BAB II LANDASAN TEORI 1. a. - Portal...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 1. a. - Portal...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Olahraga
a. Aktivitas Olahraga
Olahraga merupakan bagian gaya hidup sehat yang perlu dikembangkan.
Partisipasi olahraga sangat luas, dari usia sangat muda sampai sangat tua, dari
tingkat permainan untuk tujuan rekreasi sampai tingkat professional. Alasan
keikutsertaan seseorang dalam olahraga bervariasi, diantaranya untuk alasan
kesehatan, kebugaran, maupun dengan alasan lain seperti membentuk karakter
positif dan sosialisasi. Keterlibatan seseorang dalam olahraga adalah untuk
ekspresi manusia yang menyenangkan. Banyak orang menemukan olahraga
sebagai sumber kegembiraan dan kepuasandiri. Tidak diragukanlagi bahwa
banyakan orang mengalami kematangan kepribadian melalui pengalaman dalam
olahraga. Namun demikian, efek pasti olahraga pada pembentukan karakter positif
sangat ditentukan kondisi-kondisi yang terjadi saat pengalaman olahraga dialami.
Pada hakekatnya olahraga merupakan miniatur kehidupan. Hal ini dapat
dikatakan demikian karena di dalam aktifitas olahraga terdapat aspek-aspek yang
berkaitan dengan tujuan, perjuangan, kerjasama, persaingan, komunikasi dan
integrasi, kekuatan fisik dan daya tahan mental, kebersamaan, sikap responsif,
pengambilan keputusan, ekpresi diri, nilai kejujuran dan sportifitas. Semua aspek
ini merupakan aspek-aspek yang berada dalam diri manusia baik secara individu
maupun secara bermasyarakat. Ikut aktif dalam berolahraga, berarti melatih diri
untuk meningkatkan kualitas berbagai aspek yang diperlukan untuk dapat eksis
ditengah-tengah masyarakat yang semakin dinamis.
Berdasarkan nilai yang terkandung dalam olahraga tersebut, maka sudah
selayaknya olahraga ditempatkan pada posisi prioritas, karena nilai-nilai tersebut
memang sangat diperlukan oleh suatu bangsa yang ingin maju. Olahraga juga
merupakan bagian dari budaya yang bersifat internasional. Keragaman sosial
8
budayadan kondisi geografis yang spesifik juga menyebabkan keanekaragaman
olahraga. Dengan demikian, pembangunan olahraga sesungguhnya tidak cukup
hanya diidentifikasi ukuran prestasi yang diidentikkan dengan perolehan medali
khususnya emas atau peringkat yang dicapai dalam event olahraga seperti Pekan
Olahraga Nasional (PON) atau pekan-pekan olahraga yang diselenggarakan secara
internasional seperti SEA Games, Asian Games, atau Olympic Games. Olahraga
sebagai instrument pembangunan hendaknya diposisikan dan diberdayakan dalam
arti luas untuk tidak saja pencapaian prestasi demi harkat dan martabat bangsa,
tetapi untuk mencapai tujuan nasional antara lain kesejahteraan masyarakat secara
adil dan merata.
Olahraga juga dapat menciptakan kebersamaan, toleransi, dan dapat juga
menampilkan aktualisasi diri. Kegiatan olahraga selalu menunjukan wujud nyata
dari fisik. Olahraga didifinisikan beragam arti, hal tersebut disebabkan oleh
karakteristik olahraga yang semakin berkembang, sehingga semakin lama semakin
berubah dan semakin kompleks baik dari jenis dan kegiatannya yang semakin
beragam, juga penekanan motif yang ingin dicapai ataupun konteks lingkungan
sosial budaya tempat pelaksanaanya, serta perkemangan IPTEK yang semakin
berkembang di dunia olahraga. Seperti dalam Undang-Undang Replubik
Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang system keolahragaan nasional Bab I pasal I
ayat 4 menyebutkan “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk
mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”.
Olahraga merupakan kegiatan fisik yang dilakukan individu terkait dengan
interaksi dengan lingkungannya. Olahraga bukan saja menarik bagi seseorang
yang berkecimpung dalam olahraga, tetapi juga telah manarik perhatian
pemerintah untuk memajukan olahraga di sutau Negara itu sendiri.
Menurut Adisasmita dan Syarifuddin (1996: 4) “olahraga mencangkup a)
adanya kegiatan jasmani (fisik), b) adanya kegiatan berupa permainan, c)
dilakukan dalam bentuk pertandingan atau perlombaan, d) sasaran belajar
olahraga diartikan pada peningkatan prestasi yang setinggi-tingginya dalam upaya
memenangkan suatu pertandingan atau perlombaan”. Dengan pengertian tersebut
9
dapat dikemukakan bahwa tujuan olahraga pada hakikatnya untuk membentuk dan
mengembangkan kepribadian serta meningkatkan kemampuan seseorang kearah
yang lebih tinggi bagi kepentingan hidupnya serta, olahraga bertujuan untuk dapat
mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, yang pada hakikatnya untuk
memenangkan suatu pertandingan atau perlombaan. Kegiatan olahraga juga
sebagai salah satu sarana yang ampuh untuk memberikan bentuk positif kepada
remaja. Seperti membentuk kedisiplinan, kerjasama, tekat, ulet, cermat, percaya
diri dan sebagainya. Oleh karena itu olahraga mengembangkan kualitas-kualitas
kepribadian tertentu yang mendasari perbuatn-perbuatan nyata, karena olahraga
merupakan sebagai aktivitas fisik, mental, sosial, emosional, dan lain-lain.
Dengan melakukan kegiatan olahraga yang teratur dan terus menerus akan dapat
membantu meningkatkan kemampuan jasmani dan rohani, baik di masa yang
lampau maupaun di masa yang akan datang. Kegunaan dan manfaat dari aktifitas
fisik atau olahraga di terapkan pada anak-anak di usia sekolah sudah diakui bahwa
pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian penting dalam persiapan
untuk perkembangan usia anak-anak maupun usia dewasa.
b. Ruang Lingkup Olahraga
Partisipasi yang tinggi dalam olahraga disebabkan karena olahraga dapat
memberikan peningkatan kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga yang
baik dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat
dan suasana yang akrab dan gembira, menuju kehidupan serasi, selaras, dan
seimbang. Olahraga tidak hanya merupakan kebutuhan manusia, tetapi juga
merupakan kebutuhan media untuk mencapai tujuan. Manusia bergerak bukan
hanya disebabkan oleh adanya dorongan secara biologis, melainkan juga oleh
faktor kejiwaan. Hal itu berarti ketika seseorang melakukan aktivitas gerak dalam
berolahraga, yang mengalami peristiwa fisik dan psikis.
Dunia olahraga saat ini dan bahkan yang akan datang, tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Olahraga
tidak hanya sebagai kebutuhan untuk menjaga kebugaran tubuh, akan tetapi telah
10
merasuk dalam semua sektor kehidupan. Lebih jauh lagi, prestasi olahraga dapat
mengangkat harkat dan martabat manusia baik secara individu, kelompok,
masyarakat, bangsa, dan negara. Prestasi olahraga suatu negara menjadi tolok
ukur kemajuan bangsa dan negara, oleh karena itu persaingan mencapai prestasi
olahraga antar negara terus berjalan, sebagai yang di sebutkan dalam Undang-
Undang Sistem Keolahragaan Nasional, yaitu UU Nomor 3 Tahun 2005 Bab VI
pasal 17 yang menyebutkan “ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan : a)
olahraga pendidikan, b) olahraga rekreasi, dan c) olahraga prestasi”.
a) Olahraga pendidikan
Olahraga Pendidikan merupakan ketika seseorang atau sekelompok orang
melakukan olahraga dengan tujuan untuk pendidikan maka semua aktivitas gerak
diarahkan untuk memenuhi tuntunan tujuan-tujuan pendidikan. Oleh karena itu,
olahraga yang bertujan untuk pendidikan ini idenitik dengan aktivitas pendidikan
jasmani yaitu dengan media cabang olahraga sebagai pendidikan.
Olahraga pendidikan biasanya dijumpai disekolah-sekolah dengan
implikasinya, diharapkan dalam jangka yang pendek, paling tidak diarahkan para
siswa memiliki kebugaran jasmani, kesenangan melakukan aktifitas fisik dan
olahraga dan terbentuklah manusia yang sehat secara jasmani. Olahraga
pendidikan sering juga disebut pendidikan jasmani dan olahraga yang
dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan
untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan
kebugaran jasmani.
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,
permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
Pendidikan jasmani antara lain untuk memenuhi kebutuhan anak akan gerak,
mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya, menanamkan dasar-dasar
keterampilan yang berguna, menyalurkan energi yang berlebihan, dan merupakan
proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.
Pendidikan jasmani merupakan wahana yang mamapu mendidik manusia untuk
11
mendekati kesempurnaan hidup yang secara alamiah dapat memberikan kontribusi
nyata terhadap kehidupan sehari-hari.
Dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, yaitu UU Nomor
3 Tahun 2005 Bab VI pasal 18 ayat 3 yang berbunyi “olahraga pendidikan dimulai
pada usia dini”. Olahraga pada anak usia dini memiliki karakteristik yang khas,
baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga
masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-
kanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan
menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut
maka memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin
memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal
b) Olahraga rekreasi
Selain olahraga pendidikan, olahraga juga dapat menjadi olahraga rekreasi.
kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan mengadakan perjalanan ke
suatu tempat. Kegiatan yang dilakukan diwaktu senggang yang bertujuan untuk
mengembalikan tenaga setelah bekerja dengan keras. Olahraga rekreasi
merupakan aktivitas olahraga yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani
dan rohani seseorang yang dilakukan pada waktu senggang (leasuretime) dan
bertujuan sebagai rekreasi. Olahraga rekreasi dapat dilakukan di indoor maupun
outdoor. Olahraga rekreasi ini disesuaikan dengan kegemaran dan kemampuan
yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi nilai budaya masyarakat
setempat.
Menurut Nurlan Kusmaedi (2002:2) ”Rekreasi adalah suatu kegiatan
pengisi waktu luang yang melibatkan fisik, mental/emosi dan sosial yang
mengandung sifat pemulihan kembali kondisi seorang dari segala beban yang
timbul akibat kegiatan kegiatan sehari-hari dan dilaksanakan dengan kesadaran
sendiri.”Tujuan program olahraga rekreasi adalah untuk menginspirasi
pertumbuhan pikiran, tubuh, dan jiwa melalui kebugaran, masyarakat, dan fair
12
play. Secara psikologi banyak orang di lapangan yang merasa jenuh dengan
adanya beberapa kesibukan dan masalah, sehingga mereka membutuhkan istirahat
dari bekerja, tidur dengan nyaman, bersantai sehabis latihan, keseimbangan antara
pengeluaran dan pendapatan, mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan
untuk hidup bebas, dan merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa
pernyataan di atas, maka rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan sebagai pengisi waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan,
diantaranya untuk kesenangan, kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang dapat
memulihkan kekuatan baik fisik maupun mental.Banyak nilai yang dapat
diperoleh dari rekreasi dengan menggunakan dasar persekutuan. Ketegangan
dapat dilepaskan dan energi yang ada dapat digunakan dengan cara-cara yang
berguna.
Dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, yaitu UU Nomor
3 Tahun 2005 Bab VI pasal 19 ayat 2 menyatakan “olahraga rekreasi dapat
dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau
organisasi olahraga”, dan Bab VII pasal 26 ayat 1 yang berbunyi “pembinaan dan
pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan dan diarahkan untuk memassalkan
olahraga sebagai upaya pengambangan kesadaran masyarakat dalam
meningkatkan kesehatan, kebugatan, kegembiraan, dan hubungan sosial”. Dari
pernyataan tersebut, semua orang dapat melakukan olahraga rekreasi.Contoh dari
olahraga rekreasi adalah senam, jantung sehat, dll. Sasarannya yaitu untuk semua
kalangan masyarakat, dan disesuaikan dengan usianya anak-anak dapat diajari
bagaimana berolahraga dalam berbagai kegiatan sehingga kemampuan individu
dapat dibangun dan ditingkatkan melalui rekreasi.
c) Olahraga prestasi
Selain olahraga untuk pendidikan dan rekreasi, olahraga juga untuk
prestasi. Adanya pembinaan olahraga di tingkat pelajar mempunyai peran penting
dan strategis sebagai upaya untuk menjaring calon-calon atlet berbakat yang
memiliki potensi dikembangkan menjadi atlet yang berprestasi di tingkat Asia
13
Tenggara, Asia dan Dunia di masa depan. Berbagai program pembinaan atlet usia
pelajar sudah dilaksanakan mulai di tingkat nasional dengan adanya Program
Indonesia Emas (PRIMA) Pratama, PLP Ragunan dan lain-lain.
Di tingkat daerah pembinaan atlet pelajar dilaksanakan dalam bentuk
PPLP Daerah. Proses pembinaan olahraga pelajar yang dilakukan secara terus
menerus dalam bentuk latihan yang rutin harus diukur sejauh mana
pencapaiannya. Salah satu cara latihan yang dapat dilakukan adalah memulai
kompetisi, bentuk kompetisi yang ada anatar lain single event dalam kejuaraan
antar PPLP cabang olahraga dan kejuaraan nasional tingkat junior. Sedangkan
yang dalam bentuk multi event diadakan dalam Pekan Olahraga Pelajar Provinsi,
Pekan Olahraga Pelajar Wilayah dan Pekan Olahraga Pelajar Nasional. Adanya
pembinaan atlet pelajar ini berguna untuk mencari generasi baru bagi atlet yang
berprestasi. Pembinaan serta adanya event-event yang diselenggarakan juga
berguna untuk mencari bibit-bibit unggul dalam berbagai olahraga, serta dapat
mengharumkan nama bangsa.
Upaya melakukan regenarsi dan pembibitan atlet di beberapa cabang
olahraga (cabor) memang tak semudah yang dibayangkan. Terutama untuk cabor
yang kurang populer di Indonesia. Olahraga populer pun, kadang mengalami
kendala dalam proses mencetak atlet berbakat. Minat masyarakat memang
cenderung pada olahraga populer saja, seperti bulu tangkis, taekwondo, bola voli,
sepak bola, dan bola basket. Selain kompetisi rutin, sosialisasi ke masyarakat
melalui media massa kerap dilakukan sebagai upaya merangkul massa untuk ikut
menekuni cabang olahraga tertentu.
Selanjutnya bibit-bibit olahragawan berbakat yang berhasil diindetifikasi
perlu dibina melalui pusat pembinaan seperti PPLP dan PPLM. Pada saat ini,
secara keseluruhan, pembinaan olahraga masih bersifat sporadis dan kurang
didasarkan pada orientasi jangka panjang, suatu kondisi yang bertentangan dengan
kenyataan, bahwa pencapaian prestasi olahraga memerlukan waktu cukup panjang
antara 10-12 tahun untuk dapat mencapai puncak usia prestasi, sesuai dengan
watak olahraga masing masing. Oleh sebab itu, perlu diciptakan model dan
14
perencanaan program pamanduan bakat dan pembibitan yang lebih sistematis dan
terpadu, guna mendukung pembinaan yang berjenjang dan berkesinambungan,
melalui penerapan metoda yang tepat dengan memanfaatkan iptek olahraga.
c. Pembinaan Olahraga
Upaya mencapai prestasi yang tinggi harus dilakukan pembinaan secara
sistematis dan terprogram. Sesuai dangan Undang-Undang Republik Indonesia
nomor tiga tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional di bidang pembinaan
dan pengembangan olahraga salah satunya di sebutkan dalam pasal 22 yaitu “
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangaan olahraga melalui
penetapan kebijakan, penataran/pelatihan koordinasi, konsultasi, komunikasi,
penyuluhan, pembimbingan, pemasyarakatan, perintisan, penelitian, uji coba,
kompetisi, bantuan, pemudahan, perizinan, dan pengawasan”. Dan unsur-unsur
yang mendukung pencapaian prestasi olahraga harus dilatih dan dikembangkan
secara maksimal. M. Sajoto (1995: 2-4) menyatakan bahwa, “Faktor-faktor
penentu pencapaian prestasi dalam olahraga yaitu: aspek biologi (fundamental
motor skill), aspek psikologis, aspek lingkungan (enviroment), dan aspek
penunjang.” Menurut Sudjarwo (1993: 8-9) bahwa, dalam usaha pencapaian
prestasi maksimal sebenarnya ada dua faktor yang menentukan yaitu:
1) Faktor indogen
Faktor indogen adalah beberapa aspek yang harus dipenuhi oleh
seorang atlet untuk dapat mencapai prestasi maksimal seperti:
a) Bentuk dan proporsi tubuh yang sesuai dengan cabang olahraga
pilihannya, (typology yang berbeda-beda untuk setiap cabang
olahraga)
b) Kemampuan fisik seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan,
ketahanan, koordinasi dan sebagainya
c) Kesehatan baik fisik maupun mental
d) Keterampilan sebagai penguasaan teknik dan taktik
15
e) Aspek kejiwaan yang baik seperti kepribadian, disiplin, ketekunan,
kesungguhan, dan daya fikir
f) Pengalaman bertanding sebagai usaha untuk meningkatkan
penampilan menuju kematangan juara
2) Faktor exogen
Faktor exogen adalah faktor di luar atlet yang mempengaruhi
pencapaian prestasi maksimal seperti:
a) Kerjasama (interaksi) antara pelatih, asisten pelatih, atlet, dan
semua orang yang terlibat dalam proses kepelatihan
b) Kuantitas maupun kualitas sarana dan prasarana olahraga tersedia
c) Kepengurusan dan organisasi cabang olahraga yang
bertanggungjawab
d) Lingkungan hidup atlet yang menunjang
e) Fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang menjamin kehidupan
atlet
f) Adanya dukungan yang nyata dari pemerintah
Pendapat lain dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syariffudin (1996:
104) bahwa, tujuan dari optimalisasi potensi olahraga adalah untuk meningkatkan
kekuatan atau kemampuan dalam olahraga ke arah yang lebih tinggi melalui
pembinaan yang intensif antara lain mengenai:
1) Pembinaan fisik:
a) Spesifik latihan fisik
b) Sistem energi predominan latihan fisik
2) Pembinaan teknik
3) Pembinaan taktik
4) Pembinaan mental
5) Kematangan bertanding
16
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam usaha
mencapai prestasi yang tinggi, secara garis besar ada dua faktor yang harus
diperhatikan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup
pembinaan baik fisik, tehnik, taktik, mental, dan kematangan bertanding.
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor pendukung dari pembinaan
olahraga.
2. Olahraga Anggar
Anggar merupakan cabang olahraga yang dapat dilakukan oleh laki-laki
maupun perempuan. Adapun keberhasilan dalam bermain anggar bukan terletak
pada kekuatan fisik melainkan tingkat keterampilan dari pelakunya yang ditopang
oleh kemampuan fisik yang memadai. Dalam hal ini Gaugler (1997 : 33)
memaparkan. “ Fencing is a sport in which both sexes can participate on equal
footing because success depends on skill rather than physical strength.” Dapat
diartikan bahwa Anggar adalah olahraga dimana kedua jenis kelamin (laki-laki
dan perempuan) dapat berpartisipasi sejajar karena kesuksesan tergantung pada
keterampilan daripada kekuatan fisik.
Melihat dari sejarahnya anggar ini menjadi aktivitas di kalangan ningrat
yang ada di kerajaan. Untuk memperlihatkan keperkasaan seseorang, anggar
sering digunakan untuk menjadi instrumen performa individu sebagai yang
terbaik. Sebagai cabang olahraga yang menggunakan senjata sebagai media
serangan dan tangkisan. Anggar belum demikian populer dikalangan masyarakat
karena perangkatnya yang mahal. Namun IKASI berkepentingan untuk
memasyarakatkan anggar sebagai olahraga rakyat Indonesia.
Etimologi kata "anggar" dalam bahasa Indonesia berasal dari Bahasa
Perancis "en garde", artinya dalam Bahasa Indonesia berarti "bersiap". Kata "en
garde" digunakan sebelum permainan anggar dimulai, untuk memberi perintah
"bersiap" kepada pemain. Dalam bahasa Perancis sendiri anggar disebut
sebagai escrime.
17
Dalam artian umum, Anggar adalah seni budaya olahraga ketangkasan
dengan senjata yang menekankan pada kemampuan teknik seperti memotong,
menusuk atau menangkis senjata lawan dengan menggunakan keterampilan
dengan memanfaatkan kelincahan tangan. Dalam artian lebih spesifik, anggar
adalah satu cabang olahraga yang diajarkan disekolah - sekolah Eropa pada masa
lalu dalam melatih keahlian dalam menggunakan senjata tajam yang akhirnya
menjadi salah satu olahraga resmi di Olimpiade.
a. Jenis-Jenis Senjata Anggar
Dalam olahraga anggar dikenal ada tiga jenis senjata, yaitu floret (foil),
degen (epee), dan sabel (sabre). Setiap senjata memiliki perbedaan baik dalam
bentuk, bidang sasaran dan karakteristik khas teknik tangkisan serta pegangan.
1. Senjata Floret (Foil)
Floret adalah jenis senjata khusus untuk menusuk dengan area sasaran yang
sah dalam batang tubuh floret, dari bahu untuk mengunci paha, depan dan
belakang. Bukan memasukan lengan, leher, kepala dan kaki. Pakaian seragam
pemain floret rompi metalik (disebut lame) yang mana tutupnya sah pada area
sasaran, jadi hal itu sah untuk sentuhan akan terdaftar pada mesin penilaian.
Pemain memakai kabel/wire dalam seragamnya yang mana menyambungkan
senjata floretnya sebuah gulungan kabel/wire, disambungkan untuk mesin
penilaian (rolling dan recording).
Senjata floret merupakan jenis senjata anggar yang paling ringan diantara
pedang anggar lainnya. Pedang floret dapat dikenali dengan ciri pada daun pedang
yang cenderung berbentuk menyerupai persegi empat dan kecil dengan pelindung
tangan pada bagian pangkal pedang di dekat grip atau pegangan senjata yang
berbentuk mangkok (kom) cenderung sangat kecil.
18
Gambar 1: Bidang sasaran jenis senjata floret dan senjata floret(foil)
2. Senjata Degen (Epee)
Degen/Epee adalah merupakan salah satu jenis senjata anggar yang dipakai
khusus untuk menusuk. Epee (melafalkannya ―EPP- pay), pertandingan anggar
antara dua orang, panjangnya sama seperti floret, tapi lebih berat, beratnya kira-
kira 27 ones, dengan sebuah pelindung yang lebih besar (untuk menutupi tangan
dari sentuhan yang sah) dan dan mata pisaunya lebih kaku. Sentuhan hanya akan
dinilai dengan nilai mata pisau. Seluruh badan adalah area sasaran yang sah.
Bidang perkenaan pada senjata ini adalah pada seluruh bagian badan, yaitu
dari ujung kaki sampai ujung kepala. Jenis pedang ini adalah pedang dengan
perlengkapan pertandingan paling minim, karena tidak mempergunakan metallic
jacket sebagaimana pada kedua pedang anggar lainnya. Pada senjata degen cukup
menggunakan pakaian standar anggar yang berwarna putih-putih. Pada senjata
degen dapat dikenali dengan ciri pada daun pedang yang relatif besar berbentuk
huruf V dengan pelindung tangan (kom) pada senjata ini bundarannya jauh lebih
besar daripada senjata floret.
Gambar 2 : Bidang sasaran jenis senjata degen dan senjata degen(epee)
19
3. Senjata Sabel (Sabre)
Perbedaan yang utama dari sabel adalah dalam penilaian memasukan senjata
misalnya memotong senjata (dengan menggunakan mata pisau). Area sasarannya
adalah dari belokan pinggul (keduanya depan dan belakang), sampai atas kepala,
menirukan kavelary menaiki kuda. Pemain sabel berpakaian jaket metalik, yang
mana menutup area sasaran untuk mendaftarkan sentuhan yang sah pada mesin
nilai. Topengnya berbeda dari floret dan epee, dengan penutup metalik kepalanya
adalah area sasaran sah.
Sabel adalah jenis pedang anggar yang berasal dari pedang kavaleri.
Berbeda dengan kedua pedang diatas, pada senjata sabel dapat digunakan dengan
memukul/memarang dan juga menusuk. Bidang perkenaan pada senjata sabel
adalah pada seluruh bagian badan diatas pinggang, yaitu dari pinggang sampai
ujung kepala dan tangan.
Gambar 3 : Bidang sasaran jenis senjata sabel dan senjata sabel(sabre)
Pada senjata sabel ini merupakan jenis senjata anggar yang paling banyak
menggunakan alat pertandingan. Selain menggunakan metallic jacket, pada jenis
senjata ini juga menggunakan masker electric dan sarung tangan electric.
Pada senjata ini dapat dikenali dengan melihat/memadukan senjata model
kavaleri yang sering digunakan oleh para Tentara/militer, dengan daun pedang
berbentuk seperti huruf V dengan sisi bawah pedang sedikit meruncing. Pada
senjata ini memiliki pelindung tangan yang juga relative besar seperti senjata
20
degen, tetapi bentuknya melingkar ke pegangan/grip pegangan senjata guna
melindungi tangan dari senjata lawan.
b. Teknik Dasar Anggar
Teknik dasar dalam olahraga anggar terdiri dari teknik on guard position
dan movement and distance. Masing-masing teknik mempunyai kedudukan dan
peran yang sama penting terhadap rangkaian gerak olahraga anggar. Movement
and distance merupakan teknik bergerak dalam olahraga anggar.
Teknik movement and distance dalam olahraga anggar diantaranya meliputi
direct attack, one step lunge, redoubleman, dan ballestra.
a. Teknik posisi siap beraksi (On guard position)
Di dalam memposisikan " kuda-kuda", kaki kira-kira berjarak lima belas
inci antara kaki depan dan belakang pada sudut kaki 90 derajat. Posisi tumit kaki
depan dan belakang adalah pada satu garis yang sama. Kaki yang depan lurus
menunjuk ke arah musuh/lawan, sedang kaki yang belakang adalah memutar pada
suatu sudut 90 derajat. Untuk meyakinkan kesetimbangan badan, ukuran cara
berdiri yang secara tegak maka akan membawa berat beban dari badan dengan
sama pada posisi berdiri di atas kedua kaki.
Kemudian menaikkan lengan tangan dan membawanya kepada suatu posisi
di mana lengan tangan yang bagian atas adalah lurus/sejajar dengan bahu yang
kiri, sedang lengan bawah membentuk suatu sudut sembilan puluh derajat.
Menekuk pergelangan tangan, menjaga posisi tangan itu sedikit membuka, dan
menunjuk ujung tangan mengarah ke arah lawan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
21
Gambar 4 : posisi siap beraksi (On guard position)
b. Teknik serangan langsung (direct attack)
Gerakan serang dibentuk mulai dengan memposisikan gerak penuh ke depan
dengan kaki depan diimbangi posisi panggul yang harus stabil, bersama-sama
dengan lengan tangan diluruskan penuh sebagai ancaman lurus dan mengarah ke
lawan, menciptakan suatu power maju dengan tolakan kaki belakang sehingga
bergeraknya badan. Pergerakan ini diawali oleh suatu gerak meluruskan lengan
tangan yang memegang pedang, yang menjangkau dengan ujung pedang untuk
mengarahkan dan menusuk lawan pada area target. Bersamaan waktu dengan
tangan yang memegang pedang, kaki dilontarkan menjangkau lurus kedepan
dalam mencapai gerak penuh, dengan tumit sepatu kaki depan mendarat ke tanah
terlebih dahulu yang akhirnya akan jatuh dalam posisi serangan penuh.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
22
Gambar 5 : Serangan langsung (direct attack)
c. Teknik satu langkah serang (one step lunge)
One step lunge gerakannya sama dengan gerakan serangan langsung, tetapi
sebelumnya didahului oleh gerakan melangkah satu kaki ke depan sehingga
terbentuk satu langkah serang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 6 : Satu langkah serang (one step lunge)
d. Teknik Redoubleman
Redoubleman merupakan serangan yang dilakukan secara berkesinambngan
setelah melakukan serangan pertama diselingi dengan sikap anggar dan kembali
melakukan serangan kedua.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
23
Gambar 7: Redoubelman
e. Teknik Ballestra
Ballestra merupakan suatu bentuk serangan yang dimulai dengan
lompatan ke depan dalam posisi melayang di udara. Tangan dan pedang lurus ke
arah sasaran. Mengenai ballestra ini dijelaskan oleh Gaugler (1997:17)
sebagai berikut: “when a jump forward is combined with a lunge the resulting
movement is termed a jump lunge. the purpose of the jump lunge, like that of the
advance lunge, is to gain distance”
f. Teknik Flash
Flash adalah gerakan serangan langsung yang sangat cepat, gerakan ini
banyak dilakukan oleh setiap pemain anggar dari semua jenis senjata. Untuk
jenis senjata floret dan degen gerakan ini sama yaitu seperti gerakan kaki
melangkah dengan kaki menyilang (cross). Namun untuk jenis senjata sable
berbeda yaitu gerakannya hampir sama dengan satu langkah serang, dalam arti
ada sikap menerjang dan melayang. Kaki yang pertama kali mendarat adalah
kaki depan, dengan catatan kedua kaki tidak boleh menyilang (cross). Seperti
yang dijelaskan oleh Gaugler (1997:30) bahwa “The glide is an action in which
the blade slides along the opposing steel to the exposed target; it is an attacks in
one movement that may be used when the adversary's blade is engaged”
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
24
Gambar 8 : Flash senjata degen
3. Pelatih dan Atlet
a. Tugas dan Tanggung Jawab Pelatih
Pelatih merupakan seseorang yang mempunyai peranan penting dalam
pembinaan olahraga. Pelatih yang berkualitas akan sangat membantu dalam
pencapian prestasi yang maksimal. Di samping memiliki pengalaman yang luas,
seorang pelatih harus menguasai berbagai disiplin ilmu yang mendukung dalam
pembinaan olahraga. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 24)
menggambarkan skematis disiplin ilmu yang mendukung dalam pembinaan
olahraga sebagai berikut:
PHISIOLOGI BIOMEKANIKA PEDAGOGI SPORT MEDICINE
METODOLOGI PELATIHAN
GIZI ANATOMI SOSIOLOGI PSIKOLOGI ILMU GERAK
25
Tabel 1. Skema Displin Ilmu yang Mendukung Metodologi Pelatihan
(Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin, 1996: 24)
Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa, displin ilmu yang
mendukung dalam pembinaan olahraga mencakup phisiologi, biomekanika,
pedagogi, sport medicine, ilmu gerak, psikologi, sosiologi, anatomi dan gizi.
Macam-macam dispilin ilmu kepelatihan olahraga tersebut harus dikuasai seorang
pelatih, agar dalam pelaksanaan pembinaan dapat dilaksanakan dengan baik dan .
Sedangkan ciri-ciripelatih yang baik menurut Yusuf Adisasmita dan Aip
Syarifuddin (1996: 26-27) sebagai berikut:
1) Kemampuan profesional sebagai guru, baru kemudian menjadi pelatih.
Proses mengajar (teaching) adalah sangat penting baik formal (di dalam
kelas) atau dalam aktivitas olahraga. Satu hal yang membedakan antara
pelatih dan pengajar olahraga, pelatih lebih banyak berhubungan dengan
prestasi dengan tingkat kemampuan lebih tinggi, dibandingkan dengan
tingkat kemampuan siswa pada profesi pengajaran.
2) Mengetahui cara melatihnya (coaching). Dalam kaitan ini pengalaman
pemain dapat digunakan dalam melatih, meskipun tidak selalu dibutuhkan
untuk mencapai keberhasilan pelatihan.
3) Kepribadian yang baik. Pelatih yang baik juga mempunyai kualitas
pribadi yang menarik, sehingga atlet yang dilatih atau dalam
bimbingannya menjadi loyal serta berusaha melakukan perintahnya
dengan tidak merasa terpaksa.
4) Karakter. Salah satu kualitas dasar yang harus dipenuhi seorang pelatih
adalah masalah karakter. Hal ini sangat penting bagi profesi kepelatihan,
sebab karakter ini dapat menunjukkan siapa kita, bagaimana kita dan apa
yang orang pikirkan tentang kita. Selain itu, pelatih berada dalam posisi
yang mempunyai pengaruh cukup kuat untuk menanamkan kehidupan
yang baik kepada orang lain.
26
Seorang pelatih yang baik harus memiliki ciri-ciri seperti di atas. Di samping
itu juga, seorang pelatih harus memiliki kemampuan yang baik. Menurut Mc.
Kinney (1975) yang dikutip Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 27)
menyatakan:
Pelatih yang baik mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1) Mempunyai kemampuan untuk membantu atlet dalam mengaktualisasikan
potensinya.
2) Bila membentuk tim, didasarkan pada keterampilan individu yang telah
diajarkan.
3) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis yang seimbang.
4) Mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan tingkat intelektual dengan
keterampilan neuromuscular atletnya.
5) Mampu menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dalam bentuk kondisi atlet.
6) Lebih mementingkan pada unsur pendidikan secara utuh, baru kemudian
pada unsur pelatihan.
7) Membenci kekalahan, tetapi tidak mencari kemenangan dengan berbagai
cara yang tidak etis.
8) Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dirinya ke arah
penyimpangan profesinya.
9) Mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian dengan rentang yang
luas terhadap partisipasi atletnya.
10) Mampu menyatakan bahwa keberhasilannya adalah kerja timnya kepada
media komunikasi.
11) Mempunyai kemampuan untuk selalu dihormati oleh atlet dan teman-
temannya.
12) Mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap profesinya.
Kemampuan-kemampuan seorang pelatih tersebut seperti tersebut di atas
sangat penting untuk dimiliki seorang pelatih. Di samping itu juga, seorang
pelatih harus mengetahui tugas dan tanggungjawabnya. Harsono (1988: 5-7)
27
menyatakan beberapa tugas utama, peran dan kepribadianpelatih perlu
diperhatikan seorang pelatih antara lain: “(1) perilaku, (2) kepemimpinan, (3)
sikap sportif, (4) pengetahuan dan keterampilan, (5) keseimbangan emosional, (6)
imajinasi, (7) ketegasan dan keberanian”. Pendapat lain dikemukakan Andi
Suhendro(199: 1.3) bahwa, “Tugas seorang pelatih di samping sebagai motivator
educator atau manager, seperti: menyiapkan program latihan, menyiapkan fasilitas
latihan, menyiapkan perangkat alat dan penunjang latihan. Dalam pelatihan
pengamatan seorang pelatih dalam latihan dituntut kemajuan sistem dan proses
latihan baik individu maupun kelompok”.
Tugas dan tanggungjawab seorang pelatih dalam pelatihan olahraga sangat
penting dan harus diperhatikan. Keberhasilan pelatihan sangat bergantung pada
kualitas seorang pelatih. Oleh karena itu, seorang pelatih berfungsi sebagai
seorang perencana (planner), seorang pemimpin (leader), sebagai teman (friend),
sebagai seorang yang selalu mau belajar (leaner) dan realist (Andi Suhendro
(1999: 1.4).
b. Karakteristik Atlet yang Baik
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, atlet adalah para pelaku dalam
kegiatan olahraga. Atlet sering dieja „atlet‟, dari Bahasa Yunani athlos yang
berarti kontes adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga
kompetitif. Para atlet ini ini harus mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari
rata-rata. Kata „atlet‟ ini juga seringkali digunakan untuk merujuk pada peserta
atletik.
Adapun menurut Undang-Undang di Negara Indonesia, atlet adalah pelaku
olahraga yang lebih lanjut disebut olahragawan. Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, olahragawan meliputi :
1. Olahragawan amatir, yakni melaksanakan olahraga yang menjadi
kegemaran dan keahliannya. Olahragawan amatir mempunyai hak sebagai
berikut :
28
a) meningkatkan prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan olahraga;
b) mendapatkan pembinaan dan pengembangan sesuai dengan cabang
olahraga yang diminati;
c) mengikuti kejuaraan olahraga pada semua tingkatan setelah melalui
seleksi dan/atau kompetisi;
d) memperoleh kemudahan izin dari instansi untuk mengikuti kegiatan
keolahragaan daerah, nasional, dan internasional; dan
e) beralih status menjadi olahragawan profesional.
2. Olahragawan profesional, yakni melaksanakan kegiatan olahraga sebagai
profesi sesuai dengan keahliannya. Setiap orang dapat menjadi
olahragawan profesional setelah memenuhi persyaratan:
a) pernah menjadi olahragawan amatir yang mengikuti kompetisi secara
periodik;
b) memenuhi ketentuan ketenagakerjaan yang dipersyaratkan;
c) memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan; dan
d) memperoleh pernyataan tertulis tentang pelepasan status dari
olahragawan amatir menjadi olahragawan profesional yang diketahui
oleh induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan.
Setiap olahragawan berkewajiban: a) menjunjung tinggi nilai luhur dan
nama baik bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b) mengedepankan
sikap sportivitas dalam setiap kegiatan olahraga yang dilaksanakan; c) ikut
menjaga upaya pelestarian lingkungan hidup; dan d) menaati peraturan dan kode
etik yang berlaku dalam setiap cabang olahraga yang diikuti dan/atau yang
menjadi profesinya.
Faktor utama yang dominan untuk mencapai prestasi olahraga adalah atlet.
Atlet adalah obyek yang menjadi sasaran untuk meraih suatu prestasi yang
setinggi-tingginya. Oleh karena itu, seorang atlet harus memiliki potensi yang
optimal terhadap cabang olahraga yang dipelajarinya, sehingga prestasi yang
29
tinggi dapat diciptakan. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:
60-61) menyatakan karakteristik atlet yang baik antara lain memiliki:
1) Tingkat atau derajat mutu (kualitas) bawaan sejak lahir.
2) Bentuk tubuh (postur tubuh) yang baik sesuai dengan cabang
olahraga yang diminatinya.
3) Fisik dan mental yang sehat.
4) Fungsi organ-organ tubuh yang baik seperti: jantung, paru-paru, ,
syaraf dan lain-lain.
5) Kemampuan gerak dasar yang baik seperti kekuatan, kecepatan,
kelincahan, daya tahan, koordinasi, daya ledak dan sebagainya.
6) Penyesuaian yang cepatdan tepat baik secara fisik maupun mental
terhadap pengalaman-pengalaman yang baru dan dapat membuat
penglaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk
dipergunnakan apabila dihadapkan pada fakta-fakta atau kondisi-
kondisi yang baru (inetelegnsi tinggi).
7) Sifat-sifat kejiwaan (karajter) bawaan sejak lahir yang dapat
mendukung terhadap pencapaian prestasi yang prima, antara lain
watak tinggi,kemauan keras, tabah, ulet, tahan uji, pemberani dan
semangat juang yang tinggi.
8) Kegemaran untuk berolahraga.
Karekteristik seperti tersebut di atas sangat penting untuk dimiliki setiap
atlet. Pelatih yang berkualitas, pelatihan yang baik, tanpa didukung dari potensi
atlet sendiri, maka prestasi yang tinggi tidak dapat tercapai.
4. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Tahun 2005
30
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan
tersebut, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan,
dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas
hukum. Olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan
pembangunan nasional sehingga keberadaan dan peranan olahraga dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus ditempatkan pada
kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional.
Selama ini bidang keolahragaan hanya diatur oleh peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang bersifat parsial atau belum mengatur
semua aspek keolahragaan nasional secara menyeluruh, dan belum
mencerminkan tatanan hukum yang tertib di bidang keolahragaan.
Permasalahan keolahragaan nasional semakin kompleks dan berkaitan
dengan dinamika sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dan bangsa serta
tuntutan perubahan global sehingga sudah saatnya Indonesia memiliki suatu
undang-undang yang mengatur keolahragaan secara menyeluruh dengan
memperhatikan semua aspek terkait, adaptif terhadap perkembangan olahraga
dan masyarakat, sekaligus sebagai instrumen hukum yang mampu mendukung
pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional pada masa kini dan
masa yang akan datang. Atas dasar inilah perlu dibentuk Undang-Undang
tentang Sistem Keolahragaan Nasional sebagai landasan yuridis bagi setiap
kegiatan keolahragaan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang ini memperhatikan asas
desentralisasi, otonomi, peran serta masyarakat, keprofesionalan, kemitraan,
transparansi, dan akuntabilitas. Sistem pengelolaan, pembinaan, dan
pengembangan keolahragaan nasional diatur dengan semangat kebijakan
otonomi daerah guna mewujudkan kemampuan daerah dan masyarakat yang
mampu secara mandiri mengembangkan kegiatan keolahragaan. Penanganan
31
keolahragaan tidak dapat lagi ditangani secara sekadarnya tetapi harus
ditangani secara profesional. Penggalangan sumber daya untuk pembinaan dan
pengembangan keolahragaan nasional dilakukan melalui pembentukan dan
pengembangan hubungan kerja para pihak yang terkait secara harmonis,
terbuka, timbal balik, sinergis, dan saling menguntungkan. Prinsip transparansi
dan akuntabilitas diarahkan untuk mendorong ketersediaan informasi yang
dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi semua pihak untuk berperan
serta dalam kegiatan keolahragaan, memungkinkan semua pihak untuk
melaksanakan kewajibannya secara optimal dan kepastian untuk memperoleh
haknya, serta mcmungkinkan berjalannya mekanisme kontrol untuk
menghindari kekurangan dan penyimpangan sehingga tujuan dan sasaran
keolahragaan nasional dapat tercapai.
Dalam Undang-Undang ini, sistem keolahragaan nasional merupakan
keseluruhan subsistem keolahragaan yang saling terkait secara terencana,
terpadu, dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional.
Subsistem yang dimaksud, antara lain, pelaku olahraga, organisasi olahraga,
dana olahraga, prasarana dan sarana olahraga, peran serta masyarakat, dan
penunjang keolahragaan termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan
industri olahraga. Interaksi antarsubsistem perlu diatur guna mencapai tujuan
keolahragaan nasional yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak.
Seluruh subsistem keolahragaan nasional diatur dengan memperhatikan
keterkaitan dengan bidang-bidang lain serta upaya-upaya yang sistematis dan
berkelanjutan guna menghadapi tantangan subsistem, antara lain, melalui
peningkatan koordinasi antarlembaga yang menangani keolahragaan,
pemberdayaan organisasi keolahragaan, pengembangan sumber daya manusia
keolahragaan, pengembangan prasarana dan sarana, peningkatan sumber dan
pengelolaan pendanaan, serta penataan sistem pembinaan dan pengembangan
olahraga secara menyeluruh.
32
Undang-Undang ini mengatur secara tegas mengenai hak dan
kewajiban serta kewenangan dan tanggung jawab semua pihak (Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat) serta koordinasi yang sinergis secara
vertikal antara pusat dan daerah dan secara horizontal antara lembaga terkait
baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah dalam rangka
pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan nasional. Sebagai
wujud kepedulian dalam pembinaan dan pengembangan olahraga, masyarakat
dapat berperan serta dengan membentuk induk organisasi cabang olahraga
pada tingkat pusat dan daerah. Organisasi/kelembagaan yang dibentuk oleh
masyarakat itu membutuhkan dasar hukum sehingga kedudukan dan
keberadaannya akan lebih mantap.
Keterbatasan sumber pendanaan merupakan permasalahan khusus
dalam kegiatan keolahragaan di Indonesia. Hal ini semakin terasa dengan
perkembangan olahraga modern yang menuntut pengelolaan, pembinaan dan
pengembangan keolahragaan didukung oleh anggaran yang memadai. Untuk
itu, kebijakan tentang sistem pengalokasian dana di dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dalam bidang keolahragaan sesuai dengan kemampuan anggaran harus
dilaksanakan agar pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional dapat
berjalan lancar. Selain itu, sumber daya dari masyarakat perlu dioptimalkan,
antara lain, melalui peran serta masyarakat dalam pengadaan dana,
pengadaan/pemeliharaan prasarana dan sarana, dan dalam industri olahraga.
Dengan Undang-Undang ini sistem pembinaan dan pengembangan
keolahragaan nasional ditata sebagai suatu bangunan sistem keolahragaan yang
pada intinya dilakukan pembinaan dan pengembangan olahraga yang diawali
dengan tahapan pengenalan olahraga, pemantauan dan pemanduan, serta
pengembangan bakat dan peningkatan prestasi. Penahapan tersebut diarahkan
untuk pemassalan dan pembudayaan olahraga, pembibitan, dan peningkatan
prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional. Semua
33
penahapan tersebut melibatkan unsur keluarga, perkumpulan, satuan
pendidikan, dan organisasi olahraga yang ada dalam masyarakat, baik pada
tingkat daerah maupun pusat. Sesuai dengan penahapan tersebut, seluruh ruang
lingkup olahraga dapat saling bersinergi sehingga membentuk bangunan
sistem keolahragaan nasional yang luwes dan menyeluruh. Sistem ini
melibatkan tiga jalur, yaitu jalur keluarga, jalur pendidikan, dan jalur
masyarakat yang saling bersinergi wntuk memperkukuh bangunan sistem
keolahragaan nasional.
Sistem keolahragaan nasional ditingkatkan, antara lain, melalui
penetapan standar nasional keolahragaan yang meliputi tenaga keolahragaan,
isi program penataran/ pelatihan, prasarana dan sarana, penyelenggaraan
keolahragaan, dan pengelolaan organisasi keolahragaan, serta pelayanan
minimal keolahragaan.
Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional ini akan
memberikan kepastian hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam kegiatan keolahragaan, dalam mewujudkan masyarakat dan
bangsa yang gemar, aktif, sehat dan bugar, serta berprestasi dalam olahraga.
Dengan demikian, gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat serta upaya meningkatkan prestasi olahraga dapat mengangkat
harkat dan martabat bangsa pada tingkat internasional sesuai dengan tujuan
dan sasaran pembangunan nasional yang berkelanjutan.
5. IKASI ((Ikatan Anggar Seluruh Indonesia)
Pada tahun 1951 merupakan awal berdirinya organisasi Anggar di
Indonesia dengan nama IPADI (Ikatan Pemain Anggar di Indonesia) dengan
Ketua Umum Dr. Singgih dan Sekretaris Umum Rusman Rukmantoro. Ketika
PON I tahun 1948, olahraga Anggar masuk dalam acara eksibisi, dan baru pada
34
PON II setelah berdirinya IPADI, Anggar masuk cabang olahraga resmi yang
dipertandingkan sampai sekarang.
Tahun 1953 diadakan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) yang pertama di
Jakarta serta Kongres, kemudian memilih R.A. Kosasih sebagai Ketua Umum dan
Ong Sik Lok sebagai Sekjen, dan nama IPADI berubah menjadi IKASI (Ikatan
Anggar Seluruh Indonesia), berkedudukan di Bandung.
6. Institusi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kata Institusi bisa di artikan sesuatu
yang di lembagakan oleh undang-undang, adat atau istiadat (seperti perkumpulan,
paguyuban,organisasi sosial ), sedangkan pengertian lembaga lebih menunjuk
pada sesuatu bentuk, sekaligus juga mengandung tentang seperangkat norma-
norma, peraturan-peraturan yang menjadi ciri lembaga tersebut. Lembaga
merupakan sistem yang kompleks yang mencakup berbagai hal yang berhubungan
dengan konsep sosial, psikologis, politik dan hukum.
Konsep lembaga/kelembagaan telah banyak di bahas dalam sosiologi,
antropologi, hukum dan politik. Dalam bidang sosiologi dan antropologi
kelembagaan banyak di tekankan pada norma, tingkah laku adat istiadat, dalam
ilmu politik kelembagaan banyak di tekankan pada aturan main, kegiatan kolektif
untuk kepentingan bersama. Dalam Psikologi menegaskan pentingnya
kelembagaan dari sudut pandang tingkah laku manusia. Sedangkan dari ilmu
hukum melihatnya dari sudut hukum atau regulasinya serta instrumen dan
litigasinya (Djogo, dkk, 2003)
7. Organisasi
a. Pengertian organisasi
Organisasi merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dalam suatu
kegiatan olahraga prestasi. Hal ini karena organisasi merupakan bagian yang
berfungsi mengelola kegiatan pembinaan olahraga prestasi. Seperti yang
diungkapkan Sudjarwo (1993: 10) bahwa, “Salah satu faktor exogen yang
35
mempengaruhi pencapaian prestasi yaitu kepengurusan dan organisasi cabang
olahraga yang bertanggung jawab”.
Pembinaan olahraga prestasi dapat berjalan dengan baik, jika organisasi
yang menangani pembinaan tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Tanpa
adanya organisasi, maka kegiatan pembinaan olahraga tidak dapat berjalan dengan
lancar. Mengutip dari Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional ( UUSKN )
bab XIII yang pertama pasal 35 dilanjutkan pasal 36 telah mengatakan tentang
pengelolaan olahraga:
Ayat (1) Dalam pengelolaan keolahragaan, masyarakat dapat membentuk
induk organisasi olahraga. (2) Induk organisasi cabang olahraga sebagaimana di
maksud pada ayat (1) dapat mendirikan cabang-cabangnya di provinsi dan
kabupaten/kota.
Dan tertera juga dalam pasal 36 ayat (1) Induk organisasi cabang olahraga
sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 membentuk suatu komite olahraga
nasional. (2) Pengorganisasian komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. (3) induk organisasi cabang olahraga dan komite
olahraga nasional sebagaiman dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri. (4)
Komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas:
(a) membantu Pemerintah dalam membuat kebijakan nasional dalam bidang
pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga prestasi pada tingkat
nasional; (b) mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga, organisasi
olahraga fungsional, serta komite olahraga provinsi dan komite olahraga
kabupaten/kota; (c) melaksanakan pengelolaan, pembinaan dan pengembangan
olahraga prestasi berdasarkan kewenanganya; dan (d) melaksanakan dan
mengordinasikan kegiatan multikejuaraan olahraga tingkat nasional.
Organisasi pada dasarnya merupakan sekumpulan orang-orang yang
melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan
dengan organisasi Direktorat Jendral Pendidikan Tingggi yang di kutip Suratmi
WS. (1991: 8) menyatakan, “organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang
36
atau lebih yang secara sadar dimaksudkan untuk mencapai tujuan”. Menurut
Dwight Waldo yang di kutip Soebagio Hartoko (1994: 13) bahwa, “organisasi
adalah struktur hubungan pribadi dalam wewenang formil dan kebiasaan di dalam
sistem organisasi”. Sedangkan Depdiknas (2001: 803) mendefinisikan pengetian
organisasi menjadi dua yaitu: “(1) Organisasi merupakan kesatuan (susunan dan
sebagaianya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) di
perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu. (2) Kelompok kerjasama
antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama”.
Berdasarkan pengertian organisasi yang di kemukakan tiga ahli tersebut
dapat di simpulkan bahwa, unsur utama suatu organisasi yaitu sekumpulan orang-
orang, melakukan kerjasama dan mencapai tujuan yang telah di tetapkan
Sedangkan menurut Sulistriyo, Ign. Wagimin dan Hery Sawiji (2003: 52) bahwa,
istilah organisasi dalam kehidupan sehari-hari diartikan dalam tiga kelompok
yaitu: “(1) Organisasi dalam arti statis, (2) Organisasi dalam arti dinamis dan (3)
Orgnisasi dalam arti lembaga atau badan”.
Organisasi dalam arti statis adalah kerangka hubungan antara orang-orang
yang bertangung jawab, dan yang bergerak ke arah usaha untuk mencapai tujuan
tertentu jadi organisasi dalam arti statis atau wadah ini merupakan gambaran
secara skematis tentang struktur daripada bagian-bagian dari suatu badan atau
lembaga. Gambaran organisasi dalam arti statis dapat di lihat dengan indera mata
dengan bantuan bagan organisasi.
Organisasi dalam arti dinamis adalah suatu proses penentuan bentuk dan
pola dari suatu organisasi, yang wujud dari kegiatan-kegiatannya meliputi
pembagian pekerjaan, pembatasan tugas-tugas, pembatasan kekuasaan dan
tanggung jawab, beserta pengaturan hubungan antar bagian-bagian didalam atau
badan yang bersangkutan.
Organisasi dalam arti badan atau lembaga adalah sekelompok orang yang
tergabung dan terikat secara formal dalam sistem kerjasama untuk mencapai suatu
tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Atau dengan kata lain, dimana saja
dalam kondisi dan keadaan apapun, apabila ada sekelompok orang yang
37
bekerjasama untuk mencapai tujuan muncullah apa yang disebut organisasi.
Pengertian organisasi dalam arti badan atau lembaga ini dalam arti statis dan
dinamis.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, organisasi dalam arti statis
merupakan bentuk skematis struktur organisasi yang dapat dilihat. Organisasi
dalam arti dinamis merupakan wujud dari kegiatan, pembagian tugas, dan
tanggungjawab dalam organisasi. Sedangkan pengertian organisasi dalam arti
badan atau lembaga merupakan kumpulan sekelompok orang yang terikat secara
formal untik mencapai tujuan. Organisasi salam arti lembaga atau badan
mencakup organisasi dalam arti statis maupun dinamis.
b. Asas Pokok Organisasi
Organisasi merupakan suatu alat atau sarana untuk mencapai tujuan tertentu,
dan tujuan tersebut tidak dapat dicapai kalau tidak ada sistem kerjasama
sekelompok orang dalam sebuah organisasi. Berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai dalam organisasi, maka dalam mendirikan organisasi diibaratkan
mendirikan rumah. Untuk mendirikan organisasi harus memiliki fondasi dan
kerangka organisasi yang baik. Fondasi atau landasan dan kerangka yang
dimaksud yaitu asas-asas organisasi. Asas organisasi harus diyakini betul oleh
setiap pembentuk organisasi atau pimpinan yang bertanggungjawab secara
keseluruhan. Untuk menjaga kontinyuitas organisasi dan semua aktivitas bergerak
ke arah tujuan yang hendak dicapai, maka asas tersebut harus betul-betul
menjiwai semua anggota organisasi. Menurut Sulistriyo dkk. (2003: 53-57) bahwa
ada tujuh asas pokok yang harus diperhatikan oleh setiap organisasi yaitu:
a. Perumusan tujuan yang jelas
b. Pembagian tugas dan pekerjaan.
c. Delegasi kekuasaan.
d. Rentangan kekuasaan
e. Tingkatan tata jenjang
f. Kesatuan perintah dan tanggung jawab
38
g. Koordinasi
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, asas pokok dalam suatu organisasi
mencakup tujuh macam yaitu: tujuan yang jelas, adanya pembagian tugas, adanya
delegasi kekuasaan, adanya rentangan kekuasaan, adanya tingkatan tata jenjang,
kesatuan perintah dan tanggungjawab serta adanya koordinasi yang baik dari
semua orang yang terlibat dalam organisasi. Ketujuh asas pokok dalam organisasi
tersebut harus dipahami dan dimengerti dalam mendirikan organisasi. Untuk lebih
jelasnya ketujuh asas pokok organisasi tersebut diuraikan secara singkat sebagai
berikut
1) Perumusan Tujuan yang Jelas
Sesuatu yang hendak dicapai suatu organisasi hendaknya dirumuskan
dengan jelas dan dipahami oleh setiap anggota organisasi. Dengan demikian dapat
menjiwai setiap orang dalam melaksanakan tugasnya, atau mungkin dapat
menyumbangkan ide, kreasi terhadap tindakan atau langkah yang diambil untuk
mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut akan menambah keyakinan, memberi
motivasi dalam menjalankan tugas, karena diikutsertakan, diberi wewenang dan
merasa mempunyai peranan, maka akan selalu tergugah hatinya untuk dapat
mempertanggungjawabkan tugas yang dilimpahkan dengan sebaik mungkin.
Apabila setiap orang di dalam organisasi mengetahui tujuan yang hendak dicapai
organisasi, menurut Sulistrityo dkk., (2003: 54) ada beberapa hal yang dapat
dilaksanakan yaitu:
a. Mereka mengatakan apa yang diharapkan oleh organisasi dari mereka
masing-masing
b. Mereka dapat memahami apa yang mereka dapat harapkan dari
organisasi
c. Mereka dapat menilai apakah tujuan organisasi itu sinkron dengan
tujuan mereka pribadi.
39
d. Jika belum sinkron, mereka dapat memutuskan apakah berusaha untuk
mensinkronkan atau tidak, ataukah akan meninggalkan organisasi
tersebut.
Merumuskan tujuan yang jelas dalam sebuah organisasi adalah sangat
penting. Dengan tujuan organisasi yang jelas, maka setiap orang yang terlibat
dalam organisasi akan mengetahui dan memahami apa yang diharapkan dari
organisasi, dapat menilai tujuan organisasi sinkron atau tidak dengan tujuan
pribadi dan mampu mengambil keputusan terhadap tujuan organisasi apabila
tujuannya tidak sinkron dengan tujuan pribadinya dengan bertindak
mensinkronkan atau keluar dari organisasi.
2) Pembagian Tugas Pekerjaan
Berdasarkan unsur utama dari organisasi yaitu kumpulan sekelompok
orang, melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar
orang-orang yang terlibat dalam organisasi dapat melakukan kegiatan dengan
baik, maka perlu dilakukan pembagian tugas pekerjaan, baik pembagian tugas ke
dalam satuan-satuan organisasi, ke dalam sub-sub unit, atau sampai ke dalam
satuan-satuan pelaksana (operating unit). Di dalam organisasi terdapat satuan-
satuan organisasi dengan pejabat, tugas, wewenang dan tanggungjawab serta
hubungan satu sama lain yang masing-masing pejabat mempunyai peranan
tertentu dalam lingkungan kesatuan utuh. Pembagian tugas pekerjaan dalam
organisasi adalah aktivitas untuk membagi-bagi tugas pekerjaan dalam satuan-
satuan tertentu atau ke dalam bagian-bagian yang khusus. Karena organisasi
dalam arti fisiolofis adalah manifestasi kemampuan manusia untuk bekerja secara
kooperatif, maka tugas-tugas yang terdapat di dalam organisasi harus dibagi-bagi
sesuai dengan kemampuan, keahlian dan bakat orang-orang yang ada dalam
organisasi tersebut.
3) Delegasi kekuasaan
Delegasi kekuasaan merupakan penyerahan sebagian hak untuk mengambil
tindakan yang diperlukan dari pejabat yang lebih tinggi tingkatannya kepada
40
pejabat yang lebih rendah, atau pejabat satu kepada yang lain yang sederajat
mengingat bahwa kemampuan seseorang itu terbatas. Hal ini artinya,tidak semua
orang mengetahui semua hal dalam organisasi sampai ke hal yang paling
kecil,terlebih-lebih organisasi tersebut besar dan kompleks tugas-tugas yang harus
dilaksanakan untuk merealisasi tujuan organisasi. Dengan demikian delegasi
kekuasaan merupakan suatu asas esensiil, agar organisasitersebut kegiatannya
dapat berjalan lancar. Namun demikian, dalam memberikan tugas harus disertakan
juga kekuasaan atau batas-batas kewenangan yang sepadan dengan fungsi dan
tanggungjawab yang akan diberikan.
4) Rentangan kekuasaan
Di dalam organisasi terdapat beberapa orang yang mempunyai predikat
pimpinan. Baik pimpinan tingkat atas, tingkat menengah atau pun tingkat
bawah.Mereka dikatakan pimpinan praktis yang mempunyai bawahan. Asas yang
berkenaan dengan penentuan jumlah bawahan atau tanggungjawab yang harus
berada di bawah pengawasan seorang pejabat termasuk dalam pengertian
rentangan kekuasaan. Menurut Sulistriyo dkk., (2003: 56) bahwa, untuk
menentukan jumlah orang atau tanggungjawab yang tepat yang harus berada di
bawah pengawasan seorang pejabat ada lima faktor yang harus diperhatikan yaitu:
“(1) manusia (man power), (20 corak pekerjaan, (3) tata ruang atau tempat kerja,
(4) alat perlengkapan dan (5) corak hasil kerja”
5) Tingkatan tata jenjang
Tingkatan tata jenjang merupakan jumlah tingkatan menurut kedudukan dari
atas ke bawah yang tiap-tiap tingkatan terdapat pejabat dengan tugas, wewenang
dan tanggungjawab tertentu. Untuk menentukan jumlah tingkatan atau
hirarki, hendaknya diperhatikan benar-benar akan corak daripada pekerjaan.
Hendaknya diusahakan jenjang organisasi sependek mungkin, sehingga akan
mengurangi hambatan dalam proses penyerahan kekuasaan dan tanggungjawab.
Semakin banyak jenjang berarti semakin banyak pula kemungkinan hambatan
penyaluran setiap kebijaksanaan. Jenjang atau hirarki ini sangat erat hubungannya
rentang kekuasaan. Sulistriyo dkk., (2003: 57) menyatakan bahwa, untuk
41
menentukan hirarki organisasi dan rentang kekuasaan, hendaknya diikutsertakan
beberapa pertimbangan yaitu: “(1) Bilamana rentang kekuasaan luas, maka
jenjang organisasi harus pendek. (2) Bilamana rentang kekuasaan sempait, maka
jenjang organsiasi harus panjang, dan yang paling baik adalah jenjang organisasi
yang pipih (flat of organization)”.
6) Kesatuan perintah dan tanggung jawab
Di dalam organisasi terdapat satuan-satuan tugas yang harus dilaksanakan
oleh pelaksana. Oleh karena itu, setiap pelaksana hendaknya hanya menerima
perintahdan tanggungjawab dari satu atasan, dan dilaksanakan dengan
menggunakan saluran komunikasi yang tegas. Maksudnya agar semua petugas
dapat mengetahui dari siapa ia menerima perintah dan kepada siapa ia
mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya. Di samping itu, pelaksanaan asas
ini dapat menghindarkan kemungkinan adanya kesamaan atau kevakuman dalam
pelaksanaan pekerjaan yang disebabkan karena adanya bawahan yang
dapatmenerima perintah lebih dari satu atasan.
7) Koordinasi
Koordinasi merupakan suatu kondisi dimana terkandung aspek-aspek tidak
terjadinya kekacauan, percecokan, kesamaan atau kekosongan pekerjaan, sebagai
akibat dari pekerjaan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan
menyelaraskan orang-orang dan pekerjaan dalam suatu kerjasama yang diarahkan
pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Aktivitas yang berupa menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan
menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya, sehingga semuanya berlangsung
secara tertib dan seirama menuju tercapainya tujuan, inilah yang disebut
pengkoordinasian (coordinating).
Ketujuh asas organisasi seperti yang diuraikan di atas berguna untuk
membina dan menjaga kelestarian organisasi. Dengan mengetrapkan asas-asas
organisasi yang tepat dan menjiwai sebagai anggota organisasi senantiasa akan:
a. Mengetahui dengan sadar akan arti eksistensi organisasi dan tugas
mereka masing-masing.
42
b. Mengerti dan yakin akan tujuan yang hendak dicapai
c. Mengetahui bagaimana cara dan kebijaksanaa apa yang perlu di
tetapkan
d. Dapat menempatkan diri baik kedudujanya sebagai anggota organisasi
yang mempunyai sikap loyal, maupun dalam kedudukanya sebagi
anggita masyarakat. (Sulistriyo dkk, 2003:58)
Banyak manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya asas-asas organisasi
yang tepat. Dengan asas-asas organisasi, maka setiap orang yang terlibat dalam
organisasi akan mengetahui dengan sadar arti dan eksistensi organisasi dan
tugasnya, mengerti dan yakin tujuan yang akan dicapai, mengetahui kebijakan
yang harus ditetapkan uintuk mencapai tujuan serta dapat menempatkan diri
dengan baik sebagai anggota serta loyal terhadap organisasi.
c. Prinsip-prinsip Organisasi
Prinsip organisasi menurut A.P. Pandjaitan (1992:2) adalah sebagai
berikut :
1) Prinsip bahwa organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas.
2) Organisasi di bentuk atau disusun atas dasar adanya tujuan. Tidak ada
organisasi yang tidak mempunyai tujuan. Misalnya:
3) Organisasi kekuasaan (negara) dibentuk untuk mencapai tujuan
negara/nasional
4) Organisasi olah raga, dalam hal ini KONI, dibentuk untuk mencapai tujuan
agar dalam bidang olah raga tercapai prestasi yang setinggi-tingginya.
5) Organisasi siswa Intra Sekolah (OSIS) dibentuk untuk melatih siswa
berorganisasi.
6) Prinsip kesatuan komando.
7) Bahwa seseorang hanya menerima perintah atau komando dan
bertanggung jawab terhadap seseorang atasanya.
8) Prinsip pertanggungjawaban
43
9) Dalam menjalankan tugasnya, bawahan harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasanya. Sekalipun demikian atasnya tidak dapat
menghindarkan pertanggungjawabannya atas segala kegiatan/perbuatan
yang dilakukan oleh bawahannya.
10) Prinsip pembagian kerja
11) Setiap orang mempunyai kemampuan yang terbatas dalam melakukan
segala macam pekerjaan. Oleh karena itu pembagian pekerjaan berarti
bahwa kegiatan-kegiatan dalam melakukan pekerjaan harus dikhususkan
secara sempurna. Kegiatan ini harus ditentukan secara jelas demi
keefektifan dalam pencapaian tujuan organisasi
12) Prinsip kepemimpinan.
13) Sekalipun susunan organisasi telah ditentukan, wewenang telah
dilimpahkan kepada setiap orang sesuai dengan tugasnya untuk mencapai
tujuan organisasi, perlu adanya kemampuan kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan
orang lain, sehingga mereka bertindak dan berperilaku sebagaimana
diharapkan, terutama bagi tercapainya tujuan yang diinginkan.
d. Organisasi Olahraga
Menurut J.S. Husdarta, (2009) kegiatan olahraga, termasuk juga penjas
yang mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan, memerlukan
manajemen yang baik. Kegiatan olahraga semakin berkembang dalam corak yang
semakin beragam. Aneka motif mulai tumbuh sesuai pula dengan kebutuhan
manusia dalam kaitannya dengan olahraga. Ada motif yang bertujuan hanya untuk
memenuhi dorongan berafiliasi atau memperoleh pergaulan yang luas, dan ada
pula motif untuk memperoleh kekuasaan, dan masih banyak lagi motif lainnya.
Keseluruhan kegiatan yang semakin kompleks itu, memerlukan manajemen.
Karena dalam kegiatan itu terdapat sejumlah faktor yang harus dikelola.
Kegiatannya melibatkan beberapa komponen meliputi:
1) Tujuan: termasuk prioritas.
44
2) Manajemen: termasuk koordinasi.
3) Fasilitas: tempat untuk menyelenggarkan kegiatan.
4) Sumber belajar: sumber pendukung bagi kelangsungan program.
5) Program : pengalaman belajar yang harus disediakan.
6) Pelatih/guru: berfungsi sebagai fasilitatir dan manajer perubahan perilaku.
7) Siswa/ atlet: subjek yang menjadi pelaku dan sekaligus mengalami
pemberian pengalaman belajar.
8) Kendali mutu: berkaitan dengan evaluasi dan riset.
9) Supervisi: pengendalian mutu, dan terkait pula dengan unsur leading.
10) Biaya: konsekuensi logis dari semua kebutuhan.
Organisasi olahraga yang baik harus memenuhi syarat-syarat khusus
sebagai organisasi olahraga, sehingga dapat terwujud organisasi olahraga yang
sehat, baik dan berjalan dengan lancar. Di indonesia ada lebih dari 30 cabang
organisasi olahraga dari beberapa macam cabang satu dengan yang lain berbeda-
beda sehingga diperlukan wadah untuk menampung aspirasi setiap organisasi dan
sebagai induk organisasi olahraga adalah komite Olahraga Nasional Indonesia
atau disebut KONI pusat ini membawahi dan mengkoordinir semua organisasi-
organisasi olahraga di Indonesia. Kalau sudah ada induk organisasi maka akan
terjalin kerjasama yang baik antar organisasi olahraga baik di tingkat daerah
maupun pusat.
Organisasi Olahraga Anggar menjadi induk organisasi yang berada di
daerah adalah Ikatan Anggar Seluruh Indonesia sering disebut IKASI.
d. Struktur dan Bagan Organisasi
Dalam sebuah organisasi harus dibentuk struktur organisasi setelah
terbentuk lalu dimasukkan ke dalam bagan organisasi untuk mengetahui tugas dan
tanggung jawab setiap orang dan juga memperjelas jabatan setiap kegiatan. Ada
beberapa ahli yang mengemukakan tentang hal di atas:
45
1) Delton E.Mc Ferland : struktur organisasi adalah pola jaringan
berhubungan antara bermacam-macam jabatan dan para pemegang
jabatan.
2) Richard A. Johnson, Fermout E. Kast dan J.E Rousseuzweig : struktur
organisasi adalah hubungan antara macam-macam fungsi atau aktifitas di
dalam organisasi.
3) John Pfiffiner dan Owen Lane : struktur organisasi adalah hubungan antara
pegawai dan aktifitas mereka satu sama lain serta terhadap keseluruhan,
dimana bagian-bagiannya adalah tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan atau
fungsi-fungsi dan masing-masing anggota kelompok pegawai yang
melaksanakannya.
Tiga batasan tentang organisasi di atas, dapat di simpulkan bahwa struktur
organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi yang di
dalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang masing-masing
mempunyai peran dalam satuan yang utuh.
Bagan organisasi adalah gambaran struktur organisasi yang di tunjukkan dengan
kotak-kotak atau garis-garis yang susun menurut kedudukannya yang masing-
masing memuat fungsi tertentu, yang satu sama lain dihubungkan dengan garis-
garis saluran wewenang dan tanggung jawab. Dalam organisasi menurut Henry G.
Hodges dalam Hani Handoko ( 1984) mengemukakan empat bentuk bagan
organisasi:
1) Bentuk piramid. Bentuk ini yang paling banyak di gunakan, karena
sederhana, karena sederhana, jelas dan mudah dimengerti.
2) Bentuk vertikal. Bentuk vertikal agak menyerupai bentuk piramid, yaitu
dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagan vertikal
berwujud tegak sepenuhnya.
3) Bentuk horizontal. Bagan ini menekankan pada hubungan antara satu
jabatan dengan jabatan lain. Bagan bentuk lingkaran jarang sekali
digunakan dalam praktek.
46
Gambar 9. Bentuk-bentuk bagan Organisasi
e. Unsur-Unsur Organisasi
Organisasi merupakan kumpulan sekolompok orang yang saling
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai
tujuan,maka dibutuhkan unsur-unsur yang mendukung kelancaran kegiatan
organisasi. Menurut T. Hani Handoko (1994: 169-171) unsur-unsur yang terdapat
dalam organisasi yaitu: “(1) Pengurus, (2) Anggota, (3) Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, (4) Rencana kerja dan (5) Anggaran belanja”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa unsur pokok dalam sebuah
organisasi terdiri dari lima bagian yaitu: pengurus, anggota, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, rencana kerja dan anggaran belaja. Untuk lebih
jelasnya unsur-unsur organisasi tersebut dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1) Pengurus
Pengurus organisasi bertugas mengelola organisasi sesuai dengan jabatan
dan kedudukannya masing-masing. Setiap pengurus dituntut memahami
keberadaanyaHal ini artinya, mereka mempunyai tanggungjawab terhadap
jalannya organisasi. Dapat dikatakan, maju dan mundurnya suatu
47
organisasitergantung kemampuan para pengurusnya dalam mengelola oragnisasi.
Dalam melaksanakan tugasnya, pengurus ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya masing-masing dan harus menjalankan tugas dan tanggungjawab
sesuai kedudukannya dalam organisasi.
Susunan pengurus dalam organisasi menyesuaikan kebutuhan dari
organisasi yang bersangkutan. Banyaknya unsur-unsur kepengurusan dalam
organisasi tidak ada aturan khusus yang harus dipenuhi, tetapi menyesuaikan
kebutuhan dari organisasi ang bersangkutan
2) Anggota
Anggota dalam suatu organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang
tidak menduduki jabatan dalam kepengurusan organisasi. Tetapi antara anggota
pengurus merupakan unsur penting dalam organisasi yang harus dapat
menciptakan dan mewujudkan suatu kerjasama yang baik agar aktivitas yang
dijalankan dapat berjalan dengan lancar.
Penerimaan menjadi anggota dalam suatu organisasi harus disebaik
mungkin. Setiap organisasi memiliki prosedur dan persyaratan sendiri-sendiri.
Sebagai misal, untuk menjadi anggota organisasi tenis meja Surakarta, tentunya
harus memenuhi syarat sesuai tuntutan dalam cabang olahraga tenis meja.
3) Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
Semakin banyak anggota dalam organisasi, maka semakin banyak pula
permasalahan yang timbul. Untuk mengatasi masalah yang timbul dalam suatu
organisasi, suatu organisasi mempunyai peraturan yang harus dipatuhi oleh
semuapengurus dan anggota organisasi. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Rumah Tangga (ART) merupakan landasan pokok untuk memudahkan
pelaksanaan kegiatan dalam organisasi dan merupakan petunjuk kearah mana
suatu organisasi akan dibawa.
Dalam suatu organisasi olahraga perlu adanya aturan-aturan yang harus
ditaati oleh semua pengurus dan anggota agar tujuan organisasi dapat tercapai.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan Anggaran Dasar (AD) dan
Anggran Rumah Tangga (ART).
48
4) Rencana Kerja
Rencana kerja merupakan sesuatu yang harus dilakukan dalam suatu
organisasi. Dapat dikatakan bahwa, kegagalan berorganisasi dapat terjadi pada
organisasi karena tidak jelasnya rencana kerjanya. Rencana kerja dibuat
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Rencana kerja harus disusun secara
periodik serta jelas, langkah-langkah apa yang akan ditempuh guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan dibuat rencana kerja yang jelas, maka setiap
pengurus organisasi tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya.
5) Anggaran Belanja
Anggaran belanja merupakan merupakan salah satu bentuk dari berbagai
rencana kerja yang telah disusun dalam organisasi. Dalam menyusun anggaran
belanja harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan dari organisasi.
Anggaran belanja yang dibuat hendaknya bersifat realistis, luwes dan kontinyu
dan harus mampu mengatasi kemungkinanyang terjadi tetapi dapat berubah sesuai
dengan keadaan, serta jangan sampai anggaran belanja yang dibuat tidak sesuai
perhitungan yang sudah direncanakan, karena kalau salah perhitungan akan sangat
mempengaruhi kinerja dari organisasi.
8. Manajemen
a. Pengertian Manajemen
Manajemen didefinisikan orang dalam berbagai rumusan dan sampai saat ini
belum ada satu rumusan yang disepakati dan diterima (acceptable) secara
universal. Menurut Sulistriyo dkk., (2003: 1) bahwa, “Management is getting
things done through the efforts of other people”. Yang artinya, mencapai sesuatu
yang dilakukan melalui upaya orang lain. Sedangkan pengertian manajemen
menurut Ign. Wagimin (1987: 6) yaitu, “Manajemen merupakan rangkaian
perbuatan menggerakan karyawan-karyawan dan mengerahkan segenap fasilitas
kerja agar tujuan kerjasama itu benar-benar tercapai”.Sedangkan Soebagio
Hartoko, (1994: 18) menyatakan bahwa manajemen adalah perbuatan yang
49
menggerakkan sekelompok orang dan mengerahkan semua fasilitas dalam usaha
kerjasama. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dari kerjasama dalam
suatu organisasi, maka manajemen dibedakan menjadi dua yaitu (1)
menggerakkan sekelompok orang dengan mendorong, memimpin, mengarahkan
dan menertibkan, (2) mengarahkan semua fasilitas dengan menghimpun,
mengatur, memelihara serta mengendalikan alat-alat, benda, uang, ruang dan
waktu.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, manajemen
kemampuan seseorang untuk menggerakan orang dan mengerahkan fasilitas
dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan
manajeman, maka kegiatan organisasi dapat berjalan dengan baik. Hal ini sesuai
dengan tujuan manajeman yang dikemukakan Sulistriyo dkk. (2003: 3) bahwa,
“Tujuan manajeman yaitu (1) untuk mencapai keteraturan, kelancaran dan
kesinambungan usaha dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan, (2)
Untuk mencapai efisiensi yaitu suatu perbandingan terbaikantara usaha dengan
hasil atau antara input dengan output”.
Dengan manajemen maka suatu kegiatan dapat terencana dengan baik,
mampu mengambil keputusan dengan benar sehingga kegiatan dapat berjalan
lancar dan tujuan yang ditetapkan akan dapat tercapai dengan baik. Hal ini sesuai
fungsimanajeman yang dikemukakan Soebagio Hartoko (1994: 18) yaitu, “Fungsi
manajeman yaitu: (1) perencanaan, (2) menentukan keputusan, (3) pembimbingan,
(4) pengorganisasian, (5) pengendalian dan (6) penyempurnaan”. Sebuah
organisasi akan berjalan dengan baik dan lancar, jika pengelolaanmanajemennya
juga baik. Dapat dikatakan, berjalan atau tidaknya sebuah organisasi sangat
bergantung dari manajemennya. Oleh karena itu, dalam suatu organisasi peranan
manajemenn sangat penting dan harus berjalan dengan baik dan benar.
b. Ruang Lingkup Manajemen
Organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang saling bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini artinya, keberadaan
organisasi tidak dapat berdiri sendiri, tetapi membutuhkan hubungan kerjasama
50
dengan organisasi di dalam masyarakat atau publik ekstern. Publik ekstern yang
dimaksud berupa individu, organisasi lain baik yang sejenis atau tidak maupun
instansi pemerintah. Menurut Sulistriyo dkk., (2003: 43) memformulasikan ruang
lingkup manajemen meliputi:
1) Fungsi ke dalam (internal function) yang dapat dilihat dari dua sudut yaitu:
a. Dari sudut proses yang dapat didefinisi menjadi planning, organizing,
directing, controlling dan evaluating.
b. Dari sudut bidang bisnis misalnya dapat didefinisikan menjadi bidang
produksi, bidang pembelian, bidang penjualan, bidang personalia,
bidnag keuangan, bidang perkantoran dan lain sebagainya.
2) Fungsi keluar (external function) yang meliputi:
a. Mewakili organisasi di bidang pengadilan.
b. Mengambil kegiatan sebagai suatu warga negara.
c. Mengadakan hubungan dengan unsur-unsur masyarakat.
Dari kedua fungsi keluar, pada fungsi yang ketiga membutuhkan
pembatasan. Tiap organisasi tidaklah berdiri sendiri pasti membutuhkan hubungan
dengan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Baik tidaknya hubungan suatu
organisasi dengan masyarakat adalah salah satu unsur yang esensial berhasil
tidaknya manajer merealisasikan tujuan organisasi.
9. Prasarana dan Sarana
Prasarana dan sarana merupakan faktor pendukung yang penting dalam
pembinaan olahraga prestasi. Kelancaran kegiatan pembinaan olahraga sangat
bergantung prasarana dan sarana yang memadai. Hal ini karena, pembinaan
olahraga tidak cukup hanya mengandalkan kesiapan fisik yang baik saja, tetapi
juga perlu didukung prasarana dan sarana yang memadai agar pelaksanaan
pembinaan olahraga dapat berjalan dengan lancar. Berkaitan dengan prasarana
Soepartono (1999/2000: 5) menyatakan, “Prasarana didefinisikan sebagai sesuatu
yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relative
51
permanent. Salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan”. Menurut
Depdiknas (2001: 893&999) menjelaskan:
1) Prasarana merupakan segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, bangunan, dan lain sebagainya).
2) Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
dalam mencapaimaksud atau tujuan berupa alat atau media dan lain
sebagainya.
3) Alat-alat olahraga atau supplies biasanya dipakai dalam waktu relatif
pendek. Misalnya bola, raket, jaring bola basket, jaring tenis, pemukul
bola dan lain-lain.
Prasarana merupakan faktor utama dalam kegiatan pembinaan olahraga.
Dalam pembinaan olahraga permainan sepakbolaharus memiliki tempat atau
lapangan (stadion) agar pembinaan dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
sarana merupakan suatu benda yang digunakan dalam latihan atau bertanding
dimana dalam latihan atau pertandingan benda atau alat tersebut tidak dapat
dipindah-pindahkan. Sedang alat olahraga merupakan suatu benda yang
digunakan dalam berolahraga, mudah untuk dipindah-pindah dan digunakan
dalam waktu relatif singkat. bersemangat dalam melakukan latihan jika sarana dan
prasarana memadai. Dalam hal ini negara juga sudah mengatur dan tertera dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional di Bab XI mengatakan tentang Prasarana dan Sarana
Olahraga Pasal 67 dan pasal 68
Pasal 67 bebunyi:
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas
perencanaan,
pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan prasarana
olahraga.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan prasarana
olahraga sesuai
dengan standar dan kebutuhan Pemerintah dan pemerintah daerah.
52
(3) Jumlah dan jenis prasarana olahraga yang dibangun harus
memperhatikan potensi
keolahragaan yang berkembang di daerah setempat.
(4) Prasarana olahraga yang dibangun di daerah wajib memenuhi jumlah dan
standarminimum yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(5) Ketentuan mengenai tata cara penetapan prasarana olahraga sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan Peraturan Presiden.
(6) Badan usaha yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan dan
permukiman berkewajiban menyediakan prasarana olahraga sebagai
fasilitas umum dengan standar dan kebutuhan yang ditetapkan oleh
Pemerintah yang selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah
sebagai aset/milik pemerintah daerah setempat.
(7) Setiap orang dilarang meniadakan dan/atau mengalihfungsikan prasarana
olahragayang telah menjadi aset/milik Pemerintah atau pemerintah
daerah tanpa rekomendasiMenteri dan tanpa izin atau persetujuan dari
yang berwenang sesuai dengan peraturanperundang-undangan.
Dan juga pasal 68 menjelaskan sebagai berikut:
(1) Pemerintah membina dan mendorong pengembangan industri sarana
olahraga dalam negeri.
(2) Setiap orang atau badan usaha yang memproduksi sarana olahraga wajib
memperhatikan standar teknis sarana olahraga dari cabang olahraga yang
bersangkutan.
(3) Sarana olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diproduksi,
diperjualbelikan,dan/atau disewakan untuk masyarakat umum, baik untuk
pelatihan maupun untuk kompetisi wajib memenuhi standar kesehatan
dan keselamatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Produsen wajib memberikan informasi tertulis tentang bahan baku,
penggunaan, dan pemanfaatan sarana olahraga untuk memberikan
perlindungan kesehatan dan keselamatan.
53
(5) Perlakuan bea masuk, pajak pertambahan nilai, dan pajak penjualan atas
barang mewah untuk sarana olahraga diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepabeanan dan perpajakan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana olahraga sebagaimana dimaksud
pada ayat(1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Jadi dalam hal ini keberadaan prasarana dan sarana sangat penting sehingga
sudah di atur sedemikian rupa tentunya dalam lingkup pembinaan olahraga,
sehingga prestasi yang tinggi dapat tercapai. Tanpa adanya prasarana dan sarana
yang memadai, maka pembinaan tidak dapat berjalan sebagai mestinya, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai.
Pelaksanaan pembinaan olahraga anggar tidak terlepas adanya prasarana
yang memadai. Prasarana utama dalam olahraga anggar yaitu ruangan tertutup,
yang memiliki panjangnya 12 meter dan lebarnya 2 meter. Ditutupi linolium
(gabus) dan dilengkapi peralatan elektronik untuk mengetahui terjadinya poin.
Sarana yang digunakan dalam olahraga anggar yaitu pedang yang pada tiap-tiap
nomer berbeda bentuknya, Masker (Pelindung Muka).Sarung Tangan.Baju Jaket
terbuat dari bahan yang kuat dan berwarna putih. Untuk kelancaran pembinaan
olahraga anggar, maka harus memiliki prasarana dan sarana yang memadai.
Dalam hal ini bisa menjadi faktor pendukung yang penting dalam
pembinaan olahraga. Kelancaran kegiatan pembinaan olahraga sangat bergantung
prasarana dan sarana yang memadai. Hal ini karena, pembinaan olahraga tidak
cukup hanya mengandalkan kesiapan fisik yang baik saja, tetapi juga perlu
didukung prasarana dan sarana yang memadai agar pelaksanaan pembinaan
olahraga dapat berjalan dengan lancar.
Fasilitas atau prasarana merupakan bentuk permanen yang berupa bangunan
atau tempat baik yang berada di luar maupun di dalam yang digunakan untuk
aktivitas olahraga. Sarana adalah suatu benda yang digunakan dalam latihan atau
bertanding dimana dalam latihan atau pertandingan benda atau alat tersebut tidak
dapat dipindah-pindahkan. Sedang alat olahraga adalah suatu benda yang
54
digunakan dalam berolahraga, mudah untuk dipindah-pindah dan digunakan
dalam waktu relatif singkat.
Keberadaan prasarana dan sarana sangat penting dalam pembinaan olahraga,
sehingga prestasi yang tinggi dapat tercapai. Tanpa adanya prasarana dan sarana
yang memadai, maka pembinaan tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai.
10. Sumber Dana
Pendanaan atau dana merupakan faktor yang penting dalam kegiatan
olahraga. Dapat dikatakan, berjalan atau tidaknya kegiatan olahraga sangat
bergantung dari pendanaan. Oleh karena itu, suatu kegiatan olahraga harus
memiliki dana yang cukup agar kegiatan olahraga dapat berjalan dengan lancar
dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Adapun yang dimaksud dengan
dana menurut Depdiknas. (2001: 234) bahwa, “Dana merupakan uang yang
disediakan untuk suatu perkumpulan, biaya, kesejahteraan, pemberian hadiah”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dana merupakan uang yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan olahraga. Oleh karena itu,
dalam pembinaan olahraga pengelolaan keuangan harus dilakukan sebaik
mungkin. Adapun yang dimaksud keuangan menurut Ign. Wagimin (1987: 7) ,
“Rangkaian perbuatan mengelola pembelanjaan dalam usaha kerjasama”.
Sedangkan Sulistriyo dkk. (2003: 5) berpendapat, “Keuangan yaitu proses
kegiatan yang berkenaan dengan pengadaan, pengalokasian, penggunaan dan
pertanggungjawaban”.
Uang yang dimiliki suatu organisasi harus dikelola dengan baik, digunakan
sesuai dengan kebutuhan dan dari penggunaan uang tersebut harus ada
pertanggungjawabannya. Pertanggungjawaban penggunaan uang dalam sebuah
organisasi adalah sangat penting, sehingga semua orang-orang yang terlibat dalam
organisasi tersebut mengetahui penggunaan uang secara keseluruhan. Dengan
adanya uang, maka segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembinaan olahraga
55
dapat terpenuhi. Tanpa adanya dana yang memadai kegiatan olahraga tidak dapat
berjalan. Oleh karena itu, suatu kegiatan olahraga harus memiliki dana yang
cukup agar kegiatan pembinaan olahraga dapat berjalan dengan lancar dan tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai.Dana dalam kegiatan olahraga dapat
diperoleh dari berbagai sumber.
Dana dapat digali dari orang-orang yang terlibat dalam kegiatan olahraga
tersebut, sponsor, bantuan pemerintah, sumbangan dari masyarakat dan lain
sebagainya. Untuk mendapatkan dana, maka adanya organisasi sangat penting
dalam kegiatan olahraga. Dari organisasi yang telah dibentuk, tentunya ada bagian
khusus yang bertugas untuk menggali atau mencari dana. Kepengurusan
organisasi bagian dana harus terampil mencarikan sumber dana dari berbagai
pihak. Dalam menggali dana dari kepengurusan organisasi yang menangani
pendanaan dapat menempuh beberapa cara misalnya, mengadakan iuran dari
anggota dan pengurus organisasi, mengajukan proposal ke pemerintah atau
masyarakat, membuat karcis atau tiket pertandingan dan lain sebagainya.Semua
itu dikutip dari Undang-Undang Sistem Keolahragaan Naional (UUSKN) nomor 3
Tahun 2005 BAB XII tentang Pendanaan Olahraga di dalam pasalnya yaitu pasal
69, pasal 70, pasal 71, pasal 72, dan juga pasal 73 berikut bunyinya :
Pasal 69 Ayat(1) Pendanaan keolahragaan menjadi tanggung jawab bersama
antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Ayat (2) Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Pasal 70 Ayat(1) Sumber pendanaan keolahragaan ditentukan berdasarkan
prinsip kecukupan dankeberlanjutan. ayat(2) Sumber pendanaan keolahragaan
dapat diperoleh dari:
a. masyarakat melalui berbagai kegiatan berdasarkan ketentuan yang
berlaku;
b. kerja sama yang saling menguntungkan;
c. bantuan luar negeri yang tidak mengikat;
56
d. hasil usaha industri olahraga; dan/atau
e. sumber lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 71 Ayat(1) Pengelolaan dana keolahragaan dilakukan berdasarkan
pada prinsip keadilan,efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. ayat(2)
Dana keolahragaan yang dialokasikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah
dapatdiberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 72 Ketentuan lebih lanjut mengenai pendanaan keolahragaan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 sampai dengan Pasal 71 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 73 Pengaturan pajak bagi setiap orang yang memberikan dukungan
dana untuk pembinaandan pengembangan keolahragaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bidang perpajakan.
Jadi dalam hal ini yang terpenting dalam menggali dana dibuat laporan
yang transparan baik dari pemasukan dan pengeluaran. Pengelolaan dana yang
baik dan benar akan sangat berpengaruh terhadap sehat dan tidaknya suatu
organisasi. Namun sebaliknya, pengelolaan dana yang tidak benar organisasi tidak
berjalan lancar atau bahkan macet, sehingga tujuan organisasi tidak tercapai.
57
B. Kerangka Berpikir
Tabel 2. Kerangka Berfikir
Kegiatan olahraga dewasa ini mempunyai arti penting bagi setiap orang.
Melalui kegiatan olahraga akan dapat meningkatkan derajat kebugaran jasmani
bagi pelakunya. Dan disisi lain, kegiatan olahraga yang terorganisir dapat
dijadikan sarana untuk mencapai prestasi yang tinggi, sehingga akan dapat
mengangkat nama baik suatu daerah atau negara memalui olahraga.
Untuk mengetahui IKASI sendiri apakah sudah sesuai setandar suatu
organisai Olaharaga maka dari itu IKASI harus menunjukan eksistensinya untuk
mencapai target, pengurus IKASI Jawa Tengah melakukan pembinaan secara
teratur dan terprogram apakah sudah sesuai dengan acuan sebagai tolak ukur suatu
pembinaan. Aspek-aspek yang mendukung pencapaian prestasi olahraga yang
meliputi aspek fisik, teknik, taktik, mental, dan kematangan bertanding dibina
secara maksimal. Melalui pembinaan aspek-aspek tersebut diharapkan juara
umum yang ditargetkan IKASI dapat tercapai.
Pembinaan fisik, teknik, taktik, mental, dan kematangan bertanding
merupakan langkah kongkrit yang harus dilakukan pengurus IKASI Jawa Tengah
IKASI PROVINSI
JAWA TENGAH
Perkembangan Kapasitas IKASI Jawa Tengah
UUD Republik Indonesia tentang
Sistem Keolahragaan Nasional
Pembinaan Institusi Organisasi Manajemen Pelatih
dan Atlet
Sarana dan
Prasarana Sumber
Dana
58
untuk mencapai target pada setiap kejuaraan. Di sisi lain, perlu didukung unsur
lain agar pembinaan berjalan lancar dan prestasi yang tinggi dapat diperoleh.
Organisasi yang baik dan sehat, manajemen yang baik, pelatih dan atlet yang
berkualitas, prasarana dan sarana yang baik dan dana yang memadai merupakan
unsur-unsur yang penting dalam pembinaan olahraga prestasi. Keterkaitan antara
pembinaan olahraga prestasi dan unsur-unsur pendukung tidak dapat berdiri
sendiri-sendiri. Dalam pembinaan olahraga prestasi, komponen-komponen
tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya. Prestasi yang tinggi dapat dicapai,
apabila pembinaan olahraga prestasi dalam keadaan sehat dan baik.