Pelaksanaan ekehadiran murid melalui aplikasi pangkalan data murid apdm
BAB II LANDASAN TEORI - repository.nusamandiri.ac.id · suatu sistem dengan sistem manajemen...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - repository.nusamandiri.ac.id · suatu sistem dengan sistem manajemen...
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah suatu sistem informasi berbasis
komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu
manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun
tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model. Kata berbasis komputer
merupakan kata kunci, karena hampir tidak mungkin membangun SPK tanpa
memanfaatkan komputer sebagai alat bantu, terutama untuk menyimpan data serta
mengelola model (Sari, 2017).
Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan atau dikenal juga dengan istilah
Decision Support System (DSS) ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari
sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa
sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Sifat interaktif ini dimaksudkan
untuk memudahkan integrasi antara berbagai komponen dalam proses
pengambilan keputusan seperti prosedur, kebijakan, teknik analisis, serta
pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan
yang bersifat fleksibel.
Keterbatasan Sistem Pendukung Keputusan
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan sebenarnya.
6
2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada pembendaharaan pengetahuan yang
dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga pada
kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.
4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia.
Karena walau bagaimana pun canggihnya suatu SPK hanyalah suatu
kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak
dilengkapi dengan kemampuan berpikir.
B. Konsep Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan atau dikenal dengan SPK merupakan bagian
dari sistem informasi yang berbasis komputerisasi (Martha & Saputra, 2015).
Dalam sepuluh tahun pertama di dunia bisnis penggunaan komputer hanyaditujukan untuk proses-proses transaksi. Dipertengahan tahun 1960 munculkonsep Sistem Informasi Manajemen sejalan dengan kebutuhan untukmenyediakan informasi bagi para manajer. Pendekatan terhadap SistemInformasi Manajemen telah dilakukan seluas-luasnya agar tersedia informasiayang sesuai dan memadai, yang dapat digunakan untuk memecahkan segalajenis masalah oleh seluruh manajer perusahaan. Pendekatan yang terlalu luasdan menyeluruh ternyata tidak efektif dan terbukti beberapa sistem telahgagal dan berfungsi tidak sesuai dengan yang diharapkan. SPK di tunjukanuntuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluaskapabilitas para pengambil keputusan tersebut namun tidak untuk menggantipenilaian (Sianturi, 2015).
Istilah SPK/DSS kemudian digunakan untuk menggambarkan sistem yang
dirancang untuk membantu seorang manajer suatu departemen dalam
memecahkan suatu masalah yang spesifik. Sistem ini ditekankan untuk membantu
manajer dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah, tetapi tidak
mampu mengerjakan kedua hal tersebut tanpa bantuan seorang manajer. Jadi
sistem ini adalah sistem yang memerlukan kerjasama antara seorang manajer dan
7
komputer sehingga didapatkan hasil yang optimal. Masalah-masalah yang
dipecahkan dengan sistem ini adalah masalah semi terstruktur. Bagian terstruktur
dari masalah akan dikerjakan oleh komputer dan bagian tidak terstruktur akan
dikerjakan oleh manajer.
C. Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan
Berikut ini adalah karakteristik dalam Sistem Pendukung Keputusan yaitu :
1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi
2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi
3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan
4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model
5. Menggunakan baik data eksternal dan internal
6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis
7. Menggunakan beberapa model kuntitatif
Sumber : Buku Sari (2017:3)
Gambar II.1. Karakteristik SPK/DSS.
8
Berikut ini merupakan kemampuan sistem pendukung keputusan yaitu :
1. Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah
semi terstruktur dan tidak terstruktur
2. Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah
3. Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok maupun perorangan
4. Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantung dan berurutan
5. Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligensi, design,
choice, dan implementation
6. Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis keputusan
7. Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.
8. Kemudahan melakukan interaksi sistem
9. Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi
10. Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir
11. Kemampuan pemodelan dan analisis pembuatan keputusan
12. Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data
Terdapat tiga prinsip dasar sistem pendukung keputusan adalah :
1. Struktur Masalah : masalah yang terstruktur atau tertata, penyelesaian dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus yang sesuai, sedangkan untuk
masalah tertata tidak dapat dikomputerisasikan. Sementara itu, sistem
pendukung keputusan dikembangkan khususnya untuk menyelesaikan
masalah yang semi terstruktur atau tidak begitu tertata.
9
2. Dukungan Keputusan : sistem pendukung keputusan tidak dimaksud untuk
menggantikan manajer, karena komputer berada di bagian terstruktur, guna
melakukan penilaian dan analisis. Manajer dan komputer bekerja sama
sebagai sebuah tim pemecah masalah semi terstruktur.
3. Efektifitas Keputusan : tujuan utama sistem pendukung keputusan adalah
agar keputusan yang dihasilkan dapat lebih baik bukanlah untuk
mempersingkat waktu pengambilan keputusan.
D. Komponen – Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan terdiri dari tiga komponen utama atau subsistem
yaitu :
1. Subsistem Manajemen Data
Subsistem manajemen dan merupakan komponen SPK penyedia data bagi
sistem. Data dimaksud disimpan dalam database yang diorganisasikan oleh
suatu sistem dengan sistem manajemen pangkalan data (Data Base
Management System/DBMS). Melalui pangkalan data inilah data dapat
diambil dan diekstraksi dengan cepat.
a. DSS database adalah kumpulan data yang saling terkait yang
diorganisasikan untuk memenuhi kebutuhan dan struktur suatu organisasi
dan dapat digunakan oleh lebih dari satu orang untuk lebih dari satu
aplikasi.
b. Sistem Manajemen basis data adalah pembuat, pengakses, dan
pembaharuan (update) oleh DBMS yang mempunyai fungsi utama sebagai
tempat penyimpanan, mendapatkan kembali (retrieval) dan pengontrolan.
10
c. Direktori merupakan sebuah catalog dari semua data di dalam basis data.
d. Query Facility yang menyediakan fasilitas akses data, fungsi utamanya
adalah untuk operasi seleksi dan manipulasi data dengan menggunakan
model-model yang sesuai dari model management.
2. Subsistem Manajemen Model
Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data
dengan model-model keputusan. Model merupakan peniruan dari alam nyata.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pada setiap model yang disimpan
hendaknya ditambahkan rincian keterangan dan penjelasan yang
komprehensif mengenai model yang dibuat, sehingga pengguna atau
perancang :
1. Mampu membuat model yang baru secara mudah dan cepat.
2. Mampu mengakses dan mengintegrasikan subrutin model.
3. Mampu menghubungkan model dengan model yang lain melalui
pangkalan data.
4. Mampu mengelola model base dengan fungsi manajemen yang analog
dengan manajemen data base (seperti mekanisme untuk menyimpan,
membuat dialog, menghubungkan, dan mengakses model).
Subsistem manjemen model terdiri dari beberapa elemen-elemen sebagai
berikut :
a. Basis Model, berisikan model-model seperti manajemen keuangan,
statistik, ilmu manajemen yang bersifat kuantitatif yang memberikan
kapabilitas analisis pada sebuah SPK. Basis model dibagi lagi menjadi
11
1. Model Strategis, digunakan untuk manajemen puncak untuk
menjalankan tanggung jawab perencanaan strategis. Ketika model ini
digunakan dalam suatu SPK, maka yang menjadi tujuan didalamnya
adalah untuk membantu pengambilan keputusan strategis yang sifatnya
jangka panjang.
2. Model Taktis, digunakan oleh manajemen madya untuk membantu
mengalokasikan dan mengontrol sumber daya organisasi.
3. Model Operasional, digunakan untuk mendukung aktifitas kerja harian
pada organisasi.
4. Model Analitik, digunakan untuk menganalisis data (untuk aplikasi
sendiri), sebagai komponen dari model yang lebih besar, dan
digunakan untuk menentukan variabel dan parameter model.
b. Sistem Manajemen Basis Model, merupakan sistem software yang fungsi
utamanya membuat model dengan menggunakan bahasa pemrograman,
alat SPK atau subrutin, dan balok pembangun lainnya. Selain itu
merupakan pembaharuan, perubahan model dan manipulasi model.
c. Direktori Model, peran dari direktori model sama dengan direktori basis
data. Direktori model adalah catalog dari semua model dan perangkat
lunak lainnya pada basis model. Ia berisi definisi model dan fungsi
utamanya adalah menjawab pertanyaan tentang ketersediaan dan
kapabilitas model.
d. Eksekusi Model, Integrasi, dan Prosesor Perintah, adalah proses
mengontrol jalannya model saat ini. Integrasi model mencakup gabungan
operasi beberapa model saat diperlukan atau mengintegrasikan SPK
12
dengan aplikasi lain. Sedangkan prosesor model digunakan untuk
menerima dan menginterpretasikan instruksi-instruksi permodelan.
3. Subsistem Dialog (User System Interface)
Keunikan lain dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu
mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif.
Melalui subsistem inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan
sehingga pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang.
Fasilistas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibagi menjadi tiga
komponen yaitu :
1. Bahasa aktif (Action Language), perangkat yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan sistem, seperti keyboard, joystick, panel sentuh
lain, perintah suara atau key function lainnya.
2. Bahasa tampilan (Presentation Language), perangkat yang digunakan
sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu, seperti printer, grafik display,
plotter dan lainnya.
3. Basis pengetahuan (Knowledge Base), perangkat yang harus diketahui
pengguna agar pemakaian sistem bisa efektif.
E. Fase Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan meliputi empat tahap yang saling berhubungan dan
berurutan (Sari, 2017). Empat proses tersebut adalah :
13
1. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,
diproses, dan diuji dalam rangka mengiden-tifikasikan masalah.
2. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan dan mengembangkan alternatif.
Tahap ini meliputi proses untuk masalah, menurunkan solusi dan menguji
kelayakan solusi.
3. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan di antara berbagai alternatif
tindakan yang mungkin dijalankan. Tahap ini meliputi pencarian, evaluasi dan
rekomendasi solusi yang sesuai untuk model yang telah dibuat. Solusi dari
model merupakan nilai spesifik untuk variabel hasil pada alternatif yang
dipilih.
4. Implementation
Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah
diambil. Pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana,
sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila siperlukan
perbaikan.
F. Karakteristik GDSS
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh GDSS adalah sebagai berikut : (Sari,
2017)
14
1. GDSS (Group Decision Support System) adalah sistem informasi yang
dirancang secara khusus, bukan secara sederhana, yang merupakan
konfigurasi dari komponen sistem yang telah ada.
2. Sistem ini dirancang untuk tujuan mendukung kelompok pengambil
keputusan dalam melaksanakan tugasnya. Karenanya GDSS harus
meningkatkan proses pengambilan keputusan atau hasil dari suatu kelompok.
3. GDSS mudah untuk dipelajari dan digunakan. Sistem ini mengakomodasikan
pengguna dengan berbagai tingkatan pengetahuan komputerisasi.
4. GDSS dapat dirancang untuk satu tipe masalah atau untuk beragam tingkatan
kelompok organisasi keputusan.
5. GDSS dirancang untuk mendorong aktivitas- aktivitas, seperti penghasilan
ide, penyelesaian konflik, dan pemberian pendapat yang independen.
6. GDSS memiliki mekanisme terpasang yang dapat meminimalkan
berkembangnya perilaku negatif kelompok, seperti konflik destruktif,
miskomunikasi, ataupun pemikiran terkotak-kotak.
G. Metode Profile Matching
Profile Matching merupakan suatu proses yang sangat penting dalam
manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dimana, terlebih dahulu haruslah
menentukan kompetensi (kemampuan) yang diperlukan oleh suatu jabatan.
Kompetensi atau kemampuan tersebut haruslah dapat dipenuhi oleh pemegang
atau calon pemegang jabatan (Sari, 2017). Untuk memudahkan pelaksanaan
kaderisasi dan jenjang karir dari tiap pegawai maka dibuat sistem yang bertujuan
memudahkan proses penyusunan dan pengenalan target (hal ini dalam pegawai)
15
dalam memudahkan penyusunan jenjang karir dan kaderisasi dari suatu
perusahaan (Hidayat, 2016). Dalam proses profile matching secara garis besar
merupakan proses membandingkan antara kompetensi individu kedalam
kompetensi jabatan sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut
juga gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar
yang berarti memiliki peluang lebih besar untuk karyawan menempati posisi
tersebut. Untuk menganalisis karyawan yang sesuai dengan jabatan tertentu
dilakukan dengan metode profile matching, dimana dalam proses ini terlebih
dahulu menentukan kompetensi (kemampuan) yang diperlukan oelh suatu jabatan.
Aspek penilaian yang dicontohkan dibagi menjadi 3, yaitu : (Sari, 2017)
1. Aspek Kecerdasan. Aspek tersebut memiliki 9 faktor, yaitu :
a. Common Sense
Common Sense merupakan kemampuan berpikir konkrit praktis sehingga
diperoleh pandangan yang bersifat umum dan realistis.
b. Verbalisasi Ide
Verbalisasi Ide merupakan kecakapan mengolah dan mengintegrasi suatu
gagasan pemikiran yang bersifat verbal.
c. Sistematika Berpikir
Sistematika berpikir merupakan kelincahan berpikir dalam menangkap
suatu hubungan asosiasi antara satu gejala dengan gejala lain
menggunakan logika yang sistematis.
16
d. Penalaran dan Solusi Real
Penalaran dan solusi real merupakan kecakapan dalam memahami suatu
inti persoalan dan dua gejala secara mendalam sehingga mampu
melakukan penalaran secara logis dan merumuskan suatu hasil yang
realistis.
e. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan kemantapan untuk memusatkan perhatian dalam
mencamkan suatu persoalan.
f. Logika Praktis
Logika praktis merupakan kecakapan untuk memecahkan masalah secara
logis dan runtut dengan cara praktis dan sederhana.
g. Fleksibilitas Berpikir
Fleksibilitas berpikir merupakan cara pendekatan berpikir yang bervariasi,
tidak terpaku pada satu metode saja, dan cakap menganalisis informasi
secara faktual.
h. Imajinasi Kreatif
Imajinasi kreatif merupakan kecakapan untuk mencari alternatif
pemecahan masalah secara kreatif melalui upaya membayangkan
hubungan gejala secara menyeluruh.
i. Antisipasi
Antisipasi merupakan kecakapan dalam memprediksi suatu kejadian
(akibat) dan mampu mengenali adanya gejala-gejala perubahan.
17
2. Aspek Sikap Kerja. Aspek tersebut memiliki 6 faktor, yaitu :
a. Energi Psikis
Energi psikis mengungkap besarnya potensi energi kerja, terutama ketika
berada di bawah tekanan.
b. Ketelitian dan Tanggung Jawab
Ketelitian dan tanggung jawab menunjukkan adanya kesediaan
bertanggung jawab, teliti, serta kepedulian, tetapi bisa berarti pula mudah
dipengaruhi, labil, dan kurang waspada.
c. Kehati-hatian
Kehati-hatian menunjukkan adanya kecermatan, hati-hati, konsentrasi,
kesiagaan, dan kemantapan kerja terhadap pengaruh tekanan.
d. Pengendalian Perasaan
Pengendalian perasaan menunjukkan adanya ketenangan, penyesuaian diri,
dan keseimbangan. Bisa juga berarti sebaliknya, yakni menggambarkan
tempramen secara penuh, mudah terangsang, dan cenderung egosentris.
e. Dorongan Berprestasi
Dorongan berprestasi menggambarkan kesediaan dan kemampuan
berprestasi, serta kemampuan untuk mengembangkan diri.
f. Vitalitas dan Perencanaan
Vitalitas dan perencanaan menunjukkan ambisi untuk mengarahkan diri
dan mengatur kemampuan dalam mengatur tempo dan irama kerja.
18
3. Aspek Perilaku. Aspek tersebut memiliki 4 subfaktor, yaitu :
a. Kekuasaan (Dominance)
Kemampuan untuk manahan diri dalam bersikap egois dan menghilangkan
sikap senioritas.
b. Pengaruh (Influences)
Kemampuan karyawan untuk membimbing aktivitas karyawan lainnya,
memotivasi karyawan lainnya, dan mendayagunakan sumber daya manusia
dan sumber daya teknik yang tersedia untuk menyelesaikan tugas dan
mencapai solusi atas masalah yang dihadapi dengan berpedoman pada
kebijakan organisasi.
c. Keteguhan Hati (Steadiness)
Kemampuan untuk menahan tekanan dan tetap tenang dalam situasi kritis.
d. Pemenuhan (Compliance)
Kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang disyaratkan dengan
supervisi minimum serta kemampuan untuk memenuhi kondisi yang
menantang dan memecahkan masalah dari situasi yang baru.
Perhitungan Pemetaan Gap Kompetensi, Gap yang dimaksud disini adalah
perbedaan antara profil jabatan dengan profil karyawan (Sari, 2017), atau bisa
ditunjukkan pada rumus di bawah ini :
19
Berikut salah satu contoh perhitungan gap untuk salah satu aspek :
1. Aspek Kecerdasan
Tabel II.1
Tabel Gap Aspek Kecerdasan
No Id_Karyawan
Faktor Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 IQ
1. K1001 2 4 3 3 2 2 4 3 2 3
2. K1002 3 4 3 3 2 3 4 2 4 4
3. K1003 4 4 3 3 4 3 2 3 3 2
4. K1004 3 5 4 3 4 4 3 5 4 3
5. K1005 3 3 3 1 2 5 3 2 5 4
Profile Jabatan 3 3 4 4 3 4 4 5 3 4
1. K1001 -1 1 -1 -1 -1 -2 0 -2 -1 -1
Gap
2. K1002 0 1 -1 -1 -1 -1 0 -3 1 0
3. K1003 1 1 -1 -1 1 -1 -2 -2 0 -2
4. K1004 0 2 0 -1 1 0 -1 0 1 -1
5. K1005 0 0 -1 -3 -1 1 -1 -3 2 0
Sumber : Buku Sari (2017:77)
Keterangan :
1 : Common Sense
2 : Verbalisasi Ide
3 : Sistematika Berpikir
4 : Penalaran dan Solusi Real
5 : Konsentrasi
20
6 : Logika Praktis
7 : Fleksibilitas Berpikir
8 : Imajinasi Kreatif
9 : Antisipasi
IQ : Potensi Kecerdasan
Pembobotan. Langkah ini dilakukan dengan mengganti nilai gap yang telah
diperoleh dengan bobot nilai yang telah ditetapkan manager (Sari, 2017). Hal ini
disesuaikan dengan nilai masing-masing GAP yang diperoleh, kemudian
dikonfersikan dengan merujuk pada Tabel Bobot Nilai GAP. Seperti yang terlihat
pada tabel II.2
Tabel II.2
Tabel Bobot Nilai Gap
No Selisih
Bobot
Nilai Keterangan
1. 0 5
Tidak ada selisih (Kompetensi sesuai dengan yang
dibutuhkan
2. 1 4,5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat/level
3. -1 4 Kompetensi individu kekurangan 1 tingkat/level
4. 2 3,5 Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat/level
5. -2 3 Kompetensi individu kekurangan 2 tingkat/level
6. 3 2,5 Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat/level
7. -3 2 Kompetensi individu kekurangan 3 tingkat/level
21
8. 4 1,5 Kompetensi individu kelebihan 4 tingkat/level
9. -4 1 Kompetensi individu kekurangan 4 tingkat/level
Sumber : Buku Sari (2017:70)
Perhitungan dan Pengelompokan Core Factor dan Secondary Factor. Core Factor
merupakan aspek yang paling dibutuhkan oleh jabatan yang diperkirakan dapat
menghasilkan kinerja optimal. Sedangkan Secondary factor merupakan faktor
pendukung Core Factor (Sari, 2017).
a. Perhitungan Core Factor ditunjukkan menggunakan rumus di bawah ini :
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NC(i,s,p) : Jumlah total nilai core factor (Intelektual, Sikap Kerja,
Perilaku)
IC : Jumlah item core factor
b. Perhitungan Secondary Factor ditunjukkan menggunakan rumus di bawah ini
Keterangan :
NSF : Nilai rata-rata secondary factor
NS(i,s,p) : Jumlah total nilai secondary factor (Intelektual, Sikap
Kerja, Perilaku)
IS : Jumlah item secondary factor
22
Perhitungan nilai total didasari atas persentase dari core factor dan secondary
factor yang diperkirakan berpengaruh terhadap aspek penilaian (Sari, 2017).
Adapun rumus mencari nilai total adalah sebagai berikut :
Keterangan :
NCF(i,s,p) : Nilai rata-rata Core Factor (Intelektual, Sikap Kerja, Perilaku)
NSF(i,s,p) : Nilai rata-rata Secondary Factor (Kecerdasan, Sikap Kerja,
Perilaku)
N(i,s,p) : Nilai total dari Aspek (Kecerdasan, Sikap Kerja, Perilaku)
(x)% : Nilai Persen yang di input untuk masing-masing aspek
Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari kandidat yang
diajukan untuk mengisi suatu jabatan tertentu (Sari, 2017). Penentuan ranking
mengacu pada hasil perhitungan tertentu. Perhitungan tersebut bisa ditunjukkan
dengan rumus dibawah ini :
Keterangan :
Ni : Nilai Kapasitas Intelektual
Ns : Nilai Sikap Kerja
Np : Nilai Perilaku
(x)% : Nilai Persen yang diinputkan
2.2 Penelitian Terkait
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
23
dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut
peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan
dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini,
fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah penelitian terkait dengan
masalah sistem pendukung keputusan untuk menentukan kenaikan jabatan
karyawan. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa
hasil penelitian berupa jurnal-jurnal melalui internet. Adapun beberapa penelitian
terdahulu adalah sebagai berikut :
Semakin pesatnya pertumbuhan informasi di dunia, sehingga semakin harisemakin banyak pula orang yang memanfaatkan kemajuan teknologiinformasi ini dalam berbagai aktifitas kehidupan ataupun untukmenyelesaikan berbagai permasalahan. Salah satunya adalah dalam pengisianjabatan yang belum terisi untuk proses kenaikan jabatan sering mengalamikendala karena pengajuan calon kandidat yang bisa menempati jabatantersebut dengan cara pencocokan profil karyawan dan profil jabatan kurangterselesaikan dengan baik. Untuk meminimalisir kendala tersebut diperlukansuatu sistem pendukung keputusan yang dapat menganalisa kinerja karyawanyang sesuai dengan profil jabatan yang ada. Proses Profile Matchingdilakukan untuk menentukan rekomendasi karyawan dalam sistem kenaikanjabatan dan perencanaan karir dengan menghitung subkriteria dari setiapaspek (sikap kerja dan kapasitas intelektual) yang terdiri dari 4 tahapandiantaranya perhitungan nilai GAP, perhitungan nilai core dan secondaryfactor dan perhitungan nilai total dan perankingan. Hasil dari penelitian iniakan menghasilkan suatu bentuk berupa rekomendasi karyawan dengan nilaitertinggi dari hasil perhitungan metode yang digunakan (Sholihaningtias,2018).
Teknologi yang canggih tanpa diimbangi dengan Sumber Daya Manusia yangbaik akan menjadi sia-sia. Pemilihan leader atau pimpinan dari berbagaikandidat karyawan terbaik menjadi acuan yang objektif untuk menentukanpemimpin yang akan mengisi suatu posisi jabatan. Rekomendasi daripimpinan atau rekan kerja untuk menilai karyawan yang akan menjadipimpinan bukan suatu jaminan dan masih bersifat subjektif. Perlu adaperubahan cara dan metode sebagai alternatif pemilihan pimpinan yang sesuaidengan kebutuhan. Dalam penelitian kali ini metode Profile Matchingmenjadi pilihan guna memberikan penilaian dan evaluasi kinerja karyawanuntuk dipromosikan menjadi Leader. Ada tiga aspek dalam melakukanpenilaian dan evaluasi tersebut, yaitu Aspek Kecerdasan terdiri dari tingkatkreatif, penalaran dan solusi, gagasan ide, konsentrasi, dan antisipasi. AspekSikap Kerja memiliki unsur ketelitian, tanggung jawab, pengendalian
24
perasaan, motivasi untuk berprestasi, perencanaan, kehati-hatian. TerakhirAspek Perilaku meliputi kepatutan, kesungguhan, mandiri dan dinamis,pengaruh. Ada perubahan Ranking dari kandidat setelah dilakukanpembobotan melalui perhitungan dengan metode Profile Matching dimanakaryawan dengan kode K5 memiliki rangking pertama dengan nilai palingtinggi sebesar 6,55 sebelumnya perhitungan manual sederhana berada diposisi kedua (Purwanto, 2017).
2.3. Tinjauan Organisasi
A. Sejarah Perusahaan
PT. Bank Royal Indonesia ("Bank") sebelumnya bernama PT. Bank Rakjat
Parahyangan berkedudukan di Bandung, Ciparay, didirikan dengan akta notaris R.
Soerojo Wongsowidjojo, SH., No.35 tanggal 25 Oktober 1965. Sesuai perubahan
Anggaran Dasar No. 19 tanggal 21 Agustus 1982 yang dibuat oleh Notaris R.
Soerojo Wongsowidjojo, SH., nama Bank diubah menjadi PT. Bank Pasar Rakyat
Parahyangan. Akta pendirian Bank telah mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C2 1092-
HT.01.01.TH.82 tanggal 3 September 1982.
Berdasarkan akta Notaris No. 68 tanggal 8 Januari 1990, status PT. Bank
Pasar Rakyat Parahyangan ditingkatkan menjadi Bank umum dan namanya
diganti menjadi PT. Bank Royal Indonesia, berkedudukan di Jakarta, dan telah
mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No.C2-
1007.HT.01.04.TH.90 tanggal 26 Februari 1990, dan dari Menteri Keuangan
dengan Surat Keputusan No. 1090/KMK.013/090 tanggal 12 September 1990
serta telah dimuat dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
tertanggal 4 September 1990 No.71 Tambahan No 3206/1990. Berdasarkan akta
Notaris F.X. Budi Santoso Isbandi, SH., No.38 tanggal 15 Oktober 2003, PT Bank
Royal Indonesia didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.
25
PT. Bank Royal Indonesia telah mendapatkan izin usaha sebagai pedagang
valuta asing dari Bank Indonesia berdasarkan surat No.30/182/UOPM tanggal 13
November 1997 dan telah diperpanjang berdasarkan Keputusan Direktur
Perizinan dan Informasi Perbankan Bank Indonesia No.5/7KEP.Dir.PIP/2003
tanggal 24 Desember 2003.
Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir
dengan akta Notaris F.X. Budi Santoso Isbandi, SH., No.22 tanggal 8 Juli 2008.
Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia No.AHU-57502.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 1 September
2008 tentang "Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan".
Kegiatan utama PT. Bank Royal Indonesia adalah menjalankan usaha di
bidang perbankan, berkantor pusat di Jakarta Pusat, Jalan Suryopranoto, No.52.
PT. Bank Royal Indonesia mempunyai 1 (satu) Kantor Cabang Utama di Surabaya
dan 6 (enam) Kantor Cabang Pembantu yaitu di Lautze, Mangga Dua, Hayam
Wuruk, Kelapa Gading, Tangerang, dan Tanah Abang.
B. Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perusahaan :
Menjadi Bank retail yang sehat untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh
stakeholder.
26
Misi Perusahaan :
Memberikan layanan perbankan kepada seluruh masyarakat khususnya
dibidang perdagangan dan jasa terutama pada usaha kecil dan menengah untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
C. Struktur Organisasi
Sumber : PT. Bank Royal Indonesia : 2018
Gambar II.2. Struktur Organisasi