BAB II KONSEP DASAR A. KONSEP KELUARGA 1. Pengertian...
Transcript of BAB II KONSEP DASAR A. KONSEP KELUARGA 1. Pengertian...
5
BAB II
KONSEP DASAR
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
a. Menurut Departemen Kesehatan, 1988
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapaa orang yang berkumpul dan tinggal di satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
b. Menurut Bailon dan maglaya, 1978
Keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu
rumah tangga, melakukan interaksisatu sama lain menurut peran
masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya.
c. Menurut Friedman, 1998
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga
adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing- masing
mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.
6
d. Mempunyai tujuan :
1). menciptakan dan mempertahankan budaya,
2). meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial
anggota.
(Setyowati, 2007)
2. Tipe Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, anak-anak baik karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin)
Merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extende family)
Keluarga inti ditambah dengan keluarga yang lain (karena hubungan
darah)
d. Keluarga berantai (social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau kematian
pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family)
Keluuarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama
g. Keluarga kohabitasi (kohabitation)
Adalah dua orang yang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa
memiliki anak atau tidak.
h. Keluarga inses (incest family)
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan penggaruh informasi
yang sangat dahsyat, dijumpai keluarga yang tidak lazim, misal anak
perempuan menikah dengan ayah kandungnya,anak laki-laki
menikah dengan ibun kandungya,dll.
7
i. Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional
diikat oleh perkawinan misal ayah, ibu, anak dari hasil perkawinan,
sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan
misalnya sekelompok orang yang tinggal di sebuah asrama
(Sudiharto, 2007)
3. Alasan Keluarga Sebagai Fokus Asuhan :
a. Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan
bersifat mandiri, dimana masalah- masalah seseorang individu
“menyusup”dan mempengaruhi anggota keluarga bukan keluarga,ia
akan kehilangan bagian (gastel) yang dibutuhakan untuk
memperolehsuatu pengkajian holistik. Salah satu kenyakinan atau
prinsip terapi.Keluarga penting adalah bahwa gejala-gejala dari
seseorang pasien yang telah diidentifikasi (anggota keluarga dengan
dengan masalah-masalah perilaku umum dan penyakit psikosomatis)
adalah indeks tingkat adaptasi keluarga ,atau dalam kasus ini disebut
maladaptasi.
b. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan setatus
kesehatan anggotannya, bahwa peran dari keluarga sangat penting
bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara
individu,mulai dari stategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji atau
menilai dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal yang
penting dalam membantu setiap anggota keluarga untuk menciptakan
sesuatu keadaan sehat (wellness) hingga tingkat optimum.
c. Melalui perawatan kesehatan keluargayang berfokus pada
peningkatan, perawatan diri (self- care), pendidikan kesehatan, dan
konseling keluarga, serta upaya-upaya yang berarti dapat
mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari
lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengangkat derajat kesehatan
8
keluarga secara menyaluruh yang mana secara tidak langsung
mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota keluarga.
d. Upaya menemukan kasus merupakan satu alasan bagus lainnya
untuk memberikan perawtan kesehatan. Adanya masalah- masalah
kesehatan pada salah seseorang anggota keluarga dapat
menyebabkan ditemukannya faktor-faktor resiko pada anggota lain.
Ini sering menjadi masalah ketika mengunjungi keluarga yang
memiliki masalah- masalah kesehatan yang kronis atau penyakit-
penyakit yang dapat menular. Perawatan keluarga bekerja lewat
keluarga agar supaya dapat menyentuh seluruh anggota keluarga.
e. Seseorang dapat mencapai suatu pemahaman yang lebih jelas
terhadap individu-individu dan berfungsinya mereka bila individu-
individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka.
f. Mengingat keluarga sistem pendukung yang vital bagi individu-
individu, sumber dari kebutuhan- kebutuhan ini perlu dinilai dan
disatukan keadaan perencanaan tindakan bagi individu-individu.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
a. Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social
placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) : Fungsi untuk
mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
9
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care
function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
5. Tugas kesehatan keluaraga adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan : kemampuan keluarga dalam
mengetahui penyebab, tanda gejala, komplikasi, serta pencegahan
suatu masalah kesehatan .
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat : kemampuan
keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi suatu masalah
kesehatan.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit :
kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit dan
upaya-upaya apa saja yang di lakukan untuk merawat anggota
keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat :
kemampuan keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit
dengan cara merubah atu memodifikasi tempat tinggal.
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat : kemampuan keluarga dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan misalnya puskesmas di lingkungan tempat
tinggalnya.
( Friedman, 1998 dalam Murwani, 2007)
10
6. Peran Perawat Keluarga
Dari 5 fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi perawat kesehatan
dimana perawat kesehatan bersama perawat menyelesaikan masalah
kesehatan.
Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga
yang sehat. Fungsi perawat adalah membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah keluarga dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan
keluarga.
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam
menylesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehata keluarga,
diantaranya sebagai berikut :
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
dengan tujuan sebagai berikut : keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan keluarga. Dengan diberikan pendidikan/
penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung
jawab terhadap masalah kesehatannya.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan
yang komperhensif dapat tercapai. Koordinasi juga diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar
tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik,
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan
11
perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui
anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan
kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan
keluarga nanti dapat memberikan asuhan langsung kepada anggota
keluarga yang sakit.
d. Pengawas Kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya
melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari
kunjungan ini.
e. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka
hubungan antara keluarga dan perarawat harus dibina dengan baik,
perawatan harus terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian,
harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan
keluarga.
f. Kolaborasi
Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan
pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang
lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit
tetapi di keluarga dan komunitas pun juga dapat di laksanakan.
g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal. Kendala yang sering di alami keluarga keraguan didalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan sosial
budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
12
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan,
misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
h. Penemu Kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case Finding), sehingga tidak
terjadi ledakan atau kejadian luar biasa (KLB).
i. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat
tercipta lingkungan yang sehat.
(Murwani, 2007)
7. Tahap - Tahap Perkembangan Keluarga
Tumbuh kembang keluarga :
Tahap 1 : pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina
hubungan perkawinan yang saling memuaskan, membina
hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat dan
merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah
anak yang diinginkan).
Tahap 2 : menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua
adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan
anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga), membagi
waktu untuk individu, pasangan dan keluarga.
Tahap 3 : keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 tahun
sampai dengan 6 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing
anggota keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan
13
keamanan, mensosialisaikan anak-anak, menyatukan
keinginan anak-anak yang berbeda dan mempertahankan
hubungan yang “sehat” dalam keluarga.
Tahap 4 : keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7
sampai 12 tahun. Tugas perkembanga keluarga pada tahap
ini adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu
anak-anak mencapai prestasi yang baik disekolah,
membantu anak-anak membina hubungan denga teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuasakan dan memenuhi kebutuhan kesehatan masing-
masing anggota keluarga.
Tahap 5 : keluarga dengan remaja atau dengan anak berusia 13 sampai
20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
mengimbangi kebebasan remaja denga tanggung jawab
yang sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan dan melakukan komunikasi
yang terbuka si antara orang tua dengan anak-anak remaja.
Tahap6 : keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah
anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang
baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa,
menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan
datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya msalah-
masalah kesehatan.
Tahap 7 : keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah mempetahankan kontak dengan anak
dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan dan
meningkatkan usaha promosi kesehatan.
Tahap 8 : keluarga lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan,
menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang
14
berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan,
menerima kehilangan pasangan, mempertahankan kontak
dengan masyarakat dan menemukan arti hidup.
B. Konsep Balita
1. Periode Perkembangan
Perkembangan adalah hal-hal yang lebih berkaitan dengan fungsi-
fungsi organ tubuh seperti kepandaian/intelegensia, emosi, perilaku dan
panca indera (Kayyisa, 2009).
Perkembangan seorang anak secara umum digambarkan dalam
periode-periode. Salah satunya adalah periode Bawah Lima Tahun atau
sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode manusia
setelah bayi sebelum anak anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua
sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu
usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
bagi perkembangan selanjutnya.
Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh peranan
lingkungan dan interaksi antara anak dan orang tua/orang dewasa lainnya.
Interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai
tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan (Rini, 2008).
a. Perkembangan psikologis menurut Kayyisa, 2009 adalah sebagai
berikut:
1.) Psikomotorik
Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan
psikomotor balita yang mulai terampil dalam pergerakannya
(lokomotion). Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya
berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam,
15
melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan
mempertahankan rentang atensi. Pada akhir periode balita
kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti
meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer
yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk
dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta
memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya,
mengikat tali sepatu.
2.) Kognitif
Pada periode usia ini pemahaman terhadap obyek telah lebih
ajeg. Balita memahami bahwa obyek yang disembunyikan masih
tetap ada, dan akan mengetahui keberadaan obyek tersebut jika
proses penyembunyian terlihat oleh mereka. Akan tetapi jika
proses penghilangan obyek tidak terlihat, balita mengetahui benda
tersebut masih ada, namun tidak mengetahui dengan tepat letak
obyek tersebut. Balita akan mencari pada tempat terakhir ia
melihat obyek tersebut. Oleh karena itu pada permainan sulap
sederhana, balita masih kesulitan untuk membuat prediksi tempat
persembunyian obyek sulap.
Kemampuan bahasa balita bertumbuh dengan pesat. Pada
periode awal balita yaitu usia dua tahun kosakata rata-rata balita
adalah 50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi di atas 1000
kosakata. Pada usia tiga tahun balita mulai berbicara dengan
kalimat sederhana berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata
bahasa dari bahasa ibunya contoh kalimat Usia 24 bulan : "Haus,
minum" Usia 36 bulan : "Aku haus minta minum".
3.) Sosial dan individu
Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi
dengan lingkungan sosial di luar keluarga, pada awal masa balita,
bermain bersama berarti bersama-sama berada pada suatu tempat
dengan sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu permainan
16
interaktif. Pada akhir masa balita, bermain bersama berarti
melakukan kegiatan bersama-sama dengan melibatkan aturan
permainan dan pembagian peran.
Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang
memiliki atribut tertentu seperti nama jenis kelamin, mulai merasa
berbeda dengan orang lain di lingkungannya.
Mekanisme perkembangan ego yang drastis untuk membedakan
dirinya dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang tinggi
terhadap barang pribadi maupun orang signifikannya sehingga
pada usia ini balita sulit untuk dapat berbagi dengan orang lain.
Proses pembedaan diri dengan orang lain atau individuasi juga
menyebabkan anak pada usia tiga atau empat tahun memasuki
periode negativistik sebagai salah satu bentuk latihan untuk
mandiri.
a. Pendidikan dan pengembangan
Cara belajar yang dilakukan pada usia pra sekolah ini melalui
bermain serta rangsang dari lingkungannya, terutama
lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah
yang melakukan kegiatan belajar lebih terprogram dan
terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik.
2. Periode Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran tubuh. Tumbuh
berkaitan dengan fisik, yaitu hal-hal yang dapat dilihat dengan mata,
yang tampak dan dapat diukur, antara lain : tinggi badan, berat badan dan
lingkar kepala.
Tahap pertumbuhan dan perkembangan setiap bayi tidak ada yang
sama persis. Oleh karena itu, tidak mungkin memprediksi secara tepat
bagaimana perilaku bayi dalam setiap tahap kehidupannya. Tetapi ada
kecenderungan umum yang terjadi, tabel di bawah ini hanya dijadikan
patokan dasar untuk melihat tahap pertumbuhan dan perkembangan balita.
Ciri khas pertumbuhan balita, pertumbuhan fisik, pertambahan
17
berat badan menurun, terutama di awal balita. Hal ini terjadi karena balita
menggunakan banyak energi untuk bergerak.
C . Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Diare adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami defekasi sering dengan feses cair atau feses tidak terbentuk.
(Carpenito, 2007)
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkay,
dalam beberapa jam lamanya 7 – 14 hari. (Mansyur A, 1990 : 500).
Gastroentritis merupakan suatu jenis penyakit pada lambung dan atau usus
yang gejala utamanya diare. (www.digital_library.com).
Gastroentritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam virus dan parasit yang
patogen. (Whaley & Wongs, 1993)
Dapat disimpulkan bahwa gastroentritis adalah peradangan yang terjadi
pada lambung dan usus yang memberikab gejala dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang
patogen.
18
2. Anatomi Gastrointestina
a. Anatomi
Menurut Syaifuddin, ( 1997 ), susunan pencernaan terdiri dari :
1). Mulut
19
Terdiri dari 2 bagian :
a). Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi,
gigi, bibir, dan pipi.
(1). Bibir
Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah
dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot
orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris
mengakat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.
(2). Pipi, dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung
papila, otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
(3). Gigi
2). Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis
disebelah belakang bersambung dengan faring.
a). Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum
keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah
tulang maksilaris dan lebih kebelakang yang terdiri dari 2
palatum. Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang
yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak,
terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
b). Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput
lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah.
Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu : Radiks Lingua = pangkal
lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua +
ujung lidah. Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat
epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-
puting pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua
20
merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah
kira-kira ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke atas
nampak selaput lendir.
c). Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang mempunyai ductus
bernama ductus wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah
ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar
submaksilaris) yang terdapat dibawah tulang rahang atas
bagian tengah, kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar
sublingualis) yang terdapat disebelah depan dibawah lidah.
Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah
bawah lidah disebut koronkula sublingualis serta hasil
sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva). Disekitar rongga
mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis
yang letaknya dibawah depan dari telinga diantara prosesus
mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus
stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke
rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar
submaksilaris terletak dibawah rongga mulut bagian
belakang, duktusnya duktus watoni bermuara di rongga mulut
bermuara didasar rongga mulut. Kelenjar ludah didasari oleh
saraf-saraf tak sadar
b) Otot Lidah.Otot intrinsik lidah berasal dari rahang
bawah (mandibularis, oshitoid dan prosesus steloid)
menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung
dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M
genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari
permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai
radiks lingua.
21
2). Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.
Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas belakang, keatas bagian depan dengan rongga mulut
dengan perantara lubang yang disebut ismus fauisium.
1) Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat
dengan kolumna vertebralis, dibelakang trakea dan jantung.
Esofagus melengkung ke depan, menembus diafragma dan
menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam
lambung adalah kardia.
2) Gaster ( Lambung )
Merupaka bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian
atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium
pilorik, terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa,
menempel disebelah kiri fudus uteri. Lambung terdiri dari 6 bagian
yaitu :
a). Fundus Ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di
sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b). Korpus vetrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor.
22
c). Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebel membentuk sfingter pilorus.
d). Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang
dari oseteum kardiak samapi ke pilorus.
e). Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor terbentang
dari sisi kiri oseteum kardiakum melalui fundus vertrikuli
menuju kekanan sampai ke pilorus anterior. Ligamentum gastro
linealis tebantang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke
limpa.
f). Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana esofagus bagian
abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium
pilorik.
5). Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan
usus halus terdiri dari :
a). lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
( m.sirkuler).
b). otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa ( sebelah
luar ).
6). Intesinum minor terdiri dari :
a). Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru.
Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan
duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan disebut
papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu
23
( duktus koledukus ) dan saluran pankreas ( duktus
pankreatikus).
b). Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas
adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan
panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat
pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya
cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh
limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang
membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan
ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan seikum dengan seikum dengan perataraan
lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini
diperkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini
terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini. Mukosa
usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi.
Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat
memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang
vili dilapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-
macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan
aktif dalam pencernaan.
7). Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan
usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot
melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan
usus besar terdiri dari :
24
a). Seikum
Dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang
berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing,
panjang 6 cm.
b). Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum ke bawh hati. Di bawah hati
membengkak ke kiri, lengkungan ini disebut Fleksura
hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
8). Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir
seikum. Mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih
memungkinkan masih dapat di lewati oleh beberapa isi usus.
Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke
dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang
seikum.
9). Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan
terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura
linealis.
10). Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri
membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke
depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
11). Kolon sigmoid
25
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung
bawahnya berhubung dengan rectum
12). Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di
depan os sakrum dan os koksigis.
13). Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubunkan
rectum dengan dunia luar ( udara luar ). Terletak diantara pelvis,
dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter :
a. Sfingter Ani Internus
b. Sfingter Levator Ani
c. Sfingter Ani Eksternus
3. Fisiologi Gastrointestinal
Pada system pencernaan, makanan terdiri dari 3 fase : pergerakan
makanan, sekresi getah pencernaan dan absorbsi makanan yang dicerna.
Adapun penjelasan dari fase tersebut adalah :
a. Pergerakan makanan
Jenis fungsional pergerakan saluaran pencernaan, yaitu :
1). Gerak mencampur, disebabkan oleh kontraksi bola segmen kecil
dinding usus.
2). Gerakan mendorong – peristaltik (proporsive)
Peristaltik ditimbulkan oleh karena rangsangan sehingga terjadi
peregangan. Peristaltik terjadi pada tractus gastrointerstinal, saluran
26
empedu, ureter dan saluran kelenjar lain di seluruh tubuh dan
sebagian besar tabling otot polos lain dalam tubuh.
b. Proses pergerakan makanan :
Mulut, faring, esofagus. Jumlah makanan yang dicerna sesorang
ditentukan oleh hasrat instink untuk makan (lapar) dan jenis makanan
yang disukai (selera). Mekanisme pencernaan, yaitu : pengunyahan
(mastikasi) yaitu gerak menggigit, memotong dan menggiling makanan
diantara gigi atas dan bawah. Otot utama mengunyah : muscular
maseter, musculus temporalis dan musculus pterigoid.
Sebagian besar otot polios mengunyah dipersyarafi oleh cabang motoris
syaraf otot ke V dan proses mengunyah diatur oleh nukleus pada
batanbg otak.
Adapun reflek pengunyahan sebagai berikut : adanya bolus makanan
dalam mulut menyebabkan reflek inhibisi otot-otot pengunyah, yang
memungkinkan otot rahang bawah turun yang ,mengakibatkan
kontraksi memantul.
Proses pengunyahan sangatlah penting karena enzim-enzim pencernaan
terutama bekerja pada permukaan partikel makanan sehingga
mempengaruhi kecepatan pencernaan. Selain itu juga mencegah dari
eksporasi saluran pencernaan dan mempermudah pengosongan
makanan dalam lambung.
c. Menelan (deglutisi)
Proses menelan di bagi dalam 2 stadium :
1).Stadium Valunter
Makanan yang siap ditelan, secara sadar makanan ditelan atau
didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah keatas dan ke
belakang terhadap palatum. Jadi lidah memaksa bolus makanan
masuk kedalam faring.
27
2).Satdium Faringeal
Bila bolus makanan didorong ke belakang mulut, maka merangsang
daerah reseptor menelan lalu impuls berjalan ke batang otak untuk
melakukan serangkaian kontraksi otot faring.
Mekanismenya :
a).Palatum Molle didorong keatas menutup nares posterior untuk
mencegah refluks makanan ke rongga hidung.
b).Arkus Palatofaringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah
untuk saling mendekati sehingga membentuk celah untuk lewat
makanan. Pita suara alring sangat berdekatan dengan epiglotis
mengayun ke belakang atas pintu superior larings untuk
mencegah makanan masuk kedalam trakea.
c).Seluruh laring ditarik ke atas dan depan dan sfingter esofagus atas
berelaksasi sehingga memungkinkan makanan berjalan dengan
mudah dan bebas dari faring posterior ke dalam esofagus atas.
Saat laring diangkat dan sfingter esofagus relaksasi, musculus
konstriktor faring superior berkontraksi maka terjadilah
gelombang peristaltik.
Pada stadium ini, pengaturan syaraf atas stadium laringeal yaitu
terletak pada daerah cincin sekit, lubang taring denagn kepekaan
terbesar pada ”tonsilitar pillar”. Impuls dihantarkan dari daerah-
daerah tersebut melalui bagian sensoris nervus trigeminus dan
nervus glosofaringeus menuju kedaerah-daerah medulla
oblongata dan bagian bawah pons yang merupakan bagian pusat
menelan. Impuls dari pusat menelan dikirim ketaring dan bagian
28
atas esofagus melalui saraf otak ke V, IX, X, dab XII yang
kemudian menyebabkna menelan.
3). Stadium Esofageal
Dalam keadaan normal, esofagus menunjukkan dua jenis gearkan
peristaltik yaitu peristaltik primer dan peristaltik sekunder.
Peristaltik primer merupakan lanjutan gelombang peristaltik yang
dimulai pada dan menyebar ke esofagus selama stadium faringeal
proses menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung
kira-kira dlam waktu 5-10 detik. Sedangkan peristaltik sekunder
adalah gelombang peristaltik yang berasal dari esofagus akibat
adanya regangan esofagus oleh makanan yang tertinggal.
Peristaltik esofagus dikontrol oleh reflek fagus yang dihantarkan
melalui saraf aferen vagus dari esofagus kedalam medula
oblongata dan kembali lagi ke esofagus. Setelah makanan masuk ke
lambung maka sfingter esofagus bawah akan menutup untuk
mencegah refluk. Sfingter ini bekerja dipengaruhi oleh nervus
mienterikus.
d. Fisiologi Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung
kedalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir, asam klorida
(HCL), prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
29
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah pada terbentuknya tukak lambung.
Fungsi motorik lambung ada 3 :
1). Menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan tersebut
dapat ditampung pada bagian bawah saluran pencernaan.
2). Mancampur makanan tersebut dengan sekret lambung sampai ia
membentuk suatu campuran setengah padat yang dinamakan timus.
3). Mengeluarkan makanan perlahan-lahan dari lambung masuk ke
usus halus dengan kesepakatan yang sesuai untuk pencernaan dan
absorbsi oleh usus halus.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna mencegah memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara mambunuh bakteri. Pengosongan lambung
dipengaruhi oleh : syaraf yang disebabkan oleh makanan. Hormon
gastrin yang dikeluarkan oleh mukosa antrum yang menimbulkan efek
meningkatnya pengosongan lambung.
Adapun faktor penghambat pengosongan lambung :
Reflek-reflek enterogastrik dari duodenum pada aktifitas pylorus. Bila
kimus memasuki duodenum isyarat refleks sarat dihantarkan kembali
ke lambung untuk menghambat peristaltik dan meningkatkan tonus
pylorus. Faktor- faktor yang secara terus menerus menimbulkan reflek
enterogastrik :
1). Derajat peregangan duodenum
2). Derajat kesamaan kimus
30
3). Osmolaritas kimus
4). Adanya iritasi mukosa duodenum
5). Adanya hasil-hasil pemecahan kimus (protein dan lemak).
Peranan dari hormon atau isyarat umpan balik horemonal dari
duodenum adalah
a).Kolesistokinin, diproduksi dari mukosa jejenum dala respon terhadap
lemak dalam kimus. Berfungsi untuk menghambat pengosongan
lambung yang meningkat akibat kerja hormon gastrin.
b).Sektrin, diproduksi dari mukosa duodenum yang berespon terhadap
asam lambung, yang berfungsi menurunkan motalitas pencernaan.
c).Hoftnon peptida penghambat lambung yang dikeluarkan dari bagian
atas usus halus karbohidrat berfungsi menghambat motilitas
lambung.
e. Fisiologi Usus Halus
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
1). Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan
kimus.
2). Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya
kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan
gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama
dihancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun
sepanjang dinding usus halus.
31
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang
berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat kontraksi
sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal dari sekum.
Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini diperantarai oleh pleksus
mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan
lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada
beberapa infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic
rusrf” merupakan peristaltic sangat kuat yang berjalan jauh pada usus
halus dalam beberapa menit.
f. Usus Besar
Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus
danmenyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2
macam :
1) Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot
polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak
terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.
2). Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus
besar yang mendorong feses ke arah anus.
Faktor pencetus timbulnya Mass movement adalah reflek
gastroiliaka.reflek duodenokolika dan iritasi kolon. Banyaknya bakteri
yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat – zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat – zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
32
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar .Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Beberapa sifat khas otot pada usus adalah sebagai berikut : osinsitium
fungsional yang berati bahwa potensial aksi yang berasal dari salah satu
serabut otot polos umumnya dihantarkan dari serabut ke serabut.
Kontraksi otot intestinal, otot polos saluran pencernaan menunjukkan
kontraksi tonik dab kontraksi ritnik. Kontraksi tonik bersifat kontinue.
Sfingter pylorus, ileosekalis dan analis semuanya membantu pergerakan
makanan dalam usus. Kontraksi ritnik bertanggung jawab akan fungsi
fasik saluran pencernaan, seperti pencampuran makanan atau dorongan
peristaltik makanan.
Pleksus meinterikus terutama mengatur gerakan gastrointestinal
seedangkan pleksus sub mukosa penting dalam mengatur sekresi dan
juga melakukan banyak fungsi sensoris,yang menerima isyarat terutama
dari epitel usus dan banyak dari reseptor regangan dalam dinding usus.
g. Rektum dan Anus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement.
Mekanisme :
1). Kontraksi kolon desenden
2). Kontraksi reflek rectum
3). Kontraksi reflek signoid
4). Relaksasi sfingter ani
Reflek defekasi dimulai bila serabut syaraf sensorik dalam rectum di
rangsang regangan isyarat dihantarkan kebagian sakral medula
spinalis lalu secara reflek kembali kekolon desenden ,rectum,
33
sigmoid dan anus melalui serabut saraf para simpatis dalam nervi
erigentes. Isyaraf para simpatis ini melalui gelombang peristaltik
yang kuat. Isyarat averen yang masuk medula spenalis juga memulai
reflek lain seperti bernafas dalam penutupan glottis dan kontraksi
otot-otot abdomen untuk mendorong masa feses dalam kolon ke
bawah sementara pada saat sama menyebabkan rantai pelvis
terdorong kebawah dan keatas anus untuk mengeluarkan feses ke
bawah.
D. Etiologi Diare
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi :
1). Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylo
bacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
2). Infeksi Virus : Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
Infestasi parasit : Cacing, Jamur (Candida Albicans).
b. Infeksi parentera 1 yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akit (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.
1). Faktor Malabsorbsi.
a). Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktrosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
b). Malabsorbsi lemak
34
c). alabsorbsi protein.
d). Faktor makanan : Makanan besi, beracun, alergi terhadap
makanan.
e). Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas
E. Patofiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus. Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik
akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare sebalinya bila peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja, adanya
kaosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda
35
kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena
adanya anorexia jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria / anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intra seluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diera, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpangan / penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gegala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh :
1). Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat
2). Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3). Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi ronjatan (shock) hiperolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat ,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.
F. Manifestasi Klinik
1. Mula-mula anak / bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
36
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovolemik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis klien akan tampat pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (Kusmaul)
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja, meliputi :
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali serta analisa gas
darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk
mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K,
Kalsium dan Phosfat
H. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Rengatan hipovolemik.
37
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
5. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
6. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan
I. Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan :
1. Kehilangan berat badan .
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
b. Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
c. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
2. Skor Mavrice King
Nilai untuk gejala yang ditemukanBagian tubuh
yang diperiksa 0 1 1
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng,
apatis, ngantuk
Mengigau, koma,
atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi /
mata
Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemas > 40
Keterangan :
a). Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
38
b). Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
c). Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
3. Skor Mavrice King
Gejala KlinisGejala Klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran
Rasa haus
Baik (CM)
+
Gelisah
++
Apatis-koma
+++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernafasan Biasa Agak cepat Kusz maull
Kulit
Uub Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering
Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering / asidosis
Waley and Wong (1997)
J. Kebutuhan Cairan Anak
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60% air dan 40% zat padat seperti
protein dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang,
bila terganggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral,
secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat digambarkan sebagai
berikut :
Umur Berat Badan Total / 24 jam Kebutuhan cairan /
Kg BB / 24 jam
39
3 hari 3.0 250-300 80-100
10 hari 3.2 400-500 125-150
3 bulan 5.4 750-850 140-160
6 bulan 7.3 950-1100 130-155
9 bulan 8.6 1100-1250 165
1 tahun 9.5 1150-1300 120-135
2 tahun 11.8 1350-1500 115-125
4 tahun 16.2 1600-1800 100-1100
6 tahun 20.0 1800-2000 90-100
10 tahun 28.7 2000-2500 70-85
14 tahun 45.0 2000-2700 50-60
18 tahun 54.0 2200-2700 40-50
Waley and Wong (1997)
Menurut Ngastiyah (1997); Haroen N.S, Suraatmadja dan P.O Asnil (1998);
Suharyono, Aswitha, Halimun (1998); dan Bagian Ilmu Kesehatan anak
FKUI (1998), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat
dehidrasi pada anak dibawah 2 tahun adalah sebagai berikut
Derajat
Dehidrasi
PWL NWL CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 100 100 25 250
Keterangan :
PWL : Previous Water Loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water Losses (ml/kg BB)
CWL : Concomintat Water Losses (ml/kg BB)
40
K. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1). Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 glukosa. Untuk diare
akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l.
Pada anak diabwah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang
kadar Natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2). Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut :
(1). Untuk anak umur 1 bl - 2 tahun berat badan 3-10 kg
(a). 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/menit = 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml = 15 tts atau 13 tts/kgBB/menit
(set infuse 1 ml = 20 tetes)
(b). 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit = 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml = 15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set
infuse 1 ml = 20 tetes
(c). 16 jam berikutnya: 125 ml/kgBB/oralit
(2). Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
(a). 1 jam pertama: 30 ml/kgBB/jam atau 88 tts/kgBB/mnt (1 ml
= 15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
(3). Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
(a). 1 jam pertama : 20 ml/kg BB/jam = 5 tts/kgBB/mnt (1 ml =
15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
41
(b). 7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt
(1 ml = 15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
(c). 16 jam berikut: 105 ml/kgBB/oralit peroral
(4). Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
(a). Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kgBB/24jam, jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5% + 1
bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kgBB/mnt (1 ml = 20
tts).
(b). Untuk bayi badan lahir rendah
Kebutuhan cairan : 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1
(4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½%)
b. Pengobatan diuretik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :
1. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
2. Makanan setengah padat, bubur atau makanan padat (nasi tim).
3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas
kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori :
1. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB.
a. BBL C : 120 Kkal/ kg BB/bulan.
b. BB 0-10 Kg : 100 Kkal/Kg BB.
c. BB 11-20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB-10).
d. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x (BB-20)
Kebutuhan Asam amino :
42
1. BBLR 2,5-3/Kg BB
2. Usia 01-1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
3. Usia 2-13 tahun : 1,5 g/ Kg BB
Kebutuhan Mikronutrien :
1. Kalium 1,5 – 2,5 mEq/ Kg BB
2. Natrium 2,5-3,5 mEq/ Kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur
tempe yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan
diare. Adapun sasaran dan kegunaannya adalah untuk meringankan
kerja usus bagi penderita diare dan diberikan kepada anak usia 6-12
bulan dan anak usia 1-5 tahun. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah
tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram dan gula
pasir 20 gram, serta air 200 ml, campurkan tempe yang sudah diblender
dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200 cc,
aduk hingga rata, lalu masak diatas api sampai mengental dan siap
disajikan. Cara kedua : tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe,
tepung beras, margarine, gula pasir dengan sisa rebusan tempe
sebanyak 200 cc. Masak diatas api sampai mengental kemudian
disaring dan siap untuk disajikan.
BBL C : 120 Kkal/ kg BB/bulan
1. BB 0-10 Kg : 100 Kkal/Kg BB
2. BB 11-20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB-10)
3. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x (BB-20)
c Obat-obatan (farmakologik)
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2 Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
43
proses penyakit. Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu
dilakukan penataan lingkungan.
a. Data Fokus
Hidrasi
1. Turgor kulit jelek.
2. Membran mukosa kering.
3. Asupan dan haluaran intake dan output
b. Abdomen
1. Nyeri tekan pada ulu hati.
2. Bising usus lebih dari 30 per menit.
3. Muntah-muntah, frekuensi dan karakteristik.
4. Feses-jumlah 6x/hari, dengan konsistensi cair dan bau khas.
L. Pathway Diare
Isi Rongga Usus ↑
Infeksi (Virus,
Bakteri, Parasit)
Reaksi inflamasi
Pe↑ sekresi cairan
dan elektrolit
Malabsorbsi makanan di
usus
Tek. Osmotik ↑
Pergeseran cairan &elektrolit
ke rongga usus
Makanan beracun Faktor Psikologik
Gg. Motilitas usus
Rangsang Saraf Parasimpatik
Hipermotilitas Hipomotilitas
Sekresi air & elekrolit ↑ Bakteri tumbuh SS
DIARE
Dehidrasi
Dehidrasi
Kerusakan mukosa
usus
Defekasi seringOutput >>
Obsorbsi ber <
MK : Gg. Nutrisi
MK : NyeriIritasi kulit
MK : Resti Gg. Integritas
MK : Gg. Nutrisi
44
1. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita diare.
b. Resiko gangguan itegritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluaraga yang menderita diare.
c. Gangguan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang menderita diare.
d. Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidamampuan keluaraga
merawat anggota keluarga yang menderita diare.
2. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita diare.
1). Aspek Kongnitif
45
Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan kepada keluarga
tentang penyakit diare yaitu mengenai pengertian, tanda dan gejala,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi diare.
2). Aspek Psikomotor
Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan pada
keluarga yang mengalami ganguan rasa nyaman nyeri seperti dengan
cara pengalihan , teknik relaksasi.
3). Aspek Afektif
Anjurkan pada keluarga untuk menghindari faktor-faktor yang dapat
mencetuskan terjadinya gangguan rasa nyaman nyeri dan motifasi
keluarga untuk lebih banyak istirahat dan mengurangi aktifitas.
b. Resiko gangguan itegritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluaraga yang menderita diare.
1). Aspek Kongnitif
Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan kepada keluarga
tentang penyakit diare yang mengalami ganguan intregitas kulit.
2). Aspek Psikomotor
Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan pada
keluarga yang mengalami ganguan integritas kulit dengan cara
dikeringkan setelah BAB dan jika perlu dikasih talek.
3). Aspek Afektif
Anjurkan pada keluarga untuk menghindari faktor-faktor yang dapat
mencetuskan terjadinya gangguan integritas kulit
c. Gangguan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang menderita diare.
1). Aspek Kongnitif
Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan kepada keluarga
tentang pentingnya nutrisi dan pemberian makanan bergizi untuk
46
meningakatkan daya tahan tubuh anak yang mengalami ganguan
nutrisi
2). Aspek Psikomotor
Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan pada
keluarga yang mengalami ganguan nutrisi dengan cara memberikan
makanan yang bergizi
3). Aspek Afektif
Anjurkan pada keluarga untuk menyajikan makana pada anak
dengan bentuk menarik dan berikan makanan sedikit tapi sering..
d. Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidamampuan keluaraga
merawat anggota keluarga yang menderita diare.
1). Aspek Kongnitif
Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan kepada keluarga
tentang resiko kurang cairan akibat diare.
2). Aspek Psikomotor
Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan pada
keluarga yang mengalami defisit volume cairan dengan cara
mengawasi intake output cairan.
3). Aspek Afektif
Anjurkan pada keluarga untuk menghindari faktor-faktor yang dapat
mencetuskan terjadinya defisit volume cairan dan motifasi keluarga
untuk lebih banyak menganjurkan banyak minum.