BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/bab...

53
18 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Suatu model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi menciptakan memberikan dan menangkap nilai-nilai, baik itu ekonomi, sosial, ataupun bentu-bentuk nilai lainnya. Istilah model bisnis, dipakai untuk ruang lingkup luas dalam konteks formal dan informal untuk menunjukkan aspek inti suatu bisnis, termasuk mencakup maksud dan tujuan, apa yang ditawarkan, strategi, infrastruktur, struktur organisasi, praktik-praktik niaga, serta kebijakan-kebijakan dan proses-proses operasional. Intinya sebuah model bisnis menjelaskan alasan tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai-nilai dari bisnis model itu sendiri. (Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, 2008) Kanvas model bisnis adalah alat manajemen strategis, yang memungkinkan dalam mengembangkan dan sketsa model bisnis baru atau yang sudah ada. Ini adalah template visual yang pra-diformat dengan sembilan blok dari sebuah model bisnis. Terdapat 9 blok yang meliputi, yaitu : 1. Customer segments : Target konsumen untuk produk-produk bisnis dan jasa. 2. Value Propotion : Produk dan layanan yang ditawarkan. 3. Channels : Dimana perusahaan memberikan produk dan layanan kepada pelanggan.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/bab...

18

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Business Model

Suatu model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah

organisasi menciptakan memberikan dan menangkap nilai-nilai, baik itu ekonomi,

sosial, ataupun bentu-bentuk nilai lainnya. Istilah model bisnis, dipakai untuk ruang

lingkup luas dalam konteks formal dan informal untuk menunjukkan aspek inti suatu

bisnis, termasuk mencakup maksud dan tujuan, apa yang ditawarkan, strategi,

infrastruktur, struktur organisasi, praktik-praktik niaga, serta kebijakan-kebijakan dan

proses-proses operasional. Intinya sebuah model bisnis menjelaskan alasan tentang

bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai-nilai dari

bisnis model itu sendiri. (Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, 2008)

Kanvas model bisnis adalah alat manajemen strategis, yang memungkinkan

dalam mengembangkan dan sketsa model bisnis baru atau yang sudah ada. Ini adalah

template visual yang pra-diformat dengan sembilan blok dari sebuah model bisnis.

Terdapat 9 blok yang meliputi, yaitu :

1. Customer segments : Target konsumen untuk produk-produk bisnis dan jasa.

2. Value Propotion : Produk dan layanan yang ditawarkan.

3. Channels : Dimana perusahaan memberikan produk dan layanan kepada

pelanggan.

19

4. Customer Relationship : Hubungan pelanggan dibentuk dan dipelihara dengan

setiap segmen pelanggan.

5. Revenue Streams : Arus pendapatan hasil dari proposisi nilai yang ditawarkan

kepada pelanggan dengan sukses.

6. Key Resource : Sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan nilai bagi

pelanggan.

7. Key Activities : Kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan model bisnis

perusahaan.

8. Key Partnership : Beberapa kegiatan outsourcing/kerjasama dan beberapa

sumber daya yang diperoleh dari luar perusahaan.

9. Cost Structure : Konsekuensi moneter dari cara yang digunakan dalam model

bisnis.

Gambar 2.1 Nine Building Blocks

(sumber : Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, 2008)

Kanvas model bisnis dapat dicetak pada permukaan yang besar sehingga

dalam satu tim bisnis bersama-sama dapat mulai membuat sketsa dan membahas

20

unsur-unsur model bisnis dengan post-it atau spidol papan catatan. Ini adalah alat di

tangan yang mendorong pemahaman, diskusi, kreativitas, dan analisis.

2.2 Human Resource Management (HRM)

2.2.1 Five-Factor Personality Model (CANOE)

Gambar 2.2 Five-Factor Personality Model

(Sumber: (McShane / Von Glinow, 2010 )

Dalam Human Resources Management terdapat 5 faktor utama ciri

personaliti, yaitu : (McShane / Von Glinow, 2010)

Conscientiousness and emotional stability :

Golongan ini mempunyai ciri personaliti dengan nilai kesadaran yang

tinggi, dimana golongan ini sangat berhati-hati ketika mengambil sebuah

keputusan.

21

Agreeableness :

Golongan ini mempunyai nilai yang tinggi dalam menghargai suatu

hubungan dalam masyarakat. Selain itu memiliki sikap berperikemanusian,

ramah, suka menolong, dermawan dan sanggup berkompromi dengan orang

lain walaupun akan mengganggu kepentingannya sendiri.

Neuroticism :

Golongan ini memiliki kebiasan berpandangan negatif, seperti

kemarahan, kemuraman (depression), ketakutan atau kebimbangan pada

sesuatu hal, tapi kemungkinan orang ini akan merasakan lebih dari salah satu

emosi negatif pada satu masa tertentu atau pada masa yang sama juga.

Openness to experience :

Golongan ini mempuyai sikap yang terbuka terhadap sesuatu ide atau

pendapat. Di samping itu mereka senang mencari pengalaman yang baru dan

menggunakan pengalaman yang mereka dengan sepenuhnya. Bagi golongan

ini, dunia merupakan “Tempat Pembelajaran”.

Extroversion :

Golongan ini mempunyai sikap “out going”, penuh semangat dan

bersikap positif. Individu yang tergolong dalam golongan ini mempunyai

minat terhadap orang lain dalam lingkungan sekitar mereka maupun terhadap

dirinya sendiri. Bagi golongan ini, dunia merupakan “Taman Permainan”.

22

2.2.2 Defenisi Kompetensi

Kompetensi adalah kombinasi dari keterampilan (skills), sikap kerja

(job attitude), dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin dalam perilaku

pekerjaan yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Kompetensi menentukan

faktor untuk kinerja yang sukses. Fokus dari kompetensi adalah perilaku yang

merupakan aplikasi sikap keterampilan, pekerjaan dan pengetahuan.

(Explorehr, 2011)

Gambar 2.3 Definition of Competency

(Sumber: Explorehr, 2011)

Kerangka kompetensi akan menjadi dasar untuk semua fungsi SDM

(Sumber Daya Manusia) dan melayani sebagai "linkage" (hubungan) antara

kinerja individu dan hasil bisnis.

Competency

23

Gambar 2.4 Kerangka Manajemen SDM Berdasarkan Kompetensi

(Sumber: Explorehr, 2011)

Hubungan antara kompetensi dan deskripsi pekerjaan yaitu deskripsi

pekerjaan melihat “apa”, sedangkan model kompetensi berfokus pada

“bagaimana”. Analisis deskripsi pekerjaan tradisional melihat unsur-unsur

pekerjaan dan mendefinisikan pekerjaan dalam urutan tugas yang diperlukan

untuk melakukan pekerjaan. Kompetensi mempelajari bahwa apakah

seseorang dapat melakukan pekerjaan dengan baik, dan mendefinisikan

pekerjaan dalam hal karakteristik dan perilaku orang-orang tersebut.

2.2.3 Struktur Organisasi (Organizational Structure)

Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja dan saling

bergantung untuk mecapai beberapa tujuan. Dalam efisiensi pencapaian tujuan

mereka, kelompok-kelompok ini biasanya membagi pekerjaan, terutama

ketika terdapat banyak tugas berbeda yang harus dilakukan. Mereka juga

24

menjelaskan berbagai mekanisme koordinasi untuk memastikan bahwa setiap

orang bekerja secara efektif untuk menuju tujuan yang sama.

Definisi struktur organisasi yaitu mengacu pada pembagian kerja serta

pola koordinasi, komunikasi, alur kerja, dan kekuasaan formal yang

mengarahkan kegiatan suatu organisasi.(McShane / Von Glinow,2010)

Struktur organisasi bukan hanya sekedar bagan diagram organisasi

mengenai laporan karyawan kepada manajer. Struktur Organisasi meliputi

pelaporan yang juga berkaitan dengan desain pekerjaan, arus informasi,

standar kerja dan aturan, dinamika tim, dan hubungan kekuasaan. Seluruh

struktur organisasi memiliki 2 (dua) persyaratan yang mendasar yaitu

pembagian kerja kedalam tugas yang berbeda dan koordinasi kerja sehingga

karyawan dapat mencapai tujuan bersama.

2.2.3.1 Struktur Fungsional (Functional Structure)

Struktur organisasi ini dimana karyawan diorganisir berdasarkan

sekitar pengetahuan yang spesifik atau sumber daya lainnya. Pertumbuhan

organisasi biasanya memperkenalkan struktur fungsional pada beberapa

tingkat hirarki atau beberapa dalam sejarah mereka. Struktur ini untuk

memungkinkan dalam menciptakan suatu departemen dalam berbagai

spesialisasi seperi seni (art), pemrograman (programming), audio (audio),

jaminan kualitas (quality assurance), dan desain (design). (McShane / Von

Glinow, 2010)

25

2.3 Marketing

2.3.1 Definisi Pemasaran

Definisi pemasaran dapat dibagi kedalam 2 (dua) aspek, yaitu aspek

manajerial dan aspek sosial. Definisi Pemasaran dalam aspek manajerial

didefinisikan sebagai “the art of selling products” (seni menjual produk).

Jika diperhatikan lebih lanjut, pemasaran bukanlah penjualan, karena penjulan

hanya sebagian kecil dari pemasaran yang berupa proses perencanaan dan

eksekusi konsep, penentuan harga (pricing), promosi (promotion), dan ide-ide

distribusi (distribution ideas) barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran

yang dapat memuaskan pelanggan dan tujuan suatu perusahaan (Kotler, 2003)

Menurut (Kotler 2003), definisi pemasaran dalam aspek sosial yaitu

prosedur pemasaran yang digunakan dalam masyarakat, dimana seorang

pelaku pemasaran menyebut hal ini sebagai prosedur untuk “memberikan

sebuah standar hidup yang lebih tinggi”. Berdasarkan aspek sosial tersebut,

secara lengkap pemasaran didefenisikan sebagai proses sosial antara individu

maupun kelompok dalam mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya

melalui penciptaan (creating), penawaran (offering), dan kebebasan tukar-

menukar (freely exchanging) produk maupun jasa.

Menurut Hermawan Kertajaya yang merupakan satu pelaku marketing

di Indonesia. Dalam bukunya Rethinking Merketing, beliau mendefiniskian

pemasaran sebagai konsep bisnis strategis yang bertujuan untuk meraih

kepuasan berkelanjutan bagi ketiga stakeholder utama, yaitu konsumen,

26

orang-orang dalam organisasi tersebut dan pemegang saham (Hermawan

Kertajaya, 2004)

2.3.2 Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran adalah analisa, perencanaan, implementasi,

serta pengendalian program-program yang dibuat untuk menciptakan,

membangun, dan memelihara transaksi yang menguntungkan target konsumen

guna mencapai tujuan perusahaan. Manajemen perusahaan meliputi

pengaturan permintaan yang mencakup manajemen hubungan dengan

konsumen. (Kotler dan Amstrong 2010)

Pada saat ini, konsep pemasaran telah bergeser sehingga manajemen

pemasaran tidak lagi hanya bertujuan untuk memperoleh konsumen untuk

mencapai target perusahaan, tetapi juga mengenai permintaan, yang pada

akhirnya mencakup manajemen hubungan dengan konsumen tersebut, karena

permintaan suatu produk dari sebuah perusahaan berasal dari konsumen baru

dan konsumen yang membeli kembali. Maka selain usaha pemasaran untuk

mendapatkan konsumen baru, juga perlu dilakukan usaha untuk membina

hubungan dengan pelanggan yang telah ada untuk hubungan jangka panjang

panjang dengan tujuan untuk membangun loyalitas konsumen.

2.3.3 Definisi Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran terdiri atas analisa, pengembangan strategi dan

penerapannya dalam mengembangkan visi mengenai tingkat ketertarikan

27

pasar terhadap organisasi, strategi pemilihan pasar, pemilihan target market,

dan pengembangan, implementasi, serta pengelolaan program strategi

penempatan (positioning) dan marketing yang didesain untuk menemukan

value (nilai) yang diinginkan oleh konsumen di setiap pasar yang mejadi

target sasaran (Cravens,2006)

Gambar 2.5 Proses Strategi Pemasaran

(Sumber: Cravens, 2006)

Proses strategi pemasaran dimulai dengan strategi menganalisa situasi,

perencanaan strategi pemasaran, pengembangan program pemasaran, dan

penerapan serta pengelolaan strategi pemasaran tersebut. Strategi untuk

menganalisa situasi, yaitu dengan cara mempertimbangkan keadaan pasar

serta menganalisisa pesaing, melakukan segmentasi pasar, serta secara berkala

mempelajari pergerakan keadaan pasar. Kemudian mendesain strategi

pemasaran yang ditujukan untuk menentukan target dan strategi positioning

yang tepat guna berdasarkan target, strategi marketing relationship, serta

perencanaan untuk produk baru. Pengembangan program pemasaran terdiri

28

dari produk, harga, distribusi, dan desain strategi promosi serta penerpannya

agar mendapatkan value (nilai) yang dibutuhkan untuk mememenuhi

keinginan dari target konsumen. Sedangkan penerapan serta pengelolaan

strategi pemasaran mempertimbangkan desain organisasional yang dibarengi

dengan adanya peranan kontrol.

2.3.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran adalah kesatuan alat pemasaran yang taktis serta

terarah dan digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang

diinginkan target market (kotler dan Amstrong, 2001).

Bauran pemasaran terdiri dari segala kemungkinan yang dapat

dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya dan

memasuki peluang dalam pasar. Kemungkinan tersebut dikelompokan

menjadi 4 (empat) kelompok yang dikenal 4P “Four P” yang terdiri dari

Product (Produk), Price (harga), Place (Distribusi) dan Promotion (Promosi).

Gambar 2.6 Marketing Mix

(Sumber: Kotler, 2003)

29

2.3.4.1 Product (Produk)

Product (produk) adalah perpaduan barang dan jasa yang ditawarkan

oleh perusahaan kepada target market. Produk yang ditawarkan dapat berupa

barang, jasa pelayanan, maupun informasi. Beberapa yang harus diperhatikan

dalam product adalah kualitas, manfaat, desain, ukuran dan kemasan.

2.3.4.2 Price (Harga)

Price (harga) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen

untuk memperoleh produk. Price bukan hanya mencakup harga yang tertera

pada barang, tetapi juga mencakup potongan harga (discount), batasan kredit,

kemudahan pembayaran, dan periode pembayaran. Price ditentukan oleh

berbagai faktor, antara lain pangsa pasar, persaingan, identitas produk, dan

nilai (value) yang diterima oleh konsumen dari produk tersebut.

2.3.4.3 Place (Distribusi)

Place (distribusi) tidak hanya mewakili tempat dimana produk tersebut

dapat ditemukan dan diketahui, tetapi juga meliputi aktivitas yang dilakukan

perusahaan agar produk tersebut mudah didapatkan oleh sasaran

konsumennya dan selalu tersedia bagi target market. Place meliputi pemilihan

lokasi, penyediaan, pengangkutan, dan logistik. Bentuk dari place mencakup

physical store (toko nyata) dan virtual store (toko maya).

30

2.3.4.4 Promotion (Pomosi)

Promotion (promosi) adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan untuk mengkomunikasikan kelebihan produk serta mengajak

pelanggan sasaran agar membeli produk. Kegiatan promosi berupa periklanan

(advertising), events, sponsorships, dan sebagainya yang terangkum dalam

IMC (Integrated Marketing Communication).

2.3.5 Merek (Brand)

Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau suatu

kombinasi diantara hal-hal tersebut yang mengidentifikasi suatu produk atau jasa

dari satu penjual atau kelompok penjual sehingga membedakan mereka dari para

pesaing. (Kotler/Armstrong, 2010)

Konsumen melihat merek sebagai bagian penting dari suatu produk

dan merek dapat menambah nilai dari produk itu sendiri. Konsumen

memberikan arti sendiri untuk sebuah merek sehingga terjalin suatu hubungan

antara konsumen dengan merek tersebut. Nama-nama merek membantu

konsumen mengidentifikasi suatu produk yang mungkinakan memberikan

keuntungan kepada mereka.

Merek juga mengatakan sesuatu tentang kualitas suatu produk dan

konsistensi konsumen yang akan selalu membeli merek yang sama dan

memberikan pandangan bahwa mereka akan mendapatkan fitur, manfaat, dan

kualitas yang sama ketika mereka membeli prodak tersebut. Branding akan

pula memberikan beberapa keuntungan terhadap penjual. Nama dari suatu

31

merek akan menjadi dasar dimana dapat membangun suatu cerita tentang

kualitas khusus dari produk. Nama merek sangat penting keberadaanya

sehingga para penjual akan mempatenkan nama merek yang mereka miliki

untuk mencegah kemungkinan adanya peniruan merek oleh pesaing.

2.3.5.1 Ekuitas Merek (Brand equity)

Merek memiliki suatu nilai yang lebih dari sekedar nama dan

simbol. Mereka adalah elemen kunci dalam suatu hubungan perusahaan

dengan konsumen. Merek akan mewakili persepsi konsumen, perasaan

tentang produk dan layanan yang berarti kepada konsumen. Dalam

analisis akhir, merek ada berada dipikiran konsumen. Seorang marketer

mengatakan bahwa “products are created in the factory, but brands are

created in the mind” (produk ini diciptakan di pabrik, namun merek

tercipta di dalam pikiran). ( Kotler / Armstrong, 2010)

Sebuah merek yang kuat akan memiliki ekuitas merek yang tinggi.

Ekuitas merek adalah efek diferensial yang mengetahui nama merek

telah direspon oleh pelanggan untuk produk dan pemasarannya. Hal ini

merupakan suatu ukuran kemampuan merek untuk menangkap preferensi

konsumen dan loyalitas.

2.3.6 Segmenting, Targenting, Positioning

Menurut Kotler (2001), begitu banyaknya jenis konsumen yang

berbeda-beda dengan beragam kebutuhan yang berbeda, maka perusahaan

32

harus membagi seluruh pasar, melakukan pemilihan segmen yang tepat guna,

serta membuat strategi yang tepat untuk melayani pilihan segmen sehingga

menghasilkan laba yang lebih besar dari pesaingnya.

Proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu segmentasi pasar (market

segementing), menetapkan pasar sasaran (market targeting), dan

menempatkan posisi pasar (market positioning).

Gambar 2.7 Segmenting, Targeting, Positioning

(Sumber: Kotler, 2001)

2.3.6.1 Segmentasi Pasar (Market Segmenting)

Segmentasi adalah kegiatan membagi-bagi pasar (konsumen) ke dalam

kelompok yang lebih homogen dengan harapan akan diperoleh respon, seperti

membeli, memakai, menerima, percaya, setia atau sejenisnya. Dalam

prakteknya segmentasi pasar merupakan proses pembagian pasar menjadi

beberapa kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan,

karakteristik, atau perilaku, dan bauran pemasaran yang berbeda. (Kasali,

2003)

Variabel yang mempengaruhi titik central jala itu terbagi dua, yakni :

Segmenting

- Identifikasi variable

segmentasi dan

segmentasi pasar.

- Mengembangkan

bentuk segmen yang

menghasilkan laba.

Targeting

- Evaluasi daya tarik

masing-masing

segmen.

-Memilih segmen

sasaran.

Positioning

-Identifikasi konsep

penetapan

-Memilih,

mengembangkan dan

mengkomunikasikan

konsep penetapan

posisi pilihan.

33

1. Infered Variables, yakni variabel yang dapat diperoleh dengan melakukan

wawancara secara langsung dengan publiknya seperti pertanyaan

mengenai persepsi, sikap dan pengertian. Biasa disebut dengan variabel

kualitatif.

2. Objectives Variables, yakni variabel yang biasa digunakan oleh peneliti

pemasaran untuk melakukan segmentasi. Biasa disebut variabel kuantitatif

dan dapat dibaca melalui data-data statistik seperti data-data

kependudukan.

Berdasarkan kotler (2003), ada tiga variable segmentasi utama, yaitu :

1. Segmentasi Geografis (Geographic segmentation)

Segmentasi yang dilakukan dengan membagi pasar ke dalam beberapa

satuan geografis yang berbeda.

2. Segmentasi Demografis (Demografic segmentation)

Segmentasi yang dilakukan dengan membagi pasar menjadi

kelompok-kelompok berbeda berdasarkan variable-variabel

demografis.

3. Segmentasi Psikografis (Psycographic Segmentation)

Segmentasi yang dilakukan dengan membagi pasar menjadi

kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial,

kepribadian atau nilai.

34

Menurut Kotler (2003), agar segmentasi pasar dapat berperan, maka

segmen pasar tersebut harus memiliki 5 (lima) karakteristik berikut :

1. Measurable

Ukuran segmen, daya beli segmen dan karakteristik segmen harus

dapat diukur.

2. Substantial

Sebuah segmen harus merupakan kesatuan grup homogen yang akan

memiliki kemungkinan untuk memperoleh keuntungan terbesar jika

program dan pemasaran dijalankan pada segmen tersebut.

3. Accessible

Segmen harus dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.

4. Differentiable.

Segmen-segmen tersebut dapat dipisahkan secara konseptual dan

memberikan tanggapan yang berbeda terhadap program dan elemen

bauran pemasaran yang berbeda.

5. Actionable

Program yang dibuat secara efektif harus dapat diterapkan untuk

menarik dan melayani segmen-segmen tersebut.

2.3.6.2 Menetapkan Sasaran Pasar (Market Targeting)

Menetapkan sasaran pasar diawali dengan proses evaluasi daya tarik

dari masing-masing segmen pasar dan memiliki satu atau lebih segmen yang

35

paling memberikan keuntungan untuk dimasuki. Berdasarkan Kotler (2003),

ada lima pola yang dapat digunakan ketika masuk sasaran pasar, yaitu :

Gambar 2.8 Pola Penetapan Pasar Sasaran

(Sumber: Kotler, 2003)

Dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Single-segment concentration

Dengan hanya berkonsentrasi pada satu segmen, sehingga perusahaan

mendapatkan pengetahuan yang kuat terhadap kebutuhan segmen pasar

yang menjadi sasaran dan mendapatkan pola pikir yang kuat dari

konsumen pada segmen tersebut. Pola ini memiliki resiko yang cukup

tinggi yaitu apabila terjadi kejenuhan pada segmen ini, maka perusahaan

menghadapi resiko kehilangan keseluruhan pasar.

36

2. Selective specialization

Pada pola ini perusahaan memilih beberapa segmen yang dianggap paling

menguntungkan. Kelebihan dari pola ini adalah kemampuan perusahaan

untuk mengurangi resiko menjadi lebih besar.

3. Product Specialization

Pola ini menggambarkan perusahaan yang memproduksi satu jenis produk

yang akan dijual pada beberapa segmen.

4. Market Specialization

Pola ini menggambarkan perusahaan yang memproduksi berbagai jenis

produk yang akan dijual pada satu segmen saja. Kelebihan dari pola ini

adalah perusahaan akan mendapatkan reputasi tinggi dari konsumen pada

target segmen yang dimasuki.

5. Full Market Coverage

Pada pola ini, perusahaan berusaha untuk mencakup keseluruhan pasar

yang ada dengan memenuhi kebutuhan konsumen dengan produk yang

berbeda di setiap segmen pada keseluruhan pasar.

2.3.6.3 Menempatkan Posisi Pasar (Market Positioning)

Menempatkan posisi pasar adalah kegiatan perusahaan untuk

meletakan sebuah produk agar mendapatkan tempat yang jelas, dapat

dibedakan, serta lebih diharapkan daripada produk pesaing dalam benak

sasaran konsumen sehingga akan memberikan manfaat yang sangat besar

didalam sasaran pasarnya

37

Menurut Kotler (2003), sebuah perusahaan harus menghindari 4

(empat) kesalahan utama dalam menempatkan posisi pasar, yaitu :

1. Underpositioning

Penempatan posisi yang terlalu rendah sehingga menyebabkan konsumen

hanya memiliki gambaran produk yang dangkal. Akibat dari posisi ini

adalah konsumen tidak memberikan responnya pada produk dan

kemungkinan tidak akan menkongsumsinya.

2. Overpositioning

Penempatan posisi yang terlalu tinggi untuk sebuah produk yang akan

mengakibatkan timbulnya persepsi salah pada suatu harga produk

sehingga konsumen enggan untuk membeli karena menganggap harga

terlalu tinggi.

3. Confused Positioning

Penempatan posisi yang membingungkan yang diakibatkan karena

perusahaan yang terlalu sering mengganti posisi pasarnya sehingga

menyebabkan konsumen gagal untuk mendapatkan gambaran produk

secara keseluruhan.

4. Doubtful Positioning

Penempatan posisi produk yang meragukan sehingga mengakibatkan

timbulnya ketidakpercayaan konsumen yang timbul karena produk

tersebut.

38

2.4 Strategic

2.4.1 Pengertian Strategi

Strategi merupakan alat untuk mencapai suatu sasaran jangka panjang.

Dalam perkembangannya, konsep mengenal strategi terus berkembang sesuai

kemajuan dunia. Memahami strategi sering kali terasa tidak mudah, karena

setiap literatur memberikan definisi yang berbeda dan sampai saat ini tidak

ada definisi yang baku. Beberapa di antara definisi-definisi tersebut adalah :

(Tripono dan Udan, 2005).

2.4.2 Definisi Strategi

Strategi adalah kerangka atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-

tujuan, kebijakan-kebijakan dan tindakan-tindakan atau program organisasi.

Dapat juga didefinisikan bawa strategi adalah rencana tentang apa yang ingin

dicapai atau hendak menjadi apa suatu organisasi di masa depan (arah) dan

bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut (rute). Sehingga

dengan adanya strategi akan tercipta suatu pola tindakan dan alokasi sumber

daya yang dirancang untuk mencapai tujuan organisasi.

Strategi memiliki banyak definisi, untuk memperjelas definisi strategi

sebagian orang mencoba membedakan antara strategi dan taktik, yaitu strategi

sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan jangka panjang, sedangkan taktik

tersebut sebagai cara-cara untuk mencapai jangka pendek.

39

Berdasarkan pengamatan, proses paling krusial pada saat perumusan

strategi adalah pada saat merumuskan alternatif dan menentukan pilihan

tujuan atau cara, yang artinya strategi yang baik harus dihasilkan dari proses

memilih alternatif-alternatif yang ada (alternatif harus lebih dari satu).

Seringkali alternatif-alternatif yang tidak ikut terekomendasikan dalam

rumusan strategi, padahal strategi terpilih akan jauh lebih bermakna bila

alternatif-alternatif yang tidak terpilih juga direkomendasikan untuk

mempermudah dalam menafsirkan rumusan strategi pilihan.

Dengan demikian, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa :

“strategi adalah pilihan tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi dimasa

depan (arah) dan bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut

(rute).”

2.4.3 Strategi Korporat

Sering dijumpai sebuah organisasi memiliki lebih dari satu unit bisnis

atau unit kegiatan. Bisnis-bisnis yang digeluti organisasi tersebut mungkin

semuanya ditunjukan untuk mengejar keuntungan (profit oriented) atau

mungkin semuanya ditujukan untuk kegiatan sosial (non profit/social

oriented) atau gabungan keduanya, yaitu sebuah organisasi memiliki beberapa

bisnis yang bersifat “profit oriented” dan beberapa bisnis yang bersifat “non

oriented/social” (Fred. R David, 2002)

40

2.5 Teori Managemen Operasional

2.5.1 Definisi Teori Antrian

Antrian merupakan situasi menunggu untuk mendapatkan jasa

pelayanan. Dalam “Operations Management for Competitive Advantage”,

(Chase, Jacobs & Aquilano, 2004), teori antrian adalah sebuah ilmu

pengetahuan mengenai antrian. Antrian merupakan sekumpulan orang atau

barang dalam barisan yang menunggu untuk sebuah pelayanan. Dari definisi

yang telah tertera diatas dapat diambil kesimpulan bahwa antrian adalah suatu

proses yang berhubungan dengan kedatangan sejumlah pelanggan untuk

mendapatkan suatu fasilitas pelayanan, kemudian proses pelanggan tersebut

menunggu dalam sebuah antrian, dan terakhir adalah pelanggan meninggalkan

fasilitas pelayanan tersebut. Sehingga, secara lebih singkat lagi, teori antrian

adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian-antrian atau baris

penungguan.

2.5.1.1 Komponen Sistem Antrian

Dalam buku “Operations Management for Competitive Advantage”,

(Chase, Jacobs & Aquilano, 2004), sistem antrian terdiri dari tiga komponen

yaitu:

41

Gambar 2.9 Komponen Sistem Antrian

(Sumber: “Operations Management for Competitive Advantage”, (Chase, Jacobs & Aquilano, 2004)

1. Kedatangan pelanggan dan distribusi kedatangan

Dari sumber populasi dan cara kedatangan pelanggan dan pola cara

kedatangan pelanggan dalam sistem terbagi menjadi dua karakteristik, yaitu:

A. Ukuran populasi

a. Populasi terbatas

Populasi terbatas merupakan sebuah antrian ketika hanya ada

pengguna pelayanan yang potensial dengan jumlah yang

terbatas.

b. Populasi tidak terbatas

Populasi tidak terbatas merupakan sebuah antrian dengan

jumlah kedatangan pelanggan yang didalamnya memiliki

sedikit jumlah pelanggan yang potensial dalam kurun periode

waktu tertentu.

42

B. Pola kedatangan

a. Kedatangan konstan

Waktu kedatangan pelanggan secara konstan dalam setiap

periode waktu tertentu.

b. Kedatangan variabel (acak)

Waktu kedatangan pelanggan secara acak setiap periode waktu

tertentu.

C. Besar jumlah kedatangan

a. Kedatangan tunggal

Kedatangan pelanggan satu per satu atau dalam satu unit.

b. Kedatangan kelompok

Kedatangan pelanggan dalam jumlah lebih sari satu unit.

D. Tingkat kesabaran

a. Kedatangan sabar

Pelanggan yang sabar menunggu dalam antrian sampai

dilayani dan tidak berpindah garis antrian.

b. Kedatangan tidak sabar

Terdapat dua kerekteristik pelanggan yang tidak sabar, yaitu:

o Balking yaitu pelanggan yang menolak tidak ikut dalam

antrian karena merasa lamanya waktu yang dibutuhkan

mengantri tidak cocok dengan waktu yang mereka

miliki.

43

o Reneging yaitu pelanggan sudah masuk dalam antrian

dan membatalkan sebab tidak sabar karena waktu antri

yang menurut mereka terlalu lama.

2. Faktor komponen sistem antrian

Faktor yang mempengaruhi komponen sistem antrian adalah sebaga berikut:

A. Panjang

Terdapat dua macam jenis panjang antrian untuk mencapai pelayan

jasa yang disediakan yaitu: kapasitas panjang tidak terbatas (infinite

line capacity) yang merupakan antrian yang panjangnya tak terjangkau

sehingga harus mengambil tempat-tempat umum untuk melanjutkan

bentuk antrian, dan kapasitas panjang terbatas (limited line capacity)

yang merupakan area yang tidak dirancang untuk antrian panjang

sehingga menerapkan sistem peletakan transaksi pelayanann jasa

dalam jumlah yang banyak.

B. Baris

Terdapat dua jenis baris dalam jalur antrian yaitu: jalur tunggal dan

jalur berganda.

C. Disiplin

Antrian yang mengacu pada peraturan pelayanan yang ada dalam

barisan untuk menerima pelayanan. Disiplin antrian terdapat empat

jenis yaitu:

a. First Come First Serve (FCFS)

44

Disiplin antrian yang mendahulukan melayani pelanggan

sesuai urutan yang datang pertama.

b. Last Come First Serve (LCFS)

Disiplin antrian yang mendahulukan melayani pelanggan yang

datang terakhir.

c. Shortest Operation Times (SOT)

Disiplin antrian yang mendahulukan melayani pelanggan yang

membutuhkan waktu pelayanan tersingkat.

d. Service In Random Order (SIRO)

Disiplin antrian yang melayani pelanggang secara acak tidak

mempedulikan urutan antrian.

D. Fasilitas pelayanan

Karakteristik fasilitas pelayanan sangat penting dan dibagi menjadi

dua yaitu:

Desain sistem pelayanan

o Jalur Tunggal

Sistem jalur tunggal, satu tahap

Struktur yang sederhana untuk distribusi

kedatangan dan pelayanan standar. Contoh:

tukang pangkas rambut.

Sistem jalur tunggal, tahap berganda

45

Struktur dimana pelanggan menerima pelayanan

dari satu pusat yang kemudian keluar dari

sistem. Contoh: pencucian mobil, McDonald.

Sistem tunggal dan berganda

o Jalur Berganda

Sistem Jalur Berganda, Satu Tahap

Sistem pelayanan dengan saluran tunggal yang

menawarkan beberapa loket pelayanan. Contoh:

Bank, loket tiket.

Sistem Jalur Berganda, Tahap Berganda

Sistem pelayanan dimana pelanggan menerima

pelayanan dari beberapa loket layanan sebeum

meninggalkan sistem.

46

Gambar 2.10 Struktur Antri

(Sumber: “Operations Management for Competitive Advantage”, Chase, Jacobs & Aquilano, 2004),

Distribusi waktu pelayanan

o Konstan

Waktu proses pelayanan untuk melayani setiap

pelanggan sama. Contoh: cuci mobil otomatis.

o Acak

Waktu proses pelayanan untuk melayani setiap

pelanggan berbeda-beda. Contoh: pelayanan customer

service di bank.

47

3. Pelanggan Meninggalkan Sistem (Exit)

Setelah pelanggan selesai menerima pelayanan, terdapat dua kemungkinan

keluar yaitu:

A. Kembali ke populasi

Setelah selesai menerima pelayanan pelanggan kembali ke asal

populasi.

B. Kembali untuk reservice

Setelah selesai menerima pelayanan pelanggan kembali lagi untuk

mendapatkan pelayanan karena kebutuhan.

2.5.2 Strategi Bisnis Pelayanan

2.5.2.1 Pengertian Bisnis Pelayanan

Dalam buku “Operations Management for Competitive

Advantage”, (Chase, Jacobs & Aquilano, 2004), melihat adanya

pandangan bahwa servis adalah berparalel dengan tingkat kualitas

sebab jasa merupakan intangible goods yang tidak dapat dilihat dengan

panca idera mata. Pelanggan adalah fokus utama untuk segala

pertimbangan keputusan dan aksi dalam sebuah bisnis yang bergerak

dalam bidang servis (jasa). Dilihat dari The Service Triangle yang

tertera dibawah, pelanggan adalah kunci utama maka dari itu peletakan

pelanggan pun berada di tengah yang berarti merupakan sumber fokus

untuk strategi strategi pelayanan (Service strategy), sistemnya (support

system) dan para pekerja pelayan servis (employee).

48

Gambar 2.11 The Service Triangle

(Sumber: “Operations Management for Competitive Advantage”, Chase, Jacobs & Aquilano, 2004),

2.5.2.2 Komponen Bisnis Pelayanan

Pengoperasian bisnis pelayanan jasa dikategorikan menjadi dua

sesuai dengan tingkat interaksi yang terjadi dengan pelanggan, yaitu

ingkat kontak yang tinggi dengan pelanggan dan tingkat kontak yang

rendah dengan pelanggan. Selain itu, merancang sebuah organisasi

atau bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa membutuhkan

empat faktor dasar untuk mencapai tujuan jenis pelayanan yang

meliputi:

1. Identifikasi pelanggan

2. Konsep pelayanan

3. Strategi pelayanan

4. Service delivery system

49

Dalam bisnis, persaingan antara indutri yang bergerak dalam

bidang pelayanan jasa mengejar prioritas tingkat performa jasa yang

meliputi faktor-faktor penting seperti:

1. Pelayanan terhadap pelanggan dalam membantu dan keramahan.

2. Kecepatan dan efektifitas pelaksanaan (service delivery).

3. Harga dari jasa.

4. Banyaknya keragaman jenis jasa yang ditawarkan.

5. Kualitas jasa.

6. Keunikan keahlian yang ditawarkan dalam pelayanan jasa.

Faktor-faktor yang telah disebukan merupakan inti dari sebuah

arus proses pelayanan yang akan berlangsung. Oleh karena itu, arus

proses pelayanan harus memiliki sistem. Arus prosedur dalam sebuah

bisnis umum disebut flow-chart, dan dalam bisnis pelayanan terdapat

hal serupa di disebut Service Blueprint. Service Blueprint merupakan

sebuah flow-chart yang mendeskripsikan alur prosedur dalam proses

pelayanan jasa dan merupakan sebuah perangkat yang

menggambarkan proses sebuah pelayanan, titik kontak pelanggan

dengan pelanggan dan bukti dari pelayanan yang dilihat pelanggan.

Service Blueprint berfungsi untuk melihat dan mengendalikan proses

pelayanan jasa supaya dapat mengidentifikasikan dimana letak

kemungkinan terjadinya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan

sehingga dapat menghasilkan standar servis dalam layanan.

50

Sistem antisipasi untuk mencegah beragam kesalahan demi

keselamatan pengguna disebut poka-yokes (dalam Bahasa Jepang yang

berarti “mengelak kesalahan”). Contohnya adalah alarm yang

berbunyo pada mesin ATM saat pengguna lupa untuk mengambil

kembali kartu dalam bibir mesin. Berikut adalah contoh Service Blue-

Print pada operasional servis mobil.

Gambar 2.12 Service Blue-Print dan Fail-saving dalam operasional servis mobil

(Sumber: “Operations Management for Competitive Advantage”, Chase, Jacobs & Aquilano, 2004),

Selain itu, terdapat 3 (tiga model) pendekatan yang dapat

dilakukan oleh sebuah bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan,

yaitu:

1. The product-line approach

Menurut Theodore Levitt dalam buku “Operations Management

for Competitive Advantage”,(Chase, Jacobs & Aquilano, 2004),

nilai (value) yang terdapat adalah menyelesaikan masalah yang

pada umumnya terdapat dapat konsep penyajian pelayanan.

51

Pelayanan jasa mengimplementasikan subordinasi kepada server

yang dilayani, sedangkan cara penyajian pelayanan industri

manufaktur mengatasi masalah tersebut karena fokus utamanya

produk berbentuk barang bukan orang.

2. The self-service approach

Menurut C.H. Lovelock dan R.F. Young dalam buku “Operations

Management for Competitive Advantage”, (Chase, Jacobs &

Aquilano, 2004), proses pelayanan dapat dikembangkan dengan

melibatkan peran pelanggan untuk meningkatkan produksi layanan

jasa.

3. The personal-attention approach

Penyajian jasa yang melibatkan interaksi secara individual antara

personil pelayanan jasa dan pelanggan. Model ini membangun

relasi dengan pelanggan dan melayani pelanggan secara spesifik

dan unik secara indiviual untuk memenuhi setiap kebutuhan

pelanggan.

Kesuksesan taman bermain Disneyland yaitu karena

keunikannya dalam menyediakan sebuah servis yang ditawarkan

adalah nilai (value) lebih yang membuatnya berbeda dan menonjol

dibandingkan dengan para pesaingnya. Seperti yang terjadi dalam

52

taman bermain Disneyland yang saat ini namanya sudah diketahui

diseluruh dunia. Disneyland merupakan sebuah contoh kesuksesan

yang bisa dijadikan contoh dalam bisnis entertainment khususnya

dengan terget pengguna anak-anak. Kesuksesan yang diraih oleh

Disneyland adalah dari faktor-faktor penting yang berpengaruh

sebagai berikut : (Christopher Kirkman, Yale School of Management,

2001)

1. Diversifikasi (Diversification)

“However, Disney distinguishes itself by its fundamental

understanding and usage of this concept throughout its

diversifications efforts.”

Walt Disney berhasil mengaplikasikan sebuah perbedaan dalam

taman bermainnya dibandingkan dengan tema taman bermain

lainnya pada saat itu. Disneyland menghadirkan sebuah taman

bermain yang mengajak untuk merasakan masuk dalam sebuah

dunia magic dalam imajinasi. Diversifikasi yang diaplikasikan

dalam tema wahana taman bermain saat itu sangat kuat konsep

“The Magic Kingdom”. Disneyland berhasil membuat image

magic dalam setiap wahana, permainan, tema sampai tokoh-

tokohnya.

53

2. Kendali (Control)

“In addition, Disney lobbied to have control of the facilities that

supplied Disneyland, normally a civic responsibility.”

Kesuksesan Disneyland ternyata dikarenakan faktor

pengendalian yang kuat dalam segala operasionalnya.

Disneyland menaruh disiplin yang sangat tinggi dalam peraturan

dan regulasi pekerjanya. Selain itu, Disney mengambil kendali

dalam berbagai fasilitas yang mendukung Disneyland yang

seharusnya kewajiban peraturan sipil.

3. Kepemimpinan (Leadership)

“One of the keys to Disney’s early success, similar to the

successes of Southwest or Wal-Mart, was consistent leadership.”

Berawal dari suksesnya kepemimpinan yang diterapkan oleh

Walt Disney adalah inovasi kepemimpinan. Kepemmpinan yang

konsisten mengalir terus dalam perusahaan. Kesuksesan

managemen dari Disneyland adalah pemahaman bahwa Walt

Disney menyentuh setiap pegawai yang bekerja dalam perusahan

tersebut dengan spirit.

Tiga faktor tersebut akan diaplikasikan dalam Candy Land untuk

membangun kesuksesan seperti yang telah dijalankan oleh taman

bermain Disneyland.

54

2.6 Teori Financial

2.6.1 Income Statement

Pengertian income statement dalam buku “Financial Management: Principles and

Applications”, (Kimmel, Weygandt, Jerry & Kieso, 2007), adalah mengukur besarnya

keuntungan yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan dalam jangka waktu periode

tertentu. Rumus untuk income statement adalah:

Sales – Expenses = Profits

Gambar 2.13 Income Statement

(Sumber: “Financial Accounting: Tools for Business Decision Making”, Kimmel, Weygandt, Jerry &

Kieso, 2007)

Laporan income statement erat kaitannya dengan lima aktivitas

finansial yang menggerakkan profit sebuah perusahaan, yaitu meliputi:

1. Revenue adalah uang hasil penjualan dari produk atau jasa yang

ditawarkan oleh sebuh perusahaan.

2. Cost of Goods Sold (COGS) merupakan biaya pengeluaran untuk

sebuah produk atau jasa yang akan dijual.

55

3. Operating expenses adalah pengeluaran yang berkaitan dengan

berbagai tindakan operasional meliputi pemasaran, distribusi maupun

administrasi produk atau jasa yang akan dijual.

4. Financial cost adalah pengeluaran yang berkaitan dengan pembayaran

bunga (interest) kepada kreditor dan pembayaran dividen kepada pada

pemegang saham (stockholders).

5. Tax expenses adalah pengeluaran yang berkaitan dengan pajak

berdasarkan penghasilan yang dihasilkan perusahaan.

2.6.2 Balance Sheet

Pengerti balance sheet dalam buku “Financial Management:

Principles and Applications”, (Kimmel, Weygandt, Jerry & Kieso, 2007),

adalah laporan finansial keadaan atau posisi finansial sebuah perusahaan pada

waktu yang sangat spesifik yaitu pada sebuah tanggal, memperlihatkan

keadaan asset, liabilities, dan own-supplied capital. Rumus untuk balance

sheet adalah:

Total Assets = Outstanding Debt + Shareholders’ Equity

56

Gambar 2.14 Balance Sheet

(Sumber: “Financial Accounting: Tools for Business Decision Making”, Kimmel, Weygandt, Jerry &

Kieso, 2007),

Dalam balance sheet, aset sebuah perusahaan dikategorikan menjadi

tiga jenis.

1. Current Asset

Menurut definisi dari buku “Financial Accounting: Tools for Business

Decision Making”, (Kimmel, Weygandt, Jerry & Kieso, 2007),

current asset merupakan aset sebuah perusahaan yang diekspektasikan

dirubah menjadi cash atau terpakai dalam kurun periode satu tahun.

Current asset meliputi Cash, Account Receivable, Inventorydan

Prepaid expenses.

57

2. Fixed Asset

Fexed asset meliputi mesin dan peralatan, bangunan, serta property.

3. Other Asset

Asset lainnya merupakan semua asset yang tidak tergolongkan dalam

current asset maupun fixed asset, contohnya seperti intangible asset

berupa hak patent, copyrights atau goodwill.

2.6.3 Financial Forecasting

Financial forecasting atau perencanaan finansial menurut buku

“Financial Management: Principles and Applications”, (Kimmel, Weygandt,

Jerry & Kieso, 2007), digunakan untuk menentukan kebutuhan finansial

sebuah perusahaan untuk masa yang akan datang. Perencanaan secara benar

berarti menyiapkan segala sesuatu serta bentuk antisipasi untuk siap

menghadapi berbagai keadaan. Terdapat tiga langkah dasar untuk membuat

sebuah perencanaan finansial, yaitu:

1. Proyeksikan sales revenue dan pengeluaran perusahaan dalam jangka

periode yang direncanakan.

2. Estimasi level investasi dalam current asset dan fixed asset yang

dibutuhkan untuk mendukung proyeksi penjualan.

3. Determinasikan kebutuhan finansial perusahaan dalam periode proses

perencanaan.

58

Metode Percent of Sales of Financial Forecasting merupakan metode

yang umum digunakan untuk membuat sebuah proyeksi finansial. Metode

tersebut melibatkan tingkat pengeluaran, aset, atau liability untuk masa

periode kedepan sebagai dasar persentasi dari perencanaan sales. Persentase

yang digunakan dapat diambil dari laporan finansial terbaru sebagai persentasi

current sales atau dari perhitungan rata-rata dalam jangka periode beberapa

tahun.

2.6.4 Break-Event Point

Model Break-Event Point (BEP) merupakan adaptasi sederhana dari

income statement sebuah perusahaan yang diekspresikan dengan format

analisa sebagai berikut;

Sales – (Total Variable Cost + Total Fixed Cost) = Profit

Untuk dasar produksi, merupakan keharusan untuk mengenalkan harga

jual setiap unit dan output variable cost per unit. “Profit” dalam BEP

dinyatakan sebagai EBIT. BEP dapat dikalkulasi dengan menyatakan bahwa

EBIT menjadi nol. Rumusnya adalah sebagai berikut:

(Sales Price per Unit)(Unit Sales) - (Variable Cost per Unit)(Unit Sold)

+ (Total Fixed Cost) = EBIT = $0

59

2.7 Five Forces Model

Analisis ini dikemukan oleh Michael E. Porter. Five Forces Model Porter

adalah strategi bisnis yang digunakan untuk melakukan analisis dari sebuah struktur

industry. Analisis tersebut dibuat berdasarkan 5 kekuatan kompetitif yaitu:

1. Masuknya kompetitor. Bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk

kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada

2. Ancaman produk atau jasa pengganti. Cara mudah masuknya produk atau

jasa yang dapat menjadi alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada,

khususnya yang dibuat dengan biaya lebih murah.

3. Daya tawar dari pembeli. Bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli

mempunyai kekuatan untuk menentukan kemana dia akan melakukan

transaksi.

4. Daya tawar dari supplier. Bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada

banyak supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi mereka

memonopoli supply barang.

5. Persaingan di antara pemain yang sudah ada. Bagaimana kuatnya

persaingan diantara pemain yang sudah ada.Apaka ada pemain yang sangat

dominan atau semuanya sama.

Kadang ditambahkan kekuatan kompetitif yang ke-enam yaitu:

6. Pemerintah

60

Gambar 2.15 The Five Forces Model

Five Forces Model Porter merupakan salah satu yang paling sering digunakan dalam

strategi bisnis. Model ini telah banyak digunakan dalam berbagai macam kesempatan.

Model Porter ini sangat kuat baik dari dalam maupun luar industri.

Mari kita bahas hal-hal yang mempengaruhi kelima kekuatan tadi:

a. Ancaman kompetitor baru tergantung pada:

Skala ekonomis.

61

Modal untuk investasi.

Akses untuk distribusi.

Akses ke teknologi.

Brand loyalty, apakah pelanggan setia dengan brand tertentu

Peraturan Pemerintah.

b. Ancaman dari produk, jasa pengganti tergantung pada:

Kualitas, Apakah kualitas pengganti tersebut lebih baik atau tidak?

Keinginan pembeli untuk beralih ke produk jasa pengganti

Harga dan performa dari produk jasa pengganti

Biaya untuk beralih ke produk jasa pengganti. Apakah mudah untuk

mengubah ke produk lain.

c. Daya tawar dari pembeli, tergantung pada:

Konsentrasi dari pembeli, apakah ada pembeli yang dominan atau banyaknya

penjual.

Diferensiasi dari produk, apakah produk tersebut standar atau tidak.

Profitabilitas pembeli.

Kualitas dari produk dan servis.

Perpindahan biaya, seberapa mudah pembeli untuk beralih ke pemasok lain

62

d. Daya tawar dari supplier tergantung pada:

Konsentrasi dari supplier, apakah banyak pembeli dan sedikit supplier

Brand, apakah brand supplier tersebut sudah kuat ?

Profitabilitas Supplier.

Pemasok masuk ke dalam industri contoh produsen mengatur sendiri gerai

ritelnya.

Pembeli tidak berpindah ke supplier yang lain.

Kualitas dari produk dan servis.

Perpindahan biaya, seberapa mudah pemasok untuk mencari pelanggan baru.

e. Persaingan di antara pemain yang sudah ada tergantung pada:

Struktur dari kompetisi, persaingan akan semakin hebat apabila terdapat

banyak industri kecil atau memiliki ukuran yang sama antar kompetitor.

Sebaliknya apabila industri telah memiliki pemimpin pasar maka persaingan

akan sedikit.

Struktur dari biaya di industri. Industri yang memiliki biaya yang tinggi akan

mendorong kompetitor untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih

murah.

Tingkat diferensiasi produk. Industri yang produknya adalah komoditas

biasanya akan memiliki persaingan yang besar.

Perpindahan biaya. Persaingan akan berkurang apabila pembeli telah beralih

ke biaya tinggi.

63

Tujuan strategis, Jika kompetitor mengejar pertumbuhan dengan agresif maka

persaingan akan semakin besar

Ketika hambatan utk meninggalkan industri semakin tinggi maka persaingan

akan semakin besar.

Manfaat dari Five Forces Model Porter :

Model ini merupakan alat yang kuat untuk analisis kompetitif di tingkat

industri

Memberikan input yang berguna untuk melakukan Analisis SWOT

2.8 Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,

Threat)

Analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik. Dengan

menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan

ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara

terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana

apa yang bias dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.

Outline Proses Rinci Kerangka SWOT – sebuah matrix dua kali dua – sebaiknya

dikerjakan dalam suatu kelompok yang terdiri dari anggota kunci tim atau organisasi.

Pertama, penting untuk diketahui dengan jelas tentang apa tujuan perubahan kunci,

dan terhadap tim atau organisasi apa analisis SWOT akan dilakukan. Setelah

pertanyaan-pertanyaan ini dijelaskan dan disepakati, mulailah dengan brainstorming

64

gagasan, dan kemudian setelah itu dipertajam dan diperjelas dalam diskusi. Perkiraan

mengenai kapasitas internal dapat membantu mengidentifikasi dimana posisi sebuah

proyek atau organisasi saat ini: sumberdaya yang dapat segera dimanfaatkan dan

masalah yang belum juga dapat diselesaikan. Dengan melakukan hal ini kita dapat

mengidentifikasi dimana/kapan sumberdaya baru, keterampilan atau mitra baru akan

dibutuhkan. Bila berpikir tentang kekuatan, perlu memikirkan tentang contoh-contoh

keberhasilan yang nyata dan apa penjelasannya.

Dalam mengukur korporat/perusahaan maka manajemen perlu memonitor

lingkungan internal perusahaan dan lingkungan eksternal. SWOT adalah akronim dari

Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats yang merupakan faktor-faktor

strategic dalam organisasi. (Fred R. David, 2001)

1. Strenght & Weaknesses (Kekuatan dan Kelemahan)

Kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, merupakan suatu hal yang

dapat dikendalikan oleh perusahaan itu sendiri. Analisa kekuatan internal dan

eksternal perusahaan, merupakan analisa yang dilakukan terhadap seluruh

bagian perusahaan. Dengan adanya analisis ini, perusahaan diharapkan dapat

meningkatkan keuntungan yang dihasilkan dari kekuatan internal perusahaan

dan memperbaiki kelemahan yang ada didalam perusahaannya.

2. Opportunities & Threats (Peluang dan Ancaman)

Peluang dan ancaman berasal dari luar perusahaan, biasanya mengacau

kepada ekonomi secara makro, hukum, perubahan pada teknologi serta tren

persaingan usaha dimasa yang akan datang. Dengan adanya analisa peluang

65

dan ancaman ini, diharapkan perusahaan mampu meningkatkan keuntungan

dari adanya peluang usaha serta meredam resiko dari adanya ancaman usaha

yang dilihatnya.

2.9 Edukasi

Edukasi adalah penambahan pengetahuan seseorang melalui teknik praktik

belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata,

dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif

memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Himle, 1996 dala, Suliha,

2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi

orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar

terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008).

2.9.1 Petualangan (Adventure)

Petualangan didefinisikan sebagai pengalaman yang menarik atau

tidak biasa, tetapi juga mungkin cukup berisiko dalam melakukan sesuatu hal

untuk medapatkan hasil yang tak pasti. Istilah ini sering digunakan untuk

merujuk kepada kegiatan dengan beberapa potensi bahaya fisik, seperti terjun

payung, mendaki gunung atau berpartisipasi dalam olahraga ekstrim.

Bagi sebagian orang petualangan menjadi pengejaran utama di dalam

dan dari dirinya sendiri (Andre Malrauk, kondisi la nya humaine, 1993).

Kegiatan petualangan biasanya dilakukan untuk tujuan rekreasi atau

66

kegembiraan, misalnya seperti petualangan balap dan wisata petualangan.

Kegiatan petualangan juga dapat menyebabkan keuntungan daa pengetahuan,

seperti yang dilakukan oleh penjelajah dan perintis. Petualangan beredukasi

menggunakan pengalaman yang menantang untuk belajar.

Seorang petualang adalah orang yang mendasarkan gaya hidupnya

atau kekayaan mereka pada tindakan-tindakan petualangan. Dalam buku-buku

komik seperti “Buku panduan resmi dari Marvel Universe” yang “petualang”

digunakan sebagai sinonim untuk “super-hero” ketika pendudukan daftar

karakter. Sedangkan dalam peran bermain Game, para karakter pemain sering

petualang profesional yang mendapatkan kekayaan dan ketenaran dengan

petualangannya, seperti melakukan misi berbahaya, menjelajahi reruntuhan

dan membunuh lawan/monster. Stereotip ini cukup kuat bahwa petualang

sering dapat digunakan sebagai sinonim untuk karakter pemain.

2.9.2 Innovasi dan Kreativitas

2.9.2.1 Definisi Inovasi dan Kreativitas

Inovasi adalah suatu proses untuk mengubah kesempatan

menjadi ide yang dapat dipasarkan. Inovasi merupakan fungsi utama

dalam proses kewirausahawan. Peter. F Drucker (dalam bukunya

“Innovation and Entrepreneurship” mengatakan inovasi memiliki

fungsi yang khas bagi wirausahawan.

Menyadari fungsi kreatifitas dalam proses inovasi merupakan

hal yang penting dalam menemukan sebuah strategi yang tepat. Kreatif

67

adalah pembangkitan ide yang menghasilkan penyempurnaan

efektifitas dan efisien suatu sistem.

Kreativitas adalah suatu proses yang dapat dikembangkan dan

ditingkatkan oleh setiap orang pada tingkat tertentu. Tetapi orang

mempunyai kemampuan dan bakat dalam bidang tertentu menjadi

lebih kreatif daripada orang lain. Tipe-tipe Inovasi dapat berupa:

Menghemat modal (capital saving)

Menghemat tenaga kerja (labor saving)

Atau dapat pula bersifat netral dipandang dari sudut kedua

macam input tersebut:

Inovasi dapat pula dipandang dari sudut permintaan dan biaya.

Ada inovasi yang memerlukan biaya.

Ada pula inovasi yang meningkatkan permintaan.

Dengan menggabungkan kreativitas dan inovasi akan tercipta

suatu perencanaan strategis yang tepat bagi perusahaan untuk

menambah daya saing dan meraih pasar yang lebih besar.

2.10 Key Performance Indicator

Key Performance Indicator (KPI) adalah indikator kinerja organisasi.

Keunggulan KPI dibandingkan dengan indikator-indikator kinerja lainnya, adalah

bahwa KPI merupakan indikator kunci yang benar-benar mampu mempresentasikan

kinerja organisasi secara keseluruhan. Jumlah indikator kinerja yang dipilih sebagai

68

KPI ini biasanya tidak banyak, akan tetapi hasil pengukuran melalui indikator

tersebut dapat digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan organisasi dalam

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

KPI dapat berbentuk ukuran kuantitatif atau kualitatif. Namun sebagaian besar

KPI berupa ukuran kuantitatif karena ukuran kuantitatif relatif lebih mudah

digunakan dalam proses penggalian data maupun pada saat pengukuran dan evaluasi.

Sedangkan untuk ukuran kualitatif memerlukan survey atau kegiatan penelitian

sebagai upaya untuk memperoleh data kinerja yang diperlukan. Proses penggalian

data untuk ukuran kualitatif ini seringkali memerlukan waktu dan biaya yang tidak

sedikit. Pemilihan terhadap bentuk KPI tergantung pada kebutuhan dan karakter

organisasi. Adapun pertimbangan utama yang harus menjadi dasar dalam

pemilihannya adalah bahwa indikator tersebut dapat diukur (measurable).

KPI juga harus memiliki sejumlah criteria meliputi “SMART” yaitu:

1. Scientific

KPI harus bersifat khusus, unik dalam merefleksikan tujuan-tujuan

perusahaan. Setiap perusahaan berbeda KPI dengan perusahaan lainnya.

2. Measurable

Indikator suatu kinerja tidak akan berjalan secara objektif bila tidak dapat

diukur tingkat keberhasilannya. Measurable juga harus menunjukkan

indikasi tingkat keberhasilan dengan value (nilai) seperti: sangat bagus,

bagus, kurang, atau tidak bagus.

3. Achievable

69

Faktor penting dalam mengidentifikasi efektivitas KPI. Bahwa target-

target yang dituliskan dapat dicapai oleh masing-masing individu dalam

perusahaan tersebut.

4. Reliable

Dapat diandalkan. Artinya, KPI yang dibuat haruslah esensial bagi

perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuannya.

5. Time Bond

Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah menetapkan perhitungan

target periode atau waktu yang dapat menjadi acuan kinerja. Satuan waktu

yang dapat digunakan bisa per hari atau jam atau bulan atau per tanggal.

Adapun criteria lain dapatdipenuhi oleh KPI yang kemudian dirumuskannya

dalam akronim “CREAM”. Kriteria tersebut meliputi:

1. Clear

KPI jelas dan tidak memiliki makna ganda.

2. Relevant

Mencukupi untuk pencapaian tujuan, atau menangani aspek-aspek obyektif

yang relevan.

3. Economic

Data atau informasi yang diperlukan akan dapat dikumpulkan, diolah, dan

dianalisis dengan biaya yang tersedia,

4. Adequate

70

Oleh dirinya sendiri atau melalui kombinasi dengan yang lain, pengukuran

harus menyediakan dasar yang mencukupi untuk menaksir kinerja.

5. Monitorable

Indikator harus dapat diterima bagi penilai atau evaluator kinerja yang

independent.