
kriteria, dan alternatif keputusan [4]. Selanjutnya, permasalahan disusun ke dalam hierarki agar permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detil dan terukur. Pada struktur hierarki,
tujuan utama sebagai tingkat teratas, kemudian dijabarkan dalam beberapa kriteria yang cocok pada
tingkat berikutnya. Selanjutnya, kriteria-kriteria dijabarkan lagi menjadi beberapa alternatif yang
diinginkan, seperti tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Hierarki Lengkap [1]
Langkah selanjutnya adalah penyusunan prioritas setiap entri masalah pada hierarki. Untuk itu
terlebih dahulu disusun matriks perbandingan berpasangan. Matriks perbandingan berpasangan
adalah matriks timbal balik yang elemen-elemennya adalah nilai pembobotan yang didasarkan pada skala Saaty [1], seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 : Skala Saaty untuk Perbandingan Berpasangan [2]
Matriks perbandingan berpasangan disusun sebagai berikut :
A = [ai j], dengan ai j = 1
𝑎𝑗𝑖 untuk i ≠ j atau ai j = 1 untuk i = j dimana nilai i, j = 1, 2, …, n.
(1)
Selanjutnya dilakukan normalisasi terhadap matriks A, misalkan menjadi matriks P, untuk
kemudian menentukan vektor prioritas R.
Matriks P, hasil normalisasi matriks A, adalah :
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-137
P = [pi j] , pi j = 𝑎 𝑖𝑗
𝐴𝑗 untuk i ≠ j dan pi j =
1
𝐴𝑗 untuk i = j , dengan Aj = , j = 1, 2, …,n (2)
Vektor prioritas R adalah vektor kolom dengan elemen baris ke-i adalah rata-rata dari elemen
baris ke-i matriks P dalam bentuk bilangan desimal.
R = [ ri ] dengan ri =
(3)
Setelah diperoleh vektor prioritas untuk masing-masing kriteria dan alternatif, maka dapat ditentukan nilai prestasi kinerja karyawan dan persentase kenaikan nilai prestasi kerja karyawan.
Penilaian Prestasi Kinerja Karyawan
Menggunakan vektor prioritas yang telah diperoleh pada langkah sebelumnya, maka dapat
ditentukan nilai prestasi kinerja karyawan (Zk) yang diperoleh dari jumlahan perkalian elemen
vektor prioritas kriteria dengan elemen vektor prioritas alternatif yang bersesuaian dan nilai kuisioner, dapat dirumuskan sebagai berikut :
K = himpunan kriteria
AK = himpunan alternatif pada kriteria K (4)
Si = alternatif ke-i pada kriteria K yang bersesuaian
Persentase kenaikan nilai prestasi kerja karyawan (Zp), dihitung dengan rumus berikut :
(5)
dengan ZS = nilai kerja standar yang ditetapkan oleh institusi.
Penerapan AHP untuk Evaluasi Kinerja
Penelitian ini mengkaji data evaluasi kinerja karyawan suatu institusi pendidikan di
Salatiga. Tujuannya adalah untuk mencari besarnya presentase kenaikan nilai prestasi kerja
karyawan terhadap nilai standar yang ditentukan oleh institusi tersebut, menggunakan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP). Data yang dianalisis adalah hasil kuisioner penilaian atasan terhadap staf yang dibawahnya untuk beberapa kompetensi kerja karyawan. Terdapat 10 aspek
kompetensi yang dinilai, dengan penilaian seperti tabel 1.1.
Tabel 1.1 : Penilaian Kinerja Karyawan Tingkat Pencapaian Deskripsi
1 = Tidak Setuju Kinerja sangat buruk, tidak dapat diperbaiki
2 = Kurang Setuju Kinerja tergolong buruk namun masih dapat diperbaiki
3 = Cukup Kinerja cukup dan memenuhi persyaratan dasar
4 = Setuju Kinerja bagus dan lebih dari yang diharapkan
5 = Sangat Setuju Kinerja sangat bagus, dan selalu lebih dari yang diharapkan
Penerapan AHP untuk menganalisis hasil evaluasi kinerja karyawan dilakukan dalam 2
tahap, yaitu menganalisis data menggunakan AHP untuk mendapatkan vektor prioritas, dan selanjutnya hasil AHP digunakan untuk menentukan Zk dan Zp.
A. Proses AHP.
1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan.
Tujuan utama : Penilaian Prestasi Kinerja
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-138
Kriteria, dalam permasalahan ini adalah kriteria yang dituntut oleh instansi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi, yaitu :
Kompetensi Manajerial ( soft competency ) yaitu jenis kompetensi yang berkaitan dengan
kemampuan untuk mengelola karyawan, dan membangun interaksi dengan orang lain [3].
Kompetensi Teknis ( hard competency ) yaitu kompetensi yang berkaitan dengan
kemampuan fungsional pekerjaan yang berhubungan dengan seluk beluk teknis yang
berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni [3]. Alternatif keputusan, dijabarkan dari masing-masing kompetensi meliputi aspek-aspek
berikut :
Kompetensi Manajerial : kerjasama, kejujuran, ramah dan sopan, keterbukaan,
kepedulian, prakarsa.
Kompetensi Teknis : disiplin, keterampilan dan pengetahuan, kerja ekstra, tanggung
jawab.
2. Hasil penjabaran tujuan dan kompetensi di atas disusun sebuah hirarki dari elemen yang kompleks ke elemen yang sederhana dan terukur, seperti gambar 2.
Gambar 2. Hirarki Penilaian Prestasi Kinerja Karyawan
3. Penyusunan prioritas untuk tiap entri dalam hierarki, yaitu : bidang Kriteria (K), Kompetensi
Manajerial (AM), dan pada Kompetensi Teknis (AT). K = {Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial}
AT = {disiplin, keterampilan dan pengetahuan, kerja ekstra, tanggung jawab}
AM = {kerjasama, kejujuran, ramah dan sopan, keterbukaan, kepedulian, prakarsa}
3.1. Kompetensi Manajerial
Ketentuan dalam penilaian kompetensi manajerial menggunakan skala Saaty pada Tabel 1 dideskripsikan sebagai berikut (angka di dalam kurung merujuk pada nilai skala Saaty) :
Kejujuran, keterbukaan, dan kepedulian dianggap cukup penting (3) dibandingkan dengan
kerjasama, tetapi kejujuran cukup penting ke sangat penting (4) dibandingkan dengan
ramah dan sopan dan keterbukaan. Di lain hal, kejujuran dianggap cukup penting (3) dibandingkan kepedulian dan cukup penting ke sangat penting (4) dibanding prakarsa, serta
sangat penting (5) dibandingkan prakarsa. Kerjasama, kepedulian, dan prakarsa adalah
cukup penting (3) dibandingkan dengan ramah dan sopan. Kerjasama cukup penting ke sangat penting (4) dibanding prakarsa, sama halnya dengan kepedulian cukup penting (3)
dibanding keterbukaan dan prakarsa. Keterbukaan sama penting ke cukup penting (2)
dibanding dengan ramah dan sopan dan prakarsa. Prakarsa cukup penting (3) dibandingkan dengan ramah dan sopan.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-139
𝐴 =
1
1
3 3
1
3
1
3 4
3 1 4 4 3 51
3
1
4 1
1
2
1
3
1
3
3 1
4 2 1
1
3 2
3 1
3 3 3 1 3
1
4
1
5 3
1
2
1
3 1
Berdasarkan matriks A disusun matriks P menggunakan rumus-2, selanjutnya menggunakan rumus-3 disusun vektor prioritas Kompetensi Manajerial (RM).
𝑃 =
12
127
10
71
3
16
1
28
1
16
6
2337
127
30
71
1
4
3
7
9
16
15
464
127
15
142
1
16
3
56
1
16
1
4636
127
15
142
1
8
3
28
1
16
3
2336
127
10
71
3
16
9
28
3
16
9
463
127
6
71
3
16
3
56
1
16
3
46
𝑅𝑀 =
(
12
127+
10
71+
3
16+
1
28+
1
16+
6
23)/6
(37
127+
30
71+
1
4+
3
7+
9
16+
15
46)/6
(4
127+
15
142+
1
16+
3
56+
1
16+
1
46)/6
(36
127+
15
142+
1
8+
3
28+
1
16+
3
23)/6
(36
127+
10
71+
3
16+
9
28+
3
16+
9
46)/6
(3
127+
6
71+
3
16+
3
56+
1
16+
3
46)/6
=
0.13030.33560.05600.13570.21940.0790
3.2. Kompetensi Teknis
Ketentuan dalam penilaian secara teknis menggunakan skala Saaty pada Tabel 1 dideskripsikan sebagai berkut (angka di dalam kurung merujuk pada nilai skala Saaty) :
Keterampilan dan pengetahuan cukup penting (3) dibandingkan dengan kerja ekstra dan
tanggung jawab serta sangat penting (5) dibandingkan dengan disiplin. Tetapi kerja ekstra cukup penting ke sangat penting (4) dibandingkan dengan tanggung jawab ketika tanggung
jawab cukup penting (3) dibandingkan dengan disiplin. Disiplin cukup penting ke sangat
penting (4) dibandingkan dengan kerja ekstra.
Dalam Kompetensi Teknis, langkah-langkah penyelesaian untuk mencari nilai vektor
prioritasnya adalah sama dengan cara pencarian vektor prioritas Kompetensi Manajerial,
dan didapat vektor prioritas Kompetensi Teknis (RT) seperti berikut.
𝑅𝑇 =
0.18500.45000.20170.1633
3.3 Kriteria
Dalam hal Kriteria, Kompetensi Teknis sangat penting (5) dibanding Kompetensi
Manajerial. Langkah-langkah penyelesaian dalam mencari nilai vektor prioritas Kriteria
adalah sama dengan cara pencarian vektor prioritas bidang kompetensi dan didapat vektor proritas Kriteria (RK) seperti berikut.
𝑅𝐾 = 0,83330,1667
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013
M-140
Setelah ketiga vektor prioritas pada bidang Kriteria, Komptensi Manajerial, dan Kompetensi Teknis
diperoleh, maka dilanjutkan untuk menghitung penilaian prestasi kinerja karyawan.
B. Perhitungan Penilaian Prestasi Kinerja Karyawan Perhitungan penilaian prestasi kinerja seorang karyawan menggunakan rumus-4, untuk setiap
aspek penilaian. Sebagai contoh : seorang pegawai “X” yang mempunyai data hasil penilaian terhadap 10 aspek yang dinilai berdasarkan tabel 1.1, yaitu : 5, 4, 4, 4, 4, 4, 3, 3, 3, 4 maka diperoleh nilai prestasi kinerja “X” seperti tabel 5. Tabel 5. Tabel Penilaian Prestasi Kinerja
Faktor Penilaian Bobot x Nilai Skor
Kompetensi Teknis :
Disiplin 0,8333 x 0,1850 x 5 0,7708
Keterampilan dan pengetahuan 0,8333 x 0,4500 x 4 1,4999
Kerja ekstra 0,8333 x 0,2017 x 4 0,6723
Tanggung jawab 0,8333 x 0,1633 x 4 0,5443
Kompetensi Manajerial :
Kerjasama 0,1667 x 0,8445 x 4 0,5631
Kejujuran 0,1667 x 2,5465 x 4 1,6980
Ramah dan sopan 0,1667 x 0,3507 x 3 0,1754
Keterbukaan 0,1667 x 0,9536 x 3 0,4769
Kepedulian 0,1667 x 1,5343 x 3 0,7673
Prakarsa 0,1667 x 0,4877 x 4 0,3252
Nilai Prestasi Kerja : 7,4932
Nilai prestasi kerja karyawan “X” adalah Zk = 7,4932. Jika ditentukan nilai standar kerja (ZS) adalah
6, maka persentase kenaikan prestasi kerja berdasarkan rumus-5 adalah sebesar 24,8867%, artinya karyawan “X” mengalami peningkatan kinerja sebesar ZP = 24,8867% dari nilai batas kerja standar
yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan diatas, maka hasil evaluasi kinerja karyawan yang
berbentuk kualiatif dari suatu organisasi dapat diubah menjadi bentuk kuantitatif menggunakan bantuan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk pengambilan keputusan dalam permasalahan penilaian kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bab III. Teori Hierarki Analitik. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d5051_0611059
_chapter3.pdf. Diakses pada tanggal 12 Februari 2012 [2] Kong, Feng, Hongyan Liu. 2005. Applying Fuzzy Analytic Hierarchy Process To Evaluate
Success Factors Of E-Commerce. International Journal Of Information And Systems Sciences
Volume 1, Number 3-4, Pages 406-412. http://www.math.ualberta.ca/ijiss/SS-Volume-1-2005/No-3-05/SS-05-03-22.pdf. Diakses pada tanggal 16 April 2012
[3] Kuswantoro, Agung. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi.
http://agungbae123.wordpress.com/2011/06/01/manajemen-sumber-daya-manusia-berbasis-
kompetensi. Diakses pada tanggal 17 April 2013 [4] Modul 6. Proses Hirarki Analitik. http://www.scribd.com/doc/60829972/2908406-Modul-6-
Analytic-Hierarchy-Process. Diakses pada tanggal 18 Mei 2012
[5] Sulisworo, Dwi. 2009. Analisis Hierarki Proses. http://blog.uad.ac.id/sulisworo/2009/04/16/ analisis-hierarki-proses. Diakses pada tanggal 18 Mei 2012
[6] Weblog Ask. 2012. Penilaian Kinerja. http://weblogask.blogspot.com/2012/07/penilaian-
kinerja.html. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2012
5
MAKALAH 2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
459
PENERAPAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
DALAM EVALUASI KINERJA KARYAWAN
Sinta Arifin
1), Lilik Linawati
2), Tundjung Mahatma
3)
1)Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW 2),3)
Dosen Program Studi Matematika FSM UKSW
Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga 50711
email : 1)
Abstrak Penilaian kinerja karyawan dalam sebuah organisasi dapat dianalisis menggunakan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP). Dalam hal ini ditentukan dua kriteria penilaian yaitu kompetensi teknis dan kompetensi manajerial yang terdiri dari beberapa alternatif seperti
kerjasama, kejujuran, keterbukaan, kerja ekstra, keramahan dan kesopanan, prakarsa,
keterampilan dan pengetahuan, kepedulian, tanggung jawab, dan disiplin. Hasil analisis berupa
vektor prioritas, digunakan untuk menentukan besarnya persentase peningkatan prestasi kerja
karyawan terhadap standar kerja yang ada [1]. Pada makalah ini, AHP diterapkan untuk
menganalisis penilaian kinerja karyawan dengan menetapkan tiga kriteria kompetensi yaitu
kompetensi teknis, kompetensi dasar, dan kompetensi manajerial. Dalam kajian ini, vektor
prioritas yang diperoleh digunakan untuk menentukan nilai rasio konsistensi (CR) untuk
masing-masing kompetensi. Dari hasil perhitungan didapat nilai CR untuk kompetensi teknis
= 0,0640, CR untuk kompetensi dasar = 0,0781, dan CR untuk kompetensi manajerial =
0,0826, sementara suatu kriteria dikatakan konsisten apabila nilai konsistensinya berada
dibawah 0,1. Hasil perhitungan CR untuk pembagian kriteria atas dua kompetensi menghasilkan nilai CR untuk kompetensi teknis = 6,2410 dan nilai CR untuk kompetensi
manajerial = 0,1216. Berdasarkan nilai CR yang diperoleh, maka penilaian kinerja yang
menggunakan pembagian kriteria atas tiga kompetensi, yaitu kompetensi teknis, kompetensi
dasar, dan kompetensi manajerial, adalah lebih baik dibandingkan dengan pembagian kriteria
atas dua kompetesi (kompetensi teknis dan kompetensi manajerial).
Kata kunci: penilaian kinerja, kompetensi, Analytic Hierarchy Process (AHP), rasio
konsistensi
Pendahuluan
Penilaian kinerja adalah salah satu proses
dalam organisasi yang dilakukan untuk mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
karyawan. Penilaian kinerja pada umumnya
hanya didasarkan atas dua kriteria penilaian yaitu kompetensi teknis dan kompetensi
manajerial [1]. Pada makalah ini akan dikaji
penerapan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk penilaian kinerja
karyawan yang lebih khusus yaitu atas tiga
kriteria penilaian yang meliputi kompetensi
teknis, kompetensi dasar, dan kompetensi manajerial. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan model yang lebih baik dari
penerapan AHP untuk penilaian kinerja karyawan berdasarkan tiga atau dua kriteria
kompetensi berdasarkan nilai rasio
konsistensi.
AHP untuk Evaluasi Kinerja AHP dapat digunakan sebagai model
alternatif dalam menyelesaikan berbagai macam masalah, seperti evaluasi kinerja
[5]. Pengambilan keputusan dalam metode
AHP menggunakan beberapa tahap. Pada
tahap pertama didefinisikan permasalahan dengan cara menentukan tujuan, kriteria,
dan alternatif keputusan. Selanjutnya, pada
tahap kedua, permasalahan disusun ke dalam hierarki agar permasalahan yang
kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detil
dan terukur. Pada struktur hierarki, tujuan
utama berada pada tingkat teratas,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
460
kemudian dijabarkan dalam beberapa
kriteria yang cocok pada tingkat berikutnya.
Selanjutnya, kriteria-kriteria dijabarkan lagi
menjadi beberapa alternatif [1], seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur hirarki Penilaian Prestasi
Kinerja
Pada tahap ketiga dilakukan penyusunan
prioritas untuk setiap entri masalah pada
hierarki dengan menyusun matriks perbandingan berpasangan terlebih dahulu,
dimana nilai dari elemen-elemennya
didasarkan pada skala Saaty, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 : Skala Saaty untuk Perbandingan
Berpasangan [4] Skala
Saaty
Tingkat Kepentingan Relatif Dari Dua Sub-
Elemen
1 Sama pentingnya
3 Cukup penting dari nilai yang diatas
5 Sangat penting
7 Sangat-sangat penting
9 Paling penting
2, 4, 6, 8 Nilai tengah / peralihan
Matriks perbandingan berpasangan disusun
sebagai berikut :
A = [ai j], dengan ai j = 1
𝑎𝑗𝑖 untuk i ≠ j
atau ai j = 1 untuk i = j
dimana nilai i, j = 1, 2, …, n (1)
Selanjutnya dilakukan normalisasi terhadap
matriks A, misalkan menjadi matriks P,
untuk kemudian menentukan vektor prioritas R.
Matriks P, hasil normalisasi matriks A,
adalah:
P = [pi j] , pi j = 𝑎 𝑖𝑗
𝐴𝑗 untuk i ≠ j
dan pi j = 1
𝐴𝑗 untuk i = j,
dengan Aj = , j = 1 ,2,…, n (2)
Vektor prioritas R adalah vektor kolom
dengan elemen baris ke-i adalah rata-rata
dari elemen-elemen baris ke-i matriks P
dalam bentuk bilangan desimal. R = [ ri ] dengan ri = (3)
Uji Konsistensi
Dalam penggunaan AHP, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seorang
pengambil keputusan memberikan jawaban
yang konsisten atau tidak [5], yaitu : 1. Keterbatasan informasi
Apabila seorang pengambil keputusan
yang melakukan perbandingan dalam
AHP memiliki informasi yang terbatas mengenai faktor-faktor yang
diperbandingkan, maka penilaian yang
diberikan cenderung akan bersifat acak (random) yang mengakibatkan tingginya
rasio inkonsistensi. Oleh karena itu,
pihak yang memberikan penilaian perlu memiliki pengetahuan yang cukup
terhadap topik yang dianalisis.
2. Kurang konsentrasi
Kurangnya konsentrasi dan ketertarikan pada saat memberikan penilaian dapat
menyebabkan hasil penilaian yang tidak
konsisten. 3. Ketidakkonsistenan dalam dunia nyata
Dalam dunia nyata, banyak kasus yang
menunjukkan ketidakkonsistenan.
Sebagai contoh, dalam dunia olahraga, klub B mengalahkan klub A, dimana
sebelumnya klub A mengalahkan klub
C. Padahal pada pertandingan sebelumnya, klub C mengalahkan klub
B. Hal seperti itu juga mungkin muncul
dalam proses penilaian menggunakan AHP.
4. Struktur model yang kurang memadai
Keputusan yang kompleks disusun
secara hirarkis sehingga faktor yang diperbandingkan merupakan pilihan
yang berada pada level yang sama atau
memiliki elemen yang setara (comparable). Namun pada praktiknya,
kita sering membandingkan suatu faktor
dengan faktor lain yang levelnya
berbeda atau bukan merupakan pilihan yang dapat diperbandingkan.
Untuk mengetahui bahwa suatu keputusan
merupakan keputusan yang konsisten atau tidak, maka perlu dilakukan uji konsistensi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
461
terhadap matriks perbandingan
berpasangan, dengan mencari nilai rasio
konsistensi kriteria (CR), sebagai berikut :
, dimana
dan (4)
rj = elemen vektor prioritas kriteria ke-j Aj = vektor kolom ke-j dari matriks
perbandingan berpasangan
n = banyaknya alternatif keputusan
CI = indeks konsistensi RI = indeks acak CR = rasio konsistensi
Apabila CI bernilai nol, berarti matriks perbandingan berpasangan konsisten. Batas
ketidakkonsistenan yang ditetapkan diukur
dengan menggunakan rasio konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks
konsistensi dengan nilai indeks acak (RI)
yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory dan
kemudian dikembangkan oleh Wharton
School yang ditampilkan dalam Tabel 2.
Nilai ini bergantung pada ordo matrik n [2].
Tabel 2. Nilai Indeks Acak (RI) [2]
n R.I.
1 0
2 0
3 0.58
4 0.9
5 1.12
Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil kuisioner penilaian atasan
terhadap staf yang dibawahnya pada suatu
institusi pendidikan di Salatiga, untuk beberapa kompetensi kerja karyawan
dengan skala penilaian seperti pada Tabel
3[1].
Tabel 3 : Penilaian Kinerja Karyawan Tingkat
Pencapaian Deskripsi
1=Tidak Setuju Kinerja sangat buruk, tidak dapat
diperbaiki
2=Kurang Setuju Kinerja tergolong buruk namun masih
dapat diperbaiki
3=Cukup Kinerja cukup dan memenuhi persyaratan
dasar
4=Setuju Kinerja bagus dan lebih dari yang
diharapkan
5=Sangat Setuju Kinerja sangat bagus, dan selalu lebih
dari yang diharapkan
Langkah-langkah pengambilan keputusan
dalam penilaian kinerja menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan utama, kriteria, dan
alternatif keputusan. Tujuan utama : Penilaian Prestasi
Kinerja
Kriteria, dalam permasalahan ini adalah kriteria yang dituntut oleh instansi yang
dinyatakan dalam bentuk kompetensi
[3], yaitu:
Kompetensi Teknis (job-specific
competency) : karakteristik atas keterampilan dan kemampuan yang
terkait dengan pekerjaan yang
dilaksanakan.
Kompetensi Dasar (basic
competency) : karakteristik atas
keterampilan dan atau kemampuan
yang perlu dimiliki oleh semua
jabatan kompetensi.
Kompetensi Manajerial (professional
competency) : karakteristik atas
keterampilan dan kemampuan yang
terkait dengan luas sempitnya wawasan diri dan penguasaan
pendukung dalam melaksanakan
tugas. Alternatif keputusan, dijabarkan dari
masing-masing kompetensi meliputi
aspek-aspek berikut :
Kompetensi Teknis : kerjasama, kerja
ekstra,keterampilan dan pengetahuan.
Kompetensi Dasar : kejujuran,
keramahan dan kesopanan,
kepedulian, disiplin.
Kompetensi Manajerial: keterbukaan,
prakarsa, tanggung jawab.
2. Menyusun hirarki penilaian prestasi
kinerja.
n R.I.
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
10 1.49
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
462
Gambar 2. Hirarki Penilaian Prestasi Kinerja
Karyawan
3. Menyusun prioritas untuk setiap entri masalah.
Berdasarkan diagram hirarki penilaian
prestasi kinerja karyawan pada tahap kedua (Gambar 2), maka akan dilakukan
penyusunan prioritas untuk setiap entri
yang ada di dalam hierarki pada tahap
ketiga, yaitu : bidang Kriteria (K), Kompetensi Teknis (AT), Kompetensi
Dasar (AD), dan pada Kompetensi
Manajerial (AM).
K = {Kompetensi Teknis, Kompetensi
Dasar, Kompetensi Manajerial} AT = {kerjasama, kerja ekstra,
keterampilan dan pengetahuan}
AD = {kejujuran, keramahan dan
kesopanan, kepedulian, disiplin}
AM = {keterbukaan, prakarsa,
tanggung jawab}
Analisis dan Pembahasan
A. Penyusunan prioritas penilaian kinerja
karyawan.
1. Kompetensi Teknis
Ketentuan dalam penilaian kompetensi
manajerial menggunakan skala Saaty
dideskripsikan sebagai berikut (angka di dalam kurung merujuk pada nilai skala
Saaty) : Kerjasama dianggap cukup
penting ke sangat penting (4) dibandingkan kerja ekstra dan bernilai
cukup penting (3) dibandingkan
keterampilan dan pengetahuan,
sedangkan keterampilan dan pengetahuan cukup penting (3)
dibandingkan kerja ekstra.
Tabel 4. Perbandingan berpasangan pada
Kompetensi Teknis
Kompetensi
Teknis
Kerja sama
Kerja ekstra
Keterampilan dan
pengetahuan
Kerjasama 1 4 3
Kerja ekstra 1/4 1 1/3
Keterampilan dan pengetahuan
1/3 3 1
Menggunakan rumus (1), didapat
matriks perbandingan berpasangan
untuk Kompetensi Teknis adalah sebagai berikut.
𝐴 = 1 4 3
1/4 1 1/31/3 3 1
Berdasarkan matriks A disusun matriks
P menggunakan rumus (2), selanjutnya menggunakan rumus (3) disusun vektor
prioritas Kompetensi Teknis (RT).
𝑃 =
12/19 1/2 9/133/19 1/8 1/134/19 3/8 3/13
𝑅𝑇 = 0,60800,11990,2721
2. Kompetensi Dasar
Ketentuan dalam penilaian kompetensi dasar menggunakan skala Saaty
dideskripsikan sebagai berikut (angka di
dalam kurung merujuk pada nilai skala Saaty) : Kejujuran dianggap cukup
penting (3) dibandingkan kepeduliaan
dan disiplin dan bernilai cukup penting ke sangat penting (4) dibandingkan
keramahan dan kesopanan. Kepedulian
bernilai cukup penting (3) dibandingkan
keramahan dan kesopanan dan disiplin, dimana keramahan dan kesopanan
dianggap sama penting ke cukup penting
(2) dibandingkan disiplin.
Dalam Kompetensi Dasar, langkah-
langkah penyelesaian untuk mencari
nilai vektor prioritasnya adalah sama dengan cara pencarian vektor prioritas
Kompetensi Teknis, dan didapat vektor
prioritas Kompetensi Dasar (RD) seperti berikut.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
463
Tabel 5. Perbandingan berpasangan pada
Kompetensi Dasar
Kompetensi
Dasar
Kejujuran
Keramahan dan
kesopanan
Kepedulian
Disiplin
Kejujuran 1 4 3 3
Keramahan dan kesopanan
1/4 1 1/3 2
Kepedulian 1/3 3 1 3
Disiplin 1/3 1/2 1/3 1
𝑅𝐷 =
0,49210,13540,26860,1038
3. Kompetensi Manajerial Ketentuan dalam penilaian kompetensi
manajerial menggunakan skala Saaty
dideskripsikan sebagai berikut (angka di dalam kurung merujuk pada nilai skala
Saaty) : Tanggung jawab dianggap
sangat penting (5) dibandingkan
keterbukaan, dan bernilai cukup penting ke sangat penting (4) dibandingkan
prakarsa. Keterbukaan bernilai sama
penting ke cukup penting (2) dibandingkan prakarsa.
Dalam Kompetensi Manajerial, langkah-langkah penyelesaian untuk mencari
nilai vektor prioritasnya adalah sama
dengan cara pencarian vektor prioritas
Kompetensi Teknis, dan didapat vektor prioritas Kompetensi Manajerial (RM)
seperti berikut.
Tabel 6. Perbandingan berpasangan pada
Kompetensi Manajerial
Kompetensi
Manajerial
Keterbuk
aan Prakarsa
Tanggung
jawab
Keterbukaan 1 2 1/5
Prakarsa 1/2 1 1/4
Tanggung
jawab 5 4 1
𝑅𝑀 = 0,19250,39620,6768
4. Kriteria
Dalam hal kriteria, Kompetensi Dasar dinilai sangat penting (5) dibandingkan
Kompetensi Manajerial, dan bernilai
cukup penting (3) dibandingkan Kompetensi Teknis. Kompetensi Teknis
dianggap cukup penting (3)
dibandingkan Kompetensi Manajerial.
Tabel 7. Perbandingan berpasangan pada
Kriteria
Kriteria Teknis Dasar Manajerial
Teknis 1 1/3 5
Dasar 3 1 7
Manajerial 1/5 1/7 1
𝑅𝐾 = 0,28280,64340,0738
Setelah penyusunan prioritas penilaian kinerja karyawan dilakukan, selanjutnya
dilakukan uji konsistensi untuk mengetahui
apakah keputusan dalam masing-masing Kompetensi tersebut merupakan keputusan
yang konsisten atau tidak.
B. Uji konsistensi penilaian kinerja
karyawan
Setelah penyusunan vektor prioritas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji
konsistensi (CR) untuk masing-masing
Kompetensi menggunakan rumus (4). Secara umum, jika nilai CR kurang dari
10% atau 0,1, maka nilai tersebut dapat
dipertanggung jawabkan [2].
Tabel 8. Uji konsistensi masing-masing
Kompetensi atas tiga Kompetensi
Kompetensi Nilai Rasio Konsistensi
Teknis 0,0640
Dasar 0,0781
Manajerial 0,0566
Berdasarkan makalah Arifin, dkk (2013) dengan menggunakan pembagian kriteria
atas dua kompetensi, yaitu Kompetensi
Teknis dan Kompetensi Manajerial, dilakukan uji konsistensi untuk masing-
masing kompetensi dan diperoleh nilai CR
seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji konsistensi masing-masing
Kompetensi atas dua Kompetensi
Kompetensi Nilai Rasio Konsistensi
Teknis 6,2410
Manajerial 0,1216
Berdasarkan hasil nilai rasio konsitensi
pada Tabel 8 dan Tabel 9, penilaian kinerja
yang menggunakan pembagian kriteria atas
tiga Kompetensi, yaitu Kompetensi Teknis,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
464
Kompetensi Dasar, dan Kompetensi
Manajerial, memberikan nilai CR < 0,1,
adalah lebih baik dibandingkan dengan
pembagian kriteria atas dua Kompetesi, yaitu Kompetensi Teknis dan Kompetensi
Manajerial dengan nilai CR berada diatas
0,1.
Selain untuk uji konsistensi, nilai vektor
prioritas pada Kompetensi Teknis, Kompetensi Dasar, dan Kompetensi
Manajerial juga digunakan untuk mencari
besarnya nilai prestasi kinerja karyawan[1].
C. Penilaian prestasi kinerja karyawan
Menggunakan nilai vektor prioritas pada tahap ketiga, dapat ditentukan nilai prestasi
kinerja karyawan (Zk) yang diperoleh dari
jumlahan perkalian elemen vektor prioritas kriteria dengan elemen vektor prioritas
alternatif yang bersesuaian dan nilai
kuisioner, dapat dirumuskan sebagai berikut
[1]:
(5) K = himpunan kriteria AK = himpunan alternatif pada kriteria K
Si = alternatif ke-i pada kriteria K yang
bersesuaian
Persentase kenaikan nilai prestasi kerja
karyawan (Zp), dihitung dengan rumus
berikut : (6)
dengan ZS = nilai kerja standar yang ditetapkan oleh institusi.
Sebagai contoh : seorang pegawai “Y” mempunyai data hasil penilaian terhadap 10
aspek yang dinilai berdasarkan tabel 3,
yaitu : 5, 4, 4, 4, 4, 4, 3, 3, 3, 4. Maka nilai
prestasi kinerja “Y” menggunakan rumus (5) adalah seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Tabel Penilaian Prestasi Kinerja
Faktor Penilaian Bobot x Nilai Skor
Kompetensi Teknis :
Kerjasama 0,2828 x 0,6080 x 5 0,8597
Kerja ekstra 0,2828 x 0,1199 x 4 0,1356
Keterampilan dan pengetahuan
0,2828 x 0,2721 x 4 0,3078
Kompetensi Dasar :
Kejujuran 0,6434 x 0,4921 x 4 1,2665
Keramahan dan kesopanan
0,6434 x 0,1354 x 4 0,3485
Kepedulian 0,6434 x 0,2686 x 4 0,6913
Disiplin 0,6434 x 0,1038 x 3 0,2003
Kompetensi Manajerial :
Keterbukaan 0,0738 x 0,1925 x 3 0,0426
Prakarsa 0,0738 x 0,3962 x 3 0,0877
Tanggung jawab 0,0738 x 0,6768 x 4 0,1998
Nilai Prestasi Kerja : 4,1398
Nilai prestasi kerja karyawan “Y” adalah Zk
= 4,1398. Berdasarkan Tabel 3, maka
karyawan “Y” mempunyai kinerja yang bagus dan lebih dari yang diharapkan. Jika
ditentukan nilai standar kerja institusi
tersebut (ZS) adalah 3 (cukup), maka persentase kenaikan prestasi kerja
berdasarkan rumus (6) adalah sebesar
37,9933%, artinya karyawan “Y” mengalami peningkatan kinerja sebesar ZP
= 37,9933% dari nilai batas kerja standar
yang telah ditetapkan oleh institusi tersebut.
Kesimpulan
Penilaian kinerja karyawan menggunakan metode AHP atas tiga kriteria yaitu
Kompetensi Teknis, Kompetensi Dasar, dan
Kompetensi Manajerial menghasilkan nilai
konsistensi yang lebih baik yaitu berada dibawah 10% atau 0,1 dibandingkan dengan
pembagian kriteria atas dua kompetensi
yaitu Kompetensi Teknis dan Kompetensi Manajerial. Hal ini berarti bahwa penerapan
metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
atas tiga kriteria adalah lebih baik dan akurat dalam evaluasi kinerja karyawan.
Daftar Pustaka
[1] Arifin, Sinta, Lilik L. & Tundjung M.
2013. Pengambilan Keputusan Untuk
Penilaian Kinerja Menggunakan
Analytic Hierarchy Process (AHP). Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA 18
Mei 2013 [2] Bab III. Teori Hierarki Analitik.
http://repository.upi.edu/operator/uploa
d/s_d5051_0611059 _chapter3.pdf.
Diakses pada tanggal 12 Februari 2012 [3] Kismiyati, Titiek. Standar Kompetensi
Pustakawan. elib.unikom.ac.id/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VIII UKSW
465
download.php?id=6301. Diakses pada
tanggal 27 Mei 2013 [4] Kong, Feng, Hongyan Liu. 2005.
Applying Fuzzy Analytic Hierarchy
Process To Evaluate Success Factors Of E-Commerce. International Journal
Of Information And Systems Sciences
Volume 1, Number 3-4, Pages 406-412. http://www.math.ualberta.ca/
ijiss/SS-Volume-1-2005/No-3-05/SS-
05-03-22.pdf. Diakses pada tanggal 16
April 2012 [5] Modul 6. Proses Hirarki Analitik.
http://www.scribd.com/doc/60829972/
2908406-Modul-6-Analytic-Hierarchy-Process. Diakses pada tanggal 18 Mei
2012