BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Pengertian ...eprints.umm.ac.id/46510/3/BAB II.pdfTenaga...
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Pengertian, Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan Pekerja atau buruh merupakan setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Hal ini berbeda dengan
makna dari pengertian tenaga kerja sebagaimana kita ketahui berdasarkan
Undang-undang ketenagakerjaan.
Pengertian tenaga kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2)
UndangUndang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 5
Pengertian setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/ jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat dapat meliputi setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain atau setiap orang yang bekerja sendiri dengan tidak
menerima upah atau imbalan. Tenaga kerja meliputi pegawai negeri, pekerja
formal, dan orang yang belum bekerja atau pengangguran. Dengan kata lain,
pengertian tenaga kerja lebih luas dari pada pekerja/buruh.6
5 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 6 Asri Wijayanti. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta. Sinar Grafika. Hal 1.
16
Tenaga kerja itu sendiri mencakup buruh, pegawai negeri baik sipil maupun
swasta, karyawan. Semua istilah tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang
sama yaitu orang bekerja pada orang lain dan memperoleh upah sebagai
imbalannya.
A.1 Hak Tenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan :
1. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
untuk memperoleh pekerjaan.
2. Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha.
3. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan
dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.
4. Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan
kerja sesuai dengan bidang tugasnya.
5. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah
mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja
pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan ditempat kerja.
6. Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berHak atas
pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga
sertifikasi.
17
7. Setiap tenaga kerja mempunyai Hak dan kesempatan yang sama untuk
memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh
penghasilan yang layak didalam atau diluar negeri.
8. Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu setengah)
bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau
bidan.
9. Setiap pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasal 80 dan Pasal 82
berhak mendapatkan upah penuh.
10. Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.
11. Setiap pekerja mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas:
Keselamatan dan kesehatan kerja, Moral dan kesusilaan dan Perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
12. Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
13. Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial
tenaga kerja.
14. Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja.
18
A.2 Kewajiban Tenaga Kerja Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan :
1. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja
mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya,
menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi
secara demokrasi, mengembangkan keterampilan dan keahliannya serta
ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota
beserta keluarganya.
2. Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajib melaksanakan ketentuan
yang ada dalam perjanjian kerja bersama.
3. Pengusaha dan serikat pekerja wajib memberitahukan isi perjanjian kerja
bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja.
4. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh
pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja secara musyawarah untuk
mufakat.
5. Sekurang kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari kerja sebelum mogok
kerja dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja Wajib memberitahukan
secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan setempat.7
B. Tinjauan Umum Pengertian, Hak dan Kewajiban Pengusaha
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, pengusaha merupakan
7 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
19
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
b. Orang perseorang, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. Orang perseorang, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
b yang berkedudukan di luar Indonesia. 8
Dalam pengertian pengusaha ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengurus
perusahaan (orang yang menjalankan perusahaan bukan miliknya termasuk dalam
pengertian pengusaha, artinya pengurus perusahaan disamakan dengan pengusaha
(orang/pemilik perusahaan). Selanjutnya yang dimaksud dengan perusahaan
(Pasal 1 angka 6 UUK No. 13 Tahun 2003) adalah :
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang memperkerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dengan
bentuk lain9
8 Ibid 9 Zaeni Asyhadie,Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, PT.Rajagrafindo Persada,
Jakarta, 2013, hlm 27
20
B.1 Hak-hak Pengusaha menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
1. Berhak atas hasil pekerjaan
2. Berhak untuk memerintah/mengatur tenaga kerja
3. Berhak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
(pasal 150)
B.2 Kewajiban Pengusaha menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
1. Mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan
perlindungan sesuai dengan garis dan derajat kecacatan nya.
2. Pengusaha wajib memberikan/ menyediakan angkutan antar Jemput Bagi
Pekerja /Buruh Perempuan yang berangkat dan pulang pekerja antara
pukul 23.00 s.d pukul 05.00.
3. Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
4. Pengusaha wajib Memberi Waktu Istirahat Dan Cuti Kepada
Pekerja/Buruh.
5. Pengusaha Wajib memberikan Kesempatan Secukupnya Kepada Pekerja
Untuk Melaksanakan Ibadah yang diwajibkan Oleh Agamanya.
6. Pengusaha yang memperkerjakan Pekerja/Buruh Yang melakukan pekerja
Untuk Melaksanakan Ibadah yang Di wajib kan oleh agama nya.
21
7. Pengusaha yang Memperkerjakan Pekerja/Buruh yang melakukan
pekerjaan pada hari libur resmi sebagai mana di maksud pada ayat (2)
Wajib membayar Upah kerja lembur.
8. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurang nya 10
(Sepuluh orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku
setelah disahkan oleh mentri atau pejabat yang ditunjuk.
9. Pengusaha Wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan
naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.
10. Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja/serikat
buruh, serta instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan
setempat sekurang-kurang nya 7(Tujuh) hari kerja.
11. Dalam Hal terjadi pemutusan Kerja pengusah di wajib kan membayar
uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima.
12. Dalam hal pekerja /buruh di tahan pihak yang berwajib karena di duga
melakukan tindak pidana bukan bukan atas pengaduan pengusaha,maka
pengusaha tidak wajib memberikan bantuan kepada keluarga
pekerja,buruh yang menjadi tanggungannya.
13. Pengusaha wajib membayar kepada pekerja ,buruh yang mengalami
pemutusan hubungan kerja, uang penghargaan masa kerja 1(satu) kali.
22
14. Untuk Pengusaha di larang membayar upah lebih rendah dari upah
minimum.
15. Pengusaha wajib membayarupah/pekerja/buruh menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
C. Tinjauan Umum Pengertian dan Fungsi Organisasi Pekerja/ Serikat
pekerja
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau
Serikat Buruh bahwa definisi Serikat Pekerja “Organisasi yang didirikan oleh, dari
dan untuk pekerja di dalam atau di luar perusahaan, milik negara atau pribadi,
yang bersifat tidak terikat, terbuka, independen dan demokratis dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk memperjuangkan, membela dan melindungi hak-
hak dan kepentingan pekerja, maupun untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja
dan keluarganya. Pasal 104 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 menjelaskan
bahwa “setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh”. Serikat pekerja merupakan bentuk kepedulian terhadap
para pekerja. Serikat pekerja merupakan sebuah organisasi yang mewadahi
kebutuhan pekerja setiap waktu.
C.1 Fungsi Serikat Pekerja
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 menjelaskan bahwa serikat
pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembekalan hak dan
kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/serikat
23
dan keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut, serikat pekerja/serikat buruh
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian
perselisihan industrial
2) Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang
ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya
3) Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan
berkeadilan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku
4) Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan
anggotanya
5) Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan
pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
6) Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di
perusahaan
D. Tinjauan Umum Pengertian, Prinsip dan Perselisihan Hubungan
Industrial
Sebelum membahas mengenai perselisihan hubungan industrial, maka harus
diketahui pengertian hubungan industrial. Berdasarkan pasal 1 angka 16 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyebutkan bahwa:
“Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan/jasa yang terdiri dari unsur
24
pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945”.
Hubungan industrial di indonesia, menurut Abdul Khakim mempunyai
perbedaan dengan yang ada di negara lain. Ciri-ciri itu adalah sebagai berikut:
a. Mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan sekedar mencari nafkah
saja, tetapi sebagai pengabdian manusia kepada tuhannya sesama
manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Menganggap pekerja bukan sebagai faktor produksi, melainkan sebagai
manusia yang bermartabat.
c. Melihat antara pengusaha dan pekerja bukan dalam perbedaan
kepentingan, tetapi mempunyai kepentingan yang sama untuk kemajuan
perusahaan.10
Prinsip hubungan industrial yang diterapkan di Indonesia adalah prinsip
hubungan industrial Pancasila. Prinsip ini menghendaki bahwa berbagai
permasalahan atau sengketa di bidang ketenagakerjaan harus diselesaikan melalui
prinsip hubungan industrial Pancasila.11
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, merumuskan
perselisihan hubungan industrial yaitu:
10 Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2009, hlm. 50. 11 R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, Bandung: Pustaka Setia, 2013, hlm. 289.
25
“Perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau
gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh,
karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.”
D.1 Prinsip Hubungan Indusrial
1. pengusaha dan pekerja, demikian pula pemerintah dan masyarakat pada
umumnya, sama-sama memiliki kepentingan atas keberhasilan dan
keberlangsungan perusahaan. Oleh sebab itu pengusaha dan pekerja harus
mampu untuk melakukan tanggung jawabnya secara maksimal dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sehari-hari. Pekerja atau serikat pekerja
harus dapat membuang jauh-jauh kesan bahwa perusahaan hanya untuk
kepentingan pengusaha. Demikian pula pengusaha harus menempatkan
pekerja sebagai partner dan harus membuang jauh-jauh kesan
memberlakukan pekerja hanya sebagai faktor produksi
2. perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orang. Semakin
banyak perusahaan yang membuka usaha baru, maka semakin banyak pula
kesempatan lapangan kerja yang akan memberikan penghasilan bagi banyak
pekerja. Semakin banyak perusahaan yang berhasil meningkatkan
produktifitasnya, maka semakin banyak pula pekerja yang meningkat
penghasilannya. Dengan demikian pendapatan nasional akan meningkat dan
kesejahteraan masyarakat akan meningkat pula
26
3. pengusaha dan pekerja mempunyai hubungan fungsional dan masing-
masing mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda dengan pembagian kerja
dan tugas. Pengusaha memiliki tugas dan fungsi sebagai penggerak,
membina dan mengawasi, pekerja memiliki tugas dan fungsi melakukan
pekerjaan operasional. Pengusaha tidak melakukan eksploitasi atas pekerja
dan sebaliknya pekerja juga bekerja sesuai dengan waktu tertentu dengan
cukup waktu istirahat dan sesuai dengan beban kerja yang wajar bagi
kemanusiaan. Dalam hal ini pekerja tidak mengabdi kapada pengusaha akan
tetapi pada pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
4. pengusaha dan pekerja merupakan anggota keluarga perusahaan.
Sebagaimana pola hubungan sebuah keluarga, maka hubungan antara
pengusaha dengan pekerja harus dilandasi sikap saling mengasihi, saling
membantu dan saling mengerti. Pengusaha harus berusaha sejauh mungkin
mengetahui kesulitan-kesulitan dan keadaan yang dihadapi oleh pekerja,
serta berusaha semaksimal mungkin untuk dapat membantu dan menjadi
solusi bagi kesulitannya. Bukan hanya menuntut pekerja memberikan yang
terbaik bagi perusahaan tanpa mau tahu segala keadaan dan kondisi yang
dihadapi oleh pekerja. Sebaliknya, pekerja harus juga memahami
keterbatasan pengusaha. Apabila muncul permasalahan atau perselisihan
antara pengusaha dengan pekerja atau serikat pekerja hendaknya
diselesaikan secara kekeluargaan dan semaksimal mungkin harus dihindari
penyelesaian secara bermusuhan.
27
5. perlu dipahami pula bahwa tujuan dari pembinaan hubungan industrial
adalah menciptakan ketenangan berusaha dan ketentraman dalam bekerja
supaya dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
Untuk itu masing-masing pihak, perusahaan dan pekerja harus mampu
menjadi mitra social yang harmomis, masing-masing harus mampu menjaga
diri untuk tidak menjadi sumber masalah dan perselisihan.seandainya pun
terjadi perbedaan pendapat, perbedaan persepsi dan perbedaan kepentingan,
haruslah diselesaikan secara musyawarah mufakat, secara kekeluargaan
tanpa mengganggu proses produksi. Karena setiap gangguan pada proses
produksi akhirnya akan merugikan bukan hanya bagi pengusaha, namun
juga bagi pekerjan itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
6. peningkatan produktivitas perusahaan haruslah mampu meningkatkan
kesejahteraan bersama, yakni kesejahteraan pengusaha maupun
kesejahteraan pekerja. Biasa kita temui pekerja yang bermalas-malasan,
ketika ditanya kenapa? Maka jawabannya, “karena gajinya hanya untuk
pekerjaan yang seperti ini, tidak lebih”. Padahal semestinya pekerja yang
berkeinginan untuk mendapatkan upah lebih tinggi, maka ia harus bekerja
keras untuk mampu meningkakan produktivitas perusahaan sehingga
perusahaan akhirnya mampu memberikan upah yang sepadan dengan
usahanya itu. Jangan berharap perusahaan akan memberikan lebih dari
kontribusi yang telah diberikan pekerja terhadap perusahaannya12
12 Slamet hasan. Enam Prinsip hubungan industrial. http://slamethasanconsulting.blogspot.com/
28
D.2 Jenis-Jenis Perselisihan Hubungan Industrial
Berdasarkan pengertian Perselisihan Hubungan Industrial tersebut, maka
dalam pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial membagi Jenis Perselisihan
Hubungan Industrial menjadi:
a. Perselisihan hak, yaitu perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya
hak, akibatnya adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama (Pasal 1 angka 2 Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. Menurut Lalu Husni dalam bukunya menyatakan
bahwa, berdasarkan pengertian diatas jelas bahwa perselisihan hak
merupakan perselisihan hukum karena perselisihan ini terjadi akibat
pelanggaran kesepakatan yang telah dibuat oleh para pihak, termasuk
didalamnya halhal yang sudah ditentukan dalam peraturan perusahaan
dan perundangundangan yang berlaku.13
b. Perselisihan Kepentingan, yaitu perselisihan yang timbul dalam
hubungan hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat
mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang
ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau
13 Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan di Luar Pengadilan, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 43.
29
perjanjian kerja bersama (Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 2
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial)
c. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja, yaitu perselisihan yang timbul
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran
pengakhiran pemutusan hubungan kerja oleh salah satu pihak (Pasal 1
angka 4 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial). Perselisihan PHK ini merupakan jenis
perselisihan yang paling banyak terjadi, pihak pengusaha dengan
berbagai alasan mengeluarkan surat PHK kepada pekerja tertentu jika
pengusaha menganggap bahwa pekerja tidak dapat lagi bekerja sesuai
kebutuhan perusahaan, tetapi PHK juga dapat dilakukan atas permohonan
pekerja karena pihak pengusaha tidak melaksanakan kewajiban yang
telah disepakati atau berbuat sewenang-wenang kepada pekerja.14
d. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan,
yaitu perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat
pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak
adanya kesesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan
kewajiban keserikatpekerjaan (Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 2
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial).
14 R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, Bandung: Pustaka Setia, 2013, hlm. 292.
30
E. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja
Perjanjian adalah kesepakatan yang terjadi ketika para pihak saling berjanji
untuk melaksanakan perbuatan tertentu. Menurut Subekti, perjanjian adalah
peristiwa ketika seorang atau lebih berjanji melaksanakan perjanjian atau saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal.15
Istilah perjanjian sering juga diistilahkan dengan istilah krontrak (contracts)
dan overeenkomst (dalam bahasa Belanda). Kontrak dengan perjanjian merupakan
istilah yang sama karena intinya adalah adanya peristiwa para pihak yang
bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan dan berkewajiban untuk menaati
dan melaksanakannya sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan
hukum yang disebut perikatan (verbintenis). Dengan demikian, dalam kontrak
atau perjanjian dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang
membuat kontrak tersebut karena itulah kontrak yang dibuat dipandang sebagai
sumber hukum yang formal.16
Istilah perjanjian sebenarnya tidak lepas dari istilah perdata, yaitu perikatan.
Dalam pasal 1313 KUH Perdata pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan
seseorang atau lebih mengikatkan diri pada orang lain untuk melaksanakan suatu
hal.
H.S Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa ketentuan pasal 1313
KUHPerdata tentang pengertian perjanjian kurang tepat karena ada beberapa
15 Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. XIII, Jakarta: Intermasa, 1991, hlm. 1. 16 Abdul Rasyid Saliman, Hermansyah, Ahmad Jalis, Hukum Bisnis untuk Perusahaan: Teori dan
Contoh Kasus, Cet. XIII, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 49.
31
kelemahan yang perlu dikoreksi, yakni hanya menyangkut sepihak, kata perbuatan
mencakup juga tanpa konsensus, pengertian perjanjian terlalu luas, tanpa
menyebut tujuan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, Abdulkadir Muhammad
menyatakan bahwa pengertian perjanjian adalah persetujuan antar dua orang atau
lebih yang hanya saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai
harta kekayaan.17
Dalam pasal 1601 a KUH Perdata perjanjian kerja adalah Suatu persetujuan
bahwa pihak kesatu yaitu buruh mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
tenaganya kepada pihak lain yaitu majikan, dengan upah selama waktu tertentu.
Perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1
ayat 14 adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha atau pemberi kerja
yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian
kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-ketentuan yang berkenaan
dengan hubungan kerja itu, yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan
kewajiban majikan.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, perjanjian kerja bersama
adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja (yang
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan
pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
17 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Cet II, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993,
hlm. 224.
32
Artinya, perjanjian kerja bersama berisi aturan atau syarat-syarat kerja bagi
pekerja, perjanjian kerja bersama juga mengatur hak dan kewajiban pengusaha
dan pekerja dan menjadi pedoman penyelesaian perselisihan antara kedua belah
pihak. Satu perusahaan hanya dapat membuat satu perjanjian kerja bersama yang
berlaku bagi seluruh pekerja di perusahaan tersebut.
F. Tinjauan Umum Pengertian Harmonisasi
Pengertian Harmonisasi Kata ”Harmonisasi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu
kata ”Harmonia” yang artinya terikat secara serasi dan sesuai. Menurut arti
filsafat, harmonisasi diartikan ”kerjasama antara berbagai faktor yang
sedemikaian rupa, hingga faktor-faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang
luhur”. Istilah harmonisasi secara etimologis menunjuk pada proses yang bermula
dari suatu upaya, untuk menuju atau merealisasi sistem harmoni. Istilah harmoni
juga diartikan keselarasan, kecocokan, keserasian, keseimbangan yang
menyenangkan. Menurut arti psikologis, harmonisasi diartikan sebagai
keseimbangan dan kesesuaian segi-segi dalam perasaan, alam pikiran dan
perbuatan individu, sehingga tidak terjadi hal-hal ketegangan yang
berlebihan.18Dalam konteks membandingkan antara mentalis Barat dan Timur,
Soetoprawiro mengemukakan mengenai harmoni yang menjadi faktor paling
penting di dalam kehidupan masyarakat indonesia. ”Segala sesuatu yang baik
dapat di terjemahkan ke dalam istilah harmoni. Segala sesuatu hendaknya
senantiasa serasi, selaras, seimbang. Yang adil dan yang makmur adalah
18 Kusnu Goesniadhie. Harmonisasi dalam Persepektif Perundang-undangan ( lex Spesialis
Masalah. 2006. Surabaya. Hal 59
33
harmonis. Segala perilaku dan tindak-tanduk itu berangkat dari situasi yang
harmonis menuju ke situasi yang harmonis baru”.19
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, istilah harmoni diartikan sebagai
keselarasan, kesesuaian, kecocokan dan keseimbangan. Unsur-unsur yang dapat di
tarik dari perumusan pengertian harmonisasi, antara lain:
c. Adanya hal-hal ketegangan yang berlebihan
d. Menyelaraskan kedua rencana dengan menggunakan bagian masing-
masing agar membentuk suatu sistem
b. Suatu proses atau suatu upaya untuk merealisasi keselarasan, kesesuaian,
kecocokan, dan keseimbangan
c. Kerjasama antara berbagai faktor yang sedemikian rupa, hingga faktor-
faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur.20
G. Tinjauan Umum Pengertian Harmonisasi Hukum dan Harmonisasi
Hubungan Industrial
Secara ontologis kata harmonisasi berasal dari kata harmoni yang dalam
bahasa Indonesia berarti pernyataan rasa, aksi, gagasan dan minat: keselarasan,
keserasian.21Kata harmonisasi ini, di dalam bahasa inggris disebut harmonize,
dalam bahasa Francis disebut dengan harmonie, dan dalam bahasa yunani disebut
harmonia.22Dan istilah harmonisasi hukum itu sendiri muncul dalam kajian ilmu
hukum pada tahun 1992 di Jerman. Dimana kajian harmonisasi hukum ini
19 Ibid Hal 61 20 Ibid Hal 63 21 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, www. kamusbahasaindonesia.org, 1 Desember 2018. 22
Suhartono, Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan dalam Pelaksanaan Anggaran
Belanja Negara (Desertasi: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011), h. 94.
34
dikembangkan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa dalam dunia hukum,
kebijakan pemerintah, dan hubungan diantara keduannya terdapat keaneragaman
yang dapat mengakibatkan disharmoni.
Adapun cakupan harmonisasi hukum, L.M Gandhi yang mengutip buku
tussen eenheid en verscheidenheid: Opstellen over harmonisatie instaaat en
bestuurecht (1988) mengatakan bahwa harmonisasi dalam hukum adalah
mencakup penyesuaian peraturan perundang-undangan, keputusan pemerintah,
keputusan hakim, sistem hukum dan asas-asas hukum dengan tujuan peningkatan
kesatuan hukum, kepastian hukum, keadilan (justice,gerechtigheid) dan
kesebandingan (equit, billijkeid), kegunaan dan kejelasan hukum, tanpa
mengaburkan dan mengorbankan pluralisme hukum kalau memang dibutuhkan.
Sementara menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional dalam buku yang disusun
oleh Moh. Hasan Wargakusumah dan kawan-kawan, harmonisasi hukum adalah
kegiatan ilmiah untuk menuju proses pengharmonisasian tertulis yang mengacu
baik pada nilai-nilai filosofis, sosiologis, ekonomis maupun yuridis.23
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harmonisasi hukum diartikan
sebagai upaya atau proses penyesuaian asas dan sistem hukum, agar terwujud
kesederhanaan hukum, kepastian hukum dan keadilan. Harmonisasi hukum
sebagai suatu proses dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,
mengatasi hal-hal yang bertentangan dan kejanggalan di antara norma-norma
hukum di dalam peraturan perundang-undangan, sehingga terbentuk peraturan
23 Suhartono, Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan, hal 95.
35
perundang-undangan nasional yang harmonis, dalam arti selaras, serasi, seimbang,
terintegrasi dan konsisten, serta taat asas.
G.1 Harmonisasi Hubungan Industrial
Hubungan industrial yang harmonis adalah hubungan industrial yang didasari
oleh rasa saling percaya, saling menghargai dan dihargai, dan saling memberi.
Agar dapat menciptakan hubungan industrial yamg harmonis, selain memenuhi
hak-hak normatif pekerja/buruh, pengusaha juga harus menjalin komunikasi dua
arah dengan pekerja/buruh. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
hubungan industrial antara lain: gaya kepemimpinan pengusaha, pengetahuan
pengusaha dan pekerja/buruh mengenai hak dan kewajiban masing masing serta
penerapannya, iklim kerja yang mendukung, serta kesediaan pengusaha dan
pekerja/buruh untuk berunding. Pengusaha dan pekerja/buruh adalah mitra kerja,
bukan semata-mata buruh dan majikan. Indikator adanya hubungan industrial
yang harmonis tampak dari kepuasan dan kesejahteraan pekerja/buruh, atau tidak
adanya unjuk rasa atau mogok kerja. Harmonisasi hubungan antara perusahaan
dan pekerja/buruh dapat dicapai dengan melaksanakan PKB yang telah
disepakati.
Menurut Smeru (2007), Harmonis berarti selaras atau serasi. Hubungan industrial
yang harmonis merupakan kunci strategis agar ketenangan kerja dan
berkembangnya perusahaan dapat terwujud. Indikator hubungan industrial yang
harmonis diantaranya:
1) Kesejahteraan karyawan
36
Guna meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya pengusaha
menyediakan fasilitas kesejahteraan dengan memperhatikan kebutuhan
pekerja dan kemampuan perusahaan. Apabila pengusaha dipandang mampu,
pemerintah dapat mewajibkan pengusaha untuk menyediakan fasilitas
kesejahteraan bagi pekerja dan keluarga. Setiap tenaga kerja dan keluarga
berhak memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Selain itu, untuk
meningkatkan kesejahteraan pekerja dibentuk koperasi pekerja di perusahaan.
2) Pemenuhan hak-hak karyawan
Pekerja bukan sekedar faktor produksi belaka, tetapi sebagai manusia pribadi
dengan segala harkat dan martabatnya. Karena itu pekerja harus mendapatkan
perlakuan dari pengusaha berdasarkan hak-hak yang dimiliki pekerja. Hak-
hak pekerja tersebut antara lain:
a) Kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi
b) Hak untuk berorganisasi dan berunding bersama
c) Terbebas dari kerja paksa atau wajib kerja
d) Terhindar diskriminasi karena pengupahan dan atas hal pekerjaan dan
jabatan
e) Istirahat mingguan dan cuti dengan menerima upah
f) Peningkatan kondisi dan syarat-syarat kerja yang baik
g) Hak mogok kerja
37
h) Jaminan sosial
i) Perlindungan atas pekerjaan
3) Kepatuhan perusahaan dan karyawan dalam melaksanakan perjanjian kerja
bersama
Perjanjian kerja bersama adalah kesepakatan atau perjanjian yang dicapai
melalui perundingan antara wakil serikat pekerja dan wakil pengusaha di
suatu perusahaan mengenai hak dan kewajiban pekerja serta kewenangan dan
kewajiban pengusaha. Kepatuhan perusahaan dan karyawan dalam
melaksanakan perjanjian kerja bersama dapat memperkecil perselisihan dan
menciptakan hubungan yang baik antara perusahaan dengan pekerja.
4) Komunikasi yang baik antara karyawan atau serikat pekerja dengan
pengusaha
Komunikasi adalah sarana yang paling efektif dalam menyampaikan suatu
pengetahuan dan informasi. Melalui komunikasi juga akan terjadi kendali,
kontrol, pengawasan, motivasi, dan pengungkapan emosional. Apabila para
pekerja mengkomunikasikan setiap keluhan yang berkaitan dengan pekerjaan
kepada atasan langsungnya, atasan atau pengusaha harus menerima
komunikasi tersebut sebagai salah satu fungsi kontrol.
5) Menyelesaikan perselisihan yang ada
Setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus diselesaikan
dengan musyawarah untuk mufakat yang dilakukan secara kekeluargaan.
38
Penyelesaian perselisihan dengan cara kekluargaan lebih efektif untuk
menjaga hubungan industrial harmonis. Aksi-aksi penekanan seperti aksi
mogok penutupan perusahaan dan lain-lain tidak sesuai dengan prinsip
hubungan industrial. 24
24 Smeru. 2007. Hubungan Industrial di Jabotabek, Bandung dan Surabaya pada Era Kebebasan
Berserikat. www.smeru.or.id. 1 desember 2018