BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air...

22
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daerah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing. Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten/kota didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab: 1. Kewenangan Otonomi Luas Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua bidang pemerintahan kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiscal agama serta kewenangan dibidang lainnya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Disamping itu

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Otonomi Daerah

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian

otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga

sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan

cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan

bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali

sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.

Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004,

bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten/kota

didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan

bertanggung jawab:

1. Kewenangan Otonomi Luas

Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua bidang

pemerintahan kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,

peradilan, moneter dan fiscal agama serta kewenangan dibidang lainnya

ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Disamping itu

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

11

keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat

dalam penyelenggaraan mulai dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

2. Otonomi Nyata

Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan

kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan

diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang di daerah.

3. Otonomi Yang Bertanggung Jawab

Otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan

pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan

kewenangan kepada daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi

berupa peningkatan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,

pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta

pemeliharaan hubungan yang sehat antara pusat dan daerah serta antar

daerah dalam rangka menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 7, 8, 9 tentang

Pemerintah Daerah, ada 3 dasar sistem hubungan antara pusat dan daerah

yaitu:

1. Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

12

2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah kepada

Gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau kepada instansi vertikal di

wilayah tertentu

3. Tugas perbantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan

atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan

mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

2.2 Pendapatan Daerah

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu. Pendapatan daerah

berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang

berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain

pendapatan yang sah.

Pendapatan daerah merupakan penerimaan yang sangat penting bagi

pemerintah daerah dalam menunjang pembangunan daerah guna membiayai

proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan daerah. Pendapatan daerah sebagai

penerimaan kas daerah merupakan sarana pemerintah daerah untuk

melaksanakan tujuan, mengoptimalkan kemakmuran rakyat yaitu

menumbuh kembangkan masyarakat disegala bidang kehidupan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

13

2.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan

Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut

PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Halim (2004:67), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada BAB V

(lima) nomor 1 (satu) disebutkan bahwa pendapatan asli daerah bersumber

dari:

1. Pajak Daerah

Menurut UU Nomor 28 tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya

disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Berdasarkan UU nomor 28 tahun 2009 pajak

kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa sebagai berikut, Pajak Hotel,

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

14

Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan

Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak

Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan, dan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan. Seperti halnya dengan pajak pada umumnya, pajak

daerah mempunyai peranan ganda yaitu:

a. Sebagai sumber pendapatan daerah (budegtary)

b. Sebagai alat pengatur (regulatory)

2. Retribusi Daerah

Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, melalui Undang-undang Nomor 28

Tahun 2009. Dengan UU ini dicabut UU Nomor 18 Tahun 1997,

sebagaimana sudah diubah dengan UU Nomor 34 Tahun 2000.

Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah yang baru di satu sisi

memberikan keuntungan daerah dengan adanya sumber-sumber

pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa sumber pendapatan

asli daerah yang harus dihapus karena tidak boleh lagi dipungut oleh

daerah, terutama berasal dari retribusi daerah. Menurut UU Nomor 28

Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat

dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan

retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi

perizinan tertentu.

a. Retribusi Jasa Umum

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

15

Adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah

daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta

dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b. Retribusi Jasa Usaha

Adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Adalah pungutan daerah sebagai pembayarann atas pemberian

izin tertentu yang khusus diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.

3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan. Undang-undang nomor 33 tahun 2004

mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dirinci menurut menurut objek pendapatan yang

mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan

milik negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan modal pada

perusahaan milik swasta maupun kelompok masyarakat.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

16

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan Pendapatan

Asli Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan

daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan ini juga merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah

daerah. Undang-undang nomor 33 tahun 2004 mengklasifikasikan

yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang sah meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.

b. Jasa giro.

c. Pendapatan bunga.

d. Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan, pengadaaan barang ataupun jasa oleh pemerintah.

Dana perimbangan berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 19 yaitu

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Tujuan dari dana perimbangan

yaitu untuk mengurangi kesenjangan pada bagian fiskal yang terjadi

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.UU No.32 Tahun 2004

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

17

Pasal 159 sampai Pasal 162 menyebutkan bahwa dana perimbangan

terdiri dari:

1. Dana Bagi Hasil

Bersumber dari pajak dan sumber daya alam, seperti minyak bumi,

pertambangan umum, kehutanan, perikanan, panas bumi.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai

kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan

prioritas nasional.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah dalam UU Nomor 32 Tahun 2004

Pasal 164 angka 1 menjelaskan bahwa pendapatan daerah yang sah

merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan,

yang meliputi : hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang

ditetapkan pemerintah.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

18

2.4 Pajak dan Pajak Daerah

2.4.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Sumitro (dalam Mardiasmo, 2009:1)

yaitu ”Pajak merupakan iuran rakyat pada kas negara berdasarkan

Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga

atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Kententuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib

pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

“Pajak merupakan iuran wajib rakyat bagi negara berupa uang yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

mendapatkan imbalan dan digunakan untuk membiayai keperluan atau

pengeluaran umum negara dalam rangka pembangunan nasional dan

kemakmuran rakyat.”

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

19

2.4.2 Fungsi Pajak

Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara yang berperan

penting dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan nasional

sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan hal

tersebut, maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu;

1. Fungsi Anggaran (budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh

yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam

negeri.

2. Fungsi Mengatur (regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu

dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga

konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap

barang mewah.

3. Fungsi Stabilitas

Pajak sebagai fungsi stabilitas, sehingga pemerintah memiliki dana

untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas

harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal ini bisa dilakukan

dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan

pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

20

4. Fungsi Alokasi

Kas negara yang telah terisi dan bersumber dari pajak yang telah

terhimpun, harus dialokasikan untuk pembiayaan pembangunan

dalam segala bidang.

5. Fungsi Distribusi

Wajib pajak harus membayar pajak, pajak tersebut digunakan

sebagai biaya pembangunan dalam segala bidang. Pemakaian pajak

untuk biaya pembangunan tersebut, harus merata ke seluruh pelosok

tanah air agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmatinya

bersama.

2.4.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak yang dikenal di Indonesia ada 3 (tiga),

yaitu:

1. Official Assesment System

Official Assesment System merupakan suatu sistem pemungutan

pajak yang kewenangan pemungutannya dilakukan oleh aparatur

pajak (fiskus), dimana fiskus berkewajiban untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang dari Wajib Pajak (dalam hal ini Wajib

Pajak bersifat pasif). Wajib Pajak baru akan mengetahui besarnya

pajak yang harus dibayar setelah mendapatkan Surat Ketetapan

Pajak (SKP).

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

21

2. Self Assesment System

Self Assesment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak

dimana wewenang sepenuhnya untuk melakukan perhitungan

besarnya pajak yang terutang ada pada Wajib Pajak yang

bersangkutan, dimana Wajib Pajak harus aktif untuk menghitung,

menyetor, dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP),

sedangkan fiskus hanya memberikan informasi serta pengawasan

kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.

3. With Holding System

With Holding System merupakan sistem pemungutan pajak dimana

wewenang dalam pemungutannya diberikan kepada pihak ketiga

untuk memungut dan memotong besarnya pajak yang terutang.

2.4.4 Pengertian Pajak Daerah

Menurut Mardiasmo dalam buku Perpajakan (2009:93) mengatakan

bahwa “Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut daerah berdasarkan

peraturan yang ditetapkan oleh daerah (melalui Peraturan daerah) untuk

kepentingan pembiayaan rumah tangga Pemerintah Daerah.”

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi suatu potensi

pendapatan agar dapat menjadi obyek pengenaan pajak daerah yaitu

(Davey, 1988):

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

22

1. Kecukupan dan elastisitas penerimaan dari suatu pajak harus

menghasilkan penerimaan yang mampu membiayai biaya pelayanan

yang akan dikeluarakan.

2. Pemerataan (keadilan) prinsipnya adalah beban pengeluaran

pemerintah daerah harus ditanggung oleh semua golongan dalam

masyarakat sesuai dengan kesanggupannya.

3. Kemampuan / kelayakan administrasi berbagai jenis pajak didaerah

sangat berbeda-beda dalam jumlah, integritas dan keputusan yang

diperlukan dalam administrasinya.

4. Kesepakatan politik keputusan pembebanan pajak sangat tergantung

pada kepekaan masyarakat tentang pajak dan nilai-nilai yang berlaku

disuatu daerah.

5. Diskorsi terhadap perekonomian implikasi pajak yang secara

minimal berpengaruh terhadap perekonomian.

2.4.5 Jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 jenis-jenis

pajak daerah terdiri dari:

1. Jenis Pajak Propinsi

a. Pajak kendaraan Bermotor;

b. Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan; dan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

23

e. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak Kabupaten atau Kota

a. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

b. Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

c. Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah atas penyelenggaraan suatu daerah.

d. Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah atas penyelenggaraan reklame.

e. Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah daerah atas penggunaan tenaga listrik, baik yang

dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak yang

dipungut oleh pemerintah daerah atas kegiatan pengambilan

mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di

dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

24

g. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik

yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat

penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor

yang memungut biaya.

h. Pajak Air Tanah

Pajak Air Tahah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah daerah atas kegiatan pengembalian dan/atau

pengusahaan sarang burung walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah

pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas bumi dan/atau

bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh

orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan

untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

25

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah

pajak ats perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan

hak atas tanah dan/atau bangunan adalah perbuatan atau

peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas

tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

2.5 Efektivitas dan Efisiensi

2.5.1 Pengertian Efektifitas

Istilah efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu “effective” yang

berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun

program, dimana dapat dikatakan efektif apabila tercapai tujuan ataupun

sasaran seperti yang telah ditentukan.

Agung (2005:109) mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah

kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau

misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya

tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.”

Menurut Sedarmayanti (2009:59) bahwa “Efektivitas merupakan

suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat

dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

26

sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian

utama.”

Hans Kartikahadi (dalam Sukrisno, 2004:182) mengemukakan

bahwa “Efektivitas dimaksud bahwa produk akhir suatu kegiatan operasi

telah mencapai tujuannya, baik ditinjau dari segi kualitas kerja, kuantitas

hasil kerja, maupun batas waktu yang ditargetkan”, sedangkan menurut

Ruchyat Kosasih bahwa “Efektivitas diartikan sebagai perbandingan

masukan-keluaran dalam berbagai kegiatan, sampai dengan pencapaian

tujuan yang ditetapkan, baik ditinjau dari kuantitas (volume) hasil kerja,

kualitas kerja maupun batas waktu yang ditargetkan.”

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa “Efektivitas merupakan suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keberhasilan dan tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya berdasarkan kuantitas, kualitas, maupun waktu

yang ditentukan.”

2.5.2 Pengertian Efisiensi

Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari

segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang

dijalankan. Efisiensi juga dapat dijelaskan sebagai pencapaian output

maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu. Jika output yang

dihasilkan lebih besar dari pada sumber daya yang digunakan maka

semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

27

Untuk mengukur tingkat efisiensi penerimaan pajak daerah dengan

membandingkan antara biaya pemungutan pajak daerah yang dikeluarkan

dengan realisasi penerimaan pajak daerah. Semakin kecil tingkat efisien

berarti semakin baik kinerjanya. Yang dimaksud output yaitu biaya yang

dikeluarkan dalam upaya pemungutan pajak daerah.

2.5.3 Efektivitas Pajak Daerah

Efektivitas pajak daerah menunjukkan kemampuan pemerintah

daerah dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah

penerimaan pajak daerah yang ditargetkan (Puspitasari, 2014).

Tabel 2.1

Klasifikasi Kriteria Nilai Efektivitas Pajak Daerah

Prosentase Kriteria

diatas 100 % sangat efektif

90 - 100 % Efektif

80 - 90 % cukup efektif

60 - 80 % kurang efektif

kurang dari 60 % tidak efektif

Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996

2.5.4 Kontribusi Pajak Daerah

Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah

memberikan sumbangan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

28

(PAD). Untuk mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan

penerimaan pajak daerah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada

periode tertentu. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula

peranan pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), begitu

pula sebaliknya jika hasil perbandingannya terlalu kecil berarti peranan

pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga kecil

(Mahmudi, 2010:145).

Tabel 2.2

Klasifikasi Kriteria Kontribusi Persentase Pajak Daerah

Prosentase Kriteria

0 – 10 % sangat kurang

10 - 20 % Kurang

20 - 30 % Sedang

30 - 40 % cukup baik

40 - 50 % Baik

Diatas 50 % sangat baik

Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

29

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

No.

Peneliti

dan

Tahun

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Puspitasari

(2014)

Analisis Efektivitas,

Efisiensi, dan Kontribusi

Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah Terhadap PAD

Kabupaten Blora Tahun

2009-2013

Hasil dari penelitian

adalah tingkat efektivitas

untuk pajak daerah dan

retribusi daerah selama

tahun 2009-2013 masuk

dalam kategori sangat

efektif. Kontribusi pajak

daerah terhadap

pendapatan asli daerah

Kabupaten Blora dari

tahun 2009 sampai dengan

tahun 2013 kurang

berkontribusi.

2 Boby

Fandhi

Putra

(2014)

Analisis Efektivitas

Penerimaan Dan Kontribusi

Retribusi Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah.

(Studi Pada Dinas Pengelola

Keuangan Daerah Kota

Blitar)

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

tingkat efektivitas

penerimaan retribusi

daerah berdasarkan jenis-

jenisnya selama periode

2008-2012 secara

keseluruhan sudah efektif.

Tetapi kontribusi retribusi

daerah terhadap

pendapatan asli daerah

selama periode tersebut

masih kurang, serta

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

30

program intensifikasi dan

ekstensifikasi yang

dilakukan pemerintah

belum optimal.

3 Ryfal

Yoduke

(2015)

Analisis Efektivitas, Efisiensi

Pajak Daerah Dan Retribusi

Daerah Serta Kontribusi

Terhadap Pendapatan Asli

Daerah Di Kabupaten Bantul

Tahun 2009-2014

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

tingkat efektivitas pajak

daerah tahun 2009, 2011,

2012, 2013, dan 2014

sangat efektif dan di tahun

2010 efektif.

4 Candra

Romanda

(2015)

Kontribusi dan Efektivitas

Pajak Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Musi Banyuasin

Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan hasil analisis

penelitian diketahui bahwa

tingkat rata-rata pajak

daerah memberikan

kontribusi bagi pendapatan

asli daerah selama tahun

2010-2014 masih rendah

(kurang) yaitu sebesar

15,41 %, sedangkan

efektivitas pajak daerah

tahun 2010, 2011, dan

2014 termasuk kategori

sangat efektif dan untuk

tahun 2012 dan 2103

termasuk kategori efektif.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daeraheprints.mercubuana-yogya.ac.id/1792/3/BAB II.pdf · Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,

31

5 Nona

Nelly

Bawuna

(2016)

Analisis Efektivitas Kinerja

Penerimaan Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Siau Tagulandang

Biaro

Berdasarkan hasil

penelitian mengacu pada

analisis efeketivitas Pajak

Daerah sangat efektif

sedangkan Retribusi

Daerah cukup efektif.