BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.uns.ac.id · Tingkat makanan, populasi atau ekosistem yang sudah...

21
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lingkungan Hidup a. Pengertian Lingkungan Hidup Secara khusus, sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Berdasarkan Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH) No. 32 tahun 2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup. Lingkungan hidup berdasarkan Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH) No. 4 tahun 1982, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya. b. Konsep Lingkungan Hidup Konsep dasar lingkungan hidup antara lain: 1) Lingkungan hidup adalah keseluruhan ruang yang ada di bumi yang terdiri dari air, tanah, udara, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya. 2) Norma yang mendasari lingkungan hidup adalah norma sosial dan norma hukum.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - abstrak.uns.ac.id · Tingkat makanan, populasi atau ekosistem yang sudah...

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lingkungan Hidup

a. Pengertian Lingkungan Hidup

Secara khusus, sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk

menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

segenap makhluk hidup di bumi. Berdasarkan Undang-undang Lingkungan

Hidup (UULH) No. 32 tahun 2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang

dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya

manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup.

Lingkungan hidup berdasarkan Undang-undang Lingkungan Hidup

(UULH) No. 4 tahun 1982, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lain.

Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto

mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah

environment. Lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu

yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada

kehidupannya.

b. Konsep Lingkungan Hidup

Konsep dasar lingkungan hidup antara lain:

1) Lingkungan hidup adalah keseluruhan ruang yang ada di bumi yang terdiri

dari air, tanah, udara, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya.

2) Norma yang mendasari lingkungan hidup adalah norma sosial dan norma

hukum.

8

3) Lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu lingkungan

alami, lingkungan binaan, dan lingkungan sosial budaya.

4) Lingkungan hidup yang baik adalah lingkungan hidup yang masing-

masing makhluk hidup dan komponen di dalamnya dapat berinteraksi

dengan baik.

5) Lingkungan hidup yang berada di bumi, baik benda mati atau hidup,

manusia dan alam mampu berhubungan secara timbal balik.

Permasalahan lingkungan mikro yang dominan menyebabkan

kerawanan lingkungan adalah penyediaan air minum dan pembuangan

sampah domestik, sedangkan pada lingkungan kerja adalah pemborosan

energi dan pada lingkungan makro adalah kerusakan dan kemerosotan

kualitas ekosistem (Nadira, 2012).

c. Komponen dan Manfaat Lingkungan Hidup

Menurut Nadira (2012), komponen lingkungan hidup yaitu:

1) Lingkungan Hidup Alami

Lingkungan hidup alami adalah lingkungan yang telah ada di alam tanpa

campur tangan manusia. Contoh: hutan belantara.

2) Lingkungan Hidup Binaan

Lingkungan binaan adalah lingkungan yang sudah direkayasa oleh

manusia. Contoh: sekolah, perumahan dan perkantoran.

3) Lingkungan Hidup Sosial Budaya

Lingkungan sosial budaya yaitu lingkungan yang dipengaruhi oleh sosial

budaya masyarakat setempat.

Manfaat lingkungan hidup menurut Nadira (2012), antara lain:

1) Menyediakan sumberdaya alam bagi kebutuhan hidup manusia.

2) Menyediakan ruang bagi manusia dan makhluk hidup lain untuk

melakukan aktifitas keseharian, untuk bertahan hidup dan berkembang

biak.

3) Memberikan kesempatan bagi manusia terutama untuk bereksplorasi,

membuat berbagai macam penemuan baru dengan ilmu dan pengetahuan

yang diperoleh manusia melalui pengamatan dan penelitian.

9

4) Membantu manusia mengenal siapa dirinya dan apa peran serta dalam

suatu ekosistem.

d. Jenis Lingkungan Hidup

Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Unsur Hayati (Biotik)

Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari

makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad

renik. Contoh: lingkungan hayati di kebun sekolah, didominasi oleh

tumbuhan dan di dalam kelas, lingkungan hayati yang dominan adalah

teman-teman atau sesama manusia.

2) Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat

manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam

perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai

keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati

oleh segenap anggota masyarakat.

3) Unsur Fisik (Abiotik)

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-

benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.

Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan

hidup segenap kehidupan di bumi.

e. Asas lingkungan

Asas-asas lingkungan diantaranya adalah hukum termodinamika

pertama atau yang disebut hukum konservasi energi. Energi dapat berubah

dari suatu bentuk ke bentuk lain, tetapi tidak dapat dihancurkan atau

diciptakan. Energi yang memasuki organisme hidup, populasi atau ekosistem

dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Sistem

kehidupan dapat dianggap sebagai pengubah energi. Ada berbagai strategi

untuk mentransformasikan energi (Setyono, 2008).

Asas kedua diambil dari hukum termodinamika kedua, yakni tidak

ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien. Jadi meskipun energi

itu tidak pernah hilang di alam ini, tetapi energi itu akan terus diubah ke

10

dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Misalnya energi yang masuk

kedalam tubuh organisme berbentuk bahan makanan yang padat dan

bermanfaat, sedangkan energi yang keluar dari tubuh hewan berbentuk panas

(Setyono, 2008).

Asas ketiga menyangkut sumber alam. Materi, energi, ruang, waktu

dan keanekaragaman semuanya termasuk kategori sumber alam. Pengubahan

energi oleh sistem biologi diharapkan berlangsung pada kecepatan yang

sebanding dengan materi dan energi yang ada di alam lingkungannya

(Setyono, 2008).

Asas keempat dinamakan asas penjenuhan, yaitu kemampuan

lingkungan habitat untuk menyokong suatu materi ada batasnya.

Kemampuan untuk menyokong pencemar ada batasnya.

Asas kelima menyangkut pengaturan populasi dengan faktor

ketergantungan pada kepadatan. Pada asas ini terangkut situasi sumber alam

yang tidak menimbulkan rangsangan penggunaan lebih lanjut.

Asas keenam menyangkut persaingan. Individu dan spesies yang

mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya cenderung berhasil

mengalahkan saingannya.

Asas ketujuh menyangkut keteraturan yang pasti dalam suatu

lingkungan dalam periode relatif lama. Ada fluktuasi penurunan dan

kenaikan kondisi lingkungan disemua habitat, tingkat kesukaran diramalkan

berbeda-beda (Setyono, 2008).

Asas kedelapan menyangkut habitat dan keanekaragaman takson.

Kelompok taksonomi tertentu suatu jasad hidup ditandai keadaan lingkungan

yang khas, disebut nicia.

Asas kesembilan berbunyi keanekaragaman sebanding dengan

biomassa atau produktivitas. Konsep kestabilan selalu diikuti dengan

keanekaragaman yang tinggi sehingga rantai makanan terbentuk stabil

dengan komponen biotik yang lengkap. Hal ini mempengaruhi peningkatan

produktivitas.

Asas kesepuluh berbunyi biomassa atau produktivitas meningkat

dalam lingkungan yang stabil. Lingkungan yang stabil merupakan

11

representasi aliran energi yang dinamis menurut kesetimbangan yang

tertoleransi sehingga fluktuasi kuantitas biomassa dan produktivitas

meningkat.

Asas kesebelas berbunyi sistem yang sudah mantab (dewasa)

mengeksploitasi sistem yang belum mantab. Tingkat makanan, populasi atau

ekosistem yang sudah dewasa memindahkan, energi, biomassa dan

keanekaragaman tingkat energi kearah yang belum dewasa (Setyono, 2008).

Asas keduabelas lahir dari asas keenam dan ketujuh. Kalau seleksi

berlaku, tetapi keanekaragaman meningkat dilingkungan mantap, akan ada

perbaikan sifat adaptasi terhadap lingkungan.

Asas ketigabelas adalah perkembangan asas ketujuh, Sembilan dan

duabelas.

Asas keempatbelas berbunyi derajat pola keteraturan fluktuasi

populasi bergantung kepada pengaruh sejarah populasi sebelumnya.

2. Hutan

Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang-

undang tersebut, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan

alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Berdasarkan definisi hutan yang disebutkan, terdapat unsur-unsur yang

meliputi :

a. Suatu kesatuan ekosistem

b. Berupa hamparan lahan

c. Berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungan yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lain

d. Mampu memberikan manfaat secara lestari (Rahmawaty, 2004).

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P.18/Menhut-

II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan pada pasal I berbunyi

bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan

12

memiliki kawasan yang mencakup wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau

ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan

tetap.

a. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia

Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan iklim adalah:

1) Hutan Hujan Tropika, adalah hutan yang terdapat didaerah tropis dengan

curah hujan sangat tinggi. Hutan jenis ini sangat kaya akan flora dan

fauna. Di kawasan ini keanekaragaman tumbuh-tumbuhan sangat tinggi.

Luas hutan hujan tropika di Indonesia lebih kurang 66 juta hektar Hutan

hujan tropika berfungsi sebagai paru-paru dunia. Hutan hujan tropika

terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

2) Hutan Monsun, disebut juga hutan musim. Hutan monsun tumbuh

didaerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi, tetapi mempunyai

musim kemarau yang panjang. Pada musim kemarau, tumbuhan di hutan

monsun biasanya menggugurkan daunnya. Hutan monsun biasanya

mempunyai tumbuhan sejenis, misalnya hutan jati, hutan bambu, dan

hutan kapuk. Hutan monsun banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa

Timur.

b. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Variasi Iklim, Jenis Tanah, dan

Bentang Alam.

Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan variasi iklim, jenis tanah,

dan bentang alam adalah sebagai berikut:

1) Kelompok Hutan Tropika :

a) Hutan Hujan Pegunungan Tinggi

b) Hutan Hujan Pegunungan Rendah

c) Hutan Tropika Dataran Rendah

d) Hutan Subalpin

e) Hutan Pantai

f) Hutan Mangrove

g) Hutan Rawa

h) Hutan Kerangas

i) Hutan Batu Kapur

13

j) Hutan pada batu Ultra Basik

2) Kelompok Hutan Monsun

a) Hutan Monsun Gugur Daun

b) Hutan Monsun yang Selalu Hijau (Evergreen)

c) Sabana

c. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Pembentukan

Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan pembentukan adalah

sebagai berikut:

1) Hutan alam, yaitu suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami

yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta

alam lingkungannya. Hutan alam juga disebut hutan primer, yaitu hutan

yang terbentuk tanpa campur tangan manusia.

2) Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk karena

campur tangan manusia.

d. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Status

Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan status adalah sebagai

berikut:

1) Hutan negara, yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak

atas tanah. Beberapa hutan negara yang dikelola oleh badan usaha atau

pemerintah yaitu; Perum Perhutani, Ijin Usaha Pemanfataan Hasil Hutan

Kayu (IUPHHK).

2) Hutan hak, yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas

tanah. Hak atas tanah, misalnya hak milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU),

dan hak guna bangunan (HGB). Hutan hak merupakan hutan yang status

kepemilikan tanahnya milik rakyat, atau disebut hutan rakyat. Hutan

rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimal

0.25 ha.

3) Hutan adat, yaitu hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat

hukum adat.

14

e. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Jenis Tanaman

Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan jenis tanaman adalah

sebagai berikut:

1) Hutan Homogen (Sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari 75 %

ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya: hutan jati, hutan

bambu, dan hutan pinus.

2) Hutan Heterogen (Campuran), yaitu hutan yang terdiri atas bermacam-

macam jenis tumbuhan.

f. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Fungsi

Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan fungsi adalah sebagai

berikut:

1) Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan.

2) Hutan Konservasi.

Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan

satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri atas:

a) Hutan Suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta berfungsi

sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam

terdiri atas cagar alam, suaka margasatwa dan Taman Buru.

b) Kawasan Hutan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas

tertentu, baik didarat maupun di perairan yang mempunyai fungsi

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara

lestari sumberalam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam

terdiri atas taman nasional, taman hutan raya (TAHURA) dan taman

wisata alam.

15

3) Hutan Produksi

Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi

hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya serta

pembangunan, industri, dan ekspor pada khususnya. Hutan produksi dibagi

menjadi tiga, yaitu hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap

(HP), dan hutan produksi yang dapat dikonversikan (HPK). (Kainde, 2011)

g. Hutan Rakyat

Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan

luas minimal 0.25 ha. Penutupan tajuk didominasi oleh tanaman perkayuan,

dan atau tanaman tahun pertama minimal 500 batang (Dephutbun, 1999).

Penanaman pepohonan di tanah milik masyarakat oleh pemiliknya,

merupakan salah satu butir kearifan masyarakat dalam rangka memenuhi

berbagai kebutuhan hidupnya. Dengan semakin terbatasnya kepemilikan

tanah, peran hutan rakyat bagi kesejahteraan masyarakat semakin penting.

Pengetahuan tentang kondisi tanah dan faktor-faktor lingkungannya untuk

dipadukan dengan pengetahuan jenis-jenis pohon yang akan ditanam untuk

mendapatkan hasil yang diharapkan oleh pemilik lahan, merupakan faktor

yang menentukan keberhasilan pembangunan hutan rakyat. (Rahmawaty,

2004)

Pengelolaan di areal hutan rakyat dapat dilakukan penanaman dengan

mengkombinasikan tanaman perkayuan dengan tanaman pangan/palawija

yang biasa dikenal dengan istilah agroforestry. Pola pemanfaatan lahan

seperti ini banyak manfaatnya, antara lain:

1) Pendapatan per satuan lahan bertambah

2) Erosi dapat ditekan

3) Hama dan penyakit lebih dapat dikendalikan

4) Biaya perawatan tanaman dapat dihemat

5) Waktu petani di lahan lebih lama.

Beberapa tanaman perkayuan yang dikembangkan di hutan rakyat,

adalah: sengon (Paraserianthes falcataria), kayu putih (Melaleuca

leucadendron), aren (Arenga pinata), sungkai (Peronema canescens), akasia

(Acacia sp.), jati putih (Gmelina arborea), johar (Cassia siamea), kemiri

16

(Aleurites moluccana), kapuk randu (Ceiba petandra), jabon (Anthocepallus

cadamba), mahoni (Swietenia macrophylla), bambu (Bambusa), mimba

(Azadirachta indica), cemara pantai (Casuarina equisetifolia), dan kaliandra

(Calliandra calothyrsus).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan perkebunan No.

677/Kpts-II/1998, hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang

dicadangkan atau ditetapkan oleh menteri untuk dikelola oleh masyarakat

yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan dengan tujuan pemanfaatan hutan

secara lestari sesuai dengan fungsinya dan menitikberatkan kepentingan

mensejahterakan masyarakat. Pengusahaan hutan kemasyarakatan bertumpu

pada pengetahuan, kemampuan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri

(Community Based Forest Management), proses berjalan melalui

perencanaan bawah-atas, dengan bantuan fasilitasi dari pemerintah secara

efektif, terus menerus dan berkelanjutan. (Dephutbun, 1999).

Pengusahaan hutan kemasyarakatan dikembangkan berdasarkan

keberpihakan kepada rakyat khususnya rakyat yang tinggal di dalam dan

sekitar kawasan hutan, dengan prinsip-prinsip:

1) Masyarakat sebagai pelaku utama

2) Masyarakat sebagai pengambil keputusan

3) Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh masyarakat.

4) Kepastian hak dan kewajiban semua pihak

5) Pemerintah sebagai fasilitator dan pemandu program

6) Pendekatan didasarkan pada keanekaragaman hayati dan keanekaragaman

budaya.

Berdasarkan jenis komoditas, pengusahaan hutan kemasyarakatan

memiliki pola yang berbeda untuk setiap status kawasan hutan, disesuaikan

dengan fungsi utama, yaitu:

1) Kawasan hutan produksi dilaksanakan dengan tujuan utama untuk

memproduksi hasil hutan berupa kayu dan non kayu serta jasa lingkungan,

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk diusahakan.

2) Kawasan hutan lindung dilaksanakan dengan tujuan utama tetap menjaga

fungsi perlindungan terhadap air dan tanah (hidrologis), dengan memberi

17

pemanfaatan hasil hutan berupa hasil hutan non kayu dan jasa rekreasi,

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk diusahakan. Tidak

diperkenankan pemungutan hasil hutan kayu.

3) Kawasan pelestarian alam dilaksanakan dengan tujuan utama untuk

perlindungan sumberdaya alam hayati dan ekosistem, yang pada

hakekatnya perlindungan terhadap plasma nutfah. Oleh karena itu pada

kawasan ini kegiatan hutan kemasyarakatan terbatas pada pengelolaan jasa

lingkungan khususnya jasa wisata.

3. Zonasi Hutan

Kawasan Suaka Alam (KSA) adalah kawasan dengan ciri khas tertentu,

baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistem yang

berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Pelestarian

Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik daratan maupun

perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta

pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistem. (Peraturan

Pemerintah No. 28 tahun 2011).

Zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam

taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan,

pengumpulan dan analisi data, penyusunan draft rancangan rancangan zonasi,

konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan

mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi

dan budaya masyarakat. (Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-

II/2006).

Zonasi dalam taman nasional terdiri dari zona inti, zona rimba; zona

perlindungan bahari untuk wilayah perairan, zona pemanfaatan dan ada beberapa

zona lain, yaitu: zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan

sejarah serta zona khusus. Penataan zona taman nasional didasarkan pada

potensi dan fungsi kawasan dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial,

ekonomi dan budaya. (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56/Menhut-

II/2006).

18

a. Zona inti

Zona inti merupakan bagian taman nasional yang mempunyai

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; mewakili

formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya yang merupakan ciri

khas ekosistem dalam kawasan taman nasional yang kondisi fisiknya masih

asli dan belum diganggu oleh manusia. Kondisi alam, baik biota maupun

fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia; mempunyai

luasan yang cukup dan bentuk tertentu yang cukup untuk menjamin

kelangsungan hidup jenis-jenis tertentu untuk menunjang pengelolaan yang

efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami. Ciri khas

potensinya dan dapat merupakan contoh yang keberadaannya memerlukan

upaya konservasi; komunitas tumbuhan dan atau satwa liar beserta

ekosistemnya yang langka yang keberadaannya terancam punah. Zona inti

merupakan habitat satwa dan atau tumbuhan tertentu yang prioritas dan

khas/endemik serta tempat aktivitas satwa migran.

b. Zona rimba; zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan

Zona rimba adalah kawasan yang merupakan habitat atau daerah

jelajah untuk melindungi dan mendukung upaya perkembangbiakan dari jenis

satwa liar. Memiliki ekosistem dan atau keanekaragaman jenis yang mampu

menyangga pelestarian zona inti dan zona pemanfaatan. Zona rimba

merupakan tempat kehidupan bagi jenis satwa migran.

Zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan yaitu bagian dari

kawasan untuk wilayah perairan laut yang yang ditetapkan sebagai tempat

perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem, serta system penyangga

kehidupan yang karena letak, kondisi, dan potensinya mampu mendukung

kepentingan pelestarian pada zona inti.

c. Zona pemanfaatan

Zona pemanfaatan mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan,

satwa atau berupa formasi ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang

indah dan unik. Luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensial dan

daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. Kondisi

lingkungan yang mendukung pemanfaatan jasa lingkungan, pengembangan

19

pariwisata alam, penelitian dan pendidikan. Merupakan wilayah yang

memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan pemanfaatan jasa

lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pendidikan. Zona

pemanfaatan tidak berbatasan langsung dengan zona inti.

d. Zona tradisional

Zona tradisional terdapat potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati

non kayu tertentu yang telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat

setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wilayah perairan terdapat

potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati tertentu yang telah dimanfaatkan

melalui kegiatan pengembangbiakan, perbanyakan dan pembesaran oleh

masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya

e. Zona rehabilitasi

Pada zona rehabilitasi terdapat perubahan fisik, sifat fisik dan hayati

yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian ekosistem yang

pemulihannya diperlukan campur tangan manusia. Adanya invasif spesies

yang mengganggu jenis atau spesies asli dalam kawasan. Pemulihan kawasan

sekurang-kurangnya memerlukan waktu 5 (lima) tahun.

f. Zona religi, budaya dan sejarah

Pada zona ini terdapat lokasi untuk kegiatan religi yang masih

dipelihara dan dipergunakan oleh masyarakat, serta terdapat situs budaya dan

sejarah baik yang dilindungi undang-undang mapun tidak dilindungi undang-

undang.

g. Zona khusus

Pada zona khusus telah terdapat sekelompok masyarakat dan sarana

penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut

ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional. Terdapat sarana prasarana antara

lain telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik, sebelum wilayah

tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional. Lokasi zona khusus

tidak berbatasan dengan zona inti.

Zona-zona tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang saling

mendukung. Zona inti untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan

20

fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan,

sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang

budidaya. Zona rimba untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya

alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi,

wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung

zona inti. Zona pemanfaatan untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi,

jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang

pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya. Zona tradisional untuk pemanfaatan

potensi tertentu Taman Nasional oleh masyarakat setempat secara lestari melalui

pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Zona

rehabilitasi untuk mengembalikan ekosistem kawasan yang rusak menjadi

mendekati kondisi ekosistem alamiahnya. Zona religi, budaya dan sejarah untuk

memperlihatkan dan melindungi nilai-nilai hasil karya, budaya, sejarah,

arkeologi maupun keagamaan, sebagai wahana penelitian; pendidikan dan

wisata alam sejarah, arkeologi dan religius. Zona khusus untuk kepentingan

aktivitas kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut sebelum

ditetapkan sebagai Taman Nasional dan sarana penunjang kehidupannya, serta

kepentingan yang tidak dapat dihindari berupa sarana telekomunikasi, fasilitas

transportasi dan listrik. (Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-II/2006)

4. Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I

Dalam Undang-undang (UU) Nomor 41 Tahun 1999, pasal 6, disebutkan

bahwa hutan ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan fungsi pokok, yaitu : (1)

hutan konservasi, (2) hutan lindung, dan (3) hutan produksi. Hutan konservasi

terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam, dan

taman buru. Sementara itu kawasan pelestarian alam terdiri dari: (a) Taman

Nasional, (b) Taman Hutan Raya, dan (c) Taman Wisata Alam (UU No.5 Tahun

1990).

Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam yang

terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang

alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi

kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

21

budaya, pariwisata dan rekreasi.

Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam untuk

tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami dan atau buatan, jenis asli

atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya pariwisata dan rekreasi

(UU No. 5 Tahun 1990, Pasal 1 (15). TAHURA mempunyai fungsi sebagai

sumber genetik dan plasma nutfah, peredam erosi, pusat informasi dan

penelitian, tempat pendidikan, latihan dan penyuluhan konservasi, sarana

rekreasi dan pariwisata dan estetika. Sedangan secara sederhana TAHURA

merupakan kawasan konservasi yang mempunyai potensi sumberdaya alam

yang mempunyai nilai kebanggaan di tingkat propinsi pada khususnya dan

kebanggan nasional pada umumnya.

Suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan tahura apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut (PP No.28/2011, pasal 9):

a. Memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam;

b. Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi

tumbuhan dan/atau satwa; dan

c. Merupakan wilayah dengan cirri khas baik asli maupun buatan, pada wilayah

yang ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang ekosistemnya sudah

berubah.

TAHURA KGPAA Mangkunagoro I merupakan kawasan pelestarian

alam untuk menunjang, pendidikan, pariwisata dan rekreasi. Merupakan satu-

satunya Taman Hutan Raya di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Di dalam tahura

ini terdapat berbagai jenis flora terdiri dari berbagai jenis vegetasi endemik, dan

fauna yang sebagian merupakan fauna langka yang tidak kurang dari 34 jenis

binatang. Selain sebagai tempat rekreasi juga untuk kegiatan penelitian dan

perkemahan. Terletak di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar tepat

berada dibelakang Candi Sukuh.

Secara struktur organisasi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I dikelola

oleh Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya (BPTP

Tahura) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kehutanan

Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh pengelola adalah

22

patroli menggunakan motor dan kuda, pemeliharaan koleksi satwa, persemaian

dan rehabilitasi hasil hutan.

Sebagai Taman Rekreasi dan lokasi Penelitian TAHURA KGPAA

Mangkunagoro I juga dapat dijadikan gudang ilmu pengetahuan.

Keanekaragaman flora dan fauna dapat dikembangkan sebagai media pendidikan

dan penelitian. Di kawasan ini terdapat Taman Bougenvile, dengan berbagai

macam spesies bunga bougenvile, warna-warni dan menyejukkan mata.

Asas, maksud, tujuan dan fungsi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I,

Jawa Tengah berdasarkan Perda No.3/2011 adalah Pengelolaan Tahura

berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan dan

keterpaduan. Pengaturan pengelolaan TAHURA dimaksudkan untuk

pelaksanaan pengelolaan TAHURA yang optimal berdasarkan fungsinya.

Pengelolaan TAHURA bertujuan:

a. Menjamin kelestarian TAHURA

b. Membina dan mengembangkan koleksi tumbuhan dan satwa serta potensi

TAHURA

c. Mengoptimalkan manfaat TAHURA untuk penelitian, pendidikan, ilmu

pengetahuan, menunjang budidaya dan budaya, pariwisata alam dan rekreasi

bagi kesejahteraan masyarakat

d. Meningkatkan fungsi tata air

e. Memberikan perlindungan TAHURA.

Tahura berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan

secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Berdasarkan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Hutan Raya

(TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Provinsi Jawa Tengah periode 2013 –

2022, dijelaskan bahwa sejarah TAHURA KGPAA Mangkunagoro I sebagai

berikut:

a. Pembentukan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I berawal dari penunjukan

kawasan melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor

849/Kpts-II/1999 tanggal 11 Oktober 1999 tentang perubahan Fungsi

Kawasan Hutan Seluas ± 231.3 ha yang terletak di Resort Pemangkuan Hutan

23

Tambak Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Lawu Utara, Kesatuan

Pemangkuan Hutan Surakarta, Kabupaten Dati II Karanganyar, Propinsi Jawa

Tengah, menjadi Kawasan Pelestarian Alam dengan Fungsi sebagai Taman

Hutan Raya dengan nama Taman Hutan raya ”Ngargoyoso/Mangkunagoro I”.

b. Ditindaklanjuti dengan pembentukan Tim Pembangunan dan Pengembangan

Taman Hutan Raya (TAHURA) di Provinsi Jawa Tengah melalui Surat

Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 522.05/74/1999 tanggal 21 Desember

1999.

c. Pada tahun 2002 Menteri Kehutanan meningkatkan status kawasan dari

penunjukan menjadi penetapan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan

No. 233/Kpts-II/2003 tentang Penetapan Kawasan Hutan seluas 231,1 ha

sebagai Kawasan Hutan Tetap dengan Fungsi Taman Hutan Raya

Ngargoyoso/Mangkunagoro I.

d. Sejak tahun 2002 sampai sekarang TAHURA KGPAA Mangkunagoro I

dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

e. Tahun 2008 dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa

Tengah dengan nama Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman

Hutan Raya (BPTP TAHURA) yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai

pelaksana teknis pengelolaan Kebun Raya Baturraden dan Taman Hutan Raya

Mangkunagoro I.

Pengelolaan TAHURA disusun dan dilaksanakan melalui tahapan

perencanaan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengembangan, rehabilitasi dan

perlindungan. Perencanaan Tahura sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat

(1), Perda No.3/2011 meliputi : (a). Penataan Kawasan Hutan, (b). Penyusunan

rencana pengelolaan. Penataan kawasan berupa kegiatan kawasan Tahura ke

dalam blok / zonasi. Perlindungan Kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro

I adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan kawasan TAHURA

KGPAA Mangkunagoro I yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,

kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit serta mempertahankan dan

menjaga hak-hak Negara dan daerah atas hutan, kawasan Taman Hutan Raya,

serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Blok

Perlindungan adalah bagian kawasan Taman Hutan Raya yang mutlak dilindungi

24

dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktifitas manusia.

Penataan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Perda No.3/2011

Pasal 7 huruf a berupa kegiatan penataan kawasan TAHURA ke dalam

blok/zona, meliputi:

a. Blok/zona Perlindungan

Blok/zona Perlindungan adalah bagian kawasan Taman Hutan Raya

yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun

oleh aktifitas manusia.

b. Blok/zona Pemanfaatan

Blok/zona Pemanfaatan adalah bagian dari kawasan Taman Hutan

Raya yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata.

c. Blok/zona Koleksi

Blok/zona Koleksi adalah bagian dari kawasan Taman Hutan Raya

yang dijadikan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami

atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi

kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

budaya, pariwisata dan rekreasi.

d. Blok/zona Lainnya

Blok/zona Lainnya adalah blok/zona di luar: perlindungan,

pemanfaatan, dan koleksi karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai

blok/zona tertentu seperti blok/zona: rimba, pemanfaatan tradisional,

rehabilitasi, dan disesuai dengan fungsi kebutuhan pengelola.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang berjudul Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Taman

Hutan Raya (TAHURA) Sultan Adam Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan

oleh Marliansyah (2004) menunjukkan hasil, pemerintah daerah belum dapat

meningkatkan kualitas lingkungan Tahura Sultan Adam. Hal ini dapat terlihat

dengan banyaknya pasal-pasal dari kedua undang-undang tersebut yang belum

dilaksanakan sebagaimana mestinya. Upaya pemerintah daerah dalam mengelola

TAHURA Sultan Adam yaitu melalui kegiatan pemantapan dan penataan batas

25

kawasan, peningkatan mutu fungsi kawasan, pelestarian sumberdaya alam dan

ekosistem, penyuluhan kehutanan, pembagian zonasi dan pembangunan

pariwisata. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk memperbaiki

dan meningkatkan kualitas TAHURA Sultan Adam.

2. Penelitian yang berjudul Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam

Penentuan Sensitifitas Kawasan di Taman Nasional Alas Purwo oleh Ardiansah

Paramita (2002) menunjukkan hasil pangkalan data kawasan Taman Nasional

Alas Purwo berupa pangkalan data kelas status flora fauna, keanekaragaman

hayati, kelerengan, jenis tanah, sungai, dan curah hujan. Penampilan dari semua

data dihasilkan tiga tingkatan sensitifitas kawasan, yaitu wilayah dengan

sensitifitas tinggi, sedang, dan rendah dengan masing-masing luasa 8.220 Ha

(18.55%), 18.729 Ha (42.27%), dan 17. 160 Ha (39. 18%).

C. Kerangka Pemikiran

Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam yang

terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami

atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata

dan rekreasi.

Keberadaan masyarakat sekitar TAHURA sebagian besar bergantung pada

hutan untuk melangsungkan hidup mereka. Masyarakat yang semakin bertambah

banyak akan semakin besar pula kemungkinan memanfaaatkan hutan untuk

kebutuhan hidup mereka. Penebangan hutan, penggunaan lahan untuk

pembangunan rumah, atau pemanfaatan hasil hutan secara berlebihan.

Pemanfaatan hasil hutan yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kerusakan pada

lingkungan hutan.

Pemetaan dalam pembagian blok/zona merupakan salah satu upaya untuk

membantu menanggulangi persoalan tersebut. Dengan pembagian blok/zona secara

jelas, maka diharapkan gangguan yang ada akan lebih bisa terkontrol. Kawasan

TAHURA terdapat pembagian blok/zona dengan tingkat sensitifitas yang berbeda.

Perbedaan tingkat sensitifitas tersebut ditentukan oleh berbagai faktor seperti

vegetasi, satwa liar, ketinggian dan kelerengan. Dalam penilaian sensitifitas semua

faktor penentu tersebut memiliki parameter yang akan berpengaruh pada hasil

26

penilaian skoring. Berdasarkan penghitungan skor maka akan diketahui tingkatan

sensitifitas pada masing-masing blok/zona. Penentuan atau pengukuran tingkat

sensitifitas diperlukan karena dengan mengetahui tingkat sensitifitas dari setiap

blok/zona yang ada, maka diharapkan kelestarian lingkungan hutan akan tetap

terjaga.

Sebagaimana aturan yang ada, blok/zona perlindungan seharusnya memiliki

tingkat sensitifitas sangat sensitif, blok/zona koleksi memiliki tingkat sensitifitas

sensitif, sedangkan pada blok/zona pemanfaatan memiliki tingkat sensitifitas tidak

sensitif. Blok/zona perlindungan sudah seharusnya memiliki tingkat sensitifitas

sangat sensitif karena blok perindungan merupakan bagian yang mutlak untuk

dilindungi dan perlu adanya larangan dari aktifitas apapun dari manusia sehingga

mengakibatkan perubahan atau kerusakan. Blok/zona koleksi memiliki tingkat

sensitifitas sensitif karena blok/zona tersebut merupakan kawasan yang dapat

dijadikan untuk tujuan koleksi tumbuhan, satwa yang alami atau buatan, jenis asli

dan/atau bukan asli, yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan,

dan sebagainya. Blok/zona pemanfaatan memiliki tingkat sensitifitas tidak sensitif

karena wilayah tersebut merupakan bagian dari kawasan TAHURA yang dapat

dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata.

27

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

TAMAN HUTAN RAYA KGPAA MANGKUNAGORO I,

KARANGANYAR

Identifikasi Kriteria Sensitifitas Ekologi

Peta Satwa

(dilindungi/endemik)

Peta Ketinggian

0. Lahan kebun,

Perambahan,

Tambang dll.

1. Vegetasi rusak akibat

Ilegal logging.

2. Vegetasi skunder.

3. Vegetasi Primer

1. Rendah (≤ 5

Jenis).

2. Sedang (6-10

Jenis).

3. Tinggi (≥11

Jenis).

1. < 1.000 m

dpl

2. 1.000-1.400

m dpl.

3. > 1.400 m

dpl

SENSITIFITAS PENENTUAN

BLOK/ZONASI KAWASAN TAHURA MANGKUNAGORO I

Peta Vegetasi

Peta

Kelerengan

1. < 30 %

2. 30 – 45 %

3. > 45 %

Zonasi

Kawasan

Blok/zona

Perlindungan

Blok/zona Koleksi Blok/zona

Pemanfaatan

Survei Lapangan