BAB II LANDASAN TEORI A. Risiko 1. Pengertian Risiko
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Risiko 1. Pengertian Risiko
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Risiko
1. Pengertian Risiko
Risiko dapat di definisikan sebagai suatu
potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat
menimbulkan kerugian. Risiko yaitu suatu
kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian
apabila tidak di antisipasi serta tidak dikelola
sebagaimana mestinya. Risiko dalam bidang
perbankan merupakan suatu kejadian potensial baik
yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang
tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang
berdampak negatif pada pendapatan maupun
permodalan bank.1
1 Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah Sebuah
Implementasi Teori dan Praktik, (Surabaya: CV Penerbit Qiara Media, 2019),
h. 238.
26
Risiko menurut islam sesuai dengan firman
Allah dalam Al-Qur’an pada surat Luqman Ayat 34:
يب عهى يب ف ٱلسحبو ث ل ٱنغ ز بعة عذۥ عهى ٱنس ٱلل إ
ت أسض ج يب جذس فس ثأ برا جكست غذا جذس فس ي
عهى خجش ٱلل ٤٣إ
“Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari
Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti)
apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia
akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha
Mengenal”.2
2. Jenis – Jenis Risiko
a. Risiko Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dana cash (cash flow)
dengan segera dan dengan biaya yang sesuai.3
Risiko likuiditas adalah risiko terjadinya
kerugian yang merupakan akibat dari adanya
kesengajaan antara sumber pendanaan yang pada
2 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan, ( Semarang: CV
Toha Putra 1989) h. 648. 3Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah Sebuah
Implementasi Teori dan Praktik, (Surabaya: CV Penerbit Qiara Media, 2019),
h. 250.
27
umumnya berjangka pendek dan aktiva yang pada
umumnya berjangka panjang. Besar kecilnya
risiko likuiditas ditentukan antara lain :
1) Melaksanakan monitoring secara harian atas
besarnya penarikan dana yang dilakukan oleh
nasabah baik berupa penarikan melalui kliring
atau penarikan tunai.
2) Melakukan monitoring secara harian atas
semua dana masuk baik melalui incoming
transfer maupun setor tunai.
b. Risiko Pembiayaan
Adalah risiko dimana nasabah atau
debitur atau counterpart tidak mampu memenuhi
kewajiban keuangan sesuai dengan kontrak/
kesepakatan yang telah dilakukan. Risiko
pembiayaan merupakan risiko yang timbul akibat
kualitas pembiayaan semakin menurun.4
4 Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank , ... , h. 264.
28
c. Risiko Pasar
Risiko Pasar merupakan risiko pada
posisis neraca dan rekening administratif
termasuk transaksi deriverative, akibat perubahan
harga pasar. Risiko pasar dapat terjadi pada
bangking book atau trading book. 5
d. Risiko Operasional
Risiko Operasional merupakan risiko
yang dihadapi oleh semua bank karena dalam
menjalankan bisnis bank tidak dapat dipisahkan
dari faktor yang melekat pada diri manusiawi,
prosedur pelayanan, proses administrasi dan
sebagainya. Secara umum menurut basel
penyebab risiko operasional adalah faktor
manusia, prosedur internal, kegagalan sistem dan
faktor eksternal. 6
5 Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank , ... , h. 266.
6 Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank , ... , h. 274.
29
e. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat
bank tidak mematuhi dan/ atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku.7
f. Risiko Hukum
Risiko Hukum merupakan risiko yang
dihadapi oleh bank akibat tuntutan hukum dan /
atau kelemahan aspek yuridis. 8
g. Risiko Stratejik
Adalah risiko bank akibat ketidaktepatan
dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu
keputusan stratejik, serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. 9
7 Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank , ... , h. 280
8 Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank , ... , h. 281
9 Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank , ... , h. 281
30
h. Risiko Reputasi
Merupakan Risiko akibat menurunnya
tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber
dari persepsi negatif terhadap bank. 10
B. Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen Risiko adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan
risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi
perusahaan, keluarga, dan masyarakat. Dengan
demikian manajemen risiko mencangkup kegiatan
merencanakan, mengorganisir, menyusun,
memimpin, dan mengawasi program penanggulangan
risiko.11
Menurut Peraturan Bank Indonesia No
11/25/PBI/2010 mengenai perubahan atas PBI Nomor
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko,
10
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank , ... , h. 282 11
Sumartika dan Misti Hariasih, Buku ajar manajemen Perbankan,
(Sidoarjo : Umsida Press, 2018), Cetakan Pertama, h. 34 .
31
Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya
suatu peristiwa (events) tertentu, dan manajemen
risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur
yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari
seluruh kegiatan usaha bank.12
Menurut Setia Mulyawan, manajemen risiko
merupakan proses identifikasi, pengukuran, dan
kontrol keuangan dari risiko yang mengencam aset
dan penghasilan dari sebuah peruasahaan atau proyek
yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian
pada perusahaan.13
Menurut Prianto Pandia, manajemen risiko
merupakan suatu metode logis dan sistematik dalam
identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap,
menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan
12
Sumartika dan Misti Hariasih, ... , h. 3 13
Setia Mulyawan, Manajemen Risiko, (Bandung: Pustaka Setia,
2015), h. 45.
32
pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap
aktivitas atau proses. 14
Menurut Irham Fahmi, manajemen risiko
meruapakan suatu bidang ilmu yang membahas
tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan
ukuran dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan
manajemen secara kompherensif dan sistematis.15
Manajemen risiko dalam Islam mempunyai
karakter yang berbeda dengan bank konvensional,
terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang
melekat pada bank-bank yang beroperasi secara
Syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar
antara bank Islam dengan bank konvensional bukan
14
Frianto Pandia, Manajemen Dana Dan Kesehatan Bank, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2012), h. 199. 15
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, Dan Solusi, (Bandung :
Alfabeta,2014), h.279.
33
terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan
pada apa yang dinilai. 16
Adapun karakter manajemen risiko pada
bank syariah adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi Risiko
Identifikasi yang dilakukan pada bank
syariah tidak hanya mencangkup berbagai risiko
yang ada pada bank umumnya., melainkan
meliputi risiko yang khas hanya pada bank-bank
yang beroperasi berdasrkan prinsip syariah.
Dalam hal ini keunikan bank Islam terdapat pada
: Proses transaksi pembiayaan, proses
manajemen, sumber daya manusia, teknologi,
lingkungan eksternal, dan kerusakan.
b. Penilaian Risiko
Dalam penilain risiko keunikan bank
syariah terlihat pada hubungan antara probability
16
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah Sebuah
Implementasi Teori dan Praktik, (Surabaya: CV Penerbit Qiara Media, 2019),
h. 240.
34
dan impact, atau biasa dikenal sebagai qualitative
approach.
c. Antisipasi Risiko
Antisipasi risiko dalam bank Islam
bertujuan untuk Preventive, dalam hal ini, bank
Islam memerlukan persetujuan DPS untuk
mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari
aspek Syariah. Disamping itu, bank Islam juga
memerlukan opini bahwa Fatwa DSN bila Bank
Indonesia memandang persetujuan DPS sebelum
memadai atau berada diluar wewenang.
Kemudian untuk Detective, pengawasan dalam
bank Islam meliputi dua aspek yaitu aspek
perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek
Syariah oleh DPS. Selanjutnya untuk Recovery,
koreksi atas suatu permasalahan dapat melibatkan
Bank Indonesia untuk aspek perbankan oleh Bank
Indonesia dan aspek Syariah oleh DPS.
35
d. Monitoring Risiko
Aktivitas dalam bank Islam tidak hanya
meliputi manajemen bank Islam, tetapi juga
melibatkan Dewan Pengawas Syariah (DPS).
2. Proses Manajemen Risko
Untuk dapat menerapkan proses manajemen
risiko, pada tahap awal Bank Syariah harus secara
tepat mengenal, memahami, serta mengidentifikasi
seluruh risiko, baik yang sudah ada maupun yang
mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank.
Selanjutnya, secara berturut-turut bank syariah perlu
melakukan pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko. 17
Perlu diingat bahwa proses
manajemen risiko dalam sebuah lembaga keuangan
akan sangat bergantung pada karakteristik, aktivitas,
ukuran dan kompleksitas lembaga.18
17
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... , h. 242. 18
Ikhwan Abidin Basri, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan
Syariah, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 17.
36
Secara berturut-turut bank Syariah perlu
melakukan pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko. Proses ini terus
berkesinambungan sehingga menjadi sebuah lifecyle.
Gambar 2.1
Proses Manajemen Risiko Syariah19
Skema diatas penjelasannya sebagai berikut :
a. Identifikasi Risiko, dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap karakteristik risiko
ysng melekat pada aktivitas fungsional, risiko
terhadap produk dan kegiatan usaha.
19
Andiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan ,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 259
Identifikasi
Pengendalian
Pengukuran
Pemantauan
37
b. Pengukuran Risiko, dilaksanakan dengan
melakukan evaluasi secara berkala terhadap
kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur
yang digunakan untuk mengukur risiko.
c. Pemantauan Risiko, dalam melakukan
pemantauan risiko anggota, pihak bank
melakukan pemantauan sercara reguler setiap
saat. Dengan sesekali datang kerumah nasabah
untuk melihat kondisi ataupun keadaan.
Langkah ini dilakukan karena lebih efektif.
d. Pengendalian Risiko, upaya pengendalian dan
prosedur yang diambil bank BNI Syariah
memberikan peringatan kepada nasabah yang
mengalami pembayran macer dengan menelpon
nasabah dll.
3. Penerapan Manajemen Risiko Bank Syariah
Lembaga Keuangan Syariah yang dibentuk
sejak tiga dekade terakhir sebagai alternatif bagi
lembaga keuangan konvensional, terutama ditunjukan
38
untuk menawarkan investasi, pembiayaan, dan
perniagaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah khususnya perbankan. Salah satu fungsi
dasarnya adalah untuk mengelola risiko yang muncul
dalam transaksi keuangan secara efektif.
Menurut PBI No.11/25/2009 tentang
penerapan manajemen risiko bagi bank umum bahwa
: 20
a. Bank Umum Konvensional wajib menerapkan
Manajemen Risiko untuk sebagaimana yang
dimaksud.
b. Bank Umum Syariah wajib menerapkan
Manajemen Risiko paling kurang untuk empat
jenis risiko sebagaimana dimaksud.
20
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah Sebuah
Implementasi Teori dan Praktik, (Surabaya:CV Penerbit Qiara Media, 2019),
h. 243.
39
C. Pembiayaan atau Penyaluran Dana Syariah
1. Definisi Pembiayaan
Pembiayaan dalam arti luas merupakan
financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri maupun
dijalankan orang lain. Dalam arti sempit pembiayaan,
dipakai untuk mendefinisikan pendanan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank
Syariah kepada nasabah. 21
Menurut M. Syafi’i Antonio menjelaskan
bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas
pokok bank yaitu memberikan fasilitas dana dan
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan
defisit unit.
Menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang
perbankan menyatakan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan anatara bank dengan
pihak lain mewajibkan pihak yang di biayai untuk
21
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... , h. 305.
40
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.
Menurut UU Perbankan Syariah No.21
Tahun 2008, Pasal 25 menyatakan Pembiayaan
adalah penyediaan dana atau tagihan yang
disamakan dengan berupa transaksi bagi hasil dalam
bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi
sewa,-menyewa dalam bentuk ijarah mutahiyah
bitamlik, transaksi jual beli dalam bentuk utang
piutang murabahah, salam dan istishna, transaksi
pinjam meminjam dalam bentuk qard, dan transaksi
sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah.
Pembiayaan juga diartikan sebagai
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada
pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri atau lembaga.
Dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk investasi yang telah
derencanakan.22
Adapun tujuan pembiayaan adalah untuk
menambah modal usaha, baik kredit maupun
pembiayaan berupa uang atau tagihan yang nilainya
22
Dadang Husen Sobana, Manajemen Keuangan Syariah, ( Bandung:
CV Pustaka Setia, 2017), Cetakan Pertama. H. 259
41
diukur dengan uang, adanya kesepakatan antara bank
(kreditor) dengan nasabah sebagai penerima
pembiayaan (debitur), dengan perjanjian yang telah
disepakati.23
Adapun tujuan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah adalah untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai islam. Pembiayaan tersebut harus
dinikmati sebanyak-banyaknya pengusaha yang
bergerak dibidang industri, pertanian, dan
perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan
menunjak produksi dan distribusi barang-barang dan
jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam
maupun luar negeri. 24
Dalam melaksanakan
pembiayaan tidak boleh keluar dari lima segi aturan-
aturan atau norma-norma Islam yaitu :
a. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga.
b. Pengenalan pajak atau pemberian sedekah, zakat.
23
Dadang Husen Sobana, Manajemen Keuangan, ..., h. 260. 24
Muhammad, lathief Ilhamy N, Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah, editor: Muhammad Yafiz, ( Medan: FEBI UIN_SU Press, 2018),
Cetakan Pertama, h. 9.
42
c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang
bertentangan dengan nilai Islam.
d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan
masyir atau judi dan gharar (ketidakpastian).
e. Penyediaan tafakul (asuransi Islam)25
Bank Syariah yang menajalankan
pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah bukan hanya
untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis
perbankan Indonesia, melainkan juga menciptakan
lingkungan bisnis yang aman diantaranya26
:
a. Memberikan pembiayaan degan prinsip syariah
yang menerapka sistem bagihasil yang tidak
memberatkan debitur .
b. Membantu kaum dhuafa yang tidak tesentuh oleh
bank konvensional karena tidak mampu
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank
konvensional.
25
Lativa M Algaoud & Mervyn K Lewis, Perbankan Syariah Prinsip
Praktik dan Prospek, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003), h. 48. 26
Dadang Husen Sobana, Manajemen Keuangan Syariah, ( Bandung:
CV Pustaka Setia, 2017), Cetakan Pertama, h. 260.
43
c. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang
selalu dipermainkan oleh rentenir dengan
membantu melalui pendanaan untuk usaha yang
dilakukan.
2. Kebijakan Pembiayaan
Kebiajakan pembiayaan suatu bank pada
dasarnya merupakan pernyataan secara garis besar
tentang arah dan tujuan pembiayaan oleh banmk
tersebut. Arah dan tujuan tersebut harus sejalan
dengan misi dan fungsi suatu bank, sedangkan misi
dan fungsi suatu bank adalah maksud dari tujuan
“ideal” yang diterapkan oleh pemiliknya. Pembiayaan
adalah sumber pendapatan terbesar sekaligus
merupakan sumber risiko operasional bisnis
perbankan terbesar yang berakibat pada pembiayaan
bermasalah bahkan macet, yang akan mengganggu
operasional bahkan likuiditas bank.
Risiko pembiayaan bermasalah atau macet
dapat diperkecil dengan melakukan analisis
44
pembiayaan, yang bertujuan untuk menilai seberapa
besar kemampuan dan kesediaan debitur
mengembalikan pembiayaan yang mereka pinjam dan
membayar margin keuntungan dan bagi hasil sesuai
dengan isi perjanjian pembiayaan.
Dalam melakukan evaluasi permintaan
pembiayaan, seorang analisis pembiayaan akan
meneliti berbagai faktor yang diperkirakan dapat
mempengaruhi kemampuan dan kesediaan calon
nasabah untuk memenuhi kewajibannya kepada bank.
Faktor- faktor tersebut ada yang berasal dari internal
dan eksternal perusahaan. 27
a. Faktor-faktor internal terdiri atas sebagai berikut:
1) Misi dan fungsi yang diembannya sebagai
perwujudan atas kesepakatan bersama antara
pemilik dan pihak direksi.
27
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah Sebuah
Implementasi Teori dan Praktik, (Surabaya:CV Penerbit Qiara Media, 2019),
h. 307
45
2) Jenis bank
3) Jumlah dan struktur permodalannya, Dari
sudut jumlah dan struktur permodalan suatu
bank, dapat diperkirakan kemampuan
pembiayaannya, dalam hal ini total
pemberian pembiayaan secara keseluruhan
atau jumlah pembiayaan rata-rata yang
diterima oleh masing-masing peminjam.
4) Ruang lingkup kegiatan usaha, Dalam hal ini
misalnya apakah bank yang bersangkutan
hanya memberikan pembiayaan untuk
sektor-sektor perdagangan industry atau
terhadap semua sektor.
5) Ruang lingkup wilayah kerja, Dilihat drai
geografisnya yaitu aktivitas pembiayaan
bank tersebut meliputi wilayah internasional,
regional, atau local.
6) Tradisi bank yang bersangkutan
46
b. Faktor eksternal, sebagai berikut :
1) Keadaan perekonomian regional, nasional,
dan internasional, dalam hal ini kebiajakan
pembiayaan pada keadaan perekonomian
yang sangat membaik akan berbeda dengan
kebijakan pembiayaan pada keadaan resesi.
Misalnya sektor ekonomi yang mengandung
resiko tinggi keadaan ekonomi lesu akan
semakin berat, sehingga pemberian
pembiayaan terhadap sektor tersebut harus
dikurangi, bahkan harus dihentikan untuk
sementara waktu, jika tidak bank akan
menanggung rugi karena tidak lancarnya
atau macetnya pembayaran bunga atau
pengembalian pokoknya.
2) Ketentuan atau peraturan pemerintah,
Ketentuan atau peratuturan pemerintah atau
Bank Indonesia berupa hal-hal yang
langsung berkenaan dengan salah satu sektor
47
usaha, tetapi secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kebijakan pembiayaan bank
tersebut. Ketentuan yang langsung
berkenaan dengan seluruh aktivitas
perbankan tersebut dapat bersifat
menunjang/mendorong pembiayaan ke arah
yang positif bagi bank tersebut.
3) Jumlah dan kualitas saingan, dalam hal ini
bank-bank lain dana lembaga-lembaga
serupa bank, seperti lembaga keuangan
bulan bank, dan leasing company, juga
mempengaruhi setidak-tidaknya harus
diperhitungkan dalam menentukan kebijakan
pembiayaan suatu bank.
3. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan merupakan suatu
proses analisis yang dilakukan oleh bank Syariah
untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang
telah diajukan oleh calon nasabah dengan melakukan
48
analisis permohonan pembiayaan. Analsis
pembiayaan merupakan faktor yang sangat penting
bagi bank syariah dalam mengambil keputusan untuk
menyetujui/menolak permohonan pembiayaan.28
Analisis pembiayaan adalah menilai
seberapa besar kemampuan dan kesediaan debitur
mengembalikan pembiayaan yang mereka pinjam dan
membayar margin keuntungan dan bagi hasil sesuai
dengan isi perjanjian pembiayaan. 29
Analisis Pembiayaan dilakukan dengan
tujuan pembiayaan yang diberikan mencapai sasaran
dan aman. Artinya, pembiayaan tersebut harus
diterima pengembaliannya secara tertib, teratur, dan
tepat waktu sesuai dengan perjanjian antara bank dan
custumer sebagai penerima dan pemakai
28
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... ,h. 314. 29
Muhammad, lathief Ilhamy N, Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah, editor: Muhammad Yafiz, ( Medan: FEBI UIN_SU Press, 2018),
Cetakan Pertama, h. 10.
49
pembiayaan.30
Selain itu dengan tujuan terarah,
artinya pembiayaan yang diberikan akan digunakan
untuk tujuan seperti yang dimaksud dalam
permohonan pembiayaan dan susuai dengan
peraturan dan kesepakatan ketika disyaratkan dalam
akad pembiayaan, sebagaimana Firman Allah dalam
Surat Ali-Imran Ayat 75 :
ى ي ي ك ۦ إن ثقطبس ؤد إ جأي ت يم ٱنكح أ ي ۞
ثذبس ل ى إ جأي نك ثأ ب ر ب ك إل يب ديث عه ۦ إن ؤد
ب ف ٱلي س عه ٱنكزة بنا ن عه ٱلل قن سجم
ى عه ٥٧ “Dan di antara Ahli Kitab ada yang jika engkau
percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya
dia mengembalikannya kepadamu. Tetapi ada (pula)
di antara mereka yang jika engkau percayakan
kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya
kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya.
Yang demikian itu disebabkan mereka berkata,
“Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang
buta huruf.” Mereka mengatakan hal yang dusta
terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.(QS.
Ali-Imran :75)31
30
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah Sebuah
Implementasi Teori dan Praktik, (Surabaya:CV Penerbit Qiara Media, 2019),
h. 314 31
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan, ( Semarang: CV
Toha Putra 1989) h. 84.
50
Q.S Al Hasyr (59): 7
م أ سسنۦ ي عه ب أفبء ٱلل نز ي سل نهش فهه ٱنقش
دنة ث ل ك جم ك ٱنس ٱث ك س ٱن ٱنح ٱنقشث
فٱحا كى ع يب ى سل فخز كى ٱنش يب ءاجى ٱلغبء يكى
ٱجقا ٱلل ذذ ٱنعقبة ٱلل ٥ إ
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan
Allah kepada Rosul-Nya (dari harta benda) yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk
Allah, untuk rosul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu tidak beredar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rosil kepadamu, maka terimalah dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
keras hukumannya.” 32
Analisis pembiayaan merupakan langkah
paling penting untuk realisasi pembiayaan. Proses
yang dilakukan oleh pelaksana (pejabat) pembiayaan
ini untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam,
menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayan
dan menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
Tujuan utama dari analisis permohonan pembiayaan
adalah untuk memeperoleh keyakinan apakah
32
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan, ( Semarang: CV
Toha Putra 1989) h. 906.
51
nasabah punya kemauan dan kemampuan memenuhi
kewajiban secara tertib, baik pembayaran pokok
pinjaman maupun nisbah bagi hasil sesuai dengan
ketentuan bank. Dalam pemberian pembiayaan
kepada nasabah ada risiko yang dihadapi yaitu tidak
kembalinya uang yang dipinjamkan kepada nasabah.
Oleh karena itu keadaan dan perkembangan nasabah
harus diikuti secara terus menerus mulai saat
pembiayaan diberikan sampai lunas.
Dalam menganalisis pembiayaan pertama-
tama yang harus diperhatikan adalah kemampuan
nasabah untuk memenuhi kewajibannya. Faktor lain
yang harus diperhatikan adalah perekonomian atau
aktivitas pada umumnya. Mengingat risiko tidak
kembalinya pembiayaan selalu ada, maka setiap
pembiayaan harus disertai jaminan yang cukup sesuai
dengan yang ada.
Dalam mengajukan pembiayaan tentunya
memiliki proses –proses tertentu sesuai dengan
52
kebijakan masing-masing bank atau instansi
keuangan lainnya. Ada beberapa tahapan dalam
proses pembiayaan : 33
a. Inisiasi
Merupakan tahapan awal dalam
menentukan persyaratan atau tipe kriteria calon
nasabah pembiayaan sehingga sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh pihak bank.
b. Dokumentasi
Pada tahap ini merupakan tahapan kedua
yakni setelah pihak bank menetapkan pihak
nasabah yang akan diberikan pembiayaan.
c. Monitoring
Monitoring dibagi menjadi dua yaitu
monitoring aktif ialah pihak bank mengunjungi
langsung pihak nasabah dan memberikan laporan
kunjungan langsung kenasabahh, sedangkan
33
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah Sebuah
Implementasi Teori dan Praktik, (Surabaya:CV Penerbit Qiara Media, 2019),
h. 327.
53
minitoring fasif adalah melihat pembayaran yang
dilakukan nasabah kepada bank setiap akhit tahun
mengadakan restrukturisasi (memperbaharui
struktur nasabah), reschulding (perpanjangan
jangka waktu) dan reconditioning (pengurangan
dan perpanjangan jangka waktu dari dana yang
dipinjam).
Atas hasil laporan analisis pembiayaan,
maka pihak bank melalui keputusan pembiayaan,
baik berupa seorang pejabat yang ditunjuk atau
pemimpin bank tersebut maupun berupa suatu komite
dengan anggota lebih dari satu pejabat, masing-
masing dapat memutuskan apakah permohonan
pembiayaan tersebut layak untuk diberi pembiayaan
atau tidak.
4. Pembiayaan Jual Beli Oleh Bank Syariah
Jual beli merupakan transaksi yang
dilakukan antara penjual dan pembeli atas suatu
barang dan jasa. Menurut ulama fiqih bahwa jual beli
54
secara terminologi merupakan tukar menukar harta
dengan harta dengan cara tertentu yang bertujuan
untuk memindahkan kepemilikan.
Pembiayaan berdasarkan dengan Jual beli
yaitu fasilitas pembiayaan yang berlandaskan
perjanjian atau akad jual beli antara bank dan
nasabah. Pembiayaan dengan akad jual beli meliputi
pembiayaan Murabahah, istishna, dan salam. 34
Hadist Riwayat Al-Bukhari No
1937 bersabda:
ث نا شعبة عن ق تادة عن ث نا سليمان بن حرب حد حدارث رف عه إل حكيم صالح أب الليل عن عبد الله بن ال
رسول الله بن حزام رضي الله عنه قال قال صلى اللهعان باليار ما ل ي ت فرقا أو قال حت ي ت فرقا عليه وسلم الب ي
نا بورك لما ف ب يعهما وإن كتما وكذبا فإن صدقا وب ي قت ب ركة ب يعهما م
”Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin
Harb telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari
Qatadah dari Shalih Abu AL Khalil dari 'Abdullah
bin Al Harits yang dinisbatkannya kepada Hakim
34
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank,..., h. 336.
55
bin Hizam radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dua orang
yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar
(pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan
jual beli) selama keduanya belum berpisah", Atau
sabda Beliau: "hingga keduanya berpisah. Jika
keduanya jujur dan menampakkan dagangannya
maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan
bila menyembunyikan dan berdusta maka akan
dimusnahkan keberkahan jual belinya".35
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa
sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda Allah
menganugrahi rahmat kepada seorang pembeli,
penjual dan hakim yang bersikap toleran.
Hadist Riwayat Ibnu Majah No-2173
Bersabda:
ث نا حاد ث نا أحد بن عبدة وأحد بن المقدام قال حد حديل بن مرة عن أب الوضيء عن أب ب رزة بن زيد عن ج
السلمي قال قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم الب ي عان باليار ما ل ي ت فرقا “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin
Abdah dan Ahmad Ibnul Miqdam keduanya berkata
35
Diakses dari https://tafsirq.com/hadits/bukhari/1937 pada tanggal
08 April 2021
56
: “ telah menceritakan kepada kami hammad bin
Zaid dari jamil bin Murrah dari Abu Al Wadli’i dari
Abu Barzah Al Aslami ia berkata, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :“Dua orang
yang melakukan jual beli mempunyai pilihan selama
keduanya belum berpisah.”36
5. Pembiayaan Dengan Akad Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribh
mempunyai makna tumbuh dan berkembang dalam
perniagaan. Perniagaan yang dilakukan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Murabahah
merupakan masdar dari rabah- yuraabihu-
Murabahatan yang berarti memberi keuntungan atas
suatu barang.37
Menurut Warkum Sumitro, mendefinisikan
pembiayaan murabahah adalah suatu perjanjian
dimana bank membiayai pembelian barang yang
36
https://tafsirq.com/hadits/ibnu-majah/2173 pada tanggal 08 April
2021. 37
M. Ghozali & Luluk Wahyu “Kepatuhan Syariah Akad Murabahah
dalam Konsep Pembiayaan pada Perbankan Syariah.” Jurnal HUMAN
FALAH Vol 6 No.1 ( Januari-Juni, 2019) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Unniversitas Darussalam Gontor, h. 55.
57
diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran yang
ditangguhkan.38
Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga barang perolehan dan
keuntungan (margin) yang di sepakati oleh penjual
dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk
natural certainity contracts, karena dalam murabahah
dibentukan berapa required rate of profit-nya
(keuntungan yang ingin diperoleh). Keuntungan yang
diperoleh bank Syariah berasal dari selisih harga jual
yang diberiakn oleh pihak bank dengan harga beli
kendaraan tersebut. Misalnya pihak bank membeli
sebuah sepeda motor untuk nasabah seharga
Rp.15.000.000,00 ( lima belas juta rupiah), kemudian
pihak bank menjualnya kepada nasabah tersebut
seharga Rp.17.000.000,00 (tujuh belas juta rupiah).
Maka keuntungan yang diperoleh pihak bank ialah
38
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga –
Lembaga Terkait, Edisi Revisi, Cetakan IV, (Jakarta: raja Grafindo
Persada,2004), h.95-96
58
Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah), dan dua juta
itulah margin keuntungan yang diperoleh pihak bank.
Secara aplikasinya, berikut ini adalah beberapa
contoh transaksi murabahah dalam praktik.39
Adapun dasar hukum akad Murabahah di
Indonesia menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Murabahah , dalam fatwa DSN
MUI terdapat ketentuan, baik untuk bank ataupun
untuk nasabah. Adapun ketentuan umum Murabahah
untuk bank syariah adalah sebagai berikut :40
1. Bank Syariah dan nasabahnya harus melakukan
akad murabahah bebas riba.
2. Barang atau komoditi yang diperjualbelikan tidak
diharamkan syariat Islam.
39
Khotibul Umam, Perbankan Syariah, ( Jakarta: Rajawali Pers,
2016), h. 105. 40
M. Ghozali & Luluk Wahyu “Kepatuhan Syariah Akad Murabahah
dalam Konsep Pembiayaan pada Perbankan Syariah.” Jurnal HUMAN
FALAH Vol 6 No.1 ( Januari-Juni, 2019) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Unniversitas Darussalam Gontor, h. 59.
59
3. Bank Syariah membiayai sebagian atau seluruh
harga pembelian barang atau komoditi yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank Syariah membeli barang atau komoditi
yang diperlukan nasabah. “bertindak atas nama
bank Syariah sendiri” pembelian harus sah dan
bebas riba.
5. Bank Syariah harus menyampaikan semua hal
yang berkaitan dengan pembelian barang atau
komoditi. misalnya, jika dilakukan dengan
hutang.
6. Bank Syariah kemudian menjual barang atau
komoditi tersebut kepada nasabah dengan harga
jual senilai harga beli ditambah keuntungan.
Dalam hal ini bank syariah harus memberi tahu
secara jujur harga pokok barang atau komoditi
kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah yang bersangkutan membayar harga
barang atau komoditi yang telah disepakati
60
tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah
disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau
kerusakan akad tersebut, pihak bak syariah dapat
mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabahnya.
9. Jika bank bertindak mewakilkan kepada
nasabahnya untuk memberi barang atau komoditi
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus
dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi
milik bank syariah yang bersangkutan.
Skema dalam pembiayaan akad murabahah,
sekurang- kurangnya terdapat dua pihak yang
melakukan transaksi jual beli, yaitu : Bank Syariah
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
Murabahah menekankan adanya pembelian
komoditas berdasarkan permintaan nasabah dan
adanya proses penjualan kepada nasabah dengan
harga jual yang merupakan akumulasi dari biaya beli
61
dan tambahan keuntungan yang diinginkan. Dengan
demikian pihak bank wajib untuk menjelaskan
tentang harga beli dan tambahan dan keuntungan
yang diinginkan kepada nasabah.41
Gambar. 2.2
Skema Pembiayaan Murabahah
1a 2a
1b 2b
Keterangan :
1a : Suplier menjual secara tunai.
1b : Bank membeli secara tunai.
2a : Bank menjual secara cicilan.
41
M.Ghozali & Luluk Wahyu “Kepatuhan Syariah Akad Murabahah
dalam Konsep Pembiayaan pada Perbankan Syariah.” Jurnal HUMAN
FALAH Vol 6 No.1 ( Januari-Juni, 2019) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Unniversitas Darussalam Gontor, h. 56.
B
62
2b : Nasabah menjual secara ciiclan Rp.(-+)
keuntungan.
Pembiayaan dengan akad murabahah adalah
pembiayaan berupa transaksi penanaman modal dari
bank kepada nasabah selaku pengelola dana untuk
melakukan suatu kegiatan usaha dengan pembagian
hasil usaha ditentukan berdasarkan nisbah bagi hasil
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam Hukum Islam transaksi jual beli
dengan akad murabahah diperbolehkan, hal ini
tetuang dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 275
yang berbunyi sebagai berikut :
ب قو ٱنز إل ك ا ل قي ث ٱنش أكه حخجط ٱنز
أحم ا ث ع يثم ٱنش ب ٱنج ا إ ى بن نك ثأ س ر ٱن ي
ط ٱنش
فهۥ ثۦ فٱح س عظة ي جبءۥ ي فا ث و ٱنش حش ع ٱنج ٱلل
أيشۥ إن ت ٱنبس ى فب يب سهف ئك أصح ن عبد فأ ي ٱلل
هذ ٥٥٧خ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaiton lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan meraka yang demikian itu, adalah
disebabkakan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
63
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka;mereka kekal
didalamnya.”42
Contoh pembelian dengan akad murabahah yaitu
pembiayaan dengan kepemilikan rumah, pembiayaan
kendaraan bermotor, pembiayaan modal kerja,
pembiayaan investasi, serta pembiayaan multiguna.
Adapun mekanisme akad murabahah yaitu sebagai berikut
: 43
a. Nasabah mengajukan permohonan kepada bank untuk
membeli barang.
b. Bank dan nasabah melakukan negosiasi harga barang,
persyaratan dan cara pembayaran.
c. Bank dan nasabah bersepakat melakukan transaksi
dengan akad murabahah.
42
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahan, ( Semarang: CV
Toha Putra 1989) . h. 65. 43
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah Sebuah
Implementasi Teori dan Praktik, (Surabaya:CV Penerbit Qiara Media, 2019),
h. 338.
64
d. Bank membeli barang dari penjual /suplier sesuai
spesifikasi yang diminta nasabah.
e. Bank dan nasabah melakukan akad jual beli atas
barang yang dimaksud.
f. Suplier mengantarkan barang dan dokumen .
g. Nasabah menerima barang dan dokumen.
h. Nasabah melakukan pembayaran sebesar harga pokok
dan margin kepada bank dengan mengangsur.
D. Mitigasi Risiko dan Strategi Mitigasi Risiko
Mitigasi merupakan tindakan–tindakan
serangkaian usaha/upaya untuk mengurangi atau
meminimalkan potensi dampak negatif dari suatu
bencana atau potensi terjadinya risiko. Mitigasi Risiko
adalah jenis penanganan risiko dengan cara mengurangi
profitabilitas terjadinya risiko, dan mengurangi dampak
negatif yang timbul apabila risiko terjadi44
. Mitigasi
44
Kurnia Azhar Nur & Dina Fitrisia Septriani “Penerapan Mitigasi
Risiko Pembiayaan Oto IB Hasanah pada BNI Syariah KCP.Gresik” Jurnal
Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol 6 No.4 (April, 2019) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Unniversitas Airlangga, h. 748.
65
risiko juga diartikan sebagai proses mengidentifikasi
serta memberikan pihak untuk bertanggung jawab
disetiap respon risiko. Dengan tujuan untuk
mengeksplorasi strategi atas sesuatu yang beresiko, baik
dalam analisis risiko kualitatif maupun kuantitatif.
Untuk memeriksa startegi mitigasi risiko yang
digunakan dan bagaimana untuk mengelola risiko dengan
efektif, terdapat tiga langkah yang perlu dipertimbangkan
yaitu :
1) Apa yang ingin dicapai dan apa yang ditoleransi, atur
tingkat risiko yang bersedia diambil oleh pimpinan
dan manajemen perusahaan.
2) Buat prioritas atau peringkat, masing-masing risiko
untuk kemungkinan dan kepentingan. Dengan
meningkatkan risiko, manajemen lebih mampu
menentukan staregi yang akan menjadi efektif.
3) Tentukan strategi mitigasi risiko yang tepat. Ada
empat startegi mitigasi yaitu : Menghindari,
menerima, memindahkan, dan melakukan kontrol.
66
E. Teknik Mitigasi Risiko Analisis Pembiayaan Dengan
Analisis 5C
Analisis pembiayaan merupakan langkah paling
penting untuk realisasi pembiayaan. Dalam menganalisis
pembiayaan, pertama-tama yang harus diperhatikan
adalah kemauan dan kemampuan custumer untuk
memenuhi kewajibannya.
Analisis 5C artinya terdapat 5 aspek yang perlu
dilakukan analsiis terhadap permohonan pembiayaan,
yang terdiri dari :
1) Character
Character adalah keadaan watak/ sifat
custumer, baik dalam kehidupan pribadi maupun
dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian
terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai
sejauh mana itikad/kemauan custumer untuk
memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian
yang telah ditetapkan. Pemberian pembiayaan harus
atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari
67
kepercayaan adalah adanya keyakinan dari pihak
bank, bahwa peminjam memiliki moral, watak dan
sifat-sifat pribadi yang positif dan komparatif. 45
Ciri- ciri tersebut digambarkan sebagai
berikut :
a. Orang-orang yang pandai bergaul.
b. Orang-orang yang cerdas.
c. Orang yang mempunyai motivasi tinggi serta suka
menghadapi tantangan.
d. Umur relatif muda sampai dengan 45 tahun. 46
Untuk memperoleh gambaran tentang
karakter calon nasabah, dapat ditempuh dengan upaya
sebagai berikut:
a. Meneliti upah / gaji calon nasabah.
b. Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di
lingkungan usahanya.
c. Meminta bank to bank information.
45
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah Sebuah
Implementasi Teori dan Praktik, (Surabaya:CV Penerbit Qiara Media, 2019),
h. 317 46
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... , h.. 318
68
d. Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha
dimana calon nasabah berada.
e. Mencari informasi apakah calon nasabah suka
berjudi.
f. Mencari informasi apakah calon nasabah
memiliki hobi berfoya-foya. 47
2) Capital
Capital adalah jumlah dana/ modal sendiri
yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar
modal sendiri dalam perusahaan, tentunya semakin
tinggi kesungguhan calon nasabah menjalankan
usahanya dari bank akan merasa lebih yakin
memberikan pembiayaan. Kemampuan modal sendiri
akan menjadi benteng yang kuat, agar tidak mudah
mendapat guncangan dari luar, misalnya jika terjadi
kenaikan suku bunga. Oleh karen aitu, komposisi
modal sendiri perlu diingatkan. Penilaian atas
besarnya modal sendiri adalah penting, mengingat
47
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... , h.. 319
69
pembiayaan bank hanya sebagai tambahan
pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh
modal yang diperlukan. 48
3) Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki
calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna
memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari
penilaian ini adalah untuk mengetahui/mengukur
sampai sejauh mana calon nasabah mampu
mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara
tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya.49
4) Collateral
Collateral adalah barang yang diserahkan
nasabah sebagai angunan terhadap pembiayaan yang
diterimanya. Collateral harus dinilai oleh bank untuk
mengetahui sejauh mana risiko kewajiban financial
Nasabah kepada bank. Penilaian terhadap angunan ini
meliputi jenis, lokal, bukti kepemilikan dan status
48
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... , h.. 321 49
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... , h.. 322
70
hukumnya. Pada hakikatnya betuk barang tidak hanya
berbentuk kebendaan, bisa juga barang tidak
berwujud, seperti jaminan pribadi, letter of guarantee,
letter of comfort, recomendari dan avalis.50
5) Condition Of Economy
Adalah situasi dan kondisi politik, sosial,
ekonomi dan budaya, yang mempengaruhi keadaan
perekonomian yang kemungkinan pada suatu saat
mempengaruhi kelancaran perusahaan calon nasabah.
Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut.
Perlu diadakan penelitian mengenai beberapa hal,
antara lain :
a. Keadaan kongjungtur
b. Peraturan-peraturan pemerintah
c. Situasi, politik, dan perekonomian dunia
d. Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran.
50
Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... , h.. 323
71
Kondisi ekonomi yang perlu disorot,
mencangkup hal-hal sebagai berikut :
a. Pemasaran, yaitu mencangkup kebutuhan, daya
beli masyarakat, luas pasar, perubahan mode,
bentuk persaingan, peranan barang substitusi dan
lai-lain.
b. Teknis produksi, yaitu berkaitamn dengan
perkembangan teknologi, tersedianya bahan baku,
dan cara penjualan dengan system cash atau
pembiayaan. 51
F. Teknik Mitigasi Risiko Analisis Pembiayaan dengan
Analisis 7A
Ada 7 aspek yang penting dalam analisis
pembiayaan dengan menggunakan teknik 7A yaitu: 52
1) Aspek manajemen /pengelola usaha
2) Aspek keuangan
3) Aspek pasar/penjualan nasabah
51 Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... , h.. 324
52 Andrianto & Anang Firmansyah, Manajemen Bank, ... , h.. 345
72
4) Aspek tehnik/produksi
5) Aspek hukum/legalitas
6) Aspek jaminan/agunan
7) Aspek ekonomi sosial dan lingkungan
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penulis Dengan Peneliti Terdahulu:
Penelitian yang menggunakan topik permasalahan ini sudah
banyak dilakukan, yaitu penelitian tentang risiko pembiayaan,
penelitian tentang risiko pembiayaana yang tersusun kedalam bentuk
karya ilmiah yang relevan antara lain:
No Peneliti Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
53 Kurnia Azhar
Nur dan Dina
Fitrisia
Septiani
1. menggunakan
metode analisis
kualitatif
2. menggunakan
subjek yang
sama yaitu
pembiayaan Oto
1. Pada objek
penelitian,
yang saya
gunakan yaitu
pada Bank
BNI Syariah
KCP. Serang.
Penerapan mitigasi risiko
pada bank BNI Syariah
KCP Gresik berpedoman
pada SOP. Dalam
penerapannya Bank BNI
Syariah KCP.Gresik
menggunakan analisis 5C
53
Kurnia Azhar Nur dan Dina Fitrisia Septiani, “Penerapan Mitigasi Risiko
Pembiayaan OTO iB Hasanah pada Bank BNI Syariah KCP.Gresik”, Jurnal Ekonomi
Syariah Teori dan Terapan Vol. 6 No. (April 2019) Fakultas Ekonimi dan Bisnis Universitas
Airlangga.
73
iB Hasanah dan 7A. Dalam penerapan
teknik mitigasi risiko
menggunakan model
pemeringkatan, melakukan
manjemen portofolio,
melakukan pengawasan
terhadap arus kas terkait
usaha nasabah, dan
melakukanrestrukturisasi
pembiayaan.
54 Syepry
Maulana
Husain dan
Ari Asmawi
1. Menggunakan
metode kualitatif
2. Membahas
tentang risiko
pembiayaan
1. Pada subjek
penelitian
yaitu tentang
kepemilikan
Rumah(KPR)
Pada penelitian ini, BNI
Syariah untuk mecegah
terjadinya risiko
pembiayaan menggunakan
analisis 5C dan perlu
mengevaluasi bagaimana
komputasi awan sejalan
dengan tujuan organisiasi. 55
Lukmanul
Hakim dan
Amelia
Anwar
1. Membahas
tentang
pembiayaan
1. Pada objek
penelitian
yaitu
membahas
keseluruhan
pembiayaan
murabahah
Pembiayaan yang terdapat
di perbankan syariah di
dominasi oleh pembiayaan
murabahah dan beberapa
pembiayaan lainnya, untuk
menjalankan agar
terlaksananya pembiayaan
murabahah diperlukan
Dewan Pengawas Syariah
Nasional, sehingga
pembiayaan murabahah
sebagai pembiayaan
primadona di bank syariah.
54
Syepry Maulana Husain, “Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan Rumah
(KPR) Griya iB Hasanah Pada Bank BNI Syariah” Jurnal Teknik Informatika (Oktober,
2017) Fakultas Teknik, Unniversitas Muhamadiyah tangerang. 55
Lukmanul Hakim dan Amelia Anwar, “ Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan
Syariah dalam Perspektif Hukum Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 1, No. 2, (
Desember 2017), Unniversitas Bandar Lampung, STIE Mitra Lampung.
74
56 Ika Gustin
Rahayu dan
Hendrianto.
1. Menggunakan
pendekatan
kualitatif
2. Membahas
tentang mitigasi
risiko
pembiayaan
1. Pada objek
penelitian
yaitu Pada
Bank
Perkreditan
Rakyat
Syariah
(BPRS)
Dalam mitigasi risiko
menerapkan beberapa
prosedur pembiayaan yang
ada di BPRS SAFIR, dan
risiko yang dihadapi BPRS
adalah terdapat pada risiko
stratejik. Tindakan
mitigasi risiko pembiayaan
BPRS adalah dengan
mengurangi dan
menghindari risiko dengan
melakukan evaluasi
mendalam terhadap usaha
dan karakter nasabah.
57 Tahta
Fikruddin
dan Fathul
Mufid
1. Menggunakan
metode kualitatif
2. Membahas
tentang risiko
pembiayaan
Murabahah
1. Pada objek
penelitian
yaitu pada
BMT Se
Kabupaten
Demak
Hasil penelitian ini dalam
pengelolaan manajemen
risiko di BMT Kabupaten
demak telah dilakukan
secara efektif, dengan
pengelolaan manajemen
risiko yang rapih. Strategi
yang digunakan dalam
menghadapi risiko
pembiayaan murabahah
yaitu transendentalisme
dalam mengelola risiko,
selain itu juga melakukan
analisis harus teliti dan
peka tidak serta merta
memberi pembiayaan
56
Ika Gustin Rahayu dan Hendrianto, “ Mitigasi Risiko Pembiayaan Pada Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) SAFIR Cabang Curup Kabupaten Rejang Lebong”
Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 3, No. 2, 2018. Institut Agama Islam Negeri CURUP. 57
Tahta Fikruddin dan Fathul Mufid, “ Strategi penanganan Risiko Pembiayaan
Murabahah Pada BMT Se Kabupaten Demak”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 3 N. 2,
(Desember 2015), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus.
75
namun harus melihat 5C,
memperbanyak jumlah
nasabah daripada jumlah
nominal.
58 Dyah Lintang
Trenggonawa
ti dan Nur
Atmi Pertiwi
1. Membahas
tentang risiko
dan mitigasi
risiko
1. Pada metode
yang
digunakan
yaitu House of
Risk
Penyebab risiko dan
mitigasi risiko dengan
menggunakan metode
House of risk yaitu
terdapat 25 kejadian risiko
dan agen risiko yang
mungkin terjadinya pada
proses pengadaan barang
dan jasa, dan strategi
mitigasi yang dilakukan
untuk menangani prioritas
agen risiko membuat
kebijakan strategis
pengambilan keputusan ,
membuat acuan
monitoring yang paten dan
memperketat seleksi
vendor.
59 Yenti Afrida 1. Membahas
Analisis
pembiayaan
2. Metode
penelitian
kualitatif
3. Objek
penelitian,
mencangkup
keseluruhan
pembiayaan
Murabahah
Dalam perbankan syariah
pembiayaan murabahah
merupakan pembiayaan
yang paling mendominasi
dengan kosep bagi
58
Dyah Lintang Trenggonawati dan Nur Atmi Pertiwi, “ Analisis Penyebab Risiko
Dan Mitigasi Risiko Dengan Menggunakan Metode House Of Risk pada Divisi Pengadaan
PT XYZ”, Jurnal Industrial Servicess, Vol. 3 No. 1a ( Oktober 2017 ), Jurusan Teknik
Industri Unniversitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon. 59
Yenti Afrida, “ Analisis pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 1, No. 2, ( Juli- Desember 2016), Institut Agama Islam
negeri Imam Bonjol Padang.
76
Bank Syariah hasilnya, untuk menjamin
terlaksananya pembiayaan
murabahah agar sesuai
konsep syariah, maka
diperlukan pengawasan
ketat dari Dewan
Pengawas Syariah
Nasional.
60 Yuli Dwi
Yusrani
Anugrah
1. Pembiayaan
Murabahah.
2. Menggunaka
n metode
penelitian
kualitatif
1. Terletak
pada objek
penelitian,
berfokus
pada Bank
Syariah
Mandiri
Cabang
Jember
Dalam praktiknya ada
beberapa penerapan
murabahah yaitu tipe
pertama yaitu konsisten
terhadap fiqih muamalah,
tipe kedua mirip dengan
tipe yang pertama tetapi
pemindahan kepemilikan
langsung dari suplier
kepada nasabah, tipe
ketiha bank melakukan
perjanjian murabahah
dengan nasabah dan pada
saat yang sama
mewakilkan (akad
wakalah) kepada nasabah
untuk membeli sendiri
barang yang akan
dibelinya.
60
Yuli Dwi Yusrani Anugrah, “ Analisis Konsep Penerapan pembiayaan
Murabahah Pada Perbankan Syariah”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, Vol. 1, No. 1
(Juni 2020), Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang, Indonesia.