BAB II Maju Rev1

56
BAB II KAJIAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan berturut-turut tentang teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk menguraikan deskripsi teoritis, kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian. A. Deskripsi Teoritis 1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menurut Wardiman Djojonegoro (1998 : 33) yang mengutip dari Rupert Evans mendifinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan dari pada bidang-bidang pekerjaan lainya. Pendidikan menengah kejuruan adalah salah satu jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah tingkat menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja sesuai bidangnya. 12

description

skripsi tentang pemberitahuan kurikulum 2013 oada saat ini banyak diberitakan

Transcript of BAB II Maju Rev1

BAB II

13

BAB IIKAJIAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan berturut-turut tentang teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk menguraikan deskripsi teoritis, kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian.A. Deskripsi Teoritis1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)Menurut Wardiman Djojonegoro (1998 : 33) yang mengutip dari Rupert Evans mendifinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan dari pada bidang-bidang pekerjaan lainya. Pendidikan menengah kejuruan adalah salah satu jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah tingkat menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja sesuai bidangnya.Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 15 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Adapun tujuan dari SMK dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut :

1) Tujuan umuma) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa.b) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.c) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa indonesia.d) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efesien.2) Tujuan khususa) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.b) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.c) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.d) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

Dalam Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan dijelaskan pula bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. SMK sebagai salah satu instansi yang menyiapkan tenaga kerja dituntut mampu menghasilkan lulusan sesuai permintaan dunia industri dan memiliki daya saing yang tinggi. Pendidikan menengah kejuruan agar lebih efektif harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja. Menurut Prosser dan Allen (1925) yang dikenal dengan 16 teori pendidikan kejuruan diantaranya menyatakan bahwa sekolah kejuruan akan efektif jika:a. Siswa dilatih dengan jenis pekerjaan, alat, bahan, mesin, dan cara yang sama dengan pekerjaan yang sebenarnya yang nantinya dikerjakan setelah mereka lulus.b. Lingkungan sekolah merupakan tiruan dari situasi nyata diindustri tempat lulusan akan bekerja.c. Siswa dilatih pada kebiasaan-kebiasaan berfikir, bertingkah laku, bersikap sesuai dengan situasi kerja nyata.

Penyelengaraanya dikelola oleh staf yang berpengalaman seperti apa yang dikerjakan oleh lulusan kejuruan. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sekolah kejuruan akan efektif dalam menyiapkan lulusannya untuk dapat bekerja secara profesional di dunia industri apabila siswa dilatih untuk berfikir dan bertingkah laku seperti didunia industri dengan menggunakan peralatan sesuai dengan di industri dan diajar oleh guru yang profesional.

2. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)Perkembangan teknologi yang begitu cepat akan berpengaruh kedalam dunia pendidikan sehingga menuntut sekolah untuk melakukan berbagai upaya yang berorientasi pada penciptaan kompetensi lulusan yang dapat bersaing global. Sehubungan dengan itu maka pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Menengah Umum membuat program Sekolah Bertaraf Internasional yang disingkat dengan SBI. Program itu bahkan dicantumkan di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3), Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Untuk memenuhi pasal dalam Sisdiknas tersebut, akhirnya Dezentralitation Senior Secondary Education (DSSE) dan bekerjasama Asean Development Bank (ADB) merencanakan SMK yang bertaraf Internasional.Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah sekolah yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya internasional sehingga lulusanya memiliki kemampuan daya saing internasional (Anonim 2006). Menurut Anonim (2003) SMK Bertaraf Internasional (SBI) adalah SMK penyelengara program pendidikan dan pelatihan kejuruan yang tamatannya mendapatkan sertifikat kompetensi standar interanasional pada satu atau lebih program keahlianMenurut Anonim (2006) tujuan dari pendidikan menengah kejuruan bertaraf internasional adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Penjelasan tersebut dapat diuraikan SMK Bertaraf Internasional bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan menjadi setara dengan lulusan dari sekolah luar negeri. Mencegah berkurangnya identitas sebagai bangsa Indonesia yang berjiwa kebangsaan sehingga di manapun berada akan memberikan karya terbaik bagi bangsa dan negara serta memiliki kompetensi untuk melanjutkan sekolah. Pendidikan di Indonesia dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul di segala bidang, mampu bersaing di dunia kerja, tetapi memiliki jiwa kebangsaan yang tangguh. Jadi output dari lembaga pendidikan di Indonesia selain unggul dibidang akademik, memiliki keunggulan dibidang pengetahuan dan teknologi tetapi juga punya jiwa kebangsaan yang tinggi, sehingga dimanapun berada selalu memberikan karya terbaik bagi bangsa dan negaranya.Gambaran sederhana pelaksanaan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah sekolah yang dalam proses pembelajarannya menggunakan kurikulum nasioanal sesuai dengan standar internasional dengan pembelajaran menggunakan pendekatan multi metode, multi media dan berbasis ICT (Information and Communication Technology), juga menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia (bilingual) sebagai pengantar. Prinsip penyelenggaraan pelaksanaan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tidak boleh bertentangan dari penyelenggaraan pendidikan menurut PP 20/2003, yaitu: 1. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia. 2. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 3. Membudayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaran dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Sekolah pelaksana perlu mempersiapkan diri secara matang untuk menyongsong kegiatan tahun ajaran baru yang akan mengubah sekolah konvensional secara perlahan-lahan menuju sekolah modern, oleh karena itu sikap seluruh warga sekolah yang bijaksana untuk dapat menerima perubahan. Sekolah untuk mendapatkan mendapatkan status Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) memiliki beberapa kriteria. Menurut Fitri Rahmawati (2007) ada beberapa kriteria. yang menjadi dasar untuk mendapatkan status Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut antara lain:1. Peningkatan mutu sekolah harus setara dengan sekolah internasionaldan memperoleh akreditasi dari lembaga internasional.2. Kepala sekolah dan guru harus memperoleh sertifikasi dan atau lisensi internasional.3. Segala sesuatu tentang manajemen mengacu pada ISO 9001 : 2000.4. Partisipasi masyarakat, Pemda Provinsi dan Pemda Kota selama proses peningkatan mutu sampai dengan pencapaian standar internasional untuk menjamin keberlanjutan (sustainability) program sekolah tersebut.5. Melibatkan instansi profesional, LPMP untuk menjamin keberlanjutan program sekolah yang bertaraf internasional.6. Bekerjasama dengan sekolah luar negeri sehingga lulusannya dapat diterima di perguruan tinggi luar maupun dalam negeri.

Sekolah yang telah mendapatkan status Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu bersaing ditingkat internasional. Lulusan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) harus mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Menurut Depdiknas (2006 : 30) Indikator pencapaian standar kompetensi lulusan untuk SMK bertaraf internasional antara lain:1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai perkembangan remaja.2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.3. Menunjukan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaanya.4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.5. Menghargai keberadaan agama, bangsa suku, ras, dan golonan sosial ekonomi dalam lingkup global.6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inovatif7. Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan.8. Menunjukan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri.9. Menunjukan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik.10. Menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.11. Menunjukan kemampuan menganalisis gejala alam sosial.12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab.13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah NKRI.14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya.15. Mengapresiasi karya seni dan budaya.16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok.17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan.18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan masyarakat.20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain.21. Menunjukan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dsan estetis22. Menunjukan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara dalam berbahasa indonesia dan inggris23. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan jurusannya.24. Memahami, menghayati, dan menerapkan jiwa kewirausahaan dalam kehidupan.

a. Standar Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)Mengingat bahwa Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya terarah dan terencana untuk mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemauan dan kesanggupan hidup secara global maka perlu dirumuskan standar SBI yang meliputi:1). Masukan (Input)Penyelenggaraan SBI yang ideal untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang bertaraf internasional meliputi siswa baru yang diseleksi secara ketat dan didukung oleh kurikulum, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendukung, sarana prasarana, dana, dan lingkungan sekolah. siswa baru SBI harus memiliki potensi kecerdasan unggul yang ditunjukan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spritual serta berbakat luar biasa.2). ProsesPenyelenggaraan SBI harus mampu mengakrabkan, menghayatkan dan menerapkan nilai-nilai (religi, ekonomi, seni solidaritas, dan teknologi mutakhir dan canggih). Proses belajar mengajar harus dikembangkan melalui berbagai gaya agar mampu mengaktualkan peserta didik baik intelektual, emosional, maupun spiritualnya sekaligus agar sikap dan perilaku peserta didik sebagai makluk individual tidak terlepas dari kaitanya dengan kehidupan bermasyarakat lokal maupun global. SBI harus mengembangkan proses belajar mengajar yang mendorong keingintahuan (a sense of curiosity and wonder), keterbukaan dan kemungkinan-kemungkinan baru dan pendekatan dengan eksperimen untuk menemukan hal-hal baru.

3). Hasil (Output)Lulusan SBI diharapkan memiliki kemampuan bertaraf nasional sekaligus internasional yang ditunjukan dalam Standar Pendidikan Nasional (SNP) Indonesia dan penguasaan kemampuan utama yang diperlukan di era global. Standar Pendidikan Nasional (SNP) merupakan standar minimal yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan di Indonesia, namun hasil (output) satuan pendidikan boleh melebihi Standar Pendidikan Nasional (SNP) asal memberikan nilai lebih yang positif bagi potensi peserta didik.

b. Model-Model Penyelengaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)Model penyelenggaraan SBI yang dapat diadaptasi atau ditiru oleh satuan-satuan pendidikan di Indonesia sesuai dengan kebutuhan, kekhasan, karakteristik, keunikan, dan kemampuan yang dimilikinya. Pemilihan model penyelenggaraan diharapkan memberikan kemudahan kepada pemerintah daerah untuk memilih yang paling sesuai. Walaupun demikian diharapkan tidak memperbolehkan pendidikan asing melakukan invansi terhadap sistem pendidikan nasional. Model penyelenggaraan SBI antara lain:

1) Model Sekolah Baru (Newly Developed SBI)Dalam model ini SBI didirikan dengan segala isinya baru. Model ini sangat ideal karena dapat memenuhi keseluruhan persyaratan yang bertaraf internasional. Pendirian model ini dilakukan dengan meminta bantuan ahli-ahli dari negara maju yang telah berpengalaman mengelola sekolah bertaraf internasional. Dengan model ini akan memerlukan biaya yang sangat besar.2) Model Pengembangan Sekolah yang Ada (Existing Developed SBI)Pengembangan SBI dapat dilakukan dengan mengembangkan sekolah yang telah ada saat ini, khususnya sekolah yang memiliki mutu bagus dan memiliki guru yang profesional, kepala sekolah yang tangguh, dan sarana serta prasarana yang memungkinkan dapat dikembangkan lebih lanjut. Menerapkan pengembangan model ini biaya yang diperlukan lebih murah namun memerlukan tahapan yang jelas, terencana, dan sistematis. Menggunakan model ini berarti mengubah sekolah dengan kondisi seperti saat ini menjadi SBI dengan cara membangun sarana dan prasarana serta meningkatkan mutu guru, menyiapkan sistem manajemen, dan mengubah budaya sekolah. Hal ini menjadi tantangan yang cukup besar dan harus disadari sejak awal.

3) Model TerpaduPenyelenggaraan model ini dilakukan secara terpadu, misal: SD, SMP, SMA/SMK dibangun dalam satu komplek dan dengan satu manajemen. Model terpadu dapat dipimpin oleh seorang kepala sekolah untuk keseluruhan satuan pendidikan atau masing-masing satuan pendidikan dipimpin oleh masing-masing kepala sekolah. Dalam jangka panjang model ini sangat efisien karena fasilitas sekolah digunakan secara bersama-sama antar satuan pendidikan. Digunakannya fasilitas secara bersama-sama akan memperingan biaya operasional.4) Model KemitraanSBI dipilih dari yang ada saat ini maupun sekolah baru untuk bekerjasama atau bermitra dengan salah satu sekolah diluar negeri atau negara maju yang memiliki reputasi internasional. Khusus untuk sekolah kejuruan kemitraan dengan luar negeri tidak terbatas dengan sekolah tetapi juga dengan lembaga pelatihan, perusahaan, dan lembaga-lembaga sertifikasi seperti ISO. Calon SBI harus mengajak mitranya memformulasikan penyelenggaraan sekolah mulai dari perumusan mutu, lulusan yang diharapkan, penyusunan kurikulum, pengembangan model pembelajaran, penyiapan guru, pengadaan sarana dan prasarana, pengadaan buku, hingga pengembangan cara-cara penilaianya. Kemitraan dengan sekolah-sekolah dari luar negeri dapat menerapkan model-model seperti sister school, twins program, atau nama lain yang disepakati bersama dengan sekolah luar negeri yang berkelas dunia. Dalam sister school SBI tetap menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) tetapi boleh mengadaptasi pola-pola dari sekolah mitra, dengan cara itu standar nasional pendidikan diperluas dan diperdalam berdasarkan masukan dari sekolah mitra diluar negeri.Model twins programs yaitu SBI bersama sekolah mitra di luar negeri menyusun program yang merupakan kombinasi dari program SBI dengan program dari sekolah mitranya diluar negeri. Kesepakatan kombinasi tersebut akan menjadi ikatan bagi penyelenggaraan SBI di Indonesia. Pemilihan mana yang digunakan dalam pengembangan SBI disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Keempat model ini juga dapat saling melengkapi yaitu dengan saling memadukan antar model.

c. Prinsip Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)1). Dikembangkan berdasarkan atas kebutuhan dan prakarsa sekolah (demand driven and bottom-up)Upaya yang ditempuh oleh masing-masing SBI boleh beragam dan boleh didasarkan atas kebutuhan masing-masing. Pengembangan diharapkan berasal dari sekolah itu sendiri dan bukan kehendak pihak lain sehingga akan lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan sekolah tersebut.2). Kurikulum Bertaraf InternasionalIsi dari kurikulum harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan teknologi dasar merupakan bagian penting dari kurikulum SBI. Kurikulum boleh mengadaptasi bahkan mengadopsi program pendidikan dari negara lain asal tetap menjaga jati diri sebagai bangsa Indonesia. Dalam mengadopsi harus dilakukan secara efektif dan berhati-hati agar tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah bangsa Indonesia.3). Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)Mengelola sekolah harus dikelola dengan baik. Model pengelolaan memberikan kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) perlu keterlibatan semua warga sekolah dalam mengembangkan SBI dan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus.4). Menerapkan Pembelajaran yang pro-perubahanProses belajar mengajar yang pro-perubahan yaitu mampu menumbuhkan daya kreasi, inovasi, dan eksperimen untuk menemukan hal yang baru yang tidak terpaku pada tradisi dan kebiasaan proses belajar disekolah yang lebih mementingkan memorisasi dibanding daya kreasi, nalar dan eksperimen peserta didik untuk menemukan kemungkinan baru. 5). Menerapkan Prinsip-prinsip KepemimpinanMenerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang memiliki visi kedepan yang jelas kemana sekolah akan dibawa dan bagaimana cara menggerakan warga sekolah untuk mencapai visi yang diharapkan.6). Memiliki Sumber Daya Manusia yang Profesional dan TangguhPenyelenggaraan SBI harus didukung oleh sumber daya manusia yang profesioanal dan tangguh. Pendidik dan tenaga kependidikan harus menguasai bahasa inggris dan penguasaan ICT (Information and Communication Technology), dan berwawasan global yang ditunjukan oleh penguasaan ilmu pengetahuan yang mutakhir sehingga harus menguasai jaringan internet.7). Didukung Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan SBI harus didukung oleh sarana dan prasarana lengkap, relevan, mutakhir dan canggih, dan bertaraf internasional. Untuk mencapai sarana dan prasarana tersebut perlu dilakukan telaah terhadap sarana dan prasarana yang ada saat ini dan dilakukan pembaharuan.

3. Guru Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)Mencapai suatu keberhasilan dalam pekerjaan, seseorang perlu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan agar dapat diselesaikan dengan baik. Persiapan yang baik untuk melaksanakan sesuatu merupakan sebagian dari sebuah keberhasilan dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Persiapan untuk melakukan sebuah tugas juga berlaku bagi seorang guru. Poerwadarminta (1984 : 540) berpendapat bahwa kata siap adalah sudah sedia atau sudah disediakan dalam arti tinggal memakai atau menggunakan. Dali Gulo (1984 : 128) berpendapat bahwa siap adalah suatu titik kematangan untuk menerima dan mempraktikan tingkah laku tertentu. Sehingga kesiapan dapat dipandang sebagai suatu keharusan yang diperlukan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu agar dapat berjalan dengan baik. Kesiapan adalah suatu perilaku yang positif dari seseorang dalam kaitannya dengan keadaan berikutnya. Guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, untuk melaksanakan SBI memerlukan kesiapan yang matang. Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada dititik sentral dari setiap reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif. Menurut Wisnu (1998: 70) pendidik atau guru adalah sebagai salah satu komponen sentral dalam sistem pendidikan, sangat mempengaruhi mutu hasil pendidikan. Usaha untuk meningkatkan hasil pendidikan adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Menurut A Tabrani R (1991 : 1), guru merupakan faktor dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Sehingga guru harus memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Sedangkan menurut Sardiman A.M (1987 : 123), guru adalah salah satu komponen manusiawi yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya menusia yang potensial dibidang pembangunan.Hakekatnya guru merupakan komponen utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi hasil pendidikan, dan merupakan relasi kewibawaan dengan subyek didik yaitu belajar. Selanjutnya kewibawaan guru tumbuh karena kemampuan guru menampilkan kebulatan kepribadianya dan sikap mantap karena kemampuan profesional yang dimiliki.Nana Sudjana (2005:13) menjelaskan bahwa pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainya. Guru profesional harus berupaya meningkatkan potensi diri sehingga mampu melayani siswa menjadi fasilitator dengan menggunakan media pembelajaran yang modern. Mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif guru harus membuat persiapan mengajar dam memiliki kemampuan dibidangnya atau kompeten dibidangnya..Uzer Usman (2006 : 14) menjelaskan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Berdasarkan pendapat tersebut maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa kompetensi keguruan menunjukan kuantitas serta kualitas layanan pendidikan yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan secara terstandar. Pelaksanaan program sekolah yang bertaraf internasioanl seorang guru harus profesional dan berkompeten dibidangnya, sehingga guru harus memiliki kriteria sesuai dengan standar SBI. Kriteria kesiapan guru untuk melaksanakan sekolah bertaraf internasional dilihat dari: a. Latar Belakang Pendidikan.Tinggi rendahnya pengakuan profesi guru, salah satu diantaranya diukur dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya dalam mempersiapkan jabatan tersebut (pre-service education) ( Nana Sudjana, 2005: 23). Menurut pendapat Cece Wijaya (1991: 4) kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengajar, pengetahuan yang dimilikinya, dan latar belakang pendidikannya. Berdasarkan pendapat tersebut sudah jelas bahwa latar belakang pendidikan sangat mempengaruhi tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Menurut Cece Wijaya (1991 : 5) kemahiran guru dalam mengajar juga sangat ditentukan oleh tiga pengalaman yaitu, (1) pada saat melakukan studi dilembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), (2) pada saat mereka melakukan tugas mengajar, dan (3) pada saat mereka mengikuti penataran. Ketiga pengalaman tersebut memberikan bekal kepada guru untuk memperoleh bekal keterampilan mengajar. Keterampilan pertama, guru dibekali dengan pengetahuan keguruan dalam bentuk teori dan praktik. Pengalaman kedua guru mempelajari dari kegiatan sehari-hari, sehingga guru lebih banyak mempelajari dari kegiatan mengajar sehari-hari. Sedangkan pada pengalaman ketiga guru mempelajari pengetahuan tidak hanya terbatas pada teori lama tetapi juga pada teori baru.Pengalaman guru akan mempengaruhi kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, semakin lama pengalamannya semakin tinggi pula kemampuannya dalam mengajar. Pengalaman guru yang harus dimiliki dalam melaksanakan SBI minimal lima tahun mengajar. Pengalaman bekerja atau on-the job training di industri minimal 6 bulan, karena pangalaman bekerja di industri juga berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam mengajar praktik.Menurut PP No 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Indonesia pada pasal 28 disebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan isi pasal tersebut Sukidjo (2006 : 11) berpendapat kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi seorang guru yang dibuktikan dengan ijasah atau sertifikasi keahlian yang relevan sesuai dengan bidang studi yang menjadi tugas pokok. Sehingga pendidik minimal harus memiliki (1) kualifikasi akademik serendah-rendahnya S1/D4, (2) latar belakang pendidikan minimal tugas pokok, (3) sertifikat profesi.b. Penguasaan Bahasa Inggris dan KomputerPelaksanaan SBI adalah sekolah yang dalam proses pembelajarannya menggunakan kurikulum adaptif dengan pendekatan multi metode, multi media dan berbasis ICT (Information and Communication Technology), juga menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia (bilingual) sebagai pengantar. Dalam buku panduan penyelenggaraan SBI (2006 : 5) dinyatakan pula bahwa untuk memperlancar komunikasi global SBI menggunakan bahasa komunikasi global, terutama bahasa inggris dan menggunakan teknologi komunikasi informasi. Penggunaan. bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dalam mengajar akan mengharuskan guru untuk dapat menggunakan bahasa inggris. Penguasaan bahasa inggris guru yang dimiliki akan mempengaruhi keberhasilan dari SBI. Menurut Anonim (2006) proses belajar mengajar SBI harus dikembangkan melalui berbagai cara dan gaya agar mampu mengaktualkan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional, maupun spiritual sekaligus. Pentingnya proses belajar mengajar yang bermatra individual, sosial, kultural perlu dikembangkan sekaligus agar sikap dan perilaku peserta didik sebagai makluk individual tidak terlepas dari kaitanya dengan kehidupan bermasyarakat lokal, nasional, regional dan global. Bahasa yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah bahasa Indonesia dan bahasa asing (bahasa inggris) dan menggunakan media pendidikan yang bervariasai serta tidak ketinggalan jaman atau sesuai dengan perkembangan teknologi.Sesuai arahan di atas maka SBI diprioritaskan untuk belajar ilmu eksakta dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT/Information and Communication Technology). Sehingga seorang guru harus dapat menggunakan komputer dengan sambungan internet. Guru berupaya meningkatkan potensi diri sehingga mampu melayani siswa menjadi fasilitator dengan menggunakan media pembelajaran yang modern. Internet akan mempermudah guru dalam mencari materi pelajaran yang baru sehingga materi akan selalu mengikuti perkembangan jaman.

c. Kompetensi Mengelola PBMTugas utama seorang guru adalah mengajar sehingga harus memiliki kemampuan dalam proses belajar mengajar. Menurut pendapat Uzer Usman (2006 : 9) belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan kompetnsi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu mengelola kelasnya sehinga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.Nana Sudjana (2005 : 19) menjelaskan bahwa untuk dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik guru harus memiliki 10 kompetensi menurut P3G yang meliputi:1. Menguasai bahan.2. Mengelola program belajar mengajar.3. Mengelola kelas.4. Penggunaan media dan sumber belajar.5. Menguasai landasan-landasan pendidikan.6. Mengelola interaksi belajar mengajar.7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan disekolah.9. Mengenal dan penyelenggarakan administrasi sekolah.10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Selanjutnya untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar Nana Sudjana (2005 : 19-20) berpendapat usaha guru untuk meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan dalam empat kemampuan yakni (a) merencanakan program belajar mengajar (b) melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar (c) Menilai kemajuan proses belajar mengajar (d) Menguasai bahan pelajaran.Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar memerlukan persiapan yang matang agar pengajaran dapat berjalan dengan lancar. Mengelola proses belajar mengajar seorang guru harus memperhatikan beberapa aspek yaitu :1) Persiapan belajar, sebelum mengajar hendaknya guru merencanakan program belajar mengajar dan mempersiapkan pengajaran. Persiapan mengajar yang baik maka kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil secara optimal. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam persiapan mengajar meliputi penguasaan bahan dan membuat satuan pengajaran. 2) Pelaksanaan proses belajar mengajar, Pelaksanaan proses belajar mengajar adalah berinteraksinya guru dan murid dalam rangka menyampaikan materi pelajaran pada seseorang dan untuk mencapai tujuan pengajaran. Melaksanakan PBM diperlukan tahap pangajaran yang meliputi :a. Membuka pelajaran, membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri peserta didik ( Igak Wardani: 2001 : 29). Menurut M Uzer Usman (2006 : 91) membuka pelajaran adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi awal agar mental dan perhatian murid terpusat pada apa yang dipelajarinya sehinga akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar mengajar. Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan guru yang bertujuan untuk menciptakan kondisi awal agar mental dan perhatian siswa terpusat pada materi yang dipelajarinya, sehingga memberikan efek positif terhadap PBM.b. Menyampaikan bahan atau materi pelajaran, materi pelajaran merupakan isi dari pelajaran yang diberikan kepada siswa. Sehingga kemampuan penyampaian materi dapat diartikan sebagai kemapuan guru dalam menyampaikan materi supaya dapat ditransfer kepada siswa.c. Menggunakan metode mengajar, menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktikkan pada saat mengajar. Metode mengajar merupakan suatu cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode mengajar yang baik harus bervariasi dari beberapa metode mengajar. d. Menggunakan media dan sumber belajar, menggunakan media dan sumber belajar seorang guru harus memiliki kemampuan memahami media dan sumber belajar. Termasuk dalam kemampuan memahami media dan sumber balajar yaitu mengenal, memilih dan menggunakan media dan sumber belajar, membuat alat-alat pelajaran, menggunakan, mengelola laboratorium dan menggunakan perpustakaan dalam PBM.e. Mengelola kelas. Mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar mengajar yang serasi dan efektif (Igak Wardani, 2001: 24). Proses belajar mengajar diperlukan suasana yang kondusif dan juga konsentrasi sehinga tujuan pengajaran dapat tercapai. Kegiatan mengelola kelas antara lain mengatur tata ruang kelas dan modifikasi tingkah laku dalam arti guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku peserta didik yang menimbulkan masalah. f. Mengelola interaksi belajar mengajar, pelaksanaan interaksi belajar mengajar suatu proses hubungan antara guru dengan siswa selama berlangsungnya pelajaran (Suharsimi Arikunto, 1988:96).g. Pengadministrasian kegiatan pendidikan, yang termasuk dalam pengadministrasian kegiatan pendidikan meliputi kemampuan menulis dipapan tulis dan mengadministrasikan peristiwa penting yang terjadi selama PBM.h. Menutup pelajaran. Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Menurut Igak Wardani (2001 : 9) menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru/dosen untuk mengakhiri inti pelajaran.3) Menilai prestasi siswa, untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari. Penilaian dalam proses belajar mengajar meliputi : 1. evaluasi formatif, 2. evaluasi sumatif, 3. laporan hasil evaluasi, 4. pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.d. Kompetensi Program KeahlianGuru program keahlian teknik advance automotive harus menguasai materi pelajaran program tersebut. Karena program keahlian teknik advance automotive mengunakan kurikulum internasional maka guru juga dituntut untuk lebih aktif mencari informasi dan bahan ajar yang memenuhi peryaratan kompetensi.Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan guru dalam pelaksanaan SBI adalah kesiapan atau kematangan seorang guru dalam melaksanakan SBI dan sesuai dengan kriteria guru menurut standar pelaksanaan SBI yang dilihat dari latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, penguasaan komputer, bahasa inggris dan kemampuan mengelola pembelajaran, serta kompetensi program keahlian atau kemampuan sesuai dengan bidang keahlian yang diajarkan.

4. Fasilitas Bengkel Teaching Factory Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)SMK Negeri 2 Pengasih menyadari posisi sebagai salah satu lembaga publik dalam mengemban tugas fungsionalnya di bidang pendidikan teknologi menengah harus selalu bergerak untuk melakukan adaptasi/akomodasi dan inovasi untuk menyongsong perkembangan yang ada. Bentuk inovasi yang akan dilakukan adalah dengan melaksanakan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Landasan hukum Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yaitu tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3: Pemerintah dan/atau Pemda menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. PP No 19 Tahun 2005 Pasal 61 ayat 1: Pemerintah bersama-sama Pemda menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Renstra Depdiknas 2005-2009 Bab V Hal. 58 Pembangunan SBI: Untuk meningkatkan daya saing bangsa perlu dikembangkan SBI pada tingkat Kab/Kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan Pemda Kab/Kota, untuk mengembangkan SD,SMP, SMA dan SMK yang bertaraf internasional. Sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.Menurut Anonim(2008) SMK-SBI harus melaksanakan 12 Janji Kinerja untuk SMK-SBI tahun 2007, diantaranya adalah:1) Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:20002) Tempat Uji Kompetensi (TUK)3) Lingkungan sekolah berbasis green school4) Adanya bengkel standart5) Program ICT6) Self Access Study ( SAS )7) Score TOEIC siswa rata-rata >400 8) empat (4) Pelajaran produktif dlm B. Inggris9) Adanya bengkel advance10) Teaching Factory11) Partner Institusi LN + DN (Luar Negeri + Dalam Negeri)12) Lulusan ke Luar negeriSedangkan untuk tantangan SMK-SBI tahun 2008 adalah;1) Leadership2) SMM ISO 9004:20083) Accreditation4) Learning process in English5) TUK in ALL program study and ICT6) Placement : 20 % LN, 70 % DN7) Teaching Factory8) Human Resource Management9) Social responsibility10) Student attitude champion11) Strategic Partnership12) Excellent facilities

Sesuai dengan janji kinerja diatas dari tahun 2007 2008 sekolah SBI harus mempunyai Teaching Factory. Teaching Factory (TEFA) adalah unit usaha yang dimiliki oleh sekolah SMK yang melaksanakan program SBI dengan berorientasi profit dan peningkatan pembelajaran siswa. Menurut Ipnugraha (2006) Teaching Factory ini bertujuan untuk: 1. Memiliki Income Generating Unit (IGU) yang dapat membantu/mendukung biaya penyelenggaraan pendidikan. 2. Memiliki wahana untuk pelatihan/pembelajaran siswa yang representatif untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan siswa. Karakteristik Teaching Factory:1. Harus dibangun berdasarkan standar yang berlaku agar dapat melayani masyarakat customer dan siswa secara optimal. 2. Pengelolaannya harus profesional, untuk menanamkan images pada siswa bahwa untuk mengelola sebuah usaha harus dilakukan secara profesional. 3. Memberi nilai tambah (added value) bagi SMK baik secara sosial maupun finansial. 4. Dalam proses KBM harus mengindikasikan bahwa keberadaan Factory Learning adalah efektif dan reprentatif.

Menciptakan lulusan yang berkualitas tinggi dan mampu bersaing dan mutunya setara lulusan sekolah internasional, sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan SBI sehingga sekolah melakukan inovasi-inovasi di bidang pengelolaan sekolah dan inovasi di bidang proses pembelajaran serta didukung sarana yang memadai. Menurut harian SOLOPOS hari jumat, 6 Maret 2009 menyatakan: Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Mandikdasmen) Departemen Pendidikan Nasional, Dr Joko Sutrisno mengatakan, keberadaan Teaching Factory di Solo akan segera di-launching pada akhir Maret 2009. Sampai sekarang, di Indonesia yang baru ada Teaching Factory antara lain di Jakarta, Yogya, Solo dan Malang. Di Solo, Teaching Factory akan di-launching bulan depan. Ke depan, target Teaching Factory yaitu ada 33 yang tersebar di seluruh Indonesia, ujar Joko, saat ditemui wartawan usai acara Penutupan & Penyerahan Sertifikat Pendampingan SMK tahun 2008, Kerja Sama Direktorat Pembinaan SMK dengan FKIP UNS, Sabtu (28/2), di Gedung FKIP UNS, Joko menuturkan Teaching Factory memiliki peran yang penting bagi keberadaan siswa SMK. Dia berharap dengan Teaching Factory, siswa SMK bisa semakin banyak merakit mesin sendiri. Adapun dukungan dari pemerintah pusat yaitu Rp 5 miliar/Teaching Factory.

Menurut penjelasan Anonim (2003 : 7 ) Mengingat tamatan dari SMK ini harus berkompeten sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka ketersediaan fasilitas yang meliputi jenis, jumlah, spesifikasi/persyaratan teknis, dan tata letak peralatan harus memenuhi persyaratan minimal untuk mendukung kelancaran pelaksanaan diklat yang mengacu pada metode pelatihan yang terstandar. Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bengkel praktik yang sesuai dengan SBI minimal tata letaknya tidak mengganggu antara yang satu dengan yang lainnya dan perlengkapan praktik mendukung sehingga pada waktu peserta didik melakukan praktik berjalan lancar dan tidak saling menganggu. Kenyamanan praktik akan menjamin kelancaran praktik sehingga perlu diperhatikan fasilitas yang ada didalam bengkel.Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa di dalam maupun di luar sekolah. Mencapai tujuan yang diharapkan, guru mengadakan praktik langsung di bengkel atau laboratorium. Tujuan dari hal ini adalah agar siswa dapat lebih mengetahui secara langsung antara pelajaran teori dan pelajaran praktik. Tersedianya alat praktik dan bahan praktik maka sinkronisasi antara praktik dan teori dapat tercapai. Fasilitas dalam proses belajar mengajar akan menunjang keberhasilan dan meningkatkan prestasi belajar kalau tersedia sarana yang lengkap (Cece Wijaya, 1992 : 24). Maka dari itu fasilitas yang lengkap sangat dibutuhkan oleh setiap SMK untuk dapat meningkatkan mutu lulusan. Keberhasilan dalam setiap proses belajar mengajar, ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya adalah kelengkapan fasilitas praktik yang mendukung proses belajar mengajar (PBM). Tanpa adanya fasilitas memadai maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar. Menurut Wibowo (1998 : 79) belajar tanpa adanya alat-alat pelajaran yang memadai, maka proses belajar mengajar tidak akan lancar, dengan demikian semakin lengkap fasilitas praktik maka semakin dapat seseorang belajar dengan baik.Pendapat Ngalim Purwanto (1993 : 24) menyatakan bahwa faktor guru dan cara mengajar tidak dapat terlepas dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia di sekolah. Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar, ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya. Kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat tersebut akan mempermudah dan mempercepat belajar peserta didik. Tempat praktik atau bengkel advance automotive sesuai kriteria dari SBI dibedakan menjadi tiga yaitu bengkel mesin otomotif (engine workshop), bengkel chasis (chasis workshop), dan bengkel listrik (elektric workshop). Setiap bengkel harus memiliki peralatan yang ditetapkan yaitu meliputi jenis peralatan dan jumlahnya. Peralatan untuk tiap bengkel dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain tool box, SST/alat ukur, alat pendukung, trainer unit atau engine stand, dan bahan praktik. Pengadaan sarana praktik merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), maka penyelenggaraan praktik akan memerlukan dana yang tidak sedikit untuk bahan praktik dan kelancaran operasional praktik. Alat pendidikan dalam suatu tindakan atau perbuatan atau situasi atas benda yang sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan (Sutari Imam Barnabib, 1995 : 96). Sarana dan prasarana yang lengkap serta memadai belum memberikan jaminan, hal ini hanya memberikan jaminan kelancaran proses belajar mengajar (WS. Winkel, 1996 : 127). Dengan sarana yang lengkap menjadikan kelancaran proses belajar mengajar dan menambah motivasi belajar siswa, sehingga siswa akan lebih tertarik terhadap mata pelajaran diklat praktik dengan sarana yang memadai. Terpenuhinya alat pembelajaran yang memadai, pembelajaran akan menjadi lebih nyata dan siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman yang konkrit dan bersifat mendidik (Oemar Hamalik, 1996 : 63). Menurut Suharsimi (1997 : 73) menyatakan bahwa fasilitas dapat diartikan segala sesuatu yang memudahkan pelaksanaan kegiatan tertentu, sedangkan bahan dalam hal ini adalah bahan yang dipergunakan untuk praktik laboratorium atau bengkel kerja. Fasilitas bengkel untuk melaksanakan program teaching factory sebagai SBI harus disesuaikan dengan standar perlengkapan bengkel yang ditentukan dan disesuaikan dengan jumlah siswa yang akan melakukan praktik.

B. Kerangka BerfikirKemajuan dan perubahan jaman yang berkembang pesat atau sering disebut era globalisasi akan berpengaruh ke dunia pendidikan. Pengaruh tersebut menuntut sekolah untuk melakukan berbagai upaya yang berorientasi pada penciptaan kompetensi lulusan yang berdaya saing global. Sehubungan dengan itu maka pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Menengah Umum membuat program Sekolah Bertaraf Internasional. SMK Negeri 2 Pengasih Kulon Progo sebagai lembaga yang melaksanakan rintisan Sekolah Bertaraf Internasional untuk program keahlian Advance Automotive dituntut untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah di dunia, juga diharapkan mempunyai kompetensi yang diakui secara internasional khususnya dibidang otomotif. Oleh karena itu program keahlian advance automotive SMK Negeri 2 Pengasih Kulon Progo harus menyiapkan komponen-komponen pendidikan. Karena komponen-komponen pendidikan itu banyak macamnya sehingga dalam penelitian ini hanya dibatasi pada kesiapan guru produktif dan kesiapan fasilitas praktik.

1. Kesiapan Guru Terhadap Pelaksanaan Teaching Factory Jurusan Automotive Advance.Pelaksanaan SBI peranan guru sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan. Oleh karena kompetensi guru sangat diperlukan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Mengajar bagi seorang guru dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan dan juga sebagai profesi. Sebagai profesi guru membutuhkan keterampilan tertentu baik pengetahuan yang bersifat material maupun non material. Kemampuan guru dalam mengelola kelas sangat diperlukan demi tercapainya tujuan pendidikan. Profesi guru membutuhkan keterampilan tertentu, baik pengetahuan yang bersifat material maupun non material. Kemampuan dapat mempengaruhi tingkah laku siswa dan juga mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Keterampilan guru dalam mengelola sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman menajar, kemampuan mengajar dan pemahaman guru atas materi pembelajaran program keahlian tersebut. Melaksanakan SBI seorang guru selain memiliki kompetensi keahlian dan kemampuan mengajar, harus dapat menggunakan komputer dan menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar.

2. Kesiapan Fasilitas Bengkel Terhadap Pelaksanaan Teaching Factory Jurusan Automotive Advance.Pelaksanaan teaching factory pada SBI, sekolah harus memiliki fasilitas dan peralatan bengkel yang lengkap. Sekolah ini menuntut tersedianya fasilitas praktik yang memadai, guna mendukung kegiatan pembelajaran praktik. Kegiatan praktik ini dimaksudkan untuk menghubungkan antara teori dan praktik, sehingga ketersediaan fasilitas praktik yang sesuai akan mempermudah guru dalam menyampaikan informasi. Adanya fasilitas lengkap akan membantu siswa untuk dapat menguasai keahlian tersebut.

C. Pertanyaan Penelitian1. Bagaimana kesiapan guru produktif program keahlian advance automotive SMK Negeri 2 Pengasih, Kulon Progo terhadap pelaksanaan teaching factory dilihat dari aspek latar belakang pendidikan?2. Bagaimana kesiapan guru produktif program keahlian advance automotive SMK Negeri 2 Pengasih, Kulon Progo terhadap pelaksanaan teaching factory dilihat dari aspek perencanaan pembelajaran?

3. Bagaimana kesiapan guru produktif program keahlian advance automotive SMK Negeri 2 Pengasih, Kulon Progo terhadap pelaksanaan teaching factory dilihat dari aspek pelaksanaan pembelajaran?4. Bagaimana kesiapan fasilitas bengkel dan peralatan praktik terhadap pelaksanaan Teaching Factory pada program keahlian advance automotive SMK Negeri 2 Pengasih Kulon Progo?

(Dali gulo, 1994)Suharsimi (1983)Sukirin (1975)Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003Wardiman Djojonegoro (1998 : 33)(http://www.geocities.com/pengembangan sekolah)12