BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA...

23
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian Kajian Pelanggaran Prinsip Konversasi dalam Rubrik Mblaketaket pada Surat Kabar Radar Banyumas Edisi Bulan Oktober - November 2013 berbeda dengan penelitian sejenis yang telah ada. Penelitian sejenis yang peneliti temukan yaitu penelitian yang berjudul Bahasa Humor Stand Up Comedy di Metro TV 1 Maret-26 April 2012(Kajian Pragmatik) dan Pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada Tuturan Dialog Dagelan Srimulat. Untuk membuktikannya, peneliti meninjau dua buah penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tersebut. 1. Bahasa Humor Stand Up Comedy di Metro TV 1 Maret-26 April 2012(Kajian Pragmatik) oleh Andrian Kristanto, NIM 0801040046, tahun 2012 Dalam penelitiannya menggunakan teori bahasa dan fungsi bahasa, jenis tindak tutur, bentuk pelanggaran prinsip konversasi yang menimbulkan kejenakaan dan gaya humor Stand Up Comedy. Dari tinjauan tersebut, maka analisis yang dilakukan adalah mendeskripsikan jenis tindak tutur dan pelanggaran prinsip konversasi. Data yang digunakan adalah tuturan para comic dalam acara Stand Up Comedy di Metro TV pada 1 Maret sampai 26 April yang berjumlah 155 tuturan dari 21 comic. Sedangkan sumber datanya adalah para comic dalam acara Stand Up Comedy di Metro TV. Metode penyediaan data yang digunakan yaitu metode simak, yang terdiri dari: teknik sadap, teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, teknik catat. Metode analisis data menggunakan metode agih dan metode padan.Metode agih terdiri dari 11 Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian Kajian Pelanggaran Prinsip Konversasi dalam Rubrik Mblaketaket

pada Surat Kabar Radar Banyumas Edisi Bulan Oktober - November 2013 berbeda

dengan penelitian sejenis yang telah ada. Penelitian sejenis yang peneliti temukan

yaitu penelitian yang berjudul Bahasa Humor Stand Up Comedy di Metro TV 1

Maret-26 April 2012(Kajian Pragmatik) dan Pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada

Tuturan Dialog Dagelan Srimulat. Untuk membuktikannya, peneliti meninjau dua

buah penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tersebut.

1. Bahasa Humor Stand Up Comedy di Metro TV 1 Maret-26 April 2012(Kajian

Pragmatik) oleh Andrian Kristanto, NIM 0801040046, tahun 2012

Dalam penelitiannya menggunakan teori bahasa dan fungsi bahasa, jenis

tindak tutur, bentuk pelanggaran prinsip konversasi yang menimbulkan kejenakaan

dan gaya humor Stand Up Comedy. Dari tinjauan tersebut, maka analisis yang

dilakukan adalah mendeskripsikan jenis tindak tutur dan pelanggaran prinsip

konversasi. Data yang digunakan adalah tuturan para comic dalam acara Stand Up

Comedy di Metro TV pada 1 Maret sampai 26 April yang berjumlah 155 tuturan dari

21 comic. Sedangkan sumber datanya adalah para comic dalam acara Stand Up

Comedy di Metro TV.

Metode penyediaan data yang digunakan yaitu metode simak, yang terdiri dari:

teknik sadap, teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, teknik catat. Metode

analisis data menggunakan metode agih dan metode padan.Metode agih terdiri dari

11

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

12

teknik perluas dan teknik ulang, sedangkan metode padan terdiri dari teknik pilah

unsur penentu dan teknik hubung banding menyamakan. Data kemudian dianalisis

berdasarkan jenis tindak tutur dan pelanggaran prinsip konversasi.

Berdasarkan penjelasan di atas maka skripsi yang ditulis oleh peneliti yang

berjudul Kajian Pelanggaran Prinsip Konversasi dalam Rubrik Mblaketaket pada

Surat Kabar Radar Banyumas Edisi Bulan Oktober-November 2013 memiliki

beberapa perbedaan dengan skripsi yang dibuat oleh Andrian Kristanto. Perbedaan

tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Pada penelitian ini, tujuan penelitian adalah mendeskripsikan pelanggaran prinsip

konversasi dalam rubrik Mblaketaket pada surat kabar Radar Banyumas edisi

bulan Oktober-November 2013. Sedangkan penelitian sebelumnya bertujuan untuk

mendeskripsikan jenis tindak tutur dan pelanggaran prinsip konversasi.

b. Data pada penelitian ini adalah tuturan yang mengandung pelanggaran prinsip

konversasi dalam rubrik Mblaketaket pada surat kabar Radar Banyumas edisi

bulan Oktober-November 2013, sedangkan data penelitian sebelumnya adalah

tuturan para comic dalam acara Stand Up Comedy di Metro TV pada 1 Maret

sampai 26 April yang berjumlah 155 tuturan dari 21 comic. Sumber data dalam

penelitian ini adalah rubrik Mblaketaket dalam surat kabar Radar Banyumas edisi

bulan Oktober-November 2013, sedangkan sumber data pada penelitian

sebelumnya adalah para comic dalam acara Stand Up Comedy di Metro TV.

2. Pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada Tuturan Dialog Dagelan Srimulat oleh

Muhyoto, NIM 0101540011, tahun 2004

Muhyoto menggunakan teori percakapan, implikatur, konteks berbahasa,

prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Berdasarkan tinjauan tersebut, maka

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

13

analisis yang dilakukan adalah analisis bahasa humor pelawak Srimulat yang

mengandung pelanggaran prinsip kerjasama. Data yang digunakan adalah tuturan

dialog dagelan Srimulat khususnya yang melanggar prinsip kerja sama. Sumber data

yang digunakan adalah bahasa kelompok lawak Srimulat di Indosiar 16 dan 23

Oktober 2003, yang terdiri dari satu judul yaitu “Mayat Darmini”. Metode penyediaan

data yang digunakan yaitu metode simak, yang terdiri dari: teknik sadap, teknik

rekam, teknik catat. Metode analisis data menggunakan metode agih dengan teknik

ubah ujud. Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim percakapan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka skripsi yang ditulis oleh peneliti yang

berjudul Kajian Pelanggaran Prinsip Konversasi dalam Rubrik Mblaketaket pada

Surat Kabar Radar Banyumas Edisi Bulan Oktober-November 2013 memiliki

beberapa perbedaan dengan skripsi yang dibuat oleh Muhyoto. Perbedaan tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pada penelitian ini, tujuan penelitian adalah mendeskripsikan pelanggaran prinsip

konversasi dalam rubrik Mblaketaket pada surat kabar Radar Banyumas edisi

bulan Oktober-November 2013. Sedangkan penelitian sebelumnya bertujuan untuk

mendeskripsikan pelanggaran prinsip kerja sama dalam tuturan dialog dagelan

dalam Srimulat.

b. Data pada penelitian ini adalah tuturan yang mengandung pelanggaran prinsip

konversasi dalam rubrik Mblaketaket pada surat kabar Radar Banyumas edisi

bulan Oktober-November 2013, sedangkan data penelitian sebelumnya adalah

tuturan dialog dagelan Srimulat khususnya yang melanggar prinsip kerja sama.

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

14

Sumber data dalam penelitian ini adalah rubrik Mblaketaket dalam surat kabar

Radar Banyumas edisi bulan Oktober-November 2013, sedangkan sumber data

pada penelitian sebelumnya bahasa kelompok lawak Srimulat di Indosiar 16 dan

23 Oktober 2003, yang terdiri dari satu judul yaitu “Mayat Darmini”.

B. Landasan Teori

1. Pragmatik

a. Pengertian Pragmatik

Leech (dalam Rahardi, 2005:48) menyatakan bahwa pragmatik dapat

berintegrasi dengan tata bahasa atau garamatika yang meliputi fonologi, morfologi,

sintaksis, dan semantik.Cruse (dalam Cummings, 2007: 2), menyatakan:

Pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dalam

pengertian luas) yang disampaikan melalui bahasa yang (1) tidak

dikodekanoleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk

linguistik yang digunakan, namun yang (2) juga muncul secara alamiah

tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan

konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut.

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis)

dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Studi ini lebih banyak berhubungan

dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya

daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu

sendiri (Yule, 2006: 3). Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang

tidak tercangkup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala

aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi-referensi

langsung pada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapakan (Tarigan, 2009:

31). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

15

pragmatik adalah cabang ilmu yang mengkaji tentang makna dalam penggunaan

bahasa dalam hubungannya dengan aneka situasi ujaran.Dengan demikian pragmatik

menganalisis makna yang terikat konteks tuturan atau maksud dari penutur bukan

makna linguistiknya.Jadi, pemaknaan terhadap konteks tersebut berdasarkan situasi

ujaran.

Analisis terhadap humor dalam rubrikMblaketaket sangat tepat menggunakan

pendekatan pragmatik. Untuk memahami bahwa humor dalam rubrik Mblaketaket

tidak semata-mata humor tetapi juga mengandung maksud dan tujuan, diperlukan

pemahaman terhadap konteks yang melatarbelakangi humor tersebut. Pemahaman

terhadap konteks merupakan salah satu ciri pendekatan pragmatik. Pembahasan

mengenai maksim-maksim adalah bahasan dalam pragmatik sehingga pendekatan

pragmatik dirasa sangat ideal dalam menganalisis pelanggaran prinsip konversasi

dalam rubrik Mblaketaket pada penelitian ini.

b. Prinsip Konversasi

Kata konversasi sama artinya dengan percakapan (Alwi, 2007: 592). Jadi,

prinsipkonversasi disebut juga dengan prinsip percakapan yaitu dasar yang harus

dipatuhi dalam percakapan sehingga percakapan dapat berjalan dengan lancar. Prinsip

Konversasi terdiri dari dua macam yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan.

Kedua prinsip pragmatik tersebut memiliki maksim sendiri-sendiri, antara lain: (a)

prinsip kerja sama terdiri dari: maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi

dan maksim pelaksanaan;(Grice dalam Chaer, 2010:34). (b) prinsip kesopanan terdiri

dari: maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

16

kemurahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian (Leech dalam Chaer,

2010:56). Berikut ini penjelasan mengenai prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan.

1) Prinsip Kerja Sama

Menurut Grice (dalam Rahardi, 2005: 52) agar proses komunikasi penutur dan

mitra tutur berjalan dengan baik dan lancar, mereka harus dapat saling bekerja sama.

Dalam kerja sama tersebut setiap peserta tutur harus mematuhi prinsip kerja sama.

Prinsip kerja sama merupakan prinsip bahwa setiap peserta tutur dalam berkomunikasi

harus dapat bekerja sama agar tujuan komunikasi dapat tercapai. Prinsip kerja sama

Grice itu seluruhnya meliputi empat maksim yaitu: maksim kuantitas, maksim

kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

a) Maksim Kuantitas

Grice (dalam Rahardi, 2005: 53) menjelaskan di dalam maksim kuantitas,

seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif

memadai, dan seinformatif mungkin. Jadi, informasi yang diberikan tidak boleh

melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh mitra tutur. Selain itu, pendapat

lain menyatakan bahwa maksim kuantitas menghendaki setiap pertuturan memberikan

kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya

(Wijana dan Rohmadi, 2011:45). Jadi pada maksim ini penutur hendaknya

memberikan kontribusi yang secukupnya, sebanyak yang dibutuhkan dan tidak

berlebihan dalam memberikan informasi yang diminta oleh lawan tuturnya atau

dengan kata lain memberi informasi sesuai yang diminta. Misalnya penutur yang

berbicara secara wajar tentu akan memilih (104) dibandingkan dengan (105).

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

17

(104) Tetangga saya hamil.

(105) Tetangga saya yang perempuan hamil.

Ujaran (104) disamping lebih ringkas, juga tidak menyimpang nilai kebenaran

(truth value). Setiap orang tentu tahu bahwa hanya orang-orang wanitalah yang

mungkin hamil.Dengan demikian, elemen yang perempuan dalam tuturan (105) sudah

menyarankan tuturan itu. Kehadiran yang perempuan dalam (105) justru menerangkan

hal-hal yang sudah jelas. Hal ini tentunya melanggar maksim kuantitas. Sebagai

contoh lain dapat dipertimbangkan wacana (106) dan (107) berikut:

(106) A : Siapa namamu? B :Ani. A :Rumahmu di mana? B :Klaten, tepatnya di Pedan. A :Sudah bekerja? B :Belum masih mencari-cari.

(107) A :Siapa namamu? B :Ani, rumah saya di Klaten, tepatnya di Pedan. Saya belum

bekerja.Sekarang saya masih mencari pekerjaan. Saya anak bungsu dari lima bersaudara. Saya pernah kuliah di UGM, tetapi karena tidak ada biaya, saya berhenti kuliah.

Bila (106) dan (107) dibandingkan, terlihat B dalam (106) bersifat kooperatif

karena B dalam (106) memberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai atau

mencukupi pada setiap tahapan komunikasi. Sementara itu, peserta pertuturan B

dalam (107) tidak kooperatif karena memberikan kontribusi yang berlebihan.

Kontribusi B yang berupa informasi alamat, status pekerjaannya, status dalam

keluarga, pengalamannya pernah kuliah di UGM, dsb. belum dibutuhkan oleh A pada

tahap itu, sehingga tuturan B dalam (107) dianggap melanggar maksim kuantitas

karena memberikan kontribusi yag berlebihan.

Ciri-ciri maksim kuantitas menurut Yule (2006: 64) yaitu(a) Buatlah

percakapan yang informatif seperti yang diminta (dengan maksud pergantian

percakapan yang sedang berlangsung); (b)Jangan membuat percakapan lebih

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

18

informatif dari yang diminta. Jadi, berdasarkan ciri-ciri tersebut Yule menghendaki

bahwa dalam maksim kuantitas setiap peserta tutur memberikan informasi sesuai yang

diminta dan tidak membuat percakapan yang lebih informatif dari yang diminta. Jika

melanggar hal tersebut maka peserta tutur dapat dikatakan telah melanggar maksim

kuantitas.

b) Maksim Kualitas

Grice (dalam Rahardi, 2005: 55) mengemukakan dengan maksim kualitas,

seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai

dengan fakta sebenarnya di dalam bertutur. Selain itu, Wijana dan Rahmadi (2011: 47)

menyatakan maksim percakapam ini mewajibkan setiap peserta percakapan

hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Dari kedua pendapat tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa maksim kualitas pada hakikatnya menunjukkan

kalimat yang diungkapkan benar dan didasarkan pada bukti-bukti yang memadai.

Untuk itu dapat perhatikan wacana (108) di bawah ini:

(108) Guru : Coba kamu Andi, apa ibukota Bali?

Andi : Surabaya, Pak guru.

Guru : Bagus, kalau begitu ibukota Jawa Timur Denpasar, ya?

Dalam wacana (108) tersebut tampak guru memberikan kontribusi yang

melanggar maksim kualitas. Guru mengatakan ibukota Jawa Timur adalah Denpasar

bukannya Surabaya. Jawaban yang tidak mengindahkan maksim kualitas ini

diutarakan sebagai reaksi terhadap jawaban Andi yang salah atau dengan jawaban ini

sang murid (Andi) sebagai individu yang memiliki kompetensi komunikatif

(communicative competence) kemudian secara serta merta mencari jawaban mengapa

gurunya membuat pernyataan yang salah. Mengapa kalimat yang diutarakan oleh

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

19

bapak guru dengan nada yang berbeda. Dengan bukti-bukti yang memadai akhirnya

Andi mengetahui bahwa jawabannya terhadap pertanyaan gurunya salah. Kata bagus

yang diucapkan gurunya tidak konvensional karena tidak digunakan seperti biasanya

untuk memuji, tetapi sebaliknya untuk mengejek. Jadi, ada alasan-alasan pragmatis

mengapa guru dalam (108) memberikan kontribusi yang melanggar maksim kuantitas.

Ciri-ciri maksim percakapan ini menurut Yule (2006: 64) yaitu (a) Cobalah

untuk membuat suatu informasi yang benar; (b) Jangan mengatakan sesuatu yang

Anda yakini itu salah; (c) Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti

yang memadai. Jadi, berdasarkan ciri-ciri tersebut Yule menghendaki bahwa dalam

maksim kualitas peserta tutur harus dapat membuat informasi yang benar dan jangan

mengatakan sesuatu yang sudah diyakini salah serta tidak memiliki bukti yang

memadai. Jika melanggar hal tersebut maka penutur dapat dikatakan telah melanggar

maksim kualitas.

c) Maksim Relevansi

Grice (dalam Rahardi, 2005: 56) mengemukakan di dalam maksim relevansi,

dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur,

masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu

yang sedang dipertuturkan itu. Selain itu, Wijana dan Rahmadi (2011: 48) menyatakan

maksim relevansi menghendaki atau mengharuskan setiap peserta percakapan

memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Jadi pada maksim

ini penutur dan mitra tutur dalam membentuk percakapan yang wajar memberi

sumbangan informasi yang relevan dengan masalah yang dibicarakan. Yule (2006:

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

20

64), menyatakan ciri dari maksim relevansi atau hubungan ini adalah relevanlah.

Berikut adalah contoh wacana yang melanggar maksim relevansi:

(109) A :Pak, ada tabrakan motor lawan truk di pertigaan depan.

B :Yang menang apa hadiahnya?

Wacana tersebut adalah percakapan antara seorang ayah dengan anaknya. Bila

sang ayah sebagai peserta percakapan yang kooperatif, tidak selayaknyalah ia

mempersamakan peristiwa kecelakaan yang dilihat oleh anaknya itu adalah sebuah

pertandingan atau kejuaraan. Dalam kecelakaan, tidak ada pemenang dan tidak ada

pula pihak yang akan menerima hadiah. Semua pihak akan menderita kerugian,

bahkan ada kemungkinan salah satu, atau kedua belah pihak meninggal dunia. Jadi

jelas jawaban B melanggar maksim relevansi karena tidak relevan dengan

pembicaraan.

d) Maksim Pelaksanaan

Grice (dalam Rahardi, 2005: 57) mengemukakan maksim pelaksanaan ini

mengharuskan peserta pertuturan bertuur secara langsung, jelas, dan tidak

kabur.Selain itu, Wijana dan Rahmadi (2011: 49) mengemukakan maksim

pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak

kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan. Jadi pada maksim pelaksanaan peserta

tutur harus menghindari ketidakjelasan pengungkapan, menghindari ketaksaan,

mengungkapkan secara singkat, padat dan jelas (tidak berlebihan). Dalam kaitannya

dengan prinsip ini Parker (1986: 23) memberi contoh wacana (110) berikut:

(110) A : Let‟s stop and get something to eat.

B :Okay, but not M-C-D-O-N-A-L-D-S.

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

21

Dalam (110) tokoh B menjawab ajakan A secara tidak langsung, yakni dengan

mengeja satu persatu kata Mc Donalds. Penyimpangan ini dilakukan karena ia tidak

menginginkan anaknya yang sangat menggemari makanan itu mengetahui maksudnya.

Anak-anak kecil dalam batas-batas umur tertentu memang akan kesulitan atau tidak

mampu menangkap makna kata yang dieja hurufnya satu persatu. Jadi, tuturan B

tersebut melanggar maksim pelaksanaan karena memberikan jawaban secara tidak

langsung atau tidak jelas yaitu dengan mengeja satu persatu hurufnya, hal tersebut

dimaksudkan agar anaknya tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakan.

Ciri-ciri maksim ini menurut Yule (2006: 64) yaitu: (a) Hindari ungkapan yang

tidak jelas; (b) Hindari ketaksaan; (c) Buatlah singkat (hindarkan panjang-lebar yang

tidak perlu); (d) Buatlah secara urut/teratur. Jadi, berdasarkan ciri-ciri tersebut Yule

menghendaki bahwa dalam maksim pelaksanaan peserta tutur harus dapat

menghindari ungkapan yang tidak jelas dan taksa dan dapat mengungkapkan dengan

singkat dan urut. Jika melanggar hal tersebut maka penutur dapat dikatakan telah

melanggar maksim pelaksanaan.

Grice (dalam Wijana dan Rohmadi, 2011:51-52) membuat analogi bagi

kategori-kategori maksim percakapannya sebagai berikut:

1. Maksim kuantitas. Jika anda membantu saya memperbaiki mobil, saya

mengharapkan kontribusi Anda tidak lebih atau tidak kurang dari apa yang saya

butuhkan. Misalnya, jika pada tahap tertentu saya membutuhkan empat obeng,

saya mengharapkan anda mengambilkan saya empat bukannya dua atau enam.

2. Maksim kualitas. Saya mengharapkan kontribusi Anda sungguh-sungguh,

bukannya sebaliknya. Jika saya membutuhkan gula sebagai bahan adonan kue,

saya tidak mengharapkan Anda memberi saya garam. Jika saya membutuhkan

sendok, saya tidak mengharapkan Anda mengambilkan sendok-sendokan atau

sendok karet. 3. Maksim relevansi. Saya mengharapkan kontribusi teman kerja saya sesuai dengan

apa yang saya butuhkan pada setiap tahap transaksi. Jika saya mencampur bahan-bahan adonan kue, saya tidak mengharapkan diberikan bukuyang bagus, atau bahkan kain oven walaupun benda yang terkhir ini saya butuhkan pada tahapan berikutnya.

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

22

4. Maksim cara. Saya mengharapkan teman kerja saya memahami kontribusi yang harus dilakukannya secara rasional.

2) Prinsip Kesopanan

Berbicara tidak selamanya berkaitan dengan masalah yang bersifat tekstual,

tetapi sering juga berhubungan dengan persoalan yang bersifat interpersonal. Bila

sebagai retorika tekstual pragmatik membutuhkan prinsip kerjasama (cooperative

principle) maka sebagai retorika interpersonal pragmatik membutuhkan prinsip lain

yakni prinsip kesopanan (politeness principle). Prinsip kesopanan merupakan prinsip

bahwa setiap peserta tutur harus memperhatikan sopan santun (tutur kata yang baik)

dalam komunikasi. Prinsip kesopanan sampai saat ini dianggap paling lengkap, paling

mapan, dan relatif paling komprehensif. Prinsip kesopanan memiliki enam maksim,

yakni, (1) maksim kebijaksanaan (tact maxim), (2) maksim penerimaan atau

kedermawanan (generosity maxim), (3) maksim kemurahan atau pujian (approbation

maxim), (4) maksim kerendahan hati (modesty maxim), (5) maksim kecocokan atau

kesepakatan (agreement maxim), dan (6) maksim kesimpatian (sympathy maxim).

a) Maksim Kebijaksanaan

Maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan

kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain, Wijana dan

Rahmadi (2011: 47). Menurut Leech (dalam Rahardi, 2005:59) gagasan dasar dalam

maksim kebijaksanaan bahwa peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip

untuk selalu mengurangi kerugian orang lain, dan memaksimalkan keuntungan orang

lain. Dari kedua pendapat tersebut maka dapat peneliti simpulkan bahwa dalam

maksim kebijaksanaan para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

23

untuk selalu mengurangi kerugian orang laindan menambah keuntungan orang lain.

Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan wacana (111) dan (112) berikut.

(111) A : Mari saya bawakan tas Anda.

B : Jangan, tidak usah.

(112) A : Mari saya bawakan tas Anda.

B : Ini, begitu dong jadi teman.

Tuturan (111) merupakan tuturan yang mematuhi maksim kebijaksanaan karena

penutur berusaha memaksimalkan keuntungan orang lain, lawan bicara wajib pula

memaksimalkan kerugian diri sendiri. Sebaliknya tuturan (112) dirasa kurang sopan

karena lawan tutur berusaha memaksimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan

keuntungan diri sendiri.

b) Maksim Penerimaan

Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan

kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri (Wijana dan

Rohmadi, 2009: 55). Menurut Leech (dalam Rahardi, 2005:61) menyatakan bahwa

penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi

keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian diri sendiri. Untuk lebih

jelasnya dapat diperhatikan wacana (113) dan (114) berikut.

(113) Saya akan meminjami Anda mobil.

(114) Anda harus meminjami saya mobil.

Tuturan (113) merupakan tuturan yang mematuhi maksim penerimaan karena penutur

berusaha memaksimalkan keuntungan orang lain dengan memaksimalkan kerugian

diri sendiri. Sebaliknya tuturan (114) dirasa kurang sopan karena penutur berusaha

memaksimalkan keuntungan dirinya dengan menyusahkan orang lain.

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

24

c) Maksim Kemurahan Hati

Menurut Wijana dan Rohmadi (2011: 56) menyatakan maksim kemurahan

menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang

lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Maksim ini diutarakan

dengan kalimat ekspresif dan kalimat asertif. Dengan penggunaan kalimat ekspresif

dan asertif ini dijelaskan bahwa penutur tidak hanya dalam menyuruh dan

menawarkan sesuatu kepada seseorang harus berlaku sopan, tetapi di dalam

mengungkapkan perasaan dan menyatakan pendapat ia tetap diwajibkan berperilaku

demikian. Dengan demikian, tindakan menyuruh atau menawarkan sesuatu harus

disertai dengan perilaku sopan karena pada prinsipnya maksim kerendahan hati

mengharuskan penutur memaksimalkan rasa hormat dan meminimalkan rasa tidak

hormat kepada orang lain melalui tuturannya. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan

wacana (115) dan (116) berikut.

(115) A :Permainannmu sangat bagus.

B :Tidak saya kira biasa-biasa saja.

(116) A :Permainan Anda sangat bagus.

B :Jelas siapa dulu yang main.

Tokoh A dalam (115) bersikap sopan karena berusaha memaksimalkan keuntungan B

lawan tuturnya. Lawan tuturnya B dalam (115) menerapkan paradoks pragmatik

dengan beusaha meminimalkan penghargaan diri sendiri, sedangkan B dalam (116)

melanggar paradoks pragmatik dengan berusaha memaksimalkan keuntungan diri

sendiri. Jadi, B dalam (116) tidak berlaku sopan.

d) Maksim Kerendahan Hati

Leech (dalam Rahardi, 2005:64) mengemukakan bahwa di dalam maksim

kerendahan hati peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

25

mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Selain itu Wijana dan Rahmadi (2011: 57)

menyatakan bahwa maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta pertuturan untuk

memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat

pada diri sendiri. Maksim ini diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif.

Dengan kalimat tersebut setiap peserta tutur dituntut untuk memaksimalkan

ketidakhormatan pada diri sendiri atau menimbulkan rasa hormat pada diri sendiri.

Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan wacana (117) dan (118) berikut.

(117) A :Betapa pandainya orang itu.

B :Betul, dia memang pandai.

(118) A :Kau sangat pandai.

B :Ya, saya memang pandai.

Wacana (117) mematuhi prinsip kesopanan karena A memuji kebaikan pihak lain, dan

respon yang dinerikan B memuji orang lain yang dibicarakan itu. Wacana (118)

memiliki bagian yang melanggar maksim kesopanan.Tuturan Bdalam (118) tidak

mematuhi maksim kesopanan karena memaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

e) Maksim Kecocokan

Leech (dalam Rahardi, 2005:64) mengemukakan bahwa di dalam maksim

kecocokan ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau

kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Selain itu Wijana dan Rohmadi (2011: 58)

bahwa maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk

memaksimalkan kecocokan diantara mereka dan meminimalkan ketidakcocokan

diantara mereka. Maksim ini diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Jadi

maksim kecocokan mewajibkan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan

kecocokan dan meminimalkan ketidakcocokan diantara mereka. Untuk lebih jelasnya

dapat diperhatikan wacana (119) dan (120) berikut.

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

26

(119) A : Bahasa Inggris sukar, ya?

B : Ya

(120) A : Bahasa Inggris sukar, ya?

B : (siapa bilang), mudah sekali.

Kontribusi B dalam (119) lebih sopan dibandingkan dengan (120) karena dalam (120)

B memaksimalkan ketidakcocokannya dengan pernyataan A. Dalam hal ini tidak

berarti orang harus senantiasa setuju dengan pendapat atau pernyataan lawan tuturnya.

Dalam hal ia tidak menyetujui apa yang dinyatakan oleh lawan tuturnya ia dapat

membuat pernyataan yang mengandung ketidaksetujuan atau ketidakcocokan partial

(partial agreement), sehingga pernyataannya tidak terkesan bahwa ia orang yang

sombong.

f) Maksim Kesimpatian

Leech (dalam Rahardi, 2005:65) mengemukakan bahwa di dalam maksim

kesimpatian diharapkan agar peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara

pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Selain itu Wijana dan Rohmadi (2011:

59) juga menyatakan maksim kesimpatian ini mengharuskan setiap peserta pertuturan

untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan

tuturnya. Maksim ini diungkapkan dengan kalimat eskpresif dan asertif. Jika lawan

tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan

selamat. Wacana (121) dan (122) sopan karena penutur mematuhi maksim

kesimpatian, yakni memaksimalkan rasa simpati kepada lawan tuturnya yang

mendapat kebahagiaan (121) dan kedukaan (122).

(121) A : Aku lolos di UMPTN, Jon. B : Selamat, ya!

(122) A : bibi baru-baru ini sudah tidak ada. B : Oh, aku turut berduka cita.

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

27

Berbeda dengan (121) dan (122), (123) dan (124) berikut tidak mematuhi

maksim kesimpatian karena tuturan B memaksimalkan rasa antipati terhadap

kegagalan atau kedukaan yang menimpa A.

(123) A : Aku gagal di UMPTN B : Wah, pintar kamu. Selamat, ya!

(124) A : Bibi baru-baru ini sudah tidak ada. B :Aku ikut senang Jon.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa maksim kebijaksanaan, maksim

penerimaan, maksim kemurahan, dan maksim kerendahan hati adalah maksim yang

berskala dua kutub (bipolar scale maxim) karena berhubungan dengan keuntungan

atau kerugian diri sendiri dan orang lain. Sementara itu, maksim kecocokan dan

maksim kesimpatian adalah maksim yang berskala satu kutub (unipolar scale maxim)

karena berhubungan dengan penilaian buruk baik penutur, terhadap dirinya atau orang

lain. Dalam kaitannya dengan maksim berskala dua kutub, maksim kebijaksanaan dan

maksim kemurahan adalah maksim yang berpusat pada orang lain (other centred

maxim), dan maksim penerimaan dan maksim kerendahan hati adalah maksim yang

berpusat pada diri sendiri (self centred maxim) (Wijana dan Rahmadi, 2011: 60).

2. Humor

a. Pengertian Humor

Humor merupakan salah satu sarana penghibur yang tidak dapat dipisahkan

dengan kehidupan manusia. Manusia dalam hidupnya selalu tidak lepas dari suatu

permasalahan. Permasalahan yang dihadapinya dapat dilupakan sejenak salah satunya

dengan jalan mencari hiburan. Salah satu hiburan yang dapat dimanfaatkan adalah

humor. Wijana (dalam Kristanto, 2012: 21) mengemukakan bahwa:

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

28

Humor merupakan salah satu wujud aktivitas yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Humor tidaksaja bermanfaat sebagai wahan hiburan, tetapi berguna pula sebagai sarana pendidikan dan kritik sosial bagi semestaketimpangan yang akan datang, sedang atau telah terjadi di tengah masyarakat penciptanya. Jadi humor pada hakikatnya merupakan salah satu cara manusia untuk meningkatkan hidupnya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, humor memiliki peranan yang sangat sentral dalam

kehidupan manusia, yakni sebagai sarana hiburan dan pendidikan dalam rangka

peningkatan kualitas hidupnya. Tidak kalah penting humor sering pula dimanfaatkan

untuk membawakan pesan-pesan pembangunan, dan menyampaikan kritik dan saran

terhadap aneka bentuk kepentingan sosial dan semesta problematika yang dihadapi

masyarakat.

Humor ada dua ragamnya, ada ragam humor negatif dan ada yang positif.

Humor negatif adalah humor yang di dalamnya berisi sesuatu yang tidak baik yang

berbau SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan), porno, hinaan dan celaan

maupun berisi sesuatu yang tidak baik lainnya. Sedangkan humor yang positif adalah

humor yang bisa membangkitkan sesuatu yang baik bagi pendengarnya. Data saja

orang yang mendengar humor merasa tergugah hidupnya untuk menjadi yang terbaik,

bisa saja orang yang mendengar humor positif tersebut merasa kena kritikan untuk

menjadi orang yang baik, dan lain sebagainya.

Wacana yang wajar menurut Wijana(dalam Kristanto, 2012: 23) dihasilkan

dari proses komunikasi yang bonafid. Proses komunikasi ini terbentuk karena peserta

percakapan mematuhi prinsip kerja sama, prinsip kesopanan dan parameter pragmatik.

Dalam humor selalu ada maksim-maksim percakapan yang secara sengaja dilanggar

oleh peserta percakapan. Penyimpangan maksim percakapan dalam rangka penciptaan

efek humor dilakukan lewat pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan.

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

29

b. Ciri-Ciri Humor

Wijana (dalam Kristanto, 2012:24) mengemukakan bahwa wacana humor

adalah wacana yang terbentuk dari proses komunikasi yang tidak bonafid (non-bona-

fide communication). Pernyataan tersebut merupakan ciri yang sangat penting untuk

diperhatikan sebagai ciri bahasa humor. Jadidalam wacana ini, maksim-maksim

percakapan, maksim-maksim kesopanan, serta parameter pragmatik sengaja dilanggar

untuk menciptakan humor. Humordalam rubrik Mblaketaket dimanfaatkan untuk

menyegarkan atau menghibur para pembaca yang jenuh dengan berita yang

dibacanya. Humor tersebut disajikan dalam bentuk wacana tulis berupa dialog yang

diselingi dengan narasi. Pelaku utama dalam humor tersebut adalah Daplun, Kemplu,

Dakem dan Kucluk.

c. Fungsi Humor

Rahmanadji (dalam Kristanto, 2012: 25) menyatakan bahwa humor dapat

berfungsi untuk: (1) melaksanakan segala keinginan dan segala tujuan gagasan atau

pesan, (2) menyadarkan orang bahwa dirinya tidak selalu benar, (3) mengajar orang

melihat persoalan dari berbagai sudut, (4) menghibur, (5) melancarkan pikiran, (6)

membuat orang mentoleransi sesuatu, dan (7) membuat orang menyadari soal

pelik.Dari beberapa fungsi tersebut, fungsi humor yang paling menonjol yang dapat

dirasakan oleh penikmatnya adalah untuk menghibur dan melancarkan pikiran.

3. Surat Kabar Radar Banyumas

Menurut (Effendy dalam Steven), “Surat kabar adalah lembaran tercetak yang

memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik,

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

30

bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di

seluruh dunia untuk diketahui pembaca”. Effendy menjelaskan ada empat ciri yang

dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain : (a)

Publisitas (Publicity), yakni mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau

kepada publik. Karena diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam

surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum; (b)

Periodesitas (Periodicity) yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan

ini bisa satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu; (c)

Universalitas (Universality) yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang

datang dari berbagai penjuru dunia; (d) Aktualitas (Actuality), menurut kata asalnya

aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua-duanya erat sekali sangkut

pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar.

Di Indonesia jumlah surat kabar harian sangat banyak, salah satunya yaitu

surat kabar Radar Banyumas yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini. Surat

kabar Radar Banyumas merupakan salah satu surat kabar yang terbit harian yang

beredar di Banyumas Jawa Tengah. Radar Banyumas selalu menyajikan berita terkini

pada lima kabupaten yang meliputi Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap

dan Kebumen. Beragam rubrik yang disajikan dalam surat kabar Radar Banyumas

antara lain meliputi rubrik ekonomi, olahraga, kesehatan, hiburan dan sebagainya.

Oleh karena surat kabar Radar Banyumas merupakan surat kabar yang beredar di

Jawa Tengah maka terdapat juga rubrik yang menampung humor dalam bahasa Jawa

khususnya dialek Banyumas. Humor tersebut terdapat dalam rubrik Mblaketaket.

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

31

4. RubrikMblaketaket

Rubrik adalah karangan yang bertopik tertentu dalam surat kabar, majalah, dan

sebagainya (Alwi, 2007: 896). Effendy dalam Puspita mengutarakan definisi

mengenai rubrik dalam kamuskomunikasi, bahwa “Rubrik berasal dari bahasa

Belanda yaitu Rubriek, yang artinya ruangan pada halaman surat kabar, majalah atau

media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan

masyarakat; misalnya rubrik wanita, rubrik olahraga, rubrik pendapat pembaca dan

sebagainya“. Dari kedua penjelasan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

rubrik merupakan sebuah halaman yang memiliki kepala halaman (kop) yang terdapat

di dalam media cetak baik koran, majalah, tabloid, buletin, dan lainnya. Di dalamnya

memuat mengenai berbagai informasi baik berita, opini, iklan,maupun seni atau

hiburan yang senada sasaran pembacanya.

Mblaketaket merupakan salah satu judul rubrik humor yang terdapat dalam

surat kabar harian Radar Banyumas. Rubrik Mblaketaket ini berbeda dengan rubrik-

rubrik lainnya karena rubrik ini berisikan humor yang menggunakan bahasa Jawa

khususnya dialek Banyumas. Rubrik tersebut dimuat setiap hari senin s.d. sabtu dan

terkadang pada hari-hari tertentu tidak dimuat. Pada dasarnya kata Mblaketaket

berasal dari bahasa Jawa dengan kata dasar blaketaket yang artinya enak sekali atau

akrab dan hangat (Tohari, 2007:36). Dalam kaitannya dengan humor, Mblaketaket

dapat diartikan sebagai obrolan lucu yang asyik dan menyenangkan. Humor ini

disajikan dalam bahasa Jawa dengan dialek Banyumas, sehingga nama tokoh-tokoh

dalam humor tersebut pun berbau Jawa, yaitu Daplun, Kemplu, Dakem dan Kucluk.

Keempat tokoh tersebut selalu menampilkan kejenakaannya sehingga membuat

pembaca merasa terhibur. Selain pembaca dapat menikmati humor tersebut pada surat

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

32

kabar Radar Banyumas, humor dalam rubrik Mblaketaket juga sering diunggah dalam

akun facebook Radar Banyumas. Ketertarikan masyarakat terhadap humor ini

menjadikan rubrik tersebut diunggah dalam akun facebook dan setiap harinya lebih

dari seratus orang yang membacanya. Mereka menyukai humor tersebut karena humor

yang disajikan setiap harinya selalu bervariasi.

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevanrepository.ump.ac.id/2912/3/WAHYU VIANIKA BAB II.pdf · Data kemudian dianalisis berdasarkan prinsip kerjasama, yang meliputi:

33

KAJIAN PELANGGARAN PRINSIP KONVERSASIDALAM RUBRIK MBLAKETAKET

PADA SURAT KABAR RADAR BANYUMAS EDISI BULAN OKTOBER - NOVEMBER 2013

Wacana Humor

Pragmatik

Prinsip Konversasi

Prinsip Kerja Sama Prinsip Kesopanan

Maksim Kuantitas

Maksim Kualitas

Maksim Pelaksanaan

Maksim Relevansi

Maksim Kebijaksanaan

Maksim Penerimaan

Maksim Kemurahan Hati

Maksim Kerendahan Hati

Maksim Kesimpatian

Maksim Kecocokan

Rubrik

Mblaketaket

Tuturan dalam Rubrik

Mblaketaket

Pelanggaran Prinsip

Kerja Sama

Pelanggaran Prinsip

Kesopanan

33

Kajian Pelanggaran Prinsip..., Wahyu Vianika, FKIP UMP, 2014