BAB II KONSEP PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE...

38
13 BAB II KONSEP PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE QIRAATI PADA ANAK PRASEKOLAH A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an. 1. Pengertian, Dasar dan Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an. Di depan telah dijelaskan tentang pentingnya belajar membaca al- Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, setiap muslim yakin bahwa membaca al-Qur’an termasuk amal yang mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda karena yang dibacanya itu kitab suci Allah. Al- Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mu’min, baik di kala senang maupun susah. Selanjutnya akan dijelaskan tentang pengertian, dasar dan tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an. Pengertian pembelajaran membaca al-Qur’an. Menurut Endang Poerwanti dan Nur Widodo yang mengutip pendapatnya Wuryadi menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses pengubahan status siswa dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi pengetahuan, sikap dan tingkah laku. 1 Dan menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2 Dengan demikian, dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran adalah proses perubahan status siswa (pengetahuan, sikap dan perilaku) dengan melibatkan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan membaca menurut Donald D. Hammill dan Nettie R. 1 Endang Poerwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Pers, 2002), hlm. 4. 2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 70.

Transcript of BAB II KONSEP PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE...

13

BAB II

KONSEP PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN

METODE QIRAATI PADA ANAK PRASEKOLAH

A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an.

1. Pengertian, Dasar dan Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an.

Di depan telah dijelaskan tentang pentingnya belajar membaca al-

Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, setiap muslim yakin

bahwa membaca al-Qur’an termasuk amal yang mulia dan akan mendapat

pahala yang berlipat ganda karena yang dibacanya itu kitab suci Allah. Al-

Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mu’min, baik di kala senang

maupun susah.

Selanjutnya akan dijelaskan tentang pengertian, dasar dan tujuan

pembelajaran membaca al-Qur’an.

Pengertian pembelajaran membaca al-Qur’an.

Menurut Endang Poerwanti dan Nur Widodo yang mengutip

pendapatnya Wuryadi menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses

pengubahan status siswa dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi

pengetahuan, sikap dan tingkah laku.1

Dan menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan pembelajaran.2

Dengan demikian, dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran

adalah proses perubahan status siswa (pengetahuan, sikap dan perilaku)

dengan melibatkan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan

prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan membaca menurut Donald D. Hammill dan Nettie R.

1Endang Poerwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang Pers, 2002), hlm. 4. 2Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 70.

14

Bartel adalah “Reading is responding orally to printed symbols”3 yang

artinya membaca adalah reaksi secara lisan terhadap simbol-simbol

tertulis.

Dan menurut Sudarso, membaca adalah aktivitas yang kompleks

dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah meliputi

orang harus menggunakan pengertian, khayalan, mengamati dan

mengingat-ingat.4

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca

adalah sebuah aktivitas melafalkan atau melisankan kata-kata yang

dilihatnya dengan mengerahkan beberapa tindakan melalui pengertian dan

mengingat-ingat.

Mengenai al-Qur’an, para ulama sepakat mendefinisikannya

sebagai berikut:

بواسطة , على خامت االنبياء واملرسلني لزنـ امل , املعجز اهللالقـران هو كالم ا

د عبت امل ,لينا بالتواتري إ املنقول ,األمني جربيل عليه السالم املكتوب يف املصاحف

5 املختتم بسورة الناسةبسورة الفاحتوء املبد,تالوتهب

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara malaikat Jibril a.s. yang ditulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir dan merupakan ibadah bagi yang membacanya, yang diawali surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas.

Secara keseluruhan yang dimaksud pembelajaran membaca al-

Qur’an adalah sebuah proses yang menghasilkan perubahan-perubahan

kemampuan melafalkan kata-kata, huruf atau abjad al-Qur’an yang

3Donald D. Hammill dan Nettie R. Bartel, Teaching Children with Learning and

Behavior Problem, (Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc, 1978), hlm. 23. 4Sudarso, System Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993),

hlm. 4. 5Muhammad Ali Ash-Shobuni, Tibyan fi al-Ulum al-Qur’an, (Jakarta: Dinamika Berkah

Utama, 1985), hlm. 8.

15

diawali dengan huruf ا sampai dengan yang dilihatnya dengan ي

mengerahkan beberapa tindakan melalui pengertian dan mengingat-ingat.

Dasar pembelajaran membaca al-Qur’an

Islam menganjurkan para pemeluknya untuk mempelajari al-

Qur’an terutama dalam membacanya. Hal ini dapat dilihat dalam al-

Qur’an itu sendiri maupun hadits Nabi, yaitu:

a. Dalam al-Qur’an

)45:العنكبوت(تل ما أوحي إليك من الكتاب وأقم الصالة ا

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. (QS. Al-Ankabut:

45).6

ان الـذين يتلون كتب اهللا واقامواالصلوة وانفقوا ممارزقنهم سراوعالنية روبت ة لنارن تجوجري

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS. Faathir: 29).7

b. Dalam hadits Nabi saw.

ا ؤرقإ: ى اهللا عليه وسلم يقول بوأمامة الباهلى قال مسعت رسول اهللا صل أ

8)رواه مسلم ( ه ا بحص ا ألعيف شةاميق المو ي ىت أ يهنا فانرقال

Abu Umamah al-Bahily berkata: saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Bacalah al-Qur’an sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan memberikan syafaat bagi orang-orang yang membacanya. (HR. Muslim).

6Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra,

1989), hlm. 635. 7Ibid., hlm. 700. 8Imam Muslim bin al-Hallaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shohih Muslim, Juz I, (Beirut: Dar

al-Fikr, t.th.), hlm. 321.

16

ن ممكريخ: قالوسلم عن عثمان رضى اهللا عنه عن النىب صلى اهللا عليه

تلعق المانرو لعم9) . رواه البخاري (ه

Dari Utsman ra. dari Nabi saw bersabda: Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur'an dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)

Tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an.

Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa tujuan jangka

pendek dari pendidikan al-Qur’an (termasuk di dalamnya tujuan

pembelajaran membaca al-Qur’an) adalah mampu membaca dengan baik

dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, memahami dengan baik dan

menerapkannya. Di sini terkandung segi ubudiyah dan ketaatan kepada

Allah, mengambil petunjuk dari kalam-Nya, taqwa kepada-Nya dan

tunduk kepada-Nya.10

Sedangkan tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an menurut

Mardiyo antara lain:11

a. Murid-murid dapat membaca kitab Allah dengan mantap, baik dari segi ketepatan harakat, saktat (tempat-tempat berhenti), membunyikan huruf-huruf dengan makhrajnya dan persepsi maknanya.

b. Murid-murid mengerti makna al-Qur’an dan terkesan dalam jiwanya. c. Murid-murid mampu menimbulkan rasa haru, khusuk dan tenang

jiwanya serta takut kepada Allah. d. Membiasakan murid-murid kemampuan membaca pada mushaf dan

memperkenalkan istilah-istilah yang tertulis baik untuk waqaf, mad dan idghom.

2. Metodologi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an.

Selama ini ada beberapa metode pembelajaran yang bisa

mengantarkan seseorang dapat membaca al-Qur’an. Metode-metode

9 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, Shohih Bukhari, juz

VI, (Beirut: Darl al-Kutub al-'Alamiyyah, t.th.), hlm. 427. 10Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:

Diponegoro, 1989), hlm. 184. 11Mardiyo, Pengajaran al-Qur’an, dalam Habib Thoha, dkk. (eds), Metodologi

Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 34-35.

17

tersebut antara lain:12

a) Metode meniru (Thariiqah Musyaafahah).

Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur’an yang dimulai

dengan meniru atau mengikuti bacaan seorang guru sampai hafal.

Setelah itu diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca dan

harakatnya dari kata-kata atau kalimat yang dibacanya itu.

b) Metode sinthetik (Thariiqah Tarkiibiyyah).

Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur’an dimulai dari

mengenali huruf hijaiyah, yang dimulai huruf ا sampai dengan ى

baru diperkenalkan tanda baca atau harakat. Metode ini dapat dijumpai

dalam tuntunan membaca al-Qur’an yang termuat dalam “Turutan”

atau biasa disebut cara “Baghdadiyyah”.

c) Metode mengenalkan cara membaca al-Qur’an yang sesuai dengan

kaidah-kaidahnya.

Yaitu metode pembelajaran al-Qur’an diawali dengan

mengenalkan huruf tanpa dieja. Dengan kata lain mengajarkan

membaca huruf-huruf atau kata-kata Arab yang sudah bersyakal

dalam al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Metode ini

diperkenalkan oleh metode Qiraati dan Iqra’. Tujuan yang ingin

dicapai Qiraati adalah agar penggunanya dapat membaca dengan

tartil.

d) Metode bunyi (Thariiqah Shautiyyah).

Metode ini tidak dimulai dengan memperkenalkan huruf-huruf

hijaiyah, tetapi memperkenalkan bunyi huruf-hurufnya yang sudah

diharakati atau bersyakal seperti A, BA, TA dan seterusnya. Ada juga

yang memaparkan contoh semisal “MA TA” (mim fathah, ta’ fathah)

lalu disertai gambar “mata”. Dari bunyi-bunyi huruf inilah nantinya

12Abdullah Salim ,Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an, makalah ini disampaikan di depan

peserta penataran para pegawai pencatat nikah yang diselenggarakan KanWil Depag Jawa Tengah di Semarang, tanggal 13 Pebruari 1993, hlm. 3-4.

18

dirangkai dalam bentuk kalimat yang teratur.

Metode ini biasanya dipakai untuk mengantarkan seseorang

agar dapat membaca kalimat-kalimat dalam bahasa Arab. Ada pula

yang bagian depannya seakan-akan mengarah ke bahasa Arab, namun

pada bagian tengah sudah diperkenankan potongan-potongan ayat.

Dalam metode ini ada kesan agak sukar karena tidak dipersiapkan

sejak awal untuk mengenal al-Qur’an meskipun juga bahasa Arab.

3. Komponen-Komponen Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih optimal,

maka diperlukan komponen-komponen yang saling mempengaruhi satu

dengan yang lain, yaitu:13

a) Tujuan pembelajaran

Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen

pertama yang harus ditetapkan yang berfungsi sebagai indikator

keberhasilan pengajaran.14 Dalam tujuan ini terhimpun sejumlah

norma yang akan ditanamkan dalam anak didik.15 Sehingga berhasil

atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan

anak didik terhadap bahan yang diberikan selama proses belajar

mengajar berlangsung.

b) Bahan pelajaran (materi)

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan

dalam proses belajar mengajar. Hendaknya bahan pelajaran

disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima

pelajaran.16

c) Metode

13Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru al-

Gesindo, 1995), hlm. 30. 14Ibid. 15Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2000), hlm. 17. 16B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),

hlm. 157.

19

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar,

metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai

tujuan yang ingin dicapai.17

d) Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Ada dua macam alat dalam

pembelajaran, yaitu alat material yang meliputi papan tulis, gambar,

video dan sebagainya serta alat non material berupa perintah,

larangan, nasehat dan lain-lain.18

e) Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana bahan yang

telah disampaikan kepada siswa dengan metode tertentu dan sarana

yang ada, dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.19

4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran al-Qur’an

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ditempuh melalui tiga

langkah, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a) Perencanaan mengajar.

Menurut Menurut Nana Sudjana perencanaan pembelajaran

adalah memperkirakan (memproyeksikan) mengenai tindakan apa

yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pengajaran.20 Setiap

kegiatan belajar mengajar menuntut dipersiapkan masing-masing

komponennya (tujuan instruksional, bahan pelajaran, kegiatan belajar

mengajar, metode, alat dan evaluasi) agar terjadi proses belajar

mengajar yang optimal dan tujuan yang dikehendaki tercapai.

Persiapan merupakan antisipasi, rancangan dan perkiraan

tentang apa yang akan dilakukan dalam setiap pengajaran yang

17Saiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 19. 18Ibid. 19B. Suryosubroto, op.cit., hlm. 158. 20Nana Sudjana, op.cit., hlm. 136.

20

memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang dapat

mengantarkan siswa mencapai tujuan yang dikehendaki.

Contoh bentuk rencana pengajaran dalam kegiatan belajar

mengajar membaca al-Qur’an dengan metode Qiraati di TK A;

Hari dan tanggal :

Mata pelajaran : Baca al-Qur’an

Bahan pelajaran : Huruf hijaiyah بdan ا

Tujuan pembelajaran : - Murid dapat membedakan bentuk huruf dan ا ب

- Murid dapat melafalkan huruf dan ا ب secara

lancar yaitu: cepat, tepat dan benar. Metode pengajaran : Metode ceramah, metode sorogan (privat) dan

metode permainan.

Alat : Papan tulis, kapur, peraga mengajar guru (kartu

huruf hijaiyah ukuran 13 x 13 cm) dan peraga

belajar untuk murid (kartu huruf hijaiyah ukuran

5 x 5 cm).

Buku sumber : Qiraati untuk TK jilid I

Pelaksanaan :

Klasikal

TABEL I

GAMBARAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SECARA KLASIKAL

UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA AL QUR’AN DI TK A

Kegiatan Belajar Mengajar No Bahan

Kegiatan Guru Kegiatan Murid Waktu

1 Pembukaan

dan apersepsi

Salam, mengabsen dan

guru mengulang materi

Murid mendengarkan

penjelasan gurunya 5 menit

21

pelajaran yang telah

diajarkan sebelumnya

2

Pretest

Guru mengajukan

pertanyaan secara lesan

kepada murid

Murid menjawab

pertanyaan gurunya 5 menit

3 Bentuk huruf

hijaiyah ا

dan ب

a) Menuliskan bentuk

huruf di papan بdan ا

tulis

b) Menerangkan bentuk

huruf dibantu بdan ا

dengan peraga mengajar

(kartu huruf hijaiyah)

c) Membimbing untuk

mencari huruf بdan ا

pada kartu huruf

hijaiyahnya masing-

masing

a) Murid mendengarkan

dan memperhatikan

penjelasan guru

b) Murid mendengarkan

dan memperhatikan

penjelasan guru

c) Murid mencari gambar

huruf pada بdan ا

kartu huruf hijaiyahnya

masing-masing

5 menit

4 Menerapkan

cara membaca

huruf بdan ا

dengan

menggunakan

kartu huruf

hijaiyah

Guru memberi contoh

membaca huruf بdan ا

dengan menunjukkan kartu

huruf hijaiyah yang

dibacanya

Murid menirukan bacaan

guru sambil

menunjukkan kartu huruf

hijaiyah ا dan ب yang

dibacanya pada kartu

belajar

5 menit

5 Menerapkan

contoh bacaan

huruf بdan ا

Guru memberi komando

(aba-aba, ketukan dll)

Murid membaca

bersama-sama buku

Qiraatinya masing-

5 menit

22

huruf بdan ا

dalam buku

Qiraati

masing sesuai dengan

aba-aba dari gurunya

dengan lancar, cepat,

tepat dan benar serta

tidak memanjangkan

bunyi akhir

6 Penutup Do’a-do’a dan salam Do’a-do’a dan salam 5 menit

Individual

Satu persatu siswa maju untuk membaca buku Qiraati

sesuai halamannya masing-masing, sedangkan guru membimbing.

Pada saat murid membaca guru langsung menilai bacaan muridnya

masing-masing dan menulis hasilnya di kartu prestasi. Sedangkan

murid yang tidak membaca diberi tugas menebalkan huruf hijaiyah

sesuai halamannya masing-masing. Dalam pelaksanaan ini

menggunakan alokasi waktu 30 menit.

b) Pelaksanaan Mengajar.

Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membaca al-

Qur’an ditempuh dengan langkah-langkah 21:

1. Kata-kata pendahuluan dari guru untuk menenangkan murid,

menertibkan segala sesuatu di dalam kelas, menarik minat dan

perhatian murid kepada pelajaran serta pentingnya dan

keuntungannya pandai membaca al-Qur’an baik bagi diri sendiri

maupun masyarakat Islam pada umumnya.

2. Memulai pelajaran dengan membaca basmallah bersama-sama

secara nyaring serta dicamkan di dalam hati, semoga mendapat

berkah Allah dan rahmat-Nya, taufiq dan hidayah-Nya di dalam

pembelajaran.

21Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar (Metodik Khusus Pengajaran Agama), (Bandung:

al-Maarif, 1986), hlm. 98-100. Di dalamnya disebutkan ada 11 contoh pembelajaran al-Qur’an secara umum, tetapi yang terkait dengan pembelajaran membaca al-Qur’an pada anak usia prasekolah ada 8 langkah seperti yang tertulis di atas.

23

3. Guru mengadakan apersepsi dan pretest. Apersepsi yaitu

menanyakan kepada siswa tentang pokok-pokok materi pelajaran

yang lalu untuk menyegarkan kembali ingatan mereka dan

menghubungkannya dengan pelajaran hari ini.

Sedangkan pretest adalah test yang diberikan sebelum pelajaran

dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana

penguasaan peserta didik terhadap bahan pengajaran yang akan

diajarkan.

4. Hal-hal pokok yang paling dasar dan terpenting yang diajarkan

oleh guru adalah bahwa murid perlu mengenal dan betul-betul

tahu dengan huruf al-Qur’an untuk itu pertama kali harus

diajarkan bentuk huruf-huruf tersebut alif sampai ya’ termasuk

tanda-tanda baris, tanda sukun, tanda tasydid, alif lam, bentuk-

bentuk tanda panjang dan sebagainya, dengan memakai metode

yang baik dan sistematis sehingga menarik minat anak-anak dan

disukai oleh mereka, jangan sampai menyulitkan mereka.

5. Guru membaca dengan tenang dan jelas, lalu diikuti oleh murid-

murid yang terpandai membaca dan diikuti oleh yang lain

bersama-sama. Bacaan-bacaan yang salah segera diperbaiki oleh

guru. Yang perlu diingatkan kepada murid adalah tidak boleh lupa

tiap-tiap huruf itu. Murid-murid juga dilatih menulis huruf-huruf

tersebut di papan tulis serta pada buku tulis masing-masing murid.

6. Mengajarkan huruf-huruf al-Qur’an memerlukan beberapa kali

belajar sampai murid-murid dapat membaca dengan lancar.

7. Latihan-latihan membaca al-Qur’an itu mula-mula bersama-sama

dengan dipimpin guru, kemudian dipimpin oleh murid yang

pandai satu demi satu yang diikuti oleh murid lain secara bersama-

sama. Sampai akhirnya semua murid membaca satu persatu

dihadapan gurunya (tahap individual atau privat) dan pada saat itu

guru sekaligus mengadakan penilaian terhadap bacaan murid.

8. Sebagai penutup, beri nasehat-nasehat singkat dan diakhiri dengan

24

mengucapkan hamdalah.

c) Evaluasi Pembelajaran.

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan belajar

mengajar, perlu dilakukan suatu tindakan kegiatan, yaitu evaluasi.

Menurut Muhibbin Syah, evaluasi berarti penilaian terhadap

keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

sebuah program.22

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, evaluasi adalah

suatu tindakan berdasarkan “pertimbangan” arif dan bijaksana untuk

menentukan nilai sesuatu, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.23

Dengan demikian, evaluasi adalah suatu usaha atau alat untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam sebuah program baik secara kualitatif maupun

kuantitatif.

Secara umum, ada empat jenis evaluasi yang dapat digunakan

dalam pembelajaran membaca al-Qur’an, yaitu: 24

1. Evaluasi penempatan.

Adalah tes yang mengukur siswa dan mengetahui tingkat

pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran

yang akan disajikan. Sehingga siswa dapat ditempatkan pada

kelompok yang sesuai dengan tingkat pengetahuannya.25

2. Evaluasi formatif.

Adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai

mempelajari suatu unit pelajaran tertentu.26

3. Evaluasi sumatif.

22Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2002), hlm. 141. 23Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 208. 24M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 245. 25Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: Grasindo, 1991),

hlm. 9. 26Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 214.

25

Adalah evaluasi yang digunakan untuk mengukur atau

menilai sampai dimana pencapaian peserta terhadap bahan

pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan

kenaikan tingkat atau kelulusan peserta didik yang bersangkutan.27

4. Evaluasi diagnostik.

Yaitu evaluasi yang bertujuan untuk mendiagnosa kesulitan

belajar peserta didik untuk mengupayakan perbaikannya.28

Dalam proses belajar mengajar, evaluasi memiliki fungsi

antara lain 29:

1. Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik

setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu

tertentu.

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK).

4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum.

B. Metode Qiraati.

Salah satu metode pembelajaran membaca al-Qur'an adalah metode

Qiraati. Metode Qiraati ini merupakan salah satu bentuk metode ketiga dari

metodologi pembelajaran membaca al-Qur'an yaitu metode mengenalkan cara

membaca al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah-kaidahnya.

1. Pengertian metode Qiraati.

Yang dimaksud dengan metode Qiraati adalah metode pengajaran

membaca al-Qur’an dengan bunyi huruf-huruf hijaiyah yang sudah

berharakat (tanda baca). Dalam pelajaran ini, anak tidak boleh mengeja

tapi langsung membaca bunyi huruf yang berharakat tersebut. Sejak awal

27Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 283. 28Suke Silverius, op.cit., hlm. 10. 29M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung

Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 5-7.

26

anak dituntut membaca dengan lancar yaitu: cepat, tepat dan benar.30

Dalam metode Qiraati ini, setiap contoh bacaannya diambil dari

kalimat-kalimat yang ada dalam al-Qur’an dan juga kalimat-kalimat dalam

bahasa Arab.

2. Tujuan metode Qiraati.

Tujuan pelaksanaan metode Qiraati adalah:

a) Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian al-Qur’an dari

segi bacaan yang benar sesuai dengan kaidah tajwidnya.

b) Menyebarkan ilmu baca al-Qur’an yang benar.

c) Mengingatkan guru ngaji agar berhati-hati dalam mengajar al-Qur’an.

d) Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran al-Qur’an.31

3. Sistem metode Qiraati.

Metode Qiraati mempunyai sistem dan aturan yang berbeda

dengan metode membaca al-Qur’an yang lain, yaitu:

a) Membaca huruf-huruf hijaiyah yang sudah berharakat secara langsung

tanpa mengeja.

b) Langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan bertajwid secara

baik dan benar.

c) Materi pelajaran diberikan secara bertahap dan berkesinambungan.

Dari yang mudah menuju yang ke sulit, serta dari yang umum ke yang

khusus.

d) Menerapkan belajar dengan cara “sistem modul atau paket”.

e) Menekankan banyak latihan membaca (sistem drill).

f) Belajar sesuai dengan kesiapan dan kemampuan murid. Jadi metode

Qiraati tidak digunakan berdasarkan usia-usia tertentu tetapi

berdasarkan kesiapan dan kemampuan murid.

g) Evaluasi dilakukan setiap pertemuan.

30Imam Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an “Qiroati”,

(Semarang: Koordinator Pendidikan al-Qur’an Metode Qiroati, t.th.), hlm. 4. 31Benyamin Dachlan, Memahami Qiroati, (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur’an

Raudhatul Mujawiddin, t.th.), hlm. 2.

27

h) Guru pengajarnya harus ditashih (dites) dahulu kebenaran membaca

al-Qur’annya.

4. Prinsip metode Qiraati.

Metode Qiraati mempunyai dua prinsip dasar yang diperuntukkan

bagi guru dan murid, yaitu:

Prinsip dasar bagi guru (pengajar).

a) DAK-TUN (tidak boleh menuntun). Dalam mengajarkan buku Qiraati,

guru tidak diperbolehkan menuntun namun hanya diperbolehkan

membimbing.

b) TI-WAS-GAS (teliti-waspada-tegas)

Prinsip dasar bagi murid.

a) CBSA + M (cara belajar siswa aktif dan mandiri). Dalam belajar

membaca al-Qur’an, murid sangat dituntut keaktifannya dan

kemandiriannya. Sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan

motivator.

b) LCTB (Lancar: Cepat, Tepat dan Benar).32

5. Strategi mengajar metode Qiraati.

Ada beberapa strategi dalam mengajarkan membaca al-Qur’an

dengan metode Qiraati, yaitu:

a) Sorogan/individual/privat.

Adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara

satu persatu (secara individual) sesuai dengan materi pelajaran yang

dipelajari atau dikuasai murid. Pada waktu menunggu giliran belajar

secara individu, murid yang lain diberi tugas menulis atau yang

lainnya.

b) Klasikal-individual.

Klasikal artinya semua murid dalam waktu yang sama

melakukan kegiatan belajar yang sama.33

Dengan demikian, strategi mengajar klasikal individual adalah

32Imam Murjito, op.cit., hlm. 21-22. 33Nana Sudjana, hlm. 73.

28

proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara sebagian waktu

untuk klasikal sebagian waktu yang lain untuk mengajar individu.

c) Klasikal baca simak.

Strategi mengajar baca simak yaitu proses belajar mengajar

yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk membaca bersama-

sama (klasikal) dan sebagian waktu yang lainnya untuk membaca

secara individu atau kelompok sedangkan murid yang lainnya

menyimak.

Klasikal baca simak sangat baik diterapkan pada Qiraati TK

mulai dari jilid 3 ke atas. Sedangkan Qiraati praTK jilid 1 dan dan jilid

2 lebih mudah diterapkan dengan strategi klasikal individual.

6. Tahap mengajar metode Qiraati.

a) Tahap mengajar secara umum.

1. Tahap sosialisasi

Penyesuaian dengan kesiapan dan kemampuan murid.

Usahakan murid merasa senang dan bahagia dalam belajar.

2. Kegiatan terpusat

Penjelasan dengan contoh-contoh dari guru. Murid menyimak

dan menirukan contoh bacaan dari guru.

Murid aktif memperhatikan dan mengikuti petunjuk dari

gurunya.

3. Kegiatan terpimpin

Guru memberi komando (aba-aba, ketukan dan lain-lain)

ketika murid membaca secara klasikal maupun membaca

secara individual.

Secara mandiri murid membaca dan menyimak, guru hanya

membimbing dan mengarahkan.

4. Kegiatan klasikal

Secara klasikal murid membaca bersama-sama.

Sekelompok murid membaca, kelompok yang lain menyimak.

5. Kegiatan individual

29

Secara bergantian, satu persatu murid membaca (individual)

Secara bergantian, satu persatu murid membaca beberapa baris

atau satu halaman (tergantung kemampuan murid), murid yang

lainnya menyimak ( untuk strategi klasikal baca simak)

Sebagai evaluasi terhadap kemampuan masing-masing murid.

b) Tahap mengajar secara khusus.

1) Apersepsi

Mengulang materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya.

Memberi contoh dan menerangkan materi pelajaran baru.

2) Penanaman konsep

Memberi penjelasan mengenai materi pelajaran baru.

Mengusahakan murid memahami materi pelajaran yang

sedang diajarkan.

3) Pemahaman

Latihan bersama-sama atau kelompok atau group.

4) Ketrampilan

Latihan secara individu untuk mengetahui tingkat kemampuan

(kelancaran) murid dalam membaca.34

7. Sistematika kurikulum metode Qiraati buku TK.

TABEL II

SISTEMATIKA KURIKULUM METODE QIRAATI BUKU TK

Buku Qiraati TK Materi pelajaran Keterangan

Qiraati Jilid 1

1. Bacaan-bacaan pendek

ا ب, ت ب

2. Nama-nama huruf hijaiyah

... ث, ت, ب, ا

Mudah

34Imam Murjito, op.cit., hlm. 26-27.

30

1. Bacaan-bacaan pendek

با ب ب , س س, د د

2. Nama-nama harakat dan angka Arab

Mudah

Qiraati Jilid 2 3. Bacaan mad (panjang)

بقى –دا خل

محير–دودو

Sulit

1. Bacaan mad هـ هـ هـ

2. Huruf-huruf yang dibaca jelas (tidak boleh

dibaca dengung) ر م ل س

Mudah/umum

3. Bacaan harfu liin -و - -ي Khusus

Qiraati Jilid 3

4. Cara membaca huruf-huruf

خ– Khusus/sulit ف – ع

1. Bacaan ikhfa’

2. Bacaan idghom bighunnah م ---ن Mudah

3. Bacaan idghom bilaghunnah ل ر ---ن Agak sulit

4. Bacaan ghunnah )ن- م( Mudah

5. Bacaan huruf-huruf bertasydid Agak sulit

Qiraati Jilid 4

عـسق, حم, ق ,ن. 3. ~…. 1

ح خ – س ش. 4أولئك . 2 Materi khusus

31

6. Bacaan huruf mim sukun

a) Mim sukun dibaca jelas ) م(

b) Mim sukun dibaca dengung )م م(

Khusus/sulit

1. Bacaan idghom bighunnah

ي, و ---ن Khusus/sulit

2. Bacaan iqlab ب ---ن Khusus/mudah

3. Bacaan mim sukun

ب, م م x م Khusus/sulit

4. Materi-materi khusus

a) Fawatihus Suwar

b) Mewaqafkan bacaan

c) Penyempurnaan makhraj

Agak sulit

d) Lafadz Allah Agak sulit

e) Bacaan huruf qalqalah Agak sulit

f) Bacaan nun idzhar )ن( Mudah

Qiraati Jilid 5

g) Bacaan mad lazim …~._ Agak sulit

1. Bacaan idzhar halqi (jelas) Khusus agak

sulit

Qiraati Jilid 6 2. Pelajaran tambahan أنا, إال

3. Latihan membaca surat-surat pendek

Khusus/sulit

8. Teknik mengajar buku metode Qiraati

a. Buku Qiraati untuk usia praTK

32

1) Target

a) Murid dapat membedakan bacaan dari ا – ي

b) Murid dapat membaca suku kata yang terdiri dari tiga huruf

secara LCTB.

2) Materi pelajaran: huruf-huruf hijaiyah yang telah berharokat

fathah.

3) Sarana mengajar

a) Peraga mengajar untuk guru (kartu huruf ukuran 13x13 cm).

b) Peraga belajar untuk murid (kartu huruf ukuran 5x5 cm).

c) Buku Qiraati untuk usia praTK.

4) Prinsip mengajar

a) Belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar.

b) Jangan mengajar tiga huruf jika dua huruf belum lancar.

c) Jangan mengajar dua huruf jika belum paham masing-masing

hurufnya.

5) Teknik mengajar.

a) Tahap 1, belajar membaca dengan bermain menggunakan

peraga mengajar dan belajar, mulai dari satu huruf kemudian

dua huruf sampai lancar atau mahir.

b) Tahap 2, setelah mahir bermain dengan alat peraga dua huruf

murid diberi hadiah berupa berlatih membaca buku Qiraati

praTK halaman 1.

Untuk pembelajaran materi berikutnya tahapannya sama

dengan yang di atas sesuai dengan halaman bukunya.

6) Tes kenaikan

Untuk bahan pengetesan dapat digunakan buku Qiraati

praTK halaman 46, 47 dan 48. Dalam mengetes guru tidak

diperkenankan untuk menuntun, usahakan murid mandiri dalam

membaca.

Murid yang lulus buku Qiraati praTK dapat langsung diajarkan

33

buku Qiraati TK jilid 1 halaman 29 (untuk pelajaran nama-nama

huruf hijaiyah dimulai dari halaman 1).

b. Buku Qiraati untuk usia TK

Dalam mengajar menggunakan dua sarana, yaitu: buku Qiraati TK

jilid 1-6 dan lembaran peraga kelas.

a) Jilid I.

1) Target

a) Murid dapat membedakan bacaan dari ا – ي. Murid dapat

membaca satu suku kata yang berangkai (huruf gandeng)

secara LCTB.

b) Murid mengerti dan hafal huruf-huruf hijaiyah.

2) Prinsip mengajar

a) Jangan mengajar tiga huruf jika dua huruf belum lancar.

b) Jangan mengajar dua huruf jika belum paham masing-

masing hurufnya.

3) Teknik mengajar.

a) Halaman 1-30

1) Guru menjelaskan setiap pokok pelajarannya dan

memberikan contoh bacaan yang benar sekedar satu

atau dua baris, bila perlu dapat diulang-ulang atau

menambah baris dibawahnya.

2) Membaca secara langsung ا ب , tanpa mengeja supaya

dibaca dengan suara yang sama pendeknya. Agar murid

dapat membaca LCTB dapat dibantu dengan irama

ketukan yang sesuai.

3) Usahakan agar setiap murid dapat membaca dengan

lancar tanpa ada kesalahan baca.

b) Pelajaran di kotak paling bawah pada setiap halaman

termasuk yang wajib dibaca oleh setiap murid.

34

Mengenalkan huruf-huruf hijaiyah ialah dengan cara

perkelompok huruf seperti ج ح خ–ا ب ت ث , jangan

dipisahkan.

c) Halaman 31-43: bacaan huruf hijaiyah yang berangkai.

Murid hanya diminta untuk memperhatikan bentuk tulisan

hurufnya dan memperhatikan jumlah titik-titik yang ada.

Halaman 36:

Ka ada dua macam. Guru tidak

perlu menerangkan ka di awal, di

tengah ataupun di akhir suku kata.

Halaman 38:

Ha' ada empat macam.

d) Halaman 44: Murid harus lancar membaca dalam

rangkaian kalimat yang terdiri dari lebih dari tiga suku kata.

4) Tes kenaikan

Buku Qiraati TK jilid 1 halaman 41-44, termasuk huruf-huruf

hijaiyahnya.

b) Jilid II

1) Target

a) Menjaga target pelajaran Qiraati TK jilid I

b) Murid dapat membaca kata-kata dengan huruf berharokat

fathah, kasrah, dhummah dan tanwin dengan baik dan

benar tanpa keliru membacanya.

c) Murid dapat membedakan antara huruf yang dibaca mad

(panjang) dengan huruf yang dibaca pendek. Pada buku

Qioraati jilid 2 materi bacaan mad adalah fathah diikuti

alif, kasrah diikuti ya’ sukun dan dhummah diikuti wawu

sukun.

d) Murid dapat membaca kalimat yang terdiri dari dua suku

kata dengan lancar.

كـ = ك #كلم

ه=ـه, ـهـ, هـ

35

e) Murid mengerti dan paham nama-nama harakat.

f) Murid mengerti dan paham angka-angka arab dari 1-90.

2) Teknik mengajar.

Secara umum

1) Cara mengajar buku Qiraati TK jilid 2 tidak jauh beda

dengan Qiraati jilid 1, hanya materi pelajarannya yang

berbeda yaitu tentang pelajaran mad (suara panjang).

2) Pada bacaan bersuara panjang ini, murid sudah mulai

dicoba untuk membaca dengan irama tartil.

3) Setiap materi pelajaran dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Halaman pokok pelajaran yaitu halaman yang memuat

contoh-contoh materi pelajaran. Pada halaman ini

semua murid wajib membaca untuk agar mengerti dan

menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari.

b) Halaman latihan yaitu halaman yang memuat beberapa

kata atau kalimat sebagai latihan membaca bagi murid.

Pada halaman ini bagi murid yang sangat lancar dalam

membaca tidak harus membaca satu halaman penuh,

namun cukup membaca kalimat secara acak.

Sedangkan murid yang kurang lancar tetap wajib

membaca penuh setiap halaman.

Secara khusus

1) Halaman 1-19: bacaan huruf-huruf hijaiyah berharakat

kasrah, dhummah dan tanwin.

a) Guru memberi contoh beberapa kali

b) Agar murid dapat membaca dengan lancar, maka setiap

membaca dibantu dengan irama ketukan.

2) Untuk mengajar materi pelajaran yang ada di kotak bawah

guru menerangkan nama-nama harakat secara sederhana.

Demikian juga dengan angka-angka Arab, usahakan murid

mengerti bentuk-bentuknya.

36

3) Halaman 20:

Ta' ada tiga macam

4) Halaman 24-44: bacaan mad

a) Dalam pembelajaran bacaan mad ukuran suara

panjangnya adalah pada tingkatan Tahqiq

(diperbolehkan lebih dari satu alif).

b) Agar murid dapat membaca secara LCTB maka pada

setiap bacaan pendek dibantu dengan ketukan,

sedangkan untuk bacaan panjang dibantu dengan

isyarat jari telunjuk.

c) Sebelum membaca hendaknya selalu diingatkan dan

ditanyakan dengan materi pelajarannya.

Halaman 23:

a) Fathah diikuti alif dibaca

panjang.

b) Dalam membaca setiap huruf berharakat fathah diikuti

alif agar dibantu isyarat jari telunjuk ke arah atas.

Halaman 33:

a) Fathah panjang dibaca panjang,

seperti fathah diikuti alif

Halaman 36:

a) Kasrah diikuti ya’ sukun dibaca

panjang.

b) Agar dibantu isyarat jari telunjuk ke bawah.

Halaman 40:

a) Dhummah diikuti wawu sukun

dibaca panjang

b) Agar dibantu dengan isyarat jari telunjuk melingkar.

3) Tes kenaikan

Buku Qiraati jilid 2 halaman 37-39 dan 42-44. Termasuk yang

diujikan adalah nama-nama harakat dan angka Arabnya.

مئة# ة= ـة= تو

داخل– دخل

صلوة# بقى= بقا

حن- نحي #محير

د- ود #دودو

37

c) Jilid III

1) Target

a) Menjaga target pelajaran Qiraati TK jilid 2.

b) Murid dapat membedakan huruf sukun dengan baik dan

benar tanpa ada suara tawallud (suara tambahan berbunyi

e’).

c) Murid dapat membedakan suara antara huruf ء,ع ,ك

dengan baik dan benar.

d) Murid dapat membaca sesuai dengan makhraj dan sifat-

sifat hurufnya untuk huruf-huruf ,ف, ك, ع, ء, ر, م, س .

e) Murid dapat membaca dengan lancar pada satu kalimat

atau ayat yang terdiri lebih dari dua suku kata.

f) Murid mengerti dan paham angka-angka Arab ratusan.

g) Murid mengerti dan paham huruf-huruf fawaatihus-suwar

h) Murid dapat membaca bacaan Kharfu Lin dengan baik dan

benar.

2) Teknik mengajar.

a) Halaman 1: alif tidak terbaca

b) Halaman 2: fathah panjang, kasrah panjang, dhummah

panjang.

c) Dalam mengajarkan huruf-huruf sukun guru harus memberi

contoh bacaan yang benar kemudian menjelaskan kepada

murid bahwa huruf bertanda sukun harus dibaca jelas dan

ditekan.

d) Halaman 4: lam sukun dibaca jelas. Makhraj: suara lam

dari ujung lidah menekan gusi dan jangan segera

diturunkan.

e) Halaman 6: jika ada lam sukun,

alif tidak terbaca.

كانو= كانوا

والعالمين#وال = ول

38

f) Halaman 10: sin sukun dibaca

jelas. Makhraj: suara sin dari

ujung lidah, bibir meringis.

g) Halaman 15: mim sukun dibaca

jelas. Makhraj: suara mim dari

dua bibir yang merapat.

h) Halaman 19: fathah diikuti

wawu sukun dibaca cepat dengan

bibir mecucu. Jangan bersuara

AO’.

i) Halaman 26: guru agar memberi

contoh membacanya berulang-

ulang agar murid paham.

Kemudian dijelaskan bahwa lam sukun yang sudah terbaca

jangan di baca lagi.

j) Halaman 28: fathah diikuti ya’ sukun dibaca bibir

meringis dan dibaca cepat. Jangan bersuara ‘AE’.

k) Halaman 31: ra sukun dibaca

jelas. Makhraj: suara ra' dari

ujung lidah menekan gusi sambil

bergetar.

l) Halaman 35: hamzah sukun

membacanya ditekan dari

pangkal tenggorokan.

Untuk melatih agar murid mahir membunyikan huruf

hamzah dapat dibantu dengan ء ء ء ا ء.

‘Ain sukun membacanya dari tengah tenggorokan. Agar

murid dapat membaca dengan baik dan terbiasa maka boleh

agak dilamakan ketika membaca ‘ain sukunnya (tingkat

bacaan tahqiq).

مسجد-مـ

مي-كرمي

موي-موي

ا= الدوال اوالدوالو

لمعذ-يأحي

ا-محبرم

39

m) Halaman 38: latihan makhraj huruf ‘ain untuk melatih

agar murid mahir membunyikan huruf ‘ain dengan dibantu

dengan: اع ع ع ع.

n) Halaman 41: fa’ sukun dibaca

jelas. Makhraj: makhraj fa’ dari

bibir bawah mengenai ujung gigi

seri atas.

3) Tes kenaikan: bahan kenaikan jilid buku Qiraati jilid 3

halaman: 23-25, 27, 30, 39-40 dan 42-44. Termasuk juga

angka Arab dan huruf-huruf fawatihussuwar.

d) Jilid IV

1) Target

a) Menjaga target pelajaran Qiraati jilid 3.

b) Murid dapat membaca dengan LCTB pada: bacaan ikhfa’

haqiqi, ghunnah musyaddadah, huruf-huruf bertasydid,

asy-syamsiyyah, idghom bighunnah (ya’ dan wawu),

idghom bilaaghunnah ( lam dan ra’), fawatihussuwar dan

membaca او yang dibaca pendek.

c) Murid dapat membedakan:

1) Antara bacaan idghom mitsli dengan bacaan idzhar

syafawi.

2) Antara panjangnya bacaan mad wajib/ jaiz dengan

bacaan mad thobi’i.

d) Murid dapat membaca dengan benar sesuai dengan

makhraj atau sifatnya pada huruf-huruf: ghunnah dan huruf

. ح خ-س ش

2) Teknik mengajar

a) Halaman 1: nun sukun dibaca

يفسدون-يفعلون

عندك- انت-ن

40

dengung yang lama (dengungnya

ikhfa’).

b) Halaman 5: nun sukun/ tanwin

dibaca dengung yang lama.

Untuk dengungnya tanwin murid

sering lupa.

c) Halaman 3 dan 6: (kotak

bawah) guru memberi contoh

berulang-ulang agar murid

memahaminya, kemudian diterangkan bahwa jika ada

huruf bertanda layar dibaca panjang dan jika ada huruf

bertanda fathah panjang membacanya tidak boleh terputus.

d) Halaman 7: jika ada tanda layar

dibaca sangat panjang.

e) Halaman 10: latihan dan

penyempurnaan makhrajnya

huruf sin dan syin. Untuk huruf

sin murid diingatkan kembali cara membacanya yang

benar. Untuk huruf syin guru memberi contoh dengan

benar dan berulang-ulang. Kemudian dijelaskan bahwa

suara huruf syin dari tengah lidah menekan langit-langit

mulut di atasnya, gigi agak merapat dan sambil bibir

dibuka.

f) Halaman 12: nun tasydid dibaca

dengung yang lama.

g) Halaman 13: nun tasydid dan

mim tasydid dibaca dengung

yang lama.

h) Halaman 16-18: kha' dan kho'.

Suara huruf kha' dari tengah

tenggorokan. Dan suara huruf kho' dari ujung tenggorokan,

انكم#ان= ان ن

ثم-عم# م + ن

خ-ح

. . .ن ق ض

ادجآء-ج

ش-س

لا= لن-نب =ب-م= من

41

bibir sambil mecucu bulat. Guru agar memberikan contoh

yang benar bagi murid bila perlu contoh diulang-ulang

i) Halaman 19: semua tasydid

dibaca cepat sambil ditekan,

kecuali nun tasydid dan mim tasydid dibaca dengung yang

lama. Ketika membaca huruf bertasydid bantulah dengan

ketukan.

j) Halaman 23: jika ada tasydid

alif lam tidak terbaca

k) Halaman 25: wawu tidak ada

tandanya tidak terbaca, wawu

tidak ada tandanya (او ) dibaca pendek.

l) Halaman 30: mim sukun dibaca

jelas, kecuali mim sukun bertemu

mim dibaca mingkem dengung yang lama.

m) Halaman 32: nun sukun/ tanwin

bertemu mim dibaca mingkem

dengung yang lama.

n) Halaman 36: nun sukun atau

tanwin bertemu lam, dibaca lam

tasydid dengan cepat.

o) Halaman 39: nun sukun atau

tanwin bertemu ro’, dibaca ro’

tasydid dengan cepat.

3) Tes kenaikan

Materi tes diambil dari buku Qiraati jilid 4 halaman mana saja

secara acak. Bacaan fawatihussuwar termasuk juga materi

yang harus diteskan.

e) Jilid V

1) Target

عل= عل ل

وسمآء= والسمآء

كئـلأ= كئـولأ

انهم ملقوا# انهم كانوا

مم ما= من ما

كنلد من =كنمل لد

ر من =مر#كبر من

42

a) Menjaga target pelajaran Qiraati jilid 4

b) Murid dapat membaca dengan baik dan benar pada: bacaan

idghom bighunnah, lafadz Allah, iqlab, qalqalah, nun

idzhar dan mad lazim mutsaqqol kalimi.

c) Murid dapat menghentikan bacaan (waqaf) secara baik dan

benar untuk waqaf panjang, waqaf pendek dan waqaf huruf

ta’ marbuthah.

d) Murid dapat membedakan bacaan antara idghom mitsli,

ikhfa’ syafawi, dengan idzhar syafawi dengan baik dan

benar.

e) Murid dapat membaca dengan benar sesuai dengan

makhraj dan sifatnya untuk huruf-huruf: د, ج, ب, ط, ق ,

غ, ث, هـ .

2) Teknik mengajar

a) Halaman 1: Nun sukun / tanwin

bertemu dengan wawu dibaca bibir

mecucu dengung yang lama.

b) Halaman 3: Tanda adalah tanda

waqaf yaitu tanda berhenti membaca.

Jika berhenti membaca huruf terakhir dibaca sukun.

c) Halaman 4: Nun sukun atau tanwin

bertemu ya' dibaca meringis dengung

yang lama. Guru selalu mengingatkan bahwa suara

dengungnya sampai ke rongga hidung.

d) Halaman 6: Fathah tanwin waqafnya

dibaca fathah panjang.

e) Halaman 7: Suara huruf ha' dari

pangkal tenggorokan. Guru perlu

ائهمرو من

تعبدون= تعبدون

ملن يرى

مبينا= مبينا

#هـ هـ هـ اهـ اهـ اهـ

43

mengingatkan beda antara suara ـ هـ

dengan ح.

f) Halaman 8: Lafadz Allah didahului kasrah

dibaca LLAH. Sedangkan lafadz Allah didahului

fathah atau dhummah, dibaca ujung lidah menekan gusi,

bibir mecucu.

g) Halaman 11: Jika sebelum huruf

terakhir dibaca panjang waqafnya

dibaca panjang dan jika sebelum huruf terakhir dibaca

pendek, waqafnya dibaca pendek.

h) Halaman 12: Nun sukun atau tanwin

bertemu ba' dibaca mingkem (bibir

merapat) dengung yang lama.

i) Halaman 14: Mim sukun

dibaca jelas kecuali mim

sukun bertemu mim dan ba' dibaca mingkem dengung yang

lama.

j) Halaman 16: Ba' sukun dibaca

memantul (qalqalah) suara ba'

dari dua bibir yang menekan. Dal sukun juga dibaca

memantul (qalqalah). Suara dal dari ujung lidah menekan

pangkal gigi dan gusi.

k) Halaman 18: Jim sukun dibaca qalqalah.

Suara jim dari tengah lidah menekan langit-

langit mulut.

l) Halaman 20: Guru agar memberi

contoh secara baik dan cermat.

Kemudian jelaskan bahwa suara huruf tsa' dari ujung lidah

mengenai dua gigi seri atas.

اهللا

رودن#ردن

مم بعد= من بعد

هم بالغون# هم غافلون

ل-بقب #د-نيدم

ا-جراج

مث#ث ث ث

44

m) Halaman 23: Ta' marbuthah waqafnya ha'

sukun.

n) Halaman 24: Qaf sukun dibaca qalqalah.

Suara huruf qaf dari pangkal lidah

menekan langit-langit mulut.

o) Halaman 26: Guru agar memberi contoh

berulang-ulang, kemudian jelaskan

bahwa suara huruf ghain dari puncak tenggorokan dekat

pangkal lidah.

p) Halaman 28: Tha' sukun dibaca

qalqalah. Suara huruf tha' dari ujung

lidah mengenai pangkal gigi dan gusi.

q) Halaman 34: Jika ada nun kecil di atas,

nun sukun atau tanwin dibaca jelas.

Catatan: mulai halaman ini murid dilatih kelancaran

membaca al-Qur'an dengan belajar membaca al-Qur'an juz

27.

r) Halaman 38: Jika ada tanda layar

diatas dibaca sangat panjang

3) Tes kenaikan

Materi tes kenaikan jilid: al-Qur'an juz 27 dan buku

Qiraati jilid 5 halaman mana saja.

f) Jilid VI

1) Target

a) Menjaga target pelajaran Qiraati jilid 5.

b) Murid dapat membaca bacaan idzhar khalqi dengan baik

dan benar.

c) Murid dapat membedakan antara bacaan yang harus

dibaca dengung dengan yang tidak.

d) Murid dapat mengerti dan memahami cara membaca انـا

كثيرة

ة-قعوقتم

مغ# غ غ غ

اط# ط ط ط

خاشعةنيومئذ

ال... ضا=ضاال

45

dan . اال

e) Murid dapat membaca al-Qur'an dengan lancar, baik dan

benar tanpa dituntun.

2) Teknik mengajar

Untuk mengajarkan materi pelajaran bacaan idzhar

khalqi, secara bertahap murid ditanyakan tentang materi

pelajarannya. Pada buku Qiraati jilid 6 ini murid sudah mulai

dilatih membaca al-Qur'an dari juz 1.

a) Halaman 1: nun sukun atau

tanwin bertemu alif /

hamzah dibaca jelas.

b) Halaman 5: nun sukun atau

tanwin bertemu alif dan

kha' dibaca jelas.

c) Halaman 8: nun sukun

atau tanwin bertemu alif,

kha' dan kho' dibaca

jelas.

d) Halaman 12: nun sukun

atau tanwin bertemu alif,

kha', kho' dan 'ain dibaca jelas.

e) Halaman 15: nun sukun

atau tanwin bertemu alif

kha', kho', 'ain dan ghoin dibaca jelas.

f) Halaman 19: nun sukun

atau tanwin bertemu alif,

kha', kho', 'ain, ghoin dan ha' dibaca jelas.

g) Halaman 22: jika ada اال

sebaiknya dibaca terus (washal)

من اصدق=)ء( ان

ملن حوله=ح ,ن ا

من خفت=خ,ح,ن ا

من عند=ع,خ,ح,ن ا

من غل= غ ,ع,خ,ح,ن ا

ان هو=هـ,غ,ع,خ,ح,ن ا

ال على احفظون ان= انا

46

dan jika ada انا na panjang dibaca pendek.

h) Halaman 23-30: untuk latihan-latihan agar murid lancar,

fasih dan tartil dalam membaca al-Qur'an.

3) Tes kenaikan

Materi tes kenaikan jilid 6 langsung menggunakan

mushaf al-Qur'an.35

9. Evaluasi pembelajaran

a. Tes pelajaran36

Dilaksanakan setiap hari setelah anak membaca satu halaman

buku Qiraati. Tes ini dilakukan oleh guru kelas.

b. Tes kenaikan jilid37

Dilaksanakan bila anak telah mempelajari satu buku Qiraati

dan untuk menentukan kenaikan ke jilid berikutnya. Tes ini dilakukan

oleh kepala TPQ.

c. Khotmul Qur'an.

Yaitu tes yang dilakukan apabila anak telah menguasai semua

pelajaran yaitu :

1) Dapat membaca al-qur'an dengan tartil (fasih)

2) Mengerti dan menguasai bacaan gharib

3) Mengerti dan menguasai ilmu tajwid

4) Dapat mewaqafkan dan mengibtida'kan bacaan al-Qur'an dengan

cukup baik. Tes ini dilakukan oleh ahli al-Qur'an atau perwakilan

Qiraati yang telah ditunjuk.38

C. Anak Prasekolah

Dewasa ini, berbagai pihak baik itu orang tua, masyarakat, maupun

35Ibid, hlm. 38-55.

36 Ibid, hlm. 21. 37 Ibid, hlm. 57 38Ibid, hlm. 37.

47

pemerintah semakin menyadari tentang pentingnya pendidikan anak sejak usia

dini. Para pendidik mengatakan bahwa tahun-tahun awal masa kanak-kanak

sebagai usia prasekolah. Anak usia ini dianggap mulai siap menghadapi tugas

menjelang masuk sekolah. Karena itu, awal masa kanak-kanak baik di rumah

maupun di lingkungan prasekolah merupakan masa persiapan.

Masa usia prasekolah merupakan masa yang menentukan bagi

perkembangan anak pada tahapan selanjutnya. Dalam masa ini akan berada

pada situasi peka untuk menerima rangsang dari luar.39 Selain itu anak

prasekolah juga mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan suka meniru.40

Bila pada masa ini anak memperoleh rangsangan yang sesuai dengan hidup

perkembangan anak, maka kemampuan anak akan berkembang dengan

optimal. Sehubungan dengan pemikiran tersebut, maka sudah seharusnya

orang tua yang memiliki anak pada usia tersebut memberi perhatian yang

lebih besar pada mereka.

1. Pengertian anak prasekolah.

Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan pengertian anak

prasekolah. Menurut Sumadi Suryabrata, anak prasekolah adalah anak

usia dari lahir sampai kira-kira umur 6 tahun.41

Sedangkan menurut Soemiarti Padmonodewo yang mengutip

pendapatnya Biecher dan Snowman (1993) menyatakan bahwa anak

prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun.

Mereka biasanya mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3

bulan-5 tahun) dan kelompok bermain (3 tahun), sedangkan pada usia 4-6

tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-kanak.42 Ada

juga yang menyamakan anak prasekolah dengan anak balita yaitu bayi

39Soemiarti Padmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),

hlm. 66. 40Departemen Agama RI, Pengembangan dan Penilaian Agama Islam di Taman Kanak-

Kanak, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2002), hlm. 2. 41Sumadi Suryabrata, Perkembangan Individu, (Jakarta: Rajawali Pers, 1981), hlm. 32. 42Soemiarti Padmonodewo, op.cit., hlm. 19.

48

yang berumur dibawah 5 tahun.

Secara umum, anak prasekolah adalah anak-anak yang belum

duduk di bangku SD. Dalam skripsi ini yang penulis maksud dengan anak

prasekolah adalah anak TK (usia 4-6 tahun).

2. Pembelajaran membaca pada anak prasekolah

Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang mengajarkan

membaca pada anak usia prasekolah. Ada yang membolehkan dan ada

yang melarangnya.

Jhon Beck menyatakan bahwa anak prasekolah biasa diajar

membaca dengan cara-cara yang menyenangkan.43 Dia juga

menambahkan bahwa belajar membaca sewaktu kecil justru mengurangi

tekanan yang dialami anak karena anak belajar membaca pada saat-saat

otaknya masih peka menerima bahasa.44

Bahasa membaca adalah suatu fungsi otak, sama seperti bahasa

lisan yang juga merupakan fungsi otak.45 Pada anak usia 5 tahun,

perkembangan otaknya sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa

dan 90% pada usia 6 tahun.46 Karena itulah rangsangan belajar akan

sangat efektif bila diberikan pada masa ini.

Menurut Glenn Doman, kemampuan anak untuk menyerap

informasi pada usia 2 dan 3 tahun berada pada puncaknya dan tidak akan

pernah terulang lagi. Karena itu jauh lebih mudah mengajar anak

membaca pada usia sangat muda dari pada usia lainnya.47

Hal ini sama dengan pendapatnya Barbara Clark yang dikutip oleh

43Jhon Beck, Meningkatkan Kecerdasan Anak, terj. Dudi Misky, (t.tpt.: Delaprasta

Publishing, 2003), hlm. 125. 44Ibid., hlm. 145. 45Glenn Doman, Mengajarkan Bayi Anda Membaca, terj. Ismail Maharimin, (Jakarta:

Gaya Favorit Pres, 1998), hlm. 91. 46Syamsyu Yusuf L.N., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2000), hlm. 163. 47Glenn Doman, op.cit., hlm. 79.

49

Conny Semiawan dkk., yang menyatakan bahwa membaca sangat alamiah

dan menyenangkan jika dikembangkan dalam usia 2-4 atau 5 tahun.

Sehingga pada usia 6 tahun merupakan belajar membaca sebagai usaha

perbaikan (remedial reading).48

Saat yang tepat mengajari anak membaca, adalah pada saat anak

memiliki kesiapan untuk membaca (reading readiness). Menurut teori

kuno, umumnya anak memiliki kesiapan membaca pada usia 6 atau 6,5

tahun.49 Tapi menurut J.P. Chaplin dalam Fauzul Adhim, menyatakan

bahwa anak bisa mencapai kesiapan membaca lebih awal, yaitu usia 2-3

tahun.50

Menurut teori klasik beberapa akibat negatif akan timbul jika

pembelajaran membaca dilaksanakan pada anak sebelum atau sesudah

masa kesiapan. Apalagi kalau guru atau orang tua memaksakan kehendak

pada saat anak menampakkan isyarat menolak.51 Tetapi ketentuan itu tidak

sepenuhnya benar. Datangnya kesiapan membaca pada anak tidak harus

ditunggu secara pasif.

Para pendidik modern tidak percaya bahwa kesiapan merupakan

sesuatu yang harus ditunggu secara pasif. Mereka percaya bahwa kesiapan

merupakan sebuah tahapan dimana anak dapat dibimbing untuk

memasukinya.52

Kesiapan membaca dapat dirangsang dengan memberikan

pengalaman pramembaca. Anak dikenalkan satu atau lebih bagian

membaca seperti memperlihatkan buku atau sumber bacaan yang lain

48Conny Semiawan, dkk., Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 43. 49Anita Lie,”Mengajar Balita Membaca”, dalam Sintha Ratnawati (ed.), “Sekolah”

Alternatif Untuk Anak, (Jakarta: Kompas, 2002), hlm. 57. 50Muhammad Fauzul Adhim, Membuat Anak Gila Membaca, (Bandung: Al-Bayan,

2004), hlm. 31. 51Ibid., hlm. 30. 52Ibid., hlm. 31.

50

sehingga timbul ketertarikan yang kuat dalam diri anak untuk membaca.

Jika pengalaman pra membaca sudah diberikan sejak anak usia 2

tahun maka dapat diharapkan pada usia TK anak sudah mencapai saat

tepat mengajarinya membaca sehingga pada usia 5 tahun atau kurang anak

sudah lancar membaca. Sekurang-kurangnya anak mulai diajari membaca

saat masih dibangku TK.

Dalam mengajarkan membaca pada anak prasekolah (TK) perlu

diperhatikan beberapa prinsip pendidikan prasekolah, antara lain:53

a) TK merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah, untuk itu

perlu diciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman

dan menyenangkan.

b) Masing-masing anak perlu mendapat perhatian yang bersifat

individual, sesuai dengan kebutuhan anak usia prasekolah.

c) Perkembangan adalah hasil proses kematangan dan proses belajar.

d) Kegiatan belajar di TK adalah pembentukan perilaku melalui proses

pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari.

e) Sifat kegiatan belajar di TK merupakan pengembangan kemampuan

yang telah diperoleh dari rumah.

f) Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan

kemampuan anak didik.

Jadi dapat dipahami bahwa anak usia prasekolah boleh dan dapat

diajari membaca, tetapi dengan menggunakan cara-cara yang

menyenangkan yaitu dengan metode permainan yang sesuai dengan tahap

perkembangannya. Dan bila anak menunjukkan isyarat menolak untuk

diajari membaca, maka tidak boleh dipaksa.

53Sumiarti Padmonodewo, op.cit., hlm. 69-70.