BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan...

20
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan Karakter 2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter Dewasa ini, wacana mengenai pendidikan karakter semakin mendapat perhatian dari berbagai pihak. Banyaknya fenomena yang mencerminkan degradasi moral dalam konteks kebangsaan telah membuat semua pihak khawatir dan prihatin. Tidak bisa dimungkiri, kini perilaku tercela seolah menjadi suatu yang biasa terjadi. Situasi ini sesungguhnya memberikan ancaman tersendiri bagi perkembangan generasi muda (Budiharjo, 2015). Menyikapi hal ini, banyak pihak, terutama kalangan pendidikan menyampaikan pentingnya diterapkan pendidikan karakter sebagai solusinya. sebab salah satu fungsi pendidikan adalah pembentukan sikap dan karakter manusia (Sultoni, 2016). Undang-undang 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan ,menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Wilujeng, 2012) pendidikan merupakan daya upaya memajukan budi

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pendidikan Karakter

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Dewasa ini, wacana mengenai pendidikan karakter semakin mendapat

perhatian dari berbagai pihak. Banyaknya fenomena yang mencerminkan

degradasi moral dalam konteks kebangsaan telah membuat semua pihak khawatir

dan prihatin. Tidak bisa dimungkiri, kini perilaku tercela seolah menjadi suatu

yang biasa terjadi. Situasi ini sesungguhnya memberikan ancaman tersendiri bagi

perkembangan generasi muda (Budiharjo, 2015). Menyikapi hal ini, banyak pihak,

terutama kalangan pendidikan menyampaikan pentingnya diterapkan pendidikan

karakter sebagai solusinya. sebab salah satu fungsi pendidikan adalah

pembentukan sikap dan karakter manusia (Sultoni, 2016).

Undang-undang 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa

yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan ,menjadi warga negara

demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan menurut Ki Hadjar Dewantara

(dalam Wilujeng, 2012) pendidikan merupakan daya upaya memajukan budi

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

9

pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak, dimana

bagian-bagian tersebut tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan

kesempurnaan hidup anak-anak kita.

Pendidikan karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk

memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan

pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan

spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga

(kinestik) sesuai falsafah hidup pancasila (Kemendikbud, 2016). Pendidikan

karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang

berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai

sehingga menghasilkan disposisi aktif dan stabil dalam diri individu (Koesoema,

2011).

Kebijakan Nasional pembangunan karakter bangsa tahun 2010-2025

menyebutkan pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan

peserta didik guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik baik

sebagai warga negara. Kemendiknas (2010) menyebutkan bahwa pendidikan

karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara

sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat

istiadat.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

10

Berdasarkan pengertian pendidikan karakter di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang transformatif pengetahuan dan

nilai-nilai luhur yang bersumber dari agama, budaya dan kebangsaan.

2.1.1.2 Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Menurut Kemendikbud, (2016) ada lima nilai utama karakter yang saling

berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan. Kelima nilai utama

karakter bangsa yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

2.1.1.2.1 Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang

Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan

kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap

toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun

dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga

dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan

sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius

ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai

religius antara lain damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan

kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan

kepercayaan, antibuki dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksa

kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

2.1.1.2.2 Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat

yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa,

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

11

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompokknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri,

menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta

tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman

budaya, suku, dan agama.

2.1.1.2.3 Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung

pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk

merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos

kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif,

keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2.1.1.2.4 Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai

semangat kerja sama dan bahu-membahu menyelesaikan persoalan bersama,

menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan pada

orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai,

kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,

tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap

kerelawanan.

2.1.1.2.5 Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang

didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat

dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan

kesetiaan pada nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

12

meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam

kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan

kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia,

komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan

menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).

Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang

sendiri-sendiri melainkan yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang

secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi, dari nilai utama manapun

pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah perlu mengembangkan nilai-

nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal (Kemendikbud,

2016).

Menurut Achmad (2016) isi pendidikan karakter adalah nilai-nilai

karakter positif menurut moral universal, terdapat tujuh nilai karakter esensial atau

karakter inti yang harus dikembangkan pada siswa. Nilai-nilai karakter tersebut

adalah: Honesty (kejujuran), compassion (belas kasih), courage (keberanian),

kidness (baik hati), self-control (kontrol diri), cooperation (kerjasama), dan

diligence (rajin) atau hard work (kerja keras). Matin (2015) menyebutkan bahwa

nilai-nilai karakter yang diharapkan adalah nilai-nilai yang bersifat aktual dalam

berperilaku (behavior values) yaitu sikap jujur (benar), adil, amanah, arif , rasa

malu tanggung jawab, berani, disiplin, mandiri, kasih sayang, toleran, cinta tanah

air atau cinta bansa atau kewarganegaraan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai

pendidikan karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

13

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan,

serta kebangsaan.

2.1.1.3 Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir,

sikap dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak,

berjiwa luhur, dan bertanggung jawab (Yaqin, 2016). Menurut kemendikbud,

2016 pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan

platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai

jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan, 2) membangun dan

membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di

masa depan dengan keterampilan abad 21,3) mengembalikan pendidikan karakter

sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan

spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga

(kinestik), 4) merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan

(kepala sekolah, guru, siswa, pengawas dan komite sekolah) untuk mendukung

perluasan implementasi pendidikan karakter, 5) membangun jejaring pelibatan

masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.

6) melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung

Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Gunawan (2012) menyebutkan bahwa pendidikan karakter pada intinya

bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,

bertoleran, gotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi

pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

14

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan

bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki fokus pada pengembangan potensi

peserta didik secara keseluruhan, untuk menjadi individu yang berakhlak mulia,

mampu hidup mandiri dan siap untuk menghadapi tantangan di zaman yang akan

datang.

2.1.1.4 Implementasi Pendidikan Karakter

Menurut Kemendikbud (2016) implementasi pendidikan karakter dapat

dilakukan dengan tiga pendekatan utama yaitu berbasis kelas, berbasis budaya

sekolah, dan berbasis masyarakat. Berbasis kelas meliputi: (a) Pengintegrasian

dalam kurikulum, (b) melalui manajemen kelas, (c) melalui pilihan dan

penggunaan metode pembelajaran, (d) melalui pembelajaran tematis, (e) melalui

gerakan literasi, (f) melalui layanan bimbingan dan konseling. Berbasis budaya

sekolah berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang

merepresentasikan nilai-nilai utama pendidikan karakter yang menjadi prioritas

satuan pendidikan, pembiasaan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di

sekolah yang tercermin dari suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif.

Berbasis masyarakat yakni satuan pendidikan dapat melakukan berbagai

kolaborasi dengan lembaga, kominitas, dan organisasi lain di luar satuan

pendidikan yang dapat menjadi mitra dalam pendidikan karater.Menurut

Kemendiknas (2010) penyelengaraan pendidikan karakter di SMP dilakukan

secara terpadu melalui 3 jalur yaitu: Pembelajaran, manajemen sekolah, dan

kegiatan pembinaan kesiswaan. Ningsih (2014) menyebutkan bahwa

pengintegrasian pendidikan karakter dapat melalui program pengembangan diri

dan budaya sekolah. Program pengembangan diri meliputi kegiatan rutin sekolah

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

15

seperti upacara, kegiatan spontan seperti penggalangan dana kematian, dan

keteladanan warga sekolah.

Berdasarkan pengertian di atasdapat disimpulkan bahwa

pengimplementasian pendidikan karakterdapat dilakukan melalui tiga cara yaitu

berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat.

2.1.2 Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA

2.1.2.1 Definisi IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap

ilmiah. Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMP lampiran 3

menyebutkan bahwa IPA dipandang sebagai cara berpikir untuk memahami alam,

melakukan penyelidikan, dan sebagai kumpulan pengetahuan. Menurut Wibowo

(2016)IPA adalah suatu mata pelajaran yang memuat kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala alam, lahir dan

berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Hal

ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Collete dan Chiappetta (1994) yang

menyatakan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan; kumpulan pengetahuan (a

body of knowledge), cara atau jalan berpikir (method of thinking), dan cara untuk

penyelidikan (method of investigating).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

ilmu yang mempelajari tentang alam melalui metode ilmiah seperti observasi dan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

16

eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tau, jujur, terbuka dan

sebagainya.

2.1.2.2. Karakteristik dan Ruang Lingkup IPA

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-

masalah yang dapat diidentifikasi (Kurikulum, 2013). Peraturan Menteri No. 58

tentang Kurikulum SMP lampiran 3 menyebutkan bahwa ruang lingkup mata

pelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pengamatan fenomena alam dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena alam terkait dengan

kompetensi produktif dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-

aspek sebagai berikut:

a. Biologi

Meliputi objek IPA, klasifikasi makhluk hidup, organisasi kehidupan

energi dalam kehidupan, interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya,

pencemaran lingkungan, pemanasan global, sistem gerak pada manusia, struktur

tumbuhan, sistem pencernaan, sistem ekskresi, sistem reproduksi, hereditas, dan

perkembanga produk.

b. Kimia

Meliputi karakteristik zat, sifat bahan, bahan kimia, unsur senyawa, dan

campuran, pemisahan campuran, perubahan fisika, dan perubahan kimia, asam

dan basa, atom, ion, dan molekul.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

17

c. Fisika

Meliputi energi dalam kehidupan, suhu, pemuaian, dan kalor, gerak lurus,

gaya dan Hukum Newton, pesawat sederhana, tekanan zat cair, getaran,

gelombang dan bunyi, cahaya dan alat optik, listrik statis dan dinamis,

kemagnetan dan induksi elektromagnetik.

d. Bumi dan Alam Semesta

Meliputi struktur bumi, tata surya, gerak edar bumi dan bulan.

2.1.2.3. Pembelajaran IPA

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun

2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut

Susanto (2013) pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar

terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, serta

membentuk sikap dan keyakinan pada peserta didik. Berdasarkan pegertian di

atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses untuk membantu

peserta didik memperoleh pengetahuan dan juga keterampilan, di lingkungan

belajar yang baik.

Pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa

yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,

penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, dan konsep yang

terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengelaman melalui

serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, dan penyajian

gagasan-gagasan.Peraturan Menteri No. 58 tentang Kurikulum SMP lampiran 3

menyebutkan bahwa pembelajaran IPA, harus selalu terkait dengan konteks yang

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

18

terjadi di lingkungan dan masyarakat. Dengan demikian pembelajaran IPA harus

pula mendukung proses pembudayaan peserta didik sebagai warga masyarakat.

Hal ini sejalan dengan penadapat Bruner (dalam Kurikulum, 2013) yang

menyatakan bahwa pembelajaran dan jenis pengetahuan yang dianggap penting

adalah yang terkait erat dengan nilai-nilai masyarakat dan yang berguna dalam

konteks masyarakat.

Berdasarkan pengertian pembelajaran IPA di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang

tarjadi di alam dengan melakukan sikap ilmiah seperti observasi dan eksperimen.

2.1.2.4 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan umum pembelajaran IPA di jenjang pendidikan SMP/MTs

sebagaimana tercantum Kurikulum 2013 adalah: (a) Mengagumi keteraturan dan

kompleksitas ciptaan Tuhan tenteng aspek fisik dan materi, kehidupan dalam

ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan sehingga bertambah

keimanannya, serta mewujudkannya dalam pengalaman ajaran agama yang

dianutnya, (b) Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif,

jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif;

inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan berdiskusi.(c)

Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai

wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan

guna memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerja sama dengan orang lain, (d) Menguasai konsep dan prinsip IPA serta

mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

19

sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi.

Menurut lampiran Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar

Isi Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa mata pelajaran IPA

di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(a)Memiliki sikap rasa ingin tahu, logis, kritis, analisis, jujur dan tanggung jawab

melalui IPA. (b) Mengajukan pertanyaan tentang fenomena IPA, melaksanaan

percobaan mencatat dan menyajikan hasil penyelidikan dalam bentuk tabel dan

grafik, menyimpulkan, serta melaporkan hasil penyelidikan secara lisan maupun

tertulis untuk menjawab pertanyaan tersebut, (c) Memahami konsep dan prinsip

IPA saling keterkaitannya dan diterapkan dalam penyelesaian masalah, (d)

Memahami konsep dan prinsip IPA serta saling keterkaitannya dan diterapkan

dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan.

Dari tujuan pembelajaran IPA tersebut, diharapkan pendidik dapat

menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan kondusif, untuk mendapatkan

hasil yang maksimal sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pembelajaran IPA

di atas.

2.1.3 Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPA

Pendidikan karakter melalui materi pembelajaran berkaitan dengan nilai-

nilai dan norma-norma yang dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari

(Ningsih, 2014). Implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran mengarah

pada internalisasi nilai-nilai keseharian melalui proses perencanaan, pelaksanaan,

dan penilaian pembelajaran (Asmani, 2011). Implementasi pendidikan karakter

dilakukan dengan tiga pendekatan utama, yaitu berbasis kelas, berbasis budaya

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

20

sekolah, dan berbasis masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan

merupakan satu kesatuan yang utuh (Kemendikbud, 2016).

Pendidikan karakter terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, tidak terkecuali

pada pelajaran IPA. Berdasarkan pengertian di atas pengimplementasian

pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA meliputi pengintegrasian pendidikan

karakter dalam kurikulum, melalui pilihan dan penggunaan metode pembelajaran,

dan melalui manajemen kelas.

2.1.3.1 Pengintegrasian pendidikan karakter dalam kurikulum

Melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam

pembelajaran. Kompetensi dasar dan materi pembelajaran hanya diambil satu

contoh dari masing-masing kelas yakni, kelas 7, 8 dan 9.

Tabel 2.1 Kompetensi dasar dan materi pembelajaran IPA SMP/MTs berdasarkan Permendikbud

Nomor 24 tahun 2016

Kelas Kompetensi

Dasar

Materi

Pembelajaran

Contoh Nilai

Karakter

7

3.1 Menerapkan konsep

pengukuran berbagai besaran

yang ada pada diri sendiri,

makhluk hidup lain, dan

benda-benda di sekitar serta

pentingnya penggunaan satuan

standar (baku) dalam

pengukuran.

4.1 Menyajikan data hasil

pengukuran dengan alat ukur

yang sesuai pada diri sendiri,

makhluk hiduplain, dan

benda-benda di sekitar dengan

menggunakan satuan tak baku

dan satuan baku.

Objek Ilmu Pengetahuan

Alam dan pengamatannya

- Pengukuran

- Besaran Pokok

dan turunan

- Satuan baku dan

tak baku

Kegiatan siswa

mencari informasi

materi pembelajaran

dapat

menumbuhkan sifat

mandiri, kratif, rasa

ingin tahu.

8 3.1 Memahami gerak pada

makhluk hidup, sistem gerak

pada manusia, dan upaya

Sistem Gerak pada

Manusia

Pemberian tugas

untuk membuat

tulisan tentang

materi pembelajaran

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

21

menjaga kesehatan sistem

gerak.

4.1 Membuat tulisan tentang

berbagai gangguan pada

sistem gerak, serta upaya

menjaga kesehatan sistem

gerak manusia.

- Struktur dan

fungsi rangka

- Struktur dan

fungsi sendi

- Upaya menjaga

kesehatan sisitem

gerak

dapat menumbuhkan

sikap tanggung

jawab, kejujuran,

dan kerja keras

9 3.1 Memahami sistem

reproduksi pada manusia dan

gangguan pada sistem

reproduksi, serta penerapan

pola hidup yang menunjang

kesehatan reproduksi

4.1 Menyajikan hasil

penelusuran informasi dari

berbagai sumber terkait

kesehatan dan upaya

pencegahan gangguan pada

organ reproduksi

Sistem Reproduksi Pada

Manusia

- Pembelahan sel

- Sistem

reproduksi

manusia

- Kelainan dan

penyakit pada

sistem reproduksi

- Pola hidup yang

menunjang

kesehatan

reproduksi

Penyajian hasil

penelusuran

informasi terkait

meteri pelajaran

dapat meumbuhkan

sikap kerja sama,

kratif dan kerja

keras

2.1.3.2 Melalui pilihan dan penggunaan metode pembelajaran

Pendidikan karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui

pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

Guru harus pandai memilih, agar metode pembelajaran yang digunakan secara

tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Metode

pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik, beberapa metode

pembelajaran yang dapat dipilih guru secara kontekstual, antara lain: (a) Saintific

learning, (b) inquiry atau discovery learning, (c) problem based learning, (d)

project based learning, (e) cooperative learning (Kemendikbud, 2016).

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan 2016 sasaran pembelajaran

mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

22

dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Karakteristik kompetensi beserta

perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar

proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu

(tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu

diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan atau penelitian (discovery atau

inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk

menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat

disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya

berbasis pemecahan masalah (project based learning). Sejalan dengan Malawi

(2013) pembelajaran dengan kontekstual mencakup beberapa strategi yaitu: (1)

pembelajaran berbasis masalah, (2) pembelajaran kooperatif, (3) pembelajaran

berbasis proyek, (4) pembelajaran pelayanan dan (5) pembelajaran berbasis kerja.

Kelima strategi tersebut dapat memberikan pengalaman karakter siswa.

Husamah, (2014) menyebutkan bahwa sintaks model pembelajaran

kooperatif ada enam fase yakni: (1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi

peserta didik, (2) Menyimak informasi, (3) mengorganisasikan peserta didik

dalam kelompok-kelompok belajar, (4) membimbing kelompok bekerja dan

belajar, (5) evaluasi, (6) memberikan penghargaan. Arends ( dalam Husamah,

2014) menyebutkan bahwa sintak pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima

langkah antara lain: (1) Orientasi peserta didik pada masalah, (2) mengorganisir

peseta didik dalam belajar, (3) membimbing penyelidikan individu maupun

kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah. Husmah, (2014) menyebutkan

bahwapembelajaran berbasis proyek memiliki sintaks yakni. (1) peserta didik

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

23

mengumpulkan informasi tentang suatu topik, (2) menyusun proposal

(merumuskan masalah, menuliskan latar belakang masalah dan memprediksi

penyelesaian masalah, (3) melakukan pratikum atau kegiatan untuk mengetahui

pemecahan permasalahan, (4) menyusun laporan atau produk, (5)

mempresentasikan hasil kerja dan seluruh langkah dikerjakan oleh peserta didik

secara berkelompok.

2.1.3.3 Melalui Manajemen Kelas

Pengelolaan kelas merupakan usaha untuk mengatur kegiatan proses

belajar mengajar secara sistematis. Usaha tersebut diarahkan pada persiapan materi

pembelajaran, menyiapkan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,

mewujudkan situasi dan kondisi pembelajaran dan pengaturan waktu, sehingga

proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai

secara efektif efisien. Guru sebagai tenaga profesional dituntut mampu mengelola

kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi

tercapainya tujuan pengajaran, maka kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.

Selanjutnya pengelolaan kelas didefinisikan juga sebagai: a) Perangkat kegiatan

guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan, b)

Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang

baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif, c) Seperangkat kegiatan guru

untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Kadir,

2014).

Guru sebagai pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai

peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

24

dirancanakan dengan subjek dan objek peserta didik, orang yang menentukan dan

mengambil keputusan dengan strategi yang akan menentukan alternatif solusi untuk

mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul saat proses belajar mengajar,

dengan demikian pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi kerja guru,

karena dengan mitivasi kerja guru ini akan terlihat sejauh mana motivasi guru untuk

melakukan pengelolaan kelas, sedangkan dengan kepemimpinan guru yang tepat

digunakan dalam pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan memaksimalkan

keberhasilan pengelolaan kelas tersebut (Kadir, 2014).

Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang

menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi

dalam proses pembelajaran. Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas dapat

momen penguatan nilai-nilai pendidikan karakter. Contohnya, sebelum memulai

pelajaran pendidik bisa mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan

emosional memasuki materi pembelajaran, untuk menanamkan nilai kedisiplinan

dan komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang

akan disepakati pada saat peserta didik belajar. Pengelolaan kelas yang baik dapat

membentuk karakter (Kemendikbud, 2016).

Berdasarkan pengertian pengelolaan kelas di atas dapat disimpulkan

bahwa pengelolaan kelas merupakan optimalisasi kelas sebagai tempat yang

mampu menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang efektif, dan pengelolaan

kelas yang baik dapat membentuk karakter peseta didik.

2.1.4 Kajian Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini:

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

25

a). Tesis Kamal (2012) bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses

pelaksanaan pendidikan nilai karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1,

apa saja nilai-nilai yang ditanamkan dan kendala yang dihadapi guru dalam

pendidikan karakter beserta solusinya. Hasil penelitian ini menitikberatkan pada

pembahasan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter anak yang mengacu pada

pendidikan akhlak mulia yang dipadukan dengan konsep Kemetrian Pendidikan

Nasional (Kemendiknas), di mana konsep pendidikan karakter di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Malang 1 diimplementasikan ke dalam beberapa aspek yaitu

kurikulum mata pelajaran, budaya madrasah, dan program pengembangan diri.

Persamaan penelitian Rahmat Kamal dengan penelitian yang akan peneliti teliti

yaitu keduanya sama-sama membahas tentang pendidikan karakter, serta

menggunakan metode penelitian yang sama yakni penelitian lapangan dengan

pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaan dua penelitian ini adalah pada

penelitian Rahmat Kamal terfokus pada proses pelaksanaan pendidikan nilai

karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1, sementara penelitian ini

terfokus pada implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA kelas

VII di SMP Negeri 3 Malang, serta lokasi penelitiannya juga berbeda.

b). Penelitian Muslim (2013) bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh

pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran Sejarah terhadap sikap

nasionalisme siswa kelas XI MA Al Asror. Hasil penelitian menunjukkan

adanya pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran Sejarah

terhadap sikap nasionalisme. Persamaan penelitian Muslim dengan penelitian

yang akan peneliti teliti yaitu sama-sama membahas tentang pendidikan

karakter. Perbedaan peneitian ini adalah pada fokus mata pelajaran yakni pada

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

26

penelitian Muslim mata pelajaran yang diteliti yaitu pelajaran Sejarah sedangkan

mata pelajaran yang akan peneliti teliti yaitu pelajaran IPA, dan juga berbeda

pada metode penelitiannya yakni penelitian Muslim, menggunakan metode

penelitian Eksperimen sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian

Lapangan (Field research).

2.1.5 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian “ Implementasi Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaan IPA di SMP Negeri 3 Malang” dapat dilihat pada Gambar 1.1.

sebagai berikut:

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/36871/3/jiptummpp-gdl-istinurulj-50362-3-babii.pdf · 9 pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect)

27

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Pendidikan Karakter

Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter

bertujuan membentuk dan

membangun pola pikir, sikap

dan perilaku peserta didik

agar menjadi pribadi yang

positif, berakhlak, berjiwa

luhur, dan bertanggung

jawab.

Berbasis

Sekolah

Berbasis

Kelas

Berbasis

Masyarakat

Implementasi Pendidikan Karakter

dalam Pembelajaran IPA

Pengintegrasian pendidikan

karakter dalam kurikulum

Penggunaan metode dan

strategi pembelajaran

Manajemen kelas

(pengelolaan kelas)

Kompetensi dasar

Materi pelajaran IPA

Nilai karakter

Metode pembelajaran

(Saintific learning, inquiry atau

discovery learning,problem

based learning, project based

learning, cooperative learning,

text based instruction)

Metode pembelajaran

(Kolaboratif, presentasi,

diskusi, debat, pemanfaatan

TIK)