BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB...

25
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daerah Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam meningkatakan pelayanan publik dan didalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah. APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut Maridasmo (2011) Penganggaran mempunyai empat tahapan yaitu (1) Tahap persiapan anggaran, (2) Tahap ratifikasi, (3) Tahap pelaksanaan anggaran, dan (4) Tahap pelaporan dan evaluasi. Darwanto (2007) menyatakan bahwa penganggaran dibagi ke dalam empat tahapan, yaitu executive planning, legislative approval, executive implementation, and ex post accountability. Pada tahapan executive planning melakukan persiapan anggaran taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Anggaran Daerah

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang

hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam

ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode

untuk mempersiapkan suatu anggaran. Anggaran daerah merupakan

salah satu alat yang memegang peranan penting dalam meningkatakan

pelayanan publik dan didalamnya tercermin kebutuhan masyarakat

dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah.

APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah Negara yang

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Menurut Maridasmo (2011) Penganggaran mempunyai empat

tahapan yaitu (1) Tahap persiapan anggaran, (2) Tahap ratifikasi, (3)

Tahap pelaksanaan anggaran, dan (4) Tahap pelaporan dan evaluasi.

Darwanto (2007) menyatakan bahwa penganggaran dibagi ke dalam

empat tahapan, yaitu executive planning, legislative approval, executive

implementation, and ex post accountability. Pada tahapan executive

planning melakukan persiapan anggaran taksiran pengeluaran atas dasar

taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut,

yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran

pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

12

pendapatan secara lebih akurat. Tahapan legislative approval

melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berap. Pada

tahapan ini pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki

managerial skill namun juga harus mempunyai political skill, salesman

ship, dan coalitation building yang memadai. Integritas dan kesiapan

mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahapan ini.

Pada tahapan executive implementation yang paling penting

diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem

informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Terakhir pada

tahapan ex post accountability adalah tahapan pelaporan dan evaluasi

terkait dengan aspek akuntabilitas, jika pada tahap implementasi telah

didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen

yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting dan evaluation

tidak akan menemukan banyak masalah. Pada tahapan executive

planning dan legislative approval terjadi interaksi antara pimpinan

eksekutif dengan legislatif dimana politik anggaran paling

mendominasi, sementara pada tahapan executive implementation dan ex

post accountability hanya melibatkan birokrasi sebagai agent.

Menurut Mardiasmo (2011), anggaran sector publik dibagi menjadi

dua, yaitu:

1. Anggaran operasional

Anggaran operasional merupakan anggaran yang digunakan

untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

13

pemerintahan. Pengeluaran yang termasuk anggaran operasional

antara lain belanja umum, belanja operasi dan belanja pemeliharaan.

2. Anggaran modal

Anggaran modal merupakan anggaran yang menunjukan

anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti

gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Belanja

modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu

tahun dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan

selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasioanal

dan biaya pemeliharaan.

2. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara

rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening

kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah

dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Menurut Halim (2014), Pendapatan asli daerah adalah semua

penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan,

yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan

hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah. Olubukunola (2011), “Internally

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

14

Generated Revenue (IGR) is the revenue that the local government

generates within the area of its jurisdiction”. Pendapatan asli daerah

adalah pendapatan pemerintah daerah yang dihasilkan dalam wilayah

yurisdiksinya. Pendapatan asli daerah yang tinggi menandakan otonomi

daerah yang dilaksanakan berjalan dengan baik. Berdasarkan Undang-

Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pusat dan Daerah, Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua pendapatan yang

diperoleh dari penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi

asli daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai peraturan

perundangan yang berlaku.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 6

bahwa Sumber Pendapatan Asli Daerah berasal dari:

1. Pendapatan Asli Daerah Sendiri yang sah:

a. Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997

tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah , pajak daerah adalah

iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

15

kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang

dapat dipaksakan berdasar peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Seperti halnya pajak pada umumnya, pajak daerah

mempunyai peranan ganda yaitu :

a. Sebagai sumber pendapatan daerah (budgetary)

b. Sebagai alat pengukur (regulatory)

Menurut Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PP Nomor 65 tahun

2001 tentang Pajak Daerah:

1. Pajak Provinsi :

a. Pajak kendaraan bermotor

b. Kendaraan bermotor bukan umum

c. Kendaraan bermotor umum

d. Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar

2. Pajak kendaraan diatas air

3. Bea balik nama kendaraan bermotor:

Penyerahan pertama :

a. Kendaraan bermotor bukan umum

b. Kendaraan bermotor umum

c. Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar

Penyerahan kedua :

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

16

a. Kendaraan bermotor bukan umum

b. Kendaraan bermotor umum

c. Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar

Penyerahan kerena wasiat :

a. Kendaraan bermotor bukan umum

b. Kendaraan bermotor umum

c. Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar

4. Bea balik nama kendaraan di atas air :

a. Penyerahan pertama

b. Penyerahan kedua

c. Penyerahan karena wasiat

5. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

6. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah dan air

permukaan

7. Pajak Kabupaten dan Kota

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

g. Pajak Parkir

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

17

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pembayaran kepada Negara yang

dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara,

artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa

atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi

yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Retribusi Daerah

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepeningan orang

pribadi atau badan (UU No. 28 Tahun 2009).

Retribusi daerah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok

antara lain:

a. Retribusi jasa umum, adalah retribusi atas jasa yang

disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b. Retribusi jasa usaha, adalah retribusi atas jasa yang

disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut

prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula

disediakan oleh sektor swasta.

c. Retribusi perizinan tertentu, adalah retribusi atas kegiatan

tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

18

kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas

kegiatan pemanfaatan ruang penggunaan sumber daya alam,

barang, sarana prasarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian

lingkungan.

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan

daerah lainnya yang dipisahkan

Perusahaan daerah adalah perusahaan yang modalnya

sebagian atau seluruhnya merupakaan kekayaan daerah yang

dipisahkan kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan

UU. Sebagian laba perusahaan daerah merupakan salah satu

sumber PAD yang disebut bagian laba BUMD, BUMD dibentuk

oleh pemerintah daerah, terdiri dari perusahaan yang bergerak

dibidang jasa keuangan dan perbankan (bank pembangunan

daerah dan bank pasar) dan dibidang lain, seperti jasa air bersih

(PDAM), jasa di sektor industri, pertanian, perkebunan dan

lainlain. BUMD merupakan cara yang lebih efisien dalam

melayani masyarakat, dan merupakan salah satu sumber

pendapatan daerah. Jenis pendapatan yang termasuk hasil-hasil

pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara

lain laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

19

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Penerimaan lain-lain Daerah kabupaten dan kota adalah

penerimaan yang diperoleh daerah Kabupaten dan kota diluar

pajak, retribusi, bagian laba BUMD. Beberapa contoh

penerimaan yang termasuk kategori penerimaan lain-lain

misalnya penerimaan dan hasil penjualan aset milik pemerintah

daerah dan jasa giro rekening pemerintah daerah kabupaten dan

kota.

2. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang terdiri dari:

a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan

b. Jasa giro

c. Pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap

uang asing

d. Komisi potongan, ataupun bentuk lainnya sebagai akibat dari

penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah

Menurut Andirfa (2009) pada dasarnya upaya pemerintah daerah

dalam mengoptimalkan PAD dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Intensifikasi, yaitu suatu upaya mengoptimalkan PAD dengan cara

meningkatkan dari yang sudah ada (diintensifkan).

2. Ekstensifikasi, yaitu mengoptimalkan PAD dengan cara

mengembangkan subjek dan objek pajak.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

20

3. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat, yaitu merupakan unsur

yang penting mengingat bahwa paradigma yang berkembang dalam

masyarakat saat ini adalah pembayaran pajak dan restribusi ini

sudah merupakan hak dan kewajiban masyarakat terhadap Negara,

untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan

masyarakat yang bagaimana yang dapat memberikan kepuasan

kepada masyarakat.

3. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN

yang alokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah

untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi (PP No. 55 Tahun 2005). Dana Alokasi Umum bersifat

“Block Grant” yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah

sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi

daerah (Yovita, 2011).

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 proporsi Dana Alokasi Umum

ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari

Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN.

Sementara itu, proporsi pembagian DAU untuk Provinsi dan

Kabupaten/Kota ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara

provinsi dan kabupaten/kota.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

21

Menurut Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, terdapat

tahapan perhitungan Dana Alokasi Umum, antara lain:

a. Tahapan Akademis

Konsep awal penyusunan kebijakan atas implementasi formula

DAU dilakukan oleh Tim Independen dari berbagai universitas

dengan tujuan untuk memperoleh kebijakan penghitungan DAU

yang sesuai dengan ketentuan UU dan karakteristik Otonomi

Daerah di Indonesia.

b. Tahapan Administratif

Pada tahapan ini Depkeu DJPK melakukan koordinasi dengan

instansi terkait untuk penyiapan data dasar penghitungan DAU

termasuk didalamnya kegiatan konsolidasi dan verifikasi data

untuk mendapatkan validitas dan kemutakhiran data yang akan

digunakan.

c. Tahapan Teknis

Merupakan tahap pembuatan simulasi penghitungan DAU

yang akan dikonsultasikan Pemerintah kepada DPR RI dan

dilakukan berdasarkan formula DAU sebagaimana diamanatkan

UU dengan menggunakan data yang tersedia serta memperhatikan

hasil rekomendasi pihak akademis.

d. Tahapan Politis

Merupakan tahap akhir, pembahasan penghitungan dan alokasi

DAU antara Pemerintah dengan Panja Belanja Daerah Panitia

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

22

Anggaran DPR RI untuk konsultasi dan mendapatkan persetujuan

hasil penghitungan DAU (Yovita, 2011).

Menurut Mayeztika (2010) Prosedur dalam penetapan bobot DAU

daerah Kabupaten/Kota dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Memperkirakan besarnya potensi penerimaan daerah dengan

menggunakan variabel-variabel potensi penerimaan

b. Perkiraan kebutuhan daerah diestemasikan dengan menggunakan

variabel-variabel kebutuhan daerah (KD)

c. Besarnya kebutuhan DAU ditentukan melalui perhitungan

Kebutuhan DAU = Kebutuhan daerah – potensi penerimaan daerah

d. Setelah mendapat hasil perhitungan kebutuhan daerah dan potensi

penerimaan daerah, selanjutnya dilakukan perhitungan

sebagaimana langkah pertama. Bobot DAU daerah pada akhirnya

ditentukan dengan membandingkan kebutuhan DAU daerah

bersangkutan terhadap total kebutuhan DAU

e. Besarnya kebutuhan DAU propinsi dapat dihitung

denganpersamaan

DAU propinsi = 10% x 15% x PDN x Bobot DAU

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

23

f. Besarnya kebutuhan DAU Kabupaten/Kota dapat dihitung dengan

persamaan

DAU Kabupaten/Kota : 90% x 25% x PDN x Bobot DAU

4. Dana Bagi Hasil

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase

untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan

Desentralisasi. Menurut Kuncoro (2004) Dana Bagi Hasil merupakan

pendapatan pemerintah pusat dari eksploitasi sumber daya alamdan

dibagi dalam proporsi yang bervariasi antara pemerintah pusat,

provinsi, kota dan kabupaten.

Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam yaitu:

1. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB)

2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

3. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang

Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB dan BPHTB dibagi antara

daerah provinsi, daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah. Dana Bagi

Hasil dari penerimaan PBB sebesar 90% (sembilan puluh persen) untuk

Daerah dengan rincian sebagai berikut:

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

24

1. 16,2% (enam belas dua persepuluh persen) untuk daerah provinsi

yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah

provinsi

2. 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk

daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke

Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota

3. 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.

Bagian Pemerintah dari penerimaan PBB sebesar 10% (sepuluh

persen) dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang

didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan,

dengan imbangan sebagai berikut:

a. 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada

seluruh daerah kabupaten dan kota

b. 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif kepada

daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya

mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.

5. Belanja modal

Peratran Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang

Bagan Akun Standar mendefinisikan belanja modal sebagai

pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau

menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari

satu periode akuntansi, serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

25

tetap atau aset lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah dimana aset

tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu

satuan kerja bukan untuk dijual. Belanja modal meliputi belanja modal

untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak

berwujud.

Halim (2004:73) menyatakan bahwa belanja modal merupakan

belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan

menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan

konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya

pemeliharaan. Bastian (2006:50) menyatakan bahwa belanja modal

adalah pengeluaran yang dikeluarkan dalam rangka pembelian atau

pengadaan atau pembangunan aktiva tetap berwujud yang mempunyai

nilai manfaat lebih dari 12 bulan atau 1 tahun untuk digunakan dalam

kegiatan pemerintahan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, belanja

modal adalah pengeluaran Pemerintah Daerah yang mempunyai masa

manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan akan menambah aset dan

kekayaan daerah.

Belanja modal digunakan untuk mendapatkan aset tetap Pemerintah

Daerah seperti peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap

lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap yaitu

dengan membangun sendiri, menukar dengat aset tetap lainnya, dan

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

26

membeli. Pada pemerintah daerah biasanya dilakukan dengan cara

membeli melalui lelang atau tender.

Menurut peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, Belanja modal

dikategorikan dalam 5 (lima) kategori utama antara lain:

a. Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran atau biaya yang

digunakan untuk pengadaan atau pembelian atau pembebasan

penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan,

perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran

lainnya yang sehubungan dengan pemerolehan hak atas tanah,

sampai tanah yang dimaksud dalam kondisi siap pakai.

b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran atau

biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau

penggantian dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta

inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas)

bulan dan sampai peralatan dan mesin dalam kondisi siap pakai.

c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran atau

biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau

penggantian dan termasuk pengeluaran untuk pembangunan gedung

dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan

bangunan dalam kondisi siap pakai.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

27

d. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran

atau biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau

penggantian atau peningkatan pembangunan atau pembuatan serta

perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,

pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi jaringan yang menambah

kapasitas sampai jalan, irigasi dan jaringan dalam kondisi siap pakai.

e. Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran atau biaya yang

digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian atau

peningkatan pembangunan atau pembuatan serta perawatan terhadap

fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja

odal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan

irigasi dan jaringan, termasuk dalan belanja ini adalah belanja modal

kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang

purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman,

buku-buku dan jurnal ilmiah.

Sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan No.

Per-33/PB/2008, suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal

apabila:

1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset

tetap atau aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat dn

kapasitas.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

28

2. Pengeluaran tersebut melibihi minimum kapitalisasi aset tetap

atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

3. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

4. Perolehan tersebut dilakukan sesudah perolehan aset tetap atau

aset lainnya dengan syarat pengeluaran mengakibatkan masa

manfaat, kapasitas, kualitas dan volume aset yang dimiliki

bertambah serta pengeluaran tersebut memenuhi batasan

minimum nilai kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya.

Menurut Halim (2006) pengalokasian anggaran belanja modal

didasarkan pada kebutuhan yang memiliki asri bahwa tidak semua

satuan kerja atau unit organisasi di Pemerintahan Daerah

melaksanakan kegiatan atau proyek pengadaan aset tetap. Sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing satuan

kerja, asa satuan kerja yang memberikan pelayanan publik berupa

penyediaan sarana dan prasarana fisik, seperti fasilitas pendidikan

(gedung sekolah, peralatan laboratorium), kesehatan(rumah sakit,

peralatan kedokteran, mobil ambulans), jalan raya, dan jembatan,

sementara satuan kerja lainnya hanya memberikan pelayanan jasa

langsung berupa pelayanan administrasi (catatan sipil, pembuatan

kartu identitas kependudukan), pengamanan, pemberdayaan,

pelayanan kesehatan, dan pelayanan pendidikan.

Pemerintah Daerah harus mampu mengalokasikan anggaran

belanja modal dengan baik karena belanja modal merupakan salah

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

29

satu langkah bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan

kepada publik.

B. Tinjauan Pustaka

Junaedi (2015) yang meneliti tentang Pengaruh Dana Alokasi Umum,

Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

dan Luas Wilayah terhadap Belanja Modal. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Belanja Modal, sedangkan Pendapatan Asli Daerah, Sisa

Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah tidak berpengaruh terhadap

Belanja Modal.

Kasyati (2015) Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,

Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Dana Bagi Hasil, dan

Kemandirian Fiskal terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Hasil

Penelitiannya Menunjukkan Bahwa Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi

Khusus, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Bagi Hasil berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Belanja Modal. Sedangkan Pertumbuhan Ekonomi

dan Kemandirian Fiskal tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

Ni Nyoman Widiasih dan Gayatri (2017) yang meneliti tentang Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil pada Belanja

Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Hasil penelitian menyatakan bahwa

Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh positif pada

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

30

H4

Belanja modal, sedangkan Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh terhadap

Belanja Modal.

Ikhwan Prasetyo (2017) yang meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan

Belanja Pegawai terhadap Pengalokasi Anggaran Belanja Modal. Hasil

penelitian menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi

Khusus tidak berpengaruh signifikan positif terhadap Pengalokasian Belanja

Modal. Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan negative terhadap

Pengalokasian Belanja Modal. Serta Dana Bagi Hasil dan Belanja Pegawai

berpengaruh signifikan positif terhadap Pengalokasian Belanja Modal.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

H1

H2

H3

Keterangan:

= Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y secara individual

= Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y secara simultan

Pendapata Asli Daerah

(X1)

Dana Alokasi Umum

(X2)

Dana Bagi Hasil

(X3)

Belanja Modal

(Y)

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

31

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan gambaran sementara terhadap rumusan masalah

penelitian karena jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori yang

relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data.

1. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan Pengalokasian Belanja

Modal

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari

sumber asli daerah dan dapat digunakan untuk belanja daerah terutama

diharapkan dapat dioptimalkan untuk belanja modal. Masyarakat sebagai

principal memberikan wewenang pengaturan dan memberikan sumber

daya (dalam bentuk pajak, retribusi dan lain-lain) kepada Pemerintah

sebagai agen untuk dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Pemenuhan infrastruktur, sarana dan prasarana publik diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik, dengan adanya pelayanan

publik yang berkualitas diharapkan akan berdampak pada peningkatan

kemampuan perekonomian masyarakat yang tercermin dari kemampuan

masyarakat membayar sejumlah pungutan yang telah ditetapkan daerah.

Seperti yang diungkapkan Mayasari et al. (2014), peningkatan daerah

dalam belanja modal diharapkan mampu dalam meningkatkan kualitas

layanan publik yang pada gilirannya mampu meningkatkan kontribusi

publik terhadap pembangunan yang tercermin dari peningkatan PAD.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

32

Darwanto & Yulia (2007) menyatakan bahwa PAD berpengaruh

positif dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Temuan ini dapat

mengindikasikan bahwa besarnya PAD menjadi salah satu faktor penentu

dalam menentukan belanja modal. Hal ini sesuai dengan PP No 58 tahun

2005 yang menyatakan bahwa APBD disusun sesuai dengan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan daerah dalam menghasilkan

pendapatan. Setiap penyusunan APBD, alokasi belanja modal harus

disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan mempertimbangkan PAD

yang diterima. Sehingga apabila Pemda ingin meningkatkan belanja modal

untuk pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, maka Pemda harus

menggali PAD yang sebesar-besarnya. Berdasarkan uraian diatas dapat

diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap

Pengalokasian Anggaran Belanja Modal

2. Hubungan Dana Alokasi Umum dengan Pengalokasian Anggaran

Belanja Modal

Dana alokasi umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Pemerintah pusat mengharapkan dengan

adanya desentralisasi fiskal pemerintah daerah lebih mengoptimalkan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

33

kemampuannya dalam mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga

tidak hanya mengandalkan DAU. Dengan adanya transfer DAU dari

Pemerintah Pusat maka daerah bisa lebih fokus untuk menggunakan PAD

yang dimilikinya untuk membiayai belanja modal yang menunjang tujuan

pemerintah yaitu meningkatkan pelayanan publik.

Darwanto (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan

signifikan antara DAU dengan belanja modal. Penelitian empiris yang

dilakukan oleh Holtz-Eakin et al. (1985) menyatakan bahwa terdapat

keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan

belanja pemerintah daerah. Prakoso (2004) memperoleh bukti empiris

bahwa jumlah belanja modal dipengaruhi oleh dana Dana Alokasi Umum

yang diterima dari pemerintah pusat.

Berbagai pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

DAU maka alokasi belanja mdal juga meningkat. Hal ini disebabkan

karena daerah yang memiliki pendapatan (DAU) yang besar maka alokasi

untuk anggaran belanja daerah (belanja modal) akan meningkat.

Berdasarkan uraian diatas dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H2 = Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Pengalokasian

Anggaran Belanja Modal

3. Hubungan Dana Bagi Hasil dengan Penglokasian Anggaran Belanja

Modal

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

34

Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana

yang bersumber dari pajak terdiri atas pajak bumi dan bangunan (PBB),

Bea Perolehan atas tasnah dan bangunan (PBHTB) dan Pajak Penghasilan

(PPh). Untuk menambah pendapatan daerah dalam rangka pembiayaan

pelaksanaan fungsi yang menjadi kewenangan dilakukan dengan pola bagi

hasil penerimaan pajak dan bukan pajak (SDA) antara pusat dan daerah.

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004). DBH merupakan sumber

pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal

dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangnan dan

memenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari PAD, DAU, dan DAK

(Wandira, 2013). Dana Bagi Hasil yang diperoleh pemerintah daerah

diharapkan mampu untuk meningkatkan alokasi belanja daerah guna

meningkatkan pelayanan publik bagi daerah sebagai tujuan dari

desentralisasi. Secara teroritis Pemerintah Daerah akan mampu

menetapkan belanja modal yang semakin besar jika anggaran DBH

semakin besar pula. Hal ini diperkuat oleh penelitian Darmayasa (2014),

Susanti dkk. (2016), dan Wandira, (2013) yang menyatakan Dana Bagi

Hasil berpengaruh terhadap Alokasi Belanja Modal. Berdasarkan uraian

diatas dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H3 = Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Pengalokasian Anggaran

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Anggaran Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/4736/3/BAB II.pdf · anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung,

35

Belanja Modal

4. Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana

Bagi Hasil dengan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal

Susanti dkk (2016) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pendapatan

Asli, Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal

menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan

antara Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi

Hasil terhadap Belanja Modal. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat

diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H4 = Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi

Hasil berpengaruh terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja

Modal