BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan...

32
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja a. Definisi Menurut OHSAS 18001:2007 yang dimaksud tempat kerja ialah lokasi manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali organisasi (perusahaan). Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian yang dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di permukaan, di dalam air, maupun di udara yang berada diwilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam tempat kerja, yang merupakan tempat-tempat :

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

a. Definisi

Menurut OHSAS 18001:2007 yang dimaksud tempat kerja ialah

lokasi manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali

organisasi (perusahaan).

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud tempat kerja adalah

tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di

mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk

keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber

bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman

dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian yang dengan tempat

kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber

bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di

tanah, di permukaan, di dalam air, maupun di udara yang berada

diwilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut

berlaku dalam tempat kerja, yang merupakan tempat-tempat :

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

8

1) Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat

perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat

menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.

2) Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut

atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah

terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.

3) Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau

pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk

bangunan perairan, saluran, atau terowongan di bawah tanah dan

sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan persiapan.

4) Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,

pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,

peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.

5) Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak,

logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau

mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di

dasar perairan.

6) Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di

daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun

di udara.

7) Dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu,

dermaga, dok, stasiun atau gudang.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

9

8) Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di

dalam air.

9) Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah

atau perairan.

10) Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi

atau rendah.

11) Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,

hanyut atau terpelanting.

12) Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang.

13) Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api,

asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau

getaran.

14) Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau timah.

15) Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,

televisi, atau telepon.

16) Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau

riset (penelitian) yang menggunakan alat tehnis.

17) Dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan

atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.

18) Diputar pilem, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan

rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau

mekanik.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

10

b. Syarat-syarat Keselamatan Kerja di Tempat Kerja

Dalam undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pada BAB III dijelaskan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja

meliputi :

1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

2) Mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran;

3) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

5) Memberi pertolongan pada kecelakaan;

6) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,

sinar atau radiasi, suara dan getaran;

8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan;

9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

10) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

11) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

12) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

13) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,

cara dan proses kerjanya;

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

11

14) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,

tanaman atau barang;

15) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

16) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat,

perlakuan dan penyimpanan barang;

17) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

18) Menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2. Pekerjaan

a. Definisi

Pekerjaan merupakan sesuatu yang didasarkan pada studi

intelektual dan latihan yang khusus, tujuannya adalah untuk menyediakan

pelayanan ketrampilan terhadap yang lain dengan bayaran maupun upah

tertentu (Peter Jarvis, 1983).

Pekerjaan merupakan suatu ketrampilan yang terdapat dalam

prakteknya didasarkan atas suatu struktur teoritis tertentu dari beberapa

bagian pelajaran ataupun ilmu pengetahuan (Cogan, 1983).

Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan

suatu jabatan yang menuntut suatu keahlian, tanggung jawab serta

kesetiaan terhadap pekerjaan.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

12

b. Sifat dan karakter pekerjaan meliputi :

1) Pekerjaan membutuhkan waktu pendidikan dan latihan yang

khusus dan memadai, yaitu harus adanya ketrampilan yang khusus

dalam suatu bidang pekerjaan.

2) Suatu pekerjaan khas dengan keahlian serta ketrampilan, yaitu

memiliki keahlian khusus dalam 1 bidang tertentu.

3) Menuntut kemampuan kinerja intelaktual, yaitu kemampuan yang

dibutuhkan untuk dapat melakukan berbagai aktivitas seperti

mental berpikir, menalar, serta memecahkan masalah.

4) Mempunyai konsekuen memikul tanggung jawab pribadi secara

penuh.

5) Kinerja lebih mengutamakan pelayanan daripada imbalan ekonomi.

6) Ada sangsi jika terdapat pelanggaran.

7) Memiliki kebebasan untuk memberikan judgment.

8) Ada pengakuan dari masyarakat.

9) Memiliki kode etik serta asosiasi profesional.

10) Mengatur diri

11) Layanan publik serta altruisme

12) Status dan imbalan yang tinggi, pekerjaan yang paling sukses akan

meraih status yang tinggi, prestise, serta imbalan yang layak bagi

tenaga kerjanya. Hal itu layak dianggap sebagai pengakuan

terhadap layanan yang mereka berikan bagi orang lain.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

13

3. Potensi Bahaya

a. Definisi Potensi Bahaya

Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan

terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan

dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan

sistem kerja (Tarwaka, 2008).

Sedangkan menurut Ramli (2010), Bahaya adalah segala sesuatu

termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan

atau cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Karena

hadirnya bahaya maka diperlukan pengendalian agar bahaya tersebut

tidak menimbulkan akibat yang merugikan.

b. Sumber Bahaya

Sebagaimana diterangkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja bahwa di tempat kerja terdapat sumber

bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga

kerja. Adapun sumber bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan

kerja adalah sebagai berikut :

1) Manusia

Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian

besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada tenaga kerja

yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu

emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan

kerugian (Silalahi dan Silalahi, 1995)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

14

2) Peralatan

Menurut Sahab (1997), peralatan meliputi mesin dan alat atau

sarana lain yang digunakan. Elemen ini merupakan faktor penyebab

utama terjadinya insiden. Perawatan peralatan bukan hanya menurut

waktu pemakaian melainkan juga didasarkan pada kondisi bagian-

bagiannya. Tanpa perawatan yang teratur, keadaan mesin berubah

menjadi penyebab bahaya. Peralatan yang seharusnya digunakan

semestinya dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan

itu dapat menimbulkan macam-macam bahaya seperti :

a) Kebakaran

b) Sengatan listrik

c) Ledakan

d) Luka-luka

e) Cedera

3) Bahan

Menurut Sahab (1997), bahan dapat berperan sebagai sumber

bahaya. Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan

sifat bahan, antara lain :

a) Mudah terbakar,

b) Mudah meledak,

c) Menimbulkan alergi,

d) Menimbulkan kanker,

e) Bersifat racun,

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

15

f) Radioaktif,

g) Mengakibatkan kelainan pada janin,

h) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh.

Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan dari bahan

tergantung pada :

(a) Bentuk alami bahan atau energi yang terkandung,

(b) Berapa banyak terpapar bahan atau energi tersebut,

(c) Berapa lama terpapar bahan atau energi tersebut.

4) Proses

Bahaya dari proses produksi sangat bervariasi tergantung dari

teknologi yang digunakan. Terkadang dalam proses produksi

menimbulkan asap, debu, panas, bising dan bahaya mekanis seperti

terjepit, terpotong atau tertimpa bahan. Hal ini dapat mengakibatkan

kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tingkat bahaya dari proses ini

tergantung pada teknologi yang digunakan (Sahab, 1997).

5) Cara kerja

Menurut Sahab (1997), cara kerja yang berpotensi terhadap

terjadinya bahaya atau kecelakaan berupa tindakan tidak aman,

misalnya :

a) Cara mengangkat yang salah,

b) Posisi yang tidak benar,

c) Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD),

d) Lingkungan kerja,

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

16

e) Menggunakan alat atau mesin yang tidak sesuai.

6) Lingkungan Kerja

Menurut Silalahi dan Silalahi (1995), keadaan lingkungan yang

dapat merupakan keadaan berbahaya antara lain :

a) Suhu dan kelembaban udara,

b) Kebersihan udara,

c) Penerapan dan kuat cahaya,

d) Kekuatan bunyi,

e) Cara dan proses kerja

f) Udara, gas-gas bertekanan,

g) Keadaan lingkungan setempat,

h) Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta

bahan.

Bahaya-bahaya yang terdapat pada lingkungan kerja adalah

sebagai berikut :

a) Faktor Bahaya Fisika

Menurut Suma’mur (2009), faktor bahaya fisika merupakan

bahaya yang timbul dari keadaan fisika di lingkungan kerja

meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban cepat rambat udara,

suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara.

b) Faktor Bahaya Kimia

Menurut Suma’mur (2009), faktor bahaya kimia merupakan

bahaya yang bisa berasal dari bahan yang digunakan atau hasil

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

17

produksi, yang meliputi gas, uap, debu, kabut, asap, cairan dan

benda padat.

c) Faktor Bahaya Biologi

Menurut Suma’mur (2009), faktor bahaya biologi

merupakan bahaya yang berasal dari golongan hewan dan

tumbuhan, misalnya virus, bakteria, riketsia, protozoa, jamur,

cacing, kutu, pinjal atau mungkin pula tumbuhan atau hewan

besar atau bahan dari padanya.

d) Faktor Bahaya Fisiologi

Menurut Sahab (1997), faktor bahaya fisiologi merupakan

bahaya yang berasal dari ketidaksesuaian antara konstruksi mesin

dengan ukuran tubuh tenaga kerja yang dapat menimbulkan beban

kerja tambahan misalnya posisi kerja yang tidak sesuai dan

konstruksi mesin yang tidak ergonomi.

e) Faktor Bahaya Mental Psikologis

Bahaya yang berasal dari psikologis tenaga kerja yang

meliputi suasana kerja, pekerjaan yang monoton, ketidaksesuaian

hubungan kerja antar pekerja dan atasan dengan bawahan

(Suma’mur, 2009).

4. Kecelakaan Kerja

a) Definisi Kecelakaan Kerja

Menurut Tarwaka (2008) , menyebutkan bahwa kecelakaan kerja

adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

18

terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta

benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu

proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.

Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai

Program Jamsostek Pasal 1 Ayat (7), pengertian kecelakaan kerja adalah

kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk

penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan

yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja

dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.

Dengan demikian, menurut Tarwaka (2008) kecelakaan kerja

mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1) Tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan

tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.

2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan

akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.

3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-

kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.

b) Jenis Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang ada di industri menurut Tarwaka (2008)

dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1) Kecelakaan industri

Kecelakaan industri adalah suatu kecelakaan kerja yang terjadi

di tempat kerja, karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

19

2) Kecelakaan di dalam perjalanan

Kecelakaan di dalam perjalanan adalah kecelakaan yang terjadi

di luar tempat kerja tetapi masih berhubungan dengan pekerjaan.

c) Penyebab Terjadinya Kecelakaan

Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara

berbeda-beda. Namun ada kesamaan umum menurut Suma’mur (2009),

yaitu bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab, yaitu :

1) Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human).

2) Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition).

Heinrich dalam Tarwaka (2008), mengemukakan suatu teori sebab

akibat terjadinyakecelakaan kerja yang dikenal dengan “Teori Domino”.

Teori Domino memiliki lima faktor penyebab yang secara berurutan dan

saling berdiri sejajar antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima

faktor tersebut adalah :

1) Domino kebiasaan,

2) Domino kesalahan,

3) Domino tindakan dan kondisi tidak aman,

4) Domino kecelakaan,

5) Domino cedera.

Selanjutnya Heinrich dalam Tarwaka (2008), menjelaskan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan membuang salah

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

20

satu kartu domino atau memutuskan rangkaian mata rantai domino

tersebut.

Berdasarkan teori dari Heinrich tersebut, Bird dan Germain

dalam Tarwaka (2008) memodifikasi teori domino dengan

merefleksikan ke dalam hubungan manajemen secara langsung

dengan sebab akibat kerugian kecelakaan. Model penyebab kerugian

melibatkan lima faktor penyebab secara berurutan. Kelima faktor yang

dimaksud adalah :

Gambar 1. Bagan Teori Domino Sumber : Ramli, 2010

Menurut Tarwaka (2008) untuk lebih detailnya, diagram alur

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut ini :

1) Kurangnya Sistem Pengendalian (Lock of Control)

Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya

kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol

merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu :

Planning, Organizing, Leading dan Controling.

Tanpa manajemen pengendalian yang kuat, penyebab

kecelakaan dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor

penyebab kerugian. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan

karena faktor :

(a) Program yang tidak memadai,

Lock Of Control

People-Property / Loss

Incident Immadiete Causes

Basic Cause

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

21

(b) Standar program yang tidak memadai,

(c) Tidak memenuhi standar.

Domino yang pertama akan jatuh diakibatkan karena

kelemahan pengawas dan pihak manajemen yang tidak

merencanakan dan mengorganisasi tenaga kerja dengan benar serta

tidak mengarahkan para tenaga kerjanya untuk terampil dalam

melaksanakan pekerjaannya (Bird and Germain dalam Tarwaka,

2008).

2) Penyebab Dasar (Basic Cause)

Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan

penyebab dasar adalah penyebab nyata yang dibelakang atau

melatarbelakangi penyebab langsung yang mendasari terjadinya

kecelakaan kerja, terdiri dari :

(a) Faktor Personal (Personal Factor) yaitu meliputi :

(1) Kurangnya pengetahuan,

(2) Kurangnya keterampilan,

(3) Kurangnya kemampuan fisik dan mental,

(4) Kurangnya motivasi,

(5) Stress fisik dan mental.

(b) Faktor Pekerjaan (Job Factor) yaitu meliputi :

(1) Kepemimpinan dan kepengawasan yang tidak memadai,

(2) Engineering kurang memadai,

(3) Maintenance kurang memadai,

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

22

(4) Alat dan peralatan kurang memadai,

(5) Pembelian barang kurang memadai,

(6) Standar kerja kurang memadai,

(7) Aus dan retak akibat pemakaian,

(8) Penyalahgunaan wewenang.

3) Penyebab Langsung (Immediate Cause)

Jika penyebab dasar terjadi, maka terdapat peluang untuk

menjadi tindakan dan kondisi tidak aman. Menurut Heinrich dalam

Tarwaka (2008) menyebutkan bahwa 88% kecelakaan diakibatkan

oleh tindakan yang tidak aman, 10% karena kondisi yang tidak

aman dan 2% disebabkan oleh faktor yang tidak disebutkan.

(a) Tindakan tidak aman (Unsafe Action)

Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap cara

kerja aman yang mempunyai risiko terjadinya kecelakaan,

antara lain :

(1) Menjalankan sesuatu tanpa ijin,

(2) Gagal mengingat atau mengamankan,

(3) Menjalankan peralatan dengan kecepatan yang tidak

sesuai,

(4) Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja,

(5) Menggunakan peralatan dengan cara tidak benar,

(6) Tidak menggunakan alat pelindung diri,

(7) Cara memuat dan membongkar tidak benar,

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

23

(8) Cara mengangkat tidak benar,

(9) Posisi yang tidak benar,

(10) Menggunakan peralatan yang rusak.

(b) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)

Kondisi tidak aman adalah kondisi fisik yang berbahaya dan

keadaan yang berbahaya yang langsung menimbulkan peluang

terjadinya kecelakaan kerja, antara lain :

(1) Pengamanan atau pelindung yang tidak cukup,

(2) Alat, peralatan atau bahan yang rusak,

(3) Penyumbatan,

(4) Sistem peringatan yang tidak memadai,

(5) Bahaya kebakaran dan peledakan,

(6) Kurang bersih,

(7) Kondisi yang berbahaya seperti : debu, gas, uap,

(8) Kebisingan yang berlebih,

(9) Kurangnya ventilasi dan penerangan.

4) Insiden

Menurut Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008),

menyebutkan insiden terjadi karena adanya kontak energi atau

bahan-bahan berbahaya. Kecelakaan tersebut dapat berupa :

(1) Terbentur atau menabrak suatu benda,

(2) Terbentur atau tertabrak benda atau alat yang bergerak,

(3) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah,

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

24

(4) Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung,

terpeleset),

(5) Terjepit diantara dua benda,

(6) Terjepit ke dalam alat/benda yang berputar,

(7) Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi dan bahan

beracun.

5) Kerugian (Loss)

Apabila terjadi kecelakaan kerja maka akan mengakibatkan

kerugian terhadap manusia dan harta benda yang akan

mempengaruhi kualitas dan produksi sebagaimana pengaruhnya

terhadap keselamatan, kesehatan dan keamanan. Kecelakaan

menurut Suma’mur (2009), menyebabkan lima jenis kerugian

yaitu:

(a) Kecelakaan,

(b) Kekacauan organisasi,

(c) Keluhan dan kesedihan,

(d) Kelainan dan kecacatan,

(e) Kematian.

Frank Elbert dalam Suardi (2005), menyebutkan biaya yang

timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan seperti

Gunung Es atau yang lebih dikenal dengan sebutan Teori Gunung

Es yang artinya biaya langsung sebagai bongkahan gunung es yang

terlihat pada permukaan laut, sedangkan biaya tidak langsung yaitu

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

25

bongkahan es yang berada di bawah permukaan laut yang jauh

lebih besar.

6) Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya

untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari

siapa yang salah. Dengan mengetahui dan mengenal penyebab

kecelakaan maka dapat disusun suatu rencana pencegahannya, yang

mana hal ini merupakan program K3, yang pada hakekatnya

merupakan rumusan dari suatu strategi bagaimana menghilangkan

atau mengendalikan potensi bahaya yang sudah diketahui

(Tarwaka, 2008).

Menurut International Labour Organization (ILO) dalam

Dasar-dasar K3 (2007) langkah-langkah penanggulangan

kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :

(a) Peraturan perundang-undangan

Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan, teknis dan teknologi, penerapan ketentuan dan

syarat K3 sejak tahap rekayasa, penyelenggaraan pengawasan

dan pemantauan pelaksanaan K3.

(b) Standarisasi

Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan

pelaksanaan K3.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

26

(c) Riset teknis, medis, psikologis dan statistik

Riset atau penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan

bidang K3 sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan

teknologi.

(d) Pendidikan dan latihan

Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan

keterampilan K3 bagi tenaga kerja.

(e) Persuasi

Cara penyuluhan dan pendekatan dibidang K3 bukan

melalui penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.

(f) Asuransi

Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan kerja dengan pembayaran premi yang lebih rendah

terhadap perusahaan yang memenuhi syarat K3.

(g) Penerapan K3 di tempat kerja

Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam

upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.

(h) Inspeksi atau pemeriksaan

Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat

kerja telah memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

27

5. Sistem Manajemen K3

a. Definisi

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 tahun

2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja pasal 1 ayat (1), dijelaskan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian

dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Sedangkan definisi dari Audit SMK3 dijelaskan dalam pasal 1 ayat

(7), bahwa Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan

independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk

mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan

dalam penerapan SMK3 di perusahaan.

b. Tujuan Penerapan SMK3

Penerapan SMK3 dilaksanakan oleh perusahaan juga memiliki

tujuan yang telah dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 2, yaitu :

1) Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

28

2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat

pekerja/serikat buruh; serta

3) Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk

mendorong produktivitas.

c. Penerapan SMK3

Penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No 50 tahun 2012 tentang Penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang harus

dilaksanakan oleh perusahaan meliputi :

1) Penetapan kebijakan K3

Pasal 7

a) Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh pengusaha.

b) Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pengusaha paling sedikit harus:

(1) Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :

(a) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan

pengendalian risiko;

(b) Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan

sektor lain yang lebih baik;

(c) Peninjauan sebab akibat kejadian yang

membahayakan;

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

29

(d) Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian

sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan; dan

(e) Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang

disediakan.

2) Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara

terus-menerus; dan

3) Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat

pekerja/serikat buruh.

c) Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit

memuat :

(1) Visi;

(2) Tujuan perusahaan;

(3) Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan

(4) Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan

perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau

operasional.

2) Perencanaan K3

Pasal 9

a) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b

dilakukan untuk menghasilkan rencana K3.

b) Rencana K3 disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan

mengacu pada kebijakan K3 yang telah ditetapkan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

30

c) Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

pengusaha harus mempertimbangkan:

(1) Hasil penelaahan awal;

(2) Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;

(3) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan

(4) Sumber daya yang dimiliki.

d) Pengusaha dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) harus melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil

pekerja/buruh, dan pihak lain yang terkait di perusahaan.

e) Rencana K3 paling sedikit memuat:

(1) Tujuan dan sasaran;

(2) Skala prioritas;

(3) Upaya pengendalian bahaya;

(4) Penetapan sumber daya;

(5) Jangka waktu pelaksanaan;

(6) Indikator pencapaian; dan

(7) Sistem pertanggungjawaban.

3) Pelaksanaan Rencana K3

Pasal 10

a) Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha berdasarkan

rencana K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c

dan Pasal 9.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

31

b) Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber

daya manusia di bidang K3, prasarana, dan sarana.

c) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

memiliki:

(1) Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan

(2) Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin

kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang

berwenang.

d) Prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling

sedikit terdiri dari:

(1) Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;

(2) Anggaran yang memadai;

(3) Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta

pendokumentasian; dan

(4) Instruksi kerja.

6. Inspeksi

Inspeksi adalah upaya deteksi dini dan mengoreksi adanya potensi

bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Inspeksi

tempat kerja bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya

potensial yang ada di tempat kerja, mengevaluasi tingkat resiko terhadap

tenaga kerja serta mengendalikan sampai tingkat yang aman bagi kesehatan

dan keselamatan tenaga kerja. Inspeksi tidak ditujukan untuk mencari

kesalahan orang, melainkan untuk menemukan dan menentukan lokasi

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

32

bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat

kerja (Sahab, 1997).

a. Jenis-jenis inspeksi

Ada dua jenis inspeksi pada umumnya berdasarkan Tarwaka

(2008), meliputi :

1) Inspeksi Informal

Merupakan jenis inspeksi yang tidak direncanakan

pelaksanaannya dilakukan sewaktu-waktu dalam aktifitas

operasional sehari-hari di tempat kerja, dan dilakukan berdasarkan

kesadaran dari orang-orang yang menemukan atau melihat masalah-

masalah K3 yang ada di tempat kerja.

Inspeksi jenis ini cukup efektif karena masalah-masalah yang

muncul bisalangsung dideteksi dan dilaporkan untuk segera

dilakukan tindakan perbaikan.

2) Inspeksi formal

Inspeksi jenis ini lebih dikenal dengan inspeksi periodik yang

pelaksanaannya dilakukan terencana baik tempat, waktu dan siapa

saja yang ikut dalam pelaksanaan inspeksi tersebut.

b. Metode Inspeksi

Menurut Alkon (1998) terdapat dua macam metode yang

digunakan yaitu :

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

33

1) Safety Tour

Pelaksanaan Safety Tour yaitu perjalanan mengelilingi

perusahaan mulai dari awal sampai hasil suatu proses produksi. Dalam

hal ini manajemen melakukan pengamatan langsung ke lapangan

sebagi suatu bukti keterlibatan manajemen yang mendukung dan

memperhatikan program kesehatan dan keselamatan kerja.

2) Safety Sampling

Safety sampling biasanya digunakan untuk mengukur efektifitas

pelaksanaan keselamatan kerja pada suatu tempat kerja. Pemantauan

pada safety sampling ditujukan kepada fakta- fakta saat melaksanakan

suatu pekerjaan apakah sesuai dengan cara dan prosedur yang aman.

Yang dihitung dalam safety sampling adalah banyaknya orang yang

bekerja dengan cara yang tidak aman. Pelaksanaannya harus

dilakukan secara periodik. Namun, tidak hanya tindakan saja yang

diukur melainkan kondisi lingkungan kerja, APD dan sebagainya.

Safety sampling merupakan alat motivasi dengan adanya kegiatan

tersebut maka tenaga kerja bekerja dengan aman.

c. Langkah-langkah pelaksanaan inspeksi

Inspektor (pelaksana inspeksi) harus memahami kebijaksanaan-

kebijaksanaan dan norma-norma keselamatan kerja, selain itu juga harus

menguasai undang-undang dan peraturan-peraturan keselamatan kerja

yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun standart-standart lainnya

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

34

(Alkon, 1998). Inspektor atau pelaksana inspeksi keselamatan kerja

dibedakan menjadi 2, yaitu :

1) Ekstern Perusahaan

Inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan oleh pengawas dari

instansi pemerintah atau pihak ketiga.

2) Intern Perusahaan

Inspeksi yang dilakukan oleh orang yang berkepentingan seperti

supervisor dan manager lini dan juga mempunyai spesialisasi

dibidangnya seperti safety advisor dan teknisi atau ahli yang terbaik

setiap unsur karyawan dari level terendah sampai tingkat tinggi (top

management).

Inspeksi keselamatan kerja dilakukan melalui :

1) Tahap Persiapan Inspeksi

a) Periksa jadwal dan tim kerja

b) Analisa kecelakaan yang ada

c) Analisa laporan inspeksi yang lalu

d) Buat checklist (daftar periksa)

e) Buat peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi

f) Periksa prosedur kerja atau kartu analisa kerja

g) Rencanakan jalur-jalur inspeksi

h) Anggaran waktu yang cukup

i) Siapkan alat pelindung diri

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

35

2) Pelaksanaan inspeksi

a) Pendahuluan

Pendahuluan adalah menghubungi penanggung jawab bagian yang

akan dikunjungi untuk menjelaskan bahwa akan diadakan inspeksi

diarea kerja.

b) Peta Inspeksi

Usahakan mengikuti peta inspeksi seperti yang telah direncanakan

c) Pengamatan

Mengamati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada

atau tidaknya pelanggaran terhadap peraturan keselamatan kerja.

d) Observasi

Observasi tindakan-tindakan perorangan untuk mencocokan

dengan syarat-syarat keselamatan kerja.

e) Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan atau juga cross-check

data.

f) Koreksi

Koreksi sementara dengan segera apabila dalam melaksanakan

inspeksi atau tindakan berbahaya atau membahayakan.

g) Catat

Buat catatan ringkas tentang ketidak sesuaian dan kesesuaian

peralatan, tindakan dan kondisi terhadap standart kemudian periksa

pedoman identifikasi bahaya.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

36

Seorang inspektor harus menunjukan tempat dan penjelasan setiap

bahaya yang ditemukan dalam pemeriksaan, dan juga harus membuat

catatan yang mendetail untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan

pertanyaan yang akan timbul. Potensi kerugiannya supaya diperkirakan

agar dapat membuat klasifikasi dalam laporan.

3) Tahap Pelaporan

Setiap inspeksi harus ditindak lanjuti dengan laporan tertulis tanpa

laporan tertulis inspeksi tidak mempunyai arti dan hanya seperti single

seeing tour saja. Tipe laporan inspeksi ada 3 yaitu :

a) Laporan Keadaan Darurat

Segera dibuat tanpa menunggu untuk keadaan berbahaya, kritis

atau katastropik, yaitu termasuk kategori bahaya IA, IIB.

b) Laporan Berkala (periodik)

Mencakup keadaan bahaya yang tidak tergolong emergency yang

ditemukan dalam inspeksi berkala. Laporan supaya dibuat dalam

24 jam setelah inspeksi.

c) Laporan Ringkas (summary)

Mencakup semua item dari laporan berkala terdahulu untuk jangka

waktu tertentu.

Laporan harus menyebutkan nama departemen dan area yang di

inspeksi, nama serta jabatan yang mengadakan inspeksi, tanggal laporan

dibuat dan nama untuk siapa laporan dibuat. Adapun statistik membuat

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

37

laporan yang ada dianjurkan agar mudah dipahami dan ditindak lanjuti

yaitu :

(1) Catat item temuan yang belum ditindak lanjuti dan beri tanda

pengukang kembali.

(2) Tiap item harus diberi nomor urut.

(3) Tiap item supaya diberi klasifikasi bahaya.

(4) Sedapat mungkin sebutkan akan tindak lanjuti dan oleh siapa dari

item yang ditulis ulang.

(5) Laporan inspeksi supaya dialamatkan kepada departemen yang

diinspeksi dengan tembusan kepada atasan.

(6) Usaha perbaikan sebagai tindak lanjut.

(7) Untuk mengetahui kondisi dari setiap keadaandan upaya yang

dilakukan dalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3),

maka sangat perlu adanya langkah evaluasi tersebut maka kita dapat

menentukan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk

pengembangan.

Inspeksi adalah tindakan preventif dari adanya potensi bahaya

sebelum potensi bahaya tersebut menjadikan kecelakaan. Rekomendasi

dari laporan dapat dijadikan dasar untuk membuat rencana kerja yang

menyusun prioritas dalam rencana kerja. Untuk penindak lanjutan,

rekomendasi dapat dikelompokan menurut daerah bahaya ditemukan dan

penanggung jawab perbaikan.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · Sedangkan menurut Dedi Supriyadi (1998), pekerjaan merupakan ... Sedangkan menurut Permenaker No. Per 03/MEN/1994 mengenai Program Jamsostek

38

Kemudian rekomendasi tersebut perlu dikirim kepada yang

berwenang untuk persetujuan pelaksanaan perbaikan. untuk

pelaksanaannya dibuat form, penerima form rekomendasi harus memberi

jawaban tentang tindak lanjutnya dalam waktu yang ditentukan dalam

prosedur, apabila menyetujui rekomendasi diminta memberi kepastiannya

kapan tindak lanjutnya telah dilaksanakan, apabila menolaknya supaya

menjelaskan apa alasannya. Untuk memudahkan administrasi dan

penindaklanjutan, form dibuat dalam beberapa salinan. Ada 4 tahap yang

perlu diikuti oleh inspektor dalam membuat rekomendasi yaitu :

(1) Sedapat mungkin seorang inspektor memperbaiki sebab dari deviasi

(penyimpangan) yang ditemukan. Jangan hanya memperbaiki hasil

terakhir dan membiarkan permasalahannya.

(2) Perbaiki apa saja yang mungkin diperbaiki secara langsung.

(3) Laporkan kondisi yang ada dikuar wewenang anda dan usulkan

solusinya.

(4) Ambil tindakan sementara bila perlu.

Pada waktu tertentu supervisor harus melaporkan perkembangan dari

pelaksanaan rekomendasi kepada P2K3 pusat. Sebaliknya P2K3 pusat harus

memeriksa secara berkala perkembangan pelaksanaannya sudah memenuhi

syarat yang dimaksud. Keadaan berbahaya yang tidak diperbaiki memberi

indikasi adanya komunikasi yang tidak baik antara departemen dalam

pelaksanaan program.