BAB II LANDASAN TEOR I - Library & Knowledge...
-
Upload
nguyentuong -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of BAB II LANDASAN TEOR I - Library & Knowledge...
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Multicast
2.1.1. Penggunaan Multicast dalam Penyampaian Informasi
IP m ulticast merupakan suatu teknologi yang dapat Bandwidth
yang mengurangi traffic dengan mengirimkan sebuah stream informasi
secara serempak ke banyak pener ima. Pada penggunaan IP m ulticast
routing, sebuah host sum ber mengirim paket ke sekelompok host
penerima dimanapun dalam jaringan IP dengan menggunakan IP address
khusus yang disebut dengan IP multicast group address. Host pengirim
memasukkan alamat grup m ulticast ke field IP address tujuan dar i paket
dan rou ter atau multilayer switch yang menjalankan IP multicast di
sepan jang jalan menuju ke tujuan meneruskan paket IP multicast yang
diterimanya keluar semua interface yang memiliki anggota grup
m ulticast tersebut atau interface yang mengarah ke anggota dari grup
m ulticast. Semua host baik anggota grup atau bukan bisa mengirimkan
m ulticast ke suatu grup tanpa harus join ke grup tersebut, akan tetapi,
hanya anggota dari grup tersebut yang menerima pesan.
Gambar di bawah member ikan contoh aplikasi-aplikasi yang
menggunakan IP multicast baik yang sifatnya adalah rea ltim e atau non-
realtime serta konten dari data tersebut apakah multimedia atau hanya
data saja.
12
Gamb ar 1. Aplikasi Multicast (Cisco multicast white pap er)
Aplikasi-aplikasi lain yang menggunakan keuntungan dari IP m ulticast
antara lain :
• Penyampaian saluran televisi (IPTV) dan musik melalui internet atau
jaringan data
• Pembelajaran jarak jauh misalnya e-learning
• IP surveillance system atau CCT V
• Game online
Dalam beberapa dekade terakhir ini, penggunaan aplikasi IP
m ulticast pada perusahaan semakin meroket. Hal tersebut terlihat dari
gambar statistik penggunaan m ulticast dari tahun 80-an sampai beberapa
tahun yang lalu di bawah ini.
13
Gamb ar 2. Penggunaan Multicast 1986 - 2005
2.1.2. Skema Transmisi Grup Multicast
Komunikasi IP terdir i dari beberapa host yang bertindak sebagai
pengirim dan pener ima dari tra ffic seperti yang terlihat pada gam bar 3, 4,
dan 5 di bawah.
Gamb ar 3. Transimsi Unicast – 1 host mengiri m dan satunya men eri ma.
Gamb ar 4. Transimsi Broadcast – 1 host mengirim ke semua pen eri ma
14
Gamb ar 5. Transimsi Multicast – 1 host mengiri m ke s ekelo mpok peneri ma
Komunikasi IP yang pada awalnya hanya dilakukan dengan
sebuah host sumber mengir im paket ke sebuah host (transmisi unicast)
atau ke semua host (transmisi broadcast). IP multicast memberikan
skema yang ketiga dengan memungkinkan sebuah host mengir im paket
ke sekelompok atau sebagian dari keseluruhan host (transmisi multicast).
Sekelompok host penerima ini disebut dengan grup m ulticast. Host yang
menjadi bagian dari grup multicast disebut anggota grup m ulticast.
Multicast dijalankan berdasarkan konsep grup seperti ini. Sebuah
grup multicast merupakan receiver yang jumlahnya dapat berubah-ubah
yang bergabung ke sebuah grup dengan tujuan unt uk menerima data
stream tertentu. Grup multicast ini tidak memiliki batasan fisik atau
geografis, host penerima atau pengirim bisa terletak dimanapun pada
internet atau pada jaringan lokal. Host yang ingin menerima data dari
sumber ke grup tertentu harus bergabung dengan grup tersebut.
Penggabungan dengan grup dilakukan oleh host tersebut dengan
menggunakan protocol Internet Group Management Protocol (IGMP).
Pada gambar 5, terdapat beberapa host yang ingin menerima data
video stream dar i sumber. Penerima ini member itahukan keinginannya
15
untuk mener ima stream video dengan mengirim IGMP host report ke
router di jaringan. Router menggunakan Protocol Independent Multicast
(PIM) untuk secara dinamis membuat sebuah multicast distribution tree.
Dengan menggunakan informasi multicast distribu tion tree, router-
router yang terdapat di sepanjang jalan menuju host penerima dapat
mengetahui ke interface mana sajakah suatu paket m ulticast dengan
destination grup dari distribution tree tersebut harus disampaikan.
Interface- interface yang tidak memiliki host penerima tidak masuk ke
dalam m ulticast distribu tion tree sehingga stream m ulticast tidak akan
keluar dar i interface tersebut.
Gambar 6 menunjukkan penyampaian paket m ulticast ke
beberapa host pener ima yang tergabung pada sat u grup multicast yang
sama:
Gamb ar 6. Trans misi Multicast
2.1.3. Multicast IP Routing Protocol
Berikut beberapa protokol yang digunakan untuk implementasi IP
m ulticast routing antara lain:
16
• IGMP digunakan antara host dalam sebuah LAN dan router pada
LAN. Dengan menggunakan IGMP, router mencatat informasi grup
m ulticast dari host yang berada pada LAN tersebut dan host
menandakan dir inya ingin bergabung atau meninggalkan suatu grup
m ulticast dengan alamat tertentu.
• PIM digunakan antar rou ter untuk membent uk suatu m ulticast
distribution tree dari masing-masing grup multicast. Dengan
m ulticast distribution tree, router dapat mengetahui interface-
interface yang memiliki penerima aktif dar i paket multicast suatu
grup.
• Cisco Group Managem ent Protocol (CGMP) yang digunakan pada
router yang terhubung ke switch Catalyst untuk melakukan tugas
yang sama dengan yang dilakukan o leh IGMP.
Gambar berikut menun jukkan bagaimana protokol-protokol
ini beroperasi dalam suatu lingkungan IP m ulticast:
Gamb ar 7. IP Multicast Routing Protocol
17
2.1.4. Pengalamatan Grup IP Multicast
Suatu grup multicast dapat dikenali dari alamat grup m ulticast
yang digunakannya. Paket multicast akan disampaikan dengan
menggunakan destination address alamat grup m ulticast tersebut. Tidak
seperti alamat unicast yang secara unik mengidentifikasi sebuah host, IP
address multicast tidak mengidentifikasi satu host tertentu melainkan
sekelompok host yang memiliki IP address unicast yang bergabung ke
grup multicast dengan IP address multicast tersebut. Untuk mener ima
data yang dik irim ke sebuah alamat multicast, suat u host harus
bergabung dengan grup dengan alamat tersebut. Data akan dikirim ke
alamat m ulticast tersebut dan diterima oleh semua host yang sudah
bergabung ke grup tersebut.
Alamat IP multicast merupakan alamat Class D IPv4. 4 bit
pertama dar i Class D adalah 1110 sehingga alamat grup bisa berada di
antara 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255.
Berikut tabel pengalamatan IP untuk m ulticast:
Tabel 1 . Pengalamatan IP Multicast
Nama Rang e Deskripsi
Reserved Link-Local Addr ess
224.0.0 .0 – 224.0 .0.255 Digunakan protokol j aringan p ada seg men local jaringan
Globally Scoped Addr ess
224.0.1 .0 – 238.255.255 .255
Digunakan untuk mengiri m multicast antar organisasi dan melalui intern et
Source Sp ecific Multicast
232.0.0 .0 – 233.255.255 .255
Digunakan deng an mod el p engirim datagram SSM di man a data disampaik an hanya k e pen eri ma yang secara eksplisit bergabung deng an g rup
GLOP Address 233.0.0 .0 – 233.255.255 .255
Digunakan untuk alamat yang didefinisikan deng an static oleh
18
organisasi y ang sudah memiliki autonomous system (A S) do main number
Limited Scop e Address
239.0.0 .0 – 239.255.255 .255
Digunakan untuk p enggunaan p ada domain multicast privat
2.1.5. Alamat Layer 2 unt uk Multicast
Alamat layer 2 atau MAC address untuk penyampaian paket
m ulticast dalam suatu segmen jaringan diturunkan dari IP address grup
m ulticast yang digunakan. IANA sudah member ikan range MAC
address untuk m ulticast yakni dari 01-00-5E-00-00-00 sampai dengan
01-00-5E-7F-FF-FF. Berikut gambar yang menjelaskan penurunan IP
Multicast Address ke Ethernet Multicast Address dari situs
http://technet.microsoft.com/en-us/library/cc957928.aspx:
Gambar 8. Penurunan MA C Address dari IP Multicast Address
Seperti yang terlihat dar i gambar di atas, 25 bit pertama dari 48
bit MAC address sudah tetap sementara 23 bit terakhirnya bergantung
kepada alamat IP multicast yang digunakan.
2.1.6. Mode Penyampaian IP Multicast
Mode penyampaian IP m ulticast hanya berbeda pada host
penerima bukan pada host pengirim. Host pengirim mengirim paket IP
19
m ulticast dengan IP addressnya sendir i sebagai IP address sum ber dari
paket dan sebuah IP address grup sebagai IP address tujuan dari paket.
2.1.6.1.Any Source Multicast
Untuk mode pengir iman Any Source Multicast (ASM),
sebuah host penerima IP m ulticast bisa menggunakan versi apa
pun dari IGMP untuk bergabung dengan sebuah grup m ulticast.
Grup in i dinotasikan sebagai G pada notasi di routing table.
Dengan bergabung dengan grup ini, host pener ima
mengindikasikan bahwa ia ingin menerima traffic IP m ulticast
yang dik irim oleh sumber manapun ke grup G. Jar ingan akan
menyampaikan paket IP m ulticast dari host sum ber mana pun
dengan alamat tujuan G ke semua host penerima pada jaringan
yang sudah bergabung denga ngrup G. ASM membutuhkan
alokasi alamat grup dalam jaringan. Sebuah grup ASM hanya
boleh digunakan oleh sebuah aplikasi saja pada saat yang
bersamaan, karena ketika ada dua atau lebih aplikasi yang
menggunakan grup ASM yang sama secara bersamaan, host
penerima pada kedua aplikasi akan menerima traffic dari dua
sumber aplikasi tersebut. Hal ini dapat menyebabkan congestion
karena traffic yang banyak pada saat yang bersamaan sehingga
menyebabkan aplikasi yang ada pada host pener ima tidak
berfungsi dengan baik.
20
2.1.6.2.Source Specific Multicast (SSM)
SSM merupakan model pengiriman datagram yang paling
mendukung aplikasi yang bersifat one-to-m any, atau dikenal
sebagai aplikasi broadcast. SSM merupakan teknologi jaringan
utama unt uk implementasi IP m ulticast unt uk aplikasi broadcast
audio dan video. Unt uk mode penyampaian SSM, host harus
menggunakan IGMPv3 untuk berlangganan ke saluran m ulticast
(S,G). Dengan berlangganan ke saluran in i, host pener ima
menandakan bahwa ia ingin menerima tra ffic IP multicast yang
dikirim oleh host S ke grup G.
SSM tidak membutuhkan alokasi alamat grup dalam
jaringan, tapi hanya dalam masing-masing host pengirim/sumber.
Aplikasi yang lain yang ber jalan pada host sumber lain bisa
menggunakan kembali alamat grup SSM tanpa menyebabkan
traffic yang congested pada jaringan.
2.1.7. Protocol Independent Multicast (PIM)
PIM, sesuai namanya, tidak bergantung pada routing protocol
unicast tertentu karena ia merupakan IP routing pro tocol yang
independent dan bisa menangani apapun routing protocol unicast yang
digunakan (seperti Open Shortest Path First (OSPF), Enhanced Interior
Gateway Routing Protocol (EIGRP), Border Gateway Protocol (BGP),
dan static route) untuk menghasilkan routing table multicast. PIM
21
menggunakan informasi routing unicast unt uk melakukan fungsi
penyampaian traffic multicast.
Walaupun PIM disebut sebagai routing protocol m ulticast, ia
sebenarnya menggunakan routing table unicast untuk melakukan fungsi
pengecekan reverse path forwarding (RPF) karena rou ting table
m ulticast yang dibentuk tidak sepenuhnya tidak bergantung atau
memerlukan informasi dari routing table unicast. Berbeda dengan
routing protoco l lainnya, PIM tidak mengirim dan menerima routing
update antar rou ter.
PIM bisa beroperasi dalam mode dense atau sparse atau bahkan
keduanya secara bersamaan. Mode operasi ini menent ukan bagaimana
router mempopulasi rou ting table multicast-nya dan bagaimana router
meneruskan paket m ulticast yang diterimanya dar i LAN yang terhubung
secara langsung dengannya.
2.1.7.1.PIM Dense Mode
PIM dense m ode (PIM-DM) menggunakan sebuah model
push unt uk menyampaikan traffic multicast ke setiap sudut dari
jaringan. Model push ini merupakan metode untuk penyampaian
data ke penerima tanpa penerima meminta data tersebut. Metode
ini efisien dalam beberapa penerapan dimana ada pener ima aktif
pada setiap subnet di jaringan.
Pada dense m ode, router menganggap semua router yang
lain ingin meneruskan paket multicast untuk suat u grup. Jika
22
sebuah router mener ima paket multicast dan tidak ada anggota
yang terhubung secara langsung atau tetangga PIM, pesan prune
(pangkas) dikirim kembali ke sumber. Paket m ulticast ber ikutnya
tidak akan diteruskan ke router pada cabang yang sudah
dipangkas ini. PIM membuat m ulticast distribution tree berbasis
sumber.
PIM-DM pada awalnya menyebarkan tra ffic multicast ke
seluruh jaringan. Router yang tidak memiliki tetangga ke arah
bawahnya (downstream ) kemudian memangkas kembali traffic
yang tidak diinginkan. Router mengumpulkan informasi dengan
menerima stream data melalui mekanisme flood-and-prune.
Stream data ini memiliki informasi sumber dan grup sehingga
router di bawahnya (downstream) bisa membuat m ulticast
forwarding table. PIM-DM hanya mendukung source tree yakni
entri (S,G) dan tidak bisa digunakan untuk membuat shared
distribution tree.
2.1.7.2.PIM Sparse-Mode
PIM sparse mode (PIM-SM) menggunakan model pull
untuk mengirim traffic multicast dimana hanya segmen jaringan
dengan penerima aktif yang sudah secara eksp lisit bergabung
dengan grup yang akan menerima tra ffic. Tidak seperti interface
pada dense mode, interface pada sparse mode ditambahkan ke
routing table multicast hanya ketika pesan join secara periodik
23
diterima dari rou ter downstream atau ketika ada anggota grup
yang terhubung langsung pada in terface. Ketika meneruskan
traffic dar i suatu LAN, operasi sparse mode hanya akan terjadi
jika ada satu Rendezvous Point (RP) yang dikenal oleh grup. Jika
posisi RP diketahui, paket akan dienkapsulasi dan dik irim menuju
RP.
PIM-SM menyampaikan informasi mengenai source yang
aktif dengan menyampaikan paket data pada shared tree. Karena
PIM-SM menggunakan shared tree (paling tidak unt uk awal
pembentukan multicast distribution tree), maka ia membutuhkan
penggunaan RP. RP harus dikonfigurasi di jar ingan.
Pada sparse mode, router mengganggap bahwa router
lain tidak ingin menyampaikan paket m ulticast ke suatu grup
kecuali jika ada permintaan secara eksp lisit untuk traffic
m ulticast (hal in i berkebalikkan dengan metode dense mode).
Ketika host bergabung ke grup multicast, router yang terhubung
langsung (secara layer 3) mengir im pesan PIM Join ke RP. RP
bertugas untuk mencatat grup multicast. Host yang mnegirim
paket multicast didaftarkan dengan RP pada router hop pertama
dari host tersebut. Kemudian RP mengirim pesan Join menuju ke
sumber. Pada tahap ini, paket disampaikan pada shared
distribution tree. Jika traffic m ulticast dari sumber tertentu bisa
menjangkau pener ima, router hop pertama dari host akan
24
mengirim pesan Join menuju sumber unt uk membangun source-
based distribution tree.
Sumber / pengirim mendaftarkan dirinya ke RP dan
kemudian data disampaikan ke shared tree baru kemudian ke
penerima. Edge router mempelajari sumber tertentu ketika
mereka menerima paket data pada shared tree dari sumber
tersebut melalui RP. Edge router kemudian mengirim pesan Join
PIM (S,G) menuju sum ber tersebut. Setiap router di sepanjang
jalur balik membandingkan metric dari unicast routing dari
alamat RP dengan metric alamat sumber / pengirim. Jika metric
untuk alamat pengirim lebih baik, maka ia akan meneruskan
pesan Jo in PIM(S,G) menuju sumber. Jika metric untuk RP sama
atau lebih baik maka pesan Join PIM(S,G) akan dikirimkan
dengan arah yang sama dengan arah ke RP. Dalam kasus ini,
shared tree dan source tree akan dianggap sama. Jika shared tree
bukan jalur yang optimal antara pengirim dan penerima, maka
router secara dinamis akan membent uk source tree dan
menghentilam traffic mengalir ke shared tree. Kondisi default
seperti ini bisa dihindari dengan memaksa traffic unt uk tetap
mengalir ke shared tree dengan command yang terdapat di rou ter.
PIM-SM memiliki skalabilitas yang baik pada jaringan
dengan ukuran apa pun termasuk link WAN karena mekanisme
25
explicit join menghindar i traffic yang tidak diinginkan
membanjiri link WAN.
2.1.7.3.PIM Sparse-Dense Mode
PIM Sparse-Dense m ode mengkonf igurasi interface untuk
bisa menjalankan sparse mode dan juga dense mode secara
bersamaan. Dengan demikian, beberapa grup multicast berjalan
dalam sparse mode dan grup lainnya dalam dense m ode. Dalam
kasus ini, suatu interface diper lakukan sebagai dense m ode jika
grup yang ditanganinya menggunakan dense mode begitu pula
sebaliknya jika grup yang ditanganinya menggunakan sparse
m ode. RP harus ada jika in terface beroperasi dalam sparse-dense
m ode dan ada grup yang ingin diperlakukan sebagai grup sparse.
2.1.7.4.Bidirectional PIM
Bidirectional PIM (bidir-PIM) merupakan peningkatan
dari protokol PIM yang dirancang untuk komunikasi m any-to-
m any yang efisien dalam sebuah domain PIM. Grup m ulticast
dalam mode bidirectional memilik i skalabilitas yang baik dalam
jumlah host dengan hanya penambahan overhead yang sedikit.
Shared tree yang dibuat oleh mode PIM sparse bersifat
unidirectional. Hal ini berarti bahwa source tree harus dibuat
untuk membawa stream data ke RP (roo t dari sebuah shared tree)
dan kem udian baru bisa diteruskan ke cabang yang terdapat
penerima.
26
Dalam mode bid irectional, tra ffic di-route hanya
sepan jang bidirectional shared tree yang bersumber dar i RP
suatu grup. Pada bidir-PIM, IP address dari RP bertindak sebagai
kunci bagi semua router unt uk membangun topologi spanning
tree yang loop-free yang bersumber dari IP address tersebut.
Bidir-PIM diturunkan dari mekanisme PIM-SM dan
memiliki operasi shared tree yang sama. Bidir-PIM juga
meneruskan traffic dari source menuju shared tree tapi tanpa
proses registrasi unt uk sumber / pengir im seperti halnya pada
PIM-SM. Modifikasi ini berguna untuk memungkinkan
forwarding traffic pada semua router hanya berdasarkan entri
m ulticast (*,G). fitur in i mengh ilangkan kondisi source-specific
dan meningkatkan skalabilitas jumlah pengirim.
2.1.8. Mode Multicast Group
Pada PIM, traffic unt uk suatu grup multicast di-route berdasarkan
aturan dar i mode yang dikonfigurasi untuk grup m ulticast tersebut. Ada 4
mode yang bisa digunakan unt uk suatu grup m ulticast yak in:
• PIM Bidirectiona l m ode
• PIM Sparse mode
• PIM Dense m ode
• PIM Source Specific Multicast (SSM) m ode
27
2.1.8.1. Mode Bidirectional
Pada bid irectional m ode, traffic di-route hanya sepanjang
bidirectional shared tree yang bersumber pada RP dari grup
tersebut. Pada bidir-PIM, IP address dari RP bertindak sebagai
kunci bagi semua router untuk membangun topologi spanning
tree yang loop-free yang bersum ber dar i IP address tersebut.
Keanggotaan dari suatu grup bidirectiona l dibangun
melalui pesan Join yang disampaikan oleh host dan diteruskan
oleh router secara eksplisit. Traffic dari sum ber selalu dik irim
menurut shared tree menuju RP dan kemudian disampaikan ke
cabang tree dimana penerima berada.
2.1.8.2. Mode Sparse
Operasi sparse mode berpusat pada sebuah shared tree
yang un idirectional yang root-nya disebut sebagai RP. Sum ber
harus mendaftar ke RP agar traffic m ulticastnya bisa mencapai
tujuan melalui shared tree dengan infromasi fo rwarding yang
disimpan pada RP. Proses registrasi in i men-trigger shortest path
tree (SPT) Join oleh RP menuju sumber ketika ada pener ima aktif
untuk suat u grup di jaringan.
Grup sparse m ode menggunakan model join secara
eksplisit untuk mengkomunikasi lokasi penerima berada. Host
penerima bergabung dengan suatu grup dengan mendaftar ke RP.
Grup yang berbeda bisa memilik i RP yang sama ataupun berbeda.
28
Traffic m ulticast mengalir melalui shared tree hanya ke penerima
yang sudah secara eksp lisit meminta traffic tersebut.
2.1.8.3. Mode Dense
Operasi dense mode menggunakan model broadcast
(flood) dan prune (pangkas). Dalam membuat m ulticast routing
table, interface dense m ode selalu ditambahkan ke tabel. Traffic
m ulticast disampaikan keluar semua interface yang terdapat pada
outgoing list ke semua penerima. In terface kemudian dihilangkan
dari outgoing interface list melalui proses yang disebut pruning.
Pada dense mode, interface di-prune dengan berbagai alasan
termasuk tidak ada penerima yang terhubung langsung. Interface
yang sudah di-prune ini dapat dimasukkan kembali dengan
adanya penerima yang bisa dicapai dar i interface tersebut.
2.1.9. Rendezvous Poin t (RP)
Rendezvous poin t merupakan suat u peran yang dijalankan oleh
sebuah router ketika beroperasi dalam mode PIM-SM. Sebuah RP
dibut uhkan hanya ketika jaringan m ulticast menggunakan PIM-SM
karena pada PIM-SM semua tra ffic dari sumber diteruskan ke RP untuk
kemudian disampaikan ke penerima, sebaliknya pada PIM-DM yang
menggunakan model forward-and-prune tidak membutuhkan RP.
RP bertindak sebagai tempat bertemunya data multicast dari
sumber dan penerima. Pada jaringan PIM-SM, sumber harus mengirim
traffic-cnya ke RP. Traffic in i kemudian disampaikan ke pener ima
29
menggunakan shared distribution tree. Secara default, ketika rou ter hop
pertama dar i penerima mengetahui pengirimnya, ia akan mengirim pesan
Join langsung ke sumbernya untuk membuat source-based distribution
tree dari sumber ke penerima. Source tree ini tidak akan melibatkan RP
jika RP tidak berada dalam jalur terpendek antara sum ber dan pener ima.
Dengan demikian bisa dilihat bahwa dalam kondisi ini RP hanya
dibut uhkan untuk memulai sesi baru antara sumber dan pener ima.
Konsekuensinya adalah RP hanya mengalami sedikit overhead dari
penyampaian dan pemrosesan traffic.
2.1.10. Multicast Forwarding
Penyampaian traffic m ulticast dilaksanakan oleh router yang
dapat menjalankan m ulticast. Router-router ini membuat distribution tree
yang mengontrol jalur yang digunakan traffic IP multicast untuk sampai
ke semua penerima.
Traffic m ulticast mengalir dari sumber ke grup m ulticast melalui
distribution tree yang menghubungkan semua sumber ke semua
penerima di dalam grup. Tree ini bisa digunakan bersama oleh semua
sumber (shared tree) atau distribution tree yang terpisah-pisah bisa
dibuat untuk masing-masing sumber (source tree).
Sebelum menjelaskan struktur dari source dan shared tree,
notasi-notasi yang digunakan pada multicast table akan dijelaskan
sebagai berikut:
• (S,G) = (sumber unicast untuk grup multicast G, grup multicast G)
30
• (*,G) = (source tertentu untuk grup multicast G, grup multicast G)
Notasi (S,G) menghitung shortest path tree dimana S merupakan
IP address sumber dan G merupakan alamat grup multicast.
2.1.10.1. Multicast Distribution Source Tree (Shortest Path Tree)
Bent uk yang paling sederhana dari multicast distribution
tree adalah source tree. Source tree memiliki root yang terdapat
pada host sumber dan cabang-cabang membentuk spanning tree
di sepanjang jaringan ke penerima. Karena tree ini
menggunakan jalur terpendek, maka tree ini disebut sebagai
shortest path tree (SPT).
Gambar berikut menunjukkan contoh dari SPT untuk grup
224.1.1.1 dengan root di sumber, host A dan terhubung ke dua
penerima, host B dan C.
31
Gamb ar 9. Source Tree
Notasi untuk SPT yang terdapat pada gam bar di atas
adalah (192.168.1.1, 224.1.1.1). Notasi (S,G) menunjukkan
bahwa akan ada SPT yang terpisah untuk setiap source yang
mengirim ke grup.
2.1.10.2. Multicast Distribution Shared Tree
Tidak seperti source tree yang memiliki root yang
terdapat pada source, shared tree menggunakan sebuah root
yang ditempatkan pada titik tertentu pada jaringan. Root yang
digunakan bersama in i disebut dengan rendezvous poin t (RP).
Gambar di bawah menunjukkan shared tree untuk grup
224.2.2.2 dengan root yang terdapat di router D. Shared tree ini
unidirectional. Traffic dari sumber dikirim menuju RP
menggunakan source tree. Traffic kemudian diteruskan
menggunakan shared tree dar i RP untuk mencapai semua
penerima kecuali jika penerima terdapat di antara source dan
RP, dimana dalam kasus ini penerima akan dilayani secara
langsung.
32
Gamb ar 10 . Shared Distribution Tree
Pada contoh di atas, traffic multicast dari sumber, host A
dan D, mengalir menuju root (router D) dan kemudian
menggunakan shared tree menuju ke dua pener ima, host B dan
C. Karena semua source di grup m ulticast menggunakan shared
tree yang sama, notasi ditulis dengan (*,G) dimana dalam hal
ini, * berarti semua source, dan G merepresentasikan grup
multicast. Oleh karena itu, shared tree yang ditun jukkan pada
gam bar di atas akan ditulis dengan (*, 224.2.2.2).
Baik source tree dan shared tree adalah loop- free. Pesan
direplikasi hanya pada cabang dar i tree. Anggota dari grup
multicast bisa bergabung atau meninggalkan grup pada setiap
saat; oleh karena itu distribution tree harus di-update secara
dinamis. Ketika semua penerima aktif pada suatu cabang
berhenti meminta traffic unt uk grup multicast tertentu, router
33
memangkas branch tersebut dari distribution tree dan berhenti
meneruskan traffic menuju cabang tersebut. Jika sat u pener ima
pada cabang tersebut menjadi aktif dan meminta traffic
multicast lagi, router akan secara dinamis memodifikasi
distribu tion tree dan mulai meneruskan traffic ke sana lagi.
2.1.10.3. Keuntungan Penggunaan Source Tree
Source tree memiliki keuntungan dalam hal membuat
jalur optimal natara source dan penerima. Keuntungan ini
menjamin latensi pada jaringan yang minimal untuk
mneyampaikan tra ffic multicast. Namun, optimisasi in i sejalan
dengan biaya yang harus dikeluarkan. Router harus me-
maintain informasi jalur untuk setiap source. Pada jaringan
yang memiliki ribuan sumber dan grup, overhead ini akan
dengan cepat menjadi masalah resource pada router. Konsumsi
memori dari ukuran m ulticast routing table merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan oleh perancang jar ingan.
2.1.10.4.Keuntungan Penggunaan Shared Tree
Shared tree memiliki keuntungan dalam hal kebutuhan
informasi mengenai state di setiap router dimana setiap router
tidak per lu memiliki informasi mengenai tree dari setiap grup
multicast. Keuntungan in i membuat kebutuhan memori secara
keseluruhan lebih sedikit. Kerugian dari shared tree adalah
adanya kem ungkinan jalur antara source dan penerima yang
tidak optimal sehingga bisa menyebabkan latensi dalam
34
penyampaian paket. Contohnya pada gambar 10, jalur terpendek
antara host A (source 1) dan host B (penerima) adalah router A
dan rou ter C. Tetapi karena kita menggunakan router D sebagai
root untuk shared tree, traffic harus melalui router A, B, D dan
kemudian C. Perancang jaringan harus memperhatikan
penempatan RP dengan hati-hati ketika mengimplementasikan
shared tree mode.
2.1.11. Reverse Path Forwarding
Pada unicast routing, traffic di-route melalui jar ingan sepanjang
satu jalur dari host pengirim ke tujuan. Pada penyampaian paket secara
unicast, rou ter tidak memperhatikan source address dari paket, router
hanya memperhatikan destination address dan bagaimana cara / jalur
untuk menyampaikan traffic menuju t ujuan. Router memeriksa routing
table-nya mencar i jalan menuju destination address dan jika terdapat
informasi network address dari destination address, router akan
meneruskan sebuah copy paket unicast keluar in terface yang mengarah
ke tujuan.
Dalam m ulticast forwarding, source mengirim traffic ke grup dari
beberapa host yang direpresentasikan oleh alamat grup m ulticast. Router
m ulticast harus menent ukan ke arah mana upstream (menuju source) dan
ke mana downstream menuju penerima. Jika ada beberapa jalur
downstream, router mereplikasi paket dan meneruskannya ke salah satu
jalur downstream dengan metric unicast terbaik ( inilah alasan m ulticast
35
routing dikatakan tidak sepenuhnya independen terhadap unicast
routing). Penyampaian traffic multicast dengan acuan keluar / menjauh
dari source daripada menuju penerima disebut dengan Reverse Path
Forwarding (RPF).
PIM menggunakan informasi unicast untuk membuat distribution
tree di sepanjang jalur balik dari pener ima ke sumber. Router m ulticast
kemudian meneruskan paket sepan jang d istribution tree dari sumber ke
penerima. RPF merupakan konsep penting dalam multicast forwarding.
RPF memungkinkan router untuk dengan benar meneruskan traffic
m ulticast dengan menggunakan informasi m ulticast d istribution tree
yang dimilikinya. RPF menggunakan unicast routing table yang ada
untuk menentukan tetangga upstream dan downstream. Sebuah router
akan meneruskan paket multicast hanya jika diterima dari interface yang
benar-benar merupakan upstream menuju IP source address dari
pengirim. Pengecekan RPF membantu menjamin distribution tree loop-
free.
2.1.11.1. Pengecekkan RPF
Ketika paket multicast sampai di router, router
melakukan pengecekkan RPF terhadap paket. Jika pengecekkan
RPF berhasil maka paket akan diteruskan, nam un jka tidak, paket
akan di-drop dengan asumsi potensi loop. Untuk paket yang yang
disampaikan menggunakan source tree, prosedur untuk RPF
check-nya sebagai berikut:
36
1. Router mencari source address pada un icast routing table
untuk menentukan apakah paket sudah diterima di interface
yang merupakan jalur reverse menuju source
2. Jika paket yang sampai di in terface merupakan arah untuk
kembali ke source, maka pengecekkan RPF dikatakan
berhasil dan paket diteruskan ke interface yang terdapat di
outgo ing interface list dari m ulticast rou ting table.
3. Jika pengecekkan RPF pada langkah 2 gagal, paket langsung
di-drop.
Gamb ar 11 . Pengecekkan RPF yang Gag al
Pada gambar di atas, paket m ulticast dari sumber
151.10.3.21 diterima pada serial interface 0 (S0). Pengecekan
terhadap un icast routing table menunjukkan bahwa S1
merupakan interface yang akan digunakan rou ter untuk
meneruskan data unicast ke 151.10.3.21. Karena paket diterima
pada interface S0, maka paket dibuang.
37
Gamb ar 12. RP F Check Berh asil
Pada contoh di atas, paket multicast diterima pada
interface S1. Router mengecek unicast rou ting table dan
menemukan bahwa S1 merupakan interface yang juga digunakan
oleh unicast routing table untuk mencapai destination network
dari paket m ulticast. Pengecekkan RPF berhasil sehingga paket
akan diteruskan ke penerima.
2.2. MPLS
2.2.1. Teknologi MPLS
Sesuai dengan namanya Multi-Protoco l Label Switching, MPLS
melakukan penyampaian paket dengan protokol layer 3 apapun dengan
melakukan proses label switching di sepanjang Label Switch Path (LSP).
Beberapa keuntungan dari penggunaan MPLS antara lain:
• MPLS mengurangi fo rward ing overhead pada core rou ter
• MPLS mendukung beberapa aplikasi yang penting seperti:
o VPN
o Traffic Engineering (TE)
o QoS
o Any Transport over MPLS (AToM)
38
2.2.2. Control dan Data Plane pada MPLS
Pada rou ter terdapat pembedaan bagian secara fungsional dalam hal
pemrosesan penyampaian paket dari sumber ke tujuan yakni control
plane dan data p lane.
• Control Plane
Control plane membangun routing table (Routing In form ation Base
(RIB)) berdasarkan informasi yang diperoleh dari routing pro tocol
yang digunakan. Beberapa routing protoco l yang bisa digunakan
pada control plane unt uk me-manage layer 3 routing antara lain
OSPF, EIGRP, IS-IS, RIP, dan BGP.
Control p lane menggunakan suatu protokol label exchange untuk
membuat dan me-maintain label dan bertukar label dengan perangkat
lain. Protokol label exchange mengikat label dengan alamat jaringan
yang dipelajari oleh routing pro tocol. Salah satu protokol label
exchange yang sering digunakan adalah Label Distribution Pro tocol
(LDP) dan Resource Reservation Protoco l (RSVP) yang digunakan
pada MPLS TE (Traffic Engineering).
Control plane juga membangun 2 forward ing table yakni
Forwarding Information Base (FIB) dari informasi yang ada pada
RIB dan Label Forwarding Information Base (LFIB) dari label
exchange protocol dan RIB. Pada LFIB, label yang diasosiasikan
dengan outgoing interface untuk setiap prefix jaringan yang diketahui
oleh rou ting protoco l.
Berikut ilustrasi con trol plane pada MPLS:
39
Gambar 13. MPLS Control Plane (Cisco MPLS Student Guide)
• Data Plane
Data plane menangani penyampaian paket berdasarkan informasi
destination address atau label. Data plane juga disebut dengan
forwarding plane. Ber ikut gam bar ilustrasi da ta plane pada
arcabangktur MPLS:
Gamb ar 14 . MPLS Dat a Plane (Cisco MPL S Student Guid e)
Data plane merupakan fo rwarding engine yang tidak bergantung
pada routing pro tocol atau label exchange pro tocol yang digunakan.
40
Data plane menyampaikan paket ke interface tertentu berdasarkan
informasi yang terdapat pada tabel LFIB atau FIB.
Router yang digunakan di dalam cloud MPLS bisa dibedakan menjadi
dua berdasarkan posisi dan tugasnya yakni:
• LSR (Label Switch Router) merupakan perangkat yang melakukan
distribusi label dan terutama bertugas untuk meneruskan paket
berdasarkan label dengan metode label switching. LSR merupakan
router yang semua interfacenya menjalankan MPLS dan terhubung
ke LSR atau edge LSR lain.
• Edge LSR merupakan LSR yang terdapat di edge dari suatu domain
MPLS yang melakukan distribusi label, menyampaikan paket
berdasarkan label, dan yang terutama adalah untuk memasukkan
label ke dalam paket atau menghilangkan label untuk perangkat yang
tidak menjalankan MPLS. Router yang memiliki interface yang tidak
menjalankan MPLS merupakan edge LSR.
2.2.3. MPLS Label
MPLS dirancang untuk mendukung penyampaian paket secara
efisien melalui core jar ingan dengan menggunakan header yang
sederhana. Pada header MPLS, terdapat label yang digunakan oleh LSR
untuk pengambilan keputusan dalam meneruskan paket. Label MPLS
merupakan identifier yang terdiri dari 4 byte, dengan panjang yang tetap
dan local significant yang digunakan oleh perangkat core dalam
mengambil keput usan untuk meneruskan sebuah paket. Berikut format
label yang digunakan sebagai header MPLS:
41
Gamb ar 15. Fo rmat Label MPLS
Terdapat 20 bit untuk alokasi label yang digunakan oleh suatu
paket, 3 bit pada experim ental bit untuk mendefin isikan nilai dari class of
service atau IP precedence, bottom -stack bit unt uk menentukan apakah
label ini merupakan label terakhir dar i suatu paket MPLS karena paket
bisa memilik i beberapa label pada MPLS, dan terakh ir 8 bit unt uk field
TTL dengan fungsi yang sama seperti fungsi TTL pada paket IP.
Label menjelaskan tujuan dan servis dari masing-masing paket
dan mengidentifikasi suatu Forwarding Equivalence Class (FEC). Label
yang diberikan pada paket merepresentasikan FEC dari suatu paket.
2.2.4. FEC dan MPLS Forward ing
FEC merupakan kelompok dari paket IP yang diteruskan dengan
cara yang sama, melalui jalur yang sama, dan perlakuan yang sama.
Penyampaian paket pada MPLS terdiri atas dua elemen berikut:
• Pada titik masuk ke jaringan MPLS, paket diklasifikasikan dan
diberikan sat u FEC tertentu menggunakan suatu label.
• Di sepanjang jaringan MPLS, semua paket pada suatu FEC
diteruskan menggunakan alamat next-hop untuk FEC tersebut. Nilai
dari label berubah sepanjang paket melewati jaringan. Ketika sebuah
paket yang memiliki label dikirim dari sebuah LSR ke next-hop LSR,
nilai label yang dibawa oleh paket tersebut merupakan nilai label
42
yang diberikan oleh next-hop LSR unt uk merepresentasikan FEC
dari paket tersebut.
Dalam jaringan MPLS, analisis terhadap header layer 3 hanya
digunakan sekali ketika pertama kali paket masuk ke domain MPLS.
Label kemudian akan ditambahkan ke paket dan kemudian paket
disampaikan ke dalam domain MPLS. Packet-forwarding pada MPLS
menggunakan label yang disisipkan di antara header layer 2 dan header
layer 3 untuk menentukan keputusan forwading dari paket. Label
switching dilakukan tanpa perlu mengetahui layer 3 protoco l yang
digunakan. Label MPLS berkorepondensi dengan layer 3 destination
address.
Gambar 16. Penyisipan L abel MPLS
2.3. IP Tunneling
2.3.1. GRE Tunneling
Metode Generic Routing Encapsulstion (GRE) tunneling
merupakan metode yang pertama kali dikembangkan oleh Cisco dan
didefinisikan pada RFC 1701, RFC 1702, dan RFC 2784. GRE
merupakan protokol tunneling yang digunakan untuk “membawa” paket
43
dengan protokol lain (protocol “penumpang”) dar i satu jaringan melalui
jaringan lain. GRE bisa dikatakan sebagai suatu protocol pembawa
protocol lain yang menjadi penumpangnya.
Berikut gambar struktur suat u paket yang dibawa menggunakan GRE:
Gamb ar 17. Struktur Paket G RE s ebagai Protokol Pemb awa
Metode GRE tunneling mirip dengan Virtua l Private Network
(VPN) atau bahkan bisa dikatakan bahwa GRE tunnel merupakan jenis
dari VPN. GRE tunnel bukan merupakan metode tunneling yang aman,
namun kita bisa mengenkripsi GRE dengan suat u protocol enkripsi
seperti IP Sec untuk membentuk sebuah jalur VPN yang aman. Point-to-
point tunneling pro tocol (PPTP) menggunakan GRE untuk membuat
tunnel VP N.
Berikut beberapa alasan dari penggunaan GRE:
• Adanya kebut uhan unt uk mengenkr ipsi tra ffic multicast. GRE tunnel
bisa membawa paket m ulticast sementara metode IPSec tunnel tidak
bisa. Beberapa contoh dari traffic m ulticast antara lain traffic kontrol
yang digunakan OSPF, EIGRP, dan RIPv2. Selain itu beberapa
aplikasi video, VoIP, dan streaming m usik juga menggunakan
m ulticast.
44
• Adanya penggunaan protocol yang tidak dapat di-route seperti traffic
non-IP yang lewat melalui jar ingan IP. Contohnya GRE digunakan
untuk membawa traffic IPX atau AppleTalk melalui jar ingan IP.
• Adanya kebutuhan untuk menghubungkan dua jaringan yang sama
yang dihubungkan secara fisik oleh jaringan yang berbeda dengan
pengalamatan IP yang berbeda.
2.3.2. Point-to-point Tunneling
Point-to-Point Tunneling Protocol (PPTP) merupakan protokol
jaringan yang memungkinkan pengiriman data dengan aman dari remote
clien t ke private enterprise atau antara kantor pusat dan cabang dari
perusahaan dengan membuat VP N tunnel melewati jar ingan TCP/IP.
PPTP mendukung penggunaan on-demand, multiprotocol, virtural
priva te networking melalui jaringan publik seperti internet.
Dengan point-to-po int GRE, traffic yang hendak dibawa akan
dienkapsulasi dengan header GRE menjadi paket po int-to-point GRE.
Untuk pengamanan tambahan (biasanya digunakan untuk traffic melalui
public network) bisa menggunakan GRE over IPsec dimana paket GRE
kemudian dienkripsi dengan metode IP sec.
Paket yang akan dilewatkan ke point-to-point tunnel akan
dienkapsulasi dengan header GRE yang terdiri dari source dan
destination IP address pada cabang pengir im. Source dan destina tion IP
ini merupakan IP yang dapat di-rou te (routeab le) di jaringan pengantara
antara sumber dan t ujuan. Ketika paket sampai di tujuan (tunnel
destination), paket akan didekapsulasi sehingga paket asli dari pengirim
45
dengan IP address source dan destination dapat di-route di jaringan lokal
ketika sampai di cabang tujuan.
Pada metode point- to-point tunneling, tunnel dibuat pada satu
cabang ke satu cabang lain. Jika suat u perusahaan memiliki 5 cabang
dimana setiap cabang harus terhubung secara full m esh, maka jumlah
point-to-poin t tunnel yang dibutuhkan sebanyak 10 tunnel. Hal ini
menyebabkan solusi point-to-poin t tunneling tidak memiliki skalabilitas
yang baik untuk kebutuhan konektivitas antar cabang yang full m esh.
2.3.3. Dynamic Multipoint Tunneling
Dynamic m ultipoint tunneling merupakan metode tunneling
dengan pembent ukan tunnel secara dinamis sesuai dengan kebutuhan.
Dynamic Multipoint VPN (DMVPN) merupakan metode tunneling
menggunakan prinsip dynamic multipoint. DMVPN mengombinasikan
fitur GRE tunnel, IPsec encryption, dan NHRP routing untuk
memudahkan konfigurasi crypto profile dan pembent ukan tunnel secara
dinamis.
Fitur-f itur yang digunakan dalam metode dynamic multipoint antara lain :
• Next Hop Resolu tion Protocol (NHRP)
NHRP merupakan protokol client server dimana ada router hub yang
bertindak sebagai server dan router spoke bertindak sebagai client.
Router hub me-maintain database NHRP dari alamat public dari
interface dari masing-masing spoke. Masing-masing spoke
mendaftarkan alamat aslinya (alamat interface) dan melakukan query
untuk da tabase NHRP untuk memperoleh alamat asli dari destination
46
spoke untuk membuat tunnel secara langsung jika ada kebutuhan
untuk transfer data antar spoke.
NHRP didefinisikan pada RFC 2332, merupakan layer 2 address
resolution protocol dan cache seperti Address Resolution Pro tocol
(ARP) dan Fram e Relay Inverse ARP. NHRP digunakan oleh router
cabang yang terhubung ke suatu jaringan non-broadcast m ulti-access
(NBMA) untuk menentukan IP address dari “NBMA next hop” yang
dalam hal ini adalah headend router atau destination IP address dari
branch router lain.
Ketika sebuah router branch masuk ke dalam konfigurasi jaringan
m ultipoint tunneling, router tersebut akan mendaftarkan IP address-
nya kepada router headend yang IP address-nya sudah dikonfigurasi
terlebih dahulu kepada router branch. Pendaftaran ini membuat
mGRE interface pada headend rou ter dapat membent uk sebuah
tunnel dinamis kembali ke rou ter branch tanpa harus mengetahui
destination dari tunnel branch tersebut melalui konfigurasi yang ada
pada CLI. NHRP memetakan sebuah IP address tunnel ke sebuah IP
address NBMA. NHRP memberitahukan kepada interface mGRE
kemana tunnel harus dibuat untuk sebuah paket dapat sampai ke
alamat tertentu (alamat asli dari paket). Ketika paket dienkapsulasi
dalam suatu paket mGRE, destination IP address yang digunakan
adalah alamat NBM A. Gam bar di bawah menunjukkan contoh dari
pengalamatan NHRP dan m GRE:
47
Gambar 18. Pengalamat an NHRP d an mGRE
Router headend dan branch harus dikonfigurasi dengan NHRP
holdtime yang menset lamanya waktu dimana router akan
menginstruksikan router-router lain untuk menyimpan informasi
NHRP yang dimiliki mereka masing-masing. Informasi ini disimpan
dalam NHRP cache sampai NHRP holdtim e sudah selesai dan
informasi-informasi tersebut harus dipelajari kembali lagi. Secara
default lamanya holdtime adalah 2 jam, namun yang
direkomendasikan adalah 10 menit. NHRP cache bisa dipopulasikan
dengan masukkan secara statis atau dinamis. Pada router headend,
semua masukkan ditambahkan secara dinamis melalui registrasi dari
branch atau hasil dari permintaan resolusi address yang dilakukan
oleh router headend. Router branch dikonf igurasi dengan NHRP
m ap static yang mengarah kepada rou ter headend. Untuk dapat
melakukan proses pendaftaran untuk NHRP, semua router harus
termasuk ke dalam jar ingan NHRP yang sama berdasarkan network
ID. Network ID pada jar ingan NHRP mendefin isikan domain NHRP.
48
Router branch harus dikonf igurasi dengan alamat NBMA dari router
headend sebagai next hop server (NHS) untuk menunjukkan router
headend dimana pendaftaran NHRP dilakukan. Router branch
melakukan pendaftaran dengan memberikan informasi IP address
dan NBMA address-nya. Router headend membuat suatu entry
dalam NHRP cache-nya dan memberikan balasan atas pendaftaran
yang dilakukannya. Dengan mendapatkan balasan, maka router
branch dapat memastikan bahwa headend router merupakan NHS
yang valid dan menggunakannya sebagai sum ber unt uk mengetahui
lokasi cabang lainnya dan jaringan dalam domain NHRP.
• mGRE Tunnel Interface
Multipoin t GRE (m GRE) memungkinkan sebuah interface GRE
mendukung beberapa IPsec tunnel dan menyederhanakan ukuran dan
kompleksitas dar i konfigurasi. Desain multipoint tunnel
menggunakan interface mGRE yang bertindak sebagai in terface one-
to-many untuk membuat beberapa hub-and-spoke tunnel yang
bekerja mirip dengan interface po int-to-m ultipoint pada frame relay.
Tidak seperti point-top-point GRE tunnel, tunnel destination dari
suatu tunnel mGRE tidak harus dikonf igurasi. Pada desain m ultipoint
tunnel, headend router dikonfigurasi dengan interface m GRE untuk
memungkinkan pembentukan tunnel secara dinamis untuk setiap
cabang yang terhubung dengannya. Interface mGRE tidak
membutuhkan interface tunnel dan crypto map atau crypto ACL yang
49
unik atau berbeda untuk setiap cabang. Dengan demikian, interface
mGRE mengurangi konfigurasi yang diperlukan pada setiap headend
router. Hal ini menjadi keuntungan jika dibandingkan dengan static
point-to-poin t GRE untuk desain berskala besar.
2.4. Software yang Digunakan dalam Penelit ian
2.4.1. Wireshark
Wireshark merupakan salah sat u too l m onitoring jaringan yang termasuk
dalam kategor i packet sniffer & analyzer. Wireshark merupakan soft ware
open source atau bisa digunakan tanpa memerlukan license sehingga
sangat cocok digunakan unt uk penelitian akademis. Fungsi utama dari
tool ini adalah untuk melihat isi dari paket yang diterima atau dik irim
oleh suatu host atau paket yang melewati jaringan. Tujuan penggunaan
tool ini antara lain unt uk membantu dalam melakukan troubleshooting
dan membantu mempelajari teori penyampaian paket TCP/IP.
2.4.2. Iperf
Iperf merupakan suat u tool berbasis clien t-server untuk menguji
performa suatu jaringan komputer. Tool ini bisa membangkitkan paket
dengan ukuran dan protocol yang bervariasi pada sisi klien, dan pada sisi
server akan menerima paket tersebut unt uk kemudian melakukan
komputasi untuk memperoleh n ilai dari performa jaringan.
50
2.4.3. GNS 3
GNS 3 merupakan suatu soft ware unt uk memodelkan dan melakukan
testing suatu topologi jaringan atau konfigurasi sebelum
diimpelemntasikan di lapangan. Pada GNS 3 bisa dimasukkan operating
system (dalam perangkat router Cisco yang digunakan disebut IOS),
untuk kemudian difungsikan seolah-o leh sebagai router. Untuk dapat
menjalankan GNS 3 dengan m ulus membutuhkan kebut uhan RAM dan
prosesor yang tinggi dari P C. Pada GNS 3 juga telah dilengkap i dengan
Wireshark untuk digunakan jika ingin menyelidiki paket yang lewat pada
suatu koneksi.