BAB II Kesling

28

Click here to load reader

description

ph

Transcript of BAB II Kesling

Page 1: BAB II Kesling

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

DAN PENYEBAB MASALAH

2.1 Penetapan Prioritas Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang

aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritaskarena keterbatasan

sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan

sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan

menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data

atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan

yang cukup.

Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada program Kesehatan

Lingkungan di Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih. Dikarenakan adanya keterbatasan

sumber daya manusia, dana, dan waktu, maka dari semua masalah yang telah dirumuskan,

perlu ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan.

Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok

diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka

setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa

langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:

1. Menetapkan kriteria

2. Memberikan bobot masalah

3. Menentukan skoring tiap masalah

Berdasarkan hasil analisis program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kecamatan

Cempaka Putih yang diangkat, maka didapatkan 2 permasalahan. Adapun masalah tersebut

meliputi:

1. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja

puskesmas kelurahan Cempaka Putih Timur sebesar 90,25 % di bawah target

yaitu sebesar ≥ 95 %.

37

Page 2: BAB II Kesling

2. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja

puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat sebesar 94 % di bawah target yaitu

sebesar ≥ 95 %.

2.1.1 Non-Scoring Technique

Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim digunakan

adalah teknik non skoring.

Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh

sebab itu juga disebut “ Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :

A. Metode Delbecq

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui diskusi

dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk

menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan

pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil

diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.

B. Metode Delphi

Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang

mempunyaikeahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta

untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak

dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.

2.1.2 Scoring Technique

Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik skoring

antara lain:

A. Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :

1) Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi

2) Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam

masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan

angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut

3) Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber

Daya

38

Page 3: BAB II Kesling

4) Commubity concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan

Tersebut

Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya

diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari

arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah

atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya.

Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini

juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan

sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.

B. Metode Matematik PAHO

Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang ingin

dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah

yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah :

1. Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang

ditunjukkan dengan angka prevalens.

2. Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality

rate masing- masing penyakit.

3. Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk

mengatasi masalah tersebut.

4. Community and political concern : Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut

menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi

5. Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.

C. Metode MCUA

Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas

masalah adalah :

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan

kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah IR

(Incidence Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai

39

Page 4: BAB II Kesling

adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka

kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.

2. Greetest member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena

masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka

parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka

greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan

pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.

3. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain

diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas

wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut,

serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah

tersebut.

4. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin

masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber

daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan

bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.

5. Policy

Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah

kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki

kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah mendukung

terselesaikannya masalah tersebut.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah dan

masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian

masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada

kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan yang

lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang lebih tinggi. Setelah

dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih

tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria

yang mempunyai bobot lima.

40

Page 5: BAB II Kesling

Bobot 5 : paling penting

Bobot 4 : sangat penting sekali

Bobot 3 : sangat penting

Bobot 2 : penting

Bobot 1 : cukup penting

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan

kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah IR (Incidence

Rate) jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah

kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka

kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.

Tabel 2.1 Skala pada score emergency

Score Kenaikan Insiden RateDBD

5 0 – 0,19

10 0,2 – 0,39

15 0,4 – 0,59

20 0,6 – 0,79

25 0,8 – 0,99

30 1 – 1,19

41

Page 6: BAB II Kesling

Tabel 2.2 Penentuan score emergency terhadap masalah Kesehatan lingkungan yang

terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih

Periode Januari - Desember 2012

No Masalah ABJ Cakupan

(%)

Skoring

1. PKM Cempaka Putih

Timur

90,25 15

2. PKM cempaka putih

barat

94 20

Pada emergency, daftar masalah program kesehatan lingkungan didapatkan skor terbesar

yaitu 20 pada angka incidence rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat

2. Greetest Member

Greetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau

penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin besar selisih antara target dan

cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.

Tabel 2.3 Skala pada Score Greetest Member

Score Range (%)

5 0-1,99

10 2-3,99

15 4-5,99

20 6-7,99

25 8-9,99

Keterangan:

Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range didapatkan

dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan score dari 5 sampai 25

dengan jarak tiap range sebesarsatu koma sembilan puluh sembilan agar mendapatkan nilai

greetest member yang bervariasi.

42

Page 7: BAB II Kesling

Tabel 2.4 Daftar masalah program Kesehatan Lingkungan di Wilayah Puskesmas

Kecamatan Cempaka Putih periode Januari –DesemberTahun 2012

No. Masalah ABJTarget

(%)

Cakupan

(%)

Selisih

(%)Score

1. PKM Cempaka Putih Timur ≥ 95 90,25 4,75 15

2. PKM Cempaka Putih barat ≥ 95 94 1 5

Skor Greetes Member terbesar didapatkan pada masalah ABJ di wilayah Puskesmas

Kelurahan Cempaka putih timur adalah 15.

3. Expanding Scope

Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap

sektor lain di luar kesehatan. berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta ada

tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.

Untuk keterpaduan lintas sektor diberikan nilai 2 karena masalah pada suatu

program memungkinkan untuk menimbulkan masalah pada sektor lainnya yang

berhubungan langsung, sedangkan yang tidak ada kaitan dengan sektor lain diberikan nilai

1.

Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral

Nilai Lintas Sektor

1 Tidak ada keterpaduan lintas sector

2 Ada keterpaduan lintas sector

Untuk keterpaduan lintas sektoral, dalam hal ini semua puskesmas kelurahan

menjalankan keterpaduan lintas sektoral.

43

Page 8: BAB II Kesling

Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan

Jumlah Penduduk

Nilai Jumlah Penduduk

5 16.000 - 21.999

10 22.000 – 27.999

15 28.000 – 33.999

20 34.000 – 39.999

25 40.000 – 45.999

Tabel 2.7 PenentuanScore Expanding Scope Program Kesehatan Lingkungan di

Wilayah se-Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari - Desember 2012

NO Daftar Masalah

Jumlah Penduduk Lintas

Sektoral

Jumlah

16.000 –

21.999

22.000 –

27.999

28.000 –

33.999

34.000 –

39.999

40.000 –

45.999

1.

Puskesmas

Kelurahan Cempaka

Putih Timur

15 2 30

2.

Puskesmas

Kelurahan Cempaka

Putih Barat

10 2 20

Score expanding scope terbesar pada program Kesehatan Lingkungan Januari -

Desember 2012 adalah di wilayah Puskesmas kelurahan cempaka putih timur sebesar 30.

44

Page 9: BAB II Kesling

4. Feasibility

Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa mungkin suatu

masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah kriteria kualitatif, oleh karena

itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian terhadap kriteria ini menjadi

obyektif.

Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat

diselesaikan meliputi:

1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Semakin banyak

jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka kemungkinan suatu

permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan

penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah

penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di masing – masing wilayah

Puskesmas.

Berikut adalah rasio tenaga kesehatan di tiap puskesmas terhadap jumlah penduduk

sasaran di wilayah Puskesmas tersebut :

Tabel 2.8 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Sasaran Program

Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih

Periode Januari - Desember 2012

Puskesmas

Jumlah

Petugas

Kesehatan

dan petugas

Jumantik

Jumlah

PendudukPerbandingan Score

Cempaka putih timur 10 29.856 1 : 2.985 3

Cempaka putih barat 12 40.246 1 : 3353 2

Tabel 2.9 Skala rasio perbandingan jumantik dengan jumlah penduduk

45

Page 10: BAB II Kesling

Score Range

6 2.000 – 2.299

5 2.300 – 2.599

4 2.600 – 2.899

3 2.900 – 3.199

2 3.200 – 3.499

1 3.500 – 3.799

2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan untuk

menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan cakupan kegiatan

tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh

karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan

tersebut.

Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan alat/obat dan

ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada namun

kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan

pelaksanaan program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai tiga.

Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat datang, atau

ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai dua. Dan tidak ada bila tidak tersedia dan

diberi nilai satu.

Tabel 2.10Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan Di wilayah Puskesmas

Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari - Desember 2012

Kategori Ketersediaan Score

Alat/ ObatTidak ada 1

Ada 2

Untuk ketersediaan fasilitas, dalam hal ini semua puskesmas kelurahan mempunyai atau

memiliki fasilitas. Sehingga dalam pengambilan scoretidak dicantumkan.

46

Page 11: BAB II Kesling

3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan Puskesmas

penilaian dibagi dua yaitu “cukup” dan “kurang”. Penilaian berdasarkan wawancara

dengan pemegang program dan kepala Puskesmas terkait.

Tabel 2.11 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan Di Puskesmas Kecamatan

Cempaka Putih Periode Januari - Desember 2012

Dana Score

Cukup 2

Kurang 1

Untuk ketersedian dana, dalam hal ini semua puskesmas kelurahan mendapatkan dana

cukup dari pemerintah, sehingga tidak dicantumkan dalam scoring.

Tabel 2.12 Penentuan Score Feasibility Program Kesehatan Lingkungan Terhadap

Kegiatan di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Periode Januari – Desember 2012

NO Daftar Masalah

Jumlah Petugas

Kesehatan dan

Petugas Jumantik

Jumlah

1.Puskesmas Kelurahan

Cempaka Putih timur10 10

2.Puskesmas Kelurahan

Cempaka putih barat12 12

5. Policy

Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu masalah

kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah tersebut. Parameter

yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah adalah kebijakan pemerintah

yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di

berbagai media.

47

Page 12: BAB II Kesling

Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling mungkin

sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak memiliki jangkauan yang

lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor untuk penyuluhan diberikan 1,

sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai 5. Begitu pun dengan media elektronik

yang memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk

adanya publikasi masalah kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 10.

Tabel 2.13 Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Kesehatan Lingkungan

pada Puskesmas di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih

Periode Januari – Desember 2012

Parameter Score

Tidak ada kebijakan 1

Ada kebijakan2

Tabel 2.14 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan Puskesmas di Kecamatan

Cempaka Putih Periode Januari –Desember 2012

Parameter Score

Penyuluhan 1

Media Cetak (Poster, Majalah, Koran) 5

Media Elektronik (TV, radio, internet) 10

48

Page 13: BAB II Kesling

Tabel 2.15 PenentuanScore Policy Program Kesehatan Lingkungan pada Puskesmas di

Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari –Desember 2012

Tabel 2.16 Penentuan Masalah Program Kesehatan Lingkungan Menurut Metode

MCUA

MS 1-MS 4 pada Puskesmas Kecamatan Cempaka putih

periode Januari-Desember 2012

No Kriteria Bobot

MS1 MS2

N BN N BN

1 Emergency 5 15 75 20 100

2 Greates Member 415 60 5 20

3 Feasibility 33 9 2 6

4 Expanding Scope 230 60 15 30

5 Policy 1 16 16 16 16

Jumlah 220 172

MS 1. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja

puskesmas kelurahan Cempaka putih timur periode Januari – Desember 2012 sebesar 90,25

% di bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.

49

No PuskesmasPenyuluh

an

Media

Cetak

Media

ElektronikJumlah

1. Kelurahan cempaka putih timur

1 5 10 16

2. Kelurahan cempaka putih barat

1 5 10 16

Page 14: BAB II Kesling

MS 2. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja

puskesmas kelurahan Cempaka putih barat periode Januari – Desember 2012 sebesar 94 % di

bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.

2.1.3 Prioritas masalah terpilih

Berdasarkan skoring MCUA, maka dipilih satu prioritas masalah antara lain :

1. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja puskesmas

kelurahan Cempaka Putih Timur periode Januari – Desember 2012 sebesar 90,25 % di

bawah target yaitu sebesar ≥ 95 % .

2. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja puskesmas

kelurahan Cempaka putih barat periode Januari – Desember 2012 sebesar 94 % di

bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.

2.2 Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya ditentukan

kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang ada terlebih dahulu.

Pada tahap ini telah dicoba mencari setiap apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap

masalah yang merupakan priorotas. Pada tahap ini digunakan diagram sebab akibat yang

disebut juga diagram dengan tulang ikan (fishbone diagram/ishikawa). Dengan

memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia dapat disusun berbagai

penyebab masalah secara teoritis. Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun

proses. Input, yaitu sumber daya atau masukan oleh suatu sistem.Sumber daya sistem adalah :

1. Man : sumber daya manusia

2. Money : dana

3. Material : sarana

4. Method : cara

Proses adalah kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input menjadi output.

Pada proses terdiri dari :

1. Planning (perencanaan) : sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan

tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.

50

Page 15: BAB II Kesling

2. Organizing (pengorganisasian) : rangkain kegiatan manajemen untuk menghimpun

semua seumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara

efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Actuating (pelaksana) : proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu

bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan

yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.

4. Controlling (monitoring) : proses untuk mengamati secara terus menerus

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan

koreksi jika terjadi penyimpangan.

Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan dibuat dengan menggunakan fishbone

atau diagram Ishikawa :

1. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja puskesmas

kelurahan Cempaka Putih Timur periode Januari – Desember 2012 sebesar 90,25 % di

bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.

2. Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi di wilayah kerja puskesmas

kelurahan Cempaka Putih Barat periode Januari – Desember 2012 sebesar 94 % di bawah

target yaitu sebesar ≥ 95 %.

51

Page 16: BAB II Kesling

52

Page 17: BAB II Kesling

2.3 Mencari Penyebab Masalah Yang Dominan

Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan. Dari dua

prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal

dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar

53

Page 18: BAB II Kesling

penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut,

dapat dicari akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling

dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian

besar masalah-masalah yang lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah

yang paling dominan dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program

yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program di

wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih:

2.3.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan fishbon e(diagram

tulang ikan) pada Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi

di wilayah kerja puskesmas kelurahan Cempaka Putih Timur periode Januari –

Desember 2012 sebesar 90,25 % di bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %.

Akar penyebab masalah pada Input adalah :

1. Tidak ada alokasi dana untuk memberi gaji para kader jumantik (Man)

2. Pendistribusian dana di tiap program tidak merata (Money)

3. Petugas kesling merasa masih belum perlu untuk memperbanyak media promosi(Material)

4. Kurangnya jumlah petugas PJB dan PSN (Method)

Akar penyebab masalah pada process adalah :

1. Kurangnya komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat(Plannig)

2. Kurang aktifnya puskesmas merekrut warga untuk menjadi kader jumantik (Organizing)

3. Keterbatasannya jumlah kader jumantik (Actuating)

4. Tidak adanya protap evaluasi untuk pencatatan program yang telah dilaksanakan (Controlling)

Akar penyebab masalah pada lingkungan (Environment) adalah :

1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan rumah dan lingkungan (Environment)

54

Page 19: BAB II Kesling

Dari sembilan penyebab yang paling mungkin diperoleh tiga penyebab yang paling

dominan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi sebagai berikut :

1. Kurangnya jumlah petugas PJB dan PSN (Method)

2. Tidak adanya protap evaluasi untuk pencatatan program yang telah dilaksanakan (Controlling)

3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan rumah dan lingkungan (Environment)

2.3.2 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone (diagram

tulang ikan) Pada Angka Bebas Jentik pada bangunan rumah yang dikunjungi

di wilayah kerja puskesmas kelurahan Cempaka Putih Barat periode Januari –

Desember 2012 sebesar 94 % di bawah target yaitu sebesar ≥ 95 %

Akar penyebab masalah pada Input adalah :

1. Kurangnya koorrdinasi antara kepala program dengan petugas jumantik (Man).

2. Program lain dianggap lebih penting (Money)

3. Alokasi dana lebih diprioritaskan untuk program lain (Material)

4. Belum adanya pelatihan untuk para kader jumantik (Method)

Akar penyebab masalah pada process adalah :

1. Kurangnya tanggung jawab petugas kesehatan untuk keberhasilan program (Planning)

2. Kurang aktifnya puskesmas merekrut warga untuk menjadi kader PJB dan PSN (Organizing)

3. Jumlah petugas PJB dan PSN kurang (Actuating)

4. Tidak adanya protap evaluasi untuk pencatatan program yang telah dilaksanakan (Controlling)

Akar penyebab masalah pada lingkungan (Environment) adalah :

1. Kurangnya kesadaran pentingnya kebersihan rumah dan bahaya DBD (Environment).

55

Page 20: BAB II Kesling

Dari sembilan penyebab yang paling mungkin diperoleh tiga penyebab yang paling dominan

berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi sebagai berikut :

1. Belum adanya pelatihan untuk para kader jumantik (Method)

2. Kurang aktifnya puskesmas merekrut warga untuk menjadi kader PJB dan PSN (Organizing)

3. Kurangnya kesadaran pentingnya kebersihan rumah dan bahaya DBD (Environment).

56