BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

37
29 BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Karakter bisa diartikan sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, hal ini bisa terbentuk dari keturunan ataupun dari lingkungannya, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Karakter juga dapat diartikan sebagai sifat asli dari seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang diyakini sebagai landasan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. 14 Pendapat lain mengenai pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Sedangkan menurut Suyanto, pengertian dari karakter adalah cara berpikir dan bertindak seseorang yang akan menjadi ciri khas tiap pribadi untuk hidup bersama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Pribadi yang berkarakter baik adalah sosok yang bisa mengambil keputusan dan siap mempertanggungjawabkan apa yang akan terjadi dari keputusan yang 14 Maskuri, “Pendidikan Karakter Disiplin Di Lingkungan Sekolah”, Jurnal Tawadhu, 1 (2018), 342-343.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

29

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter bisa diartikan sebagai nilai dasar yang membangun

pribadi seseorang, hal ini bisa terbentuk dari keturunan ataupun dari

lingkungannya, yang membedakannya dengan orang lain, serta

diwujudkan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter juga dapat diartikan sebagai sifat asli dari seseorang dalam

merespon situasi secara bermoral yang diyakini sebagai landasan

dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.14

Pendapat lain mengenai

pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan,

hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

temperamen, watak.

Sedangkan menurut Suyanto, pengertian dari karakter adalah cara

berpikir dan bertindak seseorang yang akan menjadi ciri khas tiap

pribadi untuk hidup bersama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara. Pribadi yang berkarakter baik adalah

sosok yang bisa mengambil keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan apa yang akan terjadi dari keputusan yang

14

Maskuri, “Pendidikan Karakter Disiplin Di Lingkungan Sekolah”, Jurnal Tawadhu, 1 (2018),

342-343.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

30

30

ia ambil. Karakter seseorang berkembang berdasarkan potensi yang

dibawa sejak lahir atau yang dikenal sebagai karakter dasar yang

bersifat biologis.

Sedangkan pengertian lain diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara,

pencapaian karakter dalam bentuk perilaku adalah sebagai hasil dari

perpaduan antara karakter biologis dan hasil hubungan atau interaksi

dengan lingkungannya. Karakter seseorang dapat dibentuk melalui

pendidikan, karena seperti yang kita tahu bahwa pendidikan

merupakan alat yang paling efektif untuk menyadarkan individu dalam

jati diri kemanusiaannya. Dibanding faktor lain, pendidikan memberi

dampak dua atau tiga kali lebih kuat dalam pembentukan kualitas

manusia.15

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian karakter adalah sifat

asli, atau watak dari seseorang yang membedakan dirinya dengan

individu yang lain. Karakter ini bisa terbentuk dari keturunan ataupun

lingkungan. Dan karakter inilah yang mendasari manusia untuk

berfikir dan berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari.

Adapun pengertian dari pendidikan karakter, menurut Thomas

Licona adalah pendidikan yang diberikan untuk membentuk

kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya

terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik,

jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras,

15

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan

(Jakarta: Kencana, 2011), 8-13.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

31

31

dan sebagainya.16

Sedangkan pendapat lain mengenai pengertian

pendidikan karakter diungkapkan oleh T. Ramli, bahwa pendidikan

karakter memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral dan

pendidikan akhlak. Sedangkan tujuannya adalah membentuk pribadi

yang lebih baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter

dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni

pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa

Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi

muda.17

Sedangkan pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah

sebuah usaha untuk mendidik siswa agar mereka dapat bijaksana

dalam mengambil keputusan dan menerapkan hal tersebut dalam

kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka dapat memberikan

sumbangsih yang positif kepada lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai

karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-nilai

universal yang mana seluruh agama, tradisi, dan budaya pasti

menjunjung tinggi nila-nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus

dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun

berbeda latar belakang budaya, suku, dan agama.18

Dalam rancangan (grand design) pendidikan karakter Kementerian

Pendidikan Nasional Republik Indonesia, dikatakan bahwa pendidikan

16

Johansyah, “Pendidikan Karakter Dalam Islam; Kajian dari Aspek Metodologis”, Jurnal Ilmiah

Islam Futura, 1 (Agustus, 2011), 87. 17

Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”, Tadrib, 1 (Juni,2015), 6. 18

Purniadi Putra, “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPA Di MIN

Pemangkat Kabupaten Sambas Kalimantan Barat”, Jurnal Ilmiah PGMI, 1 (Juni, 2013), 54.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

32

32

karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai

luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan

keluarga, dan lingkungan masyarakat. Nilai-nilai lurus tersebut berasal

dari teori-teori pendidikan, psikologi pendidikan dan nilai sosial

budaya, ajaran agama, pancasila dan UUD 1945 serta Undang-undang

(UU) No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas), serta pengalaman terbaik dan praktik nyata dalam

kehidupan sehari-hari.19

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah

teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya,

dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, jujur, toleransi,

disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/

komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, tanggung jawab20

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa,

namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas

pengembangannya dengan cara memilih karakter yang sesuai dengan

kondisi lingkungannya dan lebih diprioritaskan dari 18 nilai di atas.

Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu

19

Johansyah, “Pendidikan Karakter Dalam Islam”., 88. 20

Mohamad Mustari, Nilai pendidikan Refleksi Untuk Pendidikan (Jakarta: Rajagrafindo Persada,

2014), 1.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

33

33

akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan

yang lain.

Berdasarkan uraian mengenai pendidikan karakter di atas, dapat

dipahami sebagai upaya kolaborasi pendidikan dari tiga aspek yaitu

pengetahuan, perasaan dan perbuatan. Pendidikan karakter dapat juga

dipahami sebagai upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara

sistematis dan terencana untuk membantu peserta didik memahami

nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang

Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan

yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

budaya, dan adat istiadat.21

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa

yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,

bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan

takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila.22

Tujuan pendidikan karakter bangsa diantaranya adalah sebagai

berikut :

21

Johansyah, “Pendidikan Karakter Dalam Islam”., 88-89. 22

Ibid., 92.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

34

34

a. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan

warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter

bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji

dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan

karakter bangsa.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan, mandiri, kreatif, berwawasan

kebangsaan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi

penerus bangsa.

d. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan

persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh

kekuatan.23

Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika

dihubungkan dengan falsafah negara Republik Indonesia adalah

mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan

nilai-nilai luhur pancasila.24

Sedangkan pendidikan karakter berfungsi untuk :

a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik,

dan berperilaku baik;

23

Nopan Omeri, “Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan”, Manajer

Pendidikan, 3 (Juli, 2015), 467. 24

Nanda Ayu Setiawati, “Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Pembentukan Karakter Bangsa”,

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun

2017, 1 (2017), 349.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

35

35

b. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur;

c. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan

dunia.25

Dengan demikian, core dari fungsi dan tujuan pendidikan karakter

adalah membangun jiwa manusiawi yang kokoh. Fungsi dan tujuan

lain dari pendidikan karakter adalah filter yang memilih dan memilah

mana nilai-nilai yang pantas diserap oleh peserta didik sehingga

mereka tidak terjebak dalam nilai-nilai yang negatif.26

3. Strategi Pendidikan Karakter

Menurut Brooks dan Goole dalam Elmmubarak, untuk

mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah terdapat tiga

elemen penting untuk diperhatikan, yaitu prinsip, proses dan

praktiknya. Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak

mulia dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus

dilalui, diantaranya yaitu:

a. Moral Knowing

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan

karakter. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan

pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu membedakan

nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela; memahami pentingnya

akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan dan

25

Johansyah, “Pendidikan Karakter Dalam Islam”., 92. 26

Ibid., 95.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

36

36

mengenal Nabi Muhammad saw sebagai figur dan teladan yang

baik.

b. Moral Feeling

Tahapan ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa cinta

dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini

yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati

atau jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika. Jadi, seorang guru

berusaha untuk menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh

kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu

berkata kepada dirinya bahwa ia ingin berubah menjadi lebih baik.

c. Moral Doing

Inilah puncak keberhasilan pembentukan karakter siswa,

siswa mempraktikkan nilai-nilai karakter itu dalam perilakunya

sehari-hari. Siswa semakin menjadi sosok yang berkepribadian

lebih baik. Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku

anak walaupun sedikit, selama itu pula kita memiliki beberapa

kejanggalan yang harus selalu dicari solusinya.27

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi karakter

manusia. Dari sekian banyak faktor tersebut, para ahli

menggolongkannya ke dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan

ekstern.

27

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012), 31-36.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

37

37

a. Faktor Intern

Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal

ini, diantaranya adalah:

1) Insting atau naluri

Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang

digerakkan oleh naluri (insting). Naluri merupakan tabiat yang

dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang

asli.

2) Kebiasaan

Faktor kebiasaan ini memegang perananan yang sangat

penting dalam membentuk dan membina karakter. Sehubungan

kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga

mudah dikerjakan. Maka hendaknya manusia memaksakan diri

untuk mengulang perbuatan yang baik sehingga menjadi

kebiasaan dan terbentuklah karakter yang baik padanya.

3) Kehendak/Kemauan

Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku

adalah kehendak atau kemauan. Itulah yang menggerakkan dan

merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan

sungguh-sungguh untuk berperilaku (berakhlak), sebab dari

kehendak itulah menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan

tanpa kemauan pula semua ide, keyakinan kepercayaan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

38

38

pengetahuan menjadi pasif tak akan ada artinya atau

pengaruhnya bagi kehidupan.

4) Suara Hati

Di dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang

sewaktu-waktu memberikan peringatan jika tingkah laku

manusia berada pada keburukan, kekuatan tersebut adalah

suara hati.

5) Keturunan

Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat

mempengaruhi perbuatan manusia. Dalam kehidupan kita dapat

melihat anak-anak yang berperilaku menyerupai orang tuanya

bahkan nenek moyangnya, sekalipun sudah jauh. Sifat yang

diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam yaitu sifat

jasmaniyah dan ruhaniyah.28

Salah satu faktor internal yang erat kaitannya dengan

kepribadian/karakter awal siswa ini juga diungkapkan oleh Dianna

Ratnawati, diantaranya yaitu soft skill. Soft skill pada dasarnya

merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan

orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur

dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan

unjuk kerja secara maksimal.

28

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta: 2012), 19-

21.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

39

39

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh negara Inggris,

Amerika dan Kanada, ada 23 atribut soft skill yaitu: inisiatif,

etika/integritas, berfikir kritis, kemauan belajar, komitmen,

motivasi, bersemangat, dapat diandalkan, komunikasi lisan, kreatif,

kemampuan analitis, dapat mengatasi stres, manajemen diri,

menyelesaikan persoalan, dapat meringkas, berkoperasi, fleksibel,

kerja dalam tim, mandiri, mendengarkan, tangguh, berargumentasi

logis, dan manajemen waktu.29

b. Faktor Ekstern

Selain faktor intern yang dapat mempengaruhi karakter

manusia, juga terdapat faktor ekstern diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Pendidikan

Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidikan mempunyai

pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter

seseorang sehingga baik dan buruknya akhlak seseorang sangat

tergantung pada pendidikan. Pendidikan ikut mematangkan

kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan

pendidikan yang diterima, baik pendidikan formal, informal

maupun nonformal.

29

Dianna Ratnawati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Karakter Holistik Siswa

SMKN di Kota Malang”, Seminar Nasiona Universitas PGRI Yogyakarta (2015), 30.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

40

40

2) Lingkungan

Lingkungan adalah suatu yang mengelilingi sesuatu yang

hidup, seperti tumbuhan, keadaan tanah, udara dan pergaulan.

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya

atau juga dengan alam sekitar. Itulah sebabnya manusia harus

bergaul dan dalam pergaulan itu saling mempengaruhi

pikiran,sifat dan tingkah laku.30

Sedangkan menurut Dewi Nurwidiani dan Marzuki,

karakter seseorang dipengaruhi oleh tiga lingkungan, yaitu

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat/sosial. Jika

lingkungan di sekolah sudah mengajarkan dan membiasakan

untuk menjalankan kegiatan yang bernilai karakter bangsa,

tetapi dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial tidak

mendukung maka peserta didik akan sulit memiliki karakter

bangsa.31

B. Mandiri

1. Pengertian Mandiri

Di dalam suatu proses pembelajaran, hendaknya dapat

mengarahkan siswa agar menjadi peserta didik yang mandiri. Yang

dimaksud dengan mandiri di sini adalah suatu sikap dan perilaku yang

30

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep., 21-22. 31

Dewi Nurwidiani dan Marzuki, “Model Pembentukan Karakter Bangsa Peserta Didik Dalam

Pembelajaran PPKn Di SMA Negeri 1 Purworejo”, Jurnal Kewarganegaraan dan Hukum (2016),

16-17.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

41

41

tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-

tugas.32

Suharman mengatakan bahwa kemandirian atau perilaku mandiri

adalah kecenderungan untuk menentukan sendiri tindakan (aktivitas)

yang dilakukan dan tidak ditentukan oleh orang lain. Aktivitas yang

dimaksud dapat meliputi: berpikir, membuat keputusan, memecahkan

masalah; melaksanakan tugas dan tanggung jawab, memilih aktivitas

kegemaran dilakukan sendiri. Kemandirian dapat juga disebut

kebergantungan seseorang kepada diri sendiri (selfdepending), bukan

bergantung pada orang lain (depending others) di dalam berpikir dan

bertindak.33

2. Indikator Mandiri

Sedangkan indikator dari mandiri sendiri yaitu:

a. Mampu melaksanakan tugas secara mandiri dan tanggung jawab;

b. Percaya diri pada kemampuannya;

c. Mampu mengatasi masalah;

d. dan mampu mengatur dirinya sendiri.

Untuk menjadi mandiri, peserta didik di lingkungan sekolah

hendaknya sesekali dibiasakan belajar secara mandiri. Seperti yang

diuraikan oleh Wedemeyer bahwa peserta didik yang belajar secara

mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri

pelajaran yang diberikan guru di kelas. Peserta didik dapat

32

Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi dan Implementasi., 143. 33

Suharnan, “Pengembangan Skala Kemandirian”, Jurnal Psikologi Indonesia, 2 (September,

2012), 67-68.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

42

42

mempelajari pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu dengan

membaca buku atau melihat dan mendengarkan program media audio-

visual tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain.34

3. Aspek Kemandirian

Steinberg dalam Rahayu Ginintasi menyusun kemandirian dalam 3

aspek, yaitu:

a. Kemandirian Emosi, yaitu kemandirian yang merujuk pada

kemampuan individu dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

dasar tanpa bantuan orang lain.

b. Kemandirian perilaku, yaitu kemandirian dalam perilaku bebas

untuk berbuat atau bertindak sendiri tanpa tergantung pada

bimbingan orang lain.

c. Kemandirian nilai, yaitu kemandirian yang merujuk pada

kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dan

menetapkan pilihan serta berpegang pada prinsip yang telah

dimilikinya dari pada mengambil prinsip-prinsip orang lain.35

4. Karakteristik Perilaku Mandiri

a. Mengambil inisiatif untuk bertindak.

Pertama, orang yang mandiri menyadari sesuatu yang

penting dan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya,

kemudian melaksanakannya atas kemauan sendiri, tanpa paksaan

atau menunggu perintah dari orang lain. Misalnya, ketika memiliki

34

Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi dan Implementasi., 143-144. 35

Sri Astuti dan Thomas Sukardi, “Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kemandirian Untuk

Berwirausaha Pada Siswa SMK”, Jurnal Pendidikan Vokasi, 3 (November, 2013), 338.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

43

43

kesempatan untuk mengerjakan tugas, orang yang mandiri

melakukannya tanpa perlu diingatkan orang lain terlebih dahulu.

b. Mengendalikan aktivitas yang dilakukan.

Kedua, orang yang mandiri juga mampu mengendalikan

sendiri pikiran, tindakan dan aktivitas yang dilakukan tanpa harus

dipaksa dan ditekan orang lain. Misalnya, kemampuan mengatur

sendiri antara kegiatan belajar dan bermain, antara melaksanakan

tugas pekerjaan dengan urusan keluarga, atau antara kapan suatu

pekerjaan harus dimulai, dilanjutkan, kemudian harus berhenti, dan

kapan pula pekerjaan itu dimulai kembali sampai selesai. Semua

itu dilakukan atas kemauan sendiri, tanpa terlebih dahulu

diingatkan atau dipaksa orang lain untuk melakukannya.

c. Memberdayakan kemampuan yang dimiliki.

Ketiga, orang mandiri cenderung mempercayai dan

memanfaatkan secara maksimal kemampuan-kemampuan yang

dimiliki di dalam menjalankan tugas, mengambil keputusan atau

memecahkan masalah, tanpa banyak berharap pada bantuan atau

pertolongan orang lain. Misalnya, ketika menyelesaikan tugas,

bahkan menghadapi tugas baru yang sulit, orang yang mandiri

berusaha keras (mencoba) untuk dapat melakukannya sendiri. Juga,

ketika menemui kendala dalam bertugas, orang yang mandiri

berusaha untuk mengatasi sendiri. Setelah berusaha namun masih

tetap gagal, dengan terpaksa ia meminta bantuan pada orang lain.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

44

44

d. Menghargai hasil kerja sendiri.

Terakhir, orang yang mandiri tentu menghargai atau merasa

puas atas apa yang telah dikerjakan atau dihasilkan sendiri,

termasuk karya-karya sederhana sekalipun. Hal ini disebabkan

orang tersebut telah memberdayakan sejumlah kemampuan yang

dimiliki baik berupa tenaga maupun pikiran, bahkan sejumlah

materi tanpa melibatkan bantuan dari orang lain di dalam proses

bekerja.

Dengan demikian, perilaku mandiri juga berkaitan dengan

sikap menghargai, kepuasan, dan kebanggaan atas apa yang pernah

dilakukan atau dihasilkan sendiri. Sebaliknya, jika nilai

penghargaan, kepuasan dan kebanggaan itu tidak dimiliki,

seseorang cenderung kurang mandiri dan lebih bergantung pada

orang lain.36

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Hasan Basri berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pembentukkan kemandirian anak adalah sebagai

berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan semua pengaruh yang bersumber

dari dalam diri anak itu sendiri, seperti keadaan keturunan dan

keadaan tubuhnya sejak dilahirkan. Faktor internal terdiri dari

36

Suharnan, “Pengembangan Skala Kemandirian”., 68.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

45

45

faktor peran jenis kelamin, faktor kecerdasan atau intelegensi,

faktor perkembangan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dari luar

dirinya, sering pula dinamakan faktor lingkungan. Lingkungan

kehidupan yang dihadapi anak sangat mempengaruhi

perkembangan kepribadiannya, baik dalam segi-segi negatif

maupun positif. Biasanya jika lingkungan keluarga, sosial dan

masyarakatnya baik, cenderung akan berdampak positif dalam hal

kemandirian anak terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan

dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan. Faktor eksternal

terdiri dari beberapa faktor yaitu faktor pola asuh, faktor sosial

budaya, faktor lingkungan sosial ekonomi.37

C. Religius

1. Pengertian Religius

Salah satu nilai yang ada di dalam pendidikan karakter adalah nilai

religius. Nilai ini sangat erat kaitannya dengan nilai keagamaan karena

nilai religius bersumber dari agama dan mampu merasuk kedalam jiwa

seseorang. Nilai religius bersifat mutlak dan abadi, serta bersumber

pada kepercayaan dalam diri manusia. Di dalam pancasila, karakter

nilai religius terletak pada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan

Yang Maha Esa”. Jika diartikan Ketuhanan Yang Maha Esa bukan

37

Rika Sa’diyah, “Pentingnya Melatih Kemandirian Anak”, Kordinat, 1 (April, 2017), 40.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

46

46

berarti Tuhan Yang Satu atau Tuhan yang jumlahnya hanya satu.

Melainkan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sifat-sifat luhur atau

mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila

pertama dari pancasila adalah sifat-sifat luhur mulia, bukan Tuhannya.

Indonesia memiliki agama yang beraneka ragam. Keanekaragaman

inilah yang membuat negara Indonesia memberi jaminan kebebasan

kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan

keyakinan agama masing-masing.38

2. Indikator Religius

Sikap dan perilaku religius merupakan sikap dan perilaku yang

dekat dengan hal-hal spiritual. Seseorang disebut religius ketika ia

merasa perlu dan berusaha mendekatkan dirinya dengan Tuhan

(sebagai penciptanya), dan patuh melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya. Indikator dari religius adalah:

a. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya,

b. Toleran terhadap pelaksanaan agama lain,

c. Hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Untuk dapat menumbuhkan nilai-nilai religius seperti ini tentu

tidaklah mudah. Hal ini memerlukan kerja sama yang baik antara guru

sebagai tim pengajar dengan pihak-pihak luar yang terkait. Nilai-nilai

religius ini dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah melalui

38

Listya Rani Aulia, “Implementasi Nilai Religius Dalam Pendidikan Karakter Bagi Peserta Didik

Di Sekolah Dasar Juara Yogjakarta”, Jurnal Kebijakan Pendidikan (2016), 316.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

47

47

beberapa kegiatan yang sifatnya religius. Kegiatan religius akan

membawa peserta didik di sekolah pada pembiasaan berperilaku

religius. Selanjutnya, perilaku religius akan menuntun peserta didik di

sekolah bertindak sesuai dengan moral dan etika. Moral dan etika

dapat dipupuk dengan kegiatan religius. Dengan kegiatan-kegiatan

tersebut, diharapkan akan tumbuh toleransi beragama, saling

menghargai perbedaan sehingga dapat terjalin hubungan yang

harmonis, tenteram dan damai.39

3. Bentuk-Bentuk Nilai Religius

Menurut Endang Saifuddin Anshari mengatakan bahwa dasarnya

Islam dibagi menjadi tiga bagian, akidah, ibadah dan akhlak.

Ketiganya saling berhubungan satu sama lain. Keberagaman dalam

Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tetapi

juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai suatu sistem yang

menyeluruh Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara

menyeluruh pula.

Sedangkan menurut Muhaimin menyatakan bahwa Kontek

pendidikan agama atau yang ada dalam religius terdapat dua bentuk

yaitu ada yang bersifat vertikal dan horizotal. Pada dasarnya

pembagian bentuk nilai-nilai religius adalah sama karena dimensi

keyakinan atau akidah dan syari’ah sama halnya dengan bentuk

vertikal yaitu hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah),

39

Ibid., 127-128.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

48

48

sedangkan dimensi akhlak termasuk dalam bentuk yang bersifat

horizontal, hubungan dengan sesama manusia (habl minannas) dan

hubungan mereka dengan lingkungan alam sekitarnya.40

4. Ciri-Ciri Karakter Religius

Ciri-ciri karakter religius adalah:

a. Berwawasan keagamaan

Berwawasan keagamaan dapat diartikan tingkat

pengetahuan dan pemahaman seseorang mengenai ajaran-ajaran

agama, terutama pada ajaran pokok dari agamanya sebagaimana

yang termuat dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rosul.

Pengetahuan ini juga menyangkut sesuatu yang harus diimani dan

dilaksanakan (rukun iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam,

sejarah Islam dan sebagainya.

b. Taat beribadah

Berkaitan dengan tingkat kepatuhan seseorang untuk

melaksanakan ibadah kepada Allah sebagaimana yang dianjurkan

oleh agama. Dalam agama Islam ibadah ini menyangkut

pelaksanaan sholat, zakat, puasa, haji, membaca Alquran, berdoa,

berdzikir, menjalankan sunnah dan bentuk ketaatan ibadah lainnya.

Ibadah ini dilaksanakan secara terus menerus (mudawamah) dan

konsisten (istiqomah).

40

Jakaria Umro, “Penanaman Nilai-Nilai Religius Di Sekolah Yang Berbasis Multikultural”,

Jurnal Al-Makrifat, 2 (Oktober, 2018), 154.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

49

49

c. Membina keimanan dan ketaqwaan

Hal ini diwujudkan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan

yang bisa membina keimanan dan ketaqwaan kepada Allah seperti

tergabung dalam majelis taklim, majelis dzikir, mengikuti

pengajian, mendengarkan ceramah dari kyai atau ulama.

Harapannya setelah mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut keimanan

dan ketaqwaan seseorang kepada Allah semakin meningkat.

d. Selalu ingat kepada Allah

Seorang yang berkarakter religius tentu akan selalu ingat

kepada Allah kapanpun dan dimanapun, baik dalam keadaan susah

maupun senang, sifat ini mengarah pada amal perbuatan yang baik

dan mencegah dari perbuatan buruk. Salah satu cara mengingat

Allah adalah dengan berdzikir.

e. Berakhlak baik

Kebaikan seseorang tidak semata-mata diukur dari

hubungan dengan Allah (Hablum minallah) rajin beribadah, taat

melaksanakan ibadah, tetapi juga harus diimbangi dengan akhlak

baik dengan manusia (Hablum minannas). Akhlak yang mulia bisa

diwujudkan dengan berbagai bentuk misalnya bertutur kata baik,

bermanfaat bagi manusia lain, memiliki jiwa sosial, menjalin

persudaraan, menjalin tali silaturrahmi dan lain sebagainya.41

41

Akhwani, “Pengembangan Karakter Religius Melalui Ekstrakurikuler Yasinan Di Sma Negeri 1

Kayen Kabupaten Pati”, Unnes Civic Education Journal, 1 (Juni, 2014), 15-16.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

50

50

5. Urgensi Nilai-Nilai religius di Sekolah

Nilai-nilai religius sangat baik dikembangkan di sekolah-sekolah

terlebih sekarang ini dengan digencarkannya pendidikan karakter.

Namun demikian tidak semua kepala sekolah atau lembaga pendidikan

dapat mengangkat hal tersebut untuk dapat mengembangkan sebagai

program unggulan sekolah dalam pembentukan karakter peserta didik.

Hal ini disebabkan kekurang pahaman tentang nilai-nilai religius itu

sendiri dan bagaimana mengembangkannya.42

Pelaksanaan pendidikan karakter religius memiliki nilai-nilai

karakter sebagai berikut; mengucapkan salam ketika baru sampai di

sekolah, bersalaman dengan guru, menyapa teman sekolah, berdoa

sebelum belajar, menjawab pertanyaan guru dengan baik, berpakaian

sopan dan rapi, meghormati guru, berkata-kata baik, tidak kikir,

bersikap ramah, tidak suka berkelahi, tolong menolong. Fakta di

lapangan secara garis besar telah dilaksanakan, berbentuk mengajarkan

dan membiasakan anak untuk mengucapkan assalamualaikum ketika

masuk ruangan, membaca doa, bersalaman dengan guru, berteman

dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan latar belakang kecacatan,

menyayangi siswa yang lebih kecil, tidak mengganggu teman, tidak

42

Arnani Faiziyah, “Transformasi Nilai-Nilai Religius Dalam Pembentukan Karakter (Studi Kasus

pada Siswa SMK Arrahmah Purwotengah Papar Kediri), Jurnal Pendidikan Islam, 1 (Mei, 2017),

13.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

51

51

berkelahi dengan teman, dan kegiatan lainnya yang menyangkut

penanaman nilai-nilai karakter religius.43

Selain itu juga dengan menjaga kebersihan lingkungan. Salah satu

tugas dari keberadaan manusia di bumi ini adalah membangun

kehidupan yang berwawasan lingkungan. Kehidupan berwawasan

lingkungan memberi arti bahwa dalam membangun peradaban dan

budayanya itu, Allah swt. memberi amanah kepada manusia untuk

memakmurkan bumi dalam pengertian, sejauh apapun peradaban dan

kebudayaan mannusia itu dibangun dan dikembangkan, maka ia tidak

bisa terlepas dari arah menjaga dan memelihara keseimbangan

kehidupan seluruh makhluk Allah di bumi.44

D. Kegiatan Pramuka

1. Pengertian Pramuka

Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka, yang

meliputi; pramuka siaga, pramuka penggalang, pramuka penegak dan

pramuka pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu pembina

pramuka, andalan, pelatih, pamong saka, staf kwartir dan majelis

pembimbing.45

Pramuka adalah singaktan dari Praja Muda Karana

artinya pemuda yang suka berkarya. Pramuka adalah warga Indonesia

yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan satya

43

Surya Atika, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Religius, Cinta Tanah Air dan Disiplin) di SLB

Al Ishlaah Padang)”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus , 3 (September, 2014), 752. 44

Burhanuddin Yusuf, “Lingkungan Hidup dan Manusia”, Jurnal Aqidah, 2 (2017), 117. 45

Krisno Handono, “Peningkatan Karakter Disiplin Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila

Dan Kewarganegaraan Melalui Kegiatan Pramuka Di Gudep Madrasah Aliyah Negeri Babakan

Lebaksiu Kabupaten Tegal Tahun 2016/ 2017”, Jurnal Global Citizen, 2 (Desember, 2016), 72.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

52

52

dan darma pramuka. Gerakan pramuka adalah organisasi yang

dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan

kepramukaan. (UU RI No. 12 Tahun 2010) Gerakan pramuka atau

dalam dunia internasional disebut scounting, merupakan organisasi

kaum muda yang telah berkembang tidak hanya di indonesia, tetapi di

seluruh dunia. Kepramukaan di Indonesia sebelum tahun 1961 lebih

sering disebut sebagai gerakan padvinder atau kepanduan.46

Gerakan pramuka adalah gerakan pendidikan non formal, bersifat

sukarela, non politik, terbuka untuk semua, tanpa membedakan asal-

usul, ras, suku bangsa dan agama. Gerakan ini dibentuk berdasarkan

Keppres No 238 Tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 melalui fusi lebih

dari 60 organisasi kepanduan di Indonesia. Pada saat ini dasar hukum

Gerakan Pramuka telah lebih diperkuat yakni dengan keluarnya UU

No 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

Pendidikan kepramukaan adalah pendidikan non formal yang

diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai kepramukaan dan

diselenggarakan menurut metoda kepramukaan. Nilai-nilai

kepramukaan yang dimaksud disini adalah Satya dan Darma.

Sedangkan metoda kepramukaan yang dimaksud disini adalah belajar

interaktif dan progresif dialam terbuka dengan bimbingan orang

dewasa.

46

Mufatihatut Taubah dan Uswatun Chasanah, “Peranan Gerakan Pramuka Dalam Menanamkan

Sikap Nasionalisme Di Madrasah Ibtidaiyah”, Elementary: Islamic Teacher Journal, 2 (2018), 341.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

53

53

Pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler

wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Secara

konstitusional, pendidikan nasional: berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Sejak di tetapkan pramuka menjadi ekstrakulikuler wajib di

sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah

(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA),

dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

(SMK/MAK). Sekolah yang belum pernah sekali memasuki dunia

pramuka pasti tidak paham atau kurang mengenal apa itu pramuka,

gerakan pramuka, dan kepramukaan. Ketiga sebutan itu berawal dari

sebuah gerakan Internasional yang di kenal dengan “Boy Scout” yang

bermula di Inggris pada tahun 1907. Gerakan ini bertujuan untuk

mendidik karakter para remaja dan membekali keterampilan yang

diperlukan untuk masa dewasanya. Robert Stephenson Smyth Baden-

Powell atau dikenal dengan nama Baden-Powell adalah pencetus

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

54

54

utamanya. Gerakan ini masuk ke Indonesia di bawa oleh bangsa

Belanda dengan istilah “Padvinder”. Istilah “Padvinder” berganti atas

usulan KH. Agus Salim menjadi “Pandu” dan “Kepanduan”. Pada

Tahun 1961 dengan adanya Keppres No. 238 tahun 1961 istilah pandu

dan kepanduan berganti dengan istilah pramuka dan kepramukaan.47

2. Fungsi Kegiatan Pramuka

Dalam kegiatan kepramukaan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda.

Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang

menyenangkan dan mengandung pendidikan. Karena itu permainan

harus mempunyai tujuan dan aturan permainan, jadi bukan

kegiatan yang hanya bersifat hiburan saja. Karena itu lebih tepat

kita sebut saja kegiatan menarik.

b. Pengabdian bagi orang dewasa.

Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan,

tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan

pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara

sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan

organisasi.

c. Alat bagi masyarakat dan organisasi.

Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, dan juga alat bagi

47

Saipul Ambri Damanik, “Pramuka Ekstrakulikuler Wajib Di Sekolah”, Jurnal Ilmu

Keolahragaan, 13 (Juli-Desember, 2014), 17.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

55

55

organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya.

Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala

dalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan

pendidikannya.

Mengacu Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang

Implementasi Kurikulum 2013, lampiran III dijelaskan bahwa fungsi

kegiatan ekstrakurikuler pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler pada

satuan pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pengembangan, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler

berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik

melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian

kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan

kepemimpinan.

2. Fungsi sosial, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi

untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab

sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas

pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan internalisasi

nilai moral dan nilai sosial.

3. Fungsi rekreatif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan

dalam suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan

sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

56

56

ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer

sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta didik.

4. Fungsi persiapan karir, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler

berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik

melalui pengembangan kapasitas.48

3. Tujuan Kegiatan Pramuka

Gerakan pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda

Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar dan metode kepramukaan yang

pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan

perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia dengan tujuan agar:

a. Anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak

luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan

beragamanya, menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan

keterampilannya, menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya.

b. Anggotanya menjadi manusia yang menjadi warga negara

Indonesia yang berjiwa pancasila, setia dan patuh kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi angota masyarakat

yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu

menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negara.

Tujuan tersebut merupakan cita-cita gerakan pramuka. Karena itu

semua kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam gerakan

pramuka harus mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.49

48

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Kepramukaan Bahan Ajar Implementasi

Kurikulum 2013 (Jakarta, 2014), 13-14.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

57

57

4. Keanggotaan Pramuka

Keanggotaan dalam gerakan pramuka dibagi menjadi dua, yaitu

anggota biasa dan anggota kehormatan. Anggota biasa gerakan

pramuka terdiri atas anggota muda dan anggota dewasa, sedangkan

anggota kehormatan adalah perorangan yang berjasa luar biasa

terhadap gerakan pramuka serta diangkat dan dilantik oleh kwartir

cabang / kwartir daerah / kwartir nasional (AD/ART Gerakan Pramuka

Munas 2013).

a. Anggota Muda

Anggota muda terdiri atas pramuka siaga, pramuka

penggalang, pramuka penegak, dan pramuka pandega. Siaga adalah

anggota muda gerakan pramuka yang berusia 7-10 tahun. Pada

tingkatan ini kecakapan yang dimiliki ada siaga mula, bantu dan

tata. Penggalang adalah anggota gerakan pramuka yang berusia 11-

15 tahun. Pada tingkatan ini kecakapan yang dimiliki ada

penggalang ramu, rakit dan terap. Penegak adalah anggota gerakan

pramuka yang berusia 16-20 tahun. Pada tingkatan ini kecakapan

yang dimiliki ada penegak bantara dan laksana. Pendega adalah

anggota gerakan pramuka yang berusia 21-25 tahun.50

b. Anggota Dewasa

Anggota dewasa adalah anggota biasa yang berusia di atas

25 tahun. Anggota dewasa dibagi menjadi dua, yaitu fungsionaris

49

Krisno Handono, “Peningkatan Karakter Disiplin”., 73-74. 50

Mufatihatut Taubah dan Uswatun Chasanah, “Peranan Gerakan Pramuka”., 341.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

58

58

organisasi dan nonfungsionaris organisasi. Anggota dewasa yang

termasuk fungsionaris organisasi terdiri atas: (a) pembina; (b)

pelatih pembina; (c) pembina profesional; (d) pamong saka; (e)

instruktur saka; (f) pimpinan satuan karya; (g) pimpinan satuan

komunitas; (h) andalan dan pembantu andalan; dan (i) anggota

majelis pembimbing, sedangkan anggota dewasa yang bukan

fungsionaris organisasi dapat bergabung dalam gugus darma

(AD/ART Gerakan Pramuka Munas Tahun 2013).51

5. Kode Kehormatan Anggota Pramuka

Kode kehormatan bagi pramuka disesuaikan dengan golongan usia

perkembangan rohani dan jasmani peserta didik.

a. Kode kehormatan bagi pramuka siaga yaitu dwi satya (janji

pramuka siaga) dan dwi darma (ketentuan moral pramuka siaga).

Arti kata dwi satya: dwi artinya dua dan satya artinya janji. Adapun

isinya sebagai berikut:

1) Dwi Satya: Demi kehormatanku aku berjanji akan bersugguh-

sungguh:

a) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

negara kesatuan republik Indonesia dan menurut aturan

keluarga.

b) Setiap hari berbuat kebaikan.

51

Rusli Akhmad Junaedi, “Model Pendidikan Kepramukaan Indonesia Dalam Perspektif Filsafat

Pendidikan Paulo Freire”, Jurnal Filsafat, 2 (2018), 237-239.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

59

59

2) Dwi Darma

a) Siaga berbakti kepada ayah dan ibundanya.

b) Siaga berani dan tidak putus asa.

Dwi satya adalah dua janji yang harus diucapkan oleh calon

siaga pada saat yang bersangkutan dilantik menjadi pramuka.

Sedangkan dwi darma adalah ketentuan moral yang menjadi

pedoman hidup bagi siaga. Dwi darma diucapkan pada saat

upacara pembukaan latihan di perindukan.

b. Kode kehormatan bagi pramuka penggalang yaitu:

1) Trisatya pramuka penggalang: Demi kehormatanku aku

berjanji akan bersungguh-sungguh:

a) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menggamalkan

pancasila.

b) Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri

membangun masyarakat.

c) Menepati dasa darma: dasa darma pramuka

1) Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

3) Patriot yang sopan dan kesatria

4) Patuh dan suka bermusyawarah

5) Rela menolong dan tabah

6) Rajn, terampil dan gembira

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

60

60

7) Hemat, cermat dan bersahaja

8) Disiplin, berani dan setia

9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya

10) Suci dari pikiran, perkataan dan perbuatan.52

c. Kode kehormatan bagi pramuka penegak yaitu:

Penegak, pandega serta anggota dewasa mengamalkan Tri

Satya yang isinya; Demi kehormatanku aku berjanji akan

bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

mengamalkan pancasila. Menolong sesama hidup, dan ikut serta

membangun masyarakat, serta menepati dasa darma.53

6. Strategi Implementasi Kegiatan Pramuka

Berikut deskripsi materi strategi implementasi kegiatan

ekstrakurikuler pramuka yang meliputi perencanaan program,

pelaksanaan program, dan penilaian.

a. Perencanaan Program Kegiatan

Revitalisasi gerakan pramuka perlu dilakukan agar

kegiatan-kegiatan kepramukaan dapat terselenggara secara lebih

berkualitas, menarik minat dan menjadi pilihan peserta didik, dan

mewujudkan peserta didik yang berkarakter kuat untuk menjadi

calon pemimpin bangsa dalam berbagai bidang kehidupan. Guna

menunjang dan memperkuat kebijakan tersebut perencanaan

52

Mufatihatut Taubah dan Uswatun Chasanah, “Peranan Gerakan”., 341-342. 53

Saipul Ambri Damanik , “Pramuka Ekstrakulikuler Wajib Di Sekolah”., 18.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

61

61

program kegiatan ekstra kurikuler pramuka mutlak diperlukan yang

meliputi : Program Kerja Kegiatan Pramuka; Rencana Kerja

Anggaran Kegiatan Pramuka; Program Tahunan; Program

Semester; Silabus Materi Kegiatan Pramuka; Rencana Pelaksanaan

Kegiatan; dan Kriteria Penilaian Kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penyusunan program

ekstrakurikuler pramuka di satuan pendidikan perlu dikuasai oleh

kepala sekolah sebagai penanggung jawab dan pengawas sekolah

sebagai pembimbing maupun pemantau pelaksanaan program

tersebut di sekolah binaannya.contoh program kerja kegiatan

pramuka untuk satuan pendidikan.54

b. Pelaksanaan Pelatihan Pramuka

1) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pelatihan Pramuka.

Alokasi waktu jam pelatihan pramuka per Minggu : SD/MI

: 2 x 35 menit. SMP/MTs: 2 x 40 menit. SMA/MA: 2 x 45

menit. SMK/MAK : 2 x 45 menit.

2) Pengelolaan Pelatihan Pramuka

Pelatih menyesuaikan tempat pelatihan peserta didik sesuai

dengan tujuan dan karakteristik proses pelatihan pramuka.

Volume dan intonasi suara pelatih dalam proses pelatihan

pramuka harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

Pelatih wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah

54

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Kepramukaan Bahan Ajar., 31.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

62

62

dimengerti oleh peserta didik. Pelatih menyesuaikan materi

dengan kecepatan dan kemampuan penerimaan peserta didik.

Pelatih menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan,

dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pelatihan

pramuka. Pelatih memberikan penguatan dan umpan balik

terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses

pelatihan pramuka berlangsung. Pelatih mendorong dan

menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan

pendapat. Pelatih berpakaian sopan, bersih, dan rapi. Pada tiap

awal semester, pelatih menjelaskan kepada peserta didik

silabus bahan materi pelatihan; dan pelatih memulai dan

mengakhiri proses pelatihan pramuka sesuai dengan waktu

yang dijadwalkan.

3) Pelaksanaan Pelatihan Pramuka

Pelaksanaan Pelatihan Pramuka merupakan implementasi

dari Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), meliputi kegiatan

pendahuluan, inti dan penutup. Pada Kegiatan inti model

Pelatihan Pramuka, metode Pelatihan Pramuka, media

Pelatihan Pramuka, dan alat serta bahan yang disesuaikan

dengan karakteristik peserta didik pramuka. Pengoperasionalan

pendekatan saintifik, model pembelajaran inkuiri, discoveri,

project based learning, dan problem based learning disesuaikan

dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan, dan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

63

63

peserta didik. Kompetensi tersebut mencakup 3 ranah, yaitu

sikap pengetahuan, dan keterampilan. 55

c. Penilaian Kegiatan Pramuka

Penilaian wajib diberikan terhadap kinerja peserta didik

pramuka dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Kriteria

keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta

didik dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Penilaian dilakukan

secara kualitatif.

Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai

memuaskan pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang

merupakan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester. Nilai yang

diperoleh pada kegiatan ekstrakurikuler wajib Kepramukaan

berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik. Nilai di bawah

memuaskan dalam dua semester atau satu tahun memberikan

sanksi bahwa peserta didik tersebut harus mengikuti program

khusus yang diselenggarakan bagi mereka.

Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan

penghargaan kepada peserta didik yang memiliki prestasi sangat

memuaskan atau cemerlang dalam kegiatan ekstrakurikuler

pramuka. Penghargaan tersebut diberikan untuk pelaksanaan

kegiatan dalam satu kurun waktu akademik tertentu; misalnya pada

setiap akhir semester, akhir tahun, atau pada waktu peserta didik

55

Ibid., 32-33.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

64

64

telah menyelesaikan seluruh program pembelajarannya.

Penghargaan tersebut memiliki arti sebagai suatu sikap menghargai

prestasi seseorang. Kebiasaan satuan pendidikan memberikan

penghargaan terhadap prestasi baik akan menjadi bagian dari diri

peserta didik setelah mereka menyelesaikan pendidikannya. Teknik

penilaian yang dilakukan guru meliputi :

1) Penilaian dilakukan melalui berbagai cara yang mencakup

aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam bentuk Tes

dan non tes, baik tulis, lisan, maupun praktik;

2) Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur,

3) Penilaian sikap dilakukan melalui pengamatan, penilaian teman

sejawat, maupun dengan menggunakan jurnal.

4) Pelaporan nilai dituangkan dalam bentuk deskripstif dengan

mengacu kriteria.56

56

Ibid., 33-34.

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian ...

65

65