BAB II KONSEP PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE...
Transcript of BAB II KONSEP PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE...
13
BAB II
KONSEP PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN
METODE QIRAATI PADA ANAK PRASEKOLAH
A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an.
1. Pengertian, Dasar dan Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an.
Di depan telah dijelaskan tentang pentingnya belajar membaca al-
Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, setiap muslim yakin
bahwa membaca al-Qur’an termasuk amal yang mulia dan akan mendapat
pahala yang berlipat ganda karena yang dibacanya itu kitab suci Allah. Al-
Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mu’min, baik di kala senang
maupun susah.
Selanjutnya akan dijelaskan tentang pengertian, dasar dan tujuan
pembelajaran membaca al-Qur’an.
Pengertian pembelajaran membaca al-Qur’an.
Menurut Endang Poerwanti dan Nur Widodo yang mengutip
pendapatnya Wuryadi menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses
pengubahan status siswa dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi
pengetahuan, sikap dan tingkah laku.1
Dan menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran.2
Dengan demikian, dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran
adalah proses perubahan status siswa (pengetahuan, sikap dan perilaku)
dengan melibatkan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan membaca menurut Donald D. Hammill dan Nettie R.
1Endang Poerwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Pers, 2002), hlm. 4. 2Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 70.
14
Bartel adalah “Reading is responding orally to printed symbols”3 yang
artinya membaca adalah reaksi secara lisan terhadap simbol-simbol
tertulis.
Dan menurut Sudarso, membaca adalah aktivitas yang kompleks
dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah meliputi
orang harus menggunakan pengertian, khayalan, mengamati dan
mengingat-ingat.4
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
adalah sebuah aktivitas melafalkan atau melisankan kata-kata yang
dilihatnya dengan mengerahkan beberapa tindakan melalui pengertian dan
mengingat-ingat.
Mengenai al-Qur’an, para ulama sepakat mendefinisikannya
sebagai berikut:
بواسطة , على خامت االنبياء واملرسلني لزنـ امل , املعجز اهللالقـران هو كالم ا
د عبت امل ,لينا بالتواتري إ املنقول ,األمني جربيل عليه السالم املكتوب يف املصاحف
5 املختتم بسورة الناسةبسورة الفاحتوء املبد,تالوتهب
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara malaikat Jibril a.s. yang ditulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir dan merupakan ibadah bagi yang membacanya, yang diawali surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas.
Secara keseluruhan yang dimaksud pembelajaran membaca al-
Qur’an adalah sebuah proses yang menghasilkan perubahan-perubahan
kemampuan melafalkan kata-kata, huruf atau abjad al-Qur’an yang
3Donald D. Hammill dan Nettie R. Bartel, Teaching Children with Learning and
Behavior Problem, (Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc, 1978), hlm. 23. 4Sudarso, System Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993),
hlm. 4. 5Muhammad Ali Ash-Shobuni, Tibyan fi al-Ulum al-Qur’an, (Jakarta: Dinamika Berkah
Utama, 1985), hlm. 8.
15
diawali dengan huruf ا sampai dengan yang dilihatnya dengan ي
mengerahkan beberapa tindakan melalui pengertian dan mengingat-ingat.
Dasar pembelajaran membaca al-Qur’an
Islam menganjurkan para pemeluknya untuk mempelajari al-
Qur’an terutama dalam membacanya. Hal ini dapat dilihat dalam al-
Qur’an itu sendiri maupun hadits Nabi, yaitu:
a. Dalam al-Qur’an
)45:العنكبوت(تل ما أوحي إليك من الكتاب وأقم الصالة ا
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. (QS. Al-Ankabut:
45).6
ان الـذين يتلون كتب اهللا واقامواالصلوة وانفقوا ممارزقنهم سراوعالنية روبت ة لنارن تجوجري
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS. Faathir: 29).7
b. Dalam hadits Nabi saw.
ا ؤرقإ: ى اهللا عليه وسلم يقول بوأمامة الباهلى قال مسعت رسول اهللا صل أ
8)رواه مسلم ( ه ا بحص ا ألعيف شةاميق المو ي ىت أ يهنا فانرقال
Abu Umamah al-Bahily berkata: saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Bacalah al-Qur’an sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan memberikan syafaat bagi orang-orang yang membacanya. (HR. Muslim).
6Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra,
1989), hlm. 635. 7Ibid., hlm. 700. 8Imam Muslim bin al-Hallaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shohih Muslim, Juz I, (Beirut: Dar
al-Fikr, t.th.), hlm. 321.
16
ن ممكريخ: قالوسلم عن عثمان رضى اهللا عنه عن النىب صلى اهللا عليه
تلعق المانرو لعم9) . رواه البخاري (ه
Dari Utsman ra. dari Nabi saw bersabda: Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur'an dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)
Tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an.
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa tujuan jangka
pendek dari pendidikan al-Qur’an (termasuk di dalamnya tujuan
pembelajaran membaca al-Qur’an) adalah mampu membaca dengan baik
dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, memahami dengan baik dan
menerapkannya. Di sini terkandung segi ubudiyah dan ketaatan kepada
Allah, mengambil petunjuk dari kalam-Nya, taqwa kepada-Nya dan
tunduk kepada-Nya.10
Sedangkan tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an menurut
Mardiyo antara lain:11
a. Murid-murid dapat membaca kitab Allah dengan mantap, baik dari segi ketepatan harakat, saktat (tempat-tempat berhenti), membunyikan huruf-huruf dengan makhrajnya dan persepsi maknanya.
b. Murid-murid mengerti makna al-Qur’an dan terkesan dalam jiwanya. c. Murid-murid mampu menimbulkan rasa haru, khusuk dan tenang
jiwanya serta takut kepada Allah. d. Membiasakan murid-murid kemampuan membaca pada mushaf dan
memperkenalkan istilah-istilah yang tertulis baik untuk waqaf, mad dan idghom.
2. Metodologi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an.
Selama ini ada beberapa metode pembelajaran yang bisa
mengantarkan seseorang dapat membaca al-Qur’an. Metode-metode
9 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, Shohih Bukhari, juz
VI, (Beirut: Darl al-Kutub al-'Alamiyyah, t.th.), hlm. 427. 10Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:
Diponegoro, 1989), hlm. 184. 11Mardiyo, Pengajaran al-Qur’an, dalam Habib Thoha, dkk. (eds), Metodologi
Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 34-35.
17
tersebut antara lain:12
a) Metode meniru (Thariiqah Musyaafahah).
Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur’an yang dimulai
dengan meniru atau mengikuti bacaan seorang guru sampai hafal.
Setelah itu diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca dan
harakatnya dari kata-kata atau kalimat yang dibacanya itu.
b) Metode sinthetik (Thariiqah Tarkiibiyyah).
Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur’an dimulai dari
mengenali huruf hijaiyah, yang dimulai huruf ا sampai dengan ى
baru diperkenalkan tanda baca atau harakat. Metode ini dapat dijumpai
dalam tuntunan membaca al-Qur’an yang termuat dalam “Turutan”
atau biasa disebut cara “Baghdadiyyah”.
c) Metode mengenalkan cara membaca al-Qur’an yang sesuai dengan
kaidah-kaidahnya.
Yaitu metode pembelajaran al-Qur’an diawali dengan
mengenalkan huruf tanpa dieja. Dengan kata lain mengajarkan
membaca huruf-huruf atau kata-kata Arab yang sudah bersyakal
dalam al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Metode ini
diperkenalkan oleh metode Qiraati dan Iqra’. Tujuan yang ingin
dicapai Qiraati adalah agar penggunanya dapat membaca dengan
tartil.
d) Metode bunyi (Thariiqah Shautiyyah).
Metode ini tidak dimulai dengan memperkenalkan huruf-huruf
hijaiyah, tetapi memperkenalkan bunyi huruf-hurufnya yang sudah
diharakati atau bersyakal seperti A, BA, TA dan seterusnya. Ada juga
yang memaparkan contoh semisal “MA TA” (mim fathah, ta’ fathah)
lalu disertai gambar “mata”. Dari bunyi-bunyi huruf inilah nantinya
12Abdullah Salim ,Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an, makalah ini disampaikan di depan
peserta penataran para pegawai pencatat nikah yang diselenggarakan KanWil Depag Jawa Tengah di Semarang, tanggal 13 Pebruari 1993, hlm. 3-4.
18
dirangkai dalam bentuk kalimat yang teratur.
Metode ini biasanya dipakai untuk mengantarkan seseorang
agar dapat membaca kalimat-kalimat dalam bahasa Arab. Ada pula
yang bagian depannya seakan-akan mengarah ke bahasa Arab, namun
pada bagian tengah sudah diperkenankan potongan-potongan ayat.
Dalam metode ini ada kesan agak sukar karena tidak dipersiapkan
sejak awal untuk mengenal al-Qur’an meskipun juga bahasa Arab.
3. Komponen-Komponen Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih optimal,
maka diperlukan komponen-komponen yang saling mempengaruhi satu
dengan yang lain, yaitu:13
a) Tujuan pembelajaran
Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen
pertama yang harus ditetapkan yang berfungsi sebagai indikator
keberhasilan pengajaran.14 Dalam tujuan ini terhimpun sejumlah
norma yang akan ditanamkan dalam anak didik.15 Sehingga berhasil
atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan
anak didik terhadap bahan yang diberikan selama proses belajar
mengajar berlangsung.
b) Bahan pelajaran (materi)
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan
dalam proses belajar mengajar. Hendaknya bahan pelajaran
disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima
pelajaran.16
c) Metode
13Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru al-
Gesindo, 1995), hlm. 30. 14Ibid. 15Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 17. 16B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
hlm. 157.
19
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar,
metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.17
d) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Ada dua macam alat dalam
pembelajaran, yaitu alat material yang meliputi papan tulis, gambar,
video dan sebagainya serta alat non material berupa perintah,
larangan, nasehat dan lain-lain.18
e) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana bahan yang
telah disampaikan kepada siswa dengan metode tertentu dan sarana
yang ada, dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.19
4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran al-Qur’an
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ditempuh melalui tiga
langkah, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a) Perencanaan mengajar.
Menurut Menurut Nana Sudjana perencanaan pembelajaran
adalah memperkirakan (memproyeksikan) mengenai tindakan apa
yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pengajaran.20 Setiap
kegiatan belajar mengajar menuntut dipersiapkan masing-masing
komponennya (tujuan instruksional, bahan pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, metode, alat dan evaluasi) agar terjadi proses belajar
mengajar yang optimal dan tujuan yang dikehendaki tercapai.
Persiapan merupakan antisipasi, rancangan dan perkiraan
tentang apa yang akan dilakukan dalam setiap pengajaran yang
17Saiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 19. 18Ibid. 19B. Suryosubroto, op.cit., hlm. 158. 20Nana Sudjana, op.cit., hlm. 136.
20
memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang dapat
mengantarkan siswa mencapai tujuan yang dikehendaki.
Contoh bentuk rencana pengajaran dalam kegiatan belajar
mengajar membaca al-Qur’an dengan metode Qiraati di TK A;
Hari dan tanggal :
Mata pelajaran : Baca al-Qur’an
Bahan pelajaran : Huruf hijaiyah بdan ا
Tujuan pembelajaran : - Murid dapat membedakan bentuk huruf dan ا ب
- Murid dapat melafalkan huruf dan ا ب secara
lancar yaitu: cepat, tepat dan benar. Metode pengajaran : Metode ceramah, metode sorogan (privat) dan
metode permainan.
Alat : Papan tulis, kapur, peraga mengajar guru (kartu
huruf hijaiyah ukuran 13 x 13 cm) dan peraga
belajar untuk murid (kartu huruf hijaiyah ukuran
5 x 5 cm).
Buku sumber : Qiraati untuk TK jilid I
Pelaksanaan :
Klasikal
TABEL I
GAMBARAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SECARA KLASIKAL
UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA AL QUR’AN DI TK A
Kegiatan Belajar Mengajar No Bahan
Kegiatan Guru Kegiatan Murid Waktu
1 Pembukaan
dan apersepsi
Salam, mengabsen dan
guru mengulang materi
Murid mendengarkan
penjelasan gurunya 5 menit
21
pelajaran yang telah
diajarkan sebelumnya
2
Pretest
Guru mengajukan
pertanyaan secara lesan
kepada murid
Murid menjawab
pertanyaan gurunya 5 menit
3 Bentuk huruf
hijaiyah ا
dan ب
a) Menuliskan bentuk
huruf di papan بdan ا
tulis
b) Menerangkan bentuk
huruf dibantu بdan ا
dengan peraga mengajar
(kartu huruf hijaiyah)
c) Membimbing untuk
mencari huruf بdan ا
pada kartu huruf
hijaiyahnya masing-
masing
a) Murid mendengarkan
dan memperhatikan
penjelasan guru
b) Murid mendengarkan
dan memperhatikan
penjelasan guru
c) Murid mencari gambar
huruf pada بdan ا
kartu huruf hijaiyahnya
masing-masing
5 menit
4 Menerapkan
cara membaca
huruf بdan ا
dengan
menggunakan
kartu huruf
hijaiyah
Guru memberi contoh
membaca huruf بdan ا
dengan menunjukkan kartu
huruf hijaiyah yang
dibacanya
Murid menirukan bacaan
guru sambil
menunjukkan kartu huruf
hijaiyah ا dan ب yang
dibacanya pada kartu
belajar
5 menit
5 Menerapkan
contoh bacaan
huruf بdan ا
Guru memberi komando
(aba-aba, ketukan dll)
Murid membaca
bersama-sama buku
Qiraatinya masing-
5 menit
22
huruf بdan ا
dalam buku
Qiraati
masing sesuai dengan
aba-aba dari gurunya
dengan lancar, cepat,
tepat dan benar serta
tidak memanjangkan
bunyi akhir
6 Penutup Do’a-do’a dan salam Do’a-do’a dan salam 5 menit
Individual
Satu persatu siswa maju untuk membaca buku Qiraati
sesuai halamannya masing-masing, sedangkan guru membimbing.
Pada saat murid membaca guru langsung menilai bacaan muridnya
masing-masing dan menulis hasilnya di kartu prestasi. Sedangkan
murid yang tidak membaca diberi tugas menebalkan huruf hijaiyah
sesuai halamannya masing-masing. Dalam pelaksanaan ini
menggunakan alokasi waktu 30 menit.
b) Pelaksanaan Mengajar.
Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membaca al-
Qur’an ditempuh dengan langkah-langkah 21:
1. Kata-kata pendahuluan dari guru untuk menenangkan murid,
menertibkan segala sesuatu di dalam kelas, menarik minat dan
perhatian murid kepada pelajaran serta pentingnya dan
keuntungannya pandai membaca al-Qur’an baik bagi diri sendiri
maupun masyarakat Islam pada umumnya.
2. Memulai pelajaran dengan membaca basmallah bersama-sama
secara nyaring serta dicamkan di dalam hati, semoga mendapat
berkah Allah dan rahmat-Nya, taufiq dan hidayah-Nya di dalam
pembelajaran.
21Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar (Metodik Khusus Pengajaran Agama), (Bandung:
al-Maarif, 1986), hlm. 98-100. Di dalamnya disebutkan ada 11 contoh pembelajaran al-Qur’an secara umum, tetapi yang terkait dengan pembelajaran membaca al-Qur’an pada anak usia prasekolah ada 8 langkah seperti yang tertulis di atas.
23
3. Guru mengadakan apersepsi dan pretest. Apersepsi yaitu
menanyakan kepada siswa tentang pokok-pokok materi pelajaran
yang lalu untuk menyegarkan kembali ingatan mereka dan
menghubungkannya dengan pelajaran hari ini.
Sedangkan pretest adalah test yang diberikan sebelum pelajaran
dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana
penguasaan peserta didik terhadap bahan pengajaran yang akan
diajarkan.
4. Hal-hal pokok yang paling dasar dan terpenting yang diajarkan
oleh guru adalah bahwa murid perlu mengenal dan betul-betul
tahu dengan huruf al-Qur’an untuk itu pertama kali harus
diajarkan bentuk huruf-huruf tersebut alif sampai ya’ termasuk
tanda-tanda baris, tanda sukun, tanda tasydid, alif lam, bentuk-
bentuk tanda panjang dan sebagainya, dengan memakai metode
yang baik dan sistematis sehingga menarik minat anak-anak dan
disukai oleh mereka, jangan sampai menyulitkan mereka.
5. Guru membaca dengan tenang dan jelas, lalu diikuti oleh murid-
murid yang terpandai membaca dan diikuti oleh yang lain
bersama-sama. Bacaan-bacaan yang salah segera diperbaiki oleh
guru. Yang perlu diingatkan kepada murid adalah tidak boleh lupa
tiap-tiap huruf itu. Murid-murid juga dilatih menulis huruf-huruf
tersebut di papan tulis serta pada buku tulis masing-masing murid.
6. Mengajarkan huruf-huruf al-Qur’an memerlukan beberapa kali
belajar sampai murid-murid dapat membaca dengan lancar.
7. Latihan-latihan membaca al-Qur’an itu mula-mula bersama-sama
dengan dipimpin guru, kemudian dipimpin oleh murid yang
pandai satu demi satu yang diikuti oleh murid lain secara bersama-
sama. Sampai akhirnya semua murid membaca satu persatu
dihadapan gurunya (tahap individual atau privat) dan pada saat itu
guru sekaligus mengadakan penilaian terhadap bacaan murid.
8. Sebagai penutup, beri nasehat-nasehat singkat dan diakhiri dengan
24
mengucapkan hamdalah.
c) Evaluasi Pembelajaran.
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan belajar
mengajar, perlu dilakukan suatu tindakan kegiatan, yaitu evaluasi.
Menurut Muhibbin Syah, evaluasi berarti penilaian terhadap
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
sebuah program.22
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, evaluasi adalah
suatu tindakan berdasarkan “pertimbangan” arif dan bijaksana untuk
menentukan nilai sesuatu, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.23
Dengan demikian, evaluasi adalah suatu usaha atau alat untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Secara umum, ada empat jenis evaluasi yang dapat digunakan
dalam pembelajaran membaca al-Qur’an, yaitu: 24
1. Evaluasi penempatan.
Adalah tes yang mengukur siswa dan mengetahui tingkat
pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran
yang akan disajikan. Sehingga siswa dapat ditempatkan pada
kelompok yang sesuai dengan tingkat pengetahuannya.25
2. Evaluasi formatif.
Adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai
mempelajari suatu unit pelajaran tertentu.26
3. Evaluasi sumatif.
22Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2002), hlm. 141. 23Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 208. 24M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 245. 25Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: Grasindo, 1991),
hlm. 9. 26Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 214.
25
Adalah evaluasi yang digunakan untuk mengukur atau
menilai sampai dimana pencapaian peserta terhadap bahan
pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan
kenaikan tingkat atau kelulusan peserta didik yang bersangkutan.27
4. Evaluasi diagnostik.
Yaitu evaluasi yang bertujuan untuk mendiagnosa kesulitan
belajar peserta didik untuk mengupayakan perbaikannya.28
Dalam proses belajar mengajar, evaluasi memiliki fungsi
antara lain 29:
1. Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik
setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu
tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK).
4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum.
B. Metode Qiraati.
Salah satu metode pembelajaran membaca al-Qur'an adalah metode
Qiraati. Metode Qiraati ini merupakan salah satu bentuk metode ketiga dari
metodologi pembelajaran membaca al-Qur'an yaitu metode mengenalkan cara
membaca al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
1. Pengertian metode Qiraati.
Yang dimaksud dengan metode Qiraati adalah metode pengajaran
membaca al-Qur’an dengan bunyi huruf-huruf hijaiyah yang sudah
berharakat (tanda baca). Dalam pelajaran ini, anak tidak boleh mengeja
tapi langsung membaca bunyi huruf yang berharakat tersebut. Sejak awal
27Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 283. 28Suke Silverius, op.cit., hlm. 10. 29M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung
Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 5-7.
26
anak dituntut membaca dengan lancar yaitu: cepat, tepat dan benar.30
Dalam metode Qiraati ini, setiap contoh bacaannya diambil dari
kalimat-kalimat yang ada dalam al-Qur’an dan juga kalimat-kalimat dalam
bahasa Arab.
2. Tujuan metode Qiraati.
Tujuan pelaksanaan metode Qiraati adalah:
a) Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian al-Qur’an dari
segi bacaan yang benar sesuai dengan kaidah tajwidnya.
b) Menyebarkan ilmu baca al-Qur’an yang benar.
c) Mengingatkan guru ngaji agar berhati-hati dalam mengajar al-Qur’an.
d) Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran al-Qur’an.31
3. Sistem metode Qiraati.
Metode Qiraati mempunyai sistem dan aturan yang berbeda
dengan metode membaca al-Qur’an yang lain, yaitu:
a) Membaca huruf-huruf hijaiyah yang sudah berharakat secara langsung
tanpa mengeja.
b) Langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan bertajwid secara
baik dan benar.
c) Materi pelajaran diberikan secara bertahap dan berkesinambungan.
Dari yang mudah menuju yang ke sulit, serta dari yang umum ke yang
khusus.
d) Menerapkan belajar dengan cara “sistem modul atau paket”.
e) Menekankan banyak latihan membaca (sistem drill).
f) Belajar sesuai dengan kesiapan dan kemampuan murid. Jadi metode
Qiraati tidak digunakan berdasarkan usia-usia tertentu tetapi
berdasarkan kesiapan dan kemampuan murid.
g) Evaluasi dilakukan setiap pertemuan.
30Imam Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an “Qiroati”,
(Semarang: Koordinator Pendidikan al-Qur’an Metode Qiroati, t.th.), hlm. 4. 31Benyamin Dachlan, Memahami Qiroati, (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur’an
Raudhatul Mujawiddin, t.th.), hlm. 2.
27
h) Guru pengajarnya harus ditashih (dites) dahulu kebenaran membaca
al-Qur’annya.
4. Prinsip metode Qiraati.
Metode Qiraati mempunyai dua prinsip dasar yang diperuntukkan
bagi guru dan murid, yaitu:
Prinsip dasar bagi guru (pengajar).
a) DAK-TUN (tidak boleh menuntun). Dalam mengajarkan buku Qiraati,
guru tidak diperbolehkan menuntun namun hanya diperbolehkan
membimbing.
b) TI-WAS-GAS (teliti-waspada-tegas)
Prinsip dasar bagi murid.
a) CBSA + M (cara belajar siswa aktif dan mandiri). Dalam belajar
membaca al-Qur’an, murid sangat dituntut keaktifannya dan
kemandiriannya. Sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan
motivator.
b) LCTB (Lancar: Cepat, Tepat dan Benar).32
5. Strategi mengajar metode Qiraati.
Ada beberapa strategi dalam mengajarkan membaca al-Qur’an
dengan metode Qiraati, yaitu:
a) Sorogan/individual/privat.
Adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara
satu persatu (secara individual) sesuai dengan materi pelajaran yang
dipelajari atau dikuasai murid. Pada waktu menunggu giliran belajar
secara individu, murid yang lain diberi tugas menulis atau yang
lainnya.
b) Klasikal-individual.
Klasikal artinya semua murid dalam waktu yang sama
melakukan kegiatan belajar yang sama.33
Dengan demikian, strategi mengajar klasikal individual adalah
32Imam Murjito, op.cit., hlm. 21-22. 33Nana Sudjana, hlm. 73.
28
proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara sebagian waktu
untuk klasikal sebagian waktu yang lain untuk mengajar individu.
c) Klasikal baca simak.
Strategi mengajar baca simak yaitu proses belajar mengajar
yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk membaca bersama-
sama (klasikal) dan sebagian waktu yang lainnya untuk membaca
secara individu atau kelompok sedangkan murid yang lainnya
menyimak.
Klasikal baca simak sangat baik diterapkan pada Qiraati TK
mulai dari jilid 3 ke atas. Sedangkan Qiraati praTK jilid 1 dan dan jilid
2 lebih mudah diterapkan dengan strategi klasikal individual.
6. Tahap mengajar metode Qiraati.
a) Tahap mengajar secara umum.
1. Tahap sosialisasi
Penyesuaian dengan kesiapan dan kemampuan murid.
Usahakan murid merasa senang dan bahagia dalam belajar.
2. Kegiatan terpusat
Penjelasan dengan contoh-contoh dari guru. Murid menyimak
dan menirukan contoh bacaan dari guru.
Murid aktif memperhatikan dan mengikuti petunjuk dari
gurunya.
3. Kegiatan terpimpin
Guru memberi komando (aba-aba, ketukan dan lain-lain)
ketika murid membaca secara klasikal maupun membaca
secara individual.
Secara mandiri murid membaca dan menyimak, guru hanya
membimbing dan mengarahkan.
4. Kegiatan klasikal
Secara klasikal murid membaca bersama-sama.
Sekelompok murid membaca, kelompok yang lain menyimak.
5. Kegiatan individual
29
Secara bergantian, satu persatu murid membaca (individual)
Secara bergantian, satu persatu murid membaca beberapa baris
atau satu halaman (tergantung kemampuan murid), murid yang
lainnya menyimak ( untuk strategi klasikal baca simak)
Sebagai evaluasi terhadap kemampuan masing-masing murid.
b) Tahap mengajar secara khusus.
1) Apersepsi
Mengulang materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya.
Memberi contoh dan menerangkan materi pelajaran baru.
2) Penanaman konsep
Memberi penjelasan mengenai materi pelajaran baru.
Mengusahakan murid memahami materi pelajaran yang
sedang diajarkan.
3) Pemahaman
Latihan bersama-sama atau kelompok atau group.
4) Ketrampilan
Latihan secara individu untuk mengetahui tingkat kemampuan
(kelancaran) murid dalam membaca.34
7. Sistematika kurikulum metode Qiraati buku TK.
TABEL II
SISTEMATIKA KURIKULUM METODE QIRAATI BUKU TK
Buku Qiraati TK Materi pelajaran Keterangan
Qiraati Jilid 1
1. Bacaan-bacaan pendek
ا ب, ت ب
2. Nama-nama huruf hijaiyah
... ث, ت, ب, ا
Mudah
34Imam Murjito, op.cit., hlm. 26-27.
30
1. Bacaan-bacaan pendek
با ب ب , س س, د د
2. Nama-nama harakat dan angka Arab
Mudah
Qiraati Jilid 2 3. Bacaan mad (panjang)
بقى –دا خل
محير–دودو
Sulit
1. Bacaan mad هـ هـ هـ
2. Huruf-huruf yang dibaca jelas (tidak boleh
dibaca dengung) ر م ل س
Mudah/umum
3. Bacaan harfu liin -و - -ي Khusus
Qiraati Jilid 3
4. Cara membaca huruf-huruf
خ– Khusus/sulit ف – ع
1. Bacaan ikhfa’
2. Bacaan idghom bighunnah م ---ن Mudah
3. Bacaan idghom bilaghunnah ل ر ---ن Agak sulit
4. Bacaan ghunnah )ن- م( Mudah
5. Bacaan huruf-huruf bertasydid Agak sulit
Qiraati Jilid 4
عـسق, حم, ق ,ن. 3. ~…. 1
ح خ – س ش. 4أولئك . 2 Materi khusus
31
6. Bacaan huruf mim sukun
a) Mim sukun dibaca jelas ) م(
b) Mim sukun dibaca dengung )م م(
Khusus/sulit
1. Bacaan idghom bighunnah
ي, و ---ن Khusus/sulit
2. Bacaan iqlab ب ---ن Khusus/mudah
3. Bacaan mim sukun
ب, م م x م Khusus/sulit
4. Materi-materi khusus
a) Fawatihus Suwar
b) Mewaqafkan bacaan
c) Penyempurnaan makhraj
Agak sulit
d) Lafadz Allah Agak sulit
e) Bacaan huruf qalqalah Agak sulit
f) Bacaan nun idzhar )ن( Mudah
Qiraati Jilid 5
g) Bacaan mad lazim …~._ Agak sulit
1. Bacaan idzhar halqi (jelas) Khusus agak
sulit
Qiraati Jilid 6 2. Pelajaran tambahan أنا, إال
3. Latihan membaca surat-surat pendek
Khusus/sulit
8. Teknik mengajar buku metode Qiraati
a. Buku Qiraati untuk usia praTK
32
1) Target
a) Murid dapat membedakan bacaan dari ا – ي
b) Murid dapat membaca suku kata yang terdiri dari tiga huruf
secara LCTB.
2) Materi pelajaran: huruf-huruf hijaiyah yang telah berharokat
fathah.
3) Sarana mengajar
a) Peraga mengajar untuk guru (kartu huruf ukuran 13x13 cm).
b) Peraga belajar untuk murid (kartu huruf ukuran 5x5 cm).
c) Buku Qiraati untuk usia praTK.
4) Prinsip mengajar
a) Belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar.
b) Jangan mengajar tiga huruf jika dua huruf belum lancar.
c) Jangan mengajar dua huruf jika belum paham masing-masing
hurufnya.
5) Teknik mengajar.
a) Tahap 1, belajar membaca dengan bermain menggunakan
peraga mengajar dan belajar, mulai dari satu huruf kemudian
dua huruf sampai lancar atau mahir.
b) Tahap 2, setelah mahir bermain dengan alat peraga dua huruf
murid diberi hadiah berupa berlatih membaca buku Qiraati
praTK halaman 1.
Untuk pembelajaran materi berikutnya tahapannya sama
dengan yang di atas sesuai dengan halaman bukunya.
6) Tes kenaikan
Untuk bahan pengetesan dapat digunakan buku Qiraati
praTK halaman 46, 47 dan 48. Dalam mengetes guru tidak
diperkenankan untuk menuntun, usahakan murid mandiri dalam
membaca.
Murid yang lulus buku Qiraati praTK dapat langsung diajarkan
33
buku Qiraati TK jilid 1 halaman 29 (untuk pelajaran nama-nama
huruf hijaiyah dimulai dari halaman 1).
b. Buku Qiraati untuk usia TK
Dalam mengajar menggunakan dua sarana, yaitu: buku Qiraati TK
jilid 1-6 dan lembaran peraga kelas.
a) Jilid I.
1) Target
a) Murid dapat membedakan bacaan dari ا – ي. Murid dapat
membaca satu suku kata yang berangkai (huruf gandeng)
secara LCTB.
b) Murid mengerti dan hafal huruf-huruf hijaiyah.
2) Prinsip mengajar
a) Jangan mengajar tiga huruf jika dua huruf belum lancar.
b) Jangan mengajar dua huruf jika belum paham masing-
masing hurufnya.
3) Teknik mengajar.
a) Halaman 1-30
1) Guru menjelaskan setiap pokok pelajarannya dan
memberikan contoh bacaan yang benar sekedar satu
atau dua baris, bila perlu dapat diulang-ulang atau
menambah baris dibawahnya.
2) Membaca secara langsung ا ب , tanpa mengeja supaya
dibaca dengan suara yang sama pendeknya. Agar murid
dapat membaca LCTB dapat dibantu dengan irama
ketukan yang sesuai.
3) Usahakan agar setiap murid dapat membaca dengan
lancar tanpa ada kesalahan baca.
b) Pelajaran di kotak paling bawah pada setiap halaman
termasuk yang wajib dibaca oleh setiap murid.
34
Mengenalkan huruf-huruf hijaiyah ialah dengan cara
perkelompok huruf seperti ج ح خ–ا ب ت ث , jangan
dipisahkan.
c) Halaman 31-43: bacaan huruf hijaiyah yang berangkai.
Murid hanya diminta untuk memperhatikan bentuk tulisan
hurufnya dan memperhatikan jumlah titik-titik yang ada.
Halaman 36:
Ka ada dua macam. Guru tidak
perlu menerangkan ka di awal, di
tengah ataupun di akhir suku kata.
Halaman 38:
Ha' ada empat macam.
d) Halaman 44: Murid harus lancar membaca dalam
rangkaian kalimat yang terdiri dari lebih dari tiga suku kata.
4) Tes kenaikan
Buku Qiraati TK jilid 1 halaman 41-44, termasuk huruf-huruf
hijaiyahnya.
b) Jilid II
1) Target
a) Menjaga target pelajaran Qiraati TK jilid I
b) Murid dapat membaca kata-kata dengan huruf berharokat
fathah, kasrah, dhummah dan tanwin dengan baik dan
benar tanpa keliru membacanya.
c) Murid dapat membedakan antara huruf yang dibaca mad
(panjang) dengan huruf yang dibaca pendek. Pada buku
Qioraati jilid 2 materi bacaan mad adalah fathah diikuti
alif, kasrah diikuti ya’ sukun dan dhummah diikuti wawu
sukun.
d) Murid dapat membaca kalimat yang terdiri dari dua suku
kata dengan lancar.
كـ = ك #كلم
ه=ـه, ـهـ, هـ
35
e) Murid mengerti dan paham nama-nama harakat.
f) Murid mengerti dan paham angka-angka arab dari 1-90.
2) Teknik mengajar.
Secara umum
1) Cara mengajar buku Qiraati TK jilid 2 tidak jauh beda
dengan Qiraati jilid 1, hanya materi pelajarannya yang
berbeda yaitu tentang pelajaran mad (suara panjang).
2) Pada bacaan bersuara panjang ini, murid sudah mulai
dicoba untuk membaca dengan irama tartil.
3) Setiap materi pelajaran dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Halaman pokok pelajaran yaitu halaman yang memuat
contoh-contoh materi pelajaran. Pada halaman ini
semua murid wajib membaca untuk agar mengerti dan
menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari.
b) Halaman latihan yaitu halaman yang memuat beberapa
kata atau kalimat sebagai latihan membaca bagi murid.
Pada halaman ini bagi murid yang sangat lancar dalam
membaca tidak harus membaca satu halaman penuh,
namun cukup membaca kalimat secara acak.
Sedangkan murid yang kurang lancar tetap wajib
membaca penuh setiap halaman.
Secara khusus
1) Halaman 1-19: bacaan huruf-huruf hijaiyah berharakat
kasrah, dhummah dan tanwin.
a) Guru memberi contoh beberapa kali
b) Agar murid dapat membaca dengan lancar, maka setiap
membaca dibantu dengan irama ketukan.
2) Untuk mengajar materi pelajaran yang ada di kotak bawah
guru menerangkan nama-nama harakat secara sederhana.
Demikian juga dengan angka-angka Arab, usahakan murid
mengerti bentuk-bentuknya.
36
3) Halaman 20:
Ta' ada tiga macam
4) Halaman 24-44: bacaan mad
a) Dalam pembelajaran bacaan mad ukuran suara
panjangnya adalah pada tingkatan Tahqiq
(diperbolehkan lebih dari satu alif).
b) Agar murid dapat membaca secara LCTB maka pada
setiap bacaan pendek dibantu dengan ketukan,
sedangkan untuk bacaan panjang dibantu dengan
isyarat jari telunjuk.
c) Sebelum membaca hendaknya selalu diingatkan dan
ditanyakan dengan materi pelajarannya.
Halaman 23:
a) Fathah diikuti alif dibaca
panjang.
b) Dalam membaca setiap huruf berharakat fathah diikuti
alif agar dibantu isyarat jari telunjuk ke arah atas.
Halaman 33:
a) Fathah panjang dibaca panjang,
seperti fathah diikuti alif
Halaman 36:
a) Kasrah diikuti ya’ sukun dibaca
panjang.
b) Agar dibantu isyarat jari telunjuk ke bawah.
Halaman 40:
a) Dhummah diikuti wawu sukun
dibaca panjang
b) Agar dibantu dengan isyarat jari telunjuk melingkar.
3) Tes kenaikan
Buku Qiraati jilid 2 halaman 37-39 dan 42-44. Termasuk yang
diujikan adalah nama-nama harakat dan angka Arabnya.
مئة# ة= ـة= تو
داخل– دخل
صلوة# بقى= بقا
حن- نحي #محير
د- ود #دودو
37
c) Jilid III
1) Target
a) Menjaga target pelajaran Qiraati TK jilid 2.
b) Murid dapat membedakan huruf sukun dengan baik dan
benar tanpa ada suara tawallud (suara tambahan berbunyi
e’).
c) Murid dapat membedakan suara antara huruf ء,ع ,ك
dengan baik dan benar.
d) Murid dapat membaca sesuai dengan makhraj dan sifat-
sifat hurufnya untuk huruf-huruf ,ف, ك, ع, ء, ر, م, س .
e) Murid dapat membaca dengan lancar pada satu kalimat
atau ayat yang terdiri lebih dari dua suku kata.
f) Murid mengerti dan paham angka-angka Arab ratusan.
g) Murid mengerti dan paham huruf-huruf fawaatihus-suwar
h) Murid dapat membaca bacaan Kharfu Lin dengan baik dan
benar.
2) Teknik mengajar.
a) Halaman 1: alif tidak terbaca
b) Halaman 2: fathah panjang, kasrah panjang, dhummah
panjang.
c) Dalam mengajarkan huruf-huruf sukun guru harus memberi
contoh bacaan yang benar kemudian menjelaskan kepada
murid bahwa huruf bertanda sukun harus dibaca jelas dan
ditekan.
d) Halaman 4: lam sukun dibaca jelas. Makhraj: suara lam
dari ujung lidah menekan gusi dan jangan segera
diturunkan.
e) Halaman 6: jika ada lam sukun,
alif tidak terbaca.
كانو= كانوا
والعالمين#وال = ول
38
f) Halaman 10: sin sukun dibaca
jelas. Makhraj: suara sin dari
ujung lidah, bibir meringis.
g) Halaman 15: mim sukun dibaca
jelas. Makhraj: suara mim dari
dua bibir yang merapat.
h) Halaman 19: fathah diikuti
wawu sukun dibaca cepat dengan
bibir mecucu. Jangan bersuara
AO’.
i) Halaman 26: guru agar memberi
contoh membacanya berulang-
ulang agar murid paham.
Kemudian dijelaskan bahwa lam sukun yang sudah terbaca
jangan di baca lagi.
j) Halaman 28: fathah diikuti ya’ sukun dibaca bibir
meringis dan dibaca cepat. Jangan bersuara ‘AE’.
k) Halaman 31: ra sukun dibaca
jelas. Makhraj: suara ra' dari
ujung lidah menekan gusi sambil
bergetar.
l) Halaman 35: hamzah sukun
membacanya ditekan dari
pangkal tenggorokan.
Untuk melatih agar murid mahir membunyikan huruf
hamzah dapat dibantu dengan ء ء ء ا ء.
‘Ain sukun membacanya dari tengah tenggorokan. Agar
murid dapat membaca dengan baik dan terbiasa maka boleh
agak dilamakan ketika membaca ‘ain sukunnya (tingkat
bacaan tahqiq).
مسجد-مـ
مي-كرمي
موي-موي
ا= الدوال اوالدوالو
لمعذ-يأحي
ا-محبرم
39
m) Halaman 38: latihan makhraj huruf ‘ain untuk melatih
agar murid mahir membunyikan huruf ‘ain dengan dibantu
dengan: اع ع ع ع.
n) Halaman 41: fa’ sukun dibaca
jelas. Makhraj: makhraj fa’ dari
bibir bawah mengenai ujung gigi
seri atas.
3) Tes kenaikan: bahan kenaikan jilid buku Qiraati jilid 3
halaman: 23-25, 27, 30, 39-40 dan 42-44. Termasuk juga
angka Arab dan huruf-huruf fawatihussuwar.
d) Jilid IV
1) Target
a) Menjaga target pelajaran Qiraati jilid 3.
b) Murid dapat membaca dengan LCTB pada: bacaan ikhfa’
haqiqi, ghunnah musyaddadah, huruf-huruf bertasydid,
asy-syamsiyyah, idghom bighunnah (ya’ dan wawu),
idghom bilaaghunnah ( lam dan ra’), fawatihussuwar dan
membaca او yang dibaca pendek.
c) Murid dapat membedakan:
1) Antara bacaan idghom mitsli dengan bacaan idzhar
syafawi.
2) Antara panjangnya bacaan mad wajib/ jaiz dengan
bacaan mad thobi’i.
d) Murid dapat membaca dengan benar sesuai dengan
makhraj atau sifatnya pada huruf-huruf: ghunnah dan huruf
. ح خ-س ش
2) Teknik mengajar
a) Halaman 1: nun sukun dibaca
يفسدون-يفعلون
عندك- انت-ن
40
dengung yang lama (dengungnya
ikhfa’).
b) Halaman 5: nun sukun/ tanwin
dibaca dengung yang lama.
Untuk dengungnya tanwin murid
sering lupa.
c) Halaman 3 dan 6: (kotak
bawah) guru memberi contoh
berulang-ulang agar murid
memahaminya, kemudian diterangkan bahwa jika ada
huruf bertanda layar dibaca panjang dan jika ada huruf
bertanda fathah panjang membacanya tidak boleh terputus.
d) Halaman 7: jika ada tanda layar
dibaca sangat panjang.
e) Halaman 10: latihan dan
penyempurnaan makhrajnya
huruf sin dan syin. Untuk huruf
sin murid diingatkan kembali cara membacanya yang
benar. Untuk huruf syin guru memberi contoh dengan
benar dan berulang-ulang. Kemudian dijelaskan bahwa
suara huruf syin dari tengah lidah menekan langit-langit
mulut di atasnya, gigi agak merapat dan sambil bibir
dibuka.
f) Halaman 12: nun tasydid dibaca
dengung yang lama.
g) Halaman 13: nun tasydid dan
mim tasydid dibaca dengung
yang lama.
h) Halaman 16-18: kha' dan kho'.
Suara huruf kha' dari tengah
tenggorokan. Dan suara huruf kho' dari ujung tenggorokan,
انكم#ان= ان ن
ثم-عم# م + ن
خ-ح
. . .ن ق ض
ادجآء-ج
ش-س
لا= لن-نب =ب-م= من
41
bibir sambil mecucu bulat. Guru agar memberikan contoh
yang benar bagi murid bila perlu contoh diulang-ulang
i) Halaman 19: semua tasydid
dibaca cepat sambil ditekan,
kecuali nun tasydid dan mim tasydid dibaca dengung yang
lama. Ketika membaca huruf bertasydid bantulah dengan
ketukan.
j) Halaman 23: jika ada tasydid
alif lam tidak terbaca
k) Halaman 25: wawu tidak ada
tandanya tidak terbaca, wawu
tidak ada tandanya (او ) dibaca pendek.
l) Halaman 30: mim sukun dibaca
jelas, kecuali mim sukun bertemu
mim dibaca mingkem dengung yang lama.
m) Halaman 32: nun sukun/ tanwin
bertemu mim dibaca mingkem
dengung yang lama.
n) Halaman 36: nun sukun atau
tanwin bertemu lam, dibaca lam
tasydid dengan cepat.
o) Halaman 39: nun sukun atau
tanwin bertemu ro’, dibaca ro’
tasydid dengan cepat.
3) Tes kenaikan
Materi tes diambil dari buku Qiraati jilid 4 halaman mana saja
secara acak. Bacaan fawatihussuwar termasuk juga materi
yang harus diteskan.
e) Jilid V
1) Target
عل= عل ل
وسمآء= والسمآء
كئـلأ= كئـولأ
انهم ملقوا# انهم كانوا
مم ما= من ما
كنلد من =كنمل لد
ر من =مر#كبر من
42
a) Menjaga target pelajaran Qiraati jilid 4
b) Murid dapat membaca dengan baik dan benar pada: bacaan
idghom bighunnah, lafadz Allah, iqlab, qalqalah, nun
idzhar dan mad lazim mutsaqqol kalimi.
c) Murid dapat menghentikan bacaan (waqaf) secara baik dan
benar untuk waqaf panjang, waqaf pendek dan waqaf huruf
ta’ marbuthah.
d) Murid dapat membedakan bacaan antara idghom mitsli,
ikhfa’ syafawi, dengan idzhar syafawi dengan baik dan
benar.
e) Murid dapat membaca dengan benar sesuai dengan
makhraj dan sifatnya untuk huruf-huruf: د, ج, ب, ط, ق ,
غ, ث, هـ .
2) Teknik mengajar
a) Halaman 1: Nun sukun / tanwin
bertemu dengan wawu dibaca bibir
mecucu dengung yang lama.
b) Halaman 3: Tanda adalah tanda
waqaf yaitu tanda berhenti membaca.
Jika berhenti membaca huruf terakhir dibaca sukun.
c) Halaman 4: Nun sukun atau tanwin
bertemu ya' dibaca meringis dengung
yang lama. Guru selalu mengingatkan bahwa suara
dengungnya sampai ke rongga hidung.
d) Halaman 6: Fathah tanwin waqafnya
dibaca fathah panjang.
e) Halaman 7: Suara huruf ha' dari
pangkal tenggorokan. Guru perlu
ائهمرو من
تعبدون= تعبدون
ملن يرى
مبينا= مبينا
#هـ هـ هـ اهـ اهـ اهـ
43
mengingatkan beda antara suara ـ هـ
dengan ح.
f) Halaman 8: Lafadz Allah didahului kasrah
dibaca LLAH. Sedangkan lafadz Allah didahului
fathah atau dhummah, dibaca ujung lidah menekan gusi,
bibir mecucu.
g) Halaman 11: Jika sebelum huruf
terakhir dibaca panjang waqafnya
dibaca panjang dan jika sebelum huruf terakhir dibaca
pendek, waqafnya dibaca pendek.
h) Halaman 12: Nun sukun atau tanwin
bertemu ba' dibaca mingkem (bibir
merapat) dengung yang lama.
i) Halaman 14: Mim sukun
dibaca jelas kecuali mim
sukun bertemu mim dan ba' dibaca mingkem dengung yang
lama.
j) Halaman 16: Ba' sukun dibaca
memantul (qalqalah) suara ba'
dari dua bibir yang menekan. Dal sukun juga dibaca
memantul (qalqalah). Suara dal dari ujung lidah menekan
pangkal gigi dan gusi.
k) Halaman 18: Jim sukun dibaca qalqalah.
Suara jim dari tengah lidah menekan langit-
langit mulut.
l) Halaman 20: Guru agar memberi
contoh secara baik dan cermat.
Kemudian jelaskan bahwa suara huruf tsa' dari ujung lidah
mengenai dua gigi seri atas.
اهللا
رودن#ردن
مم بعد= من بعد
هم بالغون# هم غافلون
ل-بقب #د-نيدم
ا-جراج
مث#ث ث ث
44
m) Halaman 23: Ta' marbuthah waqafnya ha'
sukun.
n) Halaman 24: Qaf sukun dibaca qalqalah.
Suara huruf qaf dari pangkal lidah
menekan langit-langit mulut.
o) Halaman 26: Guru agar memberi contoh
berulang-ulang, kemudian jelaskan
bahwa suara huruf ghain dari puncak tenggorokan dekat
pangkal lidah.
p) Halaman 28: Tha' sukun dibaca
qalqalah. Suara huruf tha' dari ujung
lidah mengenai pangkal gigi dan gusi.
q) Halaman 34: Jika ada nun kecil di atas,
nun sukun atau tanwin dibaca jelas.
Catatan: mulai halaman ini murid dilatih kelancaran
membaca al-Qur'an dengan belajar membaca al-Qur'an juz
27.
r) Halaman 38: Jika ada tanda layar
diatas dibaca sangat panjang
3) Tes kenaikan
Materi tes kenaikan jilid: al-Qur'an juz 27 dan buku
Qiraati jilid 5 halaman mana saja.
f) Jilid VI
1) Target
a) Menjaga target pelajaran Qiraati jilid 5.
b) Murid dapat membaca bacaan idzhar khalqi dengan baik
dan benar.
c) Murid dapat membedakan antara bacaan yang harus
dibaca dengung dengan yang tidak.
d) Murid dapat mengerti dan memahami cara membaca انـا
كثيرة
ة-قعوقتم
مغ# غ غ غ
اط# ط ط ط
خاشعةنيومئذ
ال... ضا=ضاال
45
dan . اال
e) Murid dapat membaca al-Qur'an dengan lancar, baik dan
benar tanpa dituntun.
2) Teknik mengajar
Untuk mengajarkan materi pelajaran bacaan idzhar
khalqi, secara bertahap murid ditanyakan tentang materi
pelajarannya. Pada buku Qiraati jilid 6 ini murid sudah mulai
dilatih membaca al-Qur'an dari juz 1.
a) Halaman 1: nun sukun atau
tanwin bertemu alif /
hamzah dibaca jelas.
b) Halaman 5: nun sukun atau
tanwin bertemu alif dan
kha' dibaca jelas.
c) Halaman 8: nun sukun
atau tanwin bertemu alif,
kha' dan kho' dibaca
jelas.
d) Halaman 12: nun sukun
atau tanwin bertemu alif,
kha', kho' dan 'ain dibaca jelas.
e) Halaman 15: nun sukun
atau tanwin bertemu alif
kha', kho', 'ain dan ghoin dibaca jelas.
f) Halaman 19: nun sukun
atau tanwin bertemu alif,
kha', kho', 'ain, ghoin dan ha' dibaca jelas.
g) Halaman 22: jika ada اال
sebaiknya dibaca terus (washal)
من اصدق=)ء( ان
ملن حوله=ح ,ن ا
من خفت=خ,ح,ن ا
من عند=ع,خ,ح,ن ا
من غل= غ ,ع,خ,ح,ن ا
ان هو=هـ,غ,ع,خ,ح,ن ا
ال على احفظون ان= انا
46
dan jika ada انا na panjang dibaca pendek.
h) Halaman 23-30: untuk latihan-latihan agar murid lancar,
fasih dan tartil dalam membaca al-Qur'an.
3) Tes kenaikan
Materi tes kenaikan jilid 6 langsung menggunakan
mushaf al-Qur'an.35
9. Evaluasi pembelajaran
a. Tes pelajaran36
Dilaksanakan setiap hari setelah anak membaca satu halaman
buku Qiraati. Tes ini dilakukan oleh guru kelas.
b. Tes kenaikan jilid37
Dilaksanakan bila anak telah mempelajari satu buku Qiraati
dan untuk menentukan kenaikan ke jilid berikutnya. Tes ini dilakukan
oleh kepala TPQ.
c. Khotmul Qur'an.
Yaitu tes yang dilakukan apabila anak telah menguasai semua
pelajaran yaitu :
1) Dapat membaca al-qur'an dengan tartil (fasih)
2) Mengerti dan menguasai bacaan gharib
3) Mengerti dan menguasai ilmu tajwid
4) Dapat mewaqafkan dan mengibtida'kan bacaan al-Qur'an dengan
cukup baik. Tes ini dilakukan oleh ahli al-Qur'an atau perwakilan
Qiraati yang telah ditunjuk.38
C. Anak Prasekolah
Dewasa ini, berbagai pihak baik itu orang tua, masyarakat, maupun
35Ibid, hlm. 38-55.
36 Ibid, hlm. 21. 37 Ibid, hlm. 57 38Ibid, hlm. 37.
47
pemerintah semakin menyadari tentang pentingnya pendidikan anak sejak usia
dini. Para pendidik mengatakan bahwa tahun-tahun awal masa kanak-kanak
sebagai usia prasekolah. Anak usia ini dianggap mulai siap menghadapi tugas
menjelang masuk sekolah. Karena itu, awal masa kanak-kanak baik di rumah
maupun di lingkungan prasekolah merupakan masa persiapan.
Masa usia prasekolah merupakan masa yang menentukan bagi
perkembangan anak pada tahapan selanjutnya. Dalam masa ini akan berada
pada situasi peka untuk menerima rangsang dari luar.39 Selain itu anak
prasekolah juga mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan suka meniru.40
Bila pada masa ini anak memperoleh rangsangan yang sesuai dengan hidup
perkembangan anak, maka kemampuan anak akan berkembang dengan
optimal. Sehubungan dengan pemikiran tersebut, maka sudah seharusnya
orang tua yang memiliki anak pada usia tersebut memberi perhatian yang
lebih besar pada mereka.
1. Pengertian anak prasekolah.
Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan pengertian anak
prasekolah. Menurut Sumadi Suryabrata, anak prasekolah adalah anak
usia dari lahir sampai kira-kira umur 6 tahun.41
Sedangkan menurut Soemiarti Padmonodewo yang mengutip
pendapatnya Biecher dan Snowman (1993) menyatakan bahwa anak
prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun.
Mereka biasanya mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3
bulan-5 tahun) dan kelompok bermain (3 tahun), sedangkan pada usia 4-6
tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-kanak.42 Ada
juga yang menyamakan anak prasekolah dengan anak balita yaitu bayi
39Soemiarti Padmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm. 66. 40Departemen Agama RI, Pengembangan dan Penilaian Agama Islam di Taman Kanak-
Kanak, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2002), hlm. 2. 41Sumadi Suryabrata, Perkembangan Individu, (Jakarta: Rajawali Pers, 1981), hlm. 32. 42Soemiarti Padmonodewo, op.cit., hlm. 19.
48
yang berumur dibawah 5 tahun.
Secara umum, anak prasekolah adalah anak-anak yang belum
duduk di bangku SD. Dalam skripsi ini yang penulis maksud dengan anak
prasekolah adalah anak TK (usia 4-6 tahun).
2. Pembelajaran membaca pada anak prasekolah
Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang mengajarkan
membaca pada anak usia prasekolah. Ada yang membolehkan dan ada
yang melarangnya.
Jhon Beck menyatakan bahwa anak prasekolah biasa diajar
membaca dengan cara-cara yang menyenangkan.43 Dia juga
menambahkan bahwa belajar membaca sewaktu kecil justru mengurangi
tekanan yang dialami anak karena anak belajar membaca pada saat-saat
otaknya masih peka menerima bahasa.44
Bahasa membaca adalah suatu fungsi otak, sama seperti bahasa
lisan yang juga merupakan fungsi otak.45 Pada anak usia 5 tahun,
perkembangan otaknya sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa
dan 90% pada usia 6 tahun.46 Karena itulah rangsangan belajar akan
sangat efektif bila diberikan pada masa ini.
Menurut Glenn Doman, kemampuan anak untuk menyerap
informasi pada usia 2 dan 3 tahun berada pada puncaknya dan tidak akan
pernah terulang lagi. Karena itu jauh lebih mudah mengajar anak
membaca pada usia sangat muda dari pada usia lainnya.47
Hal ini sama dengan pendapatnya Barbara Clark yang dikutip oleh
43Jhon Beck, Meningkatkan Kecerdasan Anak, terj. Dudi Misky, (t.tpt.: Delaprasta
Publishing, 2003), hlm. 125. 44Ibid., hlm. 145. 45Glenn Doman, Mengajarkan Bayi Anda Membaca, terj. Ismail Maharimin, (Jakarta:
Gaya Favorit Pres, 1998), hlm. 91. 46Syamsyu Yusuf L.N., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2000), hlm. 163. 47Glenn Doman, op.cit., hlm. 79.
49
Conny Semiawan dkk., yang menyatakan bahwa membaca sangat alamiah
dan menyenangkan jika dikembangkan dalam usia 2-4 atau 5 tahun.
Sehingga pada usia 6 tahun merupakan belajar membaca sebagai usaha
perbaikan (remedial reading).48
Saat yang tepat mengajari anak membaca, adalah pada saat anak
memiliki kesiapan untuk membaca (reading readiness). Menurut teori
kuno, umumnya anak memiliki kesiapan membaca pada usia 6 atau 6,5
tahun.49 Tapi menurut J.P. Chaplin dalam Fauzul Adhim, menyatakan
bahwa anak bisa mencapai kesiapan membaca lebih awal, yaitu usia 2-3
tahun.50
Menurut teori klasik beberapa akibat negatif akan timbul jika
pembelajaran membaca dilaksanakan pada anak sebelum atau sesudah
masa kesiapan. Apalagi kalau guru atau orang tua memaksakan kehendak
pada saat anak menampakkan isyarat menolak.51 Tetapi ketentuan itu tidak
sepenuhnya benar. Datangnya kesiapan membaca pada anak tidak harus
ditunggu secara pasif.
Para pendidik modern tidak percaya bahwa kesiapan merupakan
sesuatu yang harus ditunggu secara pasif. Mereka percaya bahwa kesiapan
merupakan sebuah tahapan dimana anak dapat dibimbing untuk
memasukinya.52
Kesiapan membaca dapat dirangsang dengan memberikan
pengalaman pramembaca. Anak dikenalkan satu atau lebih bagian
membaca seperti memperlihatkan buku atau sumber bacaan yang lain
48Conny Semiawan, dkk., Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 43. 49Anita Lie,”Mengajar Balita Membaca”, dalam Sintha Ratnawati (ed.), “Sekolah”
Alternatif Untuk Anak, (Jakarta: Kompas, 2002), hlm. 57. 50Muhammad Fauzul Adhim, Membuat Anak Gila Membaca, (Bandung: Al-Bayan,
2004), hlm. 31. 51Ibid., hlm. 30. 52Ibid., hlm. 31.
50
sehingga timbul ketertarikan yang kuat dalam diri anak untuk membaca.
Jika pengalaman pra membaca sudah diberikan sejak anak usia 2
tahun maka dapat diharapkan pada usia TK anak sudah mencapai saat
tepat mengajarinya membaca sehingga pada usia 5 tahun atau kurang anak
sudah lancar membaca. Sekurang-kurangnya anak mulai diajari membaca
saat masih dibangku TK.
Dalam mengajarkan membaca pada anak prasekolah (TK) perlu
diperhatikan beberapa prinsip pendidikan prasekolah, antara lain:53
a) TK merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah, untuk itu
perlu diciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman
dan menyenangkan.
b) Masing-masing anak perlu mendapat perhatian yang bersifat
individual, sesuai dengan kebutuhan anak usia prasekolah.
c) Perkembangan adalah hasil proses kematangan dan proses belajar.
d) Kegiatan belajar di TK adalah pembentukan perilaku melalui proses
pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari.
e) Sifat kegiatan belajar di TK merupakan pengembangan kemampuan
yang telah diperoleh dari rumah.
f) Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan
kemampuan anak didik.
Jadi dapat dipahami bahwa anak usia prasekolah boleh dan dapat
diajari membaca, tetapi dengan menggunakan cara-cara yang
menyenangkan yaitu dengan metode permainan yang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Dan bila anak menunjukkan isyarat menolak untuk
diajari membaca, maka tidak boleh dipaksa.
53Sumiarti Padmonodewo, op.cit., hlm. 69-70.