BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam...

50
16 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. KERANGKA TEORI a) Partisipasi Politik Perempuan Partisipasi berasal dari Bahasa Latin, “Pars” yang berarti bagian dan Capere” yang berarti mengambil. Sehingga, partisipasi dapat diartikan mengambil bagian atau mengikutsertakan diri dari dalan sebuah aktivitas. 1 Menurut pendapat Aristoteles, partisipasi dan ikatan antar manusia dalam suatu komunitas adalah modal awal yang berfungsi dalam mewujudkan keadilan dan memelihara kepentingan rakyat. 2 Partisipasi yang dimaksud menekankan pada hak yang melibatkan setiap warga negara pada suatu kesadaran dalam keterlibatan aktivitas pemeliharaan komunitas, undang- undang dan keadilan. Politik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang berarti Negara dan “Taia” yang berarti Urusan. Jadi Politik adalah urusan negara. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu dari sekian banyak bagian berkaitan dengan negara menjadi urusan negara. Menurut pendapat Sigmund Neumann, partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan pelaksanaan keputusan politik. 3 Selanjutnya menurut Ramlan Surbakti, terdapat lima pandangan mengenai 1 Rambe Kamarul Zaman, Perjalanan Panjang Pilkada Serentak, Expose PT Mizan Publika, Jakarta, 2016, h. 136. 2 Ibid., h. 137. 3 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta, 1982, h. 162.

Transcript of BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam...

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

16

BAB II

KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. KERANGKA TEORI

a) Partisipasi Politik Perempuan

Partisipasi berasal dari Bahasa Latin, “Pars” yang berarti bagian dan

“Capere” yang berarti mengambil. Sehingga, partisipasi dapat diartikan

mengambil bagian atau mengikutsertakan diri dari dalan sebuah aktivitas.1

Menurut pendapat Aristoteles, partisipasi dan ikatan antar manusia dalam

suatu komunitas adalah modal awal yang berfungsi dalam mewujudkan

keadilan dan memelihara kepentingan rakyat.2 Partisipasi yang dimaksud

menekankan pada hak yang melibatkan setiap warga negara pada suatu

kesadaran dalam keterlibatan aktivitas pemeliharaan komunitas, undang-

undang dan keadilan.

Politik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang berarti Negara

dan “Taia” yang berarti Urusan. Jadi Politik adalah urusan negara. Dari

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu dari sekian banyak

bagian berkaitan dengan negara menjadi urusan negara.

Menurut pendapat Sigmund Neumann, partisipasi politik adalah

kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan

pelaksanaan kebijaksanaan umum dan pelaksanaan keputusan politik.3

Selanjutnya menurut Ramlan Surbakti, terdapat lima pandangan mengenai

1 Rambe Kamarul Zaman, Perjalanan Panjang Pilkada Serentak, Expose PT Mizan Publika,

Jakarta, 2016, h. 136. 2 Ibid., h. 137. 3 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta, 1982, h. 162.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

17

politik. Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara

untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik

ialah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan

pemerintahan. Ketiga, politik sebagai segala kegiatan untuk mencari dan

mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai

kegiatan yang berkaitan dengan perumusan pelaksanaan kebijakan umum.

Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan mempertahankan

sumber-sumber yang penting.4 Apabila dikaitkan dengan politik, maka

partisipasi politik adalah bentuk mengambil bagian dalam kegiatan politik.

Rakyat mempunyai peranan yang sangat signifikan terutama dalam

menjalankan partisipasi politik. Melalui partisipasi politik, keputusan

mengenai politik akan sesuai dengan apa yang diharapkan rakyat Indonesia

itu sendiri. Dengan begitu, aspirasi yang telah disampaikan akan

memberikan manfaat yang optimal sesuai kebutuhan masyarakat. Sehingga

dalam keberhasilan pembangunan sistem politik salah satunya adalah

melalui partisipasi masyarakat. Tujuan partisipasi politik adalah untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dimana kegiatan

tersebut harus ditujukan dan mempunyai dampak terhadap pusat-pusat di

mana keputusan diambil.5

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

tidak dijelaskan mengenai keterwakilan perempuan. Namun di dalam

penjelasan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak

4 Sirajuddin dan Winardi, Dasar-Dasar Hukum Tata Negara Indonesia, Setara Press, Malang,

2015, h.7. 5 Samuel P. Huntington, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, h.

68.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

18

Asasi Manusia disebutkan bahwa: “Keterwakilan wanita adalah pemberian

kesempatan dan kedudukan yang sama bagi wanita untuk melaksanakan

peranannya dalam bidang eksekutif, yudikatif, legislatif, kepartaian, dan

pemilihan umum menuju keadilan dan kesetaraan gender.”

Dapat diartikan bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki adalah

setara tanpa pembedaan atau diskriminasi sosial dan politik. Tindakan

diskriminasi dalam Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa: “Diskriminasi adalah

setiap pembatasan, pelecehan, atau pun pengucilan yang langsung atau pun

tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku,

ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin,

bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau

penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia

dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif

dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan

lainnya”.

Pentingnya keterwakilan perempuan untuk terlibat dalam politik dapat

berupa ikut mempengaruhi pembuatan keputusan dan kebijakan politik.

Apabila dengan hanya membiarkan perempuan untuk memenuhi ketentuan

undang-undang mengenai sistem kuota, maka sama halnya menjadikan

partai sebagai kumpulan orang yang tidak berkualitas. Sehingga haruslah

membentuk perempuan yang mempunyai sumber daya kuat yang dapat

berdiri sama dengan sumber daya kaum lelaki dalam politik. Perempuan

bukan hanya dimaknai sebagai pertarungan ide dan gagasan tetapi kehadiran

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

19

perempuan mempunyai arti dan memberikan makna sebagai keterwakilan

dalan kepentingan tertentu agar ikut berpartisipasi dan berperan aktif dalam

proses pengambilan kebijakan.

Perempuan yang diinginkan masyarakat adalah perempuan secara

ideologis, yaitu perempuan yang memiliki kemampuan intelektual dan

emosional serta mau dan mampu memperjuangkan agenda perempuan.6

Bakal calon legislatif perempuan yang memperjuangkan agenda perempuan

dan memiliki kemampuan yang memadai diperlukan sosialisasi kepada

masyarakat agar dapat menjadi teladan dalam hal kepedulian dan kesesuaian

hati nurani. Perempuan dan gerakan perempuan bekerja keras dalam rangka

mendorong peningkatan partisipasi, representasi, serta penambahan jumlah

pemimpin dalam lingkup nasional maupun lokal sebagaimana untuk

mencapai kebijakan publik.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,

pada Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) adalah

sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk

memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan

secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Pemilihan umum menjadi tolak ukur yang sangat penting bagi

penyelenggaraan negara yang demokratis. Demokratis sendiri mempunyai

6 Adriana Venny, Ada Untuk Membawa Perubahan: Refleksi Pengalaman Perempuan Anggota

Parlemen Periode 2004-2009, UNDP Indonesia, Jakarta, 2010, h. 21.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

20

makna bahwa di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, rakyat

memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban. Penyelenggaraan

pemilu harus dilaksanakan dengan maksimal, karena sifat demokrasi di

suatu negara dapat hilang apabila tidak terselenggaranya pemilu.7

Dengan demikian dapat disimpulkan mengenai pengertian pemilihan

umum yaitu sarana yang penting dalam kehidupan suatu negara yang

menganut asas demokrasi yang memberi kesempatan berpartisipasi politik

bagi warga negara untuk memilih wakil rakyat yang akan menyuarakan dan

menyalurkan aspirasi rakyat.

Menurut Joko J. Prihatmoko pemilu dalam pelaksanaanya memiliki 3

(tiga) tujuan sebagai berikut: sebagai mekanisme untuk menyeleksi para

pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum (public policy),

pemilu sebagai pemindahan konflik kepentigan dari masyarakat kepada

badan perwakilan rakyat, pemilu sebagai sarana mobilisasi. Selanjutnya

tujuan pemilu dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2012 pasal 3 yakni pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota

DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan

Negara Republik Indonesia yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia.8

Penyelenggara pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan

pemilu, terdiri atas Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas

Pemilu (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu

7 Sunny Ummul Firdaus dalam acara Penguatan Sistem dan Implementasi Kelembagaan Partai

Politik, Surakarta, diselenggarakan oleh Kesbangpol Kota Surakarta, tanggal 2 Desember 2018,

tanpa halaman. 8Pasal 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

21

(DKPP) sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu untuk

memilih anggota legislatif, presiden dan wakil presiden dan untuk memilih

anggota DPRD secara langsung oleh rakyat.9

Menurut Jimly Asshiddiqie penyelanggaran pemilu di dalam suatu

negara mempunyai tujuan:10

a. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan secara tertib

dan damai;

b. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian jabatan yang akan mewakili

kepentingan rakyat di lembaga perwakilan;

c. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat;

d. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.

Tujuan pemilu yang diungkapkan Jimly merupakan bentuk dalam

peralihan kekuasaan baik kekuasaan eksekutif maupun kekuasaan legislatif,

tujuan lain yang paling penting mengenai pelaksanaan prinsip kedaulatan

rakyat dan hak-hak asasi warga negara merupakan tujuan yang memberikan

kekuatan dalam pelaksanaan pemilu.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Undang-undang ini merumuskan aturan

tentang bentuk diskriminasi positif (Affirmative Action) berupa kuota 30%

bagi perempuan di ranah politik Indonesia dalam pemilihan legislatif dapat

dikatakan sudah dapat diterapkan pada pemilu legislatif tahun 2009.

9 Nur Imam Subono, et.al., Pembekalan Calon Anggota Legislatif (Caleg), Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Jakarta, 2018, h. 98. 10 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Sekretariat Jendral dan

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, h. 175.

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

22

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat tiga pasal penting yang

menjadi payung hukum keterwakilan perempuan dalam Pemilu 2009.

Pertama, Pasal 8 ayat (1) huruf (d) mengatur ketentuan partai politik dapat

menjadi peserta pemilu setelah memenuhi persyaratan menyertakan

sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan kepengurusan partai

politik tingkat pusat. Kedua, Pasal 53 yang mengatur tentang ketentuan

bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 memuat paling sedikit

30 persen keterwakilan perempuan. Pasal 52 mengatur tentang tata cara

pencalonan anggota legislatif dari jalur partai politik. Ketiga, Pasal 55 ayat

(2) yang mengatur ketentuan bahwa dalam daftar bakal calon yang

dimaksud pada Pasal 55 ayat (1), setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat

sekurang-kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon.11

b) Affirmative Action

Affirmative Action menurut Dahlerup adalah “positive discrimination”

dalam jangka waktu tertentu dengan meningkatkan representasi kaum

perempuan.12 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum ini merumuskan aturan tentang bentuk diskriminasi positif yang

berupa kuota 30% bagi perempuan di ranah politik Indonesia. Affirmative

Action atau juga disebut tindakan afirmasi adalah kebijakan yang diambil

bertujuan agar kelompok atau golongan tertentu memperoleh tempat yang

setara dengan kelompok atau golongan lain. Affirmative Action juga dapat

11Kumpulan pemikiran html. Tentang studi kasus keterwakilan perempuan terhadap undang-

undang kuota 30 persen. 12 Dahlerup, “increasing Women’s Political Participation: New Trends in Gender Quotas.” In

Women in Parliament: Beyond Numbers, ed. J. Ballington & A. Karam, International IDEA,

Stockholm, 2005, h. 141.

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

23

diartikan sebagai pemberian perlakuan yang istimewa terhadap kelompok

tertentu khususnya perempuan. Pippa Norris menerangkan bahwa selain

menempatkan perempuan dalam daftar calon anggota legislatif sebagai

calon yang mempunyai potensial, juga dilakukan dengan memberikan

pelatihan khusus, dukungan pendanaan dan publikasi yang seimbang

terhadap calon perempuan tersebut.13 Tujuan kebijakan afirmatif untuk

perempuan dengan mekanisme kuota adalah menambah jumlah wakil rakyat

berjenis kelamin perempuan, yang mewakili identitas kelas atau kelompok

tertentu dan tersisih sehingga harapannya adalah asas keterwakilan akan

bekerja secara optimal mengubah agenda kebijakan dan menggeser prioritas

kebijakan yang selama ini menjadikan perempuan tersisih.14

Perjuangan perempuan dalam meningkatkan representasi perempuan

di legislatif melalui Affirmative Action dapat dilakukan dengan melibatkan

kaum perempuan lebih banyak aktif di partai politik. Memberdayakan

perempuan dalam partai politik adalah merupakan langkah paling awal

untuk mendorong agar kesetaraan dan keadilan bisa dicapai antara laki-laki

dan perempuan di dunia publik dalam waktu tidak terlalu lama. Langkah ini

diperlukan agar jumlah perempuan di lembaga legislatif dapat seimbang

jumlahnya dengan laki-laki.

Berbagai alasan dikemukakan oleh para pemimpin partai perihal

penurunan keterwakilan perempuan di DPR. Pertama, partai politik

kesulitan dalam merekrut anggota legislatif perempuan. Persoalan terkadang

13Pippa Norris, Affirmative Action dan Paradoks Demokrasi, Jurnal Konstitusi PSHK-FH UII,Vol.

II, No. 1, Juni 2009, h. 10. 14Ani Widyani Soetjipto, Politik Harapan: Perjalanan Politik Perempuan Indonesia Pasca

Reformasi, Marjin Kiri, Tangerang, 2011, h. 72.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

24

tidak hanya pada kuantitas tetapi juga kualitas calon. Dengan alasan

minimnya kader perempuan terkait dengan sistem pengaderan partai yang

memang tidak memberi tempat, perhatian serta peluang pada perempuan.

Kedua, partai politik mengaku sulit mengajak perempuan terlibat dalam

wacana politik, karena rendahnya kesadaran politik. Selain kendala kendala

tersebut perempuan juga terhambat karena modal. Karena untuk dapat

masuk ke lembaga-lembaga politik formal seseorang harus memiliki sumber

daya ekonomi (modal).15 Kebijakan afirmatif di Indonesia baru sampai pada

tingkat mendorong peningkatan jumlah perempuan, namun belum sampai

pada upaya bagaimana keberadaan perempuan yang cakap dengan

menyaring perempuan-perempuan terpilih yang memenuhi syarat agar

tindakan afirmatif tidak hanya dimaknai sebatas hanya membawa jenis

kelamin perempuan tetapi tidak melihat lebih jauh agar menuai hasil positif.

c) Sekilas tentang Demokrasi

Menurut asal katanya Demokrasi berasal dari dua kata, yaitu Demos

yang berarti rakyat dan Kratos atau Cratein yang berarti pemerintahan.16

Sehingga dapat disimpulkan bahwa demokrasi berarti kekuasaan atau

pemerintahan oleh rakyat atau lebih dikenal dengan pemerintahan dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Menurut Joseph Schmeter, Demokrasi

adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai suatu putusan politik

dimana individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan

15 Musdah Siti, Mulia & Anik Farida. Perempuan dan politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

2005. h. 17. 16 Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung, 2014,

h. 56.

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

25

kompetitif atas suara rakyat.17 Sedangkan menurut Ramlan Surbakti,

Demokrasi adalah sistem politik yang memelihara keseimbangan antara

konflik dan konsensus. Artinya demokrasi memungkinkan adanya

perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antar individu di antara

berbagai kelompok, diantara individu dan kelompok, individu dan

pemerintah, kelompok dan pemerintah, bahkan di antara lembaga-lembaga

pemerintah.18

Demokrasi menjadi sebuah bentuk pemerintahan yang berpegang pada

kedaulatan rakyat. Dalam hal ini rakyat berperan sebagai pemegang hak

kedaulatan atas negara. Salah satu negara yang paling demokratis di dunia

adalah Indonesia. Demokrasi menyangkut cara penegakan rule of law,

akuntabilitas, responsiveness, dan membuka ruang partisipasi yang adil bagi

setiap warga negara apapun jenis kelamin, suku, agama, etnis, warna kulit,

kelas, ataupun status sosial.19

Jimly Asshiddiqie menyebutkan 11 prinsip pokok yang terkandung

dalam negara hukum yang demokratis, yakni:20

1. Adanya jaminan persamaan dan kesetaraan dalam kehidupan bersama;

2. Pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan/pluralitas;

3. Adanya aturan yang mengikat dan dijadikan sumber rujukan bersama;

4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa berdasarkan mekanisme

aturan yang ditaati bersama itu;

17 Munir Fiadi, Konsep Negara Demokrasi, Retika Aditama, Jakarta, 2009, h. 2. 18 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, h.

228. 19 Ani Widyani Soetjipto, Op.Cit., h. 8. 20 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Konpress, Jakarta, 2005, h.

299-300.

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

26

5. Pengakuan dan penghormatan terhadap HAM;

6. Pembatasan kekuasaan melalui mekanisme pemisahan dan pembagian

kekuasaan disertai mekanisme penyelesaian sengketa ketatanegaraan

antar lembaga negara baik secara vertikal dan horizontal;

7. Adanya peradilan yang bersifat independen dan tidak memihak dengan

kewibawaan putusan tertinggi atas dasar keadilan dan kebenaran;

8. Dibentuknya lembaga peradilan yang khusus untuk menjamin keadilan

bagi warga negara yang dirugikan akibat putusan atau kebijakan

pemerintah (pejabat administrasi negara);

9. Adanya mekanisme ‘judiciel review’ oleh lembaga peradilan terhadap

norma-norma ketentuan legislatif baik yang ditetapkan oleh lembaga

legislatif maupun eksekutif;

10. Dibuatnya konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang

mengatur jaminan-jaminan pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut;

11. Pengakuan terhadap asas legalitas atau ‘due process of law’ dalam

keseluruhan sistem penyelenggaraan negara.

Konsep demokrasi tidak terlepas dalam bidang politik. Demokrasi

pada konsep politik lebih tertuju untuk memberdayakan seluruh kekuatan

masyarakat secara umum. Demokrasi mempunyai karakter sebagai

berikut:21

1. Adanya kebebasan bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, artinya rakyat ikut menentukan

21 Bahder Johan Nasution, Op.Cit., h. 58.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

27

jalannya pemerintahan, baik melalui lembaga perwakilan maupun di

luar lembaga perwakilan;

2. Adanya persamaan hukum dan pemerintahan, artinya baik rakyat maupun

pemerintahan tunduk pada hukum.

Bentuk demokrasi dibagi menjadi demokrasi langsung dan demokrasi

tidak langsung. Demokrasi langsung adalah pemerintahan yang dilakukan

secara langsung oleh warga negara, seperti contoh turut serta dalam membuat

keputusan oleh pemerintah. Sedangkan demokrasi tidak langsung adalah

pemerintahan yang dilakukan melalui badan perwakilan rakyat yang dipilih

oleh rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat.22

Menurut Macpherson sebagaimana dikutip Nasution “what is essential

in modern democratic theory? As soon as democracy is feen as a kind of

society, notmerely a mechanism of choosing and authorizing goverments, the

equalitarian principle inherent in democracy requires not only one man one

vote, but also one man equal effective right to live as fully human as the may

wish.”23 (Apa yang penting dalam teori demokrasi modern? Seketika

demokrasi dipandang sebagai semacam masyarakat, terutama mekanisme

memilih dan mengotorisasi pemerintahan, prinsip kesetaraan yang melekat

dalam demokrasi tidak hanya membutuhkan satu orang satu suara, tetapi juga

satu orang yang sama efektifnya untuk hidup yang diinginkan sebagai

manusia seutuhnya). Pada demokrasi modern ini, rakyat mempunyai hak

untuk ikut berpartisipasi, mengetahui, memikirkan, musyawarah, dan

22 Ibid. 23 Ibid., hlm. 59.

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

28

memutuskan dalam pelaksanaan proses pengambilan keputusan

pemerintahan.

B. Hasil Penelitian

a) Pengaturan Hukum Nasional dalam Melindungi Hak Politik

Perempuan

Pada masa orde baru, Undang-Undang pemilu di Indonesia berbeda

setiap periode pemilu yang baru. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 pada

Pemilu 1999, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 pada Pemilu 2004,

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 pada Pemilu 2009, Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2012 pada Pemilu 2014, dan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2017 pada Pemilu 2019.

Tabel 3.1

Perbandingan Pengaturan Hukum tentang Affirmative Action

Kebijakan Afirmasi Keterwakilan Perempuan

UU No. 3 Tahun 1999 -

UU No. 12 Tahun 2003

Pasal 65 ayat (1) “memperhatikan”

keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya

30% (tiga puluh persen)

UU No. 10 Tahun 2008 Pasal 53 sampai dengan Pasal 58 “memuat

paling sedikit 30% keterwakilan perempuan”

UU No. 8 Tahun 2012 Pasal 53 “memuat paling sedikit 30%

keterwakilan perempuan”

UU No. 7 Tahun 2017 Pasal 245 “memuat paling sedikit 30%

keterwakilan perempuan”

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

29

1) Undang-Undang Dasar Negara Repyblik Indonesia Tahun 1945

Dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea 1 yang menyatakan: “Bahwa

sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu

maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan”. Pada Alinea IV Pembukaan UUD 1945

juga menyebutkan bahwa: “…Pemerintah Negara Republik Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan

kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial…”

Selanjutnya pada Pasal 27 Ayat (1) menyatakan “Segala warga negara

bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

Secara umum urusan dan kepentingan hak asasi manusia di Indonesia diatur

dalam Pasal 28 UUD 1945, Pasal 28C Ayat (2) “setiap orang berhak untuk

memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk

membangun masyarakat, bangsa dan negara”. Pasal 28D Ayat (3)

menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan

yang sama dalam pemerintahan”. Selanjutnya Pasal 28E Ayat (3)

menyatakan: “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul

dan mengeluarkan pendapat”. Dalam Pasal 28H Ayat (2) UUD 1945

menyatakan: “Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan

khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna

mencapai persamaan dan keadilan”. Pasal 28I Ayat (2) menyatakan: “Setiap

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

30

orang bebas dari perlakuan yang diskriminatif atas dasar apapun dan berhak

mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif

itu”. Dan yang terakhir pada Pasal 28J Ayat (1) menyatakan bahwa: “Setiap

orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. Dengan demikian,

perempuan juga memiliki hak untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif

berdasarkan karena statusnya sebagai perempuan, ataupun atas dasar

perbedaan lainnya. Oleh karena itu, UUD 1945 menjamin perlakuan khusus

tersebut sebagai hak untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang

sama.

2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak

lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh

siapapun. Pada Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa: “Diskriminasi adalah setiap

pembatasan, pelecehan, atau pun pengucilan yang langsung atau pun tidak

langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,

etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin,

bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau

penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia

dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif

dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan

lainnya”. Selanjutnya di dalam Pasal 3 Ayat (3) “Setiap orang berhak atas

perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

31

diskriminasi”. Pasal 46 disebutkan bahwa: “Sistem pemilihan umum,

kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif, dan sistem pengangkatan di

bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin keterwakilan wanita sesuai

pernyataan yang ditentukan”.

3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 dibentuk pada pemilu 1999 dengan

pembentukan badan penyelenggara pemilu yaitu KPU dibentuk melalui

Keppres Nomor 16 Tahun 1999, belum mengatur keterwakilan perempuan

dalam penyelenggaraan pemilu. Hasil pemilu terhadap keterwakilan

perempuan yaitu 46 orang atau 9% dari 500 anggota DPR.

4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah diberlakukan pada pemilu 2004 dengan KPU

dibentuk melalui Keppres Nomor 10 Tahun 2001 yang juga belum mengatur

keterwakilan perempuan dalam penyelenggaraan pemilu. Pasal 65 ayat (1)

menyatakan bahwa setiap partai politik peserta pemilu “dapat” mengajukan

calon Anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk

setiap Daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan

sekurang-kurangnya 30%.24 Hal ini perlu ditegaskan pada kata

“memperhatikan”, karena hanya melihat keterwakilan perempuan dalam

24 Pasal 65 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

32

partisipasi politik saja sebagai pengajuan calon anggota legislatif namun

bukan suatu kewajiban untuk penyertaan perempuan sebagai calon anggota

legislatif. Hasil pemilu terhadap keterwakilan perempuan yaitu 61 orang

atau 11,09% dari 550 anggota DPR.

Pemenuhan mengenai keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%

apabila ditafsirkan, kata “dapat” dalam pasal 65 ayat (1) dalam hal ini

keterwakilan perempuan bukan keharusan, melainkan fakultatif yang

perumusannya tidak adanya sanksi terhadap partai politik apabila tidak

memenuhi kuota untuk perempuan.

5) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah merupakan pengganti Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2003 karena tidak sesuai dengan tuntutan, perkembangan, dan

dinamika demokrasi masyarakat. Ketentuan pada Pasal 53 sampai dengan

Pasal 58 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 menyatakan adanya

tindakan khusus kepada perempuan yang dapat juga disebut dengan

Affirmative Action dalam penentuan calon legislatif yang memberikan

kesempatan kepada perempuan untuk memilih dan dipilih pada pemilu yang

telah ditentukan. Mengenai sistem keterwakilan perempuan menurut Pasal

53 berbunyi:

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

33

“Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 memuat paling

sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan”.

Pasal 52 mengatur mengenai penyusunan daftar bakal calon anggota DPR

ditetapkan oleh pengurus partai politik peserta pemilu tingkat pusat, daftar

bakal calon anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh pengurus partai

politik peserta pemilu tingkat provinsi, daftar bakal calon anggota DPRD

kabupaten/kota oleh pengurus partai politik peserta pemilu tingkat

kabupaten/kota.25 Dengan demikian, Affirmative Action untuk perempuan

tidak hanya diberlakukan untuk DPR saja, namun juga berlaku untuk

DPRD Provinsi maupun DPRD kabupaten/kota.

Menurut Pasal 55 ayat (2) menyatakan secara tegas bahwa:

“Di dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap

3 (tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 (satu) orang

perempuan bakal calon”.

Ayat (1) mengatur bahwa nama-nama calon dalam daftar bakal calon

disusun berdasarkan nomor urut. Apabila suatu partai politik menetapkan

bakal calon nomor urut 1 hingga 3, maka salah satu di antaranya haruslah

bakal calon seorang perempuan. Seorang perempuan harus diletakkan pada

nomor urut 1, 2, atau 3 dan tidak berada di bawah nomor urut tersebut dan

selanjutnya dari nomor urut 4 hingga 7.26

Apabila daftar bakal calon tidak memuat keterwakilan perempuan minimal

30%, maka KPU akan memberikan kesempatan partai politik untuk

25 Pasal 52 Ayat (2), (3), dan (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008. 26 Pasal 55 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008.

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

34

memperbaiki daftar bakal calon.27 Dalam hal ini lebih menekankan pada

daftar bakal calon memuat keterwakilan perempuan paling sedikit 30%

dapat dikaitkan dengan penggunaan sistem zipper,28 dimana setiap 3 (tiga)

orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya satu orang perempuan.

Hasil pemilu terhadap keterwakilan perempuan yaitu 101 orang atau 18,4%

dari 560 anggota DPR.

6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum telah

diberlakukan pada pemilu tahun 2014. Sebagaimana dalam Pasal 55, syarat

bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota

sesuai Pasal 53 memuat paling sedikit 30% keterwakilan perempuan. Pasal

56 menegaskan pada penggunaan sistem zipper, dimana setiap tiga orang

bakal calon terdapat sekurang-kurangnya satu orang perempuan bakal

calon.29 Dalam setiap tiga bakal calon, bakal calon perempuan dapat

ditempatkan pada urutan 1, atau 2, atau 3 dan demikian seterusnya, tidak

hanya pada nomor urut 3, 6, dan seterusnya.30 Hasil pemilu terhadap

keterwakilan perempuan yaitu 97 orang atau 17, 23% dari 560 orang DPR.

27 Pasal 58 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008. 28 Sistem zipper adalah sistem yang mengatur adanya minimal 30% perempuan di parlemen. Jadi,

apabila sebuah partai mendapat 3 kursi, maka salah satunya harus diberikan kepada caleg

perempuan yang mendapatkan suara terbanyak. KPU harus melaksanakan sistem zipper tersebut

berdasarkan Pasal 53 UU No. 10 Tahun 2008 yang mengatur 30% kuota perempuan. 29 Pasal 56 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 30 Penjelasan Pasal 56 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012.

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

35

7) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tidak mengalami banyak perubahan

mengenai tindakan khusus perempuan dibandingkan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2012 yang telah digunakan untuk Pemilu 2014 lalu.

Sebagaimana dalam Pasal 245 daftar bakal calon anggota DPR, DPRD

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota memuat keterwakilan perempuan

paling sedikit 30%. Penggunaan sistem semi zipper ditegaskan pada Pasal

246 Ayat (2) dimana setiap 3 orang bakal calon terdapat paling sedikit 1

orang bakal calon perempuan.31 Dimana dalam 3 bakal calon, bakal calon

perempuan dapat ditempatkan pada urutan 1, dan/atau 2, dan/atau 3 dan

demikian seterusnya, tidak hanya pada nomor urut 3, 6, dan seterusnya32.

Terlihat pada pencalonan anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota dengan menambahkan aturan bahwa perempuan dapat

ditempatkan pada urutan 1, dan/atau 2, dan/atau 3 secara berurutan. Dalam

hal ini memberikan tempat atau ruang bagi perempuan untuk dapat

ditempatkan pada urutan kecil.

31 Pasal 246 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. 32 Penjelasan Pasal 246 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

36

Tabel 3.2

Perbandingan Aturan tentang Affirmative Action

Pemilu 2014 dan Pemilu 2019

Aspek Pemilu 2014

UU No.8 Tahun 2012

Pemilu 2019

UU No. 7 Tahun 2017

Sistem Pemilihan

Umum

Sistem proporsional

dengan daftar terbuka

Sistem proporsional

dengan daftar terbuka

Alokasi kursi 3-10 kursi per dapil DPR

dengan jumlah 560 orang

anggota DPR (Pasal 22

ayat 2)

3-12 kursi per dapil

DPRD Provinsi dan

DPRD Kabupaten/Kota

(Pasal 24 ayat 2)

3-10 kursi per dapil

DPR dengan jumlah

575 orang anggota DPR

(Pasal 187 ayat 2)

3-12 kursi per dapil

DPRD Provinsi dan

DPRD Kabupaten/Kota

(Pasal 189 ayat 2)

Pencalonan Caleg Daftar bakal calon

memuat 100% dari

jumlah kursi pada setiap

daerah pemilihan. Daftar

calon memuat 30%

perempuan. Setiap tiga

calon, minimal terdapat

satu perempuan. (Pasal

54-56)

Daftar bakal calon

memuat 100% dari

jumlah kursi pada setiap

daerah pemilihan.

Daftar bacalon memuat

keterwakilan

perempuan paling

sedikit 30%. Setiap tiga

orang bacalon, minimal

terdapat satu orang

perempuan. (Pasal 244-

246)

Jumlah dapil 77 dapil 80 dapil33

Sumber: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dan Undang-Undang Nomor

7 Tahun 2017.

33 Penambahan dapil terjadi di tiga wilayah, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Nusa

Tenggara Barat.

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

37

Keterlibatan partisipasi perempuan dalam mengambil keputusan di

lembaga legislatif tidak terlalu besar, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Jumlah dan Presentase Anggota DPR menurut Jenis Kelamin

Pemilu Laki-Laki Perempuan Jumlah Presentase

Perempuan

1955 256 16 272 5,88%

1971 429 31 460 6,74%

1977 423 37 460 8,04%

1982 418 42 460 9,13%

1987 441 59 500 11,80%

1992 438 62 500 12,40%

1997 442 58 500 11,60%

1999 456 44 500 8,80%

2004 485 65 550 11,82%

2009 460 100 560 17,86%

2014 463 97 560 17,32%

Sumber: Komisi Pemilihan Umum RI

Jumlah representasi perempuan anggotan DPR mengalami peningkatan.

Keterwakilan perempuan terendah ada pada tahun 1955 dengan 5,88% dan

tertinggi pada tahun 2009 dengan 17,86% dan tahun 2014 dengan 17,32%.

b) Pengaturan Hukum Internasional dalam Melindungi Hak Politik

Perempuan

1) Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Piagam PBB yang menjadi instrument hukum internasional ini

menyebutkan tentang persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

Dalam piagam itu tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa diatur dalam

Pasal 1 Ayat (4) yang menyatakan bahwa: “Mencapai kerjasama

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

38

internasional dalam memecahkan masalah internasional di bidang

karakter ekonomi, sosial, budaya, atau kemanusiaan, dan dalam

memajukan dan mendorong penghormatan hak asasi manusia dan

kebebasan dasar bagi semua tanpa membedakan ras, jenis kelamin,

bahasa, atau agama”.

2) Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal

Hak Asasi Manusia (DUHAM)

Secara internasional telah diatur mengenai hak asasi manusia yang

terkandung di dalam DUHAM. Pada Pasal 1 menyatakan bahwa

“Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-

hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya

bergaul satu sama lain dalam persaudaraan”.

Pasal 2 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas semua hak dan

kebasan-kebebasan yang tercantum di dalam deklarasi ini dengan

tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit,

jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul

kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun

kedudukan lain”.

Pasal 7 selanjutnya mengatur bahwa “Semua orang sama di depan

hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa

diskriminasi…”

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

39

3) Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination

Againts Women (CEDAW)

Secara internasional, telah diatur hak politik perempuan dalam

CEDAW 1979. CEDAW merupakan dasar untuk mewujudkan

kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam memberikan jaminan

dan kesempatan dalam berpolitik dan aktivitas publik, termasuk dalam

hak mengikuti pemilihan umum dan memberikan suara. Indonesia

mempunyai dokumen untuk melindungi hak-hak perempuan, yaitu

Konvensi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984

mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap

Perempuan, dikenal dengan nama CEDAW (Convention on the

Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women) yang

bertujuan untuk menciptakan pemenuhan dan perlindungan hak asasi

perempuan dari segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.

Dalam CEDAW diatur bahwa Affirmative Action merupakan strategi

khusus yang diangkat untuk menyelaraskan antara perempuan dan

laki-laki. Seperti yang di kemukakan oleh Asadnejad34 bahwa “a

gender equality in politics is not only the issue of quantity, but also

quality, if one wants to see any effects resulting from a balanced

participation of women and men in decision making.” (Kesetaraan

gender dalam politik tidak hanya masalah kuantitas, tetapi juga

kualitas, jika seseorang ingin melihat efek yang dihasilkan dari

34 Elham Asadnejad, Affirmative Action And Women’s Political Participation In Decentralised

Governance In Iran, Faculty of Law, University of Oslo, Norwegian Centre for Human Rights,

2010, h. 8.

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

40

partisipasi yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam

pengambilan keputusan).

CEDAW menekankan pada kesetaraan dan keadilan antara perempuan

dan laki-laki, yaitu dalam hak, kesetaraan dalam kesempatan dan

akses serta persamaan hak untuk menikmati manfaat di segala

kegiatan.

Pasal 4 ayat (1) CEDAW, menyatakan bahwa: “Pembentukan

peraturan-peraturan dan melakukan tindakan khusus sementara oleh

negara-negara pihak yang ditujukan untuk mempercepat kesetaraan de

facto antara laki-laki dan perempuan, tidak dianggap sebagai

diskriminasi seperti ditegaskan dalam konvensi ini, dan sama sekali

tidak harus membawa konsekuensi pemeliharaan standar-standar yang

tidak sama atau terpisah, maka peraturan-peraturan dan tindakan

tersebut wajib dihentikan jika tujuan, persamaan kesempatan dan

perlakuan telah tercapai”.

Khusus untuk hak politik diatur dalam pasal 7 dan pasal 8. Pasal 7

CEDAW mewajibkan penghapusan diskriminasi terhadap perempuan,

mengatur sebagai berikut:

“Negara-negara pihak wajib mengambil langkah-langkah yang sesuai

untuk mrnghapus diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupan

politik dan kehidupan bermasyarakat di negaranya, khususnya

menjamin bagi perempuan atas dasar persamaan dengan laki-laki:

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

41

a. Untuk memilih dalam semua pemilihan dan angenda publik dan

berkemampuan untuk dipilih dalam lembaga-lembaga yang dipilih

masyarakat;

b. Untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah dan

implementasinya, serta memegang jabatan dalam pemerintahan dan

melaksanakan segala fungsi pemerintahan di semua tingkatan; dan

c. Untuk berpartisipasi dalam organisasi-organisasi dan perkumpulan-

perkumpulan non-pemerintah yang berhubungan dengan kehidupan

politik dan publik.”

Pasal 8 CEDAW bahwa negara wajib menjamin perempuan

berdasarkan persyaratan yang sama dengan laki-laki dan tanpa

diskriminasi mendapat kesempatan untuk:

a. Mewakili pemerintah mereka pada tingkat internasional; dan

b. Berpartisipasi dalam pekerjaan organisasi-organisasi internasional.

Konvensi ini tidak hanya mengakui hak politik perempuan, tetapi

juga memberikan solusi bagaimana meningkatkan partisipasi

politik perempuan sebagai pelaku politik. Indonesia telah

menjadikan konvensi ini sebagai landasan hukum penegakan hak

asasi manusia dengan kesetaraan gender antara laki-laki dan

perempuan.

c) Hak Politik Perempuan dalam Affirmative Action

Hukum dipahami sebagai norma, yaitu ukuran yang harus dipatuhi oleh

seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

42

lingkungannya. Perihal hak politik perempuan juga tentunya tidak terlepas

dari pengaturan hukum. Karena dengan demikian perempuan haruslah

mendapat keadilan sebagai haknya.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak lahir yang berlaku

seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Ada macam-

macam hak asasi manusia dapat digolongkan sebagai berikut:

d) Hak asasi pribadi, yaitu hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan

pribadi manusia. Contohnya: hak beragama, hak menentukan jalan hidup,

dan hak berbicara;

e) Hak asasi politik, yaitu berhubungan dengan kehidupan politik.

Contohnya: hak mengeluarkan pendapat, ikut serta dalam pemilu,

berorganisasi;

f) Hak asasi ekonomi, yaitu hak yang berhubungan dengan kegiatan

perekonomian. Contohnya: hak memiliki barang, menjual barang,

mendirikan perusahaan atau berdagang;

g) Hak asasi budaya, yaitu hak yang berhubungan dengan kehidupan

bermasyarakat. Contohnya: hak mendapat pendidikan, hak mendapat

pekerjaan, hak mengembangkan seni budaya;

h) Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang

berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contohnya: hak

mendapat perlindungan hukum, hak membela agama, hak menjadi pejabat

pemerintah, hak untuk diperlakukan secara adil;

Page 28: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

43

i) Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contohnya:

dalam penyelidikan, dalam penahanan, dalam penyitaan.

Pada dasarnya semua orang dapat menjadi pemimpin (leader),

perempuan tidak semuanya lemah, apabila diibaratkan dengan sebuah

bangunan dan fondasi yang kokoh dan berstruktur kuat. Hal ini dapat dilihat

dari peran perempuan pada kehidupan bermasyarakat, dalam konsumen

pembangunan bukan hanya sebagai proses pembangunannya saja, sungguh

menyedihkan apabila hanya melihat dari sudut pandang yang berlainan

bahkan sudah banyak kenyataannya peran seorang perempuan tradisional

dianggap sebagai cadangan. Terwujudnya peran wanita dalam berkesempatan

memegang peranan sebagai kepemimpinan membawa dampak yang

mengarah lebih baik bahwa permasalahan akan kesetaraan gender ditandai

dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Dengan

demikian, antara perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama dalam

mencapai sebuah peran pemimpin. Kini perempuan mampu memberikan

suara dalam berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan negara yang lebih

baik. Tentu hal ini adalah sebuah kebijakan dalam memperoleh manfaat

kesetaraan serta adil dari pembangunan. Kini saatnya para wanita maju dan

memiliki peran penting dalam kepemimpinan.

Keterlibatan perempuan dalam politik penting karena:

Pertama, pada dasarnya bahwa demokrasi berkaitan dengan hak, dan

sebagai konsekuensinya, setiap orang atau kelompok baik perempuan maupun

laki-laki memiliki kesempatan yang sama dalam mempengaruhi, menentukan,

dan membuat keputusan dan kebijakan politik dalam sistem demokrasi.

Page 29: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

44

Karena itu, baik perempuan maupun laki-laki mendapatkan kesempatan yang

sama di berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam dunia politik sebagai

politisi partai politik maupun parlemen atau pejabat publik dalam suatu

pemerintahan. CEDAW (Convention the Elimination of All Forms of

Discrimination Against Women atau Konvensi Penghapusan segala entuk

Diskriminasi terhadap Perempuan) mempunyai isi yang kuat bahwa tidak ada

diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dimana keduanya memiliki

posisi, peran dan kesempatan yang sama termasuk dalam dunia politik.

Dalam konteks politik, status perempuan harus diberikan hak-hak dasarnya,

termasuk hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara yang telah

tertuang dan ditegaskan dalam Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi,

“Segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan wajib menjungjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak

ada kecualinya”.

Kedua, mengenai Kepentingan perempuan “women’s interest”.

Perempuan dan laki-laki mempunyai kepentingan yang berbeda, seperti laki-

laki tidak dapat mewakili perempuan yang seolah-olah tahu akan kebutuhan

dan kepentingan perempuan. Sangat diperlukan keberadaan perempuan untuk

menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya untuk terlibat dalam dunia politik.

Ketiga, berkaitan dengan emansipasi dan perubahan, perempuan dapat

menjadi pelopor lembaga perwakilan rakyat untuk memperjuangkan isu di

dalam masyarakat. Oleh karena itu, calon legislatif perempuan haruslah

menjadi pelopor dengan membawa perubahan terutama untuk membongkar

sistem patriarkal di masyarakat bahkan di negara karena hal ini merupakan

Page 30: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

45

salah satu hambatan terbesar yang menghalangi perempuan untuk

berpartisipasi dalam politik. Perempuan dapat mengubah agenda kebijakan

dan prioritas isu ke arah kepentingan sosial kemasyarakatan. Perempuan

inilah yang membutuhkan energi lebih untuk berjalan setara dengan laki-laki

pada budaya patriarki yang sangat melekat.

Keempat, perempuan membuat perbedaan. Di Indonesia khususnya

berupaya untuk meningkatkan jumlah perempuan dalam politik. Itulah

mengapa diperlukan adanya affirmative action dalam kuota 30% yaitu untuk

meningkatkan jumlah perempuan di dalam partisipasi politik. Adanya

keterwakilan perempuan dapat memberikan warna bagi lembaga perwakilan

rakyat dengan memulai menggerakkan agenda-agenda seperti pemberantasan

korupsi, penguatan partisipasi rakyat, hingga memperjuangkan kesetaraan

yang terutama. Dengan demikian, kehadiran perempuan dapat memberikan

perbedaan dan perubahan yang nyata.

Kelima, perempuan menjadi simbolik, yang artinya, perempuan

menjadi panutan dalam motivasi atau acuan yang memberi aspirasi dan

pemberi semangat bagi perempuan lain.

Jadi, dalam mewujudkan Affirmative Action dalam bentuk sistem kuota

pada pemilu mendatang adalah dengan memperbaiki sistem politik dengan

menghapuskan segala bentuk persepsi terhadap perempuan bahwa hanya

pantas menjadi ibu rumah tangga, mengasuh anak, apalagi berkecimpung di

dunia politik. Pemikiran tersebut sangatlah membatasi peluang perempuan

untuk berperan aktif dan berpartisipasi di politik yang selama ini didominasi

oleh kaum laki-laki. Melalui Affirmative Action dengan sistem kuota paling

Page 31: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

46

sedikit 30% keterwakilan perempuan memungkinkan banyak perempuan

yang masuk ke ranah politik. Salah satunya adalah dengan menyambut dan

meningkatkan kapasitas kemampuan perempuan agar lebih berperan dalam

membuat kebijakan, terutama yang menyangkut hak-hak perempuan.

Tindakan afirmasi belum terlaksana dengan maksimal karena partai masih

memahami bahwa kebijakan tersebut hanya sebatas aspek administratif untuk

memenuhi kebutuhan undang-undang.

Konvensi tentang hak-hak politik perempuan berkeinginan untuk

melakukan prinsip persamaan hak laki-laki dan perempuan yang dicantumkan

dalam Piagam PBB dan berkeinginan menyamakan status laki-laki dan

perempuan dalam pekerjaan dan pelaksanaan hak-hak politik sesuai dengan

piagam PBB dan DUHAM. Konvensi hak-hak politik perempuan ini

ditetapkan dalam Pasal 1 menyatakan bahwa “Wanita berhak memberikan

suara dalam semua pemilihan atas syarat-syarat yang sama dengan pria, tanpa

diskriminasi apa pun”. Pasal 2 menentukan bahwa “Wanita dapat dipilih

untuk pemilihan pada semua badan yang dipilih secara umum, dibentuk oleh

hukum nasional, atas syarat-syarat yang sama dengan pria, tanpa diskriminasi

apa pun”. Pasal 3 selanjutnya mengatur bahwa “Wanita berhak memegang

jabatan pemerintah dan melaksanakan semua fungsi pemerintah, yang

dibentuk oleh hukum nasional atas syarat-syarat yang sama dengan pria,

tanpa diskriminasi apa pun”.35

Melihat pada negara lain, sebagai contoh negara-negara Skandinavia

meliputi Denmark, Norwegia, dan Swedia yang berhubungan dengan

35 Peter Baehr, et.al., Instrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi Manusia (terjemahan), Obor,

Jakarta, 2001, h. 1049.

Page 32: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

47

perwakilan perempuan dalam politik. Negara-negara Skandinavia terkenal

dalam ranah politik yang representasi perempuan tertinggi. Berbagai

peraturan yang menetapkan Affirmative Action dimaksudkan untuk mengatasi

masalah rendahnya representasi dalam mengambil keputusan. Demi

terciptanya hasil yang efektif, penerapan program tindakan tegas dan

penetapan kuota juga harus diiringi oleh jadwal yang pasti dan sasaran yang

jelas.36

Perlindungan dan jaminan hak asasi manusia dilakukan sesuai keadaan

warga negara yang pada kenyataannya terdapat perbedaan kemampuan untuk

mengakses perlindungan dan pemenuhan hak yang diberikan oleh negara

yang dilakukan tanpa memperhatikan perbedaan tertentu justru

mempertahankan ketimpangan atau bahkan semakin menjauhkan perbedaan

yang terjadi antara laki-laki dan perempuan.

Perempuan memang mempunyai peran penting dalam keluarga,

namun bukan hanya keluarga saja akan tetapi perempuan dapat berperan

penting dalam perubahan dunia. Seperti tokoh-tokoh perempuan yang

berhasil menjadi pemimpin yang jauh lebih baik dan juga disegani baik

masyarakat maupun dunia antara lain:

1. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri

Lebih dikenal dengan nama Megawati Soekarnoputri yang lahir di

Yogyakarta pada tanggal 23 Januari 1947 yang merupakan Presiden

Kelima pada tahun 2001 hingga tahun 2004 yang merupakan presiden

perempuan pertama di Indonesia dan anak kedua dari presiden pertama

36 India adalah contoh negara yang dipandang berhasil mencapai target 33% kursi di lembaga

legislatif distrik (panchayati raj) setelah diberlakukannya amandemen nomor 74 terhadap

Konstitusi 1989.

Page 33: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

48

Indonesia yaitu Soekarno.37 Megawati merupakan orang yang tergolong

baru dalam dunia politik namun sangat pesat dalam perkembangan

karirnya di politik dalam menjadi anggota DPR RI. Tahun 1993 Megawai

terpilih menjadi Ketua Umum PDI. Pemilu tahun 1999-2001, PDI

Perjuangan berhasil memenangkan pemilu dengan berhasil meraih tiga

puluh persen suara. Megawati tidak harus menunggu lima tahun untuk

menggatikan presiden Abdurrahman Wahid, tahun 2001 resmi dilantik

sebagai presiden. Terpilihnya Megawati disambut oleh kalangan luas

terutama “wong cilik” sebagai pemberi harapan bagi rakyat masa

depan.38 Namun pada putaran kedua, Megawati kalah suara dengan

Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilu presiden 2004. Pada tahun

2014, Megawati dan PDIP menunjuk Joko Widodo untuk maju pemilu

presiden periode 2014-2019. Pada Rakernas IV PDIP 2014 di Semarang,

Megawati kembali ditunjuk kembali sebagai Ketua Umum PDIP periode

2015-2020.

2. Kristiani Herrawati

Lebih dikenal dengan nama Ani Yudhoyono merupakan istri dari

Presiden Indonesia keenam Susilo Bambang Yudhoyono. Lahir di

Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1952. Ani Yudhoyono selalu

mendampingi suami tercinta ke panggung politik. Tahun 2004 Susilo

Bambang Yudhoyono terpilih menjadi Presiden Indonesia pertama yang

langsung dipilih oleh rakyat untuk periode 2004-2009 dan periode kedua

37 Kristitin Wahyuni, Masa Kepresidenan Megawati SoekarnoPutri Periode Tahun 2001-2004,

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2008, h. 1. 38 Ibid., h. 4.

Page 34: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

49

2009-2014. Ani Yudhoyono sangat aktif berperan dalam berbagai

organisasi seperti Pelindung Nasional Women Internasional Club (WIC),

Pelindung Utama Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan

lain-lain.39

3. Najwa Shihab

Akrab di panggil Nana lahir di Makasar, 16 September 1977. Najwa

adalah seorang pembawa acara di stasiun televise Metro TV yang

merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2000.40

Tahun 2006 Najwa diangkat menjadi jurnalis terbaik Metro TV dan

masuk dalam nominasi Panasonic awards. Najwa merupakan sosok

perempuan yang mempunyai komunikasi yang sangat baik, dan juga

mempunyai tatap mata yang sangat intens namun tidak mengintimidasi

yaitu dengan acara “Mata Najwa dan dengan konsep debat yang luar

biasa terlebih dari pangung politik dengan narasumber-narasumber yang

sangat hebat antara lain: Joko Widodo, Susilo Bambang Yudhoyono, B.J.

Habibie, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Boediono, Prabowo

Subianto, dan hampir semua tokoh politik pernah ia wawancarai.

4. Susi Pujiastuti

Susi Pujiastuti merupakan menteri kelautan dan perikanan di Indonesia

pada masa presiden Joko Widodo yang secara langsung memilihnya pada

26 Oktober2014. Walaupun hanya lulusan SMP, namun dengan karakter

yang tegas dan berani mampu mengambil tindakan heroik dengan

39 https://aniyudhoyono.or,id/profile.php 40 Syaira Arlizar Ritonga, Analisis Toko (Najwa Shihab) Berdasarkan Teori Komunikasi

Antarpribadi, magister Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara SIimbolika, vol. 3, tanggal 2

Oktober 2017, h. 72.

Page 35: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

50

peledakan kapal-kapal illegal dari negara lain yang memancing di

perairan Indonesia.41

5. Rustiningsih

Rustiningsih merupakan politikus yang pernah menjabat sebagai wakil

gubernur Jawa Tengah periode 2008-2013 yang sebelumnya menjabat

sebagai Bupati Kebumen ke-28 untuk dua periode 2000-2005 dan 2005-

2010, namun pada periode kedua tidak terselesaikan karena terpilih

menjadi wakil gubernur Jawa Tengah, mendampingi Bibit Waluyo tahun

2008.42 Awalnya Rustiningsih merupakan deklarator dari organisasi

masyarakat bersama Surya Paloh tahun 2012 yang akhirnya menjadi partai

yang membesarkannya yaitu PDI Perjuangan.

Selain itu, adapun tokoh-tokoh perempuan dari luar negeri antara lain:

1. Angela Merkel

Angela Merkel merupakan Kanselir Jerman sejak tahun 2005 dan Ketua

Persatuan Demokrat Kristen (CDU) sejak tahun 2000. Merkel sempat

menjadi juru bicara untuk cabinet Jerman Timur yang terpilih secara

demokratis pertama kalinya tahun 1990. Kemudian Merkel diangkat

sebagai Menteri Perempuan dan Pemuda tahun 1991, lalu Menteri

Lingkungan tahun 1994. Merkel mengalami gejolak politik sejak kecil saat

konflik Jerman timur, perang dingin dan paham komunis yang mendorong

Merkel berpikir dan bertindak menurut naluri politik. Merkel adalah

41 Stevani dan Widiyatmoko, Kepribadian dan Komunikasi Susi Pudjiastuti Dalam Membentuk

PersonalBranding, Jurnal Komunikasi, Vol 9 No.1, Juli 2017 h. 69-73. 42 Kang Juki, Artikel Pilgub Jateng; Jalan Terjal Bagi Rustiningsih, tanggal 3 Januari 2018, pukul

01.28, tanpa halaman.

Page 36: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

51

perempuan yang mempunyai berbagai kelebihan di segala bidang dan

menjadi seorang pemimpin yang sangat disegani.43

2. Mother Theresa

Lahir di Uskub, kerajaan Ottoman tanggal 26 Agustus 1910 adalah

seorang biarawati Katolik Roma keturunan Albania dan kewarganegaraan

India yang selama 47 tahun melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan

sekarat. Pada tahun 1970an, Theresa terkenal di dunia internasional untuk

pekerjaan kemanusiaan dan advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak

berdaya sehingga Theresa menerima penghargaan Perdamaian Nobel tahu

1979 dan Ia merupakan sosok perempuan yang paling dikagumi dalam

sejarah.44

3. Margaret Thatcher

Perdana menteri wanita pertama di Inggris. Margaret Thatcher merupakan

sosok yang tegas dan bertangan dingin. Dalam kondisi ekonomi yang

buruk, Thatcher berhasil membawa Inggris bangkit di masa sulitnya.

Tahun 1950 Margaret Thatcher mencalonkan diri sebagai anggota

parlemen dan dua kali gagal, namun untuk yang ketiga ia berhasil

menduduki banyak posisi strategis di pemerintahan Harold McMillan.

Thatcher pernah menempati posisi menteri pendidikan.thatcher merupakan

politisi yang siap dan berani.45

43 Makalah Choirun Nafik, Sang Kanselir Jerman (Studi Kasus: Angela Merkel), Program Studi

Ekonomi, STIE Yadika Bangil, 2016, h. 4. 44 Ibid., h. 10. 45 https;//www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/internasional/read/2018/04/11/biografi-tokoh-

dunia-margaret-thatcher-si-iron-lady

Page 37: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

52

4. Gloria Macapagal Arroyo

Presiden wanita pertama Filipina yang memenangkan dua kali pemilihan

presiden. Sebagai presiden, Gloria menunjukan bahwa masyarakat Filipina

menyukai pemimpin berdasarkan kedekatan secara ketokohan, dan

memiliki sumber daya ekonomi yang kuat. Walaupun sering mendapat

perlawanan dalam membantu perubahan Filipina terutama dalam

pandangan politik.46

C. Analisa

Dalam rangka menjawab rumusan masalah, maka Penulis akan

menjelaskan tentang pengaturan hukum tentang Affirmative Action terhadap

hak perempuan untuk berpartisipasi dalam politik. Pengaturan hukum ini

bersifat nasional dan internasional

1. Peraturan hukum yang melindungi hak politik perempuan dalam hukum

nasional

a. UUD 1945

Sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea 1,

pada anak kalimat Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, maka

menurut Penulis pernyataan tersebut dapat ditafsirkan bahwa hal ini

berkaitan juga dengan kemerdekaan bagi kaum perempuan untuk

memenuhi hak dan partisipasi politiknya dalam rangka peradaban

suatu bangsa

46 Jurnal Independence, Politik Dinasti Dalam Pemilihan Presiden Di Filipina Tahun 2001-2011,

Vol.1, No. 3, September-Desember, 2013, h. 227.

Page 38: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

53

Pada Alinea IV Pembukaan UUD 1945: “… Pemerintah Negara

Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan

perdamaian abadi dan keadilan sosial.…” Pada pasal ini disebutkan

bahwa tujuan nasional Indonesia antara lain ialah melindungi

segenap bangsa Indonesia. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa

hak politik perempuan juga harus dilindungi.

Dalam Pasal 27 Ayat (1) Undang- Undang Dasar 1945 menyatakan

tentang persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

baik itu laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini ketika

perempuan mempunyai keinginan dan mampu untuk melangkah

maju, maka dari kedudukan dalam hukum dan permerintahan dapat

disetarakan dengan laki-laki melalui langkah Affirmative Action.

Bahwa pada dasarnya perempuan dan laki-laki mempunyai hak

yang sama yaitu termasuk dalam lingkup politik. Secara umum

urusan dan kepentingan hak asasi manusia di Indonesia diatur

dalam Pasal 28 UUD 1945, Pasal 28C Ayat (2) “setiap orang

berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya

secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara”

dalam hal ini kedudukan perempuan secara kolektif perlu

dilindungi haknya dengan prinsip Affirmative Action. Akomodasi

Page 39: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

54

dalam bentuk 30% kuota bagi perempuan misalnya adalah bagian

dari hak kolektif tersebut.

Pasal 28D Ayat (3) menyatakan bahwa “Setiap warga negara

berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”.

Dalam hal ini harus ditegaskan bahwa kaum perempuan Indonesia

adalah bagian dari integral dari bagian Indonesia sehinggal juga

harus memiliki hak politik.

Pasal 28E Ayat (3) menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas

kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat”.

Pasal ini sesungguhnya berkaitan langsung dengan hak berpolitik,

termasuk untuk kaum perempuan atau untuk melindungi kaum

perempuan, karena menyangkut hak berserikat, berkumpul, dan

mengeluarkan pendapat.

Dalam Pasal 28H Ayat (2) UUD 1945 menyatakan “Setiap orang

berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai

persamaan dan keadilan”. Dalam hal ini perlakuan khusus yang

dimaksud mengandung makna yang sama dengan Affirmative

Action yaitu adanya tindakan atau perlakuan khusus dalam bentuk

kepastian hukum berupa pemberian persentasi tertentu bagi kaum

perempuan untuk berpartisipasi dalam politik. Salah satu warga

negara yang karena kondisinya membutuhkan perlakuan khusus

adalah perempuan. Tanpa adanya perlakuan khusus, perempuan

tidak akan dapat mengakses perlindungan dan pemenuhan hak

Page 40: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

55

konstitusionalnya karena perbedaan dan pembedaan dari struktur

masyarakat yang patriarkis. Terlebih dalam pasal ini dapat menjadi

jaminan secara konstitusional untuk mencapai persamaan dan

keadilan bagi perempuan tanpa adanya diskriminasi dengan

perlakuan khusus tersebut.

Pasal 28I Ayat (2) menyatakan bahwa “Setiap orang bebas dari

perlakuan yang diskriminatif atas dasar apapun dan berhak

mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat

diskriminatif itu”. Dalam hal ini makna Affirmative Action adalah

suatu diskriminasi positif yang berarti langkah khusus guna

tercapainya keadilan dan kesetaraan hingga kesenjangan sosial

dapat teratasi. Kesenjangan sosial yang dimaksud adalah jangan

sampai terjadi diskriminasi negatif berupa pembiaran atau

ketiadaan akomodasi perlindungan hukum terhadap hak politik

perempuan.

Pasal 28J Ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap orang wajib

menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. Pasal ini dapat

ditafsirkan perlunya penghormatan oleh siapapun terhadap hak

politik perempuan.

Berdasarkan keseluruhan pasal diatas, maka perlakuan khusus yang

dimaksud dapat ditafsirkan berupa adanya Affirmative Action

terhadap hak perempuan untuk berpartisipasi dalam politik.

Page 41: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

56

b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap

manusia sejak lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat

diganggu gugat oleh siapapun. Pada Pasal 1 angka (3) Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

disebutkan bahwa: “Diskriminasi adalah setiap pembatasan,

pelecehan, atau pun pengucilan yang langsung atau pun tidak

langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama,

suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi,

jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat

pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan,

pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan

dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam

bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek

kehidupan lainnya”. Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1 angka

3 tentang pengertian diskriminasi, maka perempuan tidak boleh di

diskriminasi sebab pasal tersebut mengatur bahwa semua warga

negara mempunyai hak yang sama tanpa melihat jenis kelamin.

Pasal 3 Ayat (3) menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas

perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia,

tanpa diskriminasi”. Istilah setiap orang perlu dipastikan secara

hukum yang dimaksud adalah kaum perempuan dalam hal ini

perempuan tidak boleh di diskriminasi secara politik.

Page 42: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

57

Dalam pasal 46 disebutkan bahwa “Sistem pemilihan umum,

kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif, dan sistem

pengangkatan di bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin

keterwakilan wanita sesuai pernyataan yang ditentukan”.

Berdasarkan pasal tersebut penulis berpandangan bahwa

perempuan harus mendapatkan hak dalam kesempatan dan

kedudukan yang sama untuk melaksanakan peranannya dalam

bidang eksekutif, yudikatif, legislatif, kepartaian, dan pemilihan

umum menuju keadilan dan kesetaraan gender dan kemanfaatan

bagi masyarakat secara keseluruhan. Penggolongan hak asasi salah

satunya adalah hak asasi politik, yaitu berhubungan dengan

kehidupan politik, baik dalam mengeluarkan pendapat, ikut serta

dalam pemilu dan berorganisasi.

c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentng Pemilihan Umum

Undang-undang ini belum mengatur mengenai keterwakilan

perempuan dalam penyelenggaraan pemilu. Oleh karena itu,

Affirmative Action dalam undang-undang ini belum terwadahi baik

mengenai pencalonan maupun persentase kuota.

d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Pasal 65 Ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap partai politik peserta

pemilu “dapat” mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi

dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan

Page 43: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

58

“memperhatikan” keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya

30%.” Kata “dapat” dalam pasal 65 Ayat (1) dalam hal ini

keterwakilan perempuan bukan keharusan tetapi diharapkan adanya

partisipasi politik perempuan yang lebih jelas, dan kata

“memperhatikan” adalah kata yang sangat penting sebagaimana

sering disebutkan dalam konsideran atau bagian pertimbangan dari

suatu peraturan perundang-undangan, karena istilah memperhatikan

perlu dipahami sebagai langkah maju untuk mendorong perlakuan

yang lebih konkrit terhadap hak politik perempuan.

e. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-Undang ini telah memakai Affirmative Action dalam

memilih dan dipilih pada penentuan calon anggota legislatif untuk

perempuan. Mengenai sistem keterwakilan perempuan menurut

Pasal 53 berbunyi: “Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 52 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus)

keterwakilan perempuan”. Angka 30% yang ditegaskan dalam

pasal tersebut sudah menunjukkan adanya pengaturan hukum

mengenai Affirmative Action untuk pemenuhan hak politik

perempuan.

Menurut Pasal 55 Ayat (2) menyatakan secara tegas bahwa: “Di

dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1

Page 44: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

59

(satu) orang perempuan bakal calon”. Berdasarkan pasal tersebut

maka penulis beranggapan bahwa sudah ada Affirmative Action

bagi kaum perempuan karena telah ditegaskan dari tiga bakal calon

harus ada 1 orang perempuan.

f. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Pasal 55 menyatakan bahwa “Syarat bakal calon anggota DPR,

DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota sesuai Pasal 53

memuat paling sedikit 30% keterwakilan perempuan.” Sesuai

dengan bunyi pasal tersebut, maka pengaturan hukum dalam hak

politik perempuan sudah dilakukan secara khusus berupa 30%

dengan demikian tampak perlakuan khusus dalam affirmative

action. Adanya sistem zipper dengan menyertakan setiap tiga bakal

calon perempuan dan minimal satu orang pada posisi nomor urut 1,

2, atau 3.

g. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Pemerintah memberikan jaminan hukum dalam bentuk tindakan

khusus yang termuat dalam Pasal 245 berbunyi “Dalam daftar

bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 243 memuat

keterwakilan perempuan paling sedikit 30% (tiga puluh persen)”.

Daftar bakal calon yang dimaksud adalah anggota DPR, DPRD

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yang berdasarkan ketentuan

memuat keterwakilan perempuan paling sedikit 30%. Berdasarkan

Page 45: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

60

pasal ini maka sudah tampak pula perlakuan khusus bagi

perempuan dalam Affirmative Action.

Di dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada Pasal 246

ayat (2) berbunyi: “Di dalam daftar bakal calon sebagaimana

dimaksud ayat (1), setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat paling

sedikit 1 (satu) orang perempuan bakal calon.”

Sebagaimana telah ditegaskan dalam pasal tersebut maka

penyertaan perempuan paling sedikit 1 orang perempuan dari 3

calon. Apabila telah terpenuhinya keterwakilan perempuan paling

sedikit 30%, maka sesuai dengan Pasal 248 yang menyatakan:

“KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran

dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPR dan

verifikasi terhadap terpenuhinya keterwakilan perempuan paling

sedikit 30%”.

Dapat diketahui bahwa KPU akan melakukan verifikasi apabila

keterwakilan perempuan memenuhi kuota 30%. Namun apabila

keterwakilan perempuan tidak memuat paling sedikit 30%, maka

KPU memberikan kesempatan bagi partai politik untuk

memperbaiki daftar calon tersebut sesuai Pasal 249 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Penerapan Affirmative Action dalam Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2017 merupakan tindakan yang dapat mendukung perolehan

suara bagi keterwakilan perempuan. Dengan adanya undang-

undang ini dapat dikatakan tindakan yang nyata dalam

Page 46: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

61

memperjuangkan hak perempuan terutama dalam hal keterwakilan

perempuan dalam politik.

2. Peraturan hukum yang melindungi hak politik perempuan dalam hukum

internasional

a. Piagam PBB

Piagam PBB yang menjadi instrument hukum internasional ini

menyebutkan tentang persamaan hak antara laki-laki dan

perempuan. Dalam piagam itu tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa

diatur dalam Pasal 1, yang berkaitan dengan pokok bahasan skripsi

ini adalah tujuan PBB yang ke empat sebagaimana disebutkan

Pasal 1 Ayat (4) yang menyatakan bahwa “Mencapai kerjasama

internasional dalam memecahkan masalah internasional di bidang

karakter ekonomi, sosial, budaya, atau kemanusiaan, dan dalam

memajukan dan mendorong penghormatan hak asasi manusia dan

kebebasan dasar bagi semua tanpa membedakan ras, jenis kelamin,

bahasa, atau agama”. Sebagaimana disebutkan di atas, maka

rumusan “…mendorong…tanpa membedakan…jenis kelamin…”.,

dapat diartikan sebagai dasar hukum untuk melindungi secara

hukum hak politik perempuan.

b. Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal

Hak Asasi Manusia (DUHAM)

Dengan tujuan menjunjung tinggi dan melindungi hak kemanusiaan

tanpa membedakan suku, ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,

Page 47: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

62

agama, atau bahkan politik tanpa terkecuali apapun atas dasar

perlindungan terhadap perempuan kini hadir berbagai instrument

hak asasi manusia di segala aspek kehidupan.

Pasal 1 menyatakan bahwa “Semua orang dilahirkan merdeka dan

mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai

akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam

persaudaraan”. Dengan demikian Pasal 1 mengartikan bahwa

perempuan dan laki-laki membpunyai hak yang sama termasuk

dalam bidang politik.

Pasal 2 menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas semua hak

dan kebasan-kebebasan yang tercantum di dalam deklarasi ini

dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras,

warna kulit, jenis kelamin, Bahasa, agama, politik atau pandangan

lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik,

kelahiran ataupun kedudukan lain”. Sebagaimana dalam pasal 2

DUHAM maka perempuan mempunyai hak politik yaitu untuk

dipilih dalam pemilihan umum tanpa membedakan jenis kelamin.

Hal ini menegaskan bahwa ini menunjukan Affirmative Action.

Pasal 7 selanjutnya mengatur bahwa “Semua orang sama di depan

hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa

diskriminasi…” Istilah yang ada di dalam pasal 7 DUHAM maka

perempuan mempunyai hak yang sama di dalam hukum tanpa

adanya perslakuan yang mendiskriminasi.

Page 48: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

63

c. Convention on the Elimination of All Form of Discrimination

Againts Women (CEDAW)

Pasal 4 ayat (1) Konvensi CEDAW menyebutkan bahwa tindakan

afirmasi (Affirmative Action), yaitu tindakan yang dilakukan untuk

mencapai kesetaraan dalam kesempatan dan perlakuan bagi

perempuan dan laki-laki yang sekarang ini dianjurkan oleh Komite

CEDAW dengan istilah tindakan khusus sementara. Konvensi

mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap

perempuan dikenal dengan nama Convention on the Elimination of

All Form of Discrimination Againts Women (CEDAW) bertujuan

untuk menciptakan pemenuhan dan perlindungan hak asasi

perempan dari segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.

Kovensi CEDAW menekankan pada kesetaraan dan keadilan

antara perempuan dan laki-laki, yaitu dalam hak, kesetaraan dalam

kesempatan dan akses serta persamaan hak untuk menikmati

manfaat di segala kegiatan. Pasal 4 CEDAW, menyatakan bahwa:

tindakan affirmatif adalah langkah-langkah khusus sementara yang

dilakukan untuk mencapai persamaan kesempatan dan perlakuan

antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan ketentuan hukum

pasal 4 CEDAW ini maka isu hukum tentang hak politik

perempuan sangat jelas ditegaskan misalnya melalui kata-kata:

langkah khusus, untuk mencapai persamaan dan perlakuan, antara

laki-laki dan perempuan.

Page 49: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

64

Khusus untuk hak politik diatur dalam pasal 7 dan pasal 8. Pasal 7

mewajibkan penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, atas

dasar persamaan dengan laki-laki untuk memilih dan dipilih;

berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah dan

implementasinya, memegang jabatan dalam pemerintahan dan

melaksanakan segala fungsi pemerintahan di semua tingkat; dan

berpartisipasi dalam organisasi-organisasi dan perkumpulan-

perkumpulan non-pemerintah yang berhubungan dengan kehidupan

politik dan publik. Sebagaimana dalam pasal 7, perempuan

mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam politik baik

dipilih dan memilih.

Pasal 8 CEDAW menyatakan bahwa “Negara wajib menjamin

perempuan berdasarkan persyaratan yang sama dengan laki-laki

dan tanpa diskriminasi mendapat kesempatan untuk mewakili

pemerintah mereka pada tingkat internasional dan berpartisipasi

dalam pekerjaan organisasi-organisasi internasional”. Sehubungan

dengan pasal 8 CEDAW, perempuan mempunyai hak yang sama

dengan laki-laki termasuk dalam hak politik baik di tingkat

nasional maupun internasional tanpa adanya sifat yang

mendominasi antara kaum laki-laki dan perempuan. Dengan istilah

persyaratan, apabila dalam hal ini belum diatur dengan hukum

internasional maka dibutuhkan Affirmative Action.

Pada bagian akhir analisa ini penulis berpandangan bahwa

ketentuan hukum nasional lebih tajam daripada konvensi internasional

Page 50: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS€¦ · kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan ... Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka

65

dalam mengatur mengenai keterwakilan perempuan dalam partisipasi

politik. Namun melihat dari undang-undang pada tahun sebelumnya

memang belum secara lengkap mengatur mengenai Affirmative Action.

Akan tetapi pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum telah tertuang pengaturan hukum yang tegas mengatur mengenai

paling sedikit 30% keterwakilan perempuan, hal ini sangatlah penting

terutama dalam meningkatkan keterwakilan perempuan.

Dalam rangka menyemangati dan mendorong partisipasi

perempuan dalam aplikasi hak politiknya maka perlu ditegaskan kembali

contoh tentang kiprah perpolitikan dari beberapa tokoh sebagaimana telah

disebutkan dalam hasil penelitian walaupun tidak seluruh tokoh perempuan

itu baik di tingkat nasional maupun internasional berkiprah dalam bidang

legislatif tetapi dengan mengenal sejarah dan peran senyatanya dari

keterlibatan mereka dalam aplikasi hak politik perempuan maka hal ini

sangatlah bermanfaat.