BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK...

26
7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) mendefinisikan “Akuntansi biaya adalah mengidentifikasikan, mendefinisikan, mengukur, melaporkan, dan menganalisis berbagai unsur biaya langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi serta pemasaran barang dan jasa” (h.3). Bastian dan Nurlela (2006) mendefinisikan “Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur, dan melaporkan tentang informasi biaya yang digunakan” (h.2). Horngren, Datar, dan Foster yang diterjemahkan oleh Desi Adhariani (2005) mendefinisikan “Akuntansi Biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu organisasi” (h.3).

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

7

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Akuntansi Biaya

II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa

ahli, antara lain:

Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) mendefinisikan “Akuntansi

biaya adalah mengidentifikasikan, mendefinisikan, mengukur, melaporkan, dan

menganalisis berbagai unsur biaya langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan

produksi serta pemasaran barang dan jasa” (h.3).

Bastian dan Nurlela (2006) mendefinisikan “Akuntansi biaya adalah suatu bidang

akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur, dan melaporkan

tentang informasi biaya yang digunakan” (h.2).

Horngren, Datar, dan Foster yang diterjemahkan oleh Desi Adhariani (2005)

mendefinisikan “Akuntansi Biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk

akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Akuntansi biaya mengukur dan

melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya

perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu organisasi” (h.3).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

8

 

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan:

• Kegiatan akuntansi terdiri dari pencatatan, penggolongan, dan penyajian laporan

keuangan harus dibuktikan dengan adanya dokumen yang dipakai sebagai dasar

pencatatan dan penggolongan.

• Disamping itu, akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga pokok dari

“suatu produk” yang diproduksi dan dijual di pasar baik guna memenuhi keinginan

pemesan maupun menjadi persediaan barang dagangan yang akan dijual.

• Akuntansi biaya berfungsi untuk mengukur nilai masukan atau nilai awal guna untuk

menghasilkan informasi bagi manajemen yang salah satu manfaatnya untuk

menetapkan harga jual dan dapat mengukur apakah kegiatan usahanya menghasilkan

laba atau tidak.

II.1.2 Peranan Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk

aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi,

serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.

Carter dan Usry (2006) menyatakan, “Peranan akuntansi biaya adalah membantu

manajemen dalam menyelesaikan tugas-tugas berikut:

1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam kondisi-

kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

9

 

2. Menetapkan metode perhitungan biaya dan prosedur yang menjamin adanya

pengendalian dan jika memungkinkan pengurangan biaya atau adanya pembebanan

biaya dan perbaikan mutu.

3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap

produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi kinerja

dari suatu produk, departemen, atau divisi.

4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau

untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan

dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal.

5. Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang, yang

dapat mengubah pendapatan atau biaya” (h.11).

II.1.3 Manfaat Akuntansi Biaya

Menurut pendapat Witjaksono (2006) manfaat akuntansi biaya, antara lain:

1. “menimbulkan sifat “sadar akan biaya” (cost awareness).

2. Sebagai tolak ukur pengelolaan biaya sehingga mampu mengukur biaya dengan

cukup akurat serta didukung kemampuan manajemen untuk memanfaatkan

informasi yang dihasilkan.

3. Sebagai pemasok informasi dasar untuk menentukan harga jual produk barang

dan jasa.

4. Sebagai bagian dari alat pengendalian manajemen, terutama yang berkaitan

dengan pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

10

 

5. Sebagai pemasok informasi pada pihak eksternal berkenaan dengan seluruh

aspek biaya operasi, misalnya untuk kepentingan pajak” (h.4).

II.2 Biaya

II.2.1 Definisi Biaya

Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan

“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang

dan jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi

organisasi” (h.38).

Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan “Biaya mengukur

pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi” (h.4).

Bastian et al. mendefinisikan “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang

diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk

mencapai tujuan tertentu” (h.4).

Sedangkan Horngren et al. menyatakan, “Biaya sebagai sumber daya yang

dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu

biaya biasanya diukur dalam unit yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan

barang atau jasa” (h.34).

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah pengorbanan

sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan manfaat

bagi perusahaan baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

11

 

II.2.2 Klasifikasi Biaya

Dalam akuntansi biaya, biaya dapat dikelompokan dalam berbagai macam cara.

Umumnya klasifikasi biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan

penggolongan tersebut. Mengacu pada pendapat Carter et al. mencatat, “Penggolongan

biaya dapat dilakukan berdasarkan:

1. Biaya dalam Hubungannya dengan Produk

Berdasarkan hubungannya dengan produk, biaya dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Biaya Manufaktur

Disebut dengan biaya produksi atau biaya pabrik. Terdiri dari tiga elemen

biaya yaitu:.

- Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian

integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam

perhitungan biaya produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah kayu

yang digunakan untuk membuat mebel dan minyak mentah yang digunakan

untuk membuat bensin.

- Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan

baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke

produk tertentu.

- Overhead pabrik disebut juga overhead manufaktur, beban manufaktur,

atau beban pabrik yang terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak

ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

12

 

memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan

tenaga kerja langsung.

Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama

(prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut

biaya konversi (convertion cost).

b. Beban Komersial

Terdiri atas dua klasifikasi besar yaitu:

- Beban Pemasaran adalah beban yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran produk. Dimulai pada saat barang siap dijual. Contohnya; beban

penjualan, beban promosi, beban pengiriman.

- Beban Administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan

mengendalikan organisasi. Contohnya; biaya gaji kasir.

2. Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi

Dalam hubungannya dengan volume produksi, biaya dapat diklasifikasikan

menjadi:

a. Biaya Variabel (Variable Cost)

Adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional dengan perubahan

volume produksi, dimana biaya per unit produk adalah tetap. Contohnya; biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya pengiriman barang, dan

sebagainya.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

13

 

b. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Adalah biaya yang jumlahnya konstan dalam rentang yang relevan, dan tidak

terpengaruh oleh perubahan volume produksi. Tetapi biaya tetap per unit akan

menjadi lebih rendah jika volume produksi bertambah, demikian juga

sebaliknya. Contohnya; depresiasi, amortisasi paten, dan sebagainya.

c. Biaya Semivariabel (Semivariable Cost)

Adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini

jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, tetapi sifat

perubahannya tidak proporsional atau sebanding. Contohnya; biaya listrik,

pajak penghasilan, telepon, air, dan sebagainya.

3. Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain

Suatu bisnis dapat dibagi ke dalam sejumlah segmen yang bervariasi. Pembagian

pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja, proses biaya, atau kelompok

biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan

mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian

biaya. Biaya tersebut, antara lain:

a. Biaya Langsung (Direct Cost) dan Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

- Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang dapat dengan mudah

ditelusuri ke suatu departemen dimana biaya tersebut berasal. Contohnya;

gaji dari supervisor departemen.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

14

 

- Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah biaya yang digunakan

bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya

tersebut. Contohnya; biaya sewa gedung, biaya penyusutan gedung.

b. Biaya Bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Joint Cost)

- Biaya Bersama (Common Cost) adalah biaya yang berasal dari penggunaan

fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih. Biaya ini pada umumnya

timbul dalam organisasi yang mempunyai banyak departemen atau segmen.

Contohnya; gaji dari wakil presiden direktur pemasaran, yang memberikan

jasanya ke beberapa segmen dalam suatu perusahaan.

- Biaya Gabungan (Joint Cost) adalah biaya yang terjadi bila proses produksi

menghasilkan lebih dari satu produk. Contohnya; industri minyak dan gas,

pengepakan daging.

4. Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi

Biaya dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

Adalah pengeluaran modal yang dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat

pada periode mendatang atau lebih dari satu tahun dan dilaporkan sebagai

aktiva. Contohnya; biaya pembelian mesin dan perawatan.

b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)

Adalah pengeluaran yang memberi manfaat dalam periode berjalan dan

dilaporkan sebagai beban. Contohnya, penyusutan mesin dan peralatan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

15

 

5. Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau

Evaluasi

Biaya dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Biaya Diferensial (Differential Cost)

Seringkali disebut dengan biaya marginal atau biaya inkremental. Biaya

tersebut adalah biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak

alternatif.

b. Biaya Tunai (Out-Of-Pocket-Cost)

Jika biaya diferensial hanya terjadi apabila satu alternatif tertentu diambil,

maka biaya tersebut juga dapat disebut sebagai biaya tunai yang berkaitan

dengan alternatif itu.

c. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)

Adalah sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila

alternatif tertentu diambil.

d. Biaya Tertanam (Sunk Cost)

Adalah suatu biaya yang telah dikeluarkan dan kemudian ternyata tidak relevan

dengan keputusan yang diambil.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

16

 

II.3 Biaya Overhead Pabrik

II.3.1 Penggolongan Biaya Overhead Pabrik

Mengacu pada pendapat Carter et al., biaya overhead pabrik dapat

digolongkan dengan 3(tiga) cara penggolongan, yaitu:

1. ”Menurut Sifat:

a. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk

penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku

langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian suatu produk.

Contohnya adalah amplas, pelumas dan pola kertas.

b. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri

langsung ke kontruksi atau komposisi dari produk jadi. Tenaga kerja tidak

langsung termasuk gaji pengawas, pegawai pabrik, pembantu umum,

pekerja bagian pemeliharaan dan biasanya pekerja bagian gudang.

2. Perubahan Volume:

a. Biaya variabel

Biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variabel antara lain;

perlengkapan, bahan bakar, kerusakan, biaya penerimaan, royalty, upah

lembur, biaya komunikasi dan penanganan bahan baku.

b. Biaya tetap

Biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya tetap antara lain; gaji

eksekutif produksi, depresiasi, pajak properti, amortisasi paten, gaji

supervisor, gaji satpam dan pehawai kebersihan, pemeliharaan dan

perbaikan gedung dan bangunan dan sewa.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

17

 

c. Biaya semivariabel

Biaya overhead yang dilasifikasikan sebagai biaya tetap antara lain;

inspeksi, air dan limbah, pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik

dan sebagainya.

3. Menurut hubungannya dengan departemen:

a. Biaya langsung departemen adalah suatu biaya yang dapat ditelusuri ke

suatu departemen dimana biaya tersebut berasal. Contohnya, gaji dari

supervisor departemen.

b. Biaya tidak langsung departemen adalah suatu biaya digunakan bersama

oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut.

Contohnya adalah sewa gedung dan biaya penyusutan gedung.”

II.3.2 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik

Hansen et al. mencatat, ”Ada lima pendorong kegiatan yang umumnya dipakai sebagai

pembebanan biaya overhead:

1. Unit yang diproduksi

2. Jam tenaga kerja langsung

3. Dolar tenaga kerja langsung

4. Jam mesin

5. Bahan langsung

Pembebanan biaya overhead seharusnya mengikuti, sedekat mungkin, hubungan

sebab akibat. Usaha harus dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut

yang menyebabkan konsumsi overhead. Faktor-faktor penyebab ini diidentifikasi,

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

18

 

atau pendorong kegiatan, harus digunakan untuk membebankan biaya overhead

pada produk” (h.147).

Sedangkan menurut Carter et al. mencatat, ”Dasar yang dapat digunakan untuk

pembebanan biaya overhead pabrik ada 6, yaitu:

1. Output Fisik

Adalah dasar yang paling sederhana untuk membebankan biaya overhead

pabrik. Pengunaanya diilustrasikan sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik = Overhead pabrik per unit

Estimasi unit produksi

2. Dasar Biaya Bahan Baku Langsung

Tarif dasar biaya bahan baku langsung dapat dihitung dengan cara membagi

estimasi total overhead dengan estimasi total biaya bahan baku langsung

sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik x 100 % = overhead pabrik sebagai persentase

Estimasi biaya bahan baku dari biaya bahan baku langsung

3. Dasar Biaya Tenaga Kerja Langsung

Menggunakan suatu dasar biaya tenaga kerja langsung untuk membebankan

overhead pabrik ke pesanan atau produk memerlukan pembagian estimasi

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

19

 

overhead dengan estimasi biaya tenaga kerja langsung untuk menghitung suatu

persentase.

Estimasi overhead pabrik x 100 % = Overhead pabrik sebagai

Estimasi biaya tenaga kerja langsung persentase dari BTKL

4. Dasar Jam Tenaga Kerja Langsung

Tarif overhead pabrik yang didasarkan pada jam tenaga kerja langsung

dihitung sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik = Overhead pabrik per JTKL

Estimasi jam tenaga kerja langsung

5. Dasar Jam Mesin

Ketika mesin digunakan secara ekstensif, maka jam mesin mungkin merupakan

dasar yang paling sesuai untuk pembebanan overhead. Tarif per jam mesin

ditentukan sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik = Overhead pabrik per jam mesin

Estimasi jam mesin

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

20

 

6. Dasar Transaksi

Pendekatan berdasarkan transaksi atas alokasi overhead lebih dikenal sebagai

perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing – ABC)”.

II.4 Harga Pokok Produksi

II.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga jual.

Untuk menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk mengetahui besarnya

biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Biaya tersebut

sering disebut sebagai harga pokok produksi.

Terdapat beberapa pengertian harga pokok produksi yang dikemukakan oleh

beberapa ahli yaitu:

Garrison dan Norren yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2000) menyatakan

“Harga pokok produksi merupakan biaya manufaktur yang berkaitan dengan barang-

barang yang diselesaikan dalam periode tertentu” (h.61).

Witjaksono (2006) mendefinisikan ”Harga pokok adalah sejumlah nilai aktiva,

tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu

memperoleh penghasilan” (h.10).

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

21

 

Horngren et al. menyatakan, “Harga pokok produksi menunjukkan biaya barang

yang sampai diselesaikan, apakah dimulai sebelum atau selama periode akuntansi

berjalan” (h.46).

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi merupakan biaya

yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga pokok memiliki

fungsi sebagai berikut:

1. Harga pokok sebagai penetapan harga jual.

Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan karena

harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga jual produk

tertentu.

2. Harga pokok sebagai dasar penetapan laba.

Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka perusahaan dapat

menetapkan laba yang diharapkan yang akan mempengaruhi tingkat harga jual suatu

produk tertentu.

3. Harga pokok sebagai dasar penilaian efisiensi.

Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, upah dan

biaya produksi tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan harga

pokok standar terlebih dahulu dan kemudian membandingkan dengan harga pokok

yang aktual atau yang sebenarnya terjadi. Apakah terdapat selisih antara perhitungan

kedua harga pokok tersebut, apabila ada selisih negatif berarti proses produksi yang

dilaksanakan belum efisien dan perusahaan perlu menngetahui penyebab terjadinya

selisih tersebut, sehingga dapat diambil tindakan koreksi untuk memperbaiki

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

22

 

kesalahan tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka perlu ditelusuri terlebih

lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan telah menjalankan proses

produksi secara efisien atau perhitungan harga pokok standar yang kurang tepat.

4. Harga pokok sebagai dasar pengambilan berbagai keputusan manajemen.

Harga pokok merupakan suatu pedoman penting sekaligus sebagai suatu dasar untuk

pengambilan keputusan khusus perusahaan, misalnya:

a. Menetapkan perubahan harga penjualan.

b. Menetapkan penyesuaian proses produksi.

c. Menetapkan strategi persaingan di pasaran luas.

d. Merencanakan ekspansi perusahaan.

e. Pengambilan keputusan-keputusan khusus manajemen, seperti apakah akan

membeli atau membuat sendiri suatu suku cadang, apakah menerima suatu

pesanan khusus dengan harga khusus atau tidak.

II.4.2 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Menurut beberapa ahli terdapat 3(tiga) unsur-unsur harga pokok produksi.

Mengacu pada pendapat Rayburn (1999), unsur-unsur harga pokok produksi terdiri dari:

1. Bahan Langsung (Direct Material)

Adalah setiap bahan baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk

jadi. Sebagai contoh, dalam membuat pakaian pria, kain merupakan bahan langsung.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

23

 

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

Adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah

menjadi produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan kepada pekerja pabrik

pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil potongan tersebut adalah biaya

tenaga kerja langsung.

3. Overhead Pabrik

Terkadang biaya ini disebut sebagai overhead produksi (manufacturing overhead)

atau beban pabrik (factory burden). Overhead pabrik mencakup semua biaya

produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Penekanannya disini

adalah pada istilah biaya produksi. Sebagai contoh, upah pengendali persediaan

adalah overhead pabrik. Namun, gaji seorang tugas penjualan merupakan beban

pemasaran. Contoh-contoh overhead pabrik terdiri dari:

1. Bahan tidak langsung (indirect materials), yaitu perlengkapan operasi, reparasi,

dan kebersihan yang digunakan dalam pabrik. Bahan tidak langsung bisa juga

termasuk jenis-jenis biaya bahan yang kecil dan tidak signifikan di mana biaya

bahan itu relatif kecil dibandingkan dengan semua biaya bahan baku lainnya,

seperti benang yang digunakan dalam menjahit pakaian.

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor), yaitu pengawas pabrik dan

pekerja terlatih lainnya serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas

reparasi, dan pengawas yang secara nyata tidak mengerjakan produk dan hasil

usaha mereka tidak mudah ditelusuri ke produk jadi.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

24

 

3. Biaya lainnya diluar biaya bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak

langsung, seperti, biaya sewa, pajak, asuransi, penyusutan atas fasilitas pabrik

dan tenaga listrik yang digunakan dalam fasilitas pabrik.

II.5 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006), “Ada 2 (dua)

sistem akumulasi biaya, yaitu:

1. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (job order costing)

Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), biaya produksi

diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah

output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau

untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan.

Menurut Witjaksono (2006), perhitungan estimasi biaya produksi untuk menentukan

harga jual sebagai berikut :

Estimasi Biaya Tenaga Kerja xxx

Estimasi Biaya Bahan Baku xxx

Estimasi biaya overhead xxx

Total Estimasi Biaya Produksi xxx

ditambah Margin Laba yang Diharapkan xxx

Harga Jual yang Dibebankan pada Pemesan xxx

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

25

 

Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (process costing).

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan

overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit

ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total

unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat

pemrosesan dalam satu departemen.Persyaratan utama adalah semua produk yang

diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal

sumber daya yang dikonsumsi, bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses

dapat mendistorsi biaya produk”.

Blocher, Chen dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambrriani (2001) mencatat,

“Perbedaan antara sistem biaya pesanan (job costing) dan sistem biaya proses (process

costing) sebagai berikut:

Sistem Biaya Pesanan (job Costing):

a. Biaya diakumulasikan berdasarkan biaya.

b. Produk dan jasa berbeda-beda.

c. Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya pesanan total dengan unit

produk atau jasa yang diproduksi. Perhitungan biaya per unit dilakukan pada saat

pesanan telah selesai.

Sistem Biaya Proses (Process Costing):

a. Biaya diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen.

b. Produk atau jasa homogen dan diproduksi secara massal.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

26

 

c. Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya proses total dalam suatu periode

dengan unit produk atau jasa yang dihasilkan. Perhitungan biaya per unit dilakukan

pada setiap akhir periode” (h.585).

II.6 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu

produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukan seluruh

biaya produksi atau hanya memasukan unsur biaya produksi variabel saja. Mengacu

pada pendapat Bastian dan Nurlela (2006), terdapat dua metode dalam penentuan biaya

tersebut yaitu:

1. Metode Kalkulasi Biaya Penuh (Full Costing)

Adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan

memperhitungkan semua biaya produksi, seperti biaya bahan baku langsung, tenaga

kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap.

Metode kalkulasi biaya penuh dapat digambarkan sebagai berikut:

Biaya Bahan Langsung xxx

Biaya Tenaga Kerja Pabrik Langsung xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx

Harga Pokok Produksi xxx

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

27

 

2. Metode Kalkulasi Biaya Variabel

Adalah suatu metode penentuan dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya

memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja. Dalam metode ini

biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi tetapi biaya

overhead tetap akan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan

dalam laporan laba-rugi tahun berjalan.

Metode kalkulasi biaya variabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Biaya Bahan Langsung xxx

Biaya Tenaga Kerja Pabrik Langsung xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx

Harga Pokok Produksi xxx

Witjaksono (2006) menyatakan, “Perbedaan penentuan harga pokok bagi metode

kalkulasi biaya penuh dan kalkulasi biaya variabel yaitu:

Biaya Penuh (Full Costing) Biaya Variabel (Variable Costing)

a. Harga Pokok Produk a. Harga Pokok Produk

- Bahan Baku - Bahan Baku

- Tenaga Kerja - Tenaga Kerja

- BOP Variabel - BOP Variabel

- BOP Tetap

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

28

 

b. Beban Periode b. Beban Periode

- Penjualan - BOP Tetap

- Umum - Penjualan

- Administratif - Umum

- Administratif”.

Menurut Krismiadji (2002), untuk memberikan gambaran tentang biaya produksi

suatu pesanan, maka diperlukan kartu harga pokok pesanan. Kartu ini dapat berfungsi

untuk mengidentifikasi pesanan yang bersangkutan. Contoh gambar kartu harga pokok

pesanan dapat dilihat pada gambar 2.1.

Untuk : No. Pesanan :

Nama Produk : Tanggal Dipesan :

Kuantitas Dipesan : Tanggal Selesai :

Tanggal Dikirim :

Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead

No.PP Jumlah Keterangan Jumlah Jam Tarif Jumlah

Ringkasan Biaya :

Bahan Baku xxx

Tenaga Kerja xxx

Overhead xxx

Total Biaya Produksi xxx

Biaya Produksi per Unit xxx

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

29

 

II.7 Harga Jual

II.7.1 Metode Penentuan Harga Jual

Mengacu pada pendapat Garrison et al. terdapat 2 (dua) pendekatan dalam

mentukan harga jual, yaitu:

1. Pendekatan Absorption Costing untuk Cost-Plus Pricing

Adalah proses penentuan harga jual dengan cara menghitung biaya produksi per

unit, memutuskan berapa laba yang diinginkan, kemudian menentukan harga jual.

Tahapannya adalah produk yang dibuat, dihargai, siap untuk dipasarkan segera

setelah ditentukan harganya.

Harga Jual = Biaya + (Persentase mark-up x Biaya)

 

Pendekatan Absorption Costing untuk Cost-Plus Pricing dapat digambarkan

sebagai berikut:

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx

Biaya produksi per unit xxx

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

30

 

Ditambah:

Mark-up (dalam persen) xxx

Target harga jual per unit xxx

2. Target Costing

Adalah proses menentukan biaya maksimum, biasanya untuk produk baru dan

kemudian membuat prototype, yang dapat memberikan keuntungan untuk target

maksimum perhitungan biaya. Tahapannya terbalik, perusahaan telah mengetahui

berapa harga jual produk dan kemudian baru membuat produk yang dapat

dipasarkan dengan tingkat laba yang telah ditentukan tersebut.

Target Biaya = Antisipasi Harga Jual – Laba yang Diharapkan

 

Target Costing dapat digambarkan sebagai berikut:

Proyeksi Penjualan xxx

Dikurangi; laba yang diharapkan

(Persentase yang diharapkan x nilai investasi) xxx

Target Biaya xxx

Target Biaya Per Unit = Target Biaya

Jumlah Unit

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

31

 

II.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual

Mengacu pada pendapat Horngren et al. menyatakan, ”Ada tiga faktor yang

mempengaruhi harga jual, yaitu:

1. Pelanggan

Pelanggan mempengaruhi harga melalui pengaruh mereka pada permintaan atas

suatu produk atau jasa. Perusahaan harus selalu menguji keputusan penentuan

harga melalui para pelanggan mereka. Harga yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan pelanggan menolak suatu produk perusahaan dan memilih produk

pengganti atau yang bersaing.

2. Pesaing

Perusahaan harus selalu menyadari tindakan dari para pesaingnya. Pada satu sisi,

produk alternatif atau produk pengganti dari kompetitor dapat mempengaruhi

permintaan dan memaksa sebuah perusahaan untuk menurunkan harga. Di sisi

lainnya, sebuah perusahaan yang tidak memiliki pesaing dapat menetapkan harga

yang lebih tinggi.

3. Biaya

Biaya mempengaruhi harga karena biaya mempengaruhi penawaran. Makin rendah

biaya produksi sebuah produk relatif terhadap harga yang dibayarkan pelanggan,

semakin besar kuantitas produk yang bersedia ditawarkan oleh perusahaan. Karena

terdapat banyak pesaing dan banyak pelanggan, suatu perusahaan atau seorang

pelanggan tidak dapat mempengaruhi harga. Jika persaingan berkurang dan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00036-AK bab 2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi

32

 

terdapat lebih sedikit pesaing, yang masing-masing menjual produk yang agak

berbeda dari harga perusahaan lain” (h.494).

Apabila perusahaan menjual barang atau jasa dengan harga jual di bawah biaya

produksi, maka perusahaan akan mengalami kerugian sedangkan jika perusahaan

menetapkan harga jual barang atau jasa di atas biaya produksi maka perusahaan akan

memudahkan dalam menghitung laba yang akan diterima oleh perusahaan.

Biasanya perusahaan memberikan harga yang baik agar dapat menjaga hubungan

dengan pelanggannya dalam jangka panjang dan jangka pendek.

Dalam menentukan harga jual, perusahaan mengadakan analisis dalam

menentukan harga dasar. Analisis dilakukan perusahaan antara lain terhadap:

a. Harga pokok produksi yang dijadikan batas bawah dari harga jual.

b. Informasi harga pasar yang dijadikan pedoman dalam menentukan harga jual.

c. Kemampuan produksi maksimum perusahaan dalam memenuhi kebutuhan

konsumen.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 (tiga) faktor utama yang

harus diperhatikan manajer terhadap keputusan penetapan harga, yaitu pelanggan;

pesaing dan biaya.