BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf ·...

39
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internal 1. Pengertian Pengendalian Intern Pengendalian Internal menurut Horngren (2009:390) dalam Dewi, dkk, pengendalian intern adalah rencana organisasional dan semua tindakan yang dirancang untuk mengamankan aktiva, mendorong karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan, meningkatkan efisiensi operasi, memastikan catatan akuntansi yang akurat dan dapat diandalkan. Sedangkan menurut Hery (2016:159) pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/Undang-Undang serta kebijakan manajemn telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan. Pengendalian internal dilakukan untuk memantau apakah kegiatan operasional maupun financial perusahaan telah berjalan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengendalian Internal

1. Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian Internal menurut Horngren (2009:390) dalam Dewi,

dkk, pengendalian intern adalah rencana organisasional dan semua

tindakan yang dirancang untuk mengamankan aktiva, mendorong

karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan, meningkatkan efisiensi

operasi, memastikan catatan akuntansi yang akurat dan dapat diandalkan.

Sedangkan menurut Hery (2016:159) pengendalian internal adalah

seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan

perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin

tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan

bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/Undang-Undang serta

kebijakan manajemn telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya

oleh seluruh karyawan perusahaan. Pengendalian internal dilakukan untuk

memantau apakah kegiatan operasional maupun financial perusahaan

telah berjalan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan

oleh manajemen.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

10

Dengan adanya atau penerapan sistem pengendalian internal secara

ketat maka diharapkan bahwa seluruh kegiatan operasional perusahaan

dapat berjalan dengan baik menuju tercapainya maksimalisasi profit.

Pada dasarnya, faktor efisiensi dan efekvititas unit/perusahaan

merupakan dua hal yang juga merupakan sasaran dari diterapkannya

pengendalian internal, karena jika pengendalian internal tidak berjalan

sebagaimana yang diharapkan, maka kemungkinan besar (hampir dapat

dipastikan) akan timbul yang namanya inefisiensi (pemborosan sumber

daya), yang pada akhirnya tentu saja hal ini hanya akan membebani tingkat

profitabilitas (keuntungan) perusahaan menurut Hery (2016:159-160).

Menurut Dasaratha V.Rama-Frederick L.Jones (2008:132)

pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses, yang

dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya,

yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait

dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: (1) efektivitas dan

efisiensi operasi, (2) keandalan pelaporan keuangan, dan (3) ketaatan

terhadap huku, dan peraturan yang berlaku.

Menurut IAPI (2011:319.2) dalam Thorman Lumbanraja,

Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dIjalankan oleh dewan

komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

11

berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi

operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Menurut Mulyadi (2013:163) sistem pengendalian intern meliputi

struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan

untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan

data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya

kebijakan manajemen. Definisi sistem pengendalian intern tersebut

menekankan tujuan yang hendak dicapai dan bukan pada unsur-unsur

yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian, pengertian

pengendalian intern tersebut diatas berlaku baik dalam perusahaan yang

mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan,

maupun dengan komputer.

2. Komponen Pengendalian Internal

Menurut The Committee of Sponsoring Organization (COSO)

(2013), Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yaitu:

a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian adalah seperangkat standar, proses dan

struktur yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian

internal di seluruh organisasi. Dalam Committee of Sponsoring

Organization (COSO) (2013), terdapat lima prinsip yang berkaitan

dengan lingkungan pengendalian antara lain:

1) Komitmen terhadap integritas dan nilai etika

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

12

Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan

nilai-nilai etika.

2) Melaksanakan tanggung jawab pengawasan

Dewan komisaris independen terhadap manajemen dan

melaksanakan pengawasan terhadap pengembangan dan kinerja

pengendalian internal.

3) Menetapkan struktur, wewenang dan tanggungjawab

Manajemen menetapkan, dengan pengawasan dewan komisaris,

struktur, jalur pelaporan, kewenangan, dan tanggung jawab

dalam mencapai tujuan.

4) Komitmen terhadap kompetensi

Organisasi menunjukkan komitmen untuk mendapatkan,

mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten

dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

5) Mendorong akuntabilitas atas sistem pengendalian internal

Organisasi mendorong individu mengemban akuntabilitas atas

tanggung jawabnya terhadap pengendalian internal.

b. Penilaian Risiko(Risk Assessment)

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

13

Setiap entitas menghadapi berbagai risiko dari sumber eksternal

maupun internal risiko didefinisikan sebagai kemungkinan suatu

peristiwa yang akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian tujuan.

Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang untuk

mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap pencapaian tujuan.

Risiko terhadap pencapaian tujuan dianggap relatif atau tergantung

pada toleransi risiko yang ditetapkan entitas. Dengan demikian,

penilaian risiko membentuk dasar untuk menentukan bagaimana

risiko akan dikelola.

Dalam Committee of Sponsoring Organization (COSO) (2013),

terdapat empat prinsip yang berkaitan dengan penilaian risiko antara

lain:

1) Menentukan tujuan

Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup

untuk memungkinkan identifikasi dan penilaian risiko.

2) Mengidentifikasi dan menganalisis risiko

Organisasi mengidentifikasi risiko terkait dengan pencapaian

tujuan di seluruh entitas dan menganalisis risiko sebagai dasar

untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.

3) Menilai risiko fraud

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

14

Organisasi mempertimbangkan potensi terjadinya fraud dalam

menilai risiko terhadap pencapaian tujuan.

4) Mengidentifikasi dan menganalisis perubahan signifikan

Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan yang dapat

mempengaruhi sistem pengendalian internal secara signifikan.

c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian adalah tindakan yang ditetapkan melalui

kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan arahan

manajemen untuk mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan.

Aktivitas pengendalian dilakukan disemua tingkat entitas, pada

berbagai tahap dalam proses bisnis, dan pada lingkungan teknologi.

Aktivitas pengendalian bersifat preventif atau detektif dan dapat

mencakup berbagai kegiatan manual maupun otomatis, seperti

otorisasi dan persetujuan, verifikasi, rekonsiliasi, dan ulasan kinerja

bisnis. Dalam Committee of Sponsoring Organization (COSO)

(2013), terdapat tiga prinsip yang berkaitan dengan aktivitas

pengendalian antara lain:

1) Mengembangkan aktivitas pengendalian

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

15

Organisasi menyeleksi dan membangun aktivitas pengendalian

yang mendukung upaya mitigasi risiko sehingga risiko berada

pada level yang dapat diterima.

2) Mengembangkan kontrol umum atas teknologi

Organisasi telah menyeleksi dan membangun aktivitas

pengendalian umum dengan menggunakan teknologi untuk

mendukung tercapainya tujuan.

3) Merinci ke dalam kebijakan dan prosedur

Organisasi menerapkan aktivitas pengendalian sebagaimana

tercerminnya pada kebijakan yang menetapkan apa yang

diharapkan dan dalam prosedur yang relevan untuk

melaksanakan kebijakan

d. Informasi dan komunikasi (Information and Communication)

Informasi diperlukan entitas untuk melaksanakan tanggung jawab

pengendalian internal untuk mendukung pencapaian tujuan

manajemen menggunakan informasi yang relevan untuk mendukung

berfungsinya komponen lain dari pengendalian internal. Komunikasi

bersifat terus menerus yang menyediakan berbagai dan memperoleh

informasi yang diperlukan. Komunikasi internal adalah sarana untuk

menyebarkan informasi ke seluruh organisasi.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

16

Hal tersebut memungkinkan personil atau karyawan menerima

pesan yang jelas dari manajer senior yang mengontrol tanggung

jawab. Komunikasi eksternal adalah dua kali lipat dari komunikasi

internal yang menyediakan informasi kepada pihak eksternal dalam

menanggapi kebutuhan dan harapan pihak eksternal. Dalam

Committee of Sponsoring Organization (COSO) (2013), terdapat tiga

prinsip yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi antara lain:

1) Menggunakan informasi yang relevan

Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan,

informasi yang berkualitas dan relevan untuk mendukung

berfungsinya seluruh komponen pengendalian internal.

2) Komunikasi internal yang efektif

Organisasi mengkomunikasikan informasi secara internal,

termasuk tujuan dan tanggung jawab pengendalian internal yang

diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian internal.

3) Komunikasi eksternal yang efektif

Organisasi berkomunikasi dengan pihak luar mengenai hal

terkait dengan berbagai hal yang dapat mempengaruhi

berfungsinya seluruh komponen pengendalian internal.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

17

e. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan adalah evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah atau

beberapa kombinasi dari keduanya yang digunakan untuk memastikan

apakah masing-masing dari lima komponen pengendalian internal ada

dan berfungsi.

Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada

tingkat yang berbeda dari entitas, memberikan informasi yang tepat

waktu, sedangkan evaluasi terpisah dilakukan secara periodik, akan

bervariasi dalam lingkup dan frekuensi tergantung pada penilaian

risiko, efektivitas evaluasi yang berkelanjutan dan pertimbangan

manajemen lainnya, temuan akan dievaluasi terhadap kriteria yang

ditetapkan oleh regulator. Kriteria yang diakui badan penetapan

standar atau manajemen dan dewan direksi dan kekurangan

dikomunikasikan kepada manajemen dan dewan direksi yang sesuai.

Dalam Committee of Sponsoring Organization (COSO) (2013),

terdapat dua prinsip yang berkaitan dengan pengawasan antara lain:

1) Evaluasi berkelanjutan dan/atau terpisah

Organisasi memilih, mengembangkan, dan melakukan evaluasi

berkelanjutan dan/atau terpisah untuk memastikan apakah

komponen pengendalian internal eksis dan berfungsi baik.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

18

2) Mengevaluasi dan melaporkan setiap kekurangan

Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kekurangan

pengendalian internal secara tepat waktu kepada pihak-pihak

yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan korektif,

termasuk manajemen senior dan dewan direksi.

3. Tujuan Pengendalian Internal

a. Tujuan pengendalian internal menurut Mulyadi (2010:163) adalah

sebagai berikut:

1) Menjaga kekayaaan organisasi

Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalahgunakan

atau dihancurkan karena kecelakaan kecuali jika kekayaan

tersebut dilindungi dengan pengendalian yang memadai.

Begitu juga dengan kekayaan perusahaan yang tidak memiliki

wujud fisik seperti piutang dagang akan rawan oleh kekurangan

jika dokumen penting dan catatan tidak dijaga.

2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

Manajemen memerlukan informasi keuangan yang diteliti dan

andal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Banyak informasi

akuntasi yang digunakan oleh manajemen untuk dasar

pengambilan keputusan penting. Pengendalian internal

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

19

dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan data

akuntansi mencerminkan perubahan kekayaan perusahaan.

3) Mendorong efisiensi

Pengendalian internal ditujukan untuk mencegah dipublikasi

usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan

bisnis perusahaan dan untuk mencegah penggunaan sumber daya

perusahaan yang tidak efisien.

b. Tujuan dari pengendalian internal tidak lain adalah untuk memberikan

jaminan yang memadai menurut Hery (2016:160) bahwa:

1) Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana

mestinya dan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan

semata, bukan untuk kepentingan individu (perorangan) oknum

karyawan tertentu. Dengan demikian, pengendalian internal

diterapkan agar seluruh aset perusahaan dapat terlindungi dengan

baik dari tindakan penyelewengan, pencurian dan

penyalahgunaan yang tidak sesuai dengan wewenangnya dan

kepentingan perusahaan.

2) Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat

diandalkan. Ini dilakukan dengan cara memperkecil resiko baik

atas salah saji laporan keuangan yang disengaja (kecurangan)

maupun yang tidak disengaja (kelalaian).

3) Karyawan telah mentaati hukum dan peraturan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

20

4. Prinsip Pengendalian Internal

Prinsip pengendalian internal menurut Hery (2016:162-170)

dijelaskan sebagai berikut:

a. Penetapan tanggung jawab

Karakteristik yang paling utama (paling penting) dari

pengendalian internal adalah penetapan tanggung jawab ke

masing-masing karyawan secara spesifik. Penetapan tanggung jawab

di sini agar supaya masing-masing karyawan dapat bekerja sesuai

dengan tugas-tugas tertentu (secara spesifik) yang telah dipercayakan

kepadanya. Pengendalian atas pekerjaan tertentu akan menjadi lebih

efektif jika hanya ada satu orang saja yang bertanggung jawab atas

sebuah tugas/pekerjaan tertentu tersebut.

b. Pemisahan tugas

Pemisahan tugas di sini maksudnya adalah pemisahan fungsi atau

pembagian kerja. Ada 2 (dua) bentuk yang paling umum dari

penerapan prinsip pemisahan tugas ini, yaitu:

1) Pekerjaan yang berbeda seharusnya dikerjakan oleh karyawan

yang berbeda pula.

2) Harus adanya pemisahan tugas antara karyawan yang menangani

pekerjaan pencatatan aset dengan karyawan yang menangani

langsung aset secara fisik (operasional).

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

21

Rasionalisasi dari pemisahan tugas adalah bahwa

tugas/pekerjaan dari seorang karyawan seharusnya dapat

memberikan dasar yang memadai untuk mengevaluasi pekerjaan

karyawan lainnya.

c. Dokumentasi

Dokumen memberikan bukti bahwa transaksi bisnis atau

peristiwa ekonomi telah terjadi. Dengan membubuhkan atau

memberikan tanda tangan (atau inisial) ke dalam dokumen, orang

yang bertanggung jawab atas terjadinya sebuah transaksi atau

peristiwa dapat diidentifikasi dengan mudah.

d. Pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik

Penggunaan pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik

sangatlah penting. Pengendalian fisik terutama terkait dengan

pengamanan aset. Pengendalian mekanik dan elektronik juga

mengamankan aset.

Penggunaan pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik yaitu

sebagai berikut:

1) Uang kas dan surat-surat berharga sebaiknya disimpan dalam safe

deposits box;

2) Catatan-catatan akuntansi yang penting juga harus disimpan

dalam filling cabinet yang terkunci;

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

22

3) Tidak semua atau sembarangan karyawan dapat keluar masuk

gudang tempat penyimpanan persediaan barang dagangan;

4) Penggunaan kamera dan televisi monitor;

5) Adanya sistem pemadam kebakaran atau alarm yang memadai;

6) Penggunaan password system dan lain-lain.

e. Pengecekan independen atau verifikasi internal

Kebanyakan sistem pengendalian internal memberikan

pengecekan independen atau verifikasi internal. Prinsip ini meliputi

peninjauan ulang, perbandingan, dan pencocokan data yang telah

disiapkan oleh karyawan lainnya yang berbeda.

Kebutuhan akan pengecekan independen meningkat karena

struktur pengendalian internal cenderung berubah setiap saat kalau

tidak terdapat mekanisme penelaahan yang sering. Pegawai mungkin

akan menjadi lupa atau dengan sengaja tidak mengikuti prosedur, atau

menjadi ceroboh jika tidak ada orang yang meninjau ulang dan

mengevaluasi hasil pekerjaannya. Salah saji baik yang disengaja

maupun yang tidak disengaja mungkin dapat saja terjadi tanpa melihat

kualitas dari sistem pengendalian yang selama ini telah dijalankan.

Cara yang paling murah untuk melakukan verifikasi internal adalah

dengan menerapkan pemisahan tugas. Dalam perusahaan besar,

oengecekan independen sering dilakukan oleh auditor internal.

Auditor internal di sini adalah karyawan perusahaan yang bertugas

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

23

secara terus menerus untuk melakukan evaluasi mengenai keefisienan

dan keefektivan sistem pengendalian internal perusahaan.

5. Keterbatasan Pengendalian Internal

Keterbatasan pengendalian internal menurut Hery (2016:170) sistem

pengendalian internal perusahaan pada umumnya dirancang untuk

memberikan jaminan yang memadai bahwa aset perusahaan telah

diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan.

Pada dasarnya, konsep jaminan yang memadai ini sangat terkait langsung

dengan sebuah asumsi yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan

untuk membentuk/menerapkan prosedur pengendalian seharusnya jangan

sampai melebihi manfaat yang diperkirakan akan timbul/dihasilkan dari

pelaksanaan prosedur pengendalian tersebut.

Keterbatasan pengendalian internal menurut Hery (2016:170)

meliputi:

1) Faktor Manusia

Faktor yang sangat penting sekali dalam setiap pelaksanaan

sistem pengendalian internal, sebuah sistem pengendalian yang

baik akan dapat menjadi tidak efektif oleh karena adanya

karyawan yang kelelahan, ceroboh, atau bersikap acuh tak acuh.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

24

2) Persekongkolan (Kolusi)

Dimana kolusi ini akan dapat secara signifikan mengurangi

keefektivaa sebuah sistem dan mengeliminasi proteksi yang

ditawarkan dari pemisahan tugas.

3) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan juga dapat memicu keterbatasan

pengendalian internal. Dalam perusahaan yang berskala kecil,

sebagai contoh, mungkin akan sangat sulit untuk menerapkan

pemisahan tugas atau memberikan pengecekan

independen/verifikasi internal, mengingat satu karyawan

mungkin saja dapat merangkap mengerjakan beberapa pekerjaan

yang berbeda sekaligus.

6. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Pengendalian

Pengendalian, meskipun dibuat dengan cermat, tidak selalu mencapai

tujuan seperti yang diinginkan mereka yang membuatnya. Hal ini

disebabkan meskipun pada dasarnya pengendalian dirancang untuk

membantu manajer agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan lebih

baik, namun dalam kenyataannya banyak manajer yang memandang

pengendalian sebagai sebuah gangguan, ancaman ataupun tantangan yang

harus diatasi. Aldag dan Stearns (1987) dalam Sawyer (2005) dalam buku

Kurniawan (2012:104-105), mengidentifikasi empat macam reaksi negatif

terhadap sistem pengendalian antara lain:

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

25

a. Dianggap sebagai permainan

Pengendalian dilihat sebagai sebuah tantangan, sesuatu yang harus

dikalahkan dan bukan sebagai alat yang berguna bagi manajemen.

b. Dianggap sebagai objek sabotase

Pegawai organisasi berusaha untuk merusak sistem pengendalian,

menciptakan kebingungan, dan merancang proyek dengan

karakteristik yang kompleks. Tujuannya adalah untuk membuat

sistem tidak beroperasi, tidak dapat diandalkan dan terlalu rumit.

Atau, seseorang bahkan dapat mengabaikan keseluruhan sistem.

Reaksi ini merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang terjadi

pada diri seorang pegawai sehingga pegawai yang bersangkutan

tidak hanya mengabaikan sistem namun juga dapat mengacaukan

sistem pengendalian yang ada.

c. Informasi yang tidak akurat

Manajer melakukan manipulasi informasi untuk membuat dirinya

dan unitnya kelihatan lebih baik atau menciptakan data yang salah

sehingga pengendalian tidak beroperasi dengan semestinya.

d. Ilusi pengendalian

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

26

Manajer memberikan kesan bahwa sistem pengendalian memang

berfungsi dengan baik sementara dalam kenyataannya sistem

tersebut diabaikan atau disalahartikan. Hasil yang baik dikatakan

sebagai hasil dari sistem. Hasil yang tidak baik dikatakan bersumber

dari kondisi yang tidak biasa yang berada diluar sistem.

B. Efektivitas Pengendalian Internal

Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan

hasil yang sesungguhnya dicapai (Mahmudi, 2005:94). Mardiasmo

(2016:134), efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya, apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka

organisasi tersebut di katakan telah berjalan dengan efektif. Menurut Akmal

(2007) ciri-ciri pengendalian internal efektif yaitu sebagai berikut:

1. Tujuannya jelas. Jika suatu pengendalian internal tidak dapat dimengerti,

prosedur pengendalian tersebut tidak akan digunakan dan tidak memiliki

nilai.

2. Dibangun untuk tujuan bersama. Suatu pengendalian internal harus dapat

dimanfaatkan oleh seluruh pengguna atau seluruh pihak yang berkaitan.

3. Biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan.

4. Didokumentasikan. Proses dokumentasi yang baik yakni proses

dokumentasi yang sederhana dan dapat dengan mudah dimengerti, jelas

hubungannya dengan rasio pengendalian, dan memberikan keyakinan

kepada manajemen bahwa pengendalian internal berada pada tempatnya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

27

5. Dapat diuji dan di-review. Proses pengendalian dan manajemen serta

dokumentasinya dapat diuji dan di-review untuk dapat disempurnakan

atau dapat diperbarui jika proses pengendalian internal yang dilakukan

sudah tidak sesuai dengan kondisi pada saat pengendalian dilakukan.

C. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Persediaan (Inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu

diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi

bahan baku (raw material), produk jadi (finish product), komponen

rakitan (component), bahan pembantu (substance material) dan barang

sedang dalam proses pengerjaan (working in process inventory) (Haming,

2014:4).

Menurut Kartikahadi et al, 2012:278, (dalam Fitriana Eka Binti)

Persediaan adalah sebuah asset lancar untuk perusahaan pada umumnya,

yaitu “perusahaan dagang, manufaktur, pertanian, kehutanan,

pertambangan, kontraktor bangunan, dan penjual jasa tertentu”. Hal ini

yang membuat akuntansi persediaan menjadi salah satu masalah

terpenting bagi perusahaan-perusahaan tertentu.

Persediaan adalah total bahan baku, bahan pada prosedur, dan bahan

jadi hak perusahaan dagang atas tujuan menjual atau memproses lebih

lanjut. Kesimpulannya bahwa persediaan adalah seluruh entitas yang

menunjukkan suatu istilah sari sumber daya yang ada dengan proses

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

28

bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi

adanya permintaan maupun ada masalah lainnya (Menurut Mulyadi, 2008,

dalam Wijaya Stefanny Hana).

Menurut (IAI, 2007:92, dalam Cynthia Amanda), melalui pernyataan

standar akuntansi keuangan (PSAK) N0.14 paragraf 03 mendefinisikan

persediaan adalah sebagai berikut:

a. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa,

b. dalam proses produksi untuk penjualan tersebut,

c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses

produksi atau pemberian jasa

Persediaan merupakan barang yang dimiliki oleh perusahaan yang

akan dijual, digunakan (diproduksi) atau dikonsumsi. Persediaan

diklasifikasi tergantung pada apakah perusahaan adalah perusahaan

dagang atau perusahaan manufaktur. Untuk perusahaan dagang,

persediaannya dinamakan persediaan barang dagangan, dimana barang

dagangan ini dimiliki oleh perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk

siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis norma perusahaan sehari-hari.

2. Jenis-Jenis Persediaan

Penggolongan persediaan secara garis besar yaitu menurut

(Stice,2009, dalam Kusuma) yaitu:

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

29

a. Persediaan bahan baku (raw material), perusahaan barang-barang

yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi. Sebagian bahan

baku diambil langsung dari sumber aslinya. Persediaan bahan baku

dibagi menjadi dua:

1) Bahan baku langsung (direct material)

2) Bahan baku tidak langsung (inderect material)

b. Barang dalam proses (goods in process), terdiri atas bahan-bahan

yang telah diproses, namun masih membutuhkan pengerjaan lebih

lanjut sebelum dapat dijual. Persediaan ini terdiri atas tiga komponen

biaya:

1) Bahan baku langsung

2) Tenaga kerja langsung

3) Overhead pabrik

c. Barang jadi (finished goods), merupakan produk/barang yang telah

selesai diproduksi dan menjadi persediaan perusahaan yang siap

untuk dijual.

3. Peranan persediaan

Persediaan pada dasarnya mempermudah atau memperlancar jalannya

operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk

memproduksi barang-barang serta menyampaikan kepada pelanggan.

Persediaan bagi perusahaan, antara lain berguna untuk:

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

30

a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau

bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

b. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga

dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

c. Mempertahankan stabilitas atau kelancaran operasi perusahaan.

d. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.

e. Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau

penjualannya.

4. Fungsi Persediaan

Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan, yaitu

sebagai berikut menurut (Aini,2011) dalam Lakoy Prilly :

a. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi.

b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.

c. Untuk memperoleh keuntungan dari kuantitas, karena membeli dalam

jumlah yang banyak ada mendapatkan diskon.

d. Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga.

e. Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena

cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman.

f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam

proses.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

31

5. Tujuan Pengelolaan Persediaan

Menurut (Agus, 2009:4), suatu pengendalian persediaan yang

dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu memiliki tujuan-tujuan

tertentu. Pengendalian persediaan yang dijalankan adalah untuk menjaga

tingkat persediaan pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh

penghematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Hal inilah yang

dianggap penting untuk dilakukan perhitungan persediaan sehingga dapat

menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat

menjaga kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran biaya

yang ekonomis.

Tujuan pengelolaan persediaan adalah:

a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan

cepat (memuaskan konsumen).

b. Menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya

proses produksi, hal ini dikarenakan:

1) Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka

ssehingga sulit diperoleh.

2) Supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.

c. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan

dan laba perusahaan.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

32

d. Fungsi yang terkait dengan persediaan.

6. Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Kieso (2008:404-406), metode pencatatan ada dua yaitu:

a. Sistem Perpetual

Sistem perpetual yaitu semua pembelian dan penjualan barang

dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi.

Karakteristik akuntansi dari sistem persediaan perpetual adalah:

1) Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan

baku untuk produksi di debet ke persediaan bukan ke pembelian.

2) Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan

harga, serta diskon pembelian di debet ke persediaan dan bukan

ke akun terpisah.

3) Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan

mendebet akun harga pokok penjualan dan mengkredit

persediaan.

4) Persediaan merupakan akun pengendalian yang didukung oleh

buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan individual.

Buku besar pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari

setiap jenis persediaan yang ada ditangan.

b. Sistem Periodik

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

33

Sistem periodik yaitu kuantitas persediaan di tangan ditentukan,

seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik. Semua pembelian

persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun

pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi

ditambah ke biaya persediaan ditangan pada awal periode untuk

menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama

periode berjalan.

Perhitungan fisik persediaan yang diharuskan oleh sistem

persediaan periodik dilakukan sekali setahun pada setiap akhir tahun.

Akan tetapi, sebagian besar perusahaan membutuhkan informasi

mutakhir mengenai tingkat persediaan untuk melindunginya dari

stockout atau over purchasing dan untuk membantu penyusunan data

keuangan bulanan atau kuartalan. Sebagai akibatnya, banyak

perusahaan menggunakan sistem persediaan perpetual yang

dimodifikasi, dimana hanya penurunan dan kenaikan kuantitas yang

disimpan dalam catatan persediaan yang terinci. Catatan ini hanya

merupakan perangkat momerandum diluar sistem. Berpasangan yang

membantu menentukan tingkat persediaan pada suatu waktu tertentu.

7. Metode Penilaian Persediaan

a. Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Pokok

Menurut Stice et al. (2009:585-589) ada bebarapa macam metode

penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu:

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

34

1) Identifikasi Khusus

Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang

terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada ditangan

pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut.

Metode identifikasi khusus memerlukan suatu cara untuk

mengidentifikasikan biaya historis dari setiap unit persediaan.

Dengan identifikasi khusu, arus biaya yang dicatat disesuaikan

denga arus fisik barang.

2) Metode Biaya Rata-Rata (Average)

Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap

unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang

terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu

rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga.

Metode rata-rata dapat dianggap sebagai sebagai metode yang

realistis dan pararel dengan arus fisik barang khususnya ketika

ada percampuran dari unit persediaan yang identik.

3) Metode First In First Out (FIFO) atau Masuk Pertama Keluar

Pertama

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual

adalah unit yang terlebih dahulu masuk. FIFO dianggap sebagai

sebuah pendekatan yang logis dan realistis tehadap arus biaya

ketika penggunaan metode identifikasi khusus adalah tidak

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

35

memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa

arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang

yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk

memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan

oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu di dalam FIFO unit yang

tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli,

sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama

dengan biaya penggantian di akhir periode.

4) Metode Last In First Out (LIFO) Barang Masuk Terakhir Keluar

Pertama

Metode ini didasarkan pada asumsi bahawa barang yang

paling berulah yang terjual. Metode LIFO sering dikritik secara

teoritis tetapi metode ini adalah metode yang paling baik dalam

pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Apabila metode

LIFO digunakan selama periode inflasi atau harga naik, LIFO

akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah laba

kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir yang lebih

rendah. Dengan demikian LIFO cenderung memberikan

pengaruh yang stabil terhadap margin kotor, karena pada saat

terjadinya kenaikan harga LIFO mengaitkan biaya yang tinggi

saat dalam perolehan barang-barang dengan harga jual yang

meningkat. Dengan menggunakan LIFO persediaan dilaporkan

dengan menggunakan biaya dari pembelian awal. Jika LIFO

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

36

digunakan dalam waktu yang lama, maka perbedaan antara nilai

persediaan saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.

b. Penilaian Persediaan Selain dari Harga Pokok

Dalam beberapa kasus, persediaan dapat dinilai selain dari harga

pokok. Menurut Warren, dkk, (2005:456), mengatakan bahwa situasi

macam itu timbul apabila biaya penggantian barang-barang

persediaan lebih rendah dari biaya yang tercatat dan persediaan tidak

dapat dijual pada harga jual normal karena cacat, usang, perubahan

gaya, atau penyebab lainnya.

D. PENGELOLAAN PERSEDIAAN

1. Pengelolaan Persediaan Barang Dagang

Pengelolaan persediaan barang dagangan merupakan aktivitas yang

selalu melekat pada persediaan barang dagangan karena melalui

pengelolaan persediaan barang dagangan yang efektif akan memberikan

pendapatan maksimal bagi perusahaan. Menurut Wilson dan Campbell

(2001:428), pengelolaan persediaan secara luas meliputi pengarahan arus

dan penanganan barang secara wajar mulai dari penerimaan sampai

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

37

dengan pergudangan dan penyimpanan menjadi barang dalam pengelolaan

dan barang jadi sampai berada di tangan pelanggan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

pengelolaan barang dagangan terdiri dari:

a. Prosedur Pesanan Pembelian Barang Dagang

Biasanya dilakukan oleh departemen pembelian yang dipimpin

oleh kepala pembelian umum. Dalam keadaan apapun, prosedur

sistematis harus dinyatakan dalam bentuk tertulis untuk menetapkan

tanggungjawab dan untuk memberikan informasi yang lengkap

mengenai penggunaan seluruh barang yang diterima.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

38

Bagian Gudang

Mulai

Membuat

Surat

Permintaan

Pembelian

2

1

Surat Permintaan

Pembelian

1

Prosedur Pesanan Pembelian Barang Dagang

T

Bagian Pembelian

1

1

Surat Permintaan

Pembelian

Membuat

Surat Order

Pembelian

3

2

Pemasok

T

1

Surat Order

Pembelian

2

Gambar 2.1 Flowchart Prosedur Pesanan Pembelian Barang Dagang

b. Prosedur Penerimaan Persediaan Barang Dagang

Kegiatan dalam prosedur penerimaan persediaan barang

dagangan adalah penanganan fisik atas persediaan barang dagangan

yang diterima dan mengirimkannya kepada bagian gudang. Jenis dan

kuantitas barang yang diterima harus diverifikasi secara hati-hati.

Verifikasi ini dalam perusahaan besar dilakukan dua kali, pertama

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

39

pada waktu barang diterima oleh bagian penerimaan dan yang kedua

pada waktu barang diterima oleh bagian gudang untuk disimpan.

c. Prosedur Penyimpanan Persediaan Barang Dagang

Prosedur penyimpanan barang dimulai dari penerimaan barang

dari departemen penerimaan yang dilampirkan dengan laporan

penerimaan yang diteruskan ke gudang. Tujuan penyimpanan barang

di gudang adalah untuk mencegah dan mengurangi kerugian yang

timbul akibat pencurian dan kerusakan barang. Yang bertanggung

jawab disini adalah kepala gudang, artinya barang harus disimpan

dalam gudang agar tetap terjaga baik kualitasnya maupun

kuantitasnya. Persediaan barang dagangan yang ada digudang harus

dikelompokkan menurut jenis, ukuran dan sifat sehingga akan

memudahkan bila diperlukan.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

40

Prosedur Penerimaan dan penyimpana

Persediaan Barang Dagang

Bagian Penerimaan

2

Surat Order

Pembelian

2

Menerima

barang dari

pemasok

Melakukan

pencocokan

copy FP dan

fisik obat

Bagian Penyimpanan

3

3

Obat disimpan

pada Gudang/

Etalase

Selesai

Obat

Gambar 2.2 Flowchart Prosedur Penerimaan dan Penyimpanan Barang Dagang

d. Prosedur Pengeluaran Persediaan Barang Dagang

Kepala gudang sebagai pejabat bagian penyimpanan biasanya

menerima instruksi tertulis yang didalamnya tercantum ketentuan

mengenai pengeluaran barang yaitu bahwa barang hanya boleh

dikeluarkan berdasarkan instruksi dari pejabat yang berwenang atau

berdasarkan bon permintaan barang dari bagian yang memerlukan

barang dagangan tersebut. Kepala gudang bertanggung jawab atas

pelaksanaan pengeluaran barang maupun kelengkapan dokumen

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

41

permintaan barang yang ditujukan kepada bagian gudang agar

mengeluarkan dan mengangkat barang ke tempat yang telah

ditentukan dan menyerahkan kepada personil yang mengajukan

dengan prosedur yang sesuai. Bagian gudang kemudian mengeluarkan

bukti pengeluaran barang yang di distribusikan kepada bagian

akuntansi, bagian yang meminta pengeluaran barang, serta arsip untuk

bagian gudang sendiri.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

42

Mulai

Menerima

pesanan

Menyediakan

barang yang

dibutuhkan

sesuai pesanan

Bagian Penjualan

1

Bagian Administrasi/kasir

Setoran

Penjualan &

bukti transaksi

Prosedur Pengeluaran Persediaan

Barang Dagangan

Transaksi

Penjualan

3

2

pelanggan

T

1

Laporan kas

masuk

Membuat slip

setoran

1

Bukti Transaksi

2

1

Laporan

Keuangan

Direktur

T

Gambar 2.3 Flowchart Prosedur Pengeluaran Persediaan Barang Dagang

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

43

2. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Apotek

a. Perancangan

Perencanaan adalah prediksi kebutuhan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan. Adapun ketentuan-ketentuan perencanaan

adalah :

1) Doelmatig adalah pengadaan persediaan berupa Perbekalan

Farmasi, ALKES dan PKRT yang harus sesuai dengan tujuan

atau rencana sebelumnya.

2) Rechmatig adalah pengadaan persedian yang harus sesuai

dengan hak atau kemampuan.

3) Wetmatig adalah pengadaan persediaan yang harus sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Penerapan pelaksanaan perencanaan di Apotek Intan

memakai cara Konsumsi yaitu dengan melihat obat yang sering

keluar dalam Resep dokter dan dengan mempertimbangkan

penyakit yang sering terjadi.

b. Pengadaan

Pengadaan adalah obat-obat yang persediaannya sudah mulai

habis atau menipis kemudian dituliskan dalam buku Defecta yang

merupakan catatan sediaan yang akan dipesan pada PBF.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

44

c. Penerimaan

Penerimaan obat merupakan salah satu tanggung jawab

Apoteker dan Karyawan yang bertujuan untuk menghindari

kesalahan pemesanan. Penerimaan obat harus disesuaikan dengan

Surat Pesanan (SP) dengan menyamakan segala hal yang terdapat

dalam obat yang telah dipesan.

d. Penyimpanan

Penyimpanan perbekalan farmasi diatur berdasarkan :

1) Penggolongan Obat

Yaitu Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Tradisional,

Kosmetik, ALKES dan PKRT.

2) Bentuk Sediaan

a) Liquida : Potio, Tetes Mata, Inheler

b) Semisolid : Salep, Krim, Gel, Ointment

c) Solid : Tablet, Kaplet, Kapsul

3) Alphabetis

4) Kelas Terapi

Tujuan penyimpanan ini adalah untuk menghindari

kesalahan pengambilan obat karena nama dan kemasan yang

hampir sama.

5) Berdasarkan Suhu

6) Metode FIFO, FEFO, dan LIFO

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

45

a) First In First Out (FIFO) adalah penyimpanan obat

berdasarkan obat yang datang lebih dulu dan dikeluarkan

lebih dulu.

b) First Expired First Out (FEFO) adalah penyimpanan obat

berdasarkan obat yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih

cepat maka dikeluarkan lebih dulu.

c) Last In First Out (LIFO) adalah penyimpanan obat

berdasarkan obat yang terakhir masuk dikeluarkan terlebih

dahulu.

7) Untuk obat Narkotik dan Psikotropik harus disimpan di lemari

khusus dua pintu dengan ukuran 40×80×100 cm dilengkapi

kunci ganda.

e. Pendistribusian

Pendistribusian obat di apotek bisa dialurkan dari pabrik sebagai

produksi kemudian PBF sebagai penyalur lalu apotek sebagai

pelayanan dan pasien sebagai konsumen. Sebuah pabrik farmasi

tidak diperbolehkan untuk menjual langsung produk obat jadi kepada

konsumen.

f. Pencatatan

Pencatatan adalah suatu kegiatan dimana setiap obat yang masuk

atau keluar harus dicatat dalam buku pembelian atau buku

pendapatan. Dalam buku pembelian berisi semua catatan pembelian

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

46

obat yang sudah dipesankan dan disesuaikan dengan faktur.

Dalam buku pendapatan berisi semua catatan pengeluaran obat.

Pengeluaran obat Narkotik dan Psikotropik dicatat dalam Buku

Register Narkotik dan Psikotropik dengan mencatatkan nama serta

alamat pasien, nama obat, jumlah obat yang keluar, tanggal keluar

obat dan dokter yang memberikan resep.

g. Pelaporan

Pelaporan obat Narkotik dan Psikotropik dilaporkan setiap 1

bulan sekali ke Dinas Kesehatan (DINKES) yang dilakukan oleh

Apoteker.

h. Pemesanan

Pemesanan obat bebas dan obat bebas terbatas dilakukan

menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh APA

yang terdiri dari 2 rangkap Surat Pesanan.

Pemesanan obat Narkotika menggunakan 4 rangkap Surat

Pesanan (SP) diantaranya untuk PBF, Dinas Kesehatan, BPOM dan

Arsip Apotek. Khusus untuk Narkotik ditandatangani oleh APA dan

dilengkapi dengan nama jelas, nomor izin kerja, stempel Apotek.

Pemesanan obat Psikotropik menggunakan Surat Pesanan (SP)

2 rangkap diantaranya untuk PBF dan arsip Apotek.

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Internaleprints.mercubuana-yogya.ac.id/4656/3/BAB II.pdf · Evaluasi berkelanjutan dibangung dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari

47

E. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Penelitian

1. Nova Sumual

2014

Evaluasi Pengendalian

Intern Untuk Siklus

Persediaan Barang

Dagangan Pada SPBU

Kolongan

pengendalian internal untuk

siklus persediaan barang

dagangan pada SPBU

Kolongan sudah

Menerapkan unsur-unsur

pengendalian intern

berdasarkan COSO, dengan

efektif.

2. Cynthia Amanda

2015

Analisis Efektivitas

Sistem Pengendalian

Internal Atas Persediaan

Barang Dagang Pada

Grand Hardware

Manado

Pengendalian Internal atas

persediaan barang dagang di

Grand Hardware sudah

efektif, dimana adanya

pemisahan diantara

fungsi-fungsi terkait dengan

penerimaan dan pengeluaran

barang. Pemantauan

terhadap persediaan barang

dagangan juga dilakukan

secara periodik oleh bagian

logistik melalui kegiatan

stok opname, hanya ada

beberapa faktor penyusun

lingkungan pengendalian

yang belum dimiliki oleh

Grand Hardware seperti

auditor internal yang

merupakan faktor penting

terciptanya pengendalian

internal yang baik.

3. Sitti Amanah

Tontoli

2017

Analisis Efektifitas

Pengendalian Intern

Persediaan Barang

Dagangan Pada

PT.Kimia Farma

Apotek 74 Manado

Pengendalian Internal atas

persediaan barang dagang

yang diterapkan oleh

PT.Kimia Farma Apotek

telah efektif, karena telah

menjalankan unsur-unsur

pengendalian internal

persediaan secara efektif.