BAB II LANDASAN TEORI -...

46
13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengelolaan Pengelolaan atau manajemen memiliki pengertian sangat luas dan beragam. Beberapa ahli dalam bidang ini mendefinisikan dan merumuskannya menurut pandangan sendiri. Sudjana (2000:17) mengemukakan bahwa: Manajemen atau pengelolaan adalah merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorgani- sasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan me- ngembangkan terhadap segala upaya dalam meng- atur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Paturusi (2012: 2) menjelaskan bahwa manajemen atau pengelolaan pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam menyele- saikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tuju- an. Slameto (2009: 1) mengartikan manajemen adalah suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian dan pengawasan dengan menggunakan berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengelolaan

Pengelolaan atau manajemen memiliki pengertian

sangat luas dan beragam. Beberapa ahli dalam bidang

ini mendefinisikan dan merumuskannya menurut

pandangan sendiri. Sudjana (2000:17) mengemukakan

bahwa:

Manajemen atau pengelolaan adalah merupakan

serangkaian kegiatan merencanakan, mengorgani-

sasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan me-ngembangkan terhadap segala upaya dalam meng-

atur dan mendayagunakan sumber daya manusia,

sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Paturusi (2012: 2)

menjelaskan bahwa manajemen atau pengelolaan pada

dasarnya merupakan seni atau proses dalam menyele-

saikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tuju-

an. Slameto (2009: 1) mengartikan manajemen adalah

suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian dan

pengawasan dengan menggunakan berbagai sumber

daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

14

Dari pandangan di atas, dapat disimpulkan

bahwa manajemen atau pengelolaan adalah seni

dalam proses perencanaan, pengorganisasian, penga-

rahan, dan pengendalian serta pengembangan sumber

daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi.

Sekolah adalah sebuah kelompok masyarakat

kecil terdiri dari kepala sekolah, guru, karyawan,

siswa didik, serta komite sekolah. Dari beberapa

macam unsur yang ada di sekolah, maka sekolah akan

mempunyai beberapa macam adat dan budaya yang

dibawa oleh penghuni sekolah tersebut. Sagala (2000:

77) mengatakan sekolah merupakan masyarakat mini

yang menjadi pusat pengembangan para siswa, seko-

lah bukan merupakan sebuah birokrasi yang sarat

dengan beban-beban administrasi. Untuk itu kegiatan

yang ada di sekolah adalah merupakan proses pela-

yanan. Siswa adalah merupakan pelanggan (client)

yang datang ke sekolah untuk mendapatkan pelayan-

an yang sebaik-baiknya, siswa bukanlah sebuah

bahan baku mentah (raw input) yang akan dicetak

untuk menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi.

Dengan adanya beberapa unsur yang ada di

sekolah, maka manajeman sangat diperlukan oleh

sekolah maupun oleh guru guna memberi pelayanan

sebaik mungkin terhadap peserta didik, sehingga

peserta didik merasa nyaman dengan pelayanan yang

ada di sekolah, dan pada akhirnya dapat memberikan

out came yang baik yang dapat memenuhi tuntutan

masyarakat.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

15

Paparan di atas merupakan gambaran penge-

lolaan secara umum, maka pendekatan pengelolaan

yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan

proses pencapaian tujuan pendidikan. Menurut

Suryosubroto (2004: 22) “ciri manajemen yaitu adanya

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, peng-

koordinasian, dan penilaian”.

2.1.1 Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses yang sistematis

dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang

akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Dise-

but sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan

dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Peren-

canaan menurut Sudjana (2000: 61) “prinsip prinsip

perencanaan mencakup pengambilan keputusan,

penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah,

serta tindakan atau kegiatan yang terorganisir”.

Sedangkan Uno (2006:1) menyatakan bahwa:

Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan

untuk membantu kegiatan agar dapat berjalan

dengan baik, disertai dengan berbagai langkah

yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai

tujuan yang telah ditetap-kan.

Menurut Handoko (1992: 34), perencanaan adalah:

a) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organi-sasi, dan b) penentuan strategi, kebijaksanaan,

proyek, program, prosedur, metode, sistem, ang-

garan, dan standar yang dibutuhkan untuk men-capai tujuan tertentu.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

16

Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan

merupakan suatu usaha untuk menyusun langkah-

langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai

tujuan”.

Dari beberapa pendapat tersebut hampir semua-

nya menyatakan bahwa fungsi organisasi tegantung

dari perencanaan, karena perencanaan merupakan

pembuka jalan. Apabila jalan itu salah maka tidak

akan sampai tujuan, tetapi apabila jalan itu benar

maka tujuan akan bisa dicapai. Perencanaan sebagai

suatu strategi untuk mencapai tujuan yang dibuat

sebelum mengambil suatu tindakan, program dan

kegiatan yang akan dilaksanakan, menentukan dan

menetapkan kegiatan yang ingin dicapai, bagaimana

cara mencapainya, dan berapa lama waktu yang

dibutuhkan. Proses perencanaan harus dilakukan

secara rasional dengan mempertimbangkan berbagai

aspek untuk mengatasi berbagai permasalahan.

Dari beberapa pendapat dan kajian di atas maka

pengertian perencanaaan dapat disimpulkan sebagai

berikut: Perencanaan adalah menentukan apa yang

akan dilakukan. Perencanaan mengandung banyak

rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelas-

an dari tujuan, penentuan kebijakan, program,

metode-metode dan prosedur tertentu, serta kegiatan

berdasarkan jadwal yang ada.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

17

2.1.2 Pengorganisasian (Organizing)

Sepanjang perkembangannya, pengorganisasian

sebagai salah satu fungsi manajemen memiliki penger-

tian yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebab-

kan oleh perbedaan latar belakang keahlian para

pakar yang memberikan pengertian masalah pengorga-

nisasian, serta sangat dipengaruhi oleh kondisi ling-

kungan dalam menerapkan fungsi pengorganisasian

tersebut.

Menurut Sudjana (2000: 116):

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk memben-tuk organisasi. Organisasi ini mencakup sumber-

sumber manusiawi yang akan mendayagunakan

sumber-sumber lainnya untuk menjalankan ke-giatan sebagaimana direncanakan dalam menca-

pai tujuan yang telah ditentukan.

Adapun Handoko (1992: 34) mengemukakan

pengorganisasian sebagai:

(1) penentu sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organi-

sasi; (2) perancangan dan pengembangan suatu

organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan; (3) pe-

nugasan tanggungjawab tertentu; (4) pendelegasian

wewenang yang diperlukan kepada individu-indi-vidu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

Sementara itu Paturusi (2012: 76) menyatakan

bahwa pengorganisasian adalah “kegiatan manajerial

suatu struktur tugas, wewenang, dan menentukan

siapa yang akan melaksanakan tugas terentu untuk

mencapai tugas yang diinginkan organisasi”.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

18

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka

dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah suatu

usaha untuk menstrukturkan dan menetapkan kerja-

sama di antara orang-orang yang ada dalam kelompok,

yang meliputi: tugas-tugas, wewenang, tanggung-

jawab, serta tata hubungan masing masing orang.

2.1.3 Penggerakan (Actuating)

Menurut Sutomo (2009: 14), pergerakan dapat

didefinisikan sebagai:

Keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode

untuk mendo-rong para anggota organisasi agar

mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin

demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis.

Menggerakkan adalah kemampuan membujuk

orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah dite-

tapkan dengan penuh semangat (Paturusi, 2012: 79).

Dengan demikian dalam pengelolaan pembelajaran,

kemampuan untuk menggerakkan sangatlah penting

agar siswa tidak menyimpang dari arah yang telah

ditetapkan. Hal ini untuk menghindari kesalahan yang

diperkirakan dapat timbul dalam kegiatan pembela-

jaran.

2.1.4 Pengkoordinasian (Coordination)

Dalam pembelajaran sangat diperlukan sebuah

koordinasi, karena dengan koordinasi kegiatan akan

berjalan sesuai yang diharapkan. Suryosubroto (2004:

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

19

25) mengartikan pengkoordinasian sebagai usaha

untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai indi-

vidu atau unit yang ada agar kegiatan mereka berjalan

selaras dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Paturusi (2012: 81) menyatakan:

Pengkoordinasian harus dilakukan dalam organi-sasi pendidikan, karena dalam organisasi pendi-

dikan ada pembagian kerja yang amat substansi

yaitu pekerjaan mendidik dan pekerjaan manaje-

men satuan pendidikan dan manajemen pembela-jaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai

mutu yang diharapkan”.

Dengan demikian pengkoordinasian dalam pem-

belajaran sangat penting dimiliki oleh guru, karena

dengan kemampuan mengkoordinasi maka pembela-

jaran akan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

2.2 Pengelolaan Pembelajaran

Pembelajaran adalah sebuah istilah baru sebagai

pengganti istilah belajar mengajar. Kedua istilah ter-

sebut hampir mengandung arti yang sama, hanya saja

istilah pembelajaran menitikberatkan pada bagaimana

membelajarkan siswa didik secara optimal. Dengan

kata lain peran siswa didik harus lebih aktif dibanding

dengan guru dalam proses pembelajaran.

Sanjaya (2006: 97) mempunyai anggapan bahwa

peran guru di dalam kelas bukan sebagai sumber

belajar, tetapi sebagai fasilitator. Artinya guru harus

lebih banyak membantu siswa didik untuk belajar.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

20

Sementara menurut Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 6):

“pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membu-

at orang belajar, tujuannya adalah membantu orang

belajar, atau memanipulasi lingkungan sehingga mem-

beri kemudahan bagi orang yang belajar”.

Hasil suatu pendidikan ditentukan oleh efektif

tidaknya guru dalam mengatur atau mengelola pem-

belajaran. Dengan pengelolaan pembelajaran yang

baik akan mengasilkan tujuan pembelajaran yang baik

pula. Menurut Seivert (2005: 1) “intensitas dan

efektivitas hasil pendidikan (out put/graduated) sangat

ditentukan oleh manajemen mutu pembelajaran dan

instruksi yang dijalankan dalam lembaga pendidikan

tersebut”.

Guru sebagai tenaga pendidik harus profesional,

dan dapat menunjukkan keprofesionalnnya melalui

bentuk pelayanan jasa kepada masyarakat. Layanan

jasa itu diwujudkan dengan pelayanan yang memuas-

kan terhadap siswa didiknya. Agar masyarakat menda-

patkan pelayanan yang memuaskan, maka guru harus

bisa melaksanakan manajemen yang baik dalam

menjalankan tugas kesehariannya. Dalam Undang-

Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab XI,

pasal 39, ayat 2 dinyatakan bahwa:

Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional

yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

21

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penilaian dan pengabdian kepada ma-

syarakat terutama bagi pendidik pada perguruan

tinggi.

Slameto (2009: 123) menyatakan bahwa manaje-

men atau administrasi pengajaran adalah keseluruhan

proses penyelenggaraan kegiatan di bidang pengajaran

yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran ter-

laksana secara efektif dan efisien. Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana

Pendidikan (1996-1997: 35) mengemukakan:

Fungsi dan tugas guru sebagai seorang pendidik

dan pengajar adalah: (a) menyusun perangkat program pengajaran, (b) pelaksanaan pelajaran,

(c) evaluasi, (d) analisa hasil ulangan, dan (e) pe-

laksanaan program perbaikan dan pengayaan.

Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Perta-

ma (2005: 1) bahwa:

Rincian subtansi manajemen pembelajaran terdiri:

a) perencanaan meliputi: membuat AMP, menyu-sun kalender pendidikan, menyusun program

tahunan, menyusun program semester, menyusun

program satuan pelajaran, dan menyusun RPP, b) pengorganisasian meliputi: penyusunan jadwal ke-

giatan, c) pelaksanaan yaitu: melaksanakan ke-

giatan pembelajaran, dan d) pengawasan yaitu kegiatan evaluasi proses pembelajaran dan hasil

kegiatan pembelajaran.

Penulis sependapat dengan Slameto yang

menyatakan bahwa pengelolaan pembelajaran adalah

suatu usaha atau upaya yang dilakukan oleh seorang

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

22

guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksana-

kan pembelajaran, mengevaluasi pelaksanaan pem-

belajaran, menganalisis hasil evaluasi, dan melakukan

tindaklanjut hasil evaluasi agar dapat berjalan dengan

lancar, efektif dan efisien. Dengan kata lain seorang

guru dalam melaksanakan tugas kesehariannya tidak

hanya melakukan fungsi instruksionalnya saja, me-

lainkan juga harus melaksanakan tugas manajerial.

2.3 Pendidikan Jasmani Olah Raga dan

Kesehatan

2.3.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan

Seiring perkembangan bangsa dengan berbagai

macam problematika yang menyertainya, maka dipas-

tikan akan berpengaruh pula terhadap pelaksanaan

pendidikan. Oleh sebab itu sistem pendidikan harus

mampu menghadapi perkembangan pendidikan, dan

kurikulum dapat diubah sesuai kebutuhan. Perubah-

an kurikulum tersebut, mengakibatkan perubahan

nama mata pelajaran yang di dalamnya termasuk

mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan.

Perubahan nama atau istilah pendidikan jas-

mani olahraga dan kesehatan dapat kita lihat pada

setiap kali perubahan kurikulum. Dalam Kurikulum

1994 dikenal dengan nama pendidikan jasmani,

kemudian muncul Kurikulum 2004 yang kita kenal

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

23

dengan Kurikulum Berbasis Kompeteni (KBK). Dalam

kurikulum tersebut muncul nama pendidikan jasmani

dan olahraga. Dua tahun kemudian tepatnya tahun

2006 pemerintah mengganti lagi dengan kurikulum

baru yaitu Kurikulum 2006 yang sering kita kenal

dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Dalam kurikulum 2006 tersebut muncul

istilah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

(penjasorkes).

Pengertian pendidikan jasmani menurut Depdik-

bud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktoran Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 2)

adalah:

Proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang

didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan keterampilan motorik, pengeta-huan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan

sportif, serta kecerdasan emosi.

Menurut Khomsin (2001: 4) bahwa:

Pendidikan jasmani adalah proses pemenuhan

kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kog-nitif, afektif, dan psikomotor yang secara ekplisit

dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan

jasmani yang diikutinya.

Pada prinsipnya pendidikan jasmani adalah

sebuah bentuk pendidikan yang mengutamakan gerak

manusia dengan tanpa mengesampingkan perkem-

bangan aspek yang lain yaitu sikap dan pengetahu-

annya. Dengan kata lain, bahwa pendidikan jasmani di

samping mengutamakan aspek psikomorik juga mem-

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

24

perhatikan aspek yang lain yaitu afektif dan kognitif.

Pengertian pendidikan jasmani olahraga dan kesehat-

an yang muncul dalam KTSP atau Kurikulum 2006

menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia No. 22 tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah, seperti yang saya

uraikan pada bab I, mengatakan bahwa:

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meru-

pakan bagian integral dari pendidikan secara kese-

luruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek

kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keteram-pilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran,

stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola

hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, terpilih yang direncana-

kan secara sistematis dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

merupakan suatu proses pembinaan manusia yang

berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah-

sekolah memiliki peran yang sangat penting, karena

melalui pendidikan ini anak didik dapat terlibat secara

langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui

aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan. Dengan

pengalaman belajar tersebut siswa memperoleh pembi-

naan pertumbuhan fisik dan mengalami pengem-

bangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk

pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

25

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

istilah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

pada prinsipnya adalah sama, yaitu melakukan gerak

sepanjang hayat yang merupakan pendorong pertum-

buhan fisik, perkembangan psikis, serta keterampilan

motorik. Hanya saja pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan mengandung makna yang lebih luas yaitu

pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas

fisik dan psikis yang seimbang.

2.3.2 Hakikat Pendidikan Jasmani

Tim KBK Penjas Direktorat Menengah Kejuruan

(2003:3) mengatakan bahwa “manusia itu terdiri dari

dua komponen utama yang dengan sendirinya dapat

terpilah-pilah, yaitu komponen jasmani dan rohani

(dikhotomi). Pandangan semacam ini mempunyai ang-

gapan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kese-

hatan hanya semata-mata mendidik jasmani saja atau

sebagai penyeimbang serta penyelaras pendidikan

rohani. Dengan kata lain pendidikan jasmani hanya

sebagai pelengkap. Pandangan seperti di atas bisa

menimbulkan salah kaprah seorang guru pendidikan

jasmani dalam merumuskan tujuan, program pelak-

sanaan, dan penilaian. Pada akhirnya pelaksanaan

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan cende-

rung hanya mengarah kepada upaya dalam memper-

kuat badan, memperhebat keterampilan fisik, dan

mengarah pada kemampuan jasmaniah saja. Guru

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

26

lupa bahwa sebenarnya manusia juga terdiri dari

unsur rohaniah dan sosial.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan

pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan

sebagai media untuk mencapai perkembangan indi-

vidu secara menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani,

siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani

termasuk keterampilan olahraga. Oleh karena itu,

tidaklah mengherankan apabila banyak orang yang

meyakini bahwa pendidikan jasmani merupakan bagi-

an dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memi-

liki potensi yang strategis untuk mendidik.

Pendidikan jasmani (physical education) merupa-

kan bagian integral dari sistem pendidikan. Pendidik-

an jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari program pendidikan. Berkaitan dengan pendidik-

an jasmani, Aip dan Muhadi (1991/1992:4) menyata-

kan bahwa:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas

jasmani yang dirancang dan disusun secara siste-

matik untuk merangsang pertumbuhan dan per-kembangan, meningkatkan kemampuan dan ke-

terampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan

watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan.

Dari pandangan di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik

perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

27

Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan berkaitan dengan hubungan antara gerak

manusia dan wilayah pendidikan yang lainnya dan

hubungan dari perkembangan tubuh fisik dengan

pikiran serta jiwanya.

Jadi melalui pembelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan sekaligus akan diperoleh tiga

aspek, yaitu: psikomotorik; afektif; dan kognitif. Itulah

yang menjadikan ciri bahwa mata pelajaran pendidik-

an jasmani olahraga dan kesehatan berbeda dengan

mata pelajaran yang lain. Tidak ada mata pelajaran

lainnya yang seperti mata pelajaran pendidikan jas-

mani olahraga dan kesehatan yang mempunyai kepen-

tingan dengan perkembangan manusia secara menye-

luruh.

2.3.3 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan

Bucher yang dikutip oleh Khomsin (2001: 5),

mengatakan bahwa:

Tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehat-

an dapat diklasifikasikan menjadi lima bagian utama yaitu: (1) Organi, aspek ini terkait dengan

kekuatan otot, kelentukan, dan daya tahan kardi-

osvaskular, (2) Interperatif, aspek ini terkait dengan

masalah kemampuan siswa untuk menyelidiki, menemukan, memperoleh pengetahuan dan mem-

buat penilaian, (3) pekembangan neuromoskuler,

(4) untuk perkembangan faktor sosial, aspek ini terkait dengan kemampuan menilai diri sendiri dan

orang lain dengan menghubungkan individu untuk

masyarakat dan lingkungan, (5) sebagai perkem-bangan emosional, aspek ini terkait dengan ke-

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

28

mampuan melakukan respon yang sehat terhadap

kegiatan fisik melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia No. 22 tahun 2006, tujuan mata

pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

diberikan di sekolah adalah agar para siswa didik

mempunyai kemampuan sebagai berikut:

(1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan

kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui

berbagai aktifitas jasmani dan olahraga yang terpilih; (2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan

pengembangan psikis yang lebih baik; (3) Mening-

katkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar; (4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat

melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung

didalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehat-an; (5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disi-

plin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri,

dan demokratis; (6) Mengembangkan keterempilan

untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan; (7) Memahami konsep aktivitas

jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih

sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebu-

garan, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

Pendidikan jasmani merupakan jenis pendidikan

yang mengutamakan aktivitas gerak sebagai media

pendidikan. Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga

yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk

mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekali-

gus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek

fisik, mental, sosial, emosional, maupun moral

(Paturusi, 2012: 15).

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

29

Dari beberapa pandangan tentang tujuan pem-

belajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

seperti telah diuraikan di atas, maka guru berperan

sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidak-

nya pembelajaran. Hasil akhir dari sebuah pembela-

jaran dituangkan dalam nilai rapor.

Menutur buku laporan hasil belajar siswa yang

dibuat oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa tengah,

aspek-aspek yang dinilai pada mata pelajaran pendi-

dikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah meli-

puti: Permainan dan Olahraga, Aktivitas Pengembang-

an, Uji diri/Senam, Aktivitas Ritmik, dan Aquatik/

Pendidikan luar sekolah.

Lutan (2000: 4) menggambarkan pendidikan

jasmani menuju perkembangan menyeluruh sebagai

berikut:

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

30

Gambar 1 Skematis Pendidikan Jasmani

menuju Perkembangan Menyeluruh

(Lutan 2000: 4)

Gambar tersebut menunjukkan cakupan tujuan

ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaanya dilan-

daskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi

pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.

Dari beberapa pendapat tersebut menunjukkan,

pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama

bertujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani,

pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, meningkat-

Pendidikan Jasmani

Praktik Pengajaran berorientasi pada

Karakteristik perkembangan dan pertumbuhan anak

Psikomotorik

Kesegaran

Jasmani

Perseptual

motorik

Afektif Kognitif

Konsep Diri Intelegensia emosional

dan watak

Penalaran dan pembuatan

keputusan

Pengetahuan tentang penjas, olahraga dan

kesehatan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

31

kan keterampilan gerak, membentuk karakter moral

yang baik, menumbuhkan sikap sportif, mengembang-

kan keterampilan menjaga keselamatan dan pencapai-

an pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup yang

sehat dan kebugaran serta memiliki sikap yang sportif.

2.3.4 Manfaat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan umum.

Melalui program pendidikan jasmani dapat diupaya-

kan peranan pendidikan untuk mengembangkan

kepribadian individu. Tanpa ada pendidikan jasmani

di lingkungan sekolah, maka akan berpengaruh terha-

dap pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruh-

an. Mahendra (2004: 7-8) mengatakan bahwa:

Secara umum manfaat pendidikan jasmani di

sekolah mencakup: (1) Memenuhi kebutuhan anak

akan gerak, (2) Mengenalkan anak pada lingkung-an dan potensi dirinya, (3) Menanamkan dasar-

dasar keterampilan yang berguna, (4) Menyalurkan

energi yang berlebihan, (5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental

maupun emosional.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan,

banyak manfaat yang diperoleh dari pendidikan

jasmani di antaranya: sebagai pemenuhan akan gerak

anak; mengenalkan lingkungan dan potensi anak;

menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna;

untuk menyalurkan energi yang berlebihan; dan seba-

gai proses secara serempak baik fisik, mental, maupun

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

32

emosional. Pendidikan jasmani merupakan suatu pen-

didikan yang di dalamnya mencakup pengembangan

individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan

jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi

juga aspek mental, emosional dan spiritual.

2.3.5 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Ruang lingkup pendidikan jasmani mencakup

banyak aspek. Menurut Furqon (2007: 4) bahwa:

Ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga meli-

puti aspek-aspek sebagai berikut: permainan dan

olahraga, aktivitas pengembangan diri meliputi, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air,

pendidikan luar kelas, kesehatan.

Pendapat tersebut menunjukkan, ruang lingkup

pendidikan jasmani meliputi enam aspek yaitu: olah-

raga permainan, pengembangan diri, aktivitas ritmik,

aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan budaya hidup

sehat. Dari masing-masing aspek tersebut di dalamnya

terdiri beberapa macam cabang olahraga yang telah

diatur berdasarkan kurikulum yang berlaku.

Olahraga permainan, meliputi permainan bola

besar, permainan bola kecil, bela diri dan atletik.

Permainan bola besar terdiri dari sepak bola, bola voli,

bola basket. Permainan bola kecil meliputi tenis meja,

bulu tangkis. Bela diri merupakan bagian dari olah-

raga permainan. Dalam kurikulum SMP, beladiri yang

diajarkan adalah pencaksilat. Atletik juga merupakan

salah satu aspek permainan olahraga yang diajarkan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

33

di Sekolah. Cabang olahraga atletik terdiri dari bebe-

rapa macam nomor, yaitu: lari, lompat, dan lempar.

Aspek pengembangan diri meliputi kebugaran

jasmani dan senam lantai. Aktivitas ritmik meliputi

senam irama. Aktivitas air atau aquatik adalah kegiat-

an yang berhubungan dengan air, dalam hal ini adalah

renang. Pendidikan luar kelas meliputi penjelajahan,

berkemah.

2.4 Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan

Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Seperti telah penulis uraikan di atas bahwa

seorang guru dituntut bisa mengelola atau mengatur

tugas-tugas pokok sebagai seorang guru dalam melak-

sanakan pembelajaran. Pakar pendidikan Hamalik

(2001: 123-124) menyatakan:

Peran guru dapat juga sebagai seorang pemimpin,

artinya guru berkewajiban mengadakan supervisi

atas kegiatan belajar murid, membuat rencana

pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manaje-men belajar sebaik-baiknya, melakukan manaje-

men kelas, mengatur disiplin kelas secara demo-

kratis.

Majid (2007:112) mengatakan bahwa: “guru

dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya.

Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang

ada ketika proses belajar mengajar berlangsung”.

Pendapat lain dari Yamin (2007: 55) adalah:

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

34

Guru memiliki peran ganda di sekolah. Mutu

pendidikan menjadi tanggung jawab guru. Guru juga sebagai seorang menajerial yang akan menge-

lola proses pembelajaran, merencanakan pembela-

jaran, mendesain pembelajaran, melaksanakan aktivitas pembelajaran bersama siswa, dan meng-

adakan pengontrolan atas kecakapan dan prestasi

siswa masing-masing.

Uraian di atas menggambarkan bahwa dalam

menjalankan tugasnya seorang guru (termasuk guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan) harus

bisa mengelola atau mengatur pembelajarannya, kare-

na apabila guru dapat mengatur pembelajarannya

dengan baik miscaya hasil yang diharapkan juga akan

lebih baik. Seperti disampaikan Sukardi (2006:26):

Sebagai seorang guru yang profesional dan harus

dilakukan oleh setiap guru di sekolah, memiliki

lima tugas pokok, yaitu merencanakan, melaksa-nakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembela-

jaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta

melakukan bimbingan dan konseling.

Dari beberapa pendapat di atas diketahui bahwa

seorang guru termasuk di dalamnya guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan dalam menjalankan

tugas kesehariannya harus bisa mengatur atau

mengelola pembelajarannya dengan sebaik mungkin.

Karena pengertian pengelolaan pembelajaran mengan-

dung arti yang sangat luas, maka dalam tulisan ini

penulis membatasi tentang pengertian pengelolaan

pembelajaran termasuk di dalamnya pengelolaan pem-

belajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

adalah sebagai berikut: pengelolaan pembelajaran

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

35

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah

suatu usaha atau upaya yang dilakukan oleh seorang

guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan

proses pembelajaran, mengevaluasi proses pembela-

jaran, dan melakukan tindaklanjut hasil evaluasi.

Untuk itu seorang guru pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan dalam melaksanakan manaje-

men pembelajaran di kelas harus melaksanakan

kegiatan yang terdiri dari empat tahapan, yaitu:

(1) membuat perencanaan pembelajaran, (2) pelaksa-

naan pembelajaran, (3) melaksanakan evaluasi, dan

(4) melaksanakan tindaklanjut hasil evaluasi.

2.4.1 Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran memainkan peran

yang sangat penting dalam memandu guru untuk

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan mela-

yani siswanya. Perencanaan pembelajaran juga meru-

pakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan

dalam pembelajaran. Apabila perencanaan dipersiap-

kan dengan baik maka tujuan pembelajaran juga akan

tercapai dengan baik pula. Sebaliknya apabila peren-

canaan pembelajaran kurang dipersiapkan dengan

baik maka pelaksanaan pembelajarannya juga menjadi

kurang baik, sehingga hasil yang diharapkan pun juga

menjadi tidak baik pula. Majid (2007: 22) mengemu-

kakan bahwa, terdapat beberapa manfaat perencana-

an pembelajaran, yaitu:

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

36

1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam menca-

pai tujuan;

2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan

wewenang bagi setiap unsur yang terlibat

dalam kegiatan;

3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik

guru maupun siswa;

4. Sebagai alat ukur efektif dan tidaknya suatu

pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui kete-patan dan kelambanan kerja;

5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi

keseimbangan kerja;

6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat,

dan biaya.

Sementara Hamalik (2001:135) berpendapat bahwa

“guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar

pelaksanaan pembelajaran berhasil”.

Salah satu faktor yang bisa membawa keber-

hasilan itu adalah guru tersebut senantiasa membuat

perencanaan pembelajaran sebelumnya. Begitulah

betapa pentingnya sebuah perencanaan pembelajaran

bagi seorang guru yang akan melaksanakan action di

depan siswa didiknya. Dengan perencanaan pembela-

jaran yang baik, maka guru tersebut tidak akan

kehilangan arah untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan.

Sukardi (2006: 26-27) mengatakan bahwa

“fungsi perencanaan pembelajaran adalah untuk mem-

permudah guru dalam melaksanakan tugas selanjut-

nya”. Oleh sebab itu tidaklah benar bahwa membuat

perencanaan pembelajaran hanya akan merepotkan

pekerjaan guru. Selanjutnya Sukardi juga membagi

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

37

beberapa bentuk kegiatan persiapan pembelajaran

yang berupa penyusunan (1) analisis materi pelajaran

(AMP); (2) program tahunan dan program semester

(Prota dan Promes); (3) silabus; (4) rencana program

pembelajaran (RPP); dan (5) program perbaikan dan

pengayaan. Sedangkan menurut Depdikbud Direktorat

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana

Pendidikan (1996-1997: 35), tugas guru sebagai pen-

didik dan pengajar dalam pelaksanaan perencanaan

pembelajaran adalah menyusun perangkat program

pengajaran. Adapun perangkat program pengajaran

terdiri dari: (1) Analisis Materi Pelajaran (AMP);

(2) program tahuan; (3) program semester; (4) rencana

satuan pelajaran; (5) rencana pengajaran.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

tugas seorang guru yang baik dalam kegiatan peren-

canaan pembelajaran dapat dibuktikan dengan:

(1) tersajinya AMP; (2) tersajinya program tahunan dan

program semester; (3) tersajinya pemetaan; (4) tersaji-

nya silabus; dan (5) tersajinya rencana program pem-

belajaran (RPP) sehingga kegiatan pembelajaran dapat

berjalan denga baik. Dengan perencanaan yang baik

maka proses kegiatan berikutnya akan dapat berjalan

dengan baik pula.

2.4.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam

kelas merupakan salah satu kegiatan inti guru di

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

38

sekolah. Setelah guru selesai merencanakan pem-

belajaran maka guru harus melakukan kegiatan beri-

kutnya yaitu mempraktikkan perencanaan yang telah

dibuat di dalam kelas melalui pelaksanaan pembela-

jaran. Menurut Usman (2006: 4):

Pelaksanaan pembelajaran sama artinya dengan kegiatan belajar mengajar yang berarti merupakan

suatu proses yang mengandung serangkaian per-

buatan guru dan siswa atas dasar hubungan

timbal balik yang berlangsung dalam situasi edu-katif untuk mencapai tujuan tertentu.

Sementara Sukardi (2006: 28) mengatakan

bahwa:

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran se-orang guru harus benar-benar siap materi, siap

mental, siap metodologi, siap media, dan siap

strategi pembelajaran. Hal ini akan didapat apa-

bila sebelumnya guru tersebut melaksanakan langkah pertama yaitu membuat perencanaan

pembelajaran dengan baik.

Khomsin (2001: 8) berpendapat bahwa dalam

pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olah-

raga dan kesehatan di sekolah, kemampuan guru

dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat meru-

pakan salah satu faktor penting dalam mencapai

tujuan belajar yang telah ditetapkan.

Dari beberapa pendapat di atas maka penulis

sependapat dengan Sukardi, karena seorang guru

harus mampu menampilkan diri seprima mungkin

saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Artinya

seorang guru harus menunjukkan kemampuan ter-

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

39

baiknya di depan para siswanya, penjelasannya

mudah dipahami, penguasaan keilmuannnya benar,

menguasai metodologinya, serta mempunyai strategi

pembelajaran yang tepat.

Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan sebagai salah satu disiplin ilmu yang di-

ajarkan di sekolah-sekolah masih sering menemui

persoalan klasik tentang pola-pola mengajar yang ber-

sifat memaksakan kemampuan siswa yang sebetulnya

memiliki kecenderungan bermain. Akibatnya siswa

kurang memiliki daya tarik dan merasa bosan untuk

mengikuti pelajaran praktik penjas, sehingga pada

akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar mereka.

Selain metode pembelajaran, pendidik juga

dapat melakukan dengan metode lain seperti berpikir

kritis, pemecahan masalah, interaktif dan inkuiri

(menggunakan metode pendekatan bermain untuk

meningkatkan prestasi). Dengan metode bermain diha-

rapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar-

nya, sehingga terjadi proses pembelajaran yang mena-

rik dan berkesan. Hal ini akan memberi penguatan

terhadap materi yang diberikan di sekolah sehingga

siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya dan

dapat mencapai prestasi yang gemilang.

1. Strategi Pembelajaran

Menurut Sudjana (2005: 6):

Strategi pembelajaran mencakup penggunaan pen-dekatan, metode dan teknik, bentuk media,

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

40

sumber belajar, pengelompokan peserta didik,

untuk mewujudkan interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik, dan antara peserta

didik dan lingkungannya, serta upaya pengukuran

terhadap proses, hasil, dan/atau dampak kegiatan pembelajaran.

Sagala (2007: 221) berpendapat bahwa konsep

dasar strategi belajar mengajar meliputi:

(1) menentukan spesifikasi dan kualifikasi peru-bahan perilaku belajar; (2) menentukan pilihan

berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah

belajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria

keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Sanjaya (2007: 126) “dalam dunia pen-

didikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai pe-

rencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang di-

desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

strategi pembelajaran adalah suatu rencana atau

tindakan yang di dalamnya termasuk penggunaan

metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam

pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tuju-

an tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan

penyusunan strategi pembelajaran adalah pencapaian

tujuan, sehingga penyusunan langkah pembelajaran,

pemanfaatan sumber dan fasilitas semuanya diarah-

kan pada pencapaian hasil belajar.

2. Tahapan Pembelajaran

Sagala (2007: 225) mengatakan, ada tiga hal

pokok yang harus dilaksanakan oleh guru dalam

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

41

melaksanakan mengajar, yakni tahap permulaan (pra-

instruksional), tahap pengajaran (instruksional), serta

tahap penilaian dan tindaklanjut.

Gambar 2 Tahapan Pembelajaran

(Sagala (2007: 225)

Ketiga tahapan ini harus ditempuh oleh seorang

guru setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Jika salah satu tahapan tersebut ditinggalkan, maka

sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses

pembelajaran (Sagala, 2007: 226).

1. Tahap Pra-Instruksional

Tahap pra-instruksional adalah tahapan yang

ditempuh oleh seorang guru pada saat ia memulai

pembelajaran. Tujuan dari tahapan ini adalah meng-

ungkap kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang

telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar

dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Dalam

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kegiatan

semacam ini disebut dengan pemanasan.

2. Tahap Instruksional

Tahap instruksional sering disebut dengan

tahap pembelajaran atau tahap inti, yakni tahap mem-

Tahap

Praintruksionall

Tahap

Intruksional

Tahap Evaluasi &

Tidak Lanjut

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

42

berikan bahan pelajaran yang telah disusun guru

sebelumnya. Secara umum tahap ini dapat diuraikan

sebagai berikut: (1) menjelaskan kepada siswa tentang

tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) menentu-

kan materi pokok atau kompetensi dasar yang akan

dipelajari, (3) membahas pokok materi yang telah

ditentukan, (4) penggunaan alat bantu atau media

pembelajaran, dan (5) menyimpulkan hasil pembahas-

an dari pokok materi.

3. Tahap Penilaian dan Tindaklanjut

Tahap penilaian dan tindak lanjut bertujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan

intruksional. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah:

(1) mengajukan pertanyaan atau siswa disuruh mela-

kukan kegiatan tentang materi yang telah dipelajari-

nya; (2) apabila 75% siswa belum bisa melakukan,

maka guru hendaknya mengulangi kembali penjelasan

meteri yang telah diberikan; (3) guru bisa memberikan

tugas-tugas di rumah yang ada hubungannya dengan

materi pokok; dan (4) mengakhiri pelaksanaan pem-

belajaran.

Wahjoedi (2005: 1) memaparkan, pembelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan umumnya

dilakukan dalam serangkaian dari tiga tahapan, yaitu:

pemanasan (warming up), latihan inti, dan pendingin-

an (cooling down). Latihan inti mendapat porsi waktu

terbesar setiap kali pertemuan yaitu 70% sampai 80%,

sisanya 10% sampai 15% untuk pemanasan, dan 5%

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

43

sampai 10% untuk pendinginan.

Dari berbagai pandangan tersebut maka dapat

disampaikan bahwa banyak faktor yang menentukan

keberhasilan proses pembelajaran penjasorkes, salah

satu di antaranya adalah faktor guru. Hal ini terutama

karena peran guru sebagai seorang pembimbing,

pengajar, dan panutan bagi semua siswanya. Guru

merupakan pribadi kunci yang memiliki pengaruh

sangat besar terhadap keberhasilan proses pembela-

jaran, karena itu guru sebagai seorang pemimpin

dalam kelas harus memiliki sejumlah kompetensi yang

diperlukan untuk menjalankan fungsinya. Kompetensi

berarti kemampuan, kecakapan (ability). Kompetensi

guru adalah kemampuan guru dalam menjalankan

profesi keguruannya.

2.4.3 Evaluasi Hasil Belajar

Langkah ketiga yang harus dilakukan oleh seo-

rang guru setelah melakukan kegiatan pembelajaran

adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Kegiatan

evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan umpan

balik (feet back) atas kegiatan pembelajaran yang

sudah dilakukan oleh guru. Dengan evaluasi, kita

dapat mengetahui pencapaian standar kompetensi

atau pencapaian tujuan yang diharapkan. Selain itu

evaluasi juga dimaksudkan untuk mengetahui efektivi-

tas pembelajaran yang dilakukan, karena seorang

guru tidak akan mungkin mengetahui perkembangan

siswa didiknya tanpa melakukan evaluasi.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

44

Menurut Hamalik (2001: 145-146), istilah evalu-

asi sering disebut juga assessment yang mempunyai

arti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai

hasil dari suatu program instruksional. Majid (2007:

185) menyebutkan sebagai berikut:

Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian

program pendidikan, substansi pendidikan termasuk

kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan

peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidik-

an, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.

Sudjana (2007: 243) membagi evaluasi menjadi dua

yaitu: (1) evaluasi proses pengajaran; dan (2) evaluasi

hasil pengajaran. Evaluasi terhadap proses pengajaran

dilakukan guru sebagai bagian integral dari pengajar-

an itu sendiri, artinya evaluasi harus tidak terpisah-

kan dengan penyusunan dan pelaksanaan pengajaran,

sedangkan evaluasi hasil pengajaran merupakan

bentuk hasil akhir dari sebuah pengajaran.

Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa evaluasi yang harus dilakukan

oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

adalah evaluasi proses bukan evaluasi hasil, karena

evaluasi hasil cenderung mengukur prestasi. Evaluasi

pembelajaran akan lebih baik apabila menggunakan

evaluasi proses. Dalam pembelajaran, terutama pem-

belajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan,

penampilan gerak dan kesegaran jasmani adalah

merupakan tujuan utama dari pembelajaran tersebut.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

45

Namun karena evaluasi dapat berfungsi sebagai

umpan balik dan remidial pengajaran, apa pun hasil

evaluasi tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan

guru untuk melaksanakan strategi pembelajaran

berikutnya. Dengan demikian strategi pembelajaran

guru dari waktu ke waktu akan selalu berubah

menyesuaikan kondisi lapangan.

2.4.4 Analisis Hasil Evaluasi

Setelah dilakukan kegiatan evaluasi, guru kemu-

dian melaksanakan kegiatan berikutnya, yaitu analisis

hasil evaluasi. Analisis ialah proses untuk mengetahui

informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk

mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menen-

tukan kesimpulan yang telah didukung data tersebut,

seberapa banyak ia mendukung dan seberapa banyak

ia tidak mendukung. Farida (2008:112) mengatakan:

Tujuan dari analisis ialah membuat singkatan dari

data dan menyimpulkan pesan-pesan yang ada di

dalamnya sebagai informasi yang dapat dipakai

sebagai dasar yang tentatif untuk mengambil suatu keputusan.

Hasil penilaian belajar dianalisis untuk menda-

patkan umpan balik tentang berbagai komponen

dalam proses pembelajaran. Analisis untuk ulangan

harian dengan tengah semester ditekankan untuk

memperoleh informasi tentang latar belakang dan

faktor penyebab mengapa siswa memperoleh nilai

kurang. Bagi anak yang memperoleh nilai kurang dari

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

46

batas minimal ketuntasan belajar diberikan remidial,

sedangkan bagi anak yang nilainya telah mencapai

batas ketuntasan minimal diberikan pengayaan.

Lebih lanjut Farida (2008:114) mengatakan:

Analisis hasil evaluasi dilaksanakan setelah data

atau informasi terkumpul. Analisis berwujud des-

kripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan kompetensi. Analisis hasil

evaluasi didahului dengan langkah skoring sebagai

tahapan penentuan capaian penguasaan kompe-tensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terha-

dap tugas dan/atau pekerjaan siswa harus dilak-

sanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara

objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring

guru harus mengikuti pedoman skoring sesuai

dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa analisis hasil evaluasi pembelajaran adalah

suatu kegiatan menganalisis data dari evaluasi pem-

belajaran yang telah dilakukan. Adapun tujuan dari

analisis evaluasi pembelajaran adalah untuk mengeta-

hui tingkat keberhasilan pembelajaran dilaksanakan.

Karena pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

direncanakan dengan seksama, sehingga dengan kata

lain analisis hasil evaluasi pembelajaran adalah ke-

giatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

tinggi keberhasilan dari suatu pembelajaran yang

direncanakan.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

47

2.4.5 Tindaklanjut Hasil Evaluasi

Setelah dilakukan kegiatan analisis hasil evalu-

asi, guru kemudian melaksanakan kegiatan berikut-

nya yaitu tindaklanjut hasil evaluasi. Kegiatan ini di-

maksudkan untuk perbaikan dan pengayaan, perbaik-

an dilakukan terhadap anak yang belum mencapai

ketuntasan belajar, sedangkan pengayaan dilakukan

kepada siswa yang sudah mencapai ketuntasan, atau

yang sering kita kenal dalam pembelajaran tuntas.

Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan

Pertama (2004: 21) mengatakan program layanan

dalam pembelajaran tuntas adalah sebagai berikut:

a. Bagi siswa yang belum mencapai skor 75 untuk

kompetensi dasar (KD) tertentu, maka siswa

yang bersangkutan harus diberi layanan yang berupa program remedial (perbaikan);

b. Bagi siswa yang mencapai skor untuk kompe-

tensi dasar (KD) tertentu antara 75 – 90, ke-lompok siswa ini perlu diberikan program peng-

ayaan (enrichment);

c. Sedangkan siswa yang skor penguasaan kompe-

tensi dasar (KD) tertentu lebih dari 90, maka siswa tersebut sebaiknya diberikan layanan

program percepatan (akselerasi).

Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Perta-

ma (2006: 20) mengatakan:

Sekolah boleh menetapkan atau membuat sendiri

kriteria ketuntasan minimum (KKM) boleh lebih rendah atau kalau mungkin boleh lebih tinggi dari

75% dengan memperhatikan dan mempertimbang-

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

48

kan tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat ke-

mampuan rata-rata siswa, dan tingkat kemampu-an daya dukung dari sekolah tersebut.

Secara skematis ketiga bentuk program layanan

tersebut, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004: 21) menggam-

barkan sebagai berikut:

Gambar 3 Skema Bentuk Program Layanan

(Depdiknas, 2004: 21)

1. Program Perbaikan

Majid (2006: 236) menyatakan: “program per-

baikan adalah merupakan bentuk khusus dari peng-

ajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa

>90 Percepatan

Mencapai ketuntasan

KD

1

Tes K

D1 75-90 Pengayaan

KD

2

KD

3

Belum

mencapai

Ketuntasan

(< 75)

Remidial Mencapai

Ketuntasan

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

49

orang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar”.

Jadi program perbaikan adalah sebuah proses pem-

belajaran yang bertujuan untuk memperbaiki atau

melayani peserta didik yang kesulitan dalam melak-

sanakan pembelajaran dengan bentuk mengulangi

kompetensi dasar (KD) yang belum dikuasai siswa.

Adapun model atau cara yang dapat ditempuh untuk

pelaksanaan kegiatan remedial adalah seperti yang

diuraikan oleh Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 25)

sebagai berikut:

a. Menjelaskan kembali kompetensi dasar (KD)

yang bersangkutan dengan penyederhanaan

materi;

b. Pemberian bimbingan secara khusus;

c. Pemberian tugas-tugas atau perlakuan

(treatment) secara khusus, yang sifatnya penye-

derhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular;

d. Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran

tutor sejawat (peer tutor).

2. Program Pengayaan

Kondisi yang sebaliknya terjadi dari program

remedial adalah: program pengayaan. Menurut Majid

(2006: 240), program pengayaan adalah suatu bentuk

pembelajaran khusus yang diberikan kepada siswa

yang sangat cepat dalam pembelajaran. Siswa yang

cepat menguasai kompetensi semacam ini tidak boleh

diterlantarkan. Menurut Departemen Pendidikan

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

50

Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama

(2004: 30), siswa yang sudah tuntas dalam kompetensi

dasar tertentu tidak boleh diterlantarkan agar siswa

tersebut tidak terganggu dalam belajarnya.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 23) mengatakan,

cara yang ditempuh guru dalam melaksanakan

program pengayaan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan bacaan tambahan atau berdiskusi yang dapat memperluas wawasan;

2. Pemberian tugas untuk melakukan analisis

gambar, model, grafik, bacaan/paragrap, dll;

3. Memberikan soal-soal atau latihan-latihan tam-

bahan yang bersifat pengayaan;

4. Membantu guru membimbing teman-teman yang belum mencapai ketuntasan.

2.5 Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Siswanto dengan

judul Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan SMP Kota Magelang (2008),

bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang

manajemen pembelajaran pendidikan jasmani olah-

raga dan kesehatan yang dilaksanakan oleh guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP/MTs

yang ada di wilayah kota Magelang. Melalui penelitian

tersebut diperoleh kesimpulan bahwa guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan SMP kota Magelang

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

51

pada prinsipnya telah membuat perencanaan pembela-

jaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaku-

kan evaluasi dan melaksanakan tindak lanjut evaluasi

dengan baik, namun dalam kegiatan tindak lanjut

belum semuanya terlaksana dengan baik.

Penelitian oleh Saleh dengan judul Manajemen

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan di SMP se-Kecamatan Muncar Kabupaten

Banyuwangi (2011), bertujuan untuk mengetahui dan

mengkaji perencanaan pembelajaran, pengorganisasi-

an atau pengelolaan kelas, pelaksanaan pembelajaran

dan pengawasan pembelajaran atau penilaian pem-

belajaran pendidikan jasmani di SMP se Kecamatan

Muncar Kabupaten Banyuwangi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui kegiatan

perencanaan termasuk dalam kategori cukup baik

(75%). Dalam pengorganisasian, guru merasa telah

melakukan pengorganisasian dengan baik (94%),

namun dalam penilaian, siswa menganggap kurang

baik (54,03%); pada tahap pelaksanaan guru meng-

anggap dirinya termasuk dalam kategori baik (95%),

sedangkan menurut penilaian siswa kurang baik

(57,7%); dan pada tahap pengawasan guru menilai

dirinya sendiri termasuk dalam kategori sangat baik

(96%) namun menurut penilaian siswa cukup baik

yaitu 64,1%.

Manajemen pembelajaran pendidikan jasmani di

SMP se Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

52

secara keseluruhan guru menganggap manajemen

yang dilakukannya cukup baik, namun guru tidak

pernah tahu bagaimana penilaian siswa tentang

manajemen yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa

menilai guru kurang baik dalam memanage pembela-

jaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Penelitian Puspawati (2008) tentang Manajemen

Pembelajaran Pengalaman Lapangan Bidang Studi

Matematika Kelompok Belajar Paket A Nusa Indah di

Kecamatan Bandar, Batang. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kondisi objektif perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pengalaman

lapangan bidang studi matematika di kelompok belajar

Paket A Nusa Indah, Kabupaten Batang. Hasil pene-

litian terebut menunjukkan bahwa perencanaan pem-

belajaran pengalaman lapangan bidang studi mate-

matika di kelompok belajar paket A Nusa Indah,

Kabupaten Batang telah dilaksanakan sesuai tahapan

yang ditetapkan, yaitu: (1) mengadakan rapat; (2) me-

nyusun rencana kebutuhan; (3) menyusun langkah

langkah pelaksanaan; dan (4) membagi tugas sesuai

peran. Pelaksanaan pembelajaran pengalaman lapang-

an juga telah dilaksanakan sesuai langkah-langkah

mulai dari: (1) kegiatan pendahuluan; (2) penjelasan

pokok bahasan dan tujuan; (3) penjajagan awal;

(4) pengelompokan peserta didik; (5) pembagian media;

(6) penjelasan cara pelaksanaan; (7) pelaksanaan

praktik pengalaman lapangan; (8) pembuatan laporan,

9) kesimpulan, 10) penguatan dan penegasan.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

53

Evaluasi pembelajaran pengalaman lapangan di-

peroleh hasil bahwa peserta didik menunjukkan sikap

senang dan tertarik dengan metode pembelajaran

pengalaman lapangan. Penggunaan metode tersebut

memiliki kelemahan dan kekuatan. Dari evaluasi

tersebut ditemukan adanya ketidaksiapan pendidik

dalam hal penyiapan media belajar yang merupakan

kebutuhan mutlak pembelajaran pengalaman lapang-

an.

Penelitian Astuti (2009) tentang Manajemen

Kurikulum dan Pembelajaran Pondok Pesantren

Mu’adalah dan Ghoiru Mu’adalah (Studi Multi Kasus

di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah

Pasuruan dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan). Penelitian ini

bertujuan mendeskripsikan manajemen kurikulum

dan pembelajaran pondok pesantren. Dalam penelitian

ini penulis memaparkan empat hal yang dideskrip-

sikan berdasarkan manajemen kurikulum dan pem-

belajaran pondok pesantren untuk memperoleh status

kesetaraan/mu’adalah, yaitu: (1) perencanaan kuri-

kulum dan pembelajaran; (2) pengorganisasian kuri-

kulum dan pembelajaran; (3) implementasi kurikulum

dan pembelajaran; (4) evaluasi kurikulum dan pem-

belajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama,

perencanaan kurikulum dan pembelajaran merupakan

kunci awal dalam pelaksanaan manajemen kurikulum

dan pembelajaran. Perencanaan kurikulum dan pem-

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

54

belajaran Madrasah Aliyah pondok pesantren dengan

memperhatikan visi, misi dan tujuan dari Madrasah

Aliyah dan pondok pesantren. Kedua, pengorganisasi-

an kurikulum dan pembelajaran Madrasah Aliyah

pondok pesantren dimulai dari pengorganisasian

elemen pelaksanaannya, yaitu guru dan elemen lain-

nya agar dapat melaksanakan fungsi berdasarkan

tugas masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan

pengorganisasian materi-materi umum dan agama

agar dapat dikemas secara rapi dalam suatu pembela-

jaran dan kemudian disajikan dalam jenjang-jenjang

yang sudah disiapkan. Ketiga, pelaksanaan kurikulum

dan pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk

klasikal/madrasah, ada yang telah membuat serang-

kaian perangkat pembelajaran dengan beberapa meto-

de pembelajaran. Media dan strategi pembelajaran

sebagai pendukung keefektifan dan efisiensi pelaksa-

naannya namun masih ada yang belum. Keempat,

penilaian yang dilakukan sudah berorientasi pada

input, proses dan output.

Penelitian Ainii Firdaus (2009) tentang Manaje-

men Pembelajaran Sekolah Unggulan (Studi Multi

Kasus Pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 2 dan

Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Malang), bertujuan

untuk menjelaskan bentuk manajemen pembelajaran

yang diterapkan dan upaya yang dilakukan guru

dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran di MIN

Malang 2 dan MI Al-Huda Malang. Dari penelitian yang

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

55

deskriptif analisis melalui rancangan studi multi kasus

ini, ditemukan bahwa bentuk manajemen pembelajar-

an MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang meliputi:

(1) Perencanaan berdasar pada prinsip amanah;

(2) Pengelolaan guru yang diarahkan kepada pening-

katan kompetensi dan profesionalismenya; (3) Pengelo-

laan siswa melalui seleksi siswa secara ketat, penge-

lompokan secara heterogen-klasikal, pengelompokan

siswa berdasarkan kemampuan dan aspek psikologis,

dan pembinaan belajar dan ibadah siswa; (4) Pengelo-

laan pembelajaran berupa penyambutan guru kepada

para siswa saat datang ke sekolah, pelaksanaan pra-

pembelajaran, dan pelaksanaan proses pembelajaran;

(5) Pengelolaan metode, berupa pemilihan metode

Quantum Teaching and Learning serta kolaborasi ber-

bagai motode pembelajaran modern; (6) Evaluasi

dalam bentuk supervisi, self assessment dan evaluasi

hasil belajar siswa (formatif dan sumatif).

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu, penulis

tertarik dengan penelitian yang dilakukan oleh

Siswanto dengan judul Manajemen Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP

Kota Magelang. Tulisan ini menguraikan pengelolaan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru penjasorkes.

Penulis akan meneliti pada wilayah yang lebih kecil,

karena menurut pendapat penulis keberhasilan pem-

belajaran penjasorkes akan diawali dengan pengelola-

an pembelajaran yang baik pada sekolah, sehingga

akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan secara

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

56

keseluruhan.

Banyak faktor yang menentukan keberhasilan

proses pembelajaran penjasorkes, salah satu di

antaranya adalah faktor guru. Hal ini terutama karena

peran guru sebagai seorang pembimbing, pengajar,

dan panutan bagi semua siswanya. Guru merupakan

pribadi kunci yang memiliki pengaruh yang sangat

besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

Guru sebagai seorang pemimpin dalam kelas penjas-

orkes harus memiliki kemampuan mengelola pembela-

jarannya, karena kompetensi guru adalah kemampuan

guru dalam menjalankan profesi keguruannya.

2.6 Kerangka Pikir

Kurikulum merupakan salah satu bagian

penting dalam lembaga pendidikan. Kegiatan dalam

belajar mengajar di sekolah berpedoman pada kuri-

kulum. Kualitas kurikulum akan dapat menggambar-

kan dan mencerminkan sistem suatu pendidikan.

Pada dasarnya kurikulum suatu pendidikan di dalam-

nya berisi mata pelajaran yang harus ditempuh sesuai

dengan jenjang pendidikan masing-masing. Suatu

kurikulum terdiri atas empat komponen penting yaitu:

tujuan, isi, organisasi dan penilaian. Keempat kom-

ponen kurikulum tersebut saling berkaitan satu

dengan lainnya yang akan menentukan kualitas dari

suatu pendidikan.

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

57

Salah satu bagian dalam kurikulum sekolah

yaitu pendidikan jasmani dan olahraga. Pendidikan

jasmani dan olahraga merupakan salah satu mata

pelajaran yang mempunyai peran penting untuk

mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara

keseluruhan. Karena pentingnya peranan pendidikan

jasmani dan olahraga, maka pendidikan jasmani dan

olahraga diajarkan dari tingkat sekolah paling rendah

yaitu Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.

Guru memegang peranan penting dalam kegiat-

an pembelajaran guna menentukan dan mengarahkan

segala kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar

mengajar tersebut diarahkan dan diupayakan untuk

mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan,

bukan sekedar formalitas saja akan tetapi harus

diikuti dengan kemampuan pendidik itu sendiri sesuai

tugas-tugasnya.

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan

olahraga dibutuhkan suatu pengelolaan yang berupa

perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan

evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut

hasil evaluasi. Hal ini artinya, keberhasilan dalam

belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga

sangat dibutuhkan pengelolaan yang baik dan benar.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan kerang-

ka pikir dalam pengelolaan pembelajaran Pendidikan

Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 5

Ambarawa, seperti berikut ini:

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9032/2/T2_942012084_BAB II… · 16 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan

58

Pelaksanaan Analisis hasil Evaluasi

Gambar 4 Kerangka Pikir

Pengelolaan

pembelajaran

Penjasorkes

SMP Negeri

5 Ambarawa

Perencanaan

Pembelajaran

Pelaksanaan

Pembelajaran

Pelaksanaan Evaluasi

Pembelajaran

Pelaksanaan

Analisis hasil

Evaluasi

Pelaksanaan

Tindak lanjut

hasil Evaluasi

Hasil

Belajar

K U

R I

K U

L U

M