BAB II LANDASAN TEORI -...

download BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00714-AR Bab2001.… · • Saluran pembuangan air limbah dan atau septik yang menghubungkan

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian dan Persyaratan Rumah Susun

    Rumah Susun sering diidentikan dengan sebuah bangunan apartemen

    sederhana. Rumah susun merupakan salah satu cara atau jawaban

    penyelesaian permasalahan mengenai tempat tinggal. Rumah susun

    membantu masyarakat untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak

    dan menghindari lingkungan yang kumuh akibat terbatasnya lahan dan

    mahalnya harga tanah dikota-kota besar.

    - Jenis Rumah Susun

    Rumah Susun di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut :

    Rumah Susun Sederhana (Rusuna), pada umumnya dihuni oleh

    golongan yang kurang mampu. Biasanya dijual atau disewakan oleh

    Perumnas (BUMN). Misalnya, Rusuna Klender di Pasar Jumat, Lebak

    Bulus, Jakarta.

    Rumah Susun Menengah (Apartemen), biasanya dijual atau

    disewakan oleh Perumnas atau Pengembang Swasta kepada

    masyarakat konsumen menengah ke bawah. Misalnya, Apartemen

    Taman Rasuna Said, Jakarta Selatan.

    Rumah Susun Mewah (Condonium), selain dijual kepada masyarakat

    konsumen menengah ke atas juga kepada orang asing atau expatriate

    oleh Pengembang Swasta. Misalnya Casablanca, Jakarta.

    - Persyaratan Teknis Rumah Susun

    Berdasarkan PP nomor 4/1988 mengenai Persyaratan Teknis

    Pembangunan Rumah Susun yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah

    susun, antara lain adalah kelengkapan, sarana dan prasarana rumah susun.

    1. Kelengkapan rumah susun (Pasal 14)

  • 8

    Utilitas umum merupakan sarana penunjang untuk pelayanan

    lingkungan di rumah susun. Kelengkapan utilitas rumah susun harus

    memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan

    dan perlengkapannya termasuk meter air, pengaturan tekanan air

    dan tangki air dalam bangunan

    Jaringan air listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan

    perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta

    pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang

    membahayakan

    Jaringan air gas yang memenuhi persyaratan beserta kelengkapannya

    termasuk meter gas, pengatur arus serta pengamanan terhadap

    kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan

    Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas,

    kuantitas dan pemasangan

    Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas,

    kuantitas dan pemasangan

    Saluran dan atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi

    persyaratan terahada kebersihan, kesehatan dan kemudahan

    Tempat kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat

    komunikasi lainnya

    Alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator dengan tingkat

    keperluan dan persyaratan yang berlaku

    Pintu dan tangga darurat kebakaran

    Tempat jemuran

    Alat pemadam kebakaran

    Penangkal petir

    Alat / Sistem alarm

    Pintu kedap asap pada jarak- jarak tertentu

    Generator listrik digunakan untuk rumah susun yang mengunakan lift

  • 9

    2. Lokasi Rumah Susun (Pasal 22)

    Dalam memilih lokasi rumah susun, maka lokasi tersebut harus

    memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    Lokasi rumah susun harus sesuai dengan peruntukan dan keserasian

    lingkungan dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna

    tanah

    Lokasi harus memungkinkan berfungsinya saluran - saluran

    pembuangan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuangan air hujan dan

    jaringan air limbah .

    Lokasi harus mudah dicapai angkutan umum baik langsung maupun

    tidak langsung

    Lokasi rumah susun harus dijangkau oleh pelayanan air bersih dan

    listrik

    3. Prasarana Lingkungan (Pasal 25 dan 26)

    Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

    memungkinkan di lingkungan rumah susun, sehingga dapat berfungsi

    sebagaimana mestinya, berupa jalan, tangga, selasar, drainase, sistem

    air limbah, persampahan dan air bersih. Lingkungan rumah susun

    harus dilengkapi dengan prasarana sebagai berikut

    Prasarana lingkungan yang berfungsi sebagai penghubung untuk

    keperluan kegiatan sehari-hari bagi penghuni seperti jalan setapak,

    kendaraan & tempat parkir

    Prasarana lingkungan harus mempertimbangkan kemudahan dan

    keserasian hubungan dalam kegiatan sehari-hari dan pengamanan bila

    terjadi hal-hal yang membahayakan, serta struktur, ukuran, dan

    kekuatan yang sesuai dengan fungsi dan penggunaan jalan tersebut.

    Jaringan distribusi air bersih, gas dan listrik dengan segala

    kelengkapannya seperti tangki air, pompa air, tangki gas dan gardu-

    gardu listrik

    Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan air hujan dari

    rumah susun ke sistem jaringan pembuangan air kota

  • 10

    Saluran pembuangan air limbah dan atau septik yang menghubungkan

    air limbah dari rumah susun ke sistem jaringan limbah kota

    Tempat pembuangan sampah, sebagai pengumpul sampah dari Rusun

    yang dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan

    mempertimbangkan faktor kemudahan pengangkutan, kebersihan,

    kesehatan dan keindahan

    Kran-kran air untuk mencegah dan peangamanan terhadap bahaya

    kebakaran yang dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan

    Tempat parkir kendaraan dan atau penyimpanan barang

    Jaringan telepon dan alat komunikasi sesuai dengan keperluan

    4. Sarana Lingkungan (Pasal 27)

    Sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk

    penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial dan budaya.Fasilitas

    lingkungan dalam rumah susun dan lingkungannya harus disediakan :

    Ruangan atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan kegiatan

    masyarakat, tempat bermain anak-anak dan kontak sosial lainnya sesuai

    standar yang berlaku.

    Ruangan atau bangunan untuk kebutuhan sehari-hari sesuai standar

    yang berlaku, seperti kesehatan, pendidikan, peribadatan, olahraga.

    Tinjauan Sarana

    Tinjauan sarana bedasarkan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang

    Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan adalah sebagai

    berikut :

    1. Fasilitas Niaga (warung) :

    Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 250 penghuni.

    Berfungsi sebagai penjual sembilan bahan pokok pangan.

  • 11

    Lokasi di pusat lingkungan rumah susun dan mempunyai radius 300

    m.

    Luas lantai minimal adalah sama dengan luas satuan unit rumah susun

    sederhana dan maksimal 36 m2 (termasuk gudang kecil).

    2. Fasilitas Pendidikan (tingkat Pra Belajar) :

    Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 1000 penghuni dimana

    anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak 8%.

    Berfungsi untuk menampung pelaksanaan pendidikan pra sekolah usia

    5-6 tahun.

    Berada di tengah-tengah kelompok keluarga/digabung dengan taman-

    taman tempat bermain di RT/RW.

    Luas lantai yang dibutuhkan sekitar 125 m2 (1,5 m2/siswa).

    3. Fasilitas Kesehatan.

    Maksimal penghuni yang dilayani adalah 1000 penghuni.

    Berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia

    Balita.

    Berada di tengah-tengah lingkungan keluarga dan menyatu dengan

    kantor RT/RW.

    Kebutuhan minimal ruang 30 m2, yaitu ruangan yang menampung

    segala aktivitas.

    4. Fasilitas Peribadatan.

    Fasilitas peribadatan harus disediakan di setiap blok untuk kegiatan

    peribadatan harian, dapat disatukan dengan ruang serbaguna atau komunal,

    dengan ketentuan:

    Jumlah penghuni minimal yang mendukung adalah 40 KK untuk

    setiap satu musholla. Di salah satu lantai bangunan dapat disediakan

    satu musholla untuk tiap satu blok, dengan luas lantai 9 36 m2.

  • 12

    Jumlah penghuni minimal untuk setiap satu masjid kecil adalah 400

    KK.

    5. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum.

    a. Siskamling.

    Jumlah maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 200 orang.

    Dapat berada pada lantai unit hunian.

    Luas lantai minimal adalah sama dengan unit hunian terkecil.

    b. Gedung Sebaguna.

    Jumlah maksimal yang dapat dilayani adalah 1000 orang.

    Dapat berada pada tengah-tengah lingkungan dan di lantai dasar.

    Luas lantai minimal 250 m2.

    c. Kantor Pengelola.

    6. Fasilitas Ruang Terbuka.

    a. Tempat Bermain.

    Maksimal dapat melayani 12 30 anak.

    Berada antara bangunan atau pada ujung-ujung cluster yang mudah

    diawasi.

    Luas area minimal 75 180 m2.

    b. Tempat Parkir.

    Berfungsi untuk menyimpan kendaraan penghuni (roda 2 dan 4).

    Jarak maksimal dari tempat parkir roda 2 ke blok hunian terjauh 100

    m, sedangkan untuk roda 4 ke blok hunian terjauh 400 m.

    Tempat parkir 1 kendaraan roda 4 disediakan untuk setiap 5 keluarga,

    sedang roda 2 untuk setiap 3 keluarga.

    2 M2 tiap kendaraan roda 4; 1,2 M2 untuk kendaraan roda 2 dan satu

    tamu menggunakan kendaraan roda 4 untuk tiap 10 KK.

  • 13

    2.2 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan

    Arsitektur berkelanjutan diibaratkan interseksiional dari 3 buah

    lingkaran yang menghubungkan permasalahan komunitas sosial, ekonomi,

    dan lingkungan, sebagaimananya yang dapat menyelesaikan ketiga

    permasalahan tersebut adalah seorang arsitek.

    Gambar 2.1. Diagram Sustainable EW

    Sumber: google books

    Arsitektur berkelanjutan sangat erat kaitannya dengan kategori

    penggambaran strategi, komponen, dan teknologi dimana semuanya mengacu

    untuk menciptakan bangunan yang mempunyai efek baik kepada lingkungan

    sekitarnya, kategori tersebut adalah berdasarkan:

    1. Cahaya matahari

    2. Penghawaan ruang dalam

    3. Panas matahari

    4. Ventilasi alami

    5. Efisiensi energi

    6. Menciptakan energi

    7. Bangunan minim limbah

    8. Konservasi air

    9. Managemen sampah kering

    10. Pembaharuan energi

    11. Pembaharuan lahan

  • 14

    Menurut David Lloyd Jones dalam bukunya yang berjudul Architecture

    and The Environment, arsitektur berkelanjutan terinspirasi dari keberadaan

    alam dan mempunyai strategi dalam meminimalisasi pemusnahan lingkungan

    dan mendorong tindakan ramah lingkungan.

    Penyediaan sumber cahaya alami ke dalam area menjadi tantangan

    tersendiri karena banyaknya variasi untuk menyediakan cahaya alami. Pada

    kebanyakan iklim dan tipe bangunan, pencahayaan alami dapat menghemat

    energi. Contohnya, gedung perkantoran khas di selatan California dapat

    menekan pemakaian lisrtik buatan sampai 20 persen dengan menggunakan

    cahaya alami.(Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001), Heating, Cooling,

    Lighting, Design Methods for Architects)

    2.3 Teori berdasarkan para ahli mengenai pemanfaatan pencahayaan alami

    - Pengaplikasian dan Pemanfaatan cahaya alami menurut Sunlighting as

    Formgiver For architecture oleh William M.C Lam, yaitu:

    Shading / Pembayangan

    Memanfaatkan orientasi yang optimal terhadap arah orientasi utara dan

    selatan dalam pembayangan dan pengalihan cahaya matahri yang lebih

    efisien, serta lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan kaca rendah

    tranmisi (low transmission glass). Dikarenakan dengan menggunakan kaca

    rendah transmisi tidak dapat menghilangkan kebutuhan pembayangan

    dikarenakan 10 persen dari penerangan matahari dari kaca rendah transmisi

    terlalu besar. Orientasi ke timur dan barat pembayangan yang permanen tidak

    dapat mengontrol silau fajar dan saat senja.

  • 15

    Gambar 2.2. Pembayangan kaca dan transmisi rendah

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Redirection / Pengalihan Pencahayaan Alami

    Penyebaran cahaya ditempat yang dibutuhkan untuk meminimalisir

    kebutuhan cahaya buatan. Tingkat pencahayaan yang tinggi tidak efisein bila

    tidak disebar atau didistribusikan dengan baik.

    Gambar 2.3. Pendistribusian Cahaya Ketempat yang di butuhkan

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Framing Of View / Pengambilan penglihatan

    Memaksimalkan view ke luar bangunan dan blok view yang tidak bagus

    dengan memanfaatkan elemen bayangan yang besar atau kecil.

    Memaksimalkan juga view kedalam / interior dengan menciptakan

    pemandangan yang baik untuk dilihat.

  • 16

    Gambar 2.4 Optimalisasi View

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Letak Sumber Cahaya Pada Jendela

    Pada massa dan bentuk bangunan mempengaruhi cara matahari masuk

    ke dalam bangunan. Bukaan bangunan adalah faktor utama dalam fasade

    yang membentuk komposisi tampak dan bukaan menjadi faktor penting untuk

    membuat cahaya matahari masuk ke dalam bangunan, yaitu contohnya

    dengan jendela. Jendela dibagi menjadi tiga bagian area yaitu rendah, tengah

    dan tinggi. Orientasi sudut pemantulan cahaya dan bentuk langit-langit

    diasumsikan sama dengan kasus ini.

    Jendela Rendah

    Bentuk jendela rendah menghasilkan bentuk pencahayaan yang merata

    dapat mendistribusikan pantulan cahaya kedalam bangunan. Dengan

    menggunakan jendela rendah memungkinkan dinding bagian atas dan langit-

    langit akan terkesan gelap. Hal tersebut dapat diatasi dengan meminimalisir

    daerah depan dengan memiringkan langit-langit kebawah menuju kepala

    jendela dan meletakan jendela rendah berdekatan dengan dinding tegak lurus.

    Jendela rendah dapat memiliki view tergantung besarnya jendela tersebut,

    terlihat pada contoh gambar diatas. Gambar kedua dengan skala jendela

    rendah yang kecil ruangan tersebut tidak memiliki view yang memuaskan.

    Dengan demikian unsur privasi merupakan masalah untuk penggunaan

    jendela rendah, sulit mengkombinasikan unsur privasi dengan beberapa view

    dan cahaya dibangunan rendah dengan jendela rendah.

  • 17

    Gambar 2.5. Peletakan Jendela Dekat Dengan Dinding

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Gambar 2.6. Contoh Jendela Rendah

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Jendela Tinggi

    Keuntungan jendela tinggi menghasilkan penyebaran cahaya terbaik

    saat langit mendung, selain itu dapat menghasilkan cahaya dengan tingkat

    privasi dan keamanan yang baik dari jendela lainnya. Kerugian jendela tinggi

    adalah pendistribusian cahayanya kurang menguntungkan untuk langit-langit

    dari pantulan cahaya dari bawah tanah. Jendela tinggi memaksimalkan

    potensial silau dari langit dan matahari. Dari segi view jendela atas juga

    kurang memuaskan.

  • 18

    Gambar 2.7 Contoh Jendela Tinggi

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Jendela Tengah

    Jendela tengah tidak sebaik dengan jendela rendah dalam hal

    pendistribusian cahaya dari pantulan tanah dan tidak sebaik jendela tinggi

    dalam pendistribusian cahaya dari langit mendung. Akan tetapi, jendela

    tengah menghasilkan pencahayaan yang cukup untuk kegunaan ruangannya

    ini merupakan pilihan yang cukup disukai karena jendela ini menghasilkan

    view terbaik. Cahaya yang silau dengan cahaya yang maksimal dari jendela

    tengah dapat diatasi dengan memiringkan jendela tengah menjadi di bawah

    tanah pandangan mata dari posisi pekerjaan yang paling penting, tetapi

    belum memungkinkan mereka terlihat oleh langit-langit.

    Gambar 2.8 Contoh Jendela Tengah

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Penggunaan Lighselft Terhadap Pemasukan Cahaya

    Lightself merupakan Strategi memasukan secara tidak langsung dengan

    pemantulan dengan acara membentuk dua kanopi yang membantu

    pembayangan pada bukaan tanpa menghalangi view. Jenis-jenis lightself yang

    dapat diterapkan pada bangunan adalah sebagai berikut :

  • 19

    Meletakan elemen horizontal seperti kanopi yang menerus hingga ke

    dalam bangunan jendela sehingga dapat terjadi pemantulan cahaya.

    Gambar 2.9 Contoh Kanopi horizontal

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Meletakan elemen horizontal yang berbentuk seperti kanopi pada

    bagian atas jendela namun dibuat miring untuk memantulkan cahaya

    keluar bangunan. Bentuk lightself yang seperti ini digunakan untuk

    ruangan yang tidak membutuhkan banyak cahaya namun

    menginginkan bentuk dan besaran bukaan yang sama pada fasade.

    Sama dengan poin ke dua, namun kanopinya dimiringkan kedalam,

    dengan tujuan memantulkan cahaya lebih banyak dengan bentuk dan

    besaran bukaan yang sama pada fasade.

    Gambar 2.10 Contoh Teknik Lightself

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Penggunaan Ceiling Sebagai Sumber Utama Pemantulan Cahaya

    Langit-langit bangunan dan dinding bagian atas merupakan daerah

    permukaan yang dapat diandalkan untuk memantulkan cahaya. Point-point

    dalam pemanfaatan langit-langit sebagai pantulan cahaya yaitu :

  • 20

    Letakan Sumber cahaya sejauh mungkin dari langit-langit, hali ini

    dapat

    dilakukan dengan menaikkan langit-langit atau menurunkan sumber

    cahaya.

    Gambar 2.11 Teknik Pemantulan Cahaya

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Gambar 2.12 Daya Pantul Pada Permukaan Langit-langit Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Bentuk dan letak elemen pemantul untuk mengarahkan cahaya,

    supaya silau cahaya matahari tidak masuk maka bentuk dan letak

    elemen pemantul perlu diperhatikan agar tepat dipantulkan langit-

    langit

    Mengoptimalkan efektif pantulan langit-langit. Menggunakan sistem

    bangunan yang meminimalkan jumlah luas permukaan yang

    membentuk rongga langit-langit. Langit-langit yang memiliki banyak

  • 21

    area permukaan justru menjadi perangkap cahaya, sedangkan langit-

    langit sederhana dengan luas permukaan yang lebih sedikit dapat

    mendistribusikan cahaya lebih efisien.

    Pertimbangan Cahaya Matahari dari Atas Bangunan

    Bukaan dari atas bangunan lebih efisen menjangkau area gelap dalam

    bangunan daripada bukaan dari badan bangunan, tetapi dapat menyebabkan

    panas berlebih karena masuknya cahaya langsung. Hal tersebut dapat diatasi

    dengan dibuat area - area pemantul pada dinding bangunan agar cahaya tidak

    masuk secara langsung.

    Gambar 2.13 Pencahayaan dari Atas

    Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

    Beberapa jenis bukaan atas yaitu :

    Atrium adalah bukaan atas pada bagian tengah ruangan atau bangunan

    yang dibuka hingga atap.

    Court sebuah area terbuka ketas yang dikelilingi dinding bangunan.

    Lightcourt, sebuah area kosong untuk memaksimalkan cahaya pada

    bangunan yang berdekatan.

    Litrium, sama seperti atrium namun bertujuan untuk memaksimalkan

    cahaya pada bangunan yang berdekatan.

  • 22

    Lightwell, bukaan atas untuk menyalurkan cahaya alami pada area

    yang berdekatan dengan melewati satu atau beberapa lantai dalam

    bangunan.

    Pemberian elemen vertikal untuk memantulkan cahaya kedalam

    bangunan.

    Hubungan Orientasi Bangunan Terhadap Matahari

    Dalam pemanfaatan cahaya alami ke dalam bangunan, orientasi dan

    bentuk bangunan terhadap garis edar matahari tentu juga mempunyai

    pengaruh. Orientasi bangunan juga mempunyai peran penting dalam

    menangkap cahaya dan mengurangi radiasi yang ditimbulkan oleh cahaya

    matahari yang didapatkan. Menurut Setyo Soetiadji (Soetiadji S, 1986)

    orientasi adalah suatu posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah

    mata angin, atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya. Dengan

    berorientasi dan kemudian mengadaptasikan situasi dan kondisi setempat,

    bangunan kita akan menjadi milik lingkungan. Jenis orientasi menurut Setyo

    Soetiadji adalah :

    Orientasi terhadap garis edar matahari yang merupakan suatu bagian

    yang elemen penerangan alami. Namun pada daerah beriklim tropis

    penyinaran dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan suatu

    masalah, sehingga diusahakan adanya elemen-elemen yang dapat

    mengurangi efek terik matahari.

    Orientasi pada potensi-potensi terdekat, merupakan suatu orientasi

    yang lebih bernilai pada sesuatu, bangunan dapat mengarah pada

    suatu tempat atau bangunan tertentu atau cukup dengan suatu nilai

    orientasi positif yang cukup membuat hubungan filosofisnya saja.

    Matahari menimbulkan gangguan dari panas dan silau cahayanya

    Perlindungan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi masalah

    tersebut dapat digunakan beberapa cara, adapun cara yang dapat

    dilakukan antara lain dengan cara prinsip - prinsip pembayangan dan

    filterasi / penyaringan cahaya. Cara pematahan sinar matahari dengan

    sistem pembayangan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

    Garis edar matahari

  • 23

    Kondisi lingkungan setempat

    Bentuk bangunan

    Fungsi bangunan.

    Standar intensitas cahaya yang dibutuhkan pada ruangan

    Tabel 2.1 Standar kebutuhan cahaya ruangan

    RUANG JENIS KEGIATAN STANDAR KEBUTUHAN

    CAHAYA Ruang tidur Tidur 150 lux

    Ruang

    keluarga /

    tamu

    Berkumpul,

    menonton tv,

    menerima tamu

    300 lux

    Kamar mandi Mandi 250 lux

    Ruang

    komunal

    Ruang bersama 200 lux

    Ruang

    serbaguna

    Olahraga, acara

    sosial

    200 lux

    Koridor Akses menuju hunian 100 lux

    Sumber: Standar Nasional Indonesia 2001

  • 24

    2.4 Kerangka Berpikir

    F

    JUDUL TUGAS AKHIR Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Rumah Susun di Jakarta

    Timur

    LATAR BELAKANG Memperhatikan dan Meningkatkan kualitas kelayakan hidup

    masyarakat Kampung Pulo dari segi kesehatan melalui pembangunan rumah susun yang didukung dengan

    pengoptimalisasian pencahayaan alami. Masyarakat setempat juga didukung dengan sarana dan pra-sarana rumah susun.

    MAKSUD DAN TUJUAN Menghasilkan bangunan yang layak huni

    berdasarkan optimalisasi pencahayaan alami. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dari

    para penghuninya.

    PERMASALAHAN Standar intensitas cahaya pada unit hunian:

    - Orientasi bangunan - Tata massa letak bangunan - Lebar Bukaan

    ANALISIS Analisis permasalahan dari aspek lingkungan, manusia dan

    bangunan serta analisa khusus mengenai pencahayaan alami yang diterapkan dan dikaitkan dengan variabel-variabel yang

    mempengaruhi pencahayaan alami

    KONSEP PERANCANGAN Hasil dan Kesimpulan dari analisis permasalahan

    SKEMATIK DESAIN

    PERANCANGAN

    FEEDBACK

    Tinjauan Umum:

    Rumah Susun

    Tinjauan Khusus:

    Sustainable

    Pencahayaan alami