BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge...

57
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Definisi Perpustakaan Library atau Perpustakaan yang berawal dari kata “Pustaka”, dimana merupakan suatu fasilitas yang memenuhi atau menyediakan semua jasa penyimpanan penelusuran dan komunikasi digital, baik bersifat penyimpanan data buku atau tulisan, gambar, suara, dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Pengertian perpustakaan berkembang dari waktu ke waktu. Pada abad ke-19 perpustakaan didefinisikan sebagai suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yang dikelola dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu. Kemudian ALA (The American Library Association) menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat rujukan (sumber). Sedangkan menurut Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas perpustakaan harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Sebagai sebuah sistem perpustakaan terdiri dari beberapa unit kerja atau bagian yang terintergrasikan melalui sistem yang dipakai untuk pengolahan, penyusunan dan pelayanan koleksi yang mendukung berjalannya fungsi-fungsi perpustakaan. Dari istilah pustaka, berkembang istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan, dan kepustakawanan yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pustakawan: Orang yang bekerja pada lembaga-lembaga perpustakaan atau yang sejenis dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge...

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Definisi Perpustakaan

Library atau Perpustakaan yang berawal dari kata “Pustaka”, dimana merupakan

suatu fasilitas yang memenuhi atau menyediakan semua jasa penyimpanan penelusuran

dan komunikasi digital, baik bersifat penyimpanan data buku atau tulisan, gambar,

suara, dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan

protokol elektronik melalui jaringan komputer. Pengertian perpustakaan berkembang

dari waktu ke waktu. Pada abad ke-19 perpustakaan didefinisikan sebagai suatu gedung,

ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yang dikelola dengan baik,

dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.

Kemudian ALA (The American Library Association) menggunakan istilah

perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian pusat media,

pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat

rujukan (sumber). Sedangkan menurut Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan

bahwa perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai

hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan,

teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas

perpustakaan harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.

Sebagai sebuah sistem perpustakaan terdiri dari beberapa unit kerja atau bagian

yang terintergrasikan melalui sistem yang dipakai untuk pengolahan, penyusunan dan

pelayanan koleksi yang mendukung berjalannya fungsi-fungsi perpustakaan. Dari istilah

pustaka, berkembang istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan, dan

kepustakawanan yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pustakawan: Orang yang bekerja pada lembaga-lembaga perpustakaan atau yang

sejenis dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.

9

2. Kepustakaan: Bahan-bahan yang menjadi acuan atau bacaaan dalam

menghasilkan atau menyusun tulisan baik berupa artikel, karangan, buku,

laporan, dan sejenisnya.

3. Ilmu Perpustakaan: Bidang ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal-hal yang

berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran dan

pelestarian ilmu pengetahuan teknologi dan budaya serta jasa-jasa lainnya

kepada masyarakat, hal lain yang berkenaan dengan jasa perpustakaan dan

peranan secara lebih luas.

4. Kepustakawanan: Hal-hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu

perpustakaan dan profesi kepustakawanan.

Perpustakaan secara umum atas menurut Undang Undang No.43 Bab I Pasal I

“Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya

rekam secara professional dengan sisitem yang baku guna memenuhi kebutuhan

pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”.

Dan menurut Hasugian (2009 : 74), timbulnya berbagai bentuk perpustakaan

disebabkan oleh berbagai faktor yakni:

1. Koleksi atau bahan perpustakaan

2. Masyarakat atau pengguna yang dilayaninya

3. Instansi dimana perpustakaan itu berada

Maka dengan adanya berbagai faktor tersebut diatas timbul berbagai jenis

perpustakaan, yang salah satu diantaranya ialah perpustakaan khusus. Berikut ini

merupakan beberapa pendapat para ahli mengenai definisi perpustakaan khusus.

Menurut Sutarno NS (2000 : 39) “Perpustakaan Khusus adalah tempat penelitian dan

pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia atau pegawai”.

Menurut P Sumardji (1999 : 16) “Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan

dengan koleksinya yang bersifat khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang

mengembangkan pengetahuan bagi masyarakat khusus (lingkungan khusus) dalam

bidang tertentu”.

10

2.1.2 Sejarah Perkembangan Perpustakaan di Indonesia

Berdasarkan buku Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2007), Perpustakaan pertama

di Indonesia yang tercatat adalah sebuah perpustakaan gereja di Batavia yang

sesungguhnya telah dirintis sejak tahun 1624. Namun akibat berbagai kendala maka

baru diresmikan pada 27 April 1643 bersamaan dengan pengangkatan pendeta Dominus

Abraham Fierenius sebagai kepalanya. Pada masa itu layanan peminjaman buku yang

diselenggarakan perpustakaan gereja Batavia tersebut tidak hanya dibuka untuk perawat

rumah sakit Batavia, namun juga untuk pemakai yang berada di semarang dan Juana.

Setelah itu tidak terdapat catatan tentang keberadaan perpustakaan di Indonesia untuk

waktu yang cukup lama.

Perpustakaan di Indonesia yang tercatat keberadaannya setelah itu adalah

perpustakaan milik "Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen".

Perpustakaan ini didirikan pada 24 April 1778, semasa Vereenigde Oost-Indische

Compagnie (VOC). Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berdiri

atas prakarsa Mr J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie. Organisasi tersebut

mengandalkan sumbangan dermawan serta bantuan keuangan dari Raad van Indie.

Ketika VOC bubar tahun 1799, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

Wetenschappen tetap beroperasi dengan mengandalkan sumbangan dermawan dan

gubernur. Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen

mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia dengan judul "Bibliotecae

Artiumcientiarumquae Batavia Floret Catalogue Systematicus", hasil suntingan

P.Bleeker. Edisi kedua terbit tahun 1848 dengan judul dalam bahasa Belanda.

Karena dianggap berhasil dalam memajukan ilmu pengetahuan khususnya bahasa,

ilmu bumi dan antropologi di Hindia Belanda dan juga mampu menerbitkan

Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,

Tijdschrift voor Indische Taal, serta Land en Volkenkunde secara teratur, maka pada

tahun 1924 nama perhimpunan tersebut mendapat tambahan Koninklijk, sehingga

menjadi "Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen".

Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen

merupakan perpustakaan khusus karena koleksinya bersifat khusus serta pemakainya

terbatas pada peneliti.

Salah satu perpustakaan pertanian yang paling tua serta masih sintas sampai saat

11

ini ialah "Bibliotheek’s Lands Plantentuin te Buitenzorg" yang didirikan pada tahun

1842. Pada tahun 1911 namanya diubah menjadi "Centra Natuurwetenschappelijke

Bibliotheek van het Departement van Landbouw Nijverheid en Handel". Nama tersebut

kemudian diubah lagi menjadi "Biblioteca Bogoriensis". Perpustakaan ini ada karena

pemerintah Belanda meluncurkan Sistem Tanam Paksa (Cultuur stelsel) dari situlah

muncul perkebunan dan balai penelitian bidang pertanian. Sistem Tanam Paksa secara

tidak langsung mendorong pendirian perpustakaan penelitian bidang pertanian serta

tumbuhnya majalah pertanian di Indonesia.

Dalam kaitannya dengan edukasi, pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah

bagi pribumi yang dinamakan volkschool (sekolah rakyat), yang menerima tamatan

sekolah rendah angka dua (ongko loro). Perpustakaan pada volkschool disebut

"Volksbibliotheek" dengan koleksi dipasok oleh Volkslectuur yang kelak berubah

menjadi Balai Pustaka. Volksbibliotheek melayani bacaan bagi guru, murid dan

penduduk sekitar sekolah. Pelayanan untuk penduduk sekitar ini merupakan langkah

maju karena dengan demikian perpustakaan sekolah sudah terlibat dalam kegiatan

komunitas, sesuatu yang baru dilancarkan UNESCO enam puluh tahun kemudian.

Murid dan guru tidak dipungut bayaran, sedangkan komunitas setempat harus

membayar 2,5 sen untuk dua buku yang dipinjam selama dua minggu. Karena

volkschool berada di bawah wewenang Kantor Pendidikan, maka secara berkala

inspektur sekolah memeriksa perpustakaan yang mencakup inventaris perpustakaan

serta data peminjaman. Untuk Volksbibliotheek Jawa artinya volkschool yang berada di

lingkungan etnik Jawa, pemerintah Hindia Belanda menyediakan 417 judul buku

berbahasa Jawa serta 282 buku berbahasa Melayu. Untuk Volksbibliotheek Sunda,

pemerintah Hindia Belanda menyediakan 291 judul buku berbahasa Sunda serta 282

buku berbahasa Melayu. Untuk Volksbibliotheek Madura disediakan 67 judul buku

dalam bahasa Madura serta 282 judul dalam bahasa melayu. Untuk Volksbibliotheek

Melayu setiap perpustakaan sekolah memperoleh 328 judul buku berbahasa melayu.

Pada zaman Hindia Belanda sebenarnya tidak ada perpustakaan umum yang

didanai oleh anggaran pemerintah. Perpustakaan umum justru didirikan oleh pihak

swasta. Perpustakaan umum yang didirikan oleh swasta disebut openbare leeszalen,

artinya ruang baca terbuka atau ruang baca untuk umum. Adapun lembaga yang

mendirikan openbare leeszalen adalah Gereja Katolik Loge der Vrijmetselaren, dan

12

Theosofische Vereeniging dan Maatschappij tot Nut van het Algemeen.

Pemerintah Hindia Belanda tidak pernah mendirikan universitas dalam arti

sesungguhnya. Yang mereka dirikan ialah semacam sekolah tinggi. Justru yang pertama

kali berdiri ialah Technische Hoogeschool yang didirikan pada tahun 1918 dan

kemudian resmi menjadi sekolah tinggi pada tahun 1920. School tot Opleiding voor

Indische Aarts (STOVIA) di Surabaya, Rechts Hogeschool di Batavia (1924),

Geneeskunde Hogeschool di Batavia (1927), serta Faculteit van Landbouw

Wetenschapen en Wijsgebeerte di Buitenzorg (Bogor) pada tahun 1941 dan terakhir

Faculteit van Letterkunde di Batavia (1941). Kesemuanya sekolah tinggi itu memiliki

semacam perpustakaan fakultas.

Ketika pemerintah Indonesia membentuk Universiteit Indonesia tahun 1950,

kesemua sekolah tinggi dan faculteit itu berubah menjadi fakultas. Penyatuan itu yang

menyebabkan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia dimulai dari perpustakaan

fakultas baru menyatu menjadi perpustakaan universitas. Pada zaman sebelum perang

(1942) Indonesia mengenal perpustakaan sewa, disebut huurbibliothek. Pada awalnya

openbare leeszalen dengan huurbibliotheek sering “bersaing” dalam memenuhi

kebutuhan bacaan pemakainya, kemudian secara alamiah terjadi penjurusan yang

berbeda. Bila openbare leeszalen lebih banyak menyediakan bacaan ilmiah dan ilmiah

populer, maka huurbibliotheek cenderung menyediakan bacaan berupa roman dalam

bahasa Belanda, Inggris dan Prancis serta buku untuk remaja.

Huurbibliotheek terdapat di Batavia, Soerabaia, Malang, Jogjakarta, Madiun dan

Solo, dikelola oleh penerbit forma G. Kolff & Co. Toko buku Visser mendirikan

huurbibliotheek di Bandung. Huurbibliotheek lainnya ialah Viribus Unitis di Batavia,

C.G van Wijhe di Surabaya serta Leesbibliotheek Favoriet di Batavia. Lazimnya ketiga

perpustakaan sewa yang disebut terakhir ini menyediakan bahan bacaan yang dibeli dari

pedagang buku loakan serta berbagai roman kuno yang dibeli dari tangan kedua

sehingga peranan mereka dalam persewaan buku tidaklah maknawi.

Di samping persewaan buku, ada juga persewaan naskah di Batavia yang

diselenggarakan oleh penulis Moehammad Bakir tahun 1897 yang mengelola sebuah

perpustakaan sewa naskah di Pecenongan. Naskah disewakan bagi umum dengan

imbalan sekitar 10 sen per malam disertai himbauan agar jangan terkena ludah sirih atau

minyak lampu teplok. Perpustakaan serupa terdapat juga di Palembang dan

13

Banjarmasin.

Masih ada perpustakaan lain, yaitu yang didirikan oleh kraton, misalnya

perpustakaan Radyo Poestoko di Yogyakarta dan perpustakaan serupa di lingkungan

Mangkunegaraan, Surakarta. Di pulau Penyengat sekitar akhir abad 18 diketahui adanya

sebuah perpustakaan umum yang didirikan oleh penguasa setempat.

Pada zaman pendudukan Jepang tidak ada kegiatan kepustakawanan, karena

Jepang mengerahkan semua tenaga untuk keperluan mesin perang. Pada awal

kekuasaannya, Jepang melarang peredaran buku berbahasa Belanda, Inggris dan bahasa

Eropa lainnya. Semua sekolah tinggi ditutup. Baru ketika Jepang mulai terdesak

beberapa sekolah tinggi dibuka kembali, untuk keperluan Jepang.

Akhirnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan di Jakarta dan

Rijksmuseum di Amsterdam sejak tahun 1995 telah memulai adanya kerjasama dalam

pelestarian warisan budaya bangsa. Pada tahap pertama dikhususkan pada gambar-

gambar yang dibuat oleh Johannes Rach (1720-1783). Koleksi yang dimiliki

Perpustakaan Nasional RI sebanyak 202 buah gambar merupakan jumlah terbesar dari

seluruh gambar Rach yang merekam peristiwa penting di Indonesia dan beberapa

negara di Asia. Sebagai salah satu museum terbesar di negeri Belanda, Rijkmuseum juga

memiliki gambar Johannes Rach yaitu sebanyak 40 buah gambar. Agar dapat

didayagunakan oleh masyarakat luas kedua pihak telah menjajaki kemungkinan untuk

mengumpulkan koleksi tersebut dan dipublikasikan dalam bentuk pameran maupun

terbitan.

2.1.3 Fungsi dan Tujuan Perpustakaan

• Fungsi

Menurut Sulistyo Basuki pada buku Pengantar Ilmu Perpustakaan (1991),

adapun fungsi perpustakaan di masyarakat dibagi menjadi lima, antara lain:

a. Fungsi Informasi

Sebagai tempat informasi dimana pertanyaan dapat ditanyakan ke perpustakaan

melalui adanya koleksi yang tersedia.

b. Fungsi Rekreasi

Masyarakat dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca bacaan yang

disediakan oleh perpustakaan.

14

c. Fungsi Edukatif

Sebagai tempat belajar informal diluar lingkungan pendidikan sekolah.

d. Fungsi Kultural

Dapat dijadikan tempat untuk mengembangkan apresisasi budaya masyarakat

dengan menyelenggarakan pameran, seminar, bedah buku, pemutaran film.

e. Fungsi Penyimpanan

Sebagai sarana penyimpanan karya manusia, khususnya karya cetak yang

memerlukan kapasitas besar.

• Tujuan

Di dalam buku "Panduan Penyelengaraan Perpustakaan Umum" (1992 : 6) tujuan

perpustakaan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan mengembangkan kebiasaan

membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur

hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat yang berada dalam

jangkauan layanannya, sehingga berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi

peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat secara

menyeluruh dalam menunjang perkembangan nasional.

2. Tujuan fungsional perpustakaan umum adalah:

a. Mengembangkan minat, kemampuan, kebiasaan membaca, serta

mendayagunakan budaya tulisan pada sektor kehidupan.

b. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah serta memanfaatkan

informasi.

c. Menggigih masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan

memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna.

d. Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri.

e. Memupuk minat dan bakat masyarakat.

f. Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif.

g. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha

sendiri dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat.

h. Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional dengan

15

menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan

sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.

3. Tujuan operasional perpustakaan umum merupakan pernyataan formal yang

terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta cara mencapainya. Sehingga

tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur dan dievaluasi keberhasilannya.

Berdasarkan uraian di atas dinyatakan bahwa perpustakaan umum bertujuan untuk

mengembangkan minat baca, mengembangkan pengetahuan, diperuntukan sebagai

sumber belajar, dan juga sebagai bagian integral dari pusat informasi lainnya yang

bersama-sama bertujuan mendukung proses kegiatan belajar-mengajar demi tercapainya

suatu masyarakat yang terinformasi.

2.1.4 Macam Jenis Perpustakaan

• Berdasarkan Koleksi dan Sasaran Pengunjung

Perpustakaan dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan koleksi dan sasaran

pengunjungnya, yaitu:

a. Perpustakaan Internasional

b. Perpustakaan Nasional

c. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Keliling

d. Perpustakaan Pribadi (Swasta)

e. Perpustakaan Lembaga (Pendidikan/Agama)

f. Perpustakaan Khusus

g. Perpustakaan Digital

Berikut ini adalah beberapa contoh perpustakaan di dunia berdasarkan koleksi

dan sasaran pengunjungnya, diantaranya:

1. Kyoto International Manga Library (Kyoto, Japan)

Perpustakaan ini adalah perpustakaan khusus mengoleksi beraneka ragam jenis

komik manga dari abad ke-19 yaitu dari tahun 1940 sampai sekarang. Perpustakaan ini

menyimpan tiga ratus ribu koleksi komik manga untuk semua umur dan dari berbagai

kultur yang bisa dibaca di tempat melalui sistem terbuka. Perpustakaan ini berdiri atas

kerjasama Kyoto City dan Kyoto Seika University, yakni universitas tersebut adalah

universitas pertama yang membuka fakultas khusus manga di Jepang. Pengunjung dari

16

luar negeri dapat menikmati sekitar 5.300 versi bahasa lokal dari manga di seluruh

dunia. Pengunjung dapat membaca manga dan komik dengan bebas sambil berbaring di

rumput buatan pada taman halaman perpustakaan. Disini juga tersedia perpustakaan

anak dengan buku bergambar dengan ruang untuk Kamishibai (pertunjukan cerita

bergambar) yang memperoleh popularitas besar di masa paska perang, ini adalah acara

dimana pendongeng bercerita menggunakan papan gambar. Pendongeng menceritakan

kisah sambil menarik papan gambar dari set sesuai dengan perkembangan cerita.

Gambar 2.1 Kyoto International Manga Library

(Sumber: www.tripadvisor.com)

2. Royal Danish Library, Black Diamond (Copenhagen, Denmark)

Royal Danish Library adalah perpustakaan nasional negara Denmark sekaligus

Universitas Copenhagen yang berdiri pada tahun 1906. Sampai saat ini perpustakaan ini

telah menerima sebanyak 7.000.000 pinjaman dan memiliki 37.100 anggota aktif.

Tersedia berbagai macam koleksi buku, jurnal, surat kabar, pamflet, manuskrip, arsip,

map, fotografi, dokumen kebudayaan, buku-buku langka, naskah teater, dan empat

salinan elektronik tahunan mengenai The Danish Internet. Total banyaknya semua

koleksinya adalah 32.400.000 material yang terdiri dari 6.000.000 buku dan jurnal,

17.900.000 cetakan dan fotografi, 7.300.000 pamflet dan corporate publications, dan

1.200.000 untuk material-material lainnya.

Perpustakaan ini adalah perpustakaan terbesar di Denmark dan mempunyai

bangunan baru untuk perpustakaan bernama Black Diamond yang baru berdiri pada

tahun 1999. Bangunan ini terletak di tengah pelabuhan kota Copenhagen yang

17

berhubungan langsung dengan laut, ditambah dinding-dinding atrium perpustakaan

yang terbuat dari kaca dengan pemandangan air laut yang bisa dilihat ketika membaca,

rapat, atau berdiskusi di dalam perpustakaan.

Gambar 2.2 Black Diamond, Royal Danish Library.

(Sumber: www.librarybuildings.info)

Di perpustakaan ini dibolehkan membawa makanan dan minuman ke dalam

perpustakaan yang bisa dinikmati sambil membaca. Di perpustakaan ini tersedia

Reading Room West, Reading Room East, dan ruang baca khusus untuk beberapa

koleksi seperti pamflet, map, fotografi, dan lain-lain.

Gambar 2.3 Black Diamond Reading Room.

(Sumber: www.librarybuildings.info)

18

Terdapat juga toko buku yang bernama Diamanboghandlen yang menjual

berbagai macam jenis buku seperti arsitektur dan desain seni Denmark, sejarah, buku

fiksi berbahasa Denmark dan Inggris, buku fotografi, buku anak-anak, buku music

klasik, kartu pos, poster, cinderamata, alat tulis eksklusif, dan buku terbitan The Royal

Library. Selain itu, terdapat pula Queen’s Hall yang digunakan untuk

menyelenggarakan beberapa acara seperti konser, konferensi, film, balet, dan teater.

Untuk menyelenggarakan pameran Black Diamond juga mempunyai dua area untuk

pameran, yang terbesar adalah The Peristyle (600 m2) untuk menyelenggarakan

pameran berbagai macam kebudayaan dan sejarah. Area lainnya yaitu The Montana

Hall yang menyimpan berbagai macam harta karun perpustakaan dan koleksi-koleksi

kebudayaan nasional yang paling langka. Selain itu, di dalam Black Diamond juga

terdapat dua museum, yaitu National Museum of Photography dan National Museum of

Cartoon Art.

3. Strahov Art & Theological Library (Prague, Czech Republic)

Sejarah gereja Strahov biara mencerminkan dari biara. Awalnya dibangun

sebagai sebuah basilika Romawi, gereja dibangun kembali dalam gaya Gothic setelah

itu dihancurkan oleh api pada tahun 1258. Dua abad kemudian gereja dijarah oleh

Hussites dan diperbaiki dalam gaya Renaissance. Setelah penembakan oleh pasukan

Perancis pada tahun 1742 gereja itu diperbaiki sekali lagi, kali ini dalam gaya Baroque.

Gereja Strahov juga dikenal sebagai Basilika Bunda Maria, memiliki interior kaya

dekorasi seperti lukisan dinding dicat pada tahun 1774, dua belas lukisan dinding yang

menggambarkan kehidupan St Nobertus (pendiri Premonstratensians).

Bagian yang paling menarik dari biara adalah Aula Balai Teologi dan Filsafat.

The Hall Theological merumahkan koleksi buku teologis dari perpustakaan Strahov

yang terkenal. Koleksi berisi lebih dari 200.000 buku dan termasuk karya-karya dari

printer terkenal seperti Christoffel Plantin. Selain buku yang berharga, aula juga berisi

bola abad ke-17 tentang beberapa geografis dan astronomi. Sedangkan The Hall

Filosofis dibangun antara 1782 dan 1784. Lukisan langit-langit di aula ini

menggambarkan sejarah umat manusia, diciptakan pada tahun 1794 oleh pelukis Franz

Anton Austria Maulbertsch.

19

Gambar 2.4 Strahov Art & Theological Library

(Sumber: www.artsjournal.com)

• Berdasarkan Penggunaan Teknologi

Berdasarkan buku Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2007),

perpustakaan dibagi menjadi tipe-tipe yang berbasis pada penggunaan teknologi, antara

lain:

a. Perpustakaan Kertas (Paper Library)

Konsep perpustakaan ini mempunyai teknik operasional dan bahan pustaka

berbasis kertas/karton.

b. Perpustakaan Terotomatisasi (Automated Library)

Mulai berbasis teknologi komputer namun bahan pustaka masih berbentuk

kertas sebagai medianya.

c. Perpustakaan Elektronik (Electronic Library)

Bahan pustaka maupun teknik operasional berubah ke dalam bentuk media

elektronik.

20

d. Perpustakaan Hibrida (Hybrid Library)

Tipe ini merupakan konsep dimana perpustakaan bermaksud

mempertahankan koleksi tercetak dan tidak menggantikan semua bahan

pustaka ke elektronik/digital. Koleksi bervariasi, yang tercetak setara dengan

koleksi elektronik/digital lainnya.

2.1.5 Koleksi dan Klasifikasi Buku Perpustakaan

2.1.5.a Koleksi dan Jenisnya

Menurut Trimono (1992 : 57) “Koleksi perpustakaan sangat besar peranannya

dalam menunjang pelayanan informasi yang diberikan pada pengguna perpustakaan”.

Pada dasarnya setiap perpustakaan mempunyai koleksi, namun masing-masing

perpustakaan tersebut menyediakan koleksi yang dapat menunjang program atau

kegiatan sesuai dengan jenis dan fungsi perpustakaan yang bersangkutan.

Besar kecilnya koleksi perpustakaan tergantung pada jumlah anggota, bidang

spesialisasi, serta dana yang tersedia, disamping itu besar kecilnya dan ragam

koleksinya juga tergantung pada jenis perpustakaan. Koleksi suatu perpustakaan khusus

adalah tidak terletak dalam banyaknya jumlah bahan pustaka atau jenis terbitan lainnya

melainkan ditekankan kepada kualitas koleksinya, agar dapat mendukung jasa

penyebaran informasi muktahir serta penelusuran informasi.

Dalam Buku Pedoman Umum Penyelengaraan Perpustakaan Khusus (1999:19)

definisi koleksi perpustakaan adalah, “Semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah

dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat pengguna dalam rangka memenuhi

informasi yang dibutuhkan”. Koleksi perpustakaan selain mempunyai fungsi sebagai

sumber informasi juga sebagai prasarana pendidikan, penelitian, dan pengembangan

serta hiburan. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai jenis koleksi perpustakaan

menurut beberapa para ahli yakni Menurut P Sumardji (1994:34) terdiri dari:

a. Berdasarkan cara menghasilkannya

− Koleksi berupa naskah yang ditulis dengan tulisan tangan asli,

misalnya manuskrip.

− Koleksi berupa karya cetakan misalnya buku-buku, majalah, surat

kabar.

− Koleksi berupa karya alihan dari karya tulisan tangan asli maupun

21

karya cetakan/karya grafis dengan alat elektronik ataupun fotografi.

Misalnya film, slide, piringan hitam, dan lain-lainnya.

b. Berdasarkan bentuknya

− Seperti buku, buku teks fiksi maupun non foksi, dan buku referensi.

− Penerbitan pemerintah seperti lembaran negara, tambahan

lembaran negara, himpunan peraturan pemerintah dan sebagainya.

− Laporan penelitian, paper, skripsi, tesis, disertasi.

− Majalah, baik umum maupun yang khusus.

− Surat kabar.

Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelengaraan Perpustakaan

Khusus (1999 : 19) Bahan pustaka di perpustakaan dapat dibedakan menurut:

a. Bentuknya, yakni:

− Karya cetak (seperti buku, peta, poster, pamflet).

− Karya rekam (seperti film, kaset, piringan hitam, mikrofis,

disket, CD ROM).

b. Wujud fisik, yakni:

− Buku teks biasa (dipublikasikan dan tidak dipublikasikan).

− Buku referensi (seperti ensiklopedi, almanak, kamus, direktori).

− Literatur sekunder (seperti bibliografi khusus, indeks dan

abstrak).

− Bukan buku (majalah, surat kabar, audiovisual, CD ROM dan

lain-lain).

− Dokumen (standar, paten, pamflet, brosur, kliping dan lain-lain).

c. Fungsinya, yakni:

− Koleksi umum.

− Koleksi referensi/rujukan.

− Koleksi majalah dan koleksi khusus.

Semua jenis bahan pustaka yang akan menjadi koleksi perpustakaan harus melalui

proses kajian, pengolahan, dan penataan menurut kebijakan dan ketentuan

perpustakaan.

22

2.1.5.b Pengadaan Koleksi Bahan Pustaka

Menurut P Sumardji (1993 : 23) “Kegiatan pengadaan bahan pustaka atau koleksi

adalah kegiatan mengadakan koleksi untuk dijadikan koleksi perpustakaan”. (Sutarno

NS 2006 : 174) “Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka adalah pengisian

perpustakaan dengan sumber-sumber informasi, bagi perpustakaan yang baru didirikan

kegiatan pengadaan ini meliputi pekerjaan awal dalam mengisi perpustakaan dengan

sumber-sumber informasi. Sedangkan bagi perpustakaan yang sudah berjalan, kegiatan

pengadaan ini bertujuan untuk menambah koleksi yang sudah ada”. Menurut Sutarno

NS (2006 : 177) pengadaan koleksi bahan pustaka dapat dilakukan dengan berbagai

cara, antara lain:

• Pembelian baik langsung/melalui pihak ketiga.

• Melakukan tukar menukar.

• Mendapatkan bantuan atau sumbangan.

• Mengadakan seperti membuat foto kopi, membuat duplikasi, membuat CD,

atau membuat kliping koran, dan sebagainya.

Sedangkan menurut P Sumardji (1993 : 24) pengadaan koleksi bahan

pustaka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, yakni:

• Dengan cara membeli bahan koleksi yang dibutuhkan perpustakaan, jika

memang ada dana atau anggaran untuk pengadaan bahan koleksi bagi

perpustakaan.

• Dengan cara meminta bantuan atau sumbangan bila kepada pihak-pihak

yang sekiranya bisa dimintai bantuan ataupun sumbangannya baik berupa

dana atau anggaran (uang), buku-buku, majalah-majalah, dan bahan koleksi

yang lain.

• Dengan cara tukar menukar bahan koleksi dengan pihak perpustakaan lain.

2.1.5.c Pengolahan Koleksi Bahan Pustaka

Definisi pengolahan koleksi bahan pustaka menurut Sutarno NS (2006 : 179)

adalah, “Pengolahan atau processing adalah pekerjaan yang diawali sejak koleksi

diterima di perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau di tempat tertentu yang

23

telah disediakan untuk kemudian siap dipakai oleh pemakai”. Dan menurut P Sumardji

(1993:25) adalah, “Kegiatan pengolahan bahan koleksi adalah kegiatan mempersiapkan

bahan koleksi yang telah diperoleh, agar dengan mudah dapat diatur di tempat-tempat

atau rak-rak penyimpanan sehingga memudahkan pula untuk dilayankan kepada para

pemakai koleksi perpustakaan”.

Kegiatan pengolahan koleksi bahan pustaka antara lain meliputi:

1. Klasifikasi

Klasifikasi berasal dari kata classification, dari kata kerja to classify. Yang artinya

menggolongkan dan menempatkan benda-benda yang sama di suatu tempat.

Menurut Sutarno NS (2006 : 180) mengklasifikasi adalah "Kegiatan menganalisis bahan

pustaka dan menentukan notasi yang mewakili subjek bahan pustaka dengan

menggunakan sistem klasifikasi tertentu". Sistem klasifikasi akan sangat membantu

bagi petugas dalam menyusun koleksi agar lebih rapih dan teratur. Pada prinsipnya

klasifikasi atau pemberian kode notasi harus diusahakan agar dapat membantu pemakai

agar lebih mudah mencari dan menemukan apa yang mereka perlukan. Menurut P

Sumardji (1994 : 23) Klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan bahan koleksi sesuai

dengan macamnya dan bidang ilmunya masing-masing, misalnya:

− Kelompok buku tesk

− Kelompok penerbitan berkala

− Kelompok bidang ilmu pengetahuan

2. Inventarisasi

Kegiatan inventarisasi atau registrasi bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang

mencatat identitas bahan pustaka pada buku induk atau kartu indeks (cardek) dan

sejenisnya ataupun secara elektronik ke pangkalan data komputer. Menurut Sutarno NS

(2006 : 182) data pustaka yang didaftarkan pada buku induk meliputi:

a. Nama pengarang.

b. Judul buku.

c. Tanggal diterima di perpustakaan.

d. Tahun terbit.

e. Edisi.

f. Nama penerbit.

g. Tempat dan tahun terbit.

24

h. Sumber (membeli, sumbangan atau lainnya).

i. Keterangan lain yang dianggap perlu (seperti harga, jumah eksamplar, dan seri).

3. Katalogisasi

Menurut Sutarno NS (2006 : 182) ”Katalogisasi merupakan proses mengkatalog koleksi

bahan perpustakaan di perpustakaan seperti buku, majalah, kliping, brosur, dan laporan

tertentu serta membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan pustaka menurut standar

atau peraturan tertentu”. Keterangan atau deskripsi katalog mencakup :

a. Nama pengarang utama (heading).

b. Judul buku.

c. Keterangan tentang kota terbit, nama penerbit, dan tahun terbit.

d. Keterangan tentang jumlah halaman, ukuran buku, ilustrasi, indeks, tabel.

e. Bibliografi dan apendiks.

f. Keterangan singkat mengenai isi penerbitan, judu asli, dan pengarang asli. (untuk

buku hasil terjemahan).

4. Pelabelan

Pelabelan ialah kegiatan membuat/menulis nomor penempatan (call number) setiap

bahan pustaka pada label tertentu, kemudian menempelkannya pada punggung buku

sesuai dengan ketentuan masing-masing perpustakaan.

Menurut P Sumardji (1993 : 26) Kegiatan lain pelabelan bahan pustaka meliputi:

− Membuat kartu buku/pustaka untuk setiap bahan koleksi dengan memakai

blanko tertentu.

− Membuat dan menempelkan kantong kartu buku/pustaka untuk setiap bahan

koleksi pada sampul belakang sisi dalam atau sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.

− Memasukkan kartu buku/pustaka kedalam setiap kantong kartu.

− Menempelkan lembaran blanko tanggal kembali (due date) pada halaman

sebelah sampul belakang sisi dalam bahan koleksi yang bersangkutan.

5. Penyimpanan dan Penyusunan Koleksi (Shelving)

Penyimpanan dan penyusunan koleksi (shelving), adalah suatu kegiatan menyimpan

koleksi bahan pustaka yang telah diolah/diproses menjadi koleksi perpustakaan pada

rak-rak buku/pustaka berdasarkan susunan menurut kelompok macamnya dan bidang

ilmunya masing-masing maupun urutan nomor penempatan (call number).

25

2.1.5.d Pemeliharaan Koleksi Bahan Pustaka

Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai musuh buku seperti alam

(cuaca/bencana), manusia dan hewan. Manusia yakni pengunjung bisa menjadi musuh

buku bilamana dia memperlakukan buku dengan kasar yang dapat mengakibatkan

kerusakan fisik buku seperti sobek, tercoreh, dan tergunting. Sedangkan hewan yang

bisa mengakibatkan kerusakan buku yaitu mikro-organisme, tikus, rayap, kecoa,

kumbang/kutu buku, dan ngengat. Dalam hal ini pengawasan perlu dilakukan terhadap

lingkungan dan fisik gedung perpustakaan.

Kegiatan memelihara dan merawat bahan pustaka meliputi pekerjaan:

− Melakukan perbaikan setiap koleksi buku/bahan pustaka yang memerlukan

perbaikan.

− Melakukan kegiatan pengawetan buku/bahan pustaka.

− Untuk koleksi yang terekam, pemeliharaan ditangani secara tersendiri

misalnya menempatkan atau menyimpan pada ruangan khusus dengan

pendingan udara (AC).

− Semua koleksi hendaknya terhindar dari debu dan kotoran seperti datangnya

binatang serangga, tikus dan lain-lain.

Standar pelestarian pemeliharaan koleksi bahan pustaka bisa dilihat dari sisi:

• Kendala Serangga

Jenis serangga yang disebutkan diatas cenderung hidup di ruang gelap dan

mampu memasuki gedung perpustakaan melalui pintu, jendela, lubang angin, dan

saluran air. Maka hal yang perlu di perhatikan pada perpustakaan adalah:

− Pintu dan jendela ditutup rapat.

− Dalam pembuatan pintu hendaknya mempertimbangkan celah di bagian

bawah pintu untuk menghindari serangga berbentuk pipih.

− Lampu di beberapa tempat di usahakan untuk tetap hidup (khususnya pada

saat jam perpustakaan tutup).

− Material kayu harus dilapisi lapisan anti rayap

26

− Jika kondisi tanah tersebut lembab serta gembur sebaiknya tanah di area

sekitar perpustakaan harus dipadatkan terlebih dahulu serta di injeksi cairan

anti rayap, karena rayap mampu menerobos lantai melalui lubang kecil.

Pencegahan ini lebih baik dilakukan sebelum pembangunan.

• Suhu atau Penghawaan

Karena Indonesia termasuk daerah tropis maka hal ini harus diperhatikan. Buku

dan koleksi lain tidak cocok dengan udara/hawa panas, untuk itu sistem penghawaan

perlu diperhatikan pada perpustakaan, menurut literatur barat mengatakan suhu yang

ideal untuk bahan pustaka berkisar 20˚C-21˚C dengan kelembapan sebesar 50% (suhu

semakin rendah semakin baik). Pengawasan ini dilakukan agar ketahanan buku tetap

terjaga dan komputer terjaga dengan kelembaban stabil 40-50%.

• Pencahayaan

Sistem pencahayaan juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan,

pemakaian lampu pada area baca di perpustakaan sebaiknya bukanlah lampu yang

mengeluarkan panas. Jenis lampu yang tepat untuk perpustakaan yaitu lampu LED,

karena LED tidak mengeluarkan panas sehingga dapat membantu keawetan bahan

pustaka dan mencegah timbulnya jamur maupun serangga pada buku. Lalu sebaiknya

koleksi rak bahan pustaka tidak terkena sinar matahari langsung, namun tidak perlu

khawatir karena hal seperti ini masih bisa diatasi dengan pelapisan dengan kaca film

sinar ultraviolet.

• Keamanan

Dalam menjaga keamanan koleksi, tentunya perpustakaan akan menerapkan

berbagai sistem keamanan dalam perpustakaan seperti CCTV, Sensor Gate, ataupun

(RFID) Radio Frequency Identification pada buku-buku. Khususnya jika akan

merancang perpustakaan yang open space.

2.1.5.e Klasifikasi Buku

Di perpustakaan katalog dapat berbentuk lembaran-lembaran lepas yang

kemudian dijilid dan juga berbentuk kartu. Seiring berkembangnya teknologi,

perpustakaan sudah mulai meninggalkan katalog manual dan beralih ke katalog digital

yang sering disebut OPAC (Online Public Access Catalog) yang dapat diakses di

website perpustakaan melalui internet. Perpustakaan terdapat lima metode

27

pengklasifikasian dan penomoran katalog buku yang diakui secara internasional yang

dapat diterapkan, yaitu:

• Bliss Bibliographic Classification

• Colon Classification

• Dewey Decimal Classification

• Library of Congres Classification

• Universal Decimal Classification

Namun, dari lima metode tersebut yang lebih sering diterapkan adalah:

a. Dewey Decimal Classification (DDC)

Dibuat oleh Melvil Dewey (1851-1931) pada 1876 berdasarkan

kajiannya terhadap puluhan buku dan kunjungannya ke berbagai perpustakaan.

DDC telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam 22 kali revisi yang

dilakukan hingga tahun 2004. Sistem DDC memberi nomor buku menurut

subjeknya tanpa memperhatikan dimana buku tersebut diletakan di rak. Bila

buku baru saja datang, maka buku tersebut dapat disisipkan diantara buku lama

selama subjeknya berkaitan. Berikut ini adalah sepuluh kelas utama dalam

penomoran DDC:

Klasifikasi Kategori

000 Karya Umum

100 Filsafat

200 Agama

300 Ilmu Sosial

400 Bahasa

500 Ilmu Pengetahuan Alam dan Pasti

600 Teknologi

700 Kesenian, Arsitektur, dan Olahraga

800 Literatur

900 Peradaban dan Sejarah

Table 2.1 Dewey Decimal Classification

(Sumber: www.emeraldinsight.com, The Electronic Library.)

28

b. Universal Decimal Classification (UDC)

UDC disusun pada 1895 oleh Paul Otlet dan Henri La Fontaine dari

Belgia, dikenal dengan berbagai nama seperti Classification Internationale

Desimale, International Decimal Classification, Expanded Dewey, dan Brussel

Expansion of Dewey. UDC Merupakan hasil adaptasi dari Dewey Decimal

Classification (DDC) yang merupakan metode yang didasari oleh DDC namun

dianggap lebih spesifik karena menambahkan simbol dalam penomorannya.

Metode ini banyak diterapkan di perpustakaan di negara Eropa, lalu metode ini

juga dapat digunakan dalam klasifikasi literatur dan koleksi lain seperti video,

musik, peta, dan lainnya.

Berikut ini adalah sepuluh kelas utama dalam UDC:

Subjek No. Klasifikasi

General/Umum 0

Filsafat dan Psikologi 1

Agama, Teologi 2

Ilmu Sosial 3

*Kosong untuk perluasan mendatang 4

Sains dan Matematika 5

Ilmu Terapan, Kedokteran, Teknologi 6

Seni, Rekreasi, Hiburan, Olahraga 7

Bahasa, Linguistik, Sastra, Filologi 8

Geografi, Biografi, Sejarah 9

Table 2.2 Universal Decimal Classification

(Sumber: star.arm.ac.uk)

2.1.6 Sistem Pelayanan Perpustakaan

Secara umum, sistem layanan perpustakaan ada dua macam yaitu layanan yang

bersifat tertutup dan layanan perpustakaan yang bersifat terbuka. Menurut Darmono

(2001 : 137) Pemilihan sistem layanan terbuka dan tertutup tergantung dari beberapa

29

faktor seperti:

• Pertimbangan tingkat keselamatan koleksi perpustakaan.

• Pertimbangan jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi.

• Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pemakai, dan jumlah

koleksi.

• Luas gedung perpustakaan .

• Rasio antara layanan dengan jumlah staf perpustakaan.

Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat dua macam sistem pelayanan yang

diterapkan pada perpustakaan, yaitu:

• Closed Access Service (Sistem Layanan Tertutup)

Sistem pelayanan dimana pengunjung akan mendapat bantuan pustakawan

karena pengunjung tidak dapat menuju rak koleksi untuk mencari dan

mendapatkan koleksi yang diinginkan secara langsung. Kelebihan sistem ini

adalah keamanan untuk kondisi buku/koleksi agar lebih terjamin juga teratur,

dan ruang penyimpanan buku lebih efisien. Kekurangannya adalah pengunjung

tidak dapat mencari dan memilih sendiri buku-buku yang diperlukan dan hal ini dapat

mengurangi minat baca pengunjung.

− Darmono (2001 : 137) Kelebihan Sistem Layanan Tertutup:

1. Jajaran koleksi akan tetap terjaga kerapiannya karena hanya petugas

perpustakaan yang boleh masuk ke jajaran koleksi.

2. Kemungkinan terjadinya kehilangan atau perobekan bahan pustaka

dapat ditekankan karena pemakai tidak dapat melakuakan akses

langsung ke jajaran koleksi.

3. Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas, karena mobilitas petugas

di jajaran koleksi relative rendah.

− Darmono (2001 : 137) Kelemahan Sistem Layanan Tertutup:

1. Timbulnya tekanan dalam menemukan bahan pustaka karena

pengguna harus mengetahui ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul,

pengarang, ukuran buku, dan jumlah halaman sebelumnya.

2. Judul buku tidak selalu menggambarkan makna pembahasan buku,

sehingga bisa saja judul yang telah dipilih ternyata kurang seperti yang

30

dimaksud.

3. Jika peminjam cukup banyak dan petugas perpustakaan relatif terbatas,

hal ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk

memenuhi permintaan pemakai perpustakaan dan menyiapkan bahan

pustaka yang dibutuhkannya, sehingga pemakai harus menunggu lebih

lama.

• Open Access Service (Sistem Layanan Terbuka)

Sistem pelayanan self-service dimana pengunjung dapat menuju rak koleksi

untuk mencari dan mendapatkan koleksi yang diinginkan secara langsung tanpa

perantara pustakawan. Kelebihan sistem ini dibuat sehingga pengunjung

mendapatkan minat baca yang lebih besar dan tidak ada tekanan. Kekurangan sistem

ini adalah kondisi buku/koleksi yang kurang terjamin keamanannya, dan juga

penyusunan buku menjadi kurang teratur sehingga dapat mengganggu distribusi buku

ke pengunjung lain, serta membutuhkan area penyimpanan yang lebih luas.

− Darmono (2001 : 137) Kelebihan Sistem Layanan Terbuka:

1. Pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang

dikehendaki dari jajaran koleksi.

2. Pemakai dilatih untuk dapatdipercaya dan diberi tanggung jawab

terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan.

3. Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam

menemukan bahan pustaka dan alternative lain jika yang dicari tidak

ditemukan.

4. Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil

bahan pustaka tidak diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab

di bagian lain.

− Darmono (2001 : 137) Kelemahan Sistem Layanan Terbuka:

1. Ada kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar bila

dibandingkan dengan sistem tertutup.

2. Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran)

menjadi kacau karena ketika pengguna melakukan pencarian buku yang

diinginkan, buku yang sudah diambil dari jajaran rak dikembalikan

31

lagi oleh pemakai secara tidak tepat.

3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar

pengguna lebih leluasa dalam mencari koleksi perpustakaan.

4. Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk

mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak

menimbulkan berbagai kerusakan bahan pustaka seperti perobekan

bahan pustaka bahkan peningkatan kehilangan bahan pustaka.

2.1.6.a Jenis Layanan Perpustakaan

Jenis layanan yang diberikan perpustakaan ada beberapa macam. Jenis layanan

biasanya juga dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya.

Sebagaimana layaknya perpustakaan lain, perpustakaan khusus harus dapat memberikan

layanan yang efektif, cepat dan professional terhadap semua pemakai perpustakaan.

Prinsip pelayanan yang dilaksanakan harus mengacu pada sistem manajemen mutu dan

pelayanan prima yaitu mendudukkan kepuasan konsumen sebagai tujuan/sasaran

perpustakaan. Berikut ini merupakan jenis layanan perpustakaan beserta penjelasannya

menurut beberapa para ahli perpustakaan:

• Layanan Referensi

Layanan referensi diberikan untuk membantu pengguna perpustakaan atau

masyarakat yang ingin menemukan informasi secara tepat dan tepat dari koleksi

yang ada di perpustakaan. Kegiatan dilakukan dengan cara menjawab langsung

pertanyaan penguna perpustakaan atau dari masyarakat dengan menggunakan

sumber/koleksi rujukan yang tersedia.

• Layanan Audiovisual

Layanan yang diberikan oleh perpustakaan seperti kegiatan melayankan bahan

audiovisual kepada pengguna untuk ditayangkan dengan bantuan

perlengkapannya di dalam perpustakaan, misalnya film dengan proyektornya.

• Layanan Terbitan Berseri

Layanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa update terbitan yang berisi

informasi berita aktual, serta kejadian-kejadian yang berhubungan dengan

teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan.

• Layanan Bimbingan Pengguna

32

Layanan yang diberikan oleh perpustakaan dalam rangka menambah

pengetahuan pengguna tentang perpustakaan tersebut, kegiatan yang diberikan

adalah membimbing atau memberikan petunjuk kepada pengguna agar dapat

memanfaatkan pelayanan perpustakaan dengan efektif dan efisien.

• Layanan Ruang Baca

Layanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa tempat untuk melakukan

kegiatan membaca di perpustakaan. Layanan ini diberikan untuk mengantisipasi

pengguna perpustakaan yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang, akan

tetapi mereka cukup memanfaatkannya di perpustakaan.

• Layanan Sirkulasi

Adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan di luar perpustakaan. Pelayanan

ini ditujukan agar pengguna perpustakaan dapat meminjam dan membaca bahan

pustaka lebih leluasa sesuai kesempatan.

Menurut Darmono (2001:144) Bagian Layanan Sirkulasi mempunyai tugas

melayani pengunjung perpustakaan khususnya dalam hal berikut ini:

1. Mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan.

2. Pendaftaran anggota perpustakaan

3. Peminjaman dan pengembalian bahan pustaka

4. Memberikan sanksi bagi anggota yang terlambat mengembalikan

pinjaman

5. Memberikan peringatan bagi anggota yang belum mengembalikan

pinjaman

6. Menentukan penggantian buku yang dihilangkan anggota

7. Membuat statistik sirkulasi

8. Penataan koleksi di jajaran/rak

Adapun kegiatan kerja yang dilaksanakan pada Layanan Sirkulasi adalah:

1. Keanggotaan (Member)

Pendaftaran anggota adalah salah satu tugas layanan sirkulasi. Setiap

perpustakaan harus menentukan siapa yang boleh dan berhak menjadi anggota

perpustakaan. Selain itu perpustakaan juga menentukan persyaratan apa saja yang

perlu dipenuhi oleh pengguna untuk menjadi anggota perpustakaan. Dalam hal ini

33

perpustakaan melakukan pencatatan keanggotaan dalam pendaftaran anggota dan

membuat kartu anggota yang digunakan untuk melaksanakan peminjaman.

2. Peminjaman

Adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca didalam

perpustakaan maupun untuk dibawa keluar perpustakaan. Menurut Sulistyo-

Basuki (1991 : 260), sistem peminjaman dapat dibedakan antara lain:

− Sistem Buku Besar

Sistem buku besar ini menganut register, artinya setiap peminjaman

mendapat jatah satu halaman atau lebih dalam buku besar disertai indeks

nama peminjam.

− Sistem Sulih (Dummy)

Sistem sulih atau dummy terbuat dari karton sebagai substitusi buku jika

buku dipinjam, ditulis pada selembar kertas yang ditempelkan pada halaman

sulih. Lembar tersebut berisi nama peminjam, nomor panggil, dan tanggal

peminjaman.

− Sistem NCR (No Carbon Required)

Pada sistem ini peminjam perlu mengisi formulir peminjaman, lengkap

dengan nama, alamat, nama pengarang, judul, nomor klasifikasi, dan nomor

induk pada formulir peminjaman.

− Sistem BIC (Book Issue Card)

Sistem ini banyak digunakan di perpustakaan sekolah, sistem manual ini

menggunakan kartu yang harus disimpan guna sebagai bukti pada saat di

kembalikan.

− Islington System (Variasi Brown)

Setiap anggota memperoleh satu kartu plastik, dibagian atas tertulis nama

dan alamatnya dalam huruf timbul.

− Netwark System

Sistem Netwark menggunakan kartu buku, termasuk didalamnya nomor

panggil, pengarang, judul, nomor induk serta kolom untuk tanggal harus

kembali, dan nama peminjam.

− Token Charging

34

Semacam kartu berisi tanda pengenal perpustakaan terbuat dari karton

berukuran 4x6 cm yang digunakan sesuai jatah, apabila hilang terkena

denda.

− Sistem Kartu Tebuk (Stempel)

Bila anggota ingin meminjam buku maka petugas bagian sirkulasi

mengambil kartu tebuk yang telah diberi tanggal dilakukan dengan stempel

serta dengan alat tebuk.

− Photocharging

Sistem meminjam ini berbasis sistem photo identity. Alat yang diperlukan

adalah alat baca mikrofilm, mesin photocharging, komputer.

− Digital

Sistem ini tidak lagi manual dan berbasis elektronik, bisa menggunakan

kartu dan mesin yang akan otomatis mencatat record data.

3. Pengembalian

Buku yang dipinjamkan harus kembali pada waktunya dan petugas juga harus

melihat keadaan buku tersebut. Jika rusak maka peminjam harus memperbaiki

atau menggantinya.

Ada dua cara pengembalian yang biasa dilakukan perpustakaan:

− Pengguna membawa langsung bahan pustaka yang hendak dikembalikan ke

meja layanan.

− Pengguna mengembalikan buku dengan memasukkannya kedalam kotak

pengembalian.

4. Perpanjangan

Perpanjangan dapat diberikan sesuai dengan peraturan masing-masing

perpustakaan, namun pada umumnya bahan pustaka bisa diberikan perpanjangan

jika tidak ada pengguna lain yang memesan bahan pustaka tersebut.

5. Penagihan

Bila pengguna tidak mengembalikan bahan pustaka pada waktunya ke

perpustakaan, maka pihak perpustakaan akan menagih buku agar segera di

35

kembalikan. Prosedur penagihan bahan pustaka sebagai berikut:

− Petugas memeriksa keterlambatan pengembalian berdasarkan tanggal kembali

bahan perpustakaan, pekerjaan ini harus di lakukan setiap hari.

− Petugas membuat surat penagihan dua rangkap. Lembar pertama dikirimkan

kepada peminjam, sedangkan lembar kedua disimpan sebagai bukti pihak

perpustakaan.

6. Sanksi

Pelanggaran/denda yang dilakukan oleh pengguna perpustakaan berupa:

− Terlambat pengembalian bahan pustaka.

− Mengembalikan bahan pustaka dalam keadaan rusak.

− Membawa bahan pustaka tanpa prosedur yang berlaku.

− Menghilangkan bahan pustaka.

− Melanggar tata tertib perpustakaan.

7. Bebas Pustaka

Surat keterangan bebas pustaka diberikan kepada pengguna sebagai bukti bahwa

pengguna tersebut TIDAK mempunyai pinjaman/kewajiban lain kepada

perpustakaan. Pemberian surat keterangan bebas pustaka bertujuan agar koleksi

terpelihara dan pengguna mematuhi peraturan perpustakaan. Pemberian surat

bebas pustaka memiliki fungsi untuk mencegah atau menekan kemungkinan

hilangnya bahan-bahan pustaka karena mahasiswa (pengguna) telah

menyelesaikan studi maupun staf administrasi yang sudah pensiun.

Dari penjelasan yang sudah dijabarkan diatas, diketahui perpustakaan memiliki

beberapa jenis layanan. Dan menurut Rahayuningsih (2007:87) jenis-jenis layanan

pengguna dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Layanan loker

b. Layanan sirkulasi

c. Layanan referensi

d. Layanan penelusuran informasi

36

e. Layanan informasi koleksi terbaru

f. Layanan koleksi

g. Layanan ruang baca

h. Layanan foto copy

i. Layanan workstation dan multimedia

j. Layanan lain-lain, termasuk pengawasan keluar masuknya koleksi, penataan

koleksi, layanan informasi perpustakaan, pendidikan pengguna, sosialisasi

peraturan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis pelayanan yang dapat

dilaksanakan perpustakaan adalah layanan loker, layananan sirkulasi, layanan

referensi/layanan penelusuran informasi, layanan koleksi, layanan ruang baca, layanan

foto-copy dan layanan lainnya tergantung dengan jenis perpustakaan tersebut

sebagainya.

2.1.6.b Kualitas Pelayanan Perpustakaan

Pengertian kualitas adalah menjaga janji pelayanan agar pihak yang dilayani

merasa puas dan diuntungkan. Meningkatkan kualitas merupakan pekerjaan semua

orang adalah pelanggan/pengguna.

Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap

merupakan kualitas saat ini mungkin kurang berkualitas di masa mendatang). Ada lima

dimensi kualitas, yaitu:

1. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk.

2. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan

penyampaian produk.

3. Ketersediaan (availabity), mencakup aspek yang dapat dipercaya dan

ketersediaan produk bagi konsumen untuk digunakan.

4. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen.

5. Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada

penggunanya oleh konsumen.

Sehubungan dengan kualitas pelayanan di atas, Zetmal Parasuraman dan Berry

37

dalam Kurniawati (2007: 5) mengemukakan ada lima dimensi yang digunakan untuk

mengukur dan menilai suatu kualitas pelayanan yaitu:

1. Tampilan fisik (tangibles), misalnya penampilan, kemampuan sarana, dan

prasarana fisik harus dapat diandalkan.

2. Kehandalan (reliability), artinya suatu kemampuan untuk memberikan jasa

yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya.

3. Ketanggapan (resvonsivences), misalnya suatu kebijakan untuk membantu

dan memberikan pelayanan yang cepat kepada pelanggan/pengguna.

4. Jaminan/kepastian (assurance), artinya pengetahuan dan keramahan

karyawan serta kemampuan melaksanakan tugas yang dapat menjamin

kinerja yang baik.

5. Empati (empathy), artinya memberikan perhatian yang bersifat individual

atau pribadi kepada pelanggan/pengguna dan berupaya untuk memahami

kegiatan konsumen.

Agar pengguna merasa puas, maka layanan pengguna perpustakaan harus

berkualitas. Karakteristik layanan pengguna yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa

faktor antara lain:

1. Koleksi

a. Kuantitas

Berkaitan dengan banyaknya jumlah koleksi yang dimiliki oleh

perpustakaan.

b. Kualitas

Berkaitan dengan mutu, kemutakhiran, dan kelengkapan koleksi.

2. Fasilitas

a. Kelengkapan

Menyangkut lingkup layanan dan ketersediaan sarana pendukung

serta layanan pelengkap lainnya.

b. Kenyamanan

Dalam segala aspek antara lain seperti memperoleh layanan,

berkaitan dengan lokasi, ruangan, petunjuk, ketersediaan informasi,

kebersihan dan lain-lain.

38

3. Sumber Daya Manusia

a. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberi layanan.

b. Tanggung jawab dalam melayani pengguna perpustakaan.

c. Empati, wajar dan adil dalam menangani dan memecahkan masalah

keluhan pengguna.

d. Profesionalisme petugas perpustakaan di bagian layanan.

4. Layanan Perpustakaan

a. Ketepatan waktu layanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu

proses.

b. Akurasi layanan, ketepatan layanan yang diberikan dan juga berkaitan

dengan banyaknya petugas yang melayani fasilitas pendukung seperti

komputer.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa karakteristik layanan pengguna yang

berkualitas dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu koleksi, fasilitas, sumber daya

manusia dan layanan perpustakaan. Dapat dinyatakan bahwa kualitas adalah segala

sesuatu yang dapat memenuhi keinginan semua pihak baik itu produsen, konsumen, dan

yang berhubungan dengan produk/jasa. Dengan kualitas pelayanan perpustakaan seperti

kinerja, keseragaman produk, kesesuaian, daya tahan, kemampuan pelayanan, estetika,

kualitas yang dipersepsikan, kehandalan, daya tangkap, asuransi dan empati yang baik

akan memberikan dampak positif bagi masyarakat pengguna, yaitu pengguna akan

merespon apa yang telah diberikan oleh perpustakaan demi kepuasan pengguna.

2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Pengertian Perpustakaan Art & Design

Perpustakaan Art & Design adalah perpustakaan khusus yang memfasilitasi

masyarakat/komunitas kreatif maupun peminat seni dan desain. Perpustakaan ini

didirikan dengan tujuan menjadikan peminat dan pengikut Art and Design untuk lebih

mengeksplorasi keingintahuan mereka terhadap seni dan desain. Koleksi ataupun bahan

pustaka yang ada di perpustakaan ini berhubungan dengan seni dan desain.

39

2.2.2 Seni (Art)

Seni (art) adalah ragam dari berbagai macam kegiatan manusia dan produk

aktifitas tersebut. Komunikasi ekspresi, emosi, dan nilai-nilai lainnya. Dan seni adalah

penciptaan melalui keterampilan imajinatif atau teknis. Kesenian adalah bagian dari

budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan

dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa

manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan

norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.

• Kategori Seni (Art)

Secara umum seni dibedakan menurut indra penserapannya yaitu:

− Seni Audio:

Seni yang diserap melalui indra pendengaran. Misalnya: seni musik atau suara,

drama radio, puisi di radio dan lain-lain.

− Seni Visual:

Seni yang diserap melalui indra penglihatan. Umumnya dikenal dengan

sebutan seni rupa.

− Seni Audio-Visual:

Seni yang sekaligus diserap oleh indra pendengaran dengan indra penglihatan.

Misalnya: seni tari, drama/teater, film dan lain-lain.

Untuk lebih mengenal perihal tentang batasan-batasan dari masing-masing seni

ini, seni dapat dikategorikan diantaranya sebagai berikut:

1. Seni Rupa (Fine Art): lukisan, tato, fotografi, printmaking atau seni grafis,

seni kriya ukiran, patung, pahat, anyaman, merchandise, dsb.

2. Seni Rupa Terapan (Applied Art): seni dekorasi, interior, properti, dsb.

3. Seni Suara/Vokal/Musik: seriosa, acapella, musik klasik, tradisional,

keagamaan, pop, hiphop, rnb, jazz/blues, rock, world music, dll.

4. Seni Tari/Gerak: tradisional, pantomim, striptease (erotik), tari modern,

salsa, dll.

5. Seni Drama/Theater: film, cinematography, teater lama, teater baru, teater

komedi, sendratastik (seni drama dan musik), dll.

40

6. Seni Sastra: roman, novel, cerpen, syair, puisi, dsb.

2.2.3 Desain (Design)

Desain berasal dari kata designare, yang berarti proses atau perbuatan dengan

mengatur segala sesuatu sebelum bertindak atau merancang. Desain adalah penciptaan

dari rencana untuk pembangunan objek atau sistem dengan kegiatan dimana spesifikasi

objek dimanifestasikan oleh agen, yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan

memuaskan persyaratan dengan batasan. Maka desain merupakan langkah awal

sebelum memulai membuat suatu benda seperti baju, furniture, maupun bangunan. Pada

saat pembuatan desain biasanya mulai memasukkan unsur berbagai pertimbangan,

perhitungan, cita rasa, dan lain lain. Koran, majalah, tabloid, website yang sehari-hari

kita lihat adalah produk desain, sehingga bisa dibilang bahwa sebuah desain merupakan

bentuk perumusan dari berbagai unsur termasuk berbagai macam pertimbangan di

dalamnya.

Berdasarkan berbagai teori tentang desain, ada beberapa tujuan yang ingin

dicapai dari pembuatan desain. Beberapa tujuan ini antara lain adalah sebagai berikut:

− Desain bertujuan untuk menyesuaikan antara hasil desain dengan manusia

sebagai pemakainya dengan menyadari kelebihan keterbatasan serta kemampuan

yang dimilikinya.

− Desain yang dipadupadankan dengan unsur-unsur seni dan teknologi bertujuan

untuk mencapai keamanan, kenyaman dan keindahan.

− Desain diciptakan dengan tujuan agar dapat meningkatkan efisiensi, produkvitas

dan kualitas hidup manusia.

• Kategori Desain

Ilmu desain terbagi menjadi enam berdasarkan bidang ilmunya masing-masing,

yaitu:

1. Desain Grafis (Desain Komunikasi Visual), mencakup:

− Tipografi, Illustrasi, dan Fotografi

− Multimedia

− Advertising

− Publishing

− Brand identity

41

− Pattern design

− Audio visual

2. Desain Produk, mencakup:

− Aksesoris/perkakas

− Merchandising

− Furnitur/peralatan

− Appliances

− Transportasi

− Teknologi desain

3. Desain Interior, mencakup:

− Lighting design

− Kitchen & Pantry specialist

− Dekorator

− Interior Furniture & Accessories

− Mechanical electrical

− Fengshui

− Public places, comercial, residental, industry, cultural.

4. Arsitektur, mencakup:

− Drafter

− Konstruksi

− Building design

− Engineering design

− Public places, comercial, residental, industry, cultural.

5. Desain Fashion, mencakup:

− Tekstil

− Stylist & Makeup

6. Fotografi, mencakup:

− Darkroom

− Editing

− Lighting

42

2.2.4 Perkembangan Perpustakaan Art & Design Library International

Bibliotheca Alexandrina Egypt (Perpustakaan Iskandariah Mesir) merupakan

perpustakaan seni pertama dan terbesar di dunia. Perpustakaan ini bahkan bertahan

selama berabad-abad dan memiliki koleksi 700.000 gulungan papyrus, bahkan jika di

bandingkan dengan Perpustakaan Sorbonne di abad ke-14 hanya memiliki koleksi 1700

buku seni arsitektur dan desain. Perpustakaan ini didirikan oleh Ptolemi I sang penerus

Alexander (Iskandariah) pada tahun 323 SM, dan terus berlanjut sampai kekuasaan

Ptolemi III. Pada waktu itu para penguasa Mesir begitu besemangat memajukan

perpustakaan berdasarkan warisan budaya seni mereka. Bahkan dalam Manuskrip Roma

mengatakan bahwa sang Raja Mesir membelanjakan harta kerajaan untuk membeli

buku dari seluruh pelosok negeri hingga terkumpul 442.800 buku dan 90.000 lainnya

berbentuk ringkasan tak berjilid.

Desain perpustakaan Iskandriah (Bibliotheca Alexandrina) berdiri megah dan

unik. Bangunan utama berbentuk bulat beratap miring, terbenam dalam tanah. Di bagian

depan sejajar atap, dibuat kolam untuk menetralkan suhu perpustakaan, terdiri lima

lantai di dalam tanah, perpustakaan ini dapat memuat 250.000 buku dan terus

bertambah tiap tahun. Selain itu juga menyediakan berbagai fasilitas, seperti 500 unit

komputer berbahasa Arab dan Inggris untuk memudahkan pengunjung mencari katalog

buku, ruang baca berkapasitas 1.700 orang, conference room, ruang pustaka Braille

Taha Husein khusus tuna netra, pustaka anak-anak, museum manuskrip kuno, lima

lembaga riset, dan kamar-kamar riset yang bisa dipakai gratis. Dan yang juga menarik,

adalah lantai tengah perpustakaan tersebut terdapat Gallery Design dan bisa dilihat dari

berbagai sisi. Di lantai kayu yang cukup luas itu terpajang berbagai prototype mesin

cetak kuno dan berbagai lukisan dinding.

Perpustakaan ini selalu dipenuhi pengunjung, padahal di Alexandria tidak

banyak universitas seperti di Kairo. Ini menunjukkan tingginya minat masyarakat Mesir

akan warisan budaya seni dan desain mereka yang begitu kaya. Perpustakaan seni yang

dulu dihancurkan Julius Caesar itu kini menjadi salah satu objek wisata sebagaimana

Piramid Giza, Mumi, Karnax Temple, Kuburan para Firaun di Luxor atau Museum

Kairo yang menyimpan timbunan emas Tutankhamun. Isi di perpustakaan tersebut:

− Sebuah Perpustakaan yang dapat menampung jutaan buku

43

− Sebuah Arsip Internet

− Enam khusus perpustakaan untuk:

1. Seni, multimedia, dan bahan-bahan audio-visual.

2. Tunanetra.

3. Anak-anak.

4. Kaum muda.

5. Microforms.

6. Buku langka dan koleksi khusus..

− Empat Museum untuk:

1. Antiquities.

2. Naskah.

3. Sadat.

4. Sejarah Sains.

Dan di zaman sekarang sudah banyak negara-negara lainnya yang sudah

memiliki perpustakaan khusus seni dan desain, namun masih dibawah suatu lembaga

pendidikan seperti universitas.

2.2.5 Tujuan Perpustakaan Art & Design

Seni (art) dan desain (design) adalah elemen yang tidak bisa dipisahkan,

keduanya saling berhubungan satu sama lain. Maka tujuan dari perpustakaan Art &

Design adalah suatu proyek yang dimaksudkan untuk memfasilitasi para pengguna

pustaka dalam bidang seni dan desain. Art & Design Library dirancang sebagai suatu

inovasi baru yang tidak lagi mengandalkan perpustakaan sekolah atau lembaga

pendidikan lainnya terhadap pemerhati pustaka dalam mencari segala informasi yang

dibutuhkan, khususnya mengenai seni dan desain. Karena perpustakaan khusus seni dan

desain yang berdiri sendiri memang belum ada di Indonesia, rata-rata masih dibawah

suatu lembaga pendidikan seperti contoh Universitas Trisakti yang mengadakan

perpustakaan khusus untuk memadai kebutuhan Fakultas Seni Rupa dan Desain

(FSRD).

Tujuan dibangunnya Art & Design Library merupakan sebagai upaya untuk

memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pendalaman pengetahuan

serta penelusuran seluk beluk seni dan desain yang teraktual di dunia. Art & Design

44

Library secara langsung atau pun tidak langsung diharapkan dapat memberikan

kemudahan bagi proses belajar terkait dengan pentingnya perkembangan kemajuan

bidang pendidikan khususnya seni dan desain. Tujuan-tujuan tersebut dimaksudkan

agar:

− Dapat tanggap dalam kemajuan aktualiasi seni dan desain

− Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi

komunitas seni dunia yang lebih baik.

− Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif bangsa dan dapat

menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya

manusia.

2.2.6 Keberadaan Perpustakaan Art & Design

Berikut ini adalah perpustakaan Art & Design yang sudah ada di luar negeri,

antara lain:

1. Bibliotheca Alexandrina Egypt

(Lihat penjelasan pada sub bab 2.2.4)

• Fasilitas ruang yang ada pada perpustakaan ini antara lain:

a. Main Library

Area ini adalah learning space yang menawarkan beragam sumber

informasi seperti buku, peta, manuskrip, multimedia, dan source

elektronik. Dan di area tersebut terdapat layanan untuk umum serta

layanan khusus untuk melayani pengguna yang mempunyai

gangguan/kekurangan fisik.

Gambar 2.5 Main Library, Bibliotheca Alexandrina Egypt

(Sumber: www.bibalex.org)

45

b. Taha Hussein Library

Ruangan perpustakaan ini adalah ruangan khusus untuk pengguna yang

mempunyai gangguan visual maupun buta, dimana diruangan tersebut di

fasilitaskan dengan alat-alat spesial serta teknologi khusus sehingga

golongan pengguna ini bisa membaca dan melihat jurnal.

c. Children's Library

d. Young People's Library

Ruangan perpustakaan ini diberikan untuk pengunjung berumur sekitar

12 sampai 16 tahun. Diruangan ini memperkenalkan kepada pengunjung

mengenai hal entertain, kultur, dan teknologi informasi yang bertuju

untuk mengembangkan kemampuan membaca dan pemecahan masalah

serta sekaligus membantu keberanian untuk interaksi sosial.

e. Arts & Multimedia Library

Ruangan perpustakaan ini khusus untuk menaruh koleksi gambar cetak

dan koleksi audiovisual yang berkaitan dengan seni. Seperti buku

bergambar, papan spektrum, gambar yang bergerak, film dokumentasi,

program edukasi, dan metode program self-teaching. Lalu ruangan ini

juga diberi tambahan seperti workshop dan area untuk seminar untuk

para artis maupun pameran seni.

f. Francophone Library

Ruangan perpustakaan ini khusus buku-buku dengan bahasa perancis.

g. Thesis & Dissertations Library

h. Rare Books & Special Collections

i. Periodical Collections

Area khusus untuk koleksi yang berperiodik seperti majalah, jurnal, dan

sebagaimya dengan format kertas maupun format elektronik.

j. Reference Works Collections

k. Electronic Resources

l. Microforms Room

m. Nobel Section

46

• Fasilitas penunjang yang ada pada perpustakaan ini antara lain:

a. Academic Research Center

b. Planetarium Science Center

c. Museums

d. Permanent Exhibitions

e. Conference Center

f. Internet Archive

g. Toko buku

Gambar 2.6 Bibliotheca Alexandrina Egypt Architecture

(Sumber: www.arcspace.com)

Gambar 2.7 Bibliotheca Alexandrina Egypt

(Sumber: www.bibalex.org)

47

2. National Art Library

Perpustakaan ini berada di London, Inggris. National Art Library adalah

perpustakaan yang mempunyai fungsi sekaligus museum. Koleksi yang ada

kurang lebih sebanyak sejuta koleksi dan terus bertambah sesuai berkembangnya

ilmu seni dan desain. Koleksi yang ada antara lain:

− The History

− Architecture, Furniture and woodwork

− Art and Design Books

− 20th Century Artist's Books and Book Art

− Asia: The art and design of the Far East, India and South East Asia

− Ceramics, Glass, Metalwork, Sculpture

− Design, Prints, Photography, Contemporary

− Drawings, Paintings

− Fashion, Jewellery, Textiles

− Theatre & Performance

− Katalog jual dari pelelangan rumah maupun katalog exhibitions dari

museum dan galeri seluruh dunia.

− Manuskrip, majalah dan bermacam-macam format elektronik.

Fasilitas yang disediakan pada National Art Library antara lain:

− Ruang belajar khusus untuk orang yang mempunyai gangguan fisik

− Aneka ruang belajar seperti: Riba Architecture Study Room, South &

South-East Asia Study Room, Ceramics Study Room, Textiles Study

Room, Blythe House Reading Room.

− Ruang koleksi khusus untuk:

a. Artists' books, letters & manifestos

b. Ephemera and jobbing printing

c. Fine and noteworthy bindings

d. Fine printing

e. Buku yang menggunakan teknologi inovatif

f. Buku yang dibungkus oleh jaket pelindung

g. Kaligrafi

48

h. Buku anak-anak

i. Novel grafis dan komik

j. Dokumentasi manuskrip

k. Buku-buku lama

l. Tipografi

m. Buku Lettering & Writing

n. Buku ilustrasi

o. Buku modern dan majalah desain

Gambar 2.8 National Art Library

(Sumber: www.vam.ac.uk)

49

2.3 Hasil Survey Perpustakaan

2.3.1 Goethe Institut Library

Peta 2.1 Lokasi Goethe Institut

(Sumber: Google Maps 2013)

Goethe Institut Library berlokasi di dalam lingkungan Goethe Institut, Jl. Sam

Ratulangi 9-15, Menteng - Jakarta Pusat.

• Jam operasional

Senin-Sabtu : 12.30-19.00

Minggu : 11.00-15.00

*Semi-public (untuk umum harus membuat kartu keanggotan dengan biaya sebesar

Rp 35.000,-/tahun jika ingin meminjam buku/koleksi dan aturan ini tidak berlaku

untuk masyarakat Goethe Institut).

• Koleksi dan Bahan Pustaka

a. Buku

− Sejarah, ilmu sains, filosofi, literatur

− Geografi dan buku sosial

− Buku seni dan desain

− Film, teater & performa

50

− Roman, komik, buku dongeng

− Kids section

b. Majalah

c. CD, CD-Rom, & DVD (games, dokumenter, film, kartun, musik, jurnal, dan

lain-lain).

• Pembagian Ruang

a. Ruang audiovisual

Tersedia ruang video di lantai 1 yang hanya mentayangkan DW (Deutsche Welle

Channel) setiap hari, namun pengguna perpustakaan boleh memutar video yang

tersedia di perpustakaan tersebut.

Gambar 2.9 Ruang Audiovisual, Goethe Institut.

(Sumber: Penulis)

Gambar 2.10 Ruang Koleksi dan Area Baca, Goethe Institut.

(Sumber: Penulis)

51

b. Ruang koleksi beserta area self-copy, area baca/diskusi, dan area multimedia.

Gambar 2.11 Ruang Koleksi, Goethe Institut.

(Sumber: Penulis)

Gambar 2.12 Area Multimedia, Goethe Institut.

(Sumber: Penulis)

c. Area khusus koleksi musik terdapat di lantai 2

d. 2 ruang staf Goethe Institut pada lantai 2

52

e. Ruang staf/pengelola Goethe Institut Library terdapat di lantai 1

• Fasilitas

− Wireless Network (wifi)

− Pelayanan pernerjemahan bahasa jerman-ingris-indonesia *(gratis)

− 1 meja resepsionis

− 50 loker

− 1 meja informasi

− 1 unit mesin fotokopi *(maksimal 20 halaman/judul)

− 3 komputer katalog dan internet

− 8 unit komputer dilengkapi dengan internet, printer, dan headphones.

− 2 televisi *(1 diruang audiovisual, dan 1 di ruang staf/pengelola Goethe Institut)

− iPad disetiap meja diskusi

− ±6 meja diskusi

− 3 rak koleksi musik (120x30x72cm)

− 3 rak majalah

− ±28 rak koleksi (120x30x170cm)

• Sistem

a. Pengolahan Koleksi dan Bahan Pustaka

Diagram 2.1 Pengolahan Koleksi Goethe Institut

(Sumber: narasumber)

b. Katalog dan Klasifikasi

Katalog buku menggunakan digital/online melalui sistem Bibliothekskatalog

dan susunan buku diatur sesuai UDC (Universal Decimal Classification).

53

c. Pelayanan

Goethe Institut Library menggunakan sistem pelayan terbuka (open access)

maka pengunjung dapat bebas memilih dan mencari buku yang ingin dibaca

tanpa bantuan atau dengan bantuan pustakawan.

d. Keanggotaan dan Peminjaman

Warga Goethe Institut otomatis mendapat keanggotaan, penggunaan buku

serta media di dalam perpustakaan tidak dikenakan biaya namun untuk

peminjaman diperlukan kartu keanggotaan, maka pengunjung dari luar

Goethe Institut harus membuat member terlebih dahulu jika ingin meminjam

dan dikenakan biaya Rp30.000/tahun. Sedangkan warga Goethe Institut

tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membuat kartu anggota dan tidak

dikenakan biaya pertahun.

Peminjaman menggunakan sistem buku jurnal, sistem manual ini mencatat

manual buku yang dipinjam maupun yang sudah dikembalikan.

Lama Peminjaman:

4 minggu untuk buku, CD, dan CD-ROM.

2 minggu untuk majalah, dan DVD.

e. Perawatan

Kegiatan perawatan termasuk bersih-bersih ruangan secara rutin, dan

pemeriksaan bahan pustaka seminggu satu kali.

f. Keamanan

Terdapat kamera CCTV lalu setiap buku ditempelkan barcode dan terdapat

sensor gate pada pintu masuk. Perpustakaan ini dikoordinir oleh tiga orang

yaitu, satu orang bagian resepsionis yang melayani dan mengawasi setiap

masuk-keluarnya pengunjung, satu orang bagian informasi yang akan

mengawasi semua kegiatan di perpustakaan, dan satu orang yang

merapihkan koleksi maupun bahan pustaka.

54

• Struktur Organisasi

Diagram 2.2 Struktur Organisasi Goethe Institut Library

(Sumber: narasumber)

55

2.3.2 FSRD Perpustakaan Fakultas Seni Rupa dan Desain (Universitas Trisakti)

Peta 2.2 Lokasi Universitas Trisakti

(Sumber: Google Maps 2013)

Perpustakaan terletak di lingkungan FSRD pada gedung P di lantai 2, di dalam

Universitas Trisakti, Grogol - Jakarta Barat.

• Jam operasional

Senin-Kamis : 08.00-18.00

Jumat : 08.00-11.30 - 13.30-16.00

Sabtu : 08.00-12.00

*Semi-private (untuk mahasiswa dari universitas lain harus disertakan surat izin dari

kampus atau terkena biaya sebesar Rp.5000,-).

• Koleksi dan Bahan Pustaka

a. Buku

− Desain Komunikasi Visual: ±4000 eksemplar

− Desain Interior: >4500 eksemplar

− Desain Produk: ±3500 eksemplar

− Fotografi: <2000 eksemplar

56

b. Majalah Ilmiah ±10 judul

c. Surat Kabar Harian

d. Beberapa CD, CD-Rom, & VCD (skripsi, karya tulis, jurnal, dan lain-lain)

• Ruang Khusus

a. Ruang koleksi digabung dengan ruang multimedia

Gambar 2.13 Ruang koleksi dan Multimedia, FSRD.

(Sumber: Penulis)

b. Ruang baca/diskusi (±25 kursi)

Gambar 2.14 Ruang Diskusi dan Loker, FSRD.

(Sumber: Penulis)

c. Ruang staf/pengelola

Gambar 2.15 Ruang Staf dan Pengelola, FSRD.

(Sumber: Penulis)

57

• Fasilitas

− 1 meja resepsionis

− 69 loker

− 3 komputer katalog

− 4 unit komputer dan internet

− 1 unit mesin fotokopi

− 1 televisi

− 1 troli buku

− 1 rak surat kabar dan majalah

− 1 lemari buku baru

− 22 rak bahan pustaka (120x30cm)

• Sistem

a. Pengolahan Koleksi dan Bahan Pustaka

Diagram 2.3 Pengolahan Koleksi FSRD-Usakti

(Sumber: FSRD)

b. Katalog dan Klasifikasi

Katalog buku menggunakan digital/online melalui sistem OPAC dan

susunan buku diatur sesuai DDC (Dewey Decimal Classification).

c. Pelayanan

FSRD menggunakan sistem pelayan terbuka (open access) maka pengunjung

dapat bebas memilih dan mencari buku yang ingin dibaca tanpa bantuan atau

dengan bantuan pustakawan.

d. Keanggotaan dan Peminjaman

Keanggotaan hanya untuk masyarakat Trisakti. Pengunjung tidak dapat

meminjam hanya diperbolehkan fotokopi dan perpustakaan ini menggunakan

sistem manual yaitu BIC (Book Issue Card) menggunakan kartu yang harus

disimpan guna sebagai bukti pada saat di kembalikan.

58

e. Perawatan

Kegiatan perawatan hanya bersih-bersih ruangan secara rutin dan tidak ada

pelestarian bahan pustaka.

f. Keamanan

Setiap buku ditempelkan barcode dan terdapat sensor gate pada pintu

masuk, perpustakaan ini dikoordinir oleh satu orang yang akan mengawasi

semua kegiatan di perpustakaan serta memeriksa identitas pengunjung.

• Struktur Organisasi

Diagram 2.4 Struktur Organisasi FSRD-Usakti

(Sumber: narasumber)

59

2.3.3 The Johannes Oentoro Library (Universitas Pelita Harapan)

Peta 2.3 Lokasi Universitas Pelita Harapan (UPH)

(Sumber: Google Maps 2013)

Perpustakaan berlokasi di Buiding C lantai 2-4, Kampus Karawaci, Jl. M.H.

Thamrin Boulevard 1100, Lippo Village, Tangerang.

• Jam operasional

Senin, Rabu-Jumat : 07.00-21.00

Selasa : 08.30-21.00

Sabtu : 08.00-13.30

*Private (untuk mengakses perpustakaan ini harus menggunakan smartcard UPH).

• Koleksi dan Bahan Pustaka

Terdiri dari ±70.000 buku seperti akutansi, HI, SI, filsafat, teologi, DKV, desain

produk, arsitektur, hukum, manajemen, matematika, elektro, sipil, dan lainnya.

a. Lantai 2:

− Koleksi Referensi: ensiklopedia, kamus, buku pedoman, dan lainnya.

− Local Publication: disertasi, skripsi, thesis, dan lainnya.

− Periodikal: jurnal, koran, majalah, dan lainnya.

60

b. Lantai 3:

− Literatur Kristen

− Buku umum

− Koleksi short loan (koleksi dengan peminjaman jangka pendek)

− Koleksi pengajar (close access)

− Koleksi audiovisual

c. Lantai 4:

− Online database, local database, e-books dan e-resources.

• Ruang Khusus

a. 1 ruang seminar

b. 2 ruang multimedia:

− multimedia viewing (kapasitas 30 orang)

− multimedia (dilengkapi 50 unit komputer)

c. 1 large group study room (kapasitas 20 orang)

d. 5 group study room (kapasitas 10 orang)

e. 15 study room (kapasitas 4 orang)

Gambar 2.16 Study Room, The Johannes Oentoro Library.

(Sumber: Penulis)

61

Gambar 2.17 Area Baca, The Johannes Oentoro Library.

(Sumber: Penulis)

f. Area lounge

g. Area exhibition

• Fasilitas

− Layanan Referensi

− E-resources

− Wireless Network (wifi)

− 495 loker

− 8 unit komputer katalog

− 150 unit komputer dan internet

− 2 unit mesin fotokopi di lantai 2 dan 3

− Printing & Scanning *(save melalui CD tidak boleh menggunakan flashdisk,

dan maksimal 10 halaman/hari)

− ±100 rak bahan pustaka (120x30cm)

− Troli sirkulasi & umum

62

• Sistem

a. Pengolahan Koleksi dan Bahan Pustaka

Diagram 2.5 Pengolahan Koleksi, UPH.

(Sumber: narasumber)

b. Katalog dan Klasifikasi

Tidak menggunakan sistem manual, semua katalog buku menggunakan

digital/online melalui sistem OPAC dan susunan buku diatur sesuai DDC

(Dewey Decimal Classification).

c. Pelayanan

The Johannes Oentoro Library ini menggunakan dua sistem pelayanan,

sistem terbuka (open access) di lantai 3 maka pengunjung dapat bebas

memilih dan mencari buku yang diinginkan secara langsung. Dan juga

sistem pelayan tertutup (close access) pada lantai 2 maka pengunjung perlu

bantuan pustakawan untuk meraih koleksi.

d. Keanggotaan dan Peminjaman

Peminjaman menggunakan sistem digital dengan kartu smartcard dan yang

dapat menjadi anggota ialah:

− Automatic Membership

Seluruh masyarakat akademik UPH otomatis menjadi anggota

perpustakaan (mahasiswa aktif UPH, staf akademik maupun non-

akademik, pengajar).

− Special Membership

Alumni, Lippo Karawaci Residential, Lippo Group Corporate,

Yayasan Pelita Harapan (UPH Surabaya, Sekolah Pelita Harapan,

Sekolah Dian Harapan, dan Sekolah Lentera Harapan).

63

Tabel 2.3 Total amount of borrowings, The Johannes Oentoro Library.

(Sumber: library.uph.edu)

e. Perawatan

− Fogging 1-2 minggu sekali

− Jika ada informasi bahwa terdapat buku yang rusak maka buku

tersebut akan diperbaiki oleh staf

− Jika perlu melakukan jilid akan memakai jasa lain (outsource)

f. Keamanan

The Johannes Oentoro Library menggunakan CCTV, Radio Frequency

Indentification (RFID), dan sensor gate pada pintu masuk keluar agar

pencurian maupun buku yang keluar tanpa izin/scan bisa langsung diketahui.

Di dalam perpustakaan terdapat satpam dan ruang security di pintu masuk.

Lalu demi keselamatan tersedia tangga darurat, sprinkler, smoke detector,

dan hydrant.

64

• Struktur Organisasi

Diagram 2.6 Struktur Organisasi The Johannes Oentoro Library

(Sumber: The Johannes Oentoro Library Profile)