BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja...

47
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan jasmani Pendidikan Jasmani Kata fisik atau jasmani ( physical) menunjukkan pada tubuh atau badan (body). Kata fisik seringkali digunakan sebagai referensi dalam berbagai karakteristik jasmaniah, seperti kekuatan fisik ( physical strenght), perkembangan fisik (physical development), kecakapan fisik (physical prowess), kesehatan fisik (physical health). dan penampilan fisik (physical appearance). Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran ( mind). Oleh karena itu, jika kata pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk frase atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani ( physical education), yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas yang mengembangkan dan memelihara tubuh manusia. Menurut Dauer dan Pangrazi (1989), mengemukakan: Pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Menurut Ateng (1993), mengemukakan : pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional. Menurut Jesse Feiring Williams (1999); dalam Freeman, (2001), pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman bahwa: Manakalah pikiran mental dan tubuh disebut sebagai dua unsure yang terpisah, pendidikan, pendidikan jasmani yang

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan jasmani

Pendidikan Jasmani Kata fisik atau jasmani (physical) menunjukkan pada

tubuh atau badan (body). Kata fisik seringkali digunakan sebagai referensi dalam

berbagai karakteristik jasmaniah, seperti kekuatan fisik (physical strenght),

perkembangan fisik (physical development), kecakapan fisik (physical prowess),

kesehatan fisik (physical health). dan penampilan fisik (physical appearance). Kata

fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika kata

pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk frase atau

susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical education), yakni

menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas yang mengembangkan

dan memelihara tubuh manusia. Menurut Dauer dan Pangrazi (1989),

mengemukakan: Pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan

keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak,

untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan

jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan

dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani

merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional

dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan

afektif. Menurut Ateng (1993), mengemukakan : pendidikan jasmani merupakan

bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan

jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual

dan emosional.

Menurut Jesse Feiring Williams (1999); dalam Freeman, (2001),

pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih

sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian ini

didukung oleh adanya pemahaman bahwa: Manakalah pikiran mental dan tubuh

disebut sebagai dua unsure yang terpisah, pendidikan, pendidikan jasmani yang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

menekankan pendidikan fisikal melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah

manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat

dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal.

Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan

respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental,

intelektual, emosional, dan estetika.

Pendidikan melalui fisikal maksudnya adalah pendidikan melalui

aktivitas fisikal (aktivitas jasmani), tujuannya mencakup semua aspek

perkembangan kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, social siswa.

Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus

dibelajarkan dan dikembangkan, dan selain itu perlu pula berdampak pada

perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama dengan siswa lain.

James A. Baley dan David A. Field (2001); dalam Freeman, (2001)

menekankan bahwa: pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani

yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut kedua ahli ini

menyebutkan bahwa: Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi

dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural,

emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas

jasmani.

Aktivitas jasmani yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai

dan kapabilitas siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada berbagai

aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas jasmani yang membutuhkan sedikit

usaha sebagai aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang sangat

membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau

prestasi.

Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas

jasmani yang mengaktifkan otot-otot besar (gross motor), memusatkan diri pada

gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia. Dengan

demikian, Freeman (2001:5) menyatakan pendidikan jasmani dapat dikategorikan

ke dalam tiga kelompok bagian, yaitu:

a. Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu: beberapa

aktivitas fisikal atau beberapa tipe gerakan tubuh.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

b. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup

berbagai aktivitas gross motor dan keterampilan yang tidak selalu harus

didapat perbedaan yang mencolok.

c. Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini,

tetapi keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa fisikal, non-fisikalpun

bisa diraih seperti: perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti

juga perkembangan kognitif dan afektif.

Secara utuh, pemahaman yang harus ditangkap adalah pendidikan jasmani

menggunakan media fisikal untuk mengembangkan kesejahteraan total setiap

orang. Karakteristik pendidikan jasmani seperti ini tidak terdapat pada

matapelajaran lain, karena hasil kependidikan dari pengalaman belajar fisikal

tidak terbatas hanya pada perkembangan tubuh saja. Konteks melalui aktivitas

jasmani yang dimaksud adalah konteks yang utuh menyangkut semua dimensi

tentang manusia, seperti halnya hubungan tubuh dan pikiran.

Tentu, pendidikan jasmani tidak hanya menyebabkan seseorang terdidik

fisiknya, tetapi juga semua aspek yang terkait dengan kesejahteraan total manusia,

seperti yang dimaksud dengan konsep, kebugaran jasmani sepanjang hayat.

Seperti diketahui, dimensi hubungan tubuh dan pikiran menekankan pada tiga

domain pendidikan, yaitu: psikomotor, afektif, dan kognitif. Beberapa ahli dalam

bidang pendidikan jasmani dan olahraga, Syer & Connolly (1984); Clancy

(2006); Begley (2007), menyebutkan hal senada bahwa: tubuh adalah tempat

bersemayamnya pikiran. Ada unsure kesatuan pemahaman antara tubuh dengan

pikiran.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani

yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan

keterampilan motor, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif,

dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani,

psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga Dalam

memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan

antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut

akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi

pendidikan jasmani secara lebih konseptual. Bermain pada intinya adalah aktivitas

yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang

bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat

fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen

dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan

bersifat kompetitif. Adapula pandangan memandang bahwa olahraga semata-mata

suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat

kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat

menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir,

kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan

hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang

terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau

dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat

diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang

terlibat.

Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak

dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi

itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain,

karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah

hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam

hakikatnya. Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari

bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak

juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-

katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan

kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan

penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan

olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk

tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa

adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan

kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut

athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut

sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk

kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi

keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif;

keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan

mengakibatkan nilai-nilai luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya

tidak akan pernah tercapai. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan, dengan

perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan

sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya

mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak

seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan

jasmani yang efektif perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan

jasmani.

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

seumur hidup. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan yang diajarkan di

sekolah memiliki peranan penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas

jasmani, olahraga, dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.

Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik

dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat

dan bugar sepanjang hayat. Sugiyanto dan Sujarwo, (2007).

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

keseluruhan. Untuk hal itu, maka dalam pelaksanaan pendidikan jasmani harus

diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani

bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi (multiple

intellegences) siswa melalu aktivitas jasmani. Media yang digunakan dalam

aktivitas jasmani bisa melalui permainan, olahraga, dan lingkungan.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

2. Hakekat pembelajaran

Dalam dunia pendidikan kita sering mengenal atau mendengar istilah

"pembelajaran". Pembelajaran tidak hanya berlaku dibangku sekolah saja, namun

diluar lingkungan sekolah, pembelajaranpun berlaku dalam hal apapun. Maka itu

pembelajaran sangat penting dalam kehidupan manusi. Dimana yang kita ketahui

tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang

diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang lebih

baik. Atau sebuah proses belajar dari pengalaman hidup yang berlaku untuk

perbaikan diri.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional

disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sudjana (2004:28)

“Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja

untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu

antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan

kegiatan membelajarkan”.

Definisi pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2005: 57) adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Menurut B. S. Bloom dalam W.S. Wingkel (2007: 273-274),

mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu aspek

kognitif (ranah kognitif), aspek dinamik-afektif (ranah afektif), dan aspek sensorik-

motorik (ranah psikomotorik). Namun Bloom hanya merinci kategori jenis perilaku

pada ranah kognitif, sedangkan kategori jenis perilaku ranah afektif dan

psikomotorik dirinci oleh para pengikutnya. Menurut Ahmad Sudrajat (2008: 1),

menjelaskan teori Bloom bahwa ranah kognitif yaitu kawasan yang berkaitan

aspek-aspek intelektual atau berpikir/nalar. Ranah afektif yaitu kawasan yang

berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap

moral dan sebagainya. Dan ranah psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan

aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi system syaraf dan otot

(neuronmuscular system) dan fungsi psikis.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) yang mengemukakan bahwa pembelajaran

adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru guna menarik dan memberi

informasi kepada siswa, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh guru dapat

membantu siswa dalam menghadapi tujuan. Trianto (2010:17) “Pembelajaran

merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat

dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam

makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam

rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam kegiatan pembelajaran, belajar dan mengajar keduanya saling terkait.

Kegiatan mengajar merupakan suatu kegiatan yang mengatur terciptanya suatu

lingkungan belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran

merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta didik. Pembelajaran

merupakan usaha sadar guru untuk membantu peserta didik agar mereka dapat

belajar sesuai dengan kebutuhan.

Belajar mengajar adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama

lainnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri

seseorang sebagai hasil dari proses belajar dan bukan suatu kebetulan. Perubahan

tersebut bisa dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, daya

kreasi, daya penerimaan dan aspek lain yang ada pada diri individu.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatan

yang disebut belajar. Suparyanti (1992:3) menjelaskan sebagai berikut:

a) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

yang belajar, baik aktual maupun potensial.

b) Perubahan itu pada dasarnya berupa kemampuan baru, yang berlaku dalam

waktu yang relatif lama.

c) Perubahan itu terjadi karena usaha.

Saripudin (1992:77) mengemukakan, “Definisi belajar memusatkan

perhatian pada tiga hal yaitu: 1) belajar harus bersifat mengubah individu, 2)

perubahan itu merupakan hasil dari pengalaman, dan 3) perubahan itu terjadi dalam

perilaku individu yang memang mungkin.” Supandi (1991:7) menjelaskan tentang

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

hal-hal yang terkandung dalam belajar sebagai berikut: “Selalu mengandung

perubahan yang berurusan dengan pribadi, Perubahan itu terjadi pada perilaku

seseorang dan bertahan lama, serta upaya atau pengalaman yang disusun secara

sengaja dalam situasi dan tujuan tertentu.” Slameto (1995:2) menjelaskan, “Belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Gagne yang dikutip

Dahar (1996:11) menyatakan, “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses

dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”

Kemudian Usman (1990:2) menyatakan, “Belajar diartikan sebagai perubahan

tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan

individu dan individu dengan lingkungannya.”

Berkaitan dengan belajar, Slameto (1995:3) menjelaskan tentang ciri-ciri

perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu “Perubahan terjadi secara

sadar, bersifat kontinyu, positif dan aktif, bersifat tetap serta mencakup seluruh

aspek tingkah laku.” Sedangkan Sukmadinata (1999:144) mengemukakan sebagai

berikut: Belajar sesuatu bidang pelajaran, minimal meliputi tiga proses. Pertama,

proses mendapatkan atau memperoleh informasi baru untuk melengkapi atau

menggantikan informasi yang telah dimiliki atau menyempurnakan pengetahuan

yang telah ada. Kedua, transformasi yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar

sesuai dengan tugas yang baru. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek apakah

manipulasi sudah memadai untuk dapat menjalankan tugas mencapai sasaran.

Sama halnya dengan belajar, maka mengajar pun merupakan suatu proses,

yaitu proses mengatur, mengoorganisir lingkungan yang ada di sekitar siswa

sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses

belajar. Pada tahap berikutnya, mengajar adalah suatu proses memberikan

bimbingan kepada siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam

proses belajar sehingga siswa mengalami perubahan ke arah yang dikehendaki.

Sebagai suatu sistem, proses belajar mengajar memiliki sejumlah komponen

yang saling bergantung (interdependen) satu sama lain untuk mencapai tujuan, oleh

karena itu proses belajar mengajar senantiasa merupakan totalitas dari semua

komponen yang saling mendukung. Komponen-komponen tersebut yaitu: tujuan,

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

bahan, metode, alat serta penilaian. Keempat komponen tersebut tidak berdiri

sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi (interelasi).

Stiles dalam Mudyahardjo (1998) mengemukakan, “Definisi lama tentang

pengajaran (instruction) dalam kaitannya dengan pendidikan ditekankan pada proses

penyampaian pengetahuan atau keterampilan kepada siswa.” Kamus umum bahasa

Indonesia memberikan batasan pengajaran sebagai “Proses penyampaian

pengetahuan atau keterampilan kepada siswa, terutama dengan mempergunakan

metode yang sistematis.”

Henderson dalam Mudyahardjo (1998) menjelaskan, “Pengajaran merupakan

bentuk pendidikan khusus yang bertujuan membantu siswa mendapatkan

pengetahuan dan pengembangan intelegensi.” Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pengajaran adalah salah satu bentuk pendidikan yang diberikan oleh pendidik

terhadap peserta didik berupa pengetahuan dan keterampilan.

Mengajar sering diartikan sebagai usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh

guru dalam rangka meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan, pengertian,

pemahaman, sikap dan keterampilan murid melalui proses pengajaran (mendidik,

membina dan mengarahkan / dengan menggunakan berbagai metode pengajaran)

untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

Berkaitan dengan pengajaran, maka dalam bahasan berikut akan dijelaskan

mengenai pengertian dan karakteristik mengajar oleh beberapa ahli pendidikan.

Chauhan dalam Mudyahardjo (1998) menyatakan: Karakteristik mengajar

(teaching) meliputi sebagai berikut:

a) Mengajar adalah komunikasi antara dua orang atau lebih yang saling memberi

pengaruh melalui gagasan-gagasan mereka dan belajar sesuatu dalam interaksi

tersebut.

b) Mengajar adalah mengisi pikiran siswa dengan informasi dan pengetahuan

tentang fakta untuk dapat mereka gunakan di masa yang akan datang.

c) Mengajar adalah suatu proses dimana pelajar, guru, kurikulum dan variable-

variabel lainnya diorganisasi dalam suatu cara yang sistematis untuk mencapai

sesuatu tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

d) d. Mengajar adalah menimbulkan motivasi untuk belajar.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Gazali dan Queljy dalam Roestiyah (1992) menjelaskan, “Mengajar adalah

menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.”

Howard dalam Roestiyah (1992) menyatakan, “Mengajar adalah suatu aktivitas

untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, merubah

atau mengembangkan skill, attitudes, ideals, appreciations dan knowledge.”

Kemudian Mc Intyre dalam Roestiyah (1992) menjelaskan, “Mengajar adalah

aktivitas yang unik.” Berdasar pada beberapa penjelasan mengenai batasan mengajar

maka dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu aktivitas penyampaian

pengetahuan dan informasi dari pendidik terhadap terdidik melalui interaksi dan

komunikasi untuk mencapai tujuan.

Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika padanya terjadi perubahan

tertentu, misalnya dari tidak dapat menghitung menjadi dapat menghitung, dari tidak

tahu tata krama menjadi tahu tata krama dan sopan santun. Namun tidak semua

perubahan yang terjadi tersebut disebabkan karena seseorang telah belajar, misalnya

bayi yang sebelumnya tidak dapat memegang benda lalu dapat memegang benda

dan anak yang sebelumnya tidak dapat duduk lalu dapat duduk. Perubahan-

perubahan tersebut terjadi karena kematangan (maturition).

Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dalam rangka mencapai

tujuan berupa perubahan tingkah laku yang menetap melalui latihan dan

pengalaman.

3. Hakekat Sepakbola

Sepak bola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua buah regu

terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Hampir

seluruh permainan dilakukan keterampilan mengolah bola dengan kaki, kecuali

penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan seluruh badannya

atau anggota badanya dengan kaki atau tangannya. Soekamtasi, ( 1991:12)

Sepakbola merupakan salah satu jenis permainan yang memiliki prinsip yang

sederhana, yaitu berusaha memasukkan bola kegawang lawannya sebanyak

mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk melindungi atau

menjaga agar gawangnya tidak kemasukan bola. Menurut Muhajir (2004),

mengemukakan Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukan bola ke gawang lawan

dan mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukan bola.

Permainan sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang

digemari masyarakat Indonesia dan banyak dimainkan oleh seluruh lapisan

masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dan orang tua. Selain itu, olahraga

sepakbola juga banyak dimainkan oleh kaum perempuan baik di luar negeri

maupun dalam negeri. Permainan sepakbola sudah sangat memasyarakat, sehingga

tidak heran kalau setiap sore hari banyak ditemui anak-anak, remaja, dan dewasa

bermain bola di lapangan sepakbola maupun tanah-tanah kosong.

Sepakbola merupakan salah satu olahraga permainan bola besar. Menurut

Sukrisno, dkk, (2007), sepakbola dimainkan oleh dua regu yang masing-masing

regu terdiri atas sebelas orang. Permainan sepakbola bertujuan untuk memasukkan

bola ke gawang lawan. Regu yang lebih banyak memasukkan bola ke gawang

lawan menjadi pemenangnya.

Menurut muhajir (2007), “Sepakbola adalah suatu permainan yang

dilakukan dengan jalan menyepak, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan

bola kegawang lawan dengan mempertahankan gawang tersebut agar tidak

kemasukan bola”. Menurut Luxbacher (2008) menyatakan bahwa pertandingan

sepakbola dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang.

Masing-masing tim mempertahankan gawang dan berusaha menjebol gawang

lawan. Didalam memainkan bola setiap pemaindibolehkan menggunakan seluruh

anggota badan kecuali lengan, hanya penjaga gawang diperbolehkan memainkan

bola dengan kaki dan lengan. Sepakbola hamper seluruhnya menggunakan

kemahiran kaki, kecuali penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota tubuh

manapun.

Jumlah pemain dalam permainan sepakbola adalah sebelas orang.

Pertandingan dilakukan 2 x 45 menit, permainan ini dipimpin oleh satu orang

wasit dan dua orang penjaga garis. Bentuk lapangan sepakbola adalah persegi

panjang. Dalam peraturan yang sesungguhnya, lapangan standar sepakbola

berukuran panjang 100-110 meter, lebar 64-78 meter. Lapangan juga dilengkapi

dengan dua gawang di kedua sisi lebarnya. Namun, untuk keperluan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

pembelajaran sepakbola di sekolah dapat menggunakan halaman sekolah. Luas

lapangan dapat disesuaikan dengan keadaan di sekolah.

Selain itu, menurut Baskoro Nugroho (2009:) untuk dapat menghasilkan

permainan sepakbola yang optimal, maka seorang pemain harus dapat menguasai

teknik-teknik dalam permainan sepakbola. Teknik dasar bermain sepakbola adalah

merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan atau mengerjakan

sesuatu yang terlepas sama sekali dari permainan sepakbola. Adapun mengenai

teknik dasar sepakbola sebagai berikut :

Menurut Sucipto, dkk. (2000: 17) teknik dasar dalam permainan

sepakbola adalah sebagai berikut:

a) Menendang (kicking)

Bertujuan untuk mengumpan, menembak ke gawang dan menyapu untuk

menggagalkan serangan lawan. Beberapa macam tendangan, yaitu menendang

dengan menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki

dan punggung kaki bagian dalam.

b) Menghentikan (stoping)

Bertujuan untuk mengontrol bola. Beberapa macamnya yaitu

menghentikan bola dengan kaki bagian dalam, menghentikan bola dengan

telapak kaki, menghentikan bola dengan menghentikan bola dengan paha dan

menghentikan bola dengan dada.

c) Menggiring (dribbling)

Bertujuan untuk mendekati jarak kesasaran untuk melewati lawan, dan

menghambat permainan. Beberapa macamnya, yaitu menggiring bola dengan

kaki bagian luar, kaki bagian dalam dan dengan punggung kaki.

d) Menyundul (heading)

Bertujuan untuk mengumpan, mencetak gol dan mematahkan serangan lawan.

Beberapa macam, yaitu menyundul bola sambil berdiri dan sambil melompat.

e) Merampas (tackling)

Bertujuan untuk merebut bola dari lawan. Merampas bola bisa dilakukan dengan

sambil berdiri dan sambil meluncur.

f) Lempar ke dalam (throw-in)

Lemparan kedalam dapat dilakukan dengan awalan ataupun tanpa awalan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

g) Menjaga gawang (kiper)

Menjaga gawang merupakan pertahanan terakhir dalam permainan

sepakbola. Teknik menjaga gawang meliputi menangkap bola, melempar bola,

menendang bola.

Adapun pembagian teknik dasar bermain sepakbola menurut Soekatamsi

(2001: 17) terdiri dari dua macam yaitu:

1) Teknik gerakan tanpa bola yang meliputi:

a) Melompat dan meloncat

b) Bertumpu tanpa bola / gerakan tipu

c) Lari dan mengubah arah

2) Teknik gerakan dengan bola yang meliputi:

a) Menendang bola

b) Menerima / mengontrol bola

c) Menyundul bola

d) Gerak tipu dengan bola

e) Merebut bola

f) Menggiring bola

g) Merampas dan merebut bola

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penulisan tesis ini calon

peneliti mengambil salah satu teknik dasar sepakbola yaitu; Menendang bola

(kicking). Menurut Sucipto, dkk (2000: 17) “ menendang bola merupakan salah

satu karakteristik pemain sepakbola yang paling dominan”. Menendang bola

paling banyak dilakukan dalam permainan sepakbol bila dibandingkan dengan

teknik lain, maka wajarlah bila dalam setiap latihan banyak diajarkan teknik

menendang bola. Menurut Arma Abdoellah, (1981: 421) menendang bola

berfungsi untuk: memberikan (passing) bola,menembak (shooting) bola

kegawang, membersihkan (clearing) dan tendangan-tendangan khusus. Dilihat

dari perkenaan kaki kebola, menendang dibedakan beberapa macam. Teknik

dasar pasing bola ada tiga cara. Menurut Roji (2007: 3) cara pasing bola ada tiga

cara meliputi:

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

a) Pasing bola dengan kaki bagian dalam

Menurut Roji (2007: 3), cara melakukan teknik dasar pasing bola

menggunakan kaki bagian dalam yaitu:

1. Diawali dengan sikap berdiri menghadap arah gerakan.

2. Letakkan kaki tumpu di samping bola dengan sikap lutut agak tertekuk

dan bahu menghadap gerakan.

3. Siakp kedua lengan di samping badan agak terentang.

4. Pergelangan kaki yang akan digunakan menendang diputar ke luar dan

dikunci.

5. Penendang terpusat pada bola

6. Tarik kaki yang akan digunakan menendang ke belakang lalu ayun ke

depan kea rah bola

7. Perkenaan kaki pada bola tepat pada tengah-tengah bola

8. Pindahkan berat badan ke depan mengikuti arah gerakan.

Gambar 2.1. Pasing bola menggunakan kaki bagian dalam (Roji, 2007: 3)

b) Pasing bola dengan kaki bagian luar

Menurut Roji (2007: 3), cara melakukan teknik dasar pasing bola

menggunakan kaki bagian dalam yaitu:

1. Diawali dengan sikap berdiri menghadap arah gerakan.

2. Letakkan kaki tumpu di samping bola.

3. Siakp kedua lengan di samping badan agak terentang.

4. Pergelangan kaki yang akan digunakan menendang diputar ke dalam dan

dikunci.

5. Penendang terpusat pada bola

6. Tarik kaki yang akan digunakan menendang ke belakang lalu ayun ke

depan ke arah bola bersama kaki diputar ke arah dalam.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

7. Perkenaan kaki pada bola tepat pada tengah-tengah bola

8. Pindahkan berat badan ke depan mengikuti arah gerakan.

Gambar 2.2 Pasing bola menggunakan kaki bagian luar: Roji, (2007: 3)

c) Pasing bola dengan punggung kaki

Menurut Roji (2007:3), cara melakukan teknik dasar pasing bola

menggunakan kaki bagian dalam yaitu:

1. Diawali dengan sikap berdiri menghadap arah gerakan.

2. Letakkan kaki tumpu di samping bola, sikap lutut agak tertekuk.

3. Siakp kedua lengan di samping badan agak terentang.

4. Pergelangan kaki yang akan digunakan menendang ditekuk ke bawah dan

dikunci.

5. Penendang terpusat pada bola

6. Tarik kaki yang akan digunakan menendang ke belakang lalu ayun ke

depan ke arah bola bersama kaki diputar ke arah dalam.

7. Perkenaan kaki pada bola tepat pada tengah-tengah bola

8. Pindahkan berat badan ke depan mengikuti arah gerakan.

Gambar 2.3. Pasing bola menggunakan punggung kaki (Roji, 2007: 3)

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

4. Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian strategi

pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode

pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas

daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal

mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah

raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer

atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.

. Model pembelajaran adalah salah satu komponen mutlak dalam

menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif serta membahagiakan

(PAIKEM). Model pembelajaran yang hebat serta variatif bakal berimplikasi pada

ketertarikan maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar

membimbing di kelas. Dengan penerapan kurikulum serta tuntutan untuk

mengembangkan model pembelajaran kreatif maka Guru wajib pula sanggup

mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru wajib berani

berinovasi serta beradaptasi dengan metode pembelajaran PAIKEM semacam

Talking Stick, Example non Example, Think Pair Bagikan serta tak hanya terpaku

pada Metode Ceramah saja. Untuk memperjelas mengapa model pembelajaran

butuh dikembangkan dengan cara berkesinambungan, kami wajib kembali pada arti

model pembelajaran dengan cara umum.

Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990)

mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model

interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik;

dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan

istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model

pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

belajar mengajar.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang

dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1)

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran

(Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning);

(4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul

(Modular Instruction).

Menurut Slavin (2010), model pembelajaran adalah suatu acuan kepada

suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan

sistem pengelolaanya. Sedangkan menurut Trianto (2009) model pembelajaran

merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan

berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan

belajarnya. Menurut Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar Udin

Saripudin Winataputra,(1997:78).

Model Pembelajaran Penjas Model pembelajaran (models of teaching) dalam

konteks pendidikan jasmani lebih banyak berkembang berdasarkan orientasi dan

model kurikulumnya. Dalam hal ini, model pembelajaran lebih sering dilihat sebagai

pilihan guru untuk melihat manfaat dari pendidikan jasmani terhadap siswa, atau

lebih sering disebut sebagai orientasi. Di bawah ini diuraikan beberapa model

pembelajaran, sebatas untuk dipahami perbedaan antara satu dengan lainnya yaitu :

a. Model Pendidikan Gerak (Movement Education)

Pendidikan gerak atau movement education, menekankan kurikulumnya

pada penguasaan konsep gerak. Di Amerika Serikat, program pendidikan gerak

mulai berkembang sejak tahun 1960-an, yang pelaksanaannya didasarkan pada

karya Rudolph Laban. Kerangka kerja program Laban ini meliputi konsep

kesadaran tubuh (apa yang dilakukan tubuh), konsep usaha (bagaimana tubuh

bergerak), konsep ruang (di mana tubuh bergerak), dan konsep keterhubungan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

(hubungan apa yang terjadi). Masing-masing konsep tersebut, merupakan

panduan untuk dimanfaatkan manakala anak harus bergerak, sehingga gerakan

anak bermakna dalam keseluruhan konsep tersebut. Dari setiap aspek gerak di

atas, tujuan dan kegiatan belajar dirancang dengan memanfaatkan pendekatan

gaya mengajar pemecahan masalah, penemuan terbimbing, dan eksploratori

Steinhardt (1992), mengutip Nichols, telah mengusulkan suatu kurikulum

terpadu (integrated curriculum) yang mengajarkan pada siswa hubungan antara

gerak yang dipelajari dengan berbagai kegiatan pendidikan jasmani. Dalam

pengembangan kurikulum pendidikan gerak, keseluruhan konsep itu

dimanfaatkan dan dielaborasi, serta menjadi wahana bagi anak untuk

mengeksplorasi kemampuan geraknya. Termasuk, jika ke dalam kurikulum

tersebut dimasukkan beberapa orientasi kecabangan olahraga seperti senam atau

permainan, bahkan dansa sekalipun. Di bawah ini akan diuraikan ruang lingkup

kurikulum pendidikan gerak yang diorientasikan melalui permainan

kependidikan dan senam kependidikan.

Jewet dan Bain (1985) menyatakan bahwa model pendidikan gerak telah

dikritik dalam hal tidak ditemukannya klaim tentang transfer belajar‖ dan juga

mengakibatkan menurunnya waktu aktif bergerak yang disebabkan oleh

penekanan berlebihan pada pengajaran konsep gerak. Kritik lain telah

mengajukan lemahnya bukti empiris untuk mendukung praktek penggunaan

gaya pengajaran penemuan untuk mengajarkan keterampilan berolahraga

Siedentop, (1980).

b. Model Pendidikan Kebugaran (Fitness Education)

Salah satu literatur yang banyak membahas tentang pendidikan Jasmani

orientasi model kebugaran adalah Physical Education for Lifelong Fitness

(AAHPERD). Buku ini mendeskripsikan model pembelajaran pendidikan

jasmani dari perspektif health-related fitness education Steinhard, (1992). Model

ini memiliki pandangan bahwa para siswa dapat membangun tubuh yang sehat

dan memiliki gaya hidup aktif dengan cara melakukan aktivitas fisik dalam

kehidupan sehari-harinya. Namun kenyataan tersebut tidak mungkin dicapai

tanpa adanya usaha karena sebagian besar anak dan remaja tidak memiliki

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

kebiasaan hidup aktif secara teratur dan aktivitas fisiknya menurun secara drastis

setelah dewasa. Untuk itu, program penjas di sekolah harus membantu para

siswa untuk tetap aktif sepanjang hidupnya. Kesempatan membantu para siswa

untuk tetap aktif sepanjang hidupnya menurut model ini masih tetap terbuka

sepanjang merujuk pada alasan individu melakukan aktivitas fisik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa alasan individu

melakukan aktivitas fisik adalah (1) aktivitas fisik meyenangkan, (2) dapat

dilakukan rame-rame, (3) dapat meningkatkan keterampilan, (4) dapat

memelihara bentuk tubuh, dan (5) nampak lebih baik. Beberapa alasan individu

melakukan aktivitas fisik tersebut harus menjadi dasar dalam menerapkan model

kebugaran ini.

c. Model Pendidikan Olahraga (Sport Education)

Sport education yang sebelumnya diberi nama play education Jewett dan

Bain (1985) dikembangkan oleh Siedentop (1995). Model ini berorientasi pada

nilai rujukan Disciplinary Mastery (penguasaan materi), dan merujuk pada

model kurikulum Sport Socialization. Siedentop banyak membahas model ini

dalam bukunya yang berjudul Quality PE Through Positive Sport Experiences:

Sport Education. Beliau mengatakan bahwa bukunya merupakan model

kurikulum dalam pembelajaran penjas. Inspirasi yang melandasi munculnya

model ini terkait dengan kenyataan bahwa olahraga merupakan salah satu materi

penjas yang banyak digunakan oleh para guru penjas dan siswapun senang

melakukannya, namun di sisi lain ia melihat bahwa pembelajaran olahraga

dalam konteks penjas sering tidak lengkap dan tidak sesuai diberikan kepada

siswa karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sering terabaikan.

Para guru lebih senang mengajarkan teknik-teknik olahraga yang sering

terpisah dari suasana permainan sebenarnya. Atau, jika pun melakukan

permainan, permainan tersebut lebih sering tidak sesuai dengan tingkat

kemampuan anak sehingga kehilangan nilai-nilai keolahragaannya. Akibatnya,

pelajaran permainan itupun tidak memberikan pengalaman yang lengkap pada

anak dalam berolahraga. Dalam pandangan Siedentop, pembelajaran demikian

tidak sesuai dengan konsep praktek yang seirama dengan perkembangan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

(developmentally appropriate practices/DAP). Bahkan dalam kenyataannya,

untuk sebagian besar siswa, cara seperti ini kurang menyenangkan dan kurang

melibatkan siswa secara aktif karena kemampuannya yang belum memadai.

Model sport education diharapkan mampu mengatasi berbagai kelemahan

pembelajaran yang selama ini sering dilakukan oleh para guru penjas.

d. Model Pendekatan Taktis

Pendekatan taktik bermain membantu memikirkan guru untuk menguji

kembali pandangan filosofis mereka pada pendidikan bermain. Model mengajar

ini memungkinkan siswa untuk menyadari keterkaitan antara bermain dan

peningkatan penampilan bermain mereka. Subroto (2001 : 4) menjelaskan

tentang tujuan pendekatan taktis secara spesifik yaitu untuk meningkatkan

kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat

sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan.

e. Model pembelajaran inkuiri

Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman (1962) dengan

alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki secara

independen, namun dalam suatu cara yang teratur. Ia menginginkan agar siswa

menanyakan mengapa sesuatu peristiwa itu terjadi, memperoleh dan mengolah

data secara logis, dan agar siswa mengembangkan strategi intelektual mereka

untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Inkuiri adalah suatu pencarian makna

yang mensyaratkan seseorang untuk melakukan sejumlah operasi intektual untuk

menciptakan pengalaman. Pada prinsipnya model inkuiri merupakan model yang

menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa di samping juga pada guru,

dan yang terutama dalam model inkuiri adalah siswa didorong untuk terlibat

secara aktif dalam menyelesaikan suatu topik permasalahan hingga sampai pada

suatu kesimpulan. Latihan inkuiri dapat diberikan pada setiap tingkatan umur

(mulai dari Taman Kanak-kanak dan seterusnya), namun tentunya dengan

tingkat kesulitan masalah yang berbeda.

Selain itu Metzler (2000:333) juga mengemukakan pendapatnya

bahwa: “The inquiry model can be effective at all grades if the levels of

cognitive and psychomotor problems given to student match their developmental

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

readiness.” Maksudnya adalah model inkuiri bisa efektif untuk seluruh

tingkatan kelas seandainya tingkat permasalahan kognitif dan psikomotor yang

diberikan pada siswa sesuai dengan kesiapan perkembangannya. Masih menurut

pendapat Metzler (2000:312) bahwa: “Inquiry teaching model is used in many

schools in the United States and abroad, most often at the elementary

grades.” Jadi model pembelajaran inkuiri ini digunakan oleh banyak sekolah di

Amerika Serikat dan negara lainnya pada tingkat SD.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan model inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam

proses ilmiah dengan waktu yang relatif singkat. Inkuiri tidak hanya

mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada,

termasuk pengembangan emosional.

5. Pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah salahsatu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktvis. Model pembelajaran kooperratif merupakan

strategi belajar dengan jumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tiingkat

kemampuannya berbada. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota

kelompok harrus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar belum dikatakan selesai jika salah

satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Hal tersebut ssesuai

ddengan pendapat Eggen dan Kauchak dalam trianto, (2007:42) yang menyatakan

bahwa “model pembelajran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berklaborasi untuk mencapai

tujuan bersama”.

Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur

kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara

pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi

dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran.

Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009) menyatakan pembelajaran kooperatif

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling

tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Agus Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih

diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-

pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk

membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya

menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Sugiyanto, (2010: 37). Anita Lie

(2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak

sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsure dasar

pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian

kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan

menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Anita Lie,2007: 30)

mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsure yaitu:

saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,

komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif

(Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling

ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan,

tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif

Rohman, 2009: 186). Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk

pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis

kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama

lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa

diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi

untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar

kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan

tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara

terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara

anggota kelompok.

Anita Lie Agus Suprijono, (2009: 56) menguraikan model pembelajaran

kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan

teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci seseorang dapat menempatkan

dirinya di lingkungan sekitar.

Slavin (Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work

together in four member teams to master material initially presented by the

teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-

kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang

peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para

ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam

bentuk kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen. Saling

bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan”.

a. Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Numbered Head Together (NHT)

Pembelajarn Kooperatif Numbered Heads Together merupakan salah

satu jenis pembelajaran kooperatif yang tergolong dalam metode struktural.

Metode struktural merupakan metode yang dikembangkan oleh Spencer Kagan

dan kawan-kawannya. Meskipun mempunyai kesamaan dengan metode lainnya,

metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur Kagan

menghendaki agar para siswa bekerja sama saling ketergantungan pada

kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang mempunyai

tujuan umum (goal) untuk meningkatkan penguasaan akademik dan ada pula

struktur yang tujuannya untuk mengajarkan ketrampilan social. Think-Pair-

Share dan Numbered Heads Together adalah struktur yang dapat digunakan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

untuk meningkatkan penguasaan akademik, sedangkan Time Token dan Active

Listening adalah struktur yang digunakan untuk mengajarkan ketrampilan sosial

Nurhadi dkk, (2004:66).

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

depan kelas Rahayu, (2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan

dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif

struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar

para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara

kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur

kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian

ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana

seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling

berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti

Tryana, (2008).

Numbered Heads Together adalah struktur yang melibatkan lebih banyak

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model ini

memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih

banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu sama lain. Menurut Nurhadi

dkk (2004:67), pembelajaran model Numbered Heads Togethermemuat langkah-

langkah sebagai berikut.

Pertama: Numbering (penomoran); Guru membagi siswa ke dalam kelompok

yang beranggotakan 3 sampai 5 siswa dan kepada masing-masing

siswa diberi nomor 1 sampai 5 (jika anggota kelompok 5 siswa)

Kedua : Questioning (mengajukan pertanyaan); Guru mengajukan pertanyaan

kepada siswa, pertanyaan di sini berupa lembar masalah yang

berhubungan dengan bahasan. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang

bersifat spesifik sampai pada hal yang bersifat umum. Kemudian

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

siswa diarahkan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan

berdiskusi bersama anggota kelompoknya.

Ketiga : Heads together (berpikir bersama); Para siswa berpikir bersama dan

menyatukan pendapat untuk menggambarkan dan meyakinkan

bahwa tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.

Keempat: Answering (menjawab); Guru memanggil suatu nomor tertentu,

kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya

mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Kemudian

guru bertanya siswa yang bernomor sama pada kelompok lain untuk

menanggapi jawaban tersebut.

b. Pelaksanaan Metode Numbered Head Together (NHT) Dalam Pembelajaran

Teknik Pasing Sepakbola

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen

dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam

pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-

temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan social : Bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,

menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja

dalam kelompok dan sebagainya. Pelaksanaan pembelajaran pasing sepakbola

dengan metode Number Head Togeder (NHT) yaitu : guru menjelaskan teknik

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

pasing kepada siswa dari sikap awal hingga sikap akhir serta

mendemonstrasikannya, setelah siswa paham akan teknik pasing sepakbola

maka guru akan melanjutkan melakukan pembelajaran kooperattif dengan

metode Numbered Head Togeder (NHT). Selanjutnya bentuk dan model

pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Head Togeder (NHT) pada

pembelajaran pasing sepakbola.

1. Pada gambar dibawah ini masing-masing siswa dalam setiap kelompok akan

berdiskusi dan membagi dalam 2 pasangan dengan mengambil nomor undian

yang mendapatkan no ganjil akan berpasangan dengan no ganjil begitu juga

dengan no genap. untuk dapat melakukan pasing dengan menggunakan kaki

bagian dalam, luar dan punggung kaki secara bergantian dengan tujuan bola

yang dipasing kepada teman dapat melewati dari tenga kedua bendera yang

tampak separti gawang kecil dengan jarak antara kedua siswa ± 10 m.

Gambar 2.4. Pasing dua orang (Sukatamsi, 1985)

2. Setiap kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa akan bekerja sama dalam

melakukan pasing melewati sebuah gawang kecil yang dipasang berbeda

ukuran di antara jara A ke B, B ke C, C ke D dan D ke A. seperti yang tertera

pada ggambar model pertama dengan wujud kompetisi antar kelompok

dengan waktu yang ditentukan sesua jenis kelamin.

Gambar 2.5. Pasing empat orang (Sukatamsi, 1985)

pasing kepada siswa dari sikap awal hingga sikap akhir serta

mendemonstrasikannya, setelah siswa paham akan teknik pasing sepakbola

maka guru akan melanjutkan melakukan pembelajaran kooperattif dengan

metode Numbered Head Togeder (NHT). Selanjutnya bentuk dan model

pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Head Togeder (NHT) pada

pembelajaran pasing sepakbola.

1. Pada gambar dibawah ini masing-masing siswa dalam setiap kelompok akan

berdiskusi dan membagi dalam 2 pasangan dengan mengambil nomor undian

yang mendapatkan no ganjil akan berpasangan dengan no ganjil begitu juga

dengan no genap. untuk dapat melakukan pasing dengan menggunakan kaki

bagian dalam, luar dan punggung kaki secara bergantian dengan tujuan bola

yang dipasing kepada teman dapat melewati dari tenga kedua bendera yang

tampak separti gawang kecil dengan jarak antara kedua siswa ± 10 m.

Gambar 2.4. Pasing dua orang (Sukatamsi, 1985)

2. Setiap kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa akan bekerja sama dalam

melakukan pasing melewati sebuah gawang kecil yang dipasang berbeda

ukuran di antara jara A ke B, B ke C, C ke D dan D ke A. seperti yang tertera

pada ggambar model pertama dengan wujud kompetisi antar kelompok

dengan waktu yang ditentukan sesua jenis kelamin.

Gambar 2.5. Pasing empat orang (Sukatamsi, 1985)

pasing kepada siswa dari sikap awal hingga sikap akhir serta

mendemonstrasikannya, setelah siswa paham akan teknik pasing sepakbola

maka guru akan melanjutkan melakukan pembelajaran kooperattif dengan

metode Numbered Head Togeder (NHT). Selanjutnya bentuk dan model

pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Head Togeder (NHT) pada

pembelajaran pasing sepakbola.

1. Pada gambar dibawah ini masing-masing siswa dalam setiap kelompok akan

berdiskusi dan membagi dalam 2 pasangan dengan mengambil nomor undian

yang mendapatkan no ganjil akan berpasangan dengan no ganjil begitu juga

dengan no genap. untuk dapat melakukan pasing dengan menggunakan kaki

bagian dalam, luar dan punggung kaki secara bergantian dengan tujuan bola

yang dipasing kepada teman dapat melewati dari tenga kedua bendera yang

tampak separti gawang kecil dengan jarak antara kedua siswa ± 10 m.

Gambar 2.4. Pasing dua orang (Sukatamsi, 1985)

2. Setiap kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa akan bekerja sama dalam

melakukan pasing melewati sebuah gawang kecil yang dipasang berbeda

ukuran di antara jara A ke B, B ke C, C ke D dan D ke A. seperti yang tertera

pada ggambar model pertama dengan wujud kompetisi antar kelompok

dengan waktu yang ditentukan sesua jenis kelamin.

Gambar 2.5. Pasing empat orang (Sukatamsi, 1985)

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

3. Setiap kelompok bekerja sama dalam melakukan pasing melewati gawang

kecil dan berlari berpindah tempat berlawanan dengan arah bola, di antara

jara A ke B, B ke C, C ke D dan D ke A. seperti yang tertera pada gambar

model pertama dengan keadaan berlari dan berrtukar tempat

Gambar 2.6. pasing empat orang dengan berpindah tempat

(Sukatamsi, 1985)

4. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang melakukan pasing empat dengan

berlari berpindah tempat. Operan pertama akan dilakukan oleh siswa yang

mendapatkan nomor undian 1 dan setelah menendang maka siswa tersebut

akan berlari melewati temannya dan berdiri di tempat yang telah ditentukan

untuk menerima bola.

Gambar 2.7 pasing berpindah tempat ke depan (Sukatamsi, 1985)

c. Umpan Balik (Feedback) Dalam PembelajaranFeed Back (umpan balik) dan Reinforcement (penguatan) kadang-kadang

dipahami sebagai dua istilah yang sama pengertiannya. Reinforcement berarti

kondisi, jika diikuti oleh suatu respons, meningkatkan peluang bahwa respons

akan terjadi manakala rangsangan yang sama diberikan. Pada suatu saat,

pemberian hadiah atau hukuman terhadap seorang siswa atau atlet misalnya,

dapat menghasilkan respons tertentu, sehingga hadiah dan atau hukuman

dianggap sebagai reinforcement. Umpan balik juga bisa berpengaruh demikian.

3. Setiap kelompok bekerja sama dalam melakukan pasing melewati gawang

kecil dan berlari berpindah tempat berlawanan dengan arah bola, di antara

jara A ke B, B ke C, C ke D dan D ke A. seperti yang tertera pada gambar

model pertama dengan keadaan berlari dan berrtukar tempat

Gambar 2.6. pasing empat orang dengan berpindah tempat

(Sukatamsi, 1985)

4. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang melakukan pasing empat dengan

berlari berpindah tempat. Operan pertama akan dilakukan oleh siswa yang

mendapatkan nomor undian 1 dan setelah menendang maka siswa tersebut

akan berlari melewati temannya dan berdiri di tempat yang telah ditentukan

untuk menerima bola.

Gambar 2.7 pasing berpindah tempat ke depan (Sukatamsi, 1985)

c. Umpan Balik (Feedback) Dalam PembelajaranFeed Back (umpan balik) dan Reinforcement (penguatan) kadang-kadang

dipahami sebagai dua istilah yang sama pengertiannya. Reinforcement berarti

kondisi, jika diikuti oleh suatu respons, meningkatkan peluang bahwa respons

akan terjadi manakala rangsangan yang sama diberikan. Pada suatu saat,

pemberian hadiah atau hukuman terhadap seorang siswa atau atlet misalnya,

dapat menghasilkan respons tertentu, sehingga hadiah dan atau hukuman

dianggap sebagai reinforcement. Umpan balik juga bisa berpengaruh demikian.

3. Setiap kelompok bekerja sama dalam melakukan pasing melewati gawang

kecil dan berlari berpindah tempat berlawanan dengan arah bola, di antara

jara A ke B, B ke C, C ke D dan D ke A. seperti yang tertera pada gambar

model pertama dengan keadaan berlari dan berrtukar tempat

Gambar 2.6. pasing empat orang dengan berpindah tempat

(Sukatamsi, 1985)

4. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang melakukan pasing empat dengan

berlari berpindah tempat. Operan pertama akan dilakukan oleh siswa yang

mendapatkan nomor undian 1 dan setelah menendang maka siswa tersebut

akan berlari melewati temannya dan berdiri di tempat yang telah ditentukan

untuk menerima bola.

Gambar 2.7 pasing berpindah tempat ke depan (Sukatamsi, 1985)

c. Umpan Balik (Feedback) Dalam PembelajaranFeed Back (umpan balik) dan Reinforcement (penguatan) kadang-kadang

dipahami sebagai dua istilah yang sama pengertiannya. Reinforcement berarti

kondisi, jika diikuti oleh suatu respons, meningkatkan peluang bahwa respons

akan terjadi manakala rangsangan yang sama diberikan. Pada suatu saat,

pemberian hadiah atau hukuman terhadap seorang siswa atau atlet misalnya,

dapat menghasilkan respons tertentu, sehingga hadiah dan atau hukuman

dianggap sebagai reinforcement. Umpan balik juga bisa berpengaruh demikian.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Setelah disampaikan kepada siswa dan atlet, maka bisa terjadi suatu respons

tertentu menyusul umpan balik tersebut. situasi demikianlah yang menyebabkan,

seolah-olah kabur sekali perbedaan anatar beberapa konsep tersebut. namun

demikian, seperti yang dikemukakan Travers umpan balik jatuh ke dalam

kategori reinforcemen Rusli Lutan,(1988: 285).

Apek penilaian dalam pembelajaran penjas di sekolah dinilai dari tiga

ranah kemampuan yaitu: psikomotorik, afektif, dan koognitif. Dalam

pembelajaran tentu keberhasilan dalam mencapai tujuan ditentukan oleh banyak

factor, salah satu factor yang terpenting adalah guru sebagai fasilitator yang

dapat mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Belajar menurut terori

belajar behavioristic adalah terjadinya perubahan tingkah laku, yang disebabkan

adanya stimulus dan respon. Seorang guru penjas memerlukan startegi dalam

membantu siswa mencapai pembelajaran, feed back atau yang biasa dikenal

dengan umpan balik merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan guru

untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Coke Umpan balik (feedback) diartikan “a general term used to

describe the information a learner receives about the performance of a

movement or skill” jadi dapat diartikan (Terminologi yang secara umum untuk

mendeskipsikan informasi yang diterima dari penampilan dari gerakan atau

keterampilan). Sedang menurut Schmid “feeback” to mean all of the response-

produced information that is received during or after movement” Berarti

umpan balik (feedback) adalah semua informasi hasil yang merupakan respon

yang diterima selama atau setelah melakukan gerakan.

Amezdros dkk, mengartikan “feedback is all the information that an

athlete receives about the performance of skill, either during the performance

(continuous feedback) or afterwards (terminal feedback)”. Yang dapat diartikan

umpan balik adalah semua informasi yang diterima atlet tentang penampilan dari

skill, baik selama penampilan (umpan balik yang kontinyu) atau setelahnya

(upan balik terminal). Jika belajar dari pengalaman, informasi umpan balik

disimpan dimemori dan dapat diulang jika dibutuhkan.

Menurut Apruebo dalam Budiman, (2007), “Feedback is information that

athletes would receive from coach/trainer or environment regarding the level of

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

their motor skill or performance. It serves as a groundwork for the athletes learning

development”. Feedback menurut Apruebo lebih menekankan kepada aktivitas

latihan berkenaan dengan informasi dari pelatih terkait dengan tingkat motor skill

atau penampilan atletnya sebagai dasar dalam mengembangkan penampilan atlet.

Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani, Adang Suherman (dalam

Budiman, 2007) mengemukakan, “Umpan balik (feedback) yaitu guru

mengobservasi siswa secara individu dan menilai bagaimana siswa melakukan

aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan

siswa itu”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa feed back merupakan cara seorang

guru/pelatih dalam membantu siswa meningkatkan pengetahuan, motor skill, dan

sikap yang dilakukan dengan cara observasi dan memberikan informasi serta dapat

diberikan secara individu maupun kelompok. Oelh karena itu maka dalam

pembelajaran menggunakan media CD audio visual gerak sangat penting bagi

seorang guru penjas sebagai vasilitator untuk dapat memberikan unpan balik (feed

back) pada siswa sehingga siswa dapat melakukan gerakan secara baik sesuai

dengan yang dilakukan oleh atlet atau model dalam media tersebut sehingga dapat

mencapai tujuan dari pembelajaran penjas secara efektif.

6. Hakekat Media pembelajaran

a. Media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harafiah berarti perantara. Beberapa definisi menurut

para ahli tentang multimedia. Menurut Arief Sadiman, dkk (2003), bahwa:

Media adalah perantara atau pengantar pesan. Sesuatu dapat dikatakan sebagai

media bila sesuatu tersebut dapat berfungsi sebagai penyalur atau perantara

sesuatu. Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001:4) yaitu

media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.

Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997:2) media adalah segala

bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi, sedangkan

pengertian media menurut Djamarah (1995:136) adalah media adalah alat bantu

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan

pembelajaran.

Pengertian media pembelajaran menurut Latuheru (1988:14) media

pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan untuk

kegiatan belajar mengajar, dengan maksud menyampaikan pesan (informasi)

pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam

hal ini anak didik atau warga belajar). Berdasarkan pendapat ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran alat bantu untuk

menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Menurut Miarso (2004)

berpendapat bahwa : Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan

untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Sadiman (2008:7) menjelaskan media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima pesan. Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat

terjalin. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan oleh guru sebagai alat bantu

mengajar. Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan pesan ajaran

berupa materi pembelajaran kepada siswa. Selanjutnya Schramm dalam Putri,

(2011: 20) media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah

alat bantu yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Berdasarkan beberapa

pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian media pembelajaran sebagai

alat bantu mengajar untuk menyampaikan materi agar pesan lebih mudah

diterima dan menjadikan siswa lebih termotivasi dan aktif.

b. Jenis-jenis media pembelajaran

Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin,

merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut

mempunyai arti "perantara" atau "pengantar", yaitu perantara sumber pesan (a

source) dengan penerima pesan (a receiver). Jadi, dalam pengertian yang lain,

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

media adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan

dari komunikator kepada khalayak.

Bretz (1972) mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga unsur,

yaitu unsur : suara, visual, dan gerak. Media visual dibedakan menjadi tiga,

yaitu: gambar, garis, dan simbol, yang merupakan suatu bentuk yang dapat

ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping ciri tersebut, Bretz (1972) juga

membedakan antara media siar (telecomunication) dan media rekam

(recording), sehingga terdapat delapan klasifikasi media, yaitu:

(1) Media audio visual gerak,

(2) Media audio visual diam,

(3) Media visual gerak,

(4) Media visual diam,

(5) Media semi gerak,

(6) Media audio, dan

(7) Media cetak.

Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis media pembelajaran menurut

taksonomi Leshin, dkk dalam Arsyad, (2002: 801-101) sebagai berikut.

1. Media berbasis manusia

Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk

mengirim dan mengkomunikasikan peran atau informasi. Media ini

bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin

secara langsung terlibat dalam pemantauan pembelajaran. Berdasarkan

uraian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa media berbasis

manusia adalah media pembelajaran yang melibatkan secara langsung

antara pendidik dan peserta didik. Media yang digunakan adalah manusia.

Pengguna media adalah peserta didik dan pendidik. Contoh media

pembelajaran berbasis manusia adalah pembelajaran di sekolah dengan

menggunakan metode ceramah.

2. Media berbasis cetakan

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal

adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja atau latihan, jurnal, majalah,

dan lembar lepas. Beberapa cara yang digunakan untuk menarik

perhatian pada media berbasis teks adalah warna, huruf, dan kotak.

Berdasarkan penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa media berbasis

cetakan merupakan media pembelajaran yang dibuat melalui cetakan.

Media berbasisi cetakan melibatkan perusahaan tertentu. Seperti

perusahaan buku dan perusahaan mainan. Menggunakan media

pembelajaran ini siswa akan cenderung lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran. Contoh media pembelajaran berbasis cetakan adalah

menyusun kata bahasa Jawa dengan menggunakan permainan scrabble.

3. Media berbasis visual

Media berbasis bisual (image atau perumpamaan) memegang

peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat

memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula

menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi

materi pelajaran dengan dunia nyata. Berdasarkan uraian mengenai

media berbasis visual tersebut dapat dijabarkan bahwa media berbasis

visual adalah suatu media pembelajaran yang dapat dilihat. Panca indera

manusia yaitu mata merupakan alat yang diutamakan dalam penggunaan

media berbasis visual. Contoh media berbasis visual adalah belajar di luar

ruangan atau outdoor, belajar dengan menggunakan media gambar atau

image, dsb.

4. Media berbasis audio visual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan

pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting

yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan

storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan dan

penelitian. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, peneliti menarik

kesimpulan bahwa media pembelajaran berbasis audiovisual merupakan

suatu media yang mementingkan pendengaran dan penglihatan.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

5. Media berbasis komputer

Komputer memilih fungsi yang berbeda-beda dalam bidang

pendidikan dan latihan komputer berperan sebagai manajer dalam proses

pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer Managed Instruction

(CMI). Modus ini dikenal sebagai Computer Assisted Instruction (CAI).

CAI mendukung pembelajaran dan penelitian.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat dikatakan

bahwa pembuatan media pembelajaran harus didasarkan pada kebutuhan

pembelajaran. Kebutuhan pembelajaran yang dimaksud adalah sesuai

dengan kompetensi, sesuai dengan materi, dan sesuai dengan

lingkungan pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran dapat

digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Menurut Djamarah, (2002:140) menggolongkan media pembelajaran

menjadi tiga yaitu:

1. Media auditif yaitu media yang mengandalkan kemampuan suara saja,

seperti radio, kaset rekorder.

2. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan

karena hanya menampilkan gambar diam seperti film bingkai, foto,

gambar, atau lukisan.

3. Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik.

Selanjutnya Sadiman, (2008:28) membagi media pembelajaran

menjadi 3 golongan kelompok besar :

1. Media Grafis termasuk media visual seperti gambar/foto, sketsa,

diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta, dan globe.

2. Media Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Seperti radio, alat

perekam piata magnetik, piringan laboratorium bahasa.

3. Media Proyeksi Diam seperti film bingkai (slide), film rangkai (film

strip), media transparan, film, televisi, video.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Berdasarpankan pendapat di atas, maka media pembelajaran dapat

dikelompokkan sebagai berikut.

1. Media Audio

Media Audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima

melalui indera pendengaran. Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media

audio dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata)

maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi).

2. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra

penglihatan. Media visual menampilan materialnya dengan

menggunakan alat proyeksi atau proyektor, karena melalui media ini

perangkat lunak (soft ware) yang melengkapi alat proyeksi ini akan

dihasilkan suatu bias cahaya atau gambar yang sesuai dengan materi

yang diinginkan.

3. Media Audio-Visual

Media audio-visual disebaut juga sebagai media video. Video

merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan

pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur yang saling bersatu

yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk

dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan

unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk

visualisasi.

7. Media Pembelajaran CD (Compact Disc) Audio Visual Gerak

CD berasal dari bahasa Ingris merupakan singkatan dari Compact Disc.

Media CD atau Compact Disc adalah piringan yang berwana perak ini di buat dari

lapisan plastik, yang di sinari oleh sinar laser. Nah, sinar laser ini membuat lubag-

lubang yang sangat kecil yang tidak bisa di lihat secara kasat mata. Lubang-lubang

tersebut akan membuat deretan kode yang berisi deretan data-data. Karena

membentuk lubang-lubang, maka tidak bisa di tutup lagi. kemudian plastik-plastik

itu akan di tutup lagi oleh cairan plastik, yang berguna sebagi pemantul dan

pelindung lubang-lubang tadi yang berbentuk data. CD sudah bukan barang aneh

untuk saat ini. Media CD untk saat ini banyak di gunakan orang, untuk keperluan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

menyimpan data, seperti Foto, Film, File Document, Dan lain sebagainya. Media

CD ini banyak digunakan karena harga nya yang sangat terjangkau.

Audio visual adalah sebagai alat-alat yang mempunyai dua sifat dasar,

yakni audible artinya yang dapat didengarkan dan visible yang dapat dilihat

Suleiman, (1981: 11). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, audio dimaknai

dengan sesuatu yang bersifat dapat didengar atau alat peraga yang bisa

didengar dalam Alwi, (2005: 76) dan visual adalah hal- hal yang dapat dilihat

dengan indera penglihatan/ mata Alwi, (2005:1262).

Keberadaan dua sifat dasar audio visual di atas, menurut Wina Sanjaya

(2006: 80) menjadikan alat tersebut lebih tepat dan menarik dijadikan media

dalam proses belajar mengajar. Dalam dunia pendidikan, audio visual sering

dijadikan sebagai “sensori aids” atau alat-alat pembantu panca indera dalam

ruang belajar sehingga akan mempermudah dalam memahami kata-kata yang ditulis

maupun yang diungkapkan.

Media audio visual gerak adalah media intruksional modern yang sesuai

dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena

meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar

yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi,

video tape, dan film bergerak.

Audio visual gerak yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan

dan bentuk obejktif dapat dilihat R. Ibrahim dan Nana Syaodih S.(2003: 114).

Media audio visual gerak adalah media intruksional modern yang sesuai dengan

perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena meliputi

penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar yang

bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi, video tape,

dan film bergerak Nana Sudjana, (1978: 192). Media audio visual gerak merupakan

media paling lengkap karena menggunakan kemampuan audio-visual dan gerak.

Pembelajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan materi

yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya

tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa (Arsyad,

2002: 30-31). Ciri-ciri utama teknologi media audio visual adalah sebagai berikut :

1. Mereka biasanya bersifat linear.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

2. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.

3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang atau pembuatnya.

4. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan

abstrak.

5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan

kognitif.

6. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan

interaksi siswa yang rendah.

Pembelajaran menggunakan media audio visual seperti ini ditujukan

untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran, sehingga

diharapkan anak-anak mampu mengembangkan daya nalar serta daya rekamnya

Darwanto, (2005: 101). Menurut Suparman (1997: 56) media audio visual

merupakan alat bantu berupa sampel atau contoh dalam penyampaian

materi yang bertujuan merangsang minat dan perhatian siswa agar tertarik

dengan mata pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan setelah

menyaksikannya siswa mempunyai gambaran dan pemahaman pada materi yang

diberikan.

Media berbasis audio visual di sini adalah suatu media instruksional

modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi). Beberapa yang termasuk dalam kategori media audio visual

antara lain:

1. Film

Film merupakan selaput tipis yang terbuat dari seloloit untuk tempat

gambar negative atau untuk gambar positif yang biasa diputar di bioskop

(Dagun, 2006: 258). Dalam dunia pendidikan, film bisa dijadikan salah satu

jenis media audio visual yang dapat menarik perhatian siswa. Dibanding

dengan media yang lain, film mempunyai beberapa kelebihan antara lain:

a. Penerima pesan akan memperoleh tanggapan yang lebih jelas dan tidak

mudah dilupakan, karena antara melihat dan mendengar dapat

dikombinasikan menjadi satu.

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

b. Dapat menikmati kejadian dalam waktu yang lama pada suatu

proses atau peristiwa tertentu.

c. Dengan teknik slow-motion dapat mengikuti suatu gerakkan atau

aktivitas yang berlangsung cepat.

d. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

e. Dapat membangun sikap, perbuatan dan membangkitkan emosi serta

mengembangkan problema.

Pada hakikatnya film merupakan suatu penemuan dalam proses

pembelajaran yang mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang

sama. Film merupakan serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar

pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan

terus hingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal.

Penggunaan film dalam dunia pendidikan dan pembelajaran di

kelas berguna terutama untuk:

a. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

b. Menambah daya ingat pada pelajaran.

c. Mengembangkan daya fantasi anak didik.

d. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

e. Mengatasi pembatasan dalam jarak dan waktu.

f. Memperjelas hal-hal yang abstrak.

g. Memberikan gambaran pengalaman yang lebih realistik.

2. Video

Video merupakan tek pesawat yang memancarkan gambar pada

pesawat televisi, alat merekam gambar hidup dan bisa ditayangkan

kembali lewat layar televisi Dagun, (2006: 1184). Menurut Sadiman

(2009: 75) bahwa video merupakan media audio visual yang

menampilkan gerak.

Daryanto (1993: 35) mengungkapkan beberapa manfaat dari

video, antara lain:

a. Video dapat merekam peristiwa yang terjadi secara cepat dan

praktis dan dapat menampilkan tayangan atau hasil pengambilan film

secara cepat pula tanpa proses lebih lanjut.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

b. Video dapat memperbesar atau memperkecil ukuran dan waktu dari

suatu proses.

c. Video dapat diputar ulang.

d. Kaset film sangat berukuran praktis.

e. Video dapat ditampilkan di televisi yang besar maupun kecil.

f. Kaset video dapat digerakkan dengan putaran lambat atau cepat.

Dalam hal ini, media audio visual yang digunakan yaitu film atau video.

Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya

melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat K. Prent dkk., Kamus

Latin-Indonesia, (1969: 926). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119)

mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat

televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.

Senada dengan itu, Peter Salim dalam The Contemporary English-Indonesian

Dictionary (1996:2230) memaknainya dengan sesuatu yang berkenaan dengan

penerimaan dan pemancaran gambar. Tidak jauh berbeda dengan dua definisi

tersebut, Smaldino (2008: 374) mengartikannya dengan “The storage of visuals

and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman gambar

dan penanyangannya pada layar televisi). Dari beberapa definisi di atas, dapat

disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat,

utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan

penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi.

Azhar Arsyad (2002) menyatakan film atau gambar hidup merupakan

gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui

lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.

Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang

kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu objek

yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.

Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya

daya tarik sendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk

tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan

informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan

mempengaruhi sikap.

Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media

pembelajaran di antaranya menurut Nugent (2005) dalam Smaldino dkk. (2008:

310), video merupakan media yang cocok untuk pelbagai ilmu pembelajaran,

seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Hal itu,

tidak dapat dilepaskan dari kondisi para siswa saat ini yang tumbuh berkembang

dalam dekapan budaya televisi, di mana paling tidak setiap 30 menit

menayangkan program yang berbeda. Dari itu, video dengan durasi yang hanya

beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat

mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa.

Video juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pebelajar,

dan setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal. Pada ranah

kognitif, pebelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah

masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara

dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu

menonton video, setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman

siswa terhadap materi ajar.

Lebih dari itu, manfaat dan karakteristik lain dari media video atau film

dalam meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran, di antaranya

adalah (Munadi, 2008: 127; Smaldino, 2008: 311-312):

a. Mengatasi jarak dan waktu

b. Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam

waktu yang singkat

c. Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan

dari masa yang satu ke masa yang lain.

d. Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan

e. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.

f. Megembangkan pikiran dan pendapat para siswa

g. Mengembangkan imajinasi

h. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih

realistic

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

i. Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan realitas

sosial yang akan dibedah di dalam kelas

j. Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas

peserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.

Manfaat Mengguanakan Media Berbasis Audio-Visual (Film atau Video)

Beberapa manfaat menggunakan media berbasis Audio visual (film atau video)

yaitu karena kelebihan atau keuntungan dari media tersebut, diantaranya :

a. Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa

ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain. Film merupakan

pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara

normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut;

b. Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat

disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.

c. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video

menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.

video merupakan suatu mediaum yang sangat efektif untuk membantu

proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran masal, individual, maupun

kelompok. Pembelajaran menggunakan video menurut Hamdani (2010) bahwa:

video sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau

pisikomotor video juga merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi

dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung disamping itu

video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, halini karena

karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada

siswa, disamping suara yang menyertainya maka siswa separti merassa berada di

suatu tempat yang sama denga program yang ditayangkan video.

Menurut Azhar Arsyad (2002:81) salah satu ciri media pembelajaran

adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada

penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan atau respons siswa

sehingga media itu sering disebut media. Pesan dan informasi yang dibawa oleh

media bisa berupa pesan yang sederhana maupun sangan kompleks. Akan tetapi

media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa,

serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Media sangat berperan penting di dalam proses pembelajaran, media

merupakan suatu wahana penyalur pesan materi pelajaran yang disampaikan

oleh seorang guru agar siswa dapat dengan mudah menerima pelajaran apa

yang sudah disampaikan. Media yang baik adalah yang dapat memunculkan

komunikasi dua arah atau interaktivitas Sutjiono, (2005). Selanjutnya menurut

Arsyad (2013: 91) bahwa media video-visual dapat memperlancar pemahaman

dan memperkuat ingatan, selain itu visual dapat menumbuhkan minat siswa dan

dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Dengan penggunaan media CD Audio Visual Gerak pada pembelajaran, proses

gerakan yang tidak dapat diamati secara jelas dengan demonstrasi akan dapat

diamati oleh siswa melalui gerakan “slow motion” melalu media CD

pembelajaran tersebut.

B. Penelitian Yang Relevan

Metode penelitian dan pengembangan telah banyank digunakan oleh peneliti-

peneliti, baik pengembangan model pembelajaran maupun media pembelajaran. Agar

tidak terjadi plagiasi dalam penelitian pengembangan media pembelajaran teknik pasing

sepakbola menggunakkan model pembelajaran kooperatif numbered head together pada

siswa smp di kota kupang, maka beberapa hasil penelitian yang menarik dan memiliki

rrelevansinya dengan rencana penelitian ini akan dilampirkan sebagai berrikut :

1. Filli Azandi, A121108013 (2013) Pengembangan Model Latihan Teknik

Menggiring Dan Mengoper Dalam Sepakbola, Studi Pengembangan Pada Atlet

Usia 11-12 Tahun di kota medan. Digilib Tesis Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Tujuan penelitian ini melaksanakan dan mengetahui hasil analisis

kebutuhan dan mengembangkan produk awal, melaksanakan dan mengetahui uji

ahli, uji lapangan, melaksanakan dan mengetahui uji efektivitas produk model

latihan menggiring dan mengoper dalam sepakbola pada atlet usia 11-12 tahun di

kota medan. Motode penelitian yang diigunakan adalah metode ppenelitian

pengembangan research and development yang dikemukakan oleh Brog dan Gall,

peneliti mengadaptasi proseddur ppenelitian menjadi tiga tahap yaitu : taha1

pendahuluan, tahap 2 ujicoba produk, dan tahap 3 uji efektifitas produk. Hasil yang

perrtama pendahuluan adalah analisis kebutuhan dengan menggunakan metode

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

wawancara dan observasi latihan teknik menggiring dan mengoper pada ssaat

latihan kurang bervariasi dan masih rendahnya tingkat ppenguasaan menggiring dan

mengoper pada atlet usia 11-12 tahun dikota medan. Latihan menggiring dan

mengoper sudah diberikan namun masih bayak atlet kusuusnya tim usiia 11-12

tahun belum bisa melakukan teknik menggiring dan mengoper dengan baik. Kajian

teori terdiri dari sepakbola, teori tentang teknik menggiring dan mengoper, teori

kondisi fisik untuk menggiring dan mengoper, teori karakteristik usia 11-12 tahun,

teori latihan. Pengembangan produk penyyejiannya yaitu bab I pendahuluan, bab II

latiihan untuk menggiring dan mengoper, bab III model latihan menggiring dan

mengoper dan bab IV program latihan. Tahap kedua adalah uji coba produk, ujicoba

yang perrtama adalah ujicoba ahli dengan menggunakan 3 ahli sepakbola dengan 18

butir pertanyaan dengan hasil 80% dan dapat diinterpretasikan bahwa rancangan

produk bisa diujicobakan pada tahap selanjutnya. Ujicoba kelompok kecil dengan

jumlah subjek 24 mmenggunakan instrument angket dengan jumlah pertanyaan 12.

Hasil uji kkelompok kecil adalah 72,70%. Ujicoba kelompok besar dengan 48

subjek dengan hasil 84,79%. Tahap yang kketiga adalah uji efektifitas produk

dengan membandingkan dua kelompok, satu kelompok diberi perlakuan produk

pengembangan dan kelompok lain diberi perlakuan secara konfensional dengan

menggunakan pre tes dan post tes desain. Nilai beda untuk masing-masing

kelompok berdasarkan tes adalah jumlah nilai beda tes 1 kelompok eksperimen

69,33, kelompok control 68,51. Nilai beda tes 2 kelompok eksperimen 100,

kelompok control 73. Jumlah nilai beda tes 3 kelompok eksperimen 58, kelompok

control 35. Sebagai simpulan akhir bahwa produk terbukti efektif meningkatkan

kemampuan menggiring dan mengoper atlet sepakbola usia 11-12 tahun di kota

medan.

2. Liska Sukiyandari, Soegiyanto KS, ER. Rustiana Journal of Physical Education

and Sports 1 (2) (2012). Multimedia Bola Basket Untuk Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMA The research aimed to

develop software of multimedia learning in the form of CD (compact disc) for

Physical Sport and Health education with suitable developing steps. The

researches were research and development. The development of the learning

multimedia conducted by these steps: introduction, analysis of need and deciding

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

material, development of learning de- sign, development of production design,

evaluation and revision. Subsequently, initial product was validated by media and

material experts. After that, the product was tested to the students through trial

step of small group and trial of big group. The subject of product trial was the

students of Senior High School of Semarang City. The data was collected

through question- naire and interview. The validation result by the material expert

was thoroughly “good” with score average of 4. Besides that, the result by the

media expert was also “good” with score average of 3.83. On the trial of small

group was “good” with score average of 3.8. On the trial of big group was

“very good” with score average of 4.32. In conclusion, the research and

development product of basketball learning multimedia in the subject of Physical

Sport and Health Education was suitable to be used in the learning and teaching

activity process.

Yang artinya : Penelitian ini bertujuan menghasilkan sebuah produk software

multimedia pemb- elajaran berupa CD (compact disc) pembelajaran Pendidikan

Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk materi permainan bola basket. Penelitian

ini merupakan peneli- tian dan pengembangan yang dilakukan melalui tahapan:

identifikasi menentukan materi, pengembangan desain pembelajaran, evaluasi,

dan revisi. Setelah melalui tahap produksi dihasilkan produk awal yang

divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Selanjutnya produk diujicoba kepada

siswa melalui uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar. Subjek uji

coba adalah siswa SMA Se Kota Semarang. Data dikumpulkan melalui angket, dan

wawancara. Hasil validasi oleh ahli materi secara keseluruhan aspek adalah “baik”,

dengan rerata skor 4. Penilaian ahli media pada produk adalah “baik” dengan

rerata skor 3,83. Pada uji coba kelompok kecil “baik” dengan rerata skor 3,8.

Pada uji coba kelompok besar adalah “sangat baik” dengan rerata skor

4,32.Simpulan dari penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk

multimedia pembelajaran bola basket dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan yang layak digunakan dalam proses kegiatan be- lajar

dan mengajar.

3. Nur Rohmah Muktiani (2008) Program Pasca Sarjana Universitas Negeri

Yokyakarta, melakukan penelitian pengembangan mengenai cd pembelajaran

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

interaktif untuk pembelajran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMA.

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan tahapan-tahapan dalam

mengembangkan multimedia pembelajaran yang efektif untuk pembelajran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA. Penelitian ini merupakan

penelitian dan pengembangan dengan tahapan: pendahuluan, desain

pembelajaran, desain produk, evaluasi dan revisi. Setelah melalui tahap produksi

dihasilkan produk awal yang divalidasi oleh ahli materi dan ahli media.

Selanjutnya produk diujicobakan melalui tahap ujicoba perorangan, ujicoba

kelompok kecil dan ujicoba lapangan. Objek ujicoba produk adalah siswa kelas

X SMA negeri 9 Yokyakarta. Data dikumpulkan melalui kuesioner, tes dan

observasi. Data penelitian melalui kuualitas produk, saran perbaikan produk, skor

tes, serta data kualitatif lainnya. Data kuantitatif dianalisis dengan statistic

deskriptif. Hasil falidasi oleh ahli materi “sangat baik” (rerata skor 4,28)

sedangkan ahli media menilai “sangat baik” (rerata skor 4,98). Penilaian siswa

pada ujicoba lapangan mengenai kualitas multimedia adalah “baik”.

C. Karangka Berpikir

Pendidikan merupakan suatu kunci mengembangkan potensi diri untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan individu untuk mencapai

perubahan dari diri indivu yaitu dari belajar seseorang memperoleh perubahan secara

mental maupun pisikis menjadi lebih baik. Pembelajaran yang cenderung pasif dan

tiidak efektif sesuai dengan karakter siswa, tidak menarik dapat membuat siswa bosan

dalam mengikuti pembelajaran. Untuk memaksimalkan proses pembelajaran maka

perlu melakukan inovasi pembelajarran serta media pembelajaran.

Pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses

pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian,

ketrampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani. Maka dalam halini guru dituntut agar

dapat berinovasi dan kreatif dalam mejalankan pembelajran dengan mengeluarkan

segala potensi yang dimilikinya untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif

sesuai dengan tujuan pembelajran pendidikan jasmani

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Sepakbola merupakan suatu cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan

jasmani, sepakbola amat digemari oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia baik

dikota-kota maupun di desa-desa. Bahkan sekarang sepakbola digemarri dan dimainkan

oleh kaum wanita. Dan didalam memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan

masyarakat, sepakbola adalah salah satu ccabang olahraga yang diprioritaskan untuk

dibina. Maka untuk meningkatkan dan mencapai prestasi alangkah baiknya semenjak

anak-anak telah mendapatkan pendidikan olahraga dan kususnya olahraga sepakbola

secara benar teratur dan terarah. Teknik pasing dalam sepakbola bagian dari salah satu

teknik dasar yang sangat penting dalam permainan sepakbola, olah karena itu

pembelajaran teknik dasar di sekolah sangat penting agar anak dapat memahami dan

pengerti akan fungsi dan manfaatnya dalam permainan sepakbola.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan

adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari

materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah

untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam

proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar

aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta

berdiskusi untuk memecahkan masalah Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam

Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup

dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut.

Dalam proses belajar mengajar pada pendidikan jasmani ada banyak faktor

yang mempengaruhi tercapainaya salah satunya media pembelajaran. Pada

kenyataannnya, apa yang terjadi dalam pembelajaran seringkali terjadi proses

pengajaran berjalan dan berlangsung tidak efektif. Banyak waktu, tenaga dan biaya

yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar tidak dapat tercapai bahkan terjadi

noises dalam komunikasi antara pengajar dan pelajar. Hal tersebut masih sering

dijumpai pada proses pembelajaran jasmani selama ini.

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Dengan adanya media pembelajaran CD Audio Visual Gerak, maka tradisi lisan

dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan media pembelajaran

CD Audio Visual Gerak, sebab dengan media CD Audio Visual Gerak dalam

pembelajaran pendidikan jasmani struktur-struktur pelaksanaan suatu teknik dalam

pembelajaran praktik lapangan dapat dipahami dengan baik karena dapat ditampilkan

dengan video yang dilengkapi dengan teks dan audio. Dengan pengembangan media

pembelajaran CD Audio Visual Gerak, guru pendidik dapat menciptakan berbagai

situasi kelas, menentukan model pembelajaran dan metode pembelajran yang akan

dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat

diantara peserta didik. Bahkan media pembelajaran ini selanjutnya dapat membantu

guru membawa dunia luar ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing

(remote) sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Bila media

pembelajaran CD Audio Visual Gerak ini dapat dikembangkan secara tepat dan

proforsional, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan efektif, dengan

menggunakan media pembelajran CD Audio Visual Gerak.

Berdasarkan uraian di atas, maka karangka pemikiran rencana penelitian iini

dapat dijelaskan separti pada bagan dibawah ini :

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI · tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara sengaja atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk perubahan segala tingkah laku kearah yang

Gambar2.8. kkarangka berpikir rencana penelitian