BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE...

19
15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five Personality Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya (McAdams dalam John & Srivastava, 1999). Masing-masing tingkatan ini memiliki keunikan dalam memahami perbedaan individu dalam perilaku dan pengalamannya. Namun, jumlah sifat kepribadian dan skala kepribadian tetap dirancang tanpa henti- hentinya (Goldberg dalam John & Srivastava, 1999). Psikologi kepribadian memerlukan model deskriptif atau taksonomi mengenai kepribadian itu sendiri. Salah satu tujuan utama taksonomi dalam ilmu pengetahuan adalah untuk menyederhanakan defenisi yang saling tumpang-tindih. Oleh karena itu, dalam psikologi kepribadian, suatu taksonomi akan mempermudah para peneliti untuk meneliti sumber utama karakteristik kepribadian daripada hanya memeriksa ribuan atribut yang berbeda-beda yang membuat setiap individu berbeda dan unik (John & Srivastava, 1999). Setelah beberapa dekade, cabang psikologi kepribadian memperoleh suatu pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu dimensi “Big Five Personality”. Dimensi Big Five pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun 1981. Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang lain. Taksonomi Big Five bukan bertujuan untuk mengganti sistem yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. BIG FIVE PERSONALITY

1. Definisi Big Five Personality

Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis

yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya (McAdams dalam John &

Srivastava, 1999). Masing-masing tingkatan ini memiliki keunikan dalam

memahami perbedaan individu dalam perilaku dan pengalamannya. Namun,

jumlah sifat kepribadian dan skala kepribadian tetap dirancang tanpa henti-

hentinya (Goldberg dalam John & Srivastava, 1999).

Psikologi kepribadian memerlukan model deskriptif atau taksonomi

mengenai kepribadian itu sendiri. Salah satu tujuan utama taksonomi dalam ilmu

pengetahuan adalah untuk menyederhanakan defenisi yang saling tumpang-tindih.

Oleh karena itu, dalam psikologi kepribadian, suatu taksonomi akan

mempermudah para peneliti untuk meneliti sumber utama karakteristik

kepribadian daripada hanya memeriksa ribuan atribut yang berbeda-beda yang

membuat setiap individu berbeda dan unik (John & Srivastava, 1999).

Setelah beberapa dekade, cabang psikologi kepribadian memperoleh suatu

pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu

dimensi “Big Five Personality”. Dimensi Big Five pertama kali diperkenalkan

oleh Goldberg pada tahun 1981. Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif

teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam

menjelaskan dirinya sendiri dan orang lain. Taksonomi Big Five bukan bertujuan

untuk mengganti sistem yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

16

memberikan penjelasan sistem kepribadian secara umum (John & Srivastava,

1999).

Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu

kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian

yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari.

Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language)

Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan

satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (dalam Pervin, 2005).

Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Factor Model

oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di

sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa

kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh

para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, 2005).

2. Tipe-Tipe Kepribadian Big Five Personality

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa big five

personality terdiri dari lima tipe atau faktor. Terdapat beberapa istilah untuk

menjelaskan kelima faktor tersebut. Namun, di sini kita akan menyebutnya

dengan istilah-istilah berikut:

1. Neuroticism (N)

2. Extraversion (E)

3. Openness to New Experience (O)

4. Agreeableness (A)

5. Conscientiousness (C)

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

17

Untuk lebih mudah mengingatnya, istilah-istilah tersebut di atas disingkat menjadi

OCEAN (Pervin, 2005).

Untuk lebih jelasnya, kelima faktor di atas akan dipaparkan pada Tabel 1.

yang didapat dari hasil penelitian Costa dan McRae (1985;1992). Neuroticism

berlawanan dengan Emotional stability yang mencakup perasaan-perasaan negatif,

seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan tegang. Openness to Experience

menjelaskan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas dari aspek mental dan

pengalaman hidup. Extraversion dan Agreeableness merangkum sifat-sifat

interpersonal, yaitu apa yang dilakukan seseorang dengan dan kepada orang lain.

Yang terakhir Conscientiousness menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan

kemampuan mengendalikan dorogan yang diperlukan dalam kehidupan sosial

(Pervin, 2005).

Tabel 1.

Karakteristik sifat-sifat Five Factor Model dengan skor tinggi dan rendah

Karakteristik dengan skor tinggi

Sifat Karakteristik dengan skor rendah

Kuatir, cemas, emosional, merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian, kesedihan yang tak beralasan.

Neuroticism (N) Mengukur penyesuaian Vs ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecendrungan individu akan distress psikologi, ide-ide yang tidak realistis, kebutuhan/keinginan yang berlebihan, dan respon coping yang tidak sesuai.

Tenang , santai, tidak emosional, tabah, nyaman, puas terhadap diri sendiri.

Mudah bergaul, aktif, talkative, person-oriented, optimis, menyenangkan, kasih sayang, bersahabat.

Extraversion (E) Mengukur kuantitas dan intensitas interaksi intrapersonal, level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, kapasitas kesenangan.

Tidak ramah, tenang, tidak periang, menyendiri, task –oriented, pemalu, pendiam.

Rasa ingin tahu tinggi, ketertarikan luas, kreatif, original, imajinatif, tidak ketinggalan jaman.

Openness (O) Mengukur keinginan untuk mencari dan menghargai pengalaman baru, Senang

Mengikuti apa yang sudah ada, down to earth, tertarik hanya pada satu hal, tidak memiliki jiwa

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

18

mengetahui sesuatu yang tidak familiar.

seni, kurang analitis.

Berhati lembut, baik, suka menolong, dapat dipercaya, mudah memaafkan, mudah untuk dimanfaatkan, terus terang.

Agreeableness (A) Mengukur kualitas orientasi interpersonal seseorang, mulai dari perasaan kasihan sampai pada sikap permusuhan dalam hal pikiran, perasaaan, dan tindakan.

Sinis, kasar, rasa curiga, tidak mau bekerjasama, pendendam, kejam, mudah marah, manipulatif.

Teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, tekun.

Conscientiousness (C) Mengukur tingkat keteraturan seseorang, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Berlawanan dengan ketergantungan, dan kecendrungan untuk menjadi malas dan lemah.

Tidak bertujuan, tidak dapat dipercaya, malas, kurang perhatian, lalai, sembrono, tidak disiplin, keinginan lemah, suka bersenang-senang.

Menurut Costa & McRae (dalam Pervin, 2005), setiap dimensi dari Big

Five terdiri dari 6 (enam) faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut adalah:

1. Extraversion terdiri dari:

1. Gregariousness (suka berkumpul).

2. Activity level (level aktivitas).

3. Assertiveness (asertif).

4. Excitement Seeking (mencari kesenangan).

5. Positive Emotions (emosi yang positif).

6. Warmth (kehangatan).

2. Agreeableness terdiri dari:

1. Straightforwardness (berterusterang).

2. Trust (kepercayaan).

3. Altruism (mendahulukan kepentingan orang lain).

4. Modesty (rendah hati).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

19

5. Tendermindedness (berhati lembut).

6. Compliance (kerelaan).

3. Conscientiousness terdiri dari:

1. Self-discipline (disiplin).

2. Dutifulness (patuh).

3. Competence (kompetensi).

4. Order (teratur).

5. Deliberation (pertimbangan).

6. Achievement striving (pencapaian prestasi).

4. Neuroticism terdiri dari:

1. Anxiety (kecemasan).

2. Self-consciousness (kesadaran diri).

3. Depression (depresi).

4. Vulnerability (mudah tersinggung).

5. Impulsiveness (menuruti kata hati).

6. Angry hostility (amarah).

5. Openness to new experience terdiri dari:

1. Fantasy (khayalan).

2. Aesthetics (keindahan).

3. Feelings (perasaan).

4. Ideas (ide).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

20

5. Actions (tindakan).

6. Values (nilai-nilai).

B. COPING STRESS

1. Definisi Coping Stress

Folkman dan Lazarus (dalam Rice, 1992) mendefinisikan coping sebagai

segala upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan bersikap

sabar dalam menghadapi tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan tersebut dapat

berupa eksternal dan internal.

Menurut Taylor (dalam Smet, 1994) mengemukakan bahwa coping adalah

suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola perbedaan yang ada

antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun

tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang dimiliki

individu tersebut dalam menghadapi situasi stressfull.

Menurut Harowitz (dalam Rice, 1992), coping merupakan tindakan yang

mencakup tindakan mental dan fisik yang digunakan untuk mengendalikan,

mengatur, mengurangi, atau mentolerir efek tekanan yang ada, baik eksternal

maupun internal. Secara umum, coping diarahkan pada dua hasil. Yang pertama

bahwa coping diharapkan untuk mengubah hubungan antara diri dan lingkungan.

Yang kedua, coping diarahkan untuk mengatur emosi yang tidak menyenangkan.

Situasi yang stressfull sendiri merupakan suatu kondisi yang penuh dengan

stres. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992), mendefinisikan stres dengan

tiga pengertian yang berbeda, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

21

a. Stres mengarah pada setiap kejadian atau stimulus lingkungan yang

menyebabkan seseorang merasa tertekan atau dibangkitkan. Dalam hal ini,

stres berasal dari eksternal seseorang. Kondisi yang dapat menimbulkan stres

disebut dengn stressor. Setiap situasi, peristiwa/kejadian atau objek yang

memaksa tubuh dan menyebabkan timbulnya ”physiological reaction” adalah

stressor.

b. Stres mengarah pada respon subjektif. Dalam hal ini, stres merupakan bagian

internal dari mental, termasuk didalamnya adalah emosi, pertahanan diri,

interpretasi dan proses coping yang terdapat dalam diri seseorang.

c. Stres mengarah pada physical reaction dalam mengatasi ataupun

menghilangkan gangguan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa coping

stress adalah segala usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi, mengatur,

dan besikap sabar terhadap tuntutan-tuntutan baik internal maupun eksternal yang

tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara fisik dan mental atau

emosional.

2. Faktor-Faktor Coping Stress

Para peneliti telah menemukan sekitar 400 (empat ratus) cara yang biasa

dilakukan orang dalam menghadapi situasi yang stressfull dan

mengelompokkannya dalam berbagai kategori (dalam Sarafino, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Lazarus, Folkman, dkk (1986), coping dapat

dikelompokkan menjadi 8 (delapan) jenis faktor, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

22

1. Confrontive coping; mencakup usaha agresif untuk menghadapi situasi yang

menekan, menggambarkan kekerasan terhadap orang lain, dan mengambil

tindakan yang memiliki resiko tinggi.

2. Distancing; usaha untuk melupakan masalah yang terjadi, dan melihat sisi

positif dari suatu masalah yang dihadapi.

3. Self-control; menjelaskan usaha untuk mengatur perasaan dan perilaku agar

tetap tenang.

4. Seeking social support; usaha untuk mencari dukungan informasi, dukungan

penyelesaian masalah, dan dukungan emosional dari orang-orang yang

dianggap penting.

5. Accepting responsibility; menyadari permasalahan yang sedang dihadapi dan

bertekad untuk menyelesaikannya.

6. Escape-Avoidance; menganggap masalah akan segera berakhir dan mencari

tindakan untuk menghindari masalah yang sedang dihadapi.

7. Planful problem-solving; usaha untuk memahami masalah dan melakukan

perencanaan untuk menyelesaikannya.

8. Positive reappraisal; menjelaskan usaha untuk mencari makna positif dari

suatu masalah yang berguna untuk perkembangan diri sendiri.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik oleh Lazarus, Folkman, et al

(1986), hasil yang memuaskan diperoleh dari penggunaan planful problem-

solving dan positive reappraisal. Sedangkan hasil yang tidak memuaskan

diperoleh dari penggunaan confrontive coping dan distancing.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

23

Namun demikian, perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun metode yang

dapat digunakan untuk semua situasi stres. Menurut Ruther (Smet, 1994) tidak

ada strategi coping yang paling berhasil. Lazarus & Folkman (1984) menyatakan

bahwa efektivitas strategi coping bervariasi tergantung pada situasinya (dalam

Powers, dkk, 2002). Menurut Taylor, keberhasilan coping lebih tergantung pada

penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian

yang penuh stres, daripada mencoba menemukan satu strategi coping yang paling

berhasil (dalam Smet, 1994).

Menurut Skinner (dalam Sarafino, 2006), confrontive coping, seeking

social support, accepting responsibility, dan planful problem-solving memiliki

fungsi problem focused-coping. Sedangkan distancing, self-control, escape-

avoidance, dan positive reappraisal memiliki fungsi emotion-focused coping.

3. Fungsi Coping Stress

Secara umum Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1992) membedakan 2

(dua) fungsi coping stress, yaitu:

a. Emotion-focused coping

Usaha yang dilakukan individu untuk mengontrol dan membebaskan

perasaan-perasaan negatif (seperti amarah, frustrasi, rasa takut) yang

disebabkan oleh tekanan yang diterimanya.

Menurut Powers (2002), pengaturan ini dapat terlihat dari perilaku individu,

seperti penggunaan alkohol, bagaimana mengabaikan fakta-fakta yang tidak

menyenangkan dengan strategi kognitif. Bila individu tidak mampu mengubah

kondisi yang stressfull, individu akan cenderung mengatur emosinya. Salah

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

24

satu contoh strategi ini disebutkan oleh Freud (dalam Smet, 1994) yaitu

mekanisme pertahanan diri (defense mechanism). Strategi ini tidak mengubah

situasi stres, hanya mengubah cara orang memikirkan situasi dan melibatkan

elemen penipuan diri.

b. Problem-focused coping

Strategi yang dibuat individu untuk mengembangkan perencanaan tindakan

yang jelas terhadap stressor dan mengontrolnya sebisa mungkin.

Menurut Powers (2002), individu akan mengatasi masalah dengan

mempelajari cara atau ketrampilan baru untuk mengurangi stressor tersebut.

Individu akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan

dapat mengubah situasi. Metode ini sering digunakan oleh orang dewasa.

Menurut Sarafino (2006), individu dapat menggunakan problem focused

coping dan emotion focused coping secara bersamaan ketika sedang menghadapi

masalah. Beberapa studi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh psikologi terkemuka

menunjukkan hasil penemuan mengenai penggunaan problem focused dan

emotion focused coping, seperti Folkman (dalam Sarafino, 2006) yang

menyatakan bahwa individu dewasa madya lebih sering menggunakan problem-

focused coping sedangkan individu yang lebih tua lebih sering menggunakan

emotion-focused coping.

Selain itu, Greenglass & Noguchi juga menyatakan bahwa pria cenderung

lebih sering menggunakan problem-focused coping dibandingkan wanita yang

lebih sering menggunakan emotion-focused coping. Dalam penelitian Billings &

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

25

Moos juga ditemukan bahwa orang dengan tingkat pendidikan dan pendapatan

yang lebih tinggi lebih sering menggunakan problem-focused coping

dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan

yang lebih rendah. (dalam Sarafino, 2006).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Coping Stress

Reaksi terhadap stres bervariasi antara orang yang satu dengan yang

lainnya, dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Perbedaan ini disebabkan

oleh faktor psikologis dan sosial yang tampaknya dapat merubah stressor bagi

individu.

Menurut Smet (1994) faktor-faktor tersebut adalah:

a. Variabel dalam kondisi individu; mencakup umur, tahap kehidupan, jenis

kelamin, tempramen, faktor genetik, intelegensi, pendidikan, suku,

kebudayaan, status ekonomi dan kondisi fisik.

b. Karakteristik kepribadian, mencakup introvert-ekstrovert, stabilitas emosi

secara umum, kepribadian ”ketabahan” (hardiness), locus of control,

kekebalan, ketahanan.

c. Variabel sosial-kognitif, mencakup: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan

sosial, kontrol pribadi yang dirasakan.

d. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, integrasi

dalam jaringan sosial.

e. Strategi coping stress, merupakan cara yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam

situasi stres.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

26

C. DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL

1. Pengertian dan Fungsi Reserse Kriminal

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) terdiri dari beberapa bagian atau

yang disebut direktorat, antara lain adalah direktorat reserse kriminal (Dit.

Reskrim). Dit Reskrim adalah unsur pelaksana utama Polda yang berada dibawah

Kapolda. Dit Reskrim bertugas membina fungsi dan menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana termasuk fungsi Identifikasi

dan fungsi Laboratorium Forensik lapangan dalam rangka penegakan hukum ,

koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan sesuai

ketentuan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku (Website POLRI DIY,

2008).

Dalam menyelenggarakan tugas yang dimaksud, Dit. Reskrim

menyelenggarakan fungsi sbb :

1. Pembinaan fungsi / penyelidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi

dan fungsi laboratorium forensik lapangan serta kegiatan-kegiatan lain yang

menjadi tugas Dit Reskrim dalam lingkungan Polda.

2. Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyelidikan / penyidikan tindak pidana

umum dan tertentu , dengan memberikan pelayanan / perlindungan khusus

kepada korban / pelaku remaja , anak dan wanita, dalam rangka penegakan

hukum sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

3. Penyelenggaraan fungsi Identifikasi baik untuk kepentingan penyidikan

maupun pelayan umum.

4. Penyelenggaraan pembinaan teknis dan koordinasi dan pengawasan

operasional dan administrasi penyidak PPNS.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

27

5. Pelaksanaan analisis setiap kasus dan isu-isu menonjol beserta penanganannya

dan mempelajari / mengkaji efektifitas pelaksanaan tugas satuan-satuan fungsi

Reskrim.

Dit. Reskrim dipimpin oleh Direktur Reskrim , disingkat Dir. Reskrim ,

yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

berada dibawah kendali Wakapolda. Dir Reskrim dibantu oleh Wakil Direktur

Reskrim , disingkat Wadir Reskrim , yang bertanggung jawab kepada Dir.

Reskrim.

2. Struktur Organisasi Direktorat Reserse Kriminal

Dit. Reskrim terbagi menjadi 6 (enam) bagian, yaitu:

1. Sub bagian perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin)

Subbagrenmin adalah unsur pelaksana dan pelayanan staf pada Dit.

Reskrim yang berada dibawah Dir. Reskrim. Subbagrenmin bertugas merumuskan

/ menyiapkan rencana / program kerja & anggaran termasuk rencana dan

administrasi operasional & pelatihan dan menyelenggarakan pelayanan urusan

administrasi personel & logistik urusan ketatausahaan & urusan dalam dan

pelayan keuangan Dit. Reskrim.

Subbagrenmin dipimpin oleh Kepala Subbagrenmin disingkat

Kasubbagrenmin yang bertanggung jawab kepada Dir. Reskrim dan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Reskrim. Untuk menjamin

dinamika dan keterpaduan operasional dalam pelaksanaan tugas semua satuan

operasional , Kasubbagrenmin membantu Dir. Reskrim mengatur pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

28

piket siaga yang juga berperan dalam pelayanan penerimaan dan penanganan

pertama laporan/pengaduan warga masyarakat yang membutuhkan.

2. Bagian Analisis Direktorat Reserse dan Kriminal

Bag Analisis adalah unsur pembantu pimpinan dan staf pada Dit Reskrim

yang berada dibawah Dir. Reskrim. Bag. Analisis bertugas melakukan analisa dan

gelar perkara setiap kasus dan isu-isu yang berkaitan dgn rangkaian kasus-kasus

menonjol beserta penanganannya dan mempelajari / mengkaji efektifitas

pelaksanaan tugas penyelidikan / penyidikan tindak pidana oleh satuan-satuan

fungsi Reskrim dalam lingkungan Polda , termasuk penghimpunan dan

pemeliharaan berkas perkara yang telah selesai diproses dan bahan literatur yang

terkait

Bag Analisis dipimpin oleh Kepala Bagian Analisis , disingkat Kabag

Analisis yang bertanggung jawab kepada Dir Reskrim dan dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Reskrim.

Kabag Analisis dalam melaksanakan tugas keawajibannya dibantu oleh :

a. Kepala Sub Bagian Produksi disingkat Kasubbag Produk

b. Kepala Sub Bagian Dokumentasi & Literatur disingkat Kasubbag Doklit

3. Siskorwas PPNS Direktorat Reserse dan Kriminal

Sikorwas PPNS adalah unsur pelaksana teknis pada Dit Reskrim yang

berada dibawah Dir Reskrim. Sikorwas bertugas melaksanakan koordinasi dan

pengawasan operasional termasuk pembinaan / bimbingan teknis penyidikan dan

administrasi penyidikan oleh penyidik pegawai negeri sipil pada tingkat Polda.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

29

Sikorwas PPNS dipimpin oleh Kepala Sikorwas PPNS , disingkat Kasi

Korwas PPNS yang bertabggung jawab kepada Dir Reskrim dan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari berada dibawah kendali Wadir Reskrim.

4. Seksi Identifikasi Direktorat Reserse Kriminal

Si Ident adalah unsur pelaksana teknis pada Dit Reskrim yang berada

dibawah Dir Reskrim. Si Ident bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi

Identifikasi yang meliputi kegiatan Daktiloskopi kriminal, Daktiloskopi umum

dan fotografi Kepolisian.

Si Ident dipimpin oleh Kepala Bid / Si Ident , disingkat Si Ident yang

bertanggung jawab kepada Dir Reskrim dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

berada dibawah kendali Wadir Reskrim.

5. Satuan Operasional Direktorat Reserse Kriminal

Sat Opsnal adalah unsur pelaksana pada Dit Reskrim yang berada dibawah

Dir Reskrim. Sat Opsnal bertugas melakukan penyedikan dan penyidikan tindak

pidana yang terjadi di wilayah Polda.

Sat Opsnal dipimpin oleh Kepala Sat Opsnal , disingkat Kasat Opsnal,

yang bertanggung jawab kepada Dir Reskrim dan dalam pelaksanaan tugas sehari-

hari berada dibawah kendali Wadir Reskrim.

Sat Opsnal terdiri dari sejumlah unit yang masing-masing dipimpin oleh

kepala Unit disingkat Kanit. Jumlah Sat Opsnal pada Dit Reskrim dalam jumlah

unit pada masing-masing Sat Opsnal disesuaikan dengan tipe dari masing-masing

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

30

Polda dan pembagian tugasnya diatur lebih lanjut oleh Dir Reskrim sesuai arahan

Kapolda.

6. Detasemen 88 Anti Teror (Den 88 AT)

Adalah unsur pelaksana pada Dit Reskrim yang berada dibawah Kapolda.

Bertugas menyelenggarakan penyelidikan tindak pidana serta tugas lain di bidang

tindak pidana terorisme. Den 88 AT dipimpin oleh Kepala Den 88 AT, disingkat

Kaden 88 AT yang sehari-hari bertanggung jawab kepada Kapolda.

Den 88 AT terdiri dari:

1). Urusan Administrasi dan Tata Usaha disingkat Urmintu

2). Unit Intelejen, disingkat Unitintel

3). Unit Penindak, disingkat Unittindak

4). Unit Investigasi, disingkat Unitinvest

5). Unit Bantuan, disingkat Unitban

Pembentukan Den 88 AT yang berkedudukan langsung dibawah Kapolda

dan atau berkedudukan langsung dibawah Dir. Reskrim, diatur dengan keputusan

sendiri.

D. KAITAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE PERSONALITY

DAN COPING STRESS PADA POLISI RESERSE KRIMINAL

POLTABES MEDAN

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan lembaga yang

bertugas untuk menjalankan fungsi keamanan dan ketertiban umum di Indonesia

(Syafrika & Suyasa, 2004). Ira Glasser (dalam Amaranto dkk, 2003)

menyatakan:bahwa pekerjaan polisi adalah pekerjaan yang mencakup banyak

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

31

aspek, sulit, berbahaya, dan stressfull. Kepolisian Negara Republik Indonesia

dibagi menjadi 9 (sembilan) direktorat, salah satunya adalah Direktorat Reserse

Kriminal.

Menurut Sullivan (1977), polisi kriminal adalah ”urat nadi” kepolisian.

Meliala (2001) berpendapat bahwa polisi kriminal mengalami stres tersendiri,

dimana mereka sering berhadapan langsung dengan pelaku kejahatan. Khusus

untuk polisi kriminal yang bertugas di kota besar seperti Medan, stres yang

dialami lebih besar karena tingkat kriminal yang lebih tinggi juga (Nuzulia, 2005).

Stres memiliki dampak positif dan negatif. Untuk mengatasi dampak

negatif ini, individu perlu melakukan coping. Lazarus dan Folkman (1986)

membagi coping stress menjadi dua bagian, yaitu problem-focused coping dan

emotion-focused coping.

Smet (1994) beranggapan bahwa kepribadian adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi coping stress. Salah satu taksonomi kepribadian yang dapat

diterima secara umum saat ini adalah Big Five Personality (John & Srivastava,

1999). Big Five merupakan suatu model hirarki kepribadian yang membagi

kepribadian menjadi lima faktor yang setiap faktornya menjelaskan kepribadian

dengan jelas dan sangat luas (Gosling, Rentfrow, & Swann Jr, 2003). Kelima tipe

kepribadian tersebut adalah neuroticism, extraversion, openness to new

experience, agreeableness, dan conscientiousness.

E. HIPOTESA PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan untuk

menguji hipotesa. Hipotesa dalam penelitian ini adalah:

1. Ha (Hipotesa Alternatif) : p < 0,05, artinya:

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

32

a. Ada hubungan antara tipe kepribadian big five personality dengan

problem-focused coping pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

b. Ada hubungan antara tipe kepribadian big five personality dengan

emotion-focused coping pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

2. Ho (Hipotesa Nihil) : p > 0,05, artinya:

a. Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian big five personality dengan

problem-focused coping pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

b. Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian big five personality dengan

emotion-focused coping pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITYrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23333/3/Chapter II.pdf · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five

33

Gambar 2. Paradigma Penelitian

Five Factor Model McRae & Costa:

- Neuroticism - Extraversion

- Openness - Agreeableness

- Conscientiousness

Coping Stress

Direktorat Reserse Kriminal Poltabes Medan

POLRI

Polisi : lembaga keamanan dan ketertiban umum

Stressfull job

Emotion- Focused

Problem- Focused

Stress

Kepribadian

Efek (-)

Universitas Sumatera Utara