BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat...

20
13 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan untung merangsang pertumbuhan dan perkembangan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Husdarta (2010, hlm. 18) “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, pemainan atau olahraga terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.Menurut Safari (2012, hlm. 11) Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang sangat penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pertumbuhan dan perkembangan gerak manusia yaitu gerak yang dibutuhkan manusia dalam aktivitas keseharian, baik untuk belajar mengenal dirinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dalam mengatasi dan menyusaikan perubahan yang terjadi di lingkungan. Selaras dengan penjelasan di atas, berikut Ibrahim (2001, hlm. 63) mengemukakan mengenai keterampilan sosial dalam penjas : Pelajaran pendidikan jasmani (penjas) di sekolah dapat membantu anak-anak dan remaja untuk mempelajari, bagaimana membaur, atau menggabungkan dirinya, ke dalam kelompok teman sebaya. Dalam aktivitas jasmani, seperti permainan dan kegiatan olahraga, tersedia lingkungan yang baik untuk dapat mempelajari perilaku emosional dan keterampilan sosial orang lain. Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah merupakan salah satu wadah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pendidikan jasmani agar lebih kreatif, inovatif, dan aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pendidikan jasmani terdapat tiga aspek yang dikembangkan, yaitu psikomotorik, kognitif dan afektif. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dalam pendidikan jasmani.Selain itu, pendidikan jasmani berperan penting dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa karena melalui aktivitas pendidikan jasmani yang diaplikasikan oleh guru dengan baik akan menumbuhkan sikap- sikap sosial siswa seperti; adanya interaksi antar siswa, mengembangkan moral fair play, berkerja sama dalam kelompok, bertanggung jawab atas keputusannya,

Transcript of BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat...

13

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan untung merangsang

pertumbuhan dan perkembangan melalui aktivitas jasmani, permainan atau

olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Husdarta (2010, hlm. 18)

“Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,

pemainan atau olahraga terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.Menurut

Safari (2012, hlm. 11) Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang sangat

penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, khususnya

pertumbuhan dan perkembangan gerak manusia yaitu gerak yang dibutuhkan

manusia dalam aktivitas keseharian, baik untuk belajar mengenal dirinya sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial, dalam mengatasi dan menyusaikan

perubahan yang terjadi di lingkungan. Selaras dengan penjelasan di atas, berikut

Ibrahim (2001, hlm. 63) mengemukakan mengenai keterampilan sosial dalam

penjas :

Pelajaran pendidikan jasmani (penjas) di sekolah dapat membantu anak-anak

dan remaja untuk mempelajari, bagaimana membaur, atau menggabungkan

dirinya, ke dalam kelompok teman sebaya. Dalam aktivitas jasmani, seperti

permainan dan kegiatan olahraga, tersedia lingkungan yang baik untuk dapat

mempelajari perilaku emosional dan keterampilan sosial orang lain.

Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah merupakan salah satu wadah

untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pendidikan jasmani agar lebih

kreatif, inovatif, dan aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

pendidikan jasmani terdapat tiga aspek yang dikembangkan, yaitu psikomotorik,

kognitif dan afektif. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dalam

pendidikan jasmani.Selain itu, pendidikan jasmani berperan penting dalam

meningkatkan keterampilan sosial siswa karena melalui aktivitas pendidikan

jasmani yang diaplikasikan oleh guru dengan baik akan menumbuhkan sikap-

sikap sosial siswa seperti; adanya interaksi antar siswa, mengembangkan moral

fair play, berkerja sama dalam kelompok, bertanggung jawab atas keputusannya,

14

dan menumbuhkan sikap saling menghargai antar siswa. Sungguh tidak diragukan

lagi dari bukti penelitian dan definisi pendidikan jasmani menurut para ahli,

bahwa melalui pembelajaran pendidikan jasmani membantu siswa agar tumbuh

dan berkembang menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani, dan kreatif

sehingga mampu menjadi manusia yang berintelektual tinggi, berjiwa mandiri dan

kreatif dalam berkarya.

2. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan jasmani adalah memacu kepada pertumbuhan dan

perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras dalam upaya

membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai,

sikap dan membiasakan hidup sehat. Menurut Lutan (dalam Safari, 2015, hlm. 4)

Aktivitas jasmani ini mencakup lingkup yang cukup luas, yang lazim dilakukan

dalam berbagai jenis pekerjaan, kegiatan pengisi waktu senggang, dan kegiatan

rutin sehari-hari. Pendidikan jamani harus memiliki tujuan yang sejalan dengan

tujuan pendidikan memberi konstribusi yang sangat berharga dan sangat memberi

inspirasi bagi kesejahtaraan hidup manusia.

Makna yang terkandung dalam pendidikan jasmani tidak sekedar pendidikan

yang bersifat fisikal atau aktivitas fisik tetapi lebih luas keterkaitannya dengan

tujuan pendidikan secara menyeluruh serta memberi kontribusi terhadap

kehidupan individu. Menurut Abdillah (2015, hlm 12) Pendidikan jasmani

berusaha mendidik manusia melalui sarana jasmani, dengan aktivitas-aktivitas

jasmani atau aktivitas fisik, tetap berkepentingan dengan tujuan-tujuan pendidikan

yang tidak semuanya jasmani atau fisik. Tujuannya itu agar bisa membantu anak

tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan pendidikan nasional, yaitu

menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya. Melalui pembelajaran pendidikan

jasmani, siswa dapat melakukan berbagai kegiatan permainan dan olahraga tanpa

mengesampingkan aspek kompetisi dan prestasi yang mungkin bisa diraih di

dalamnya. Menurut Mahendra (dalam Paturusi, 2012, hlm 4) Pendidikan jasmani

dan olahraga adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau

olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan uraian tersebut, bahwa pendidikan jasmani pada dasarnya media

untuk meraih tujuan pendidikan secara keseluruhan termasuk nilai-nilai yang

15

terkandung aktivitas jasmani atau olahraga, sehingga memberikan kontribusi

terhadap berbagai aspek kehidupan secara positif. Melalui pembelajaran

pendidikan jasmani, siswa dapat melakukan berbagai kegiatan permainan dan

olahraga. Tercantum dalam KTSP (Depdiknas, 2006) Tujuan pendidikan jasmani,

olahraga, dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan

dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai

aktivitas jasmani dan olahraga terpilih.

b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d. Meletakkan landasan karaktek moral

e. yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung didalam pendidikan

jasmani, olahraga dan kesehatan.

f. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama,

percaya diri dan demokratis.

g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang

lain dan lingkungan.

h. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih

sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola

hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

3. Hakikat Sepakbola

Sepakbola merupakan olahraga yang banyak disukai dan paling digemari

diseluruh dunia. Untuk melakukan permainan sepakbola ini tidak banyak

menguras biaya seperti olahraga pada umumnya sehingga semua kalangan

masyarakat dapat melakukan olahraga dengan lebih leluasa. Menurut Herdiansyah

dan Nurasyifa (2010, hlm 1)Sepakbola yaitu: olahraga sepakbola termasuk salah

satu olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat dan banyak dimainkan oleh

seluruh masyarakat Indonesia dan banyak dimainkan oleh seluruh lapisan

masyarakat, baik anak-anak, remaja atau orang dewasa bahkan oleh wanita.

sepakbola merupakan salah satu cabang olahrga yang tercantum dalam kurikulum

pada jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, dan sampai perguruan tinggi.Kareana

16

permainan sepakbola bisa dimainkan dimana saja contohnya lapangan, halaman

rumah dan lain-lain. Ukuran lapangan sepakbola yang dimainkan empat persegi

panjang dan ukurannya bisa bervaresi yaitu: panjang lapangan antara 100-110

meter, lebar lapangannya antara 64-75 meter dan ukuran lapangan tersebut adalah

satandar lapangan internasional. sedangkan di tengah lapangan terdapat lingkaran

dan garis tengah sebagai pembatasan daerah kekuasaannya. Dalam lapangan juga

terdapat dua tiang gawang dengan tinggi 2,44 meter, sedangkan lebarnya 7,32

meter dan di depan gawang terdapat masing-masing garis yang terdiri dari garis

gawang sejauh 5,5 meter dan panjangnya 18,30 meter. Garis pinalty sejauh 16,47

meter dari gawang dan panjangnya 40 meter. Sedangkan dibelakang gawang

diberi jaring ini gunanya untuk mengetahui apakah bola masuk atau tidak.

Gambar. 2.1

Lapangan Sepakbola dan Ukurannya

Salim (2007, hlm. 36)

Menurut Subardi dan Setyawan (2007, hlm. 1) Sepakbola telah ditemukan

diberbagai belahan dunia sejak 3.000 tahun yang lalu. sedangkan menurut Usli W,

dkk (2010, hlm.15)Tahun 2500 SM di Cina ada permainan yang menyerupai asal

mulanya sepakbola namanya Tsu Chu, juga pada tahun yang sama di Mesir ada

permainan yang mirip sepakbola dilakukan untuk upacara minta

kesuburan.Banyak teori tentang siapa yang mula-mula melaksanakan dan dimana

17

permainan sepakbola ini diciptakan, pada tahun 1863 tepatnya pada tanggal 26

Oktober, ketika sebelas perkumpulan di London mengadakan pertemuan untuk

menjernihkan kekacauan dengan membuat serangkaian peraturan yang mendasar

untuk mengatur pertandingan-pertandingan selanjutnya. Pertemuan ini berhasil

membentuk Football Association (FA) yang pertama walaupun berbuntut

keluarnya kelompok Rugby dalam rapat karena menolak peraturan yang melarang

penginjakan, penendangan tulang kering dan melarikan atau membawa bola.

Akhirnya pada tanggal 8 Desember 1863, Rugby resmi mengundurkan diri dan

keduanya berjalan sendiri-sendiri.Setelah 6 tahun Football Association berjalan,

permainan sepakbola semakin mendekati kesempurnaan, terutama setelah adanya

keputusan yang melarang memegang bola saat bermain. Di tahun kedelapann

sejak berdirinya FA selain anggotanya yang bertambah menjadi 50 perkumpulan,

kompetisi sepakbola yang pertama juga mulai digelar di bawah naungannya.

Pertumbuhan sepakbola melaju begitu pesat di seantero jagat bahkan pada tahun

1879 sudah dikenal langkah-langkah sepakbola profesional di Darwin.

Dalam perkembangannya permaianan sepakbola banyak digemari dan di

tonton seluruh dunia. Karena permainan sepakbola sangat menarik dan melibatkan

banyak orang. Menurut Charlim, dkk. (2010, hlm. 2) Sepakbola erat kaitannya

dengan beberapa faktor positif yang harus dimiliki oleh seorag pemain, meliputi

kesegaran jasmani, keterampilan teknik, kekuatan mental, kecerdasan,

kepemimpinan, pola hidup teratur, serta gotong-royong. Hingga sekarang

perkembangan permainan sepakbola menjadi olahraga yang paling favorit dan

banyak menyedot penonton di seluruh dunia. Sepakbola juga sudah menjadi

perpaduan antara kebutuhan rohani dan jasmani, hingga menjadi kebutuhan sosial

yang sangat penting. Sepakbola bisa berperan ikut meningkatkan kualitas hidup

pemain, pelatih, dan ofisial, wasit, penonton, serta yang terkait didalamnya.

4. Teknik Dasar Permainan Sepakbola

Sepakbola merupakan permainan tim yang dimainkan oleh dua regu yang

berjumlah sebelas (11) pemain inti termasuk penjaga gawang dan ditambah

dengan beberapa cadangan. Permainan sepakbola dimainkan selama 2 x 45 menit

dengan istirahat 15 menit. Menurut Salim (2007, hlm. 10) Pada dasarnya

sepakbola adalah olahraga yang memainkan bola dengan menggunakan kaki.

18

Tujuan utamanya dari permainan ini adalah untuk mencetak gol atau skor

sebanyak-banyaknya yang tentunya harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan. Menurut Salim (2007, hlm 11)Para pemain dapat menggunakan

kedua kaki, kepala, atau bagian tubuh lainnya kecuali ke dua tangan dan lengan

untuk memainkan atau mengontrol bola. Dalam permainan sepakbola para pemain

menggunakan keterampilannya dengan menggunakan kaki, kecuali penjaga

gawang yang bebas menggunakan semua anggota badannya dan permainan ini

mengutamakan kerjasama tim serta berusaha untuk memasukan bola ke gawang

lawan dengan sebanyak-banyaknya dan mempertahankan gawangnya sendiri.

Oleh karena itu seorang pemain bola mutlak menguasai teknik-teknik dasar

sepakbola agar meningkatkan dan mencapai setinggi-tingginya untuk mencapai

itu sesuai dengan pendapat Charlim, dkk (2010, hlm. 9-10)pemain sepakbola

harus memiliki empat kelengkapan pokok, yaitu :

a. Pembinaan teknik (memiliki keterampilan).

b. Pembinaan fisik (kesegaran jasmani).

c. Pembinaan taktik (mental, ingatan dan kecerdasan).

d. Kematangan juara.

Sebelum melakukan permainan sepakbola alangkah baiknya melakukan

pemanasan seperti berlari, melompat dan lari-lari kecil agar otot-otot atau

persendian tidak kaku atau terjadi masalah yang tidak diinginkan. Menurut

Subardi dan Setyawan (2007, hlm. 13)Pemanasan membuat darah beredar lancar

keseluruh tubuh. Setelah pemanasan, lakukan pergelangan otot untuk mencegah

terjadinya cedera.

Gambar 2.2

Pemanasan Pergangan Otot

Subardi dan Setyawan (2007, hlm. 13)

19

Oleh karena itu, dalam bermain sepakbola kita harus menguasai teknik-teknik

dasar dalam bermain sepak bola. Untuk dapat menghasilkan permainan sepakbola

yang optimal, maka seorang pemain harus dapat menguasai teknik-teknik dalam

permainan. Teknik dasar bermain sepakbola adalah merupakan kemampuan untuk

melakukan gerakan-gerakan atau mengerjakan sesuatu yang terlepas sama sekali

dari permainan sepakbola. Untuk menjadi seorang pemain yang berkualitas,

seorang atlit harus mempunyai kemampuan sebagai berikut sesuai dengan

pendapatSubardi dan Setyawan (2007, hlm. 13) Seorang pemain sepakbola

berkualitas memiliki teknik individu yang baik, mental yang bagus, pengertian

tentang permainan yang memadai, dan fisik yang mendukung. Sedangkan

menurut Charlim, dkk (2010, hlm. 12) Teknik bermin sepakbola terdiri atas

gerakan-gerakan tanpa bola dan gerakan-gerakan dengan bola.Dalam permainan

sepakbola terdapat beberapa teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang

pemain. Menurut Subardi dan Setyawan (2007, hlm. 13) Teknik dasar permainan

sepakbola terdiri dari :

a. Mengumpan (Passing)

b. Menggiring (Dribbling)

c. Melakukan Tembakan (shooting)

d. Menyundul

e. Mengontrol Bola

f. Melakukan Tackling

Dalam setiap permainan tentunya ada aturan atau cara bermain. Aturan dalam

permainan sepakbola menurut Mahariesti (2010, hlm. 15)adalah:

a. Apabila suatu ketika tendangan bola mengakibatkan bola keluar dari lapangan,

tim lawan melakukan lemparan dalam.

b. Jika bola ditendang keluar, kemudian menyentuh salah satu pemain yang

bukan lawan, akan dikenai tendangan sudut.

c. Apabila salah satu tim melakukan kesalahan berat di dalam area penalti, tim

lawan melakukan “tendangan penalti”.

d. Jika terjadi pelanggaran di luar daerah pinalti (daerah luar gawang) oleh satu

tim, tim lawan diberikan “tendangan bebas”.

5. Dribbling

Menggiring bola merupakanfaktormkj kf kf kfyang

sangatpentingdalamupayamencapaikeberhasilandalmpermainansepakboladengan

20

memilikikemampuanyang baikdalammenggiringjbmnbjmbola

makakitaakanmudahdalammenguasaipermainansehinngaberjalansesuaidenganapa

yang di harapkan.Menurut Simon dan Saputra (2007, hlm. 135) Dribbling

(menggiring bola) adalah kemampuan membawa bola untuk mendekati sasaran

baik gawang atau teman satu tim. Sedangkan menurut Charlim, dkk (2010, hlm.

26) menggiring bola adalah gerakan membuka bola dengan sentuhan kaki, yang

dapat dilakukan dengan kaki kanan dan kaki kiri. Menggiring bola ini bisa

dilakukan dengan kaki bagian dalam, luar, dan punggung kaki. Menurut Cook,

(2013, hlm. 23) menybutkan bahwa pemainan dalam kelompok usia ini akan

semakin lihai, terkoordinasi, dan kuat dalam pergerakan, sehingga meraka akan

lebih berani mengambil resiko dalam pertandingan. Kini mereka bisa bergerak

dengan lebih cepat dan akurat sambil tetap menguasai bola dan bisa mengesah

banyak teknik dan trik. Pemain muda juga perlu belajar untuk tidak hanya

menggiring bola dan berlari sambil menguasainya. Tetapi juga untuk memutuskan

kapan dan dimana harus menerapkan teknik ini saat bertanding. Menurut Usli. W,

dkk (2010, hlm. 67-68) menyebutkan analisis gerak dasar menggiring bola

(dribbling) adalah sebagai berikut :

a. Posisi kaki menggiring bola sama dengan menendang bola.

b. Hanya kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak ditarik ke belakang

hanya didorong ke depan.

c. Hingga impact dengan bola dan jalannya bola bergulir sehingga bola tetap ada

dalam penguasaan kita.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.3 sebagai berikut.

21

Gambar 2.3

Menggiring bola dengan dibayangi oleh dua pemain lawan

Subardi dan Setyawan (2007, hlm 18).

Menurut Charlim, dkk (2010, hlm. 26-27) Bentuk latihan menggiring bola itu

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menggiring lurus ke depan tanpa rintangan serta berpasangan dengan teman.

b. Menggiring bola melalui rintangan zig-zag. Cara melatihnya adalah pasanglah

delapan buah lembing berjajar, dengan jarak setiap lembing kurang lebih satu

meter, lakukan gerakan menggiring bola secara zig-zag melalui lembing

tersebut, menggunakan kaki bagian luar, dalam dan kanan serta kiri.

c. Menggiring bola melalui pasang bendera dalam sebuah lingkaran. Cara ini

sama dengan zig-zag, akan tetapi dilakukan secara melingkar.

Adapun beberapa faktor yang mendukung gerakan dalam mengiring bola

antara lain liukan tubuh, keseimbangan, kontrol bola, kecepatan gerak, serta

kepercayaan diri yang tinggi. Tujuan menggiring bola antara lain untuk mendekati

jarak ke sasaran, melewati lawa dan menghambat permainan. Pada teknik gerak

dasar dribbling permainan sepakbola yang harus dikuasai yaitu dribbling

menggunakan kaki bagian dalam dan bagian punggung kaki. Menuru Charlim

22

(2010, hlm.13-15) Ada beberapa macam cara teknik dribbling (menggiring bola)

yaitu :

a. Menggiring bola dengan kaki bagian dalam

Berdiri dengan sikap melangkah, kaki yang berada di depan diletakkan di

samping bola, sekaligus sebagai kaki tumpu. Badan agak tegak, lalu kaki yang

digunakan untuk menyepak adalah kaki belakang dengan pergelangan kaki

menghadap keluar. ayunkan kaki belakang ke depan mengenai bola dan kenakan

kaki bagian dalam, hentikan bola dengan menggunakan telapak kaki bagian atas

bola, berat badan terdapat pada tumpuan kaki yang tidak digunakan untuk

menggiring bola dan padangan mata tetap ke depan atau lawan/teman.

Gambar. 2.4

Menggiring Bola Dengan Kaki BagianDalam

(https://olahraga.pro/teknik-dasar-permainan-sepak-bola/)

b. Menggiring bola dengan kaki bagian luar

Pada dasarnya menggiring bola menggunakan kaki bagian luar sama halnya

dengan menggiring bola dengan kaki bagian dalam, yang dapat membedakannya

titik perkenaan kaki pada bola.

23

Gambar. 2.5

Menggiring Bola Dengan Kaki BagianLuar

1) Pandangan ke depan atau ke arah bola.

2) Kepaladanbadan diatas bola.

3) Kedua leangan disamping badan agak terlentang.

4) Bola di dorongke arah depan denganmenggunakan kaki bagianluar.

5) Jarak bola tetapdalampenguasaanpemain.

6) Kaki yang digunakanmendorong bola atau yang menyentuh bolaadalahbagian

kaki dekatkelingking;

7) Badan tetap condong kedepan untuk dapat mengimbangi keseimbangan serta

mempercepat gerakan kedepan.

8) Bola dihentikan dengan menggunakan kaki bagian atas atau telapak kaki.

24

c. Menggiring bola dengan kaki bagianpunggung

Pada teknik menggiring bola menggunakan kaki bagian punggung ini sebagai

perkenaannya menggunakan kaki punggung sebagai titik perkenaan bola.

Gambar 2.6

Menggiring Bola Dengan Kaki BagianPunggung

1) Pandangan kedepan atau kearah bola.

2) Kepaladanbadandiatas bola.

3) Bola disentuhkedepandengan menggunakan bagian punggung kaki.

4) Ujung kaki yang menyentuh bola menghadapketanah.

5) Langkah-langkahdalamlariterasa jingjit.

6) Jarak bola tetapdalampenguasaanpemain.

7) Badan tetap condong ke depan untuk dapat mengimbangi keseimbangan serta

mempercepat gerakan kedepan.

Disamping hal tersebut diatas, perlu juga diperhatikan adalah prinsip atau

teknik menggiring bola seperti tetap dalam penguasaan, memakai perasaan,

mengiring dengan kaki dan kecepatan menggiring bola. Menurut Subardi dan

Setyawan (2007, hlm. 18) Menggiring bola meliputi gerakan mengubah arah bola,

melakukan gerak tipu, dan melindungi bola.

25

6. Strategi Penggunaan Media Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

a. Pengertian Media Pembelajaran

Secara umum, media pembelajaran dapat dinyatakan sebagai perantara atau

pengatar materi yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau bahan

ajar untuk ditransmisikan melalui suatu alat tertentu. Menurut Rahardjo (dalam

Rahayu, 2013, hlm 182) menyatakan bahwa media merupakan wadah dari pesan

yang oleh sumber atau penyaluran ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima

pesan. Maka dari itu, tujuan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar

sangat peting agar siswa itu belajar. Sesuai dengan pendapat Gagne (dalam

Sadiman, dkk, 1986, hlm. 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis

komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Bisa kita lihat perkembangan pembelajran menggunakan media hanya dapat

dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar dan dapat dianggap sebagai alat

bantu mengajar guru. Menurut Sadiman, dkk (1986, hlm. 7) alat bantu yang

dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lain

yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi

daya serap dan retensi belajar siswa. Oleh karena itu, proses pembelajran

menggunakan media sangat penting sebagai salah satu komunikasi dan

berinteraksi secara langsung dalam suatu sistem pembelajaran.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Dalam perkembangan teknologi pendidikan, maka media pembelajaran jika

ditinjau dari segi penggunan media mengalami perkembangan yang sangat pesat

baik dari segi kualitas dan jenis media pembelajaran. Media pembelajaran sangat

banyak dan beragam jenis dan macamnya, mulai dari media yang paling kecil atau

sederhana dan murah, hinngga dengan media yang sudah canggih atau mahal

harganya. Meskipun media banyak ragamnya, banyak sekali media yang tersedia

di lingkungan yang dapat kita manfaatkan untuk media pembelajaran dan ada juga

media yang khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran. Ada beberapa media

yang sering digunakan atau di manfaatkan oleh guru di sekolah. Menurut Bretz

(dalam Rahayu, 2013, hlm. 184-85) jenis-jenis media itu dapat digolongkan

menjadi tujuh kelompok. Tujuh kelompok itu adalah sebagi berikut:

26

1. Media audio visual gerak merupakn media yang paling lengkap, yaitu

menggunakan kemampuan audia visual dan gerak.

2. Media audio visual diam media kedua dari segi kelengkapan kemampuannya

karena ia memiliki semua kemampuan yang ada pada golongan sebelumnya

kecuali penampilan gerak.

3. Media audia semi gerak memiliki kemampuan menampilkan suara disertai

gerakan nyata secara utuh.

4. Media visual gerak memiliki kemampuan seperti golongan pertama kecuali

penampilan suara.

5. Media visual diam mempunyai kemampuan menyampaikan informasi secara

visual tetapi tidak dapat menampilkan suara maupun gerak.

6. Media audio adalah media yang hanya memanipulasikan kemampuan-

kemampuan suara semata-mata.

7. Sedangkan media cetak merupakan media-media yang hanya mampu

menampilkan informasi berupa huruf dan angka (alphanumeric) simbol-simbol

verbal tertentu.

Selain itu juga masih ada media proses belajar mengajar pendidikan jasmani

yang masih membutuhkan media pembelajaran yaitu media kinestetik. Yang

dimaksud dengan kinestetik disini ialah informasi tentang kedudukan badannya

dalam ruang dan hubungan dari bagian-bagiannya.

c. Penggunaan Media Pembelajaran

Media dibuat dengan rancangan yangghgjggsistematis melalui berbagai langkah

pengembangan dan melibatkan berbagai tenaga terampil dan ahli, serta dalam

proses belajar mengajar perlu diperhatikan dalam menggunakan berbagai jenis

peralatan. Dengan cara demikianhhhhdiharapkan media yang dihasilkan dapat

merupakan media yang efektif. Oleh karena itu, yang harus dirancang dengan baik

bukan hanya dalam pembuatan media itu sendiri, melainkan hghghghgpemanfaatan serta

dalam penggunaan media itu perlu diatur dan dirancang dengan sebaik-baiknya.

Supaya media pembelajaran itu efektif maka pemanfaatan dddgdgdan penggunaan media

itu harus direncanakan dan dirancang secara sistematis.Menurut Aqib (2015, hlm.

53) dalam penggunaan media pembelajaran terdapat prinsip-prinsip penggunaan

media pembelajaran sebagai berikut :

27

1. Setiap media memili kelebihan dan kekurangan.

2. Gunakan media seperlunya, jangan berlebihan.

3. Penggunaan media mampu mengaktifkan pelajar.

4. Pemanfaatan media harus terencana dalam program pembelajaran.

5. Hindari penggunaan media yang hanya sekedar mengisi waktu.

6. perlu persiapan yang cukup sebelum menggunakan media.

Dalam penggunaan berbagai jenis media dalam proses belajar mengajar dapat

mendukung kegiatan proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas.

Banyak sekali media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan di dalam

menyampaikan materi ajar agar lebih efektif dan efisien serta dapat mencapai

tujuanpembelajaran dengan maksimal. Namun kalau kurang tahu jenis-jenisnya

maupun kelebihan dan......keterbatasannya setiap media tersebut tentunya hasilnya

tidak akan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk seorang guru yang

profesional, pengetahuan tentang macam-macam media pembelajaran adalah

sesuatu hal yang sangat diperlukan. Dengan pengetahuan jklkkkkdan keterampilan yang

dimilikinya, seorang guru dalam menyampaikan materi (proses belajar mengajar)

akan lebih menarik bagi peserta didik. Media pembelajaran ini dapat dibuat oleh

guru atau bersama-sama dengan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan yang

tersedia di lingkungan sekolah.

7. Pembelajaran Gerak Dasar Dribbling Permainan Sepakbola Melalui

Sirkuit Rintangan

Untuk tercapainya tujuan dari pembelajaran, maka guru pendidikan jasmani

harus bisa melakukan modifikasi alat dan media untuk menunjang proses belajar

mengajar. Dalam pembelajaran kali ini penulis akan mengembangkan salah satu

pembelajaran untuk meningkatkan gerak dasar dribbling melalui sirkuit rintangan.

Sirkuit rintangan merupakan media yang dimodifikasi untuk melakukan penelitian

ini. Sirkuit rintangan bisa berbentuk pos atau lintasan rintangan dengan jalur yang

berbeda, jalur tersebut bisa dibuat menggunakan rapia, corong dan media-media

lainnya yang dibuat menjadi rintangan untuk melakukan dribbling permainan

sepakbola. Siswa hanya mengikuti jalur yang sudah dibuat selama mengikuti

pembelajaran. Dribbling dengan melewati rintangan dilakukan secara bergantian,

28

setelah melalui rintangan-rintangan yang sudah di sediakan kemudian siswa yang

menunggu melakukan giliran dan seterusnya.

Dalam gerak dasar dribbling permainan sepakbola melalui sirkuit rintangan

bertujuan untuk mengembangkan kecepatan dan keterampilan anak dalam

melakukan gerak secara tepat. Menurut Saputra (2001, hlm.13) perkembangan

kecepatan memerlukan bentuk latihan yang menuntut kecepatan yang maksimal.

Dalam pembelajaran sirkuit rintangan meliputi tugas-tugas gerak yang meliputi

hasil belajar siswa yang menunjang terhadap poses belajar motorik. Kemampuan

dalam meninkatkan gerak dasar pembelajaran pada usia dini mempuanyai fase-

fase tertentu. Menurut Saputra (2001, hlm 15) fase-fase perkembangn gerak dasar

ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Tingkat awal, merupakan awal munculnya kesadaran anak akan pola gerak

dasar, meskipun perpaduan dan koordinasi geraknya masih belum sempurna.

b. Tingkat dasar, merupakan proses menuju pematangan ke arah pola gerak dasar.

kesadaran mengenai ruang dan waktu sudah terbentuk, sehingga gerak

koordinasi sudah mulai lebih baik dari tahapan sebelumnya.

c. Tingkat kematangan, merupakan tahap pematangan gerak dasar yang ditandai

dengan semakin efisiennya koordinasi gerak yang dilakukan.

Pada ketiga fase tersebut guru berupaya untuk menentukan atau mengarahkan

anak didik dalam jenjang yang berbeda. Terdapat beberapa langkah pembelajaran

dalam gerak dasar dribbling permainan sepakbola melalui sirkuit rintangan, guru

membimbing siswa untuk melakukan sirkuit rintangan. Sirkuit rintangan terdiri

dari tiga tahapan yaitu:

1) Dribbling Garis Sejajar

Pada permainan dribbling sejajar garis ini siswa melakukan dribbling bola

secara bolak balik sejauh 2-3 meter, melakukan gerakannya boleh menggunakan

kaki bagian dalam atau bagian punggung kaki dan melakukan kegiatan inti ini

selama 2-3 menit secara bergantian. Dalam melakukan dribbling garis sejajar

pemain yang menguasai bola harus dapat mengontrol bola tersebut supaya tidak

terlepas dan jauh dari kaki.

29

Gambar 2.7

Dribbling Sejajar Garis

Nuryadi (2013, hlm 33)

2) Dribbling Menggunakan Zig-zag

Dalam pembelajran gerak dasar dribbling permainan sepakbola menggunakan

sirkuit rintangan terdapat fase latihan yang menggunakan zig-zag salah satu upaya

untuk meningkatkan kemampun gerak dasar dribbling permainan sepakbola.

Latihan dribbling dengan menggunakan zig-zag dalam sirkuit rintangan siswa

dapat melakukan gerakan berkelok-kelok melewati rintangan yang sudah di

siapkan, latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kelincahan dan

kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar dribbling permainan sepakbola.

Berdasarkan pembelajaran gerak dasar dribbing permainan sepakbola

menggunakan zig-zag terdapat keuntungan dan kerugian dalam melakukan latihan

tersebut. Menurut Asmara (2015, hlm.10)keuntungan dan kerugian dengan

menggunakan zig-zag sebagai berikut:

a) Keuntungan :

(1) Kemungkinan Cidera lebih kecil karena sudut ketajaman berbelok arah lebih

kecil (45-90 derajat).

(2) Banyak membutuhkan koordinasi gerak tubuh, sehingga mempermudah dalam

tes kelincahan dribbling.

b) Kerugian :

(1) Secara psikis arah lari perlu daya ingat lebih.

30

(2) Atlit tidak terbiasa dengan ketajaman sudut lari yang besar sehingga pada saat

melakukan tes kelincahan dribbling atlet lebih sulit. Akibatnya atlet

konsentrasinya terpusat pada arah belok dan bukan pada kecepatan larinya.

Bentuk latihan zig-zag gerak dasar dribbling permainan sepakbola bisa dilihat

pada gambar 2.8 sebagai berikut:

Gambar 2.8

Bentuk Latiahan Zig-zag

3) Dribbling menggunakan shuttle run

Pada pembelajaran gerak dasar dribbling permainan sepakbola melalui sirkuit

rintangan peneliti akan menggunakan shuttle run untuk meningkatkan gerak dasar

dribbling dalam sirkuit rintangan. Tujuan shuttle run ini untuk melatih kelincahan

dan mengubah gerak tubuh saat melakukan dribbling secepat-secaptnya dari satu

titik ke titik lainnya dengan menempuh jarak yang sudah ditentukan. Dapat dilihat

pada gambar 2.8 bentuk latihan dribbling menggunakan shuttle run sebagai

berikut:

Gambar 2.9

Bentuk latihan shuttle run

Jadi dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan tiga tahapan dalam

pembelajaran gerak dasar dribbling permainan sepakbola dengan menggunakan

31

sirkuit rintangan. Tiga tahapan tersebut terdiri dari dribbling garis sejajar, zig-zag

dan shuttle run yang akan dibuat atau dibentuk menjadi sirkuit rintangan, yang

menjadi bahan latihan untuk meningkatkan gerak dasar dribbling permainan

sepakbola. Berikut ini bisa dilihat gambar 2.10 bentuk latihan sirkuit rintangan.

Gambar 2.10

Bentuk Sirkuit Rintangan

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Terdapatbeberapahasilpenelitianterdahulu yang relevandenagan

judulskripsisebagaiberikut:

1. Tulisan Baskara. Skripsi: MeningkatkanKelincahan Dalam Permainan

Sepakbola Melalui Latihan Menggiring Bola Secara Zig-zag Pada Siswa Kelas

IV SDN Cikandang Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang.

HasilPenelitian :

Berdasarkanpenelitian yang

telahdilakukandiperolehkesimpulanbahwadenganlatihan zig-

zagdapatmeningkatkankelincahangerakdasardribbling dalamsepakbola,

keantusiasansiswadalammengikutikegiatanbelajarmengajarsehinggatujuandarip

embelajarantersebutdapattercapai.

32

2. TulisanHartono. Skripsi: Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Dribbling

Sepakbola Melalui Permainan Tradisional Hadang Pada Kelas V SDN

Bojongloa I Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang.

HasilPenelitian :

Berdasarkanhasilpenelitiandiperolehklesimpulanbahwamelaluipermainan

tradisional hadang dapatmeningkatkanketerampilangerakdasardribbling.

C. HipotesisTindakan

Berdasarkan

kajianteoritisdankajianpraktismakadapatdiajukanhipotesistindakanyang dapat di

kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut: Bagaimana penerapan

sirkuit rintangan untuk meningkatkan gerak dasar dribbling permainan sepakbola

siswa kelas V SDN Cipongporang Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandun.