BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf ·...

26
17 BAB II LANDASAN TEORISTIS Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kerangka teori yang digunakan sebagai landasan untuk menganalisis data sebagaimana telah dirumuskan dalam Bab 1 Pendahuluan. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini mengadopsi strategi penolakan yang dikembangkan oleh Ookura (2002) dan teori kesopanan yang dikembangkan oleh Brown dan Levinson (1987) sebagai pendukung dalam menganalisis bentuk penolakan sebagai strategi penolakan. 2.1. PENELITIAN TERDAHULU 2.1.1. Penelitian Tindak Tutur Penolakan Beebe dan Takahashi (1989) dalam Aziz yang disitir Nurbaeti (2009:8), melakukan studi untuk mengungkap realisasi pertuturan menolak yang dilakukan oleh penutur bahasa Jepang yang sedang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing dengan pembanding orang Amerika. Banyak orang percaya bahwa orang Jepang adalah penutur bahasa yang memiliki ciri khas, misalnya seringkali mengungpakan maaf dalam berbagai kesempatan, tidak bisa berbicara lugas, tidak pernah mau mengeritik orang lain, lebih baik menghindarkan diri dari pertentangan, dan tidak mau mengatakan sesuatu yang mereka tidak mau mendengarnya. Sementara itu, orang Amerika dipercaya sebagai penutur yang selalu lugas dan langsung ketika membuat penolakan. Beebe dan Takahashi juga

Transcript of BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

17

BAB II

LANDASAN TEORISTIS

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kerangka teori yang digunakan

sebagai landasan untuk menganalisis data sebagaimana telah dirumuskan dalam

Bab 1 Pendahuluan. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini mengadopsi

strategi penolakan yang dikembangkan oleh Ookura (2002) dan teori kesopanan

yang dikembangkan oleh Brown dan Levinson (1987) sebagai pendukung dalam

menganalisis bentuk penolakan sebagai strategi penolakan.

2.1. PENELITIAN TERDAHULU

2.1.1. Penelitian Tindak Tutur Penolakan

Beebe dan Takahashi (1989) dalam Aziz yang disitir Nurbaeti (2009:8),

melakukan studi untuk mengungkap realisasi pertuturan menolak yang dilakukan

oleh penutur bahasa Jepang yang sedang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa

asing dengan pembanding orang Amerika. Banyak orang percaya bahwa orang

Jepang adalah penutur bahasa yang memiliki ciri khas, misalnya seringkali

mengungpakan maaf dalam berbagai kesempatan, tidak bisa berbicara lugas, tidak

pernah mau mengeritik orang lain, lebih baik menghindarkan diri dari

pertentangan, dan tidak mau mengatakan sesuatu yang mereka tidak mau

mendengarnya. Sementara itu, orang Amerika dipercaya sebagai penutur yang

selalu lugas dan langsung ketika membuat penolakan. Beebe dan Takahashi juga

Page 2: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

18

membuat formula semantik1 yang mengelompokkan strategi-strategi penolakan

berdasarkan hasil penelitian. Berikut ini adalah strategi penolakan dikembangkan

menjadi rumus semantik oleh Beebe et al (1990).

Tabel 2.1

Rumus Semantik Contoh Kalimat

I. Penolakan Langsung(直接ちょくせつ

的断り)

A. Performatif

(遂行すいこう

動詞を使う直接ちょくせつ

断り)

“Saya menolak” 「断り。」

B. Pernyataan non-performatif

(遂行すいこう

動詞を使わない直接ちょくせつ

断り)

1) “Tidak” (否定ひ て い

の副詞ふ く し

だけを使う)

2) Kesediaan negatif/ kemampuan

(やる気や能力の否定ひ て い

)

1) “Tidak” 「いいえ。」

2) “Saya tidak bisa”; “Saya

tidak akan melakukan~” ;

“Saya tidak berpikir

demikian”

「できない。;したくな

い。;そうは思わない。」

II. Penolakan Tidak Langsung(間接的かんせつてき

断り)

A. Pernyataan penyesalan

(謝罪しゃざい

・遺憾い か ん

な気持ち)

“Maafkan saya...”;”Saya merasa

tidak enak...”

「すまない。;悪い。」

B. Harapan (願望) “Saya berharap bisa membantu

anda...”

「手伝ってあげたいんだけ

ど。」

C. Maaf, Alasan, Penjelasan

(言い

い訳わけ

、理由、弁明べんめい

)

“Anak-anak saya akan ada di rumah

malam itu.”;“Saya menderita sakit

kepala.”

「私の息子はその夜に家にい

る。;私は頭痛がする。」

D. Pernyataan Alternatif

(代案提示だいあんていじ

)

1) Saya bisa melakukan X bukan Y

1) “Saya lebih suka...”; ”Saya

lebih suka...”

1Formula semantik adalah strategi yang digunakan untuk menampilkan tindak tutur tertentu (Kwon

dalam Anggreni, 2008:14)

Page 3: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

19

(Yの代か

わりに、Xができる)

2) Kenapa anda tidak melakukan X

bukan Y

(Yの代か

わりに、Xをしたら?)

「私ならこうする。;私

は こ っ ち の 方 が す ぎ

だ。」

2) “Kenapa anda tidak meminta

(tolong) kepada orang lain?”

「 他 の 人 聞 い て み た

ら?」

E. Set kondisi penerimaan masa

depan atau masa lalu

(何々なら将来引きうけるある

いは何々ならあの時引きうけた

のにという条件じょうけん

を提示て い じ

するこ

と)

“Jika anda lebihcepat meminta

(memohon) kepada saya, saya

akan...”

「もし、もっと早く頼んでいた

ら、...がしたのに。」

F. Janji untuk penerimaan di masa

depan

(将来なら承知しょうち

するという約束)

“Saya akan melakukannnya lain

kali”; ”Saya berjanji saya akan..”

atau “Lain kali saya akan...”

「今度はする。;~すると約束

する。;今度~する。」

G. Menyatakan Prinsip

(信念しんねん

の陳述ちんじゅつ

)

“Saya tidak pernah melakukan bisnis

dengan teman.”

「私は友達と取引とりひき

は絶対ぜったい

しない

んだ。」

H. Pernyataan filosofi

(人生観じんせいかん

・決めたり文句も ん く

)

“Manusia tidak dapat terlalau hati-

hati.”

「人間はいくら用心ようじん

しても、し

すぎることはない。」

I. Usaha untuk menghalangi mitra

tutur

(相手を思い止とま

らせようという

試こころ

み)

1) Ancaman atau pernyataan

konsekuensi negatif terhadap

pemohon

(脅おど

し・依頼者にとって否定的ひていてき

な結果の陳述ちんじゅつ

)

2) Rasa bersalah

(依頼者に罪つみ

の意識い し き

を持たせる)

1) “Kalaupun malam ini ada

saya, tidak akan

menyenangkan kan?”

untuk menolak ajakan.

「招待の「断り」とし

て、「今夜私がいても面

白くないだろう。」

2) Pelayan kepada pelanggan

yang ingin duduk sebentar. ;

“Saya tidak dapat hidup

Page 4: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

20

3) Mengeritik permintaan/

permohonan, dll.

(Pernyataan merasa negatif atau

opini); Penghinaan/ Serangan

(依頼/ 依頼者への批判ひ は ん

(否定的ひていてき

情や意見の陳述ちんじゅつ

);侮辱ぶじょく

/ 非難ひ な ん

4) Permintaan bantuan, empati dan

bantuan dengan menjatuhkan (依

頼を辞や

めさたり、控ひか

えさせたり

することによって、助たす

け、

共感きょうかん

、援助えんじょ

を訴うった

える)

5) Melepaskan mitra tutur dari

tanggung jawab

(話し手の負担ふ た ん

を軽減けいげん

する)

6) Pembelaan diri (自己防衛じ こ ぼ う え い

)

hanya dengan melayanai

pelanggan yang hanya

memesan kopi.”

ゆっくりとするお客に対

してウエイトレスが「コ

ーヒーだけ注文するお客

様だけでは、私は生活が

できません。」

3) “Anda pikir anda siapa?”;

“Itu ide yang buruk!”

「自分を何さまだと思っ

ているのか。;なんてひ

どい考えなんだ!」

5) “Jangan khawatirkan ini.”;

“Tidak apa-apa.”; “Anda

tidak perlu~.”

「心配しないで。;大丈

夫だ。;しなくてもい

い。」

6) “Saya melakukan yang

terbaik.” ”Saya melakukan

semuanya yang dapat saya

lakukan.” ”Saya tidak

melakukan hal yang salah.”

「私は頑張っているん

だ。;できるだけのこと

はやっているんだ。;私

は間違ったことはやって

いない。」

Page 5: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

21

J. Penerimaan yang berfungsi sebagai penolakan (「断り」の働きを有ゆう

る承諾しょうだく

)

1) Tidak spesifik, balasan yang tidak tentu (明確めいかく

でなく、不確定ふかくてい

な返事へ ん じ

)

2) Kurangnya antusiasme (熱意ね つ い

の欠如けつじょ

)

K. Penghindaran (回避か い ひ

)

1) Nonverbal (非言語的ひ げ ん ご て き

)

a. Diam (沈黙ちんもく

)

b. Ragu-ragu (躊躇ちゅうちょ

)

c. Tidak melakukan apapun

(何もしない)

d. Meninggalkan tempat/

pergi (bersikap tidak acuh)

(その場ば

を離はな

れる)

2) Verbal (言語的げんごてき

)

a. Pengalihan topik

pembicaraan (話題換転わだいかんてん

)

b. Gurauan (冗談じょうだん

)

c. Pengulangan sebagian

dari permohonan, dll

(依頼の一部を繰く

り返かえ

す)

d. Penundaan (延期え ん き

)

e. Berdalih (ヘッジ=言葉

を濁にご

す)

c. “Senin?”

「月曜日?」

d. “Saya akan

memikirkan ini.”

「 考 え て お き ま

す。」

e. “ya. Saya tidak

mengerti.”; “Saya

tidak yakin.”

「うん、分からな

い。;確信かくしん

できな

い。」

Ungkapan tambahan untuk menolak (断りへの付加的ふ か て き

表現)

1. Pernyataan dari opini positif/ perasaan

atau persetujuan (積極的せっきょくてき

な意見/ 感

“Itu ide yang bagus...”; “Dengan

senang hati...”

「それはいい考えだけど。;私

Page 6: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

22

情、同意ど う い

の陳述ちんじゅつ

) も…やりたいんだけど。」

2. Pernyataan empati (共感きょうかん

の陳述ちんじゅつ

) “Saya tahu anda dalam keadaan

yang sulit.”

「あなたが大変な状況にいるの

は分かるんだけど。」

3. Pengisi jeda (間を持たせる表現) “uhh”; “hmm”; “oh”

「え~と、え~;うん、あの

う」

4. Rasa terimakasih/ Apresiasi (感謝かんしゃ

/

謝意し ゃ い

)

Berikut adalah rincian dari formula semantik diatas:

I. Direct (Penolakan Langsung)

Strategi yang menampilkan tindak ilokusi2 penolakan yang jelas, tidak

bermakna ambigu dan lebih ringkas. Penolakan yang disampaikan secara

langsung, diantaranya disampaikan sebagai berikut:

A. Menggunakan verba performatif.

Penutur menolak ajakan dengan menggunakan verba yang

menunjukkan tindakan penolakan.

B. Hanya mengatakan tidak.

C. Ungkapan ketidaksanggupan.

Penutur mengungkapkan ketidakmampuannya memenuhi

keinginan mitra tutur.

2 Tindak ilokusi adalah tindakan yang dilakukan dengan menuturkan sebuah tuturan yang memiliki

daya (force) tertentu yang menampilkan fungsi tuturan sesuai dengan konteks tuturan tersebut,

seperti memberitahu, memerintah, melarang dsb (Ibid dalam Anggreni, 2008:11)

Page 7: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

23

II. Indirect (Penolakan Tidak Langsung)

Strategi yang tidak termasuk ke dalam ketiga kategori di atas. Di dalam

strategi ini, penolakan dilakukan melalui beberapa tahap dan dapat

dimengerti setelah pengajak menangkap maksud penolakan dari respon

yang diberikan tersebut. Yang termasuk strategi penolakan tidak langsung

adalah sebagai berikut (urutan penulisan tidak berhubungan dengan derajat

ketidaklangsungan strategi):

A. Mengungkapkan penyesalan atau permintaan maaf.

Dalam kasus penolakan, penggunaan strategi ini dipakai dengan

maksud untuk mengungkapkan penyesalan penutur karena tidak

dapat menyanggupi ajakan ataupun permohonan mitra tutur.

B. Harapan

Mengungkapkan harapan untuk dapat ikut berpartisipasi (dalam

undangan) atau dapat mengabulkan permintaan mitra tutur.

C. Alasan, penyebab, penjelasan.

Strategi ini digunakan penutur untuk menjelaskan mengapa

penutur tidak dapat memenuhi keinginan (undangan maupun

permintaan) mitra tutur.

D. Penawaran alternatif

Penutur mengusulkan alternatif lain sebagai pengganti ajakan yang

ditolak dengan maksud tetap menjaga hubungan baik dengan

pengajak.

E. Mengkondisikan waktu dimasa yang akan datang dan masa lalu

Page 8: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

24

F. Janji untuk penerimaan dimasa depan

Penutur memberikan pernyataan dan berjanji menyanggupi hal

tersebut.

G. Menyatakan prinsip

H. Menyampaikan filosofi

I. Usaha untuk menghalangi mitra tutur

Penutur berusaha menghalangi/ menentang pendapat mitra tutur

1) Menyatakan pernyataan negatif

2) Rasa bersalah

3) Mengomentari permintaan mitra tutur

4) Meminta pertolongan, empaty dan bantuan

5) Membiarkan mitra tutur (requester) untuk keluar dari tanggung

jawab

6) Pertahanan diri

J. Menerima fungsi tersebut sebagai penolakan

1) Balasan yang tidak spesifik atau tidak terbatas

2) Kurangnya antusiasme

K. Penghindaran.

Penutur menggunakan taktik menunda memberikan respon atas

ajakan yang diberikan.

1) Non-verbal

a. Diam

b. Ragu-ragu

Page 9: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

25

c. Tidak melakukan apa-apa

d. Bersikap tidak acuh

2) Verbal

a. Mengalihkan pembicaraan (topik)

b. Membuat candaan

c. Mengulang bagian dari pernyataan

d. Penundaan

e. Berdalih

Tambahan untuk penolakan

1. Pernyataan tentang pendapat positif atau persetujuan. Penutur

mengungkapkan pendapat yang positif atas ajakan yang ditawarkan.

2. Pernyataan empaty

3. Pengisi waktu jeda. Strategi ini digunakan sebagai pengisi waktu antara

selesainya tuturan yang dituturkan pengajak dengan dimulainya tuturan

penolakan yang akan diucapkan penutur.

4. Apresiasi atau terimakasih. Penutur mengekspresikan rasa terima

kasihnya atas ajakan yang ditawarkan kepadanya.

Hasil studi Brown dan Levinson menunjukkan bahwa kayakinan

kebanyakan orang tentang penutur bahasa Jepang tersebut tidak selalu dapat

dibuktikan karena ternyata orang Jepang dapat berbicara dan menolak secara

lugas dan langsung seperti halnya orang Amerika. Hal ini terutama mereka

lakukan terhadap mitra tutur yang status sosialnya relatif lebih rendah daripada

penutur. Akan tetapi, studi itu menunjukkan bahwa semakin mahir orang Jepang

Page 10: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

26

tadi dalam berbahasa Inggris, strategi penolakan yang mereka tunjukkan akan

semakin tidak langsung. Hasil penelitian Beebe, Takahashi dan Uliss-Weltz tadi

pun membuktikan bahwa pada level sosiopragmatik, pembelajar menunjukkan

kepekaannya terhadap faktor-faktor sosiokultural3

di luar bahasa seperti

keakraban dengan mitra tutur dan hubungan kekerabatan dalam melakukan

strategi penolakan (Ibid dalam Anggreni, 2008:13).

Beebe, Takahashi dan Ulisse-Welts juga meneliti transfer pragmatik4

dalam penolakan atas permohonan, undangan, penawaran dan saran kepada orang

Jepang berbahasa Jepang, orang Jepang berbahasa Inggris dan orang Amerika

berbahasa Inggris. Hasilnya, ditemukan bahwa informan Jepang cenderung

mengubah gaya bicara mereka berdasarkan status mitra tutur dibandingkan

dengan penutur Inggris Amerika. Selain itu, orang Jepang juga cenderung

mengekspresikan penyesalan atau permintaan maaf ketika memulai penolakan

yang kemudian diikuti dengan pemberian alasan, sementara orang Amerika

hampir selalu memulai penolakan dengan ungkapan positif, seperti “I would like

to...” barulah diikuti dengan ungkapan penyesalan dan alasan.

Demikian pula studi yang dilakukan oleh Ito (1989) dalam Aziz

(Nurbaeti, 2009:8) yang menunjukkan adanya perbedaan realisasi pertuturan

menolak yang dilakukan oleh orang-orang Jepang bila dibandingkan dengan

orang Amerika. Dengan menggunakan pola pikir yang dikembangkan Brown dan

3 Kemampuan sosiokultural adalah kemampuan penutur untuk menentukan apakah suatu tindak

tutur dapat diterima atau cocok dipakai pada situasi tertentu, hingga ke pemilihan satu atau lebih

formula semantik yang tepat pada situasi tindak tutur tersebut (Cohen dalam Anggreni, 2008:13) 4 Transfer pragmatik disini mengacu pada peralihan kemampuan komunikatif sosiokultural bahasa

pertama dalam melakukan tindak tutur ataupun fungsi apapun dari bahasa kedua, dalam usaha

mencapai fungsi tertentu dari bahasa (Beebe, Takahashi dan Uuliss-Weltz dalam Anggreni,

2008:13)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

27

Levinson (1987), Ito mengemukakan bahwa orang Jepang lebih suka

menggunakan kesantunan negatif dengan strategi yang samar-samar menunjukkan

penolakan, sementara orang Amerika lebih suka dengan cara langsung

mengatakan tidak dengan kesantunan positif. Cara-cara yang sama yang dilakukan

oleh orang-orang Jepang tersebut, juga ditunjukkan dalam hasil studi yang

dilakukan oleh peneliti lain, seperti Aramaki (1999), Ken Eishuu (2008) dan

Ookura (2002).

2.2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1. Teori Kesopanan

Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika ada syarat-syarat

tertentu yang terpenuhi, salah satunya adalah kesadaran akan bentuk sopan santun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu percakapan ditinjaui dari tingkat

kesopanan sosialnya antara lain, usia, kekuasaan, tingkat formalitas, keadaan, dan

wilayah bahasa. Holmes dalam Kuntjara (2003:36) mendefinisikan kesopanan

sebagai “Behavior which actively expresess positive concern for other , as well as

non-imposing distancing behavior” yaitu sikap yang menyatakan keprihatinan

yang positif pada orang lain, serta sikap menjaga jarak yang sifatnya tidak

memaksa.

Sedangkan Brown dan Levinson dalam Kuntjara (2003:35)

mendevinisikan kesopanan sebagai “Redressive actios taken to counter balance

the disruptive effect of Face Threatening Act” yaitu perbuatan yang dilakukan

untuk mengatasi akibat yang merugikan disebabkan oleh ancaman yang

Page 12: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

28

memalukan. Sikap dan perbuatan ini menurut Brown dan Levinson menunjukan

suatu usaha untuk melindungi muka5 lawan bicaranya dalam dua hal. Pertama,

muka negatif seseorang, yaitu yang merujuk pada keinginan orang yang diajak

bicara untuk tidak diganggu dan dipaksakan untuk melakukan kehendak

pembicara. Kedua, muka positif seseorang, yaitu yang merujuk pada keinginan

orang yang diajak bicara untuk disukai, dikagumi, diterima oleh orang lain dan

diperlakukan sebagai bagian dari suatu kelompok. Karena ada dua sisi muka yang

terancam yaitu muka negatif dan muka positif, maka kesantunan pun dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu kesantunan negatif (untuk menjaga muka negatif)

dan kesantunan positif (untuk menjaga muka positif). Dengan kata lain kesopanan

negatif merupakan ujaran yang menunjukkan rasa hormat dan kesopanan positif

merupakkan ujaran untuk menunjukkan rasa kesetia-kawanan. Perbuatan atau

ucapan yang ditunjukan pada muka negatif dan muka positif seseorang ini disebut

oleh Brown dan Levinson sebagai Face Threatening Act (FTA)6 atau perbuatan

yang mengancam muka seseorang dan yang bisa mempermalukannya.

Biasanya orang akan melakukan strategi-strategi tertentu untuk melakukan

perbuatan FTA ini. Brown dan Levinson menunjukkan dua strategi yang sering

dipakai banyak orang. Strategi yang pertama disebut sebagai tindak kesopanan

yang positif atau possitive politeness. Tindak sopan santun yang positif ini bersifat

meminimalisasikan FTA dengan cara penutur meyakinkan pada mitra tutur dan

berusaha untuk memenuhi harapan mitra tutur. Dalam tindak sopan santun yang

5 Face - “muka” didefinisikan sebagai “harga diri individu” atau “citra diri masyarakat yang setiap

anggotanya ingin untuk menegaskan dirinya” (Nurbaeti, 2009:13) 6 Face-Threatening Act (tindakan mengancam wajah). FTA adalah suatu ancaman bagi setiap

wajah seseorang dan wajahnya sendiri, dengan membuat suatu pertanyaan, saran, dengan

mengkritiknya, menyarankan atau mengungkapkan kesalahan, terima kasih dan sebagainya.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

29

sifatnya negatif atau negative politeness, penutur mencoba manyampaikan pada

mitra tutur dan tidak ingin memaksakan mitra tutur untuk melakukan apa yang

diinginkan oleh penutur.

Ada lima tipe strategi kesantunan dalam menghadapi FTA yang diuraikan

oleh mereka. Berikut ini adalah gambaran strategi kesantunan Brown dan

Levinson.

Plan Strategy

Do the FTA Don’t do the FTA

on record off record

bald on record face saving act

possitive politeness negative politeness

Lesser - - - - - - - - - - - - - (FTA の重さ) - - - - - - - - - - - - - Greater

Adapun penjelasan dari gambar diatas adalah sebagai berikut:

1. Don’t do the FTA, penutur sama sekali menghindari FTA yang mengganggu

mitra tutur. Dengan begitu, tentunya penutur juga gagal untuk mencapai

komunikasi yang diinginkannya. Oleh karena tidak adanya refleks linguistik

yang menarik dari strategi ini, Brown dan Levinson tidak membahasnya.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

30

2. Off Record, yaitu strategi tidak langsung, menghindari gangguan secara

eksplisit dan tegas terhadap mitra tutur.

3. Negative Politeness, yaitu strategi yang berorientasi pada keinginan mitra

tutur yang tidak dirintangi. Serupa dengan positive politeness, penutur

mengakui bahwa mitra tutur ingin dihormati, tetap penutur juga menganggap

bahwa dia memaksa/ mengganggu mitra tutur, sehingga penutur memberikan

kebebasan kepada mitra tutur untuk menanggapi FTA yang dilakukan penutur.

Strategi ini mengekspresikan pengendalian dan penghindaran penutur atas

gangguan terhadap mitra tutur.

4. Positive Politeness, yaitu strategi yang berorientasi pada citra positif yang

dituntut oleh mitra tutur; penutur mengakui keinginan mitra tutur agar

keinginannya dihormati. Dalam hal ini, FTA diperkecil dengan jaminan

bahwa umumnya penutur menginginkan beberapa keinginan mitra tutur,

seperti keinginan mitra tutur untuk dihormati hak dan kewajibannya. Karena

sama seperti mitra tutur, penutur berharap FTA yang dilakukannya tidak

menjadi evaluasi negatif di muka mitra tutur. Strategi ini mengekspresikan

solidaritas, keramah-tamahan dan dalam hubungan timbal balik.

5. Bald On Record, yaitu strategi yang tidak ada usaha untuk meminimalkan

ancaman terhadap “muka” mitra tutur. Strategi ini dilakukan secara terus

terang, jelas, tidak ambigu dan singkat.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

31

2.2.2. Penolakan dan Kebudayaan Jepang

Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia tidak

dapat lepas dari bantuan orang lain. Untuk itu setiap hari manusia berinteraksi

dengan manusia lain. Untuk dapat berinteraksi dengan baik, manusia melakukan

komunikasi. Dalam berkomunikasi, manusia berhak agar privasi dan hubungan

sosialnya dengan orang lain tidak rusak (Nurbaeti, 2009:12). Namun ada kalanya

saat berkomunikasi, manusia dihadapkan pada situasi yang sulit ketika harus

menolak ajakan ataupun permohonan orang. Tidak jarang situasi seperti ini

menimbulkan kesalahpahaman terlebih jika penutur dan mitra tutur berasal dari

budaya yang berbeda. Kartomihardjo (1993) dalam Anggreni (2008:16)

menyatakan penolakan adalah sebuah respon atau reaksi negatif yang diberikan

untuk menjawab sebuah permintaan, ajakan dan tawaran. Strategi penolakan di

setiap negara tentunya bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya dan

kebiasaan setempat. Seseorang yang baru masuk ke dalam budaya baru harus

dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Dalam komunikasi antar

budaya7, terkadang muncul kesalahpahaman di antara penutur asli dengan bukan

penutur asli yang menggunakan bahasa yang sama tetapi tidak dapat

menyampiakan pesan yang sama dalam berkomunikasi (Yamagashira dalam

Anggreni, 2008). Contoh perbedaan budaya yang sangat bertolak belakang adalah

budaya Jepang dan Amerika. Pada penolakan dalam budaya Jepang penyampaian

dilakukan dengan samar-samar, menghindari ungkapan penolakan langsung

(indirect), pemilihan bahasa memperhatikan status mitra tutur, menyampaikan

7 Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan,

misalnya antar suku bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas sosial (Samovar dan Porter, 1976:25)

Page 16: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

32

rasa panyesalan dan sebagainya. Sedangkan penolakan yang dilakukan oleh orang

Amerika cenderung to the point, jelas dan tidak ambigu.

Namun bukan berarti orang Jepang tidak pernah mengatakan iie. Mereka

akan dengan mudah mengatakan kata iie apabila makna dari iie tersebut tidak

akan menyakiti dan mengganggu hubungan dengan lawan bicara (Budiarsih,

2006:19). Osamu dan Nobuko (1989) dalam Budiarsih (2006) menyatakan

“「ノー」と言っても、人を傷つけたり、人間関係を危うくするおそれが

ない場合には、安心して「ノー」と言う。” (“no” to ittemo, hito o kizutari,

ningen kankei o ayauku suru osorega nai baai niwa, anshinshite “no” to iu.)

(Akan dengan tenang mengatakan “tidak” apabila tidak menyakiti dan

mengganggu hubungan dengan orang lain.). Mizutani Osamu et al dalam Nurbaeti

(2009:18) menuliskan, kata-kata seperti (dame da) “jangan”, (iya da) “tidak”,

(chigatte iru yo) “berbeda”, (iie) “tidak”, (dame) “jangan”, (machigai) “salah”,

merupakan kata-kata yang digunakan dalam hubungan saudara dan rekan sejawat.

Terhadap orang yang sepertinya harus membangun jarak, misalnya terhadap

atasan, penggunaan kata iie bukanlah suatu kondisi hubungan yang umum/ normal,

melainkan cenderung berperan untuk menyatakan hal yang kurang/ tidak

menghormati maksud dan perasaan mitra tutur. Dari kutipan tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa kata-kata penolakan pada masyarakat Jepang yang

disampaikan secara langsung hanya dapat dipakai pada orang dalam (内 ) yang

mempunyai hubungan yang erat dengan penutur atau pada orang yang status

sosial/ usia lebih rendah dari penutur.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

33

Hal tersebut tidak lepas dari pengaruh budaya masyarakat Jepang.

Penutur asli bahasa Jepang biasanya bicara dengan menghindari menyatakan

dengan tegas sebuah penolakan (Ibid dalam Anggreni, 2008:18), sehingga kata-

kata permintaan maaf disertai pernyataan penyesalan pun bisa dipakai orang

Jepang untuk memperhalus pernyataan penolakan. Bahkan pernyataan yang

bermakna ambigu pun terkadang digunakan orang Jepang untuk menghindari

pernyataan penolakan secara langsung. Hal ini merupakan dampak dari pemikiran

orang Jepang yang berlandaskan budaya amae (甘え)8. Selain itu, budaya Jepang

yang mempengaruhi pemikiran masyarakat Jepang dalam mengungkapkan

penolakan adalah enryo. Enryo berarti keseganan (Matsuura, 1994:166) dan dapat

diterjemahkan dengan pengendalian atau sikap hati-hati. Enryo menghalangi

pembicara Jepang untuk menyampaikan keinginannya secara langsung. Juga,

secara kultural dianggap kurang sopan meminta langsung pada orang lain atas apa

yang diinginkan. Selanjutnya adalah omoyari yang berarti keseganan, tenggang

rasa (Matsuura, 1994:764). Maksud dari budaya omoyari ini adalah lazimnya

orang Jepang melakukan empaty kepada mitra tutur, dapat merasakan apa yang

orang lain rasakan seolah-olah mengalami sendiri. Selain itu, budaya Jepang juga

tidak lepas dari budaya enkyoku yang artinya tidak langsung, terselubung,

tersamar (Matsuura, 166). Makna ungkapan ini dalam dunia bahasa dimaksudkan

sebagai mengutarakan sesuatu dengan cara melingkar. Jadi, apabila seseorang

ingin langsung mengutarakan maksud hatinya kepada mitra tutur, maka orang

terebut tidak berkata langsung pada pokok pernasalahannya, tetapi menggunakan

8 Amae diartikan sebagai kebergantungan terhadap kebaikan atau anggapan orang lain. (Ibid dalam

Anggreni, 2008:18)

Page 18: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

34

ungkapann lain yang bersifat berputar. Dalam proses ini dia berusaha memberikan

bayangan kepada mitra tutur apa yang manjadi tujuan dari pembicaraannya

(Edizal dalam Nurbaeti, 2009:20).

2.2.3. Ungkapan dan Strategi Penolakan

Ungkapan yang biasa digunakan dalam menolak suatu ajakan atau

undangan adalah 「~はちょっと。」9、「~は、ちょっと...なの

で。」. Terdapat beberapa opsi pilihan ketika menolak ajakan atau undangan dari

orang lain, hal tersebut tergantung kepada individu masing-masing bagaimana

memilih ungkapan penolakan yang benar sesuai dengan status ataupun kedekatan

penutur dengan mitra tutur. Contohnya sebagai berikut:

[誘い] 一緒に映画に行きませんか。

[sasoi] isshoni eigani ikimasenka.

[Ajakan] (maukah pergi ke bioskop bersama?)

[断り] すみません。今ちょっと...。

[kotowari] (sumimasen. Ima chotto....)

[kotowari] (maaf, sekarang sedikit...)

いいえ、今日は...。

(iie, kyouwa....)

(tidak, hari ini...)

すみません。実は用事があって...。

(sumimasen. Jitsuwa youjiga atte....)

(maaf. Sebenarnya sudah ada keperluan....)

ああ、今日はちょっと都合がわるいんです...。

(aa, kyouwa chotto tsugou ga waruindesu....)

(hmm, hari ini maaf sedang tidak enak badan.)

(Ichigawa, 2005:103)

9「~は、ちょっと。」adalah ungkapan yang menunjukkan perasaan negatif.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

35

Ketika menolak suatu ajakan, biasanya diikuti oleh ungkapan permintaan

maaf, ungkapan harapan untuk kesempatan yang akan datang dan mengemukakan

alasan penolakan.

Berikut adalah contoh penggunaan ungkapan penolakan:

A: これから飲みに行くんだけど、一緒に行こうよ。

(kore kara nomini ikundakedo, isshoni ikouyo.)

(saya bermaksud pergi untuk minum, ayo pergi bersama.)

B: 今日はちょっと。また今度誘ってください。

(kyouwa chotto. Mata kondo sasotte kudasai.)

(hari ini maaf... tolong undang lain waku.)

A: これから飲みに行くんだけど、一緒に行こうよ。

(korekara nomini ikundakedo, isshoni ikouyo.)

(saya bermaksud pergi untuk minum, ayo pergi bersama.)

B: 今日は、お酒はちょっと。明日、朝早いんです。

(kyouwa, osakewa chotto. Ashita, asa hayaindesu. )

(hari ini, tidak minum sake... besok harus berangkat lebih pagi.)

A: これから飲みに行くんだけど、一緒に行こうよ。

(korekara nomini ikundakedo, isshoni ikouyo.)

(saya bermaksud pergi untuk minum, ayo pergi bersama.)

B: 今日はちょっと用事があるんです。すみません。

(kyouha chotto youjiga arundesu. Sumimasen.)

(hari ini maaf (tidak bisa) sudah ada keperluan. Maaf.)

Seperti yang telah penulis utarakan diatas, ketika menyampaikan

penolakan hendaknya memberikan alasan yang spesifik. Berikut ini adalah

ungkapan yang biasa dipakai untuk menjelaskan alasan penolakan yang spesifik.

ちょっと用事がありますので。

(chotto youjiga arimasu node.)

(maaf, karena sudah ada keperluan.)

先約がありまして。

(senyakuga arimashite.)

(sudah ada janji sebelumnya.)

Page 20: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

36

これから出かけますので。

(korekara dekakemasunode.)

(saya akan segera pergi sekarang.)

先約がある。

(yakusokuga aru.)

(sudah ada janji sebelumnya.)

Selanjutnya adalah mengungkapkan harapan untuk kesempatan yang

akan datang. Dalam mengungkapkan penolakan, mengungkapakan harapan untuk

kesempatan yang akan datang juga digunakan. Berikut ini adalah ungkapan

pengharapan kesempatan yang akan datang.

また、誘ってください。

(mata sasotte kudasai.)

(tolong undang.)

また、今度誘ってください。

(mata, kondo sasotte kudasai.)

(tolong undang di lain waktu.)

また、是非誘ってください。

(mata, zehi sasottekudasai.)

(lain kali tolong diundang ya!)

また、次の機会に誘ってください。

(mata, tsugino kikaini sasotte kudasai.)

(tolong undang di kesempatan berikutnya.)

また、機会があれば、誘ってください。

(mata, kikaiga areba, sasotte kudasai.)

(jika ada kesempatan lain, tolong undang.)

Pada situasi yang ringan, dapat juga menggunakan ungkapan penolakan

seperti dibawah ini.

また、今度にしとくよ10。

(mata, kondoni shitokuyo.)

(lain waktu akan saya persiapkan.)

10

「しとく」adalah ragam lisan dari「しておく」

Page 21: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

37

また、今度にしよう(よ)。

(mata, kondoni shiyou.)

(kita kerjakan di lain waktu)

また、今度にしない?

(mata, kondoni shinai?)

(bisakah dikerjakan dilain waktu?)

今度は付き合うから。

(kondowa tsukiau kara)

(lain kali akan menemani.)

Berikut ini adalah contoh ungkapan penolakan yang halus dan sopan.

「悪いけど(悪いんだけど)/ 悪いのですが」

(warui kedo (waruin dakedo)/ waruino desuga)

(tidak bagus yaa..)

「残念だけど / 残念ですが(残念なのですが)」

(zannendakedo/ zanendesuga (zanennano desuga))

(sayang sekali...)

「せっかくだけど/ せっかくですが」

(sekkaku dakedo/ sekkaku desuga)

(sayang sekali...)

「本当は [行きたい] んだけど / 是非 [行きたい] のですが」

(hontouwa [ikitai] n dakedo/ zehi [ikitai]no desuga)

(sebenarnya ingin pergi, tapi... )

Menurut teori yang diadopsi dari Ookura (2002), unsur-unsur pembentuk

ungkapan penolakan dalam bahasa Japang adalah sebagai berikut:

1) よびかけ (yobikake) (Panggilan)

2) 侘び (wabi) (Permintaan Maaf)

3) 理由 (riyuu) (Alasan)

4) 欠席 (kesseki) (Ketidakikutsertaan)

5) こと言及 (koto genkyuu) (Menyebutkan Acara)

Page 22: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

38

6) 招待感謝 (shoutai kansha) (Mengekspresikan Rasa Terimakasih Atas

Undangannya)

7) 招待言及 (shoutai genkyuu) (Penyebutan Undangan)

8) 前回約束 (zenkai yakushouku) (Janji Sebelumnya)

9) 期待表明 (kitai hyoumei) (Mengekspresikan Harapan)

10) 期待祈念 (kitai kinen) (Mendoakan/ Harapan)

11) 残念 (zannen) (Penyesalan)

12) 出席努力 (shusseki doryoku) (Usaha Kehadiran)

13) 謝辞 (shaji) (Ucapan Terimakasih)

14) 辞去 (jikyo) (Pamit)

15) 出席参加願望 (shusseki sanka kibou) (Keinginan Kehadiran)

16) その他 (sono ta) (Lain-lain)

2.2.4. Komunikasi Antar Budaya

Menurut Mulyana dan Rakhmat (Mulyana, 2007:59), komunikasi

antarbudaya adalah sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda-

beda. Komunikasi antarbudaya terjadi bila pemberi pesan adalah anggota suatu

budaya lainnya. Dengan demikian, komunikasi antarbudaya dalam banyak ragam

yang situasi yang berkisar dari interaksi-interaksi antarorang yang berbeda yang

mempunyai budaya dominan yang sama, namun mempunyai subkultur atau

subkelompok yang berbeda.

Hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik dan saling

mempengaruhi. Perbedaan budaya sangat berpengaruh terhadap proses

Page 23: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

39

komunikasi. Agar terciptanya komunikasi antarbudaya yang berhasil, ada

beberapa faktor budaya yang harus diperhatikan. Berikut adalah standar etika

komunikasi menurut K.S Sitaram dan Roy Cogdell yang dikutip oleh Johannesen

dalam Deddy Mulyana:

1. Memperlakukan budaya khalayak dengan penghormatan yang sama

diberikan terhadap budaya sendiri.

2. Memahami landasan budaya dan nilai-nilai orang lain.

3. Tidak pernah menganggap lebih tinggi standar etika yang diyakininya

dibanding dengan etika orang lain.

4. Berusaha keras memahami kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang lain.

5. Menghargai cara berpakaian orang-orang dari budaya lain.

6. Tidak memandang rendah orang lain karena ia berbicara dengan aksen

yang berbeda dari aksen seseorang.

7. Tidak menciptakan suasana untuk menebalkan stereotip tentang orang lain.

8. Tidak memaksakan nilai yang diyakininya kepada orang yang berbeda

budaya.

9. Berhati-hati dengan simbol non-verbal yang digunakna pada budaya lain.

10. Tidak berbicara dengan bahasa yang sama dengan orang dari budaya yang

sama dihadapan orang yang tidak mengerti bahasa tersebut.

Berdasarkan dari standar etika yang telah dikemukakan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa standar etika dapat dikategorika kedalam tiga hal, yaitu:

Page 24: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

40

a. Kognitif (pengetahuan)

Pengetahuan tentang budaya lain, memahami landasan nilai-nilai budaya

dan kebiasaan sangat diperlukan dalam komunikasi antarbudaya. Menurut

Mulyana (Mulyana, 2007:60), ketika kita berkomunikasi dengan orang

dari suku, agama atau ras yang bebeda, kita dihadapkan dengan sistem

nilai atau aturan yang berbeda. Oleh karena itu, memahami sistem nilai

orang lain adalah suatu keharusan.

b. Afektif (sikap)

Sikap terhadap budaya lain hendaknya menghargai dan tidak memandang

rendah budaya lain serta harus memperhatikan prilaku non-verbal, seperti:

kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, senyuman, gerakan isyarat dan

sejenisnya, dalam komunikasi antar budaya sebab prilaku non-verbal

budaya A dapat jauh berbeda dengan budaya B. Prilaku non-verbal yang

salah digunakan kepada orang yang berbeda budaya bisa dinilai tidak etis.

c. Psikomotorik (perilaku)

Berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya perlu adanya rasa

menghormari budaya tersebut dengan segala aspeknya, serta perlu

menghindari stereotip, yaitu generalisasi yang bersifat negatif atas

sekelompok orang atau (suku, agama dan rasa) dengan mengabaikan

perbedaan-perbedaan individual. Sehingga komunikasi antar budaya yang

berbeda akan berjalan baik.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

41

2.3. FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI

Menurut Mulyana (2007) dalam berkomunikasi, sering muncul masalah-

masalah yang dapat menghambat komunikasi. Untuk dapat berkomunikasi dengan

baik, maka perlu memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat

komunikasi. Berikut ini adalah faktor-faktor penghambat komunikasi:

a. Kreadibilitas penutur rendah

Penutur yang tidak berwibawa di hadapan mitra tutur, menyebabkan

berkurangnya perhatian mitra tutur terhadap penutur.

b. Kurang memahami latar belakang sosial dan budaya

Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di suatu komunitas atau masyarakat

harus diperhatikan, sehingga penutur dapat menyampaikan pesan dengan

baik, tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku.

Sebaliknya, antara pihak-pihak yang berkomunikasi perlu menyesuaikan

diri dengan kebiasaan yang berlaku.

c. Kurang memahami karakteristik mitra tutur

Karakteristik mitra tutur meliputi tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin

dan sebagainya perlu dipahami oleh penutur. Apabila penutur kurang

memahami, cara komunikasi yang dipilih mungkin tidak sesuai dengan

karakteristik mitra tutur dan hal ini dapat menghambat komunikasi karena

dapat menimbulkan kesalah pahaman.

d. Prasangka buruk

Prasangka negatif antara pihak-pihak yang terlibat komunikasi harus

dihindari, karena dapat mendorong ke arah sikap apatis dan penolakan.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORISTIS - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(31).pdf · Rumus Semantik Contoh Kalimat I ... Nonverbal (非言語的 ひげんごてき)

42

e. Verbalistis

Komunikasi yang hanya berupa penjelasan verbal berupa kata-kata saja

akan membosankan dan mengaburkan mitra tutur dalam memahami

makna pesan.

f. Komunikasi satu arah

Komunikasi berjalan satu arah, dari penutur kepada mitra tutur terus

menerus dari awal sampai akhir, menyebabkan hilangnya kesempatan

mitra tutur untuk meminta penjelasan terhadap hal-hal yang belum

dimengerti.

g. Tidak digunakan media yang tepat

Pilihan penggunaan media yang tidak tepat menyebabkan pesan yang

disampaikan sukar dipahami oleh mitra tutur.

h. Perbedaan bahasa

Perbedaan bahasa menyebabkan terjadinya prbedaan penafsiran terhadap

simbol-simbol tertentu.