BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan...

21
BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosial Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia ini adalah kesejahteraan. Baik yang tinggal di kota maupun yang di desa, semua mendambakan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera lahir dan bathin. Namun, dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia tak selamanya dalam kondisi sejahtera. Pasang surut kehidupan ini membuat manusia selalu berusaha untuk mencari cara agar tetap sejahtera. Mulai dari pekerjaan kasar seperti buruh atau sejenisnya, sampai pekerjaan kantoran yang bisa sampai ratusan juta gajinya dilakoni oleh manusia. Jangankan yang halal, yang harampun rela dilakukan demi kesejahteraan hidup. Secara umum, istilah kesejahteran sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perwatan kesehatan. Pengertian kesejahteraan sosial juga menunjuk pada segenap aktifitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups). Penyelenggaraan berbagai skema perlindungan sosial (social protection) baik yang bersifat formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial (Suharto, 2009). Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan...

Page 1: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

BAB II

Landasan Teori

2.1. Kesejahteraan Sosial

Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia ini adalah

kesejahteraan. Baik yang tinggal di kota maupun yang di desa, semua

mendambakan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera lahir dan bathin. Namun,

dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia tak selamanya dalam

kondisi sejahtera. Pasang surut kehidupan ini membuat manusia selalu berusaha

untuk mencari cara agar tetap sejahtera. Mulai dari pekerjaan kasar seperti buruh

atau sejenisnya, sampai pekerjaan kantoran yang bisa sampai ratusan juta gajinya

dilakoni oleh manusia. Jangankan yang halal, yang harampun rela dilakukan demi

kesejahteraan hidup.

Secara umum, istilah kesejahteran sosial sering diartikan sebagai kondisi

sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk

kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,

perumahan, pendidikan dan perwatan kesehatan. Pengertian kesejahteraan sosial

juga menunjuk pada segenap aktifitas pengorganisasian dan pendistribusian

pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang

beruntung (disadvantage groups). Penyelenggaraan berbagai skema perlindungan

sosial (social protection) baik yang bersifat formal maupun informal adalah

contoh aktivitas kesejahteraan sosial (Suharto, 2009).

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai

tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik,

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

taraf hidup yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik

belaka, tapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan

spiritual. Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai kondisi sejahtera dari suatu

masyarakat, kesejahteraan sosial pada umumnya meliputi kesehatan, keadaan

ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. Di Indonesia kesejahteraan

sosial dijamin oleh UUD 1945 pasal 33 dan pasal 34. Dalam UUD 1945 jelas

disebutkan bahwa kemakmuran rakyat yang lebih diutamakan dari pada

kemakmuran perseorangan, fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh

negara. Namun pada kenyataannya hingga saat ini masih banyak rakyat Indonesia

yang hidup di bawah garis kemiskinan dan terlantar tidak mendapatkan perhatian.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga

berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan

kehidupan yang lebih baik. Pembangunan tidak hanya dapat dilihat dari aspek

pertumbuhan saja. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya menerapkan

paradigma pertumbuhan semata adalah munculnya kesenjangan antara kaya

miskin, serta pengangguran yang merajalela. Pertumbuhan selalu dikaitkan

dengan peningkatan pendapatan nasioanal (gross national products) (Todaro,

1998).

Menurut Jayadinata (1999), bahwasanya pembangunan meliputi tiga

kegiatan yang saling berhubungan, antara lain:

1. Menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan

serta kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan

terbesar (dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat;

2. Memilih tujuan yang sesuai untuk mencapai tujuan itu;

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat.

Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan usaha yang terencana dan

melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial

untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial,

serta memperkuat institusi-institusi sosial (Suharto, 1997). Lebih lanjut Suharto

(2009), menyatakan bahwasanya tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah

untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup:

1. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan

jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok

masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan

perlindungan sosial;

2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan system dan kelembagaan

ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat

kemanusiaan;

3. Penyempurnaan kebebesan melalui perluasan aksesibilitas dan pilihan-

pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar

kemanusiaan.

Apabila fungsi pembangunan nasional disederhanakan, maka ia dapat

dirumuskan dalam tiga tugas utama yang mesti dilakukan sebuah Negara-bangsa

(nation-state), yakni pertumbuhan ekonomi (economic growth), perawatan

masyarakat (community care) dan pengembangan manusia (human development).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

Fungsi pertumbuhan ekonomi mengacu pada bagaimana melakukan “wirausaha”

(misalnya melalui industrialisasi, penarikan pajak) guna memperoleh pendapatan

financial yang diperlukan untuk membiayai kegiatan pembangunan. Fungsi

perawatan masyarakat menunjuk pada bagaimana merawat dan melindungi warga

Negara dari berbagai macam risiko yang mengancam kehidupannya (misalnya

menderita sakit, terjerembab kemiskinan atau tertimpa bencana alam dan sosial).

Sedangkan fungsi pengembangan manusia mengarah pada peningkatan

kompetensi Sumber Daya Manusia yang menjamin tersedianya angkatan kerja

yang berkualitas yang mendukung mesin pembangunan. Agar pembangunan

nasioanal berjalan optimal dan mampu bersaing di pasar global, ketiga aspek

tersebut harus dicakup secara seimbang.

Gambar 2.1 Pembangunan Kesejahteraan Sosial dalam Konteks

Pembangunan Nasional Berdasarkan Indonesian Human Devalopment Report 2004 bahwasanya

Kesejahteraan masyarakat pada dasarnya adalah buah dari pelayanan publik yang

dilakukan pemerintah. Dengan pelayanan publik yang baik maka kesejahteraan

masyarakat juga berpeluang besar untuk membaik. Kesejahteraan masyarakat

Pertumbuhan Ekonomi

(Keuangan, Industri)

Perawatan Masyarakat (Kesehatan,

Kesejahteraan Sosial)

Pengembangan Manusia

(Pendidikan)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

sendiri dapat dilihat dari berbagai indikator. Salah satu indikator yang dapat

dipakai adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur capaian

umum suatu daerah dalam tiga dimensi utama pembangunan manusia, yaitu

panjangnya usia (diukur dengan angka harapan hidup), pengetahuan (diukur

dengan capaian pendidikan), dan kelayakan hidup (diukur dengan pendapatan

yang telah disesuaikan).

2.1.1. Masalah Kesejahteraan Sosial

Menurut Fadhil Nurdin (1990), timbulnya masalah-masalah yang berkaitan

dengan kesejahteraan sosial disebabkan oleh 5 hambatan:

1. Ketergantungan Ekonomi. Ketergantungan ekonomi merupakan

hambatan utama yang menyebabkan adanya berbagai masalah. Hal ini

dapat dilihat pada kesulitan yang dialami individu, kelompok dan

masyarakat. Sebab dari Ketergantungan ekonomi sebagian besar

disebabkan kurangnya pendapatan sehingga tidak dapat memenuhi

standar kehidupan minimal dalam kehidupannya, atau ketidakmampuan

mengelola pendapatan mereka yang seharusnya dapat mencukupi. Dari

hambatan tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah social antara

lain kemiskinan;

2. Ketidakmampuan Menyesuaikan Diri. Ketidakmampuan menyesuaikan

diri ini timbul dari masalah kemiskinan dan emosional, yaitu

ketidakmampuan menyesuaikan diri. Hal ini merupakan jenis hambatan

yang dikenal dengan istilah “hambatan sosial psikologis”. Masalah yang

apat timbul dari permasalahan ini antara lain: seseorang mengalami

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

perubahan, baik sikap maupun perilakunya dalam berinteraksi dengan

orang lain dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma yang

berlaku di lingkungan tertentu. Masalah-masalah penyesuaian diri dapagt

menimbulkan berbagai bentuk masalah seperti kenakalan remaja,

pelacuran dan lain sebagainya;

3. Kesehatan Yang Buruk. Kesehatan yang buruk dapat disebabkan

beberapa factor: lingkungan yang buruk atau kotor, adanya berbagai

penyakit dan ketidakmengertian anggota masyarakat itu sendiri. Ketiga

factor tersebut berkaitan pula dengan kemiskinan dan kurangnya

pendidikan. Persoalan-persoalan yang bersumber dari berbagai factor

diatas dapat menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan

penyakit-penyakit menular, kekurangan gizi, yang akhirnya menuju

kematian;

4. Rekreasi dan Pengisian Waktu Senggang. Rekreasi dan pengisian waktu

senggang merupakan kebutuhan yang fundamental bagi kehidupan

seseorang serta memiliki fungsi-fungsi lain untuk memberikan

keseimbangan dalam kehidupan seseorang, pembebasan dari suasana

rutin yang terus menerus, penyegaran dari beban pikiran dan tanggung

jawab yang berat, atau perasaan jenuh selama bejerja di kantor. Perlunya

memperhatikan rekreasi dan pengisian waktu luang yang positif setiap

ada waktu luang yang digunakan dengan baik sifatnya cenderung

digunakan secara negative. Pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai

macam masalah seperti kenakalan remaja, perkelahian, penyalahgunaan

narkoba, pembunuhan, pencurian dan perampokan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

5. Kondisi Sosial, Penyediaan dan Pengelolaan Pelayanan Sosial yang

Kurang atau Tidak Baik. Kondisi sosial, penyediaan dan pengelolaan

pelayanan sosial yang kurang atau tidak baik misalnya keadaan

lingkungan pergaulan yang buruk sehingga dapat dengan kuat

mempengaruhi kepribadian individu. Demikian pula halnya dengan

penyediaan dan pengelolaan pelayanan sosial yang kurang atau tidak

baik, akan mengakibatkan hasil pelayanan yang kurang memadai

terhadap para pengguna pelayanan tersebut. Misalnya, kurangnya

kualitas pelayanan rumah sakit, kurangnya sarana pendidikan yang

memadai dan sebagainya. Masalah-masalah dapat ditimbulkan oleh

kondisi social, pelayanan yang kurang atau tidak baik dapat menjangkau

penerima pelayanan.

Paling tidak, kelima jenis hambatan diatas (selain banyak lagi masalah

sosial lainnya yang belum teridentifikasi) merupakan dasar atau sumber timbulnya

masalah-masalah kesejahteraan sosial masyarakat yang mau tidak mau harus

diatasi, tidak hanya oleh masing-masing individu, melainkan oleh pemerintah

daerah.

2.1.2. Penyebab Kemiskinan Masyarakat Desa Sebagai Salah Satu Masalah Kesejahteraan Sosial

Dari hasil penelitian Gayo (2001), setidaknya dapat disimpulkan,

bahwasanya terdapat beberapa faktor utama penyebab semakin terpuruknya

kondisi ekonomi masyarakat desa baik itu petani, nelayan, perajin, peternak dan

buruh, faktor-faktor tersebut antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

1. Kuatnya posisi pedagang perantara yang didukung oleh birokrat

perdesaan yang juga turut menikmati sebagian keuntungan dari

mekanisme pasar yang tidak berpihak pada petani;

2. Seluruh pasar baik lokal, regional maupun ekspor umumnya telah

dikuasai pedagang dengan distribusi income yang semakin tidak adil bagi

produsen di perdesaan;

3. Bantuan-bantuan yang berasal dari pemerintah jumlahnya sangat kecil

yang benar-benar sampai kepada masyarakat yang menjadi target;

4. Tingkat pendidikan masyarakat desa yang relatif rendah sehingga tidak

mampu menerma modernisasi dalam upaya meningkatkan teknologi

untuk mengefesienkan kegiatan ekonomi mereka.

Tujuan pengembangan perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat perdesaan secara bertahap, pola yang dapat diterapkan untuk

mewujudkannya antara lain:

1. Pembentukan lembaga koperasi oleh masyarakat, agar masyarakat

mampu melaksanakan processing, pemasaran dan melindungi dirinya

dari ulah para spekulan;

2. Pengembangan produk pertanian unggulan yang berkaulitas dan berdaya

saing tinggi;

3. Peningkatan kesempatan berusaha dan bekerja guna peningkatan

pendapatan;

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

4. Pengemabangan lembaga-lembaga pemerintah untuk memfasilitasi

kebutuhan modal, kegiatan usaha dan pengembangan sumber daya

manusia di perdesaan.

Kini pendekatan pengembangan perdesaan dilaksanakan secara holistik

melalui core business yakni penyediaan sarana dan prasarana dasar perdesaan

dengan memprhatikan kelestarian lingkungan, sehingga dicapai pembangunan

yang berkelanjutan. Pengembangan perdesaan melalui bina manusia, bina

lingkungan dan bina usaha (Tribina).

Sedangkan bina usaha meliputi usaha-usaha pengembangan agribisnis,

industry kecil/pengolahan, kerajinan rakyat, pariwisata (agro-eko-kultur). Semua

itu termasuk ditribusi dan pemasarannya serta pemanfaatan sumber daya alam,

diimbangi dengan tumbuhnya agropolitan.

Konsep dan pendekatan baru tersebut, menurut M.Yusuf Gayo, merupakan

solusi jitu bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di perdesaan. Jadi tantangan

kedepannya adalah mewujudkan hal tersebut.

2.2. Alokasi Dana Kampung

2.2.1. Pengertian Alokasi Dana Kampung

Alokasi Dana Kampung merupakan komponen penting yang diharapkan

mendorong kemandirian pemerintahan kampung dalam mengelola keuangan dan

pertanggungjawabannya secara transparan. Alokasi Dana Kampung merupakan

wujud nyata upaya untuk mengangkat derajat dan martabat kehidupan masyarakat

kampung/desa yang berlandaskan otonomi desa dalam melaksanakan tugas

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

pemerintahan yang terdiri dari kewenangan, pembangunan, dan keuangan desa.

Alokasi Dana Kampung (ADK) adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk kampung (menjadi hak kampung), yang bersumber dari

bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota. Alokasi Dana Kampung merupakan instrument penting untuk

terselenggaranya otonomi dan desentralisasi di tingkat kampung. Pelaksanaan

alokasi dana kampung sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004

tentang pemerintahan daerah yang bertujuan untuk mengembangkan pemerintahan

kampung yang mandiri dan mampu menjalankan fungsi desentralisasi. Alokasi

Dana Kampung merupakan bagian keuangan kampung yang diperoleh dari bagi

hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah

yang diterima oleh Kabupaten. Berdasarkan Peraturan Bupati Gayo Lues Nomor

16 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Alokasi Dana Kampung bahwa

besaran Alokasi Dana Kampung minimal 10% (sepuluh persen) dari dana

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten setelah

dikurangi belanja aparatur. Hal tersebut telah sesuai dengan peraturan menteri

dalam negeri nomor 37 tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa

pada pasal 18 bahwasanya Alokasi Dana Desa berasal dari APBD

Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat

dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/kota untuk desa paling sedukit 10%

(sepuluh persen). Alokasi Dana Kampung merupakan bagian dari pendapatan

kampung yang dimasukkan kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung

(APBKp) yang disusun melalui musyawarah kampung dan ditetapkan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

Qanun Kampung setelah mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan

Kampung.

Alokasi Dana Kampung dimaksudkan untuk membiayai program

pemerintahan Kampung dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan,

pembangunan, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari Alokasi

Dana Kampung adalah

1. Menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan;

2. Meningkatkan kemandirian kampung dalam penyusunan perencanaan

dan penganggaran pembangunan ditingkat kampung dan pemberdayaan

masyarakat;

3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur skala kampung;

4. Meningkatkan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka

peningkatan sosial kemasyarakatan;

5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

6. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat kampung dalam rangka

pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

7. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat;

8. Meningkatkan pendapatan kampung dan masyarakat kampung melalui

badan usaha milik kampung (BUMK).

2.2.2. Dasar Hukum Pelaksanaan Alokasi Dana Desa/Kampung

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 212 ayat 3 yang berbunyi: sumber pendapatan desa terdiri dari;

1) Pendapatan asli desa;

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

2) Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

3) Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang

diterima oleh Kabupaten/Kota;

4) Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

Kabupaten/Kota;

5) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa (Pasal 68

ayat 1 huruf c)

3. Surat Edaran Mendagri Nomor 140/640/SJ tertanggal 22 Maret 2005

Tentang Pedoman Alokasi Dana Desa yang ditujukan kepada pemerintah

Kabupaten/kota

4. Surat Edaran Mendagri Nomor.140/286/SJ tertanggal 17 Februari 2006

tentang Pelaksanaan Alokasi Dana Desa

5. Surat Edaran Mendagri No. 140/1841/SJ tertanggal 17 Agustus 2006

tentang perintah penyediaan Alokasi Dana Desa kepada Provinsi

(evaluator) dan Kabupaten/kota sebagai pelaksana.

6. Peraturan Bupati Gayo Lues Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Pedoman

Pengelolaan Alokasi Dana Kampung

2.2.3. Prinsip Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Kampung

Pengelolaan Alokasi Dana Kampung harus menyatu di dalam pengelolaan

APBKp, sehingga prinsip pengelolaan Alokasi Dana Kampung sama persis

dengan pengelolaan APBKp, yang harus mengikuti prinsip-prinsip good

governance:

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

1. Partisipatif

Proses pengelolaan Alokasi Dana Kampung, sejak perencanaan,

pengambilan keputusan sampai dengan pengawasan serta evaluasi harus

melibatkan banyak pihak. Artinya, dalam mengelola Alokasi Dana Kampung

tidak hanya melibatkan para elit desa saja (Pemerintah Kampung, BPK, Pengurus

LKMK ataupun tokoh-tokoh masyarakat), tetapi juga harus melibatkan

masyarakat lain seperti petani, kaum buruh, perempuan, pemuda, dan sebagainya.

Sebagai contoh, dalam musrenbangdes di Desa Tanjungan Klaten, agar

seluruh pihak dapat terlibat maka musyawarah dilakukan di lapangan terbuka

(bukan di kantor desa) pada malam hari. Bahkan anak-anak pun dapat difasilitasi

keterlibatannya melalui kegiatan menggambar. Mereka diminta untuk

menggambarkan desa seperti apa yang mereka harapkan sekaligus menyampaikan

apa saja sarana yang mereka butuhkan.

2. Transparan

Semua pihak dapat mengetahui keseluruhan proses secara terbuka. Selain

itu, diupayakan agar masyarakat desa dapat menerima informasi mengenai tujuan,

sasaran, hasil, manfaat yang diperolehnya dari setiap kegiatan yang menggunakan

dana ini.

Sebagai contoh, pada beberapa desa di Sanggau-Kalimantan Barat,

catatan/hasil dari setiap pertemuan, perencanaan dan penggunaan anggaran di

kampung ditempelkan di tempat-tempat umum, sehingga seluruh masyarakat

dapat membacanya.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

3. Akuntabel

Keseluruhan proses penggunaan Alokasi Dana Kampung, mulai dari usulan

peruntukkannya, pelaksanaan sampai dengan pencapaian hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan di depan seluruh pihak terutama masyarakat kampung.

Sebagai contoh, di Desa Wiladeg Gunung Kidul dalam setiap pembahasan

program dan anggaran dilakukan oleh pemerintah desa beserta masyarakat dan

disiarkan langsung melalui radio komunitas. Sehingga masyarakat bisa

memahami argumentasi setiap pos-pos anggaran dan keluaran yang dicapai.

4. Kesetaraan

Semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan Alokasi Dana Kampung

mempunyai hak dan kedudukan yang sama.

Sebagai contoh, di Komunitas Sedulur Sikep (masyarakat Samin) – Jawa

Tengah, ketika membahas suatu persoalan, maka setiap orang memiliki hak bicara

yang sama dan terdapat semacam aturan bahwa setiap orang harus mempunyai

pendapatnya sendiri untuk masalah yang dibahas.

Peruntukkan Alokasi Dana Kampung seharusnya dimusyawarahkan antara

Pemerintah Kampung dengan Masyarakat Kampung serta pihak lainnya (BPK,

Lembaga Adat, LSM, dll) untuk kemudian dituangkan dalam Peraturan Kampung

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKp) tahun yang

bersangkutan.

Sebagai langkah awal, kampung harus terlebih dahulu merencanakan

penggunaan APBKp (dimana Alokasi Dana Kampung masuk ke dalamnya)

berdasarkan penggalian kebutuhan dari masyarakatnya. Hal ini tentu saja berbeda

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

dengan masa lalu, dimana program untuk desa direncanakan dan ditetapkan dari

atas (oleh dinas/instansi pemerintah Kabupaten/ kota terkait), bukan berasal dari

kebutuhan yang sebenarnya di desa/kampung. Sehingga, meskipun programnya

baik tetapi sering tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh kampung.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 64, mengamanatkan

bahwa setiap desa harus menyusun RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa) 5 tahunan. Dan selanjutnya RPJMDes dirinci menjadi RKPDes

(Rencana Kerja Pembangunan Desa) Tahunan. Secara umum, tahapan yang biasa

dilakukan dalam proses perencanaan dan penganggaran RKPKp adalah sebagai

berikut: Dengan adanya Alokasi Dana Kampung, kampung memiliki tambahan

dana yang lebih besar, sehingga bisa lebih leluasa untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat kampung. Selain itu, yang terpenting masyarakat dapat

langsung merealisasikan beberapa kebutuhannya yang kemudian dituangkan

dalam dokumen perencanaan di tingkat kampung.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

Tabel 2.1 Perencanaan Kampung/Desa Secara Partisipatif

Kegiatan Mekanisme Pihak yang Terlibat I. Tahap Perencanaan Pembangunan Desa A. Menyusun usulan-

usulan kegiatan pembangunan dusun/kampung/RT/RW

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dusun/kampung/RT/RW

Seluruh warga, Kepala Dusun, Ketua RT/RW. Kelompok-kelompik masyarakat yang ada di dusun serta lembaga terkait lainnya (LSM, Lembaga Adat, dll)

B.1.Membahas Usulan kegiatan pembangunan yang diajukan dusun/kampung/RT/RW

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa

Kepala Desa, Kepala Dusun, Masyarakat dan lembaga yang ada di desa (LSM, Lembaga Adat, dll)

B.2.Menyusun skala prioritas kegiatan pembangunan

B.3.Mengkonsultasikan hasil prioritas kegiatan pembangunan

B.4.Menyusun Usulan yang diterima dalam format APBDes (pos-pos pendapatan belanja)

B.5.Pengajuan RAPBDes untuk dibahas oleh BPD

II. Tahap Pembahasan Anggaran Desa A.1.Mengkonsultasikan

RAPBDes ke masyarakat melalui BPD

Rapat/musyawarah BPD, Masyarakat Desa dan lembaga yang ada di desa (LSM, Lembaga Adat, dll)

A.2.Penyusunan tanggapanb, koreksi, dan usulan perbaikan

A.3.Perumusan dan Penetapan persetujuan

B. Penetapan pengesahan dan pengundangan (menjadi Perdes mengenai APBDes)

Rapat paripurna pengesahan RAPBDes

Kepala Desa, BPD, Masyarakat

C. Sosialisasi Pengumuman dan sosialisasi melalui saluran-saluran komunikasi yang ada di desa

Forum Pengembangan Pembaharuan Desa

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

2.2.4. Rumus Penetapan Alokasi Dana Kampung

Berdasarkan Peraturan Bupati Gayo Lues Nomor 16 Tahun 2009 Tentang

Pedoman Pengelolaan Alokasi Dana Kampung bahwa rumus yang digunakan

dalam penetapan Alokasi Dana Kampung untuk masing-masing kampung adalah:

1. Azas merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Kampung yang sama

untuk setiap kampung, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Kampung

Minimal (ADKMx);

2. Azas adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Kampung berdasarkan

nilai bobot kampung (BKx) yang dihitung dengan rumus dan variabel

independent utama (misalnya: kemiskinan, pendidikan dasar, kesehatan,

jumlah penduduk, luas wilayah) serta variabel independent tambahan

(misalnya: keterjangkauan, potensi ekonomi, partisipasi masyarakat,

jumlah dusun) yang selanjutnya disebut dengan Alokasi Dana Kampung

Proporsional (ADKPx).

3. Besaran prosentasi perbandingan antara azas merata dan azas adil yaitu

besaran Alokasi Dana Kampung Minimal (ADKM) minimal 60% dan

besaran Alokasi Dana Kampung Proporsional (ADKP) maksimal 40%

dari total jumlah Alokasi Dana Kampung.

2.2.5. Pengelolaan Alokasi Dana Kampung

Pengelolaan Alokasi Dana Kampung merupakan satu kesatuan dengan

pengelolaan keuangan kampung oleh sebab itu pengelolaan Alokasi Dana

Kampung harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Untuk mengelola Alokasi

Dana Kampung, kampung harus mempersiapkan kelembagaan yang terdiri dari

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

tim pelaksana, tim pengawas dan tim evaluasi secara khusus. Tim-tim tersebut

dibutuhkan agar Alokasi Dana Kampung dapat terkelola dengan baik dan sesuai

dengan kepentingan masyarakat. Hal tersebut bercermin pada kebijakan masa lalu

dimana bantuan untuk kampung/desa dari pemerintah daerah Kabupaten/kota

secara kelembagaan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah Kabupaten/kota

tersebut, maka dengan adanya Alokasi Dana Kampung pelaksana program adalah

perangkat kampung bersama masyarakatnya.

Umumnya yang terjadi, kelembagaan pengelola Alokasi Dana Kampung

untuk tingkat Kabupaten/kota diserahkan kepada Kabupaten/kota terkait.

Demikian pula dengan desa, dimana kelembagaan pengelola Alokasi Dana

Kampung juga diserahkan kepada kepala kampung (Gecik) atau yang setingkat.

Yang terpenting dalam tim pengelola Alokasi Dana Kampung tersebut, adalah

mengupayakan agar proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan Alokasi

Dana Kampung tidak memakan proses birokrasi yang panjang dan berbelit-belit.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

2.3. Penelitian Sebelumnya

Sulistianto (2001), dalam penelitian Sulistianto yang berjudul “Pengaruh

Program dana Bantuan Desa Terhadap Perkembangan Desa Di Kecamatan

Stabat”. menunjukkan bahwa desa-desa di Kecamatan Stabat menyatakan ada

hubungan yang positif dan signifikan antara Dana Bantuan Desa dengan indikator

Perkembangan Desa dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1999.

Sinaga (2004), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Proyek

Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) Terhadap Pembangunan Desa di

Kecamatan Dolok Pangaribuan Kabupaten Simalungun” Dalam penelitian ini

menyatakan tujuan untuk menggambarkan proses dan peran masyarakat dalam

pelaksanaan Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) dan mengetahui

manfaat Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) di Kecamatan Dolok

Pangaribuan Kabupaten Simalungun. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) memberikan Pengaruh

yang positif terhadap Pembangunan Desa.

Purba (2007), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Partisipasi

Masyarakat Terhadap Program Bantuan Pembangunan Desa di Kecamatan

Gunung Malela Kabupaten Simalungun”. Dari penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa karakteristik umur, pendidikan serta pendapatan berpengaruh

positif terhadap partisipasi masyarakat, sehingga Partisipasi Masyarakat dapat

berpengaruh dalam keberhasilan program bantuan pembangunan desa.

Simanjuntak (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Alokasi

Dana Desa APBD Serdang Bedagai Terhadap Pengembangan Desa Di Kecamatan

Sei Rampah”. Bahwa terdapat perbedaan signifikan pendapatan rata-rata rumah

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

tangga sebelum dan setelah pelaksanaan alokasi dana desa di Kecamatan Sei

Rampah. Serta terdapat perbedaan tanggapan yang signifikan menurut pemimpin

desa dan masyarakat desa dalam pemanfaatan Alokasi Dana Desa di Kecamatan

Sei Rampah bagi peningkatan produksi, sedangkan sarana pendidikan dan

pembinaan pemuda tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

2.4. Kerangka Berpikir

Alokasi Dana Kampung merupakan salah satu alat dari Pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

khususnya di tingkat kampung. Pemerintah Kabupaten Gayo Lues melaksanakan

Alokasi Dana Kampung ke setiap kampung di Kabupaten Gayo Lues sebagai

wujud nyata pemenuhan hak kampung dalam membiayai program pemerintahan

kampung dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat di kampung. Alokasi Dana Kampung digunakan dalam pembangunan

fisik dan non fisik dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat kampung.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II Landasan Teori 2.1. Kesejahteraan Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31685/4/Chapter II.pdf · 3. Menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

APBD Kabupaten Gayo Lues

Alokasi Dana Kampung

Tercapainya Kesejahteraan

Masyarakat Kampung

Pembangunan Fisik Kampung:

1. Pembangunan Jalan 2. Pembangunan jembatan 3. Pembangunan irigasi 4. Pembangunan sarana

pendidikan tingkat kampung

Pembangunan Non Fisik Kampung:

1. Pemberdayaan masyarakat kampung

2. Pengurangan angka kemiskinan di kampung

3. Peningkatan usaha ekonomi masyarakat kampung

4. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat

5. Peningkatan kualitas pendidikan dasar

1. Peningkatan pendapatan masyarakat kampung

2. Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat kampung

3. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat kampung

Universitas Sumatera Utara