BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.ung.ac.id/5712/5/2012-1-13201-811408070-bab2... · tidak berbau pada...

23
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Air 2.1.1 Definisi Air Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 416 tahun 1990, bahwa : “air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak”. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air merupakan satu satunya zat yang secara alami terdapat dipermukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H20 : satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008 dalam Putra, ). Air merupakan salah satu kebutuhan esensial manusia yang kedua setelah udara untuk keperluan hidupnya. Manusia hanya bisa bertahan hidup selama kurang lebih tiga hari tanpa air. Untuk menciptakan suatu lingkungan hidup manusia yang bersih dan sehat tanpa persediaan air bersih yang cukup, mustahil akan tercapai (Daud, 1999 dalam Radjab). Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan tapi masih memungkinkan mangandung mikroorganisme dan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan oleh

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.ung.ac.id/5712/5/2012-1-13201-811408070-bab2... · tidak berbau pada...

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Air

2.1.1 Definisi Air

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 416 tahun

1990, bahwa : “air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak”.

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air

merupakan satu – satunya zat yang secara alami terdapat dipermukaan bumi

dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia

H20 : satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008 dalam Putra, ).

Air merupakan salah satu kebutuhan esensial manusia yang kedua setelah

udara untuk keperluan hidupnya. Manusia hanya bisa bertahan hidup selama

kurang lebih tiga hari tanpa air. Untuk menciptakan suatu lingkungan hidup

manusia yang bersih dan sehat tanpa persediaan air bersih yang cukup, mustahil

akan tercapai (Daud, 1999 dalam Radjab).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan tapi masih memungkinkan mangandung

mikroorganisme dan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan oleh

karena itu masih perlu ada pengolahan lebih lanjut sepeti terlebih dahulu dimasak

sebelum diminum (Daud, 2011).

Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu

baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam

melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.

Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air

minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung

logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia,

terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia

coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air

hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan

dengan cara ini.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1991 mendefenisikan air

bersih sebagai berikut :

a. Dipandang dari sudut ilmiah, air bersih adalah air yang telah bebas dari

mineral, bahan kimia jasad renik

b. Dipandang dari sudut program, air bersih adalah air yang digunakan untuk

keperluan rumah tangga dan dapat diminum setelah masak.

2.1.2 Sumber Air

Menurut Sutrisno, dkk. ( 2002 ) sumber – sumber air adalah sebagai berikut

yaitu :

1. Air Tanah, yang terdiri dari :

a. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan

tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh

musim dan kualitas/kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.

b. Air tanah dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur

akan tetahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan

jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam – garam yang terlarut)

karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur – unsur kimia tertentu untuk

masing – masing lapisan tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan.

c. Air tanah dalam

Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam

hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnyasehingga dalam

suatu kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapis air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar dan dalam

keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis. Jika air tak dapat keluar

dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air

tanah dalam ini.

2. Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air

permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh

lumpur, batang – batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan sebgainya.

Air permukaan ada 2 macam, yaitu :

a) Air Sungai

b) Air Rawa/danau

3. Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl

dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk

air minum.

4. Air atmosfir

Dalam keadaan murni, sangat bersih, Karena dengan adanya pengotoran

udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya.

Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada

waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena

masih mengandung banyak kotoran.

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Air

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 173/Menkes/VII/77

Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat ke dalam air yang

mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat mengganggu

atau membahayakan kesehatan masyarakat (Mukono, 2006 : 18). Pencemaran air

terjadi bila beberapa bahan atau kondisi (misalnya panas) yang dapat

menyebabkan penurunan kualitas badan air sehingga tidak memenuhi baku mutu

atau tidak dapat digunakan untuk keperluan tertentu (Soegianto, 2005).

Mukono ( 2000 ) mengemukakan bahwa faktor – faktor yang

mempengaruhi pencemaran air adalah sebagai berikut :

1. Mikroorganisme

Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme

patogendan non pathogen didalamnya. Danau/sungai yang

terkontaminasi/tercemar mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari

air yang bersih. Air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik

yang tinggi sehingga pada umunya banyak mengandung mikroorganisme

heterotropik.

2. Curah Hujan

Curah hujan disuatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam

rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan

didalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim

dapat lebih mengencerkan air yang tercemar.

3. Kecepatan Aliran Air (Stream Flow)

Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat

memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan

dalam air akan lebih cepat terdispensi.

4. Kualitas Tanah

Kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air, ini

berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air. Beberapa

sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pestisida, herbisida,

logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar – besaran.

2.1.4 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia

Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat

pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar

73% dari bagian tubuh. Air di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut

dan pelarut bahan-bahan makanan yang penting bagi tubuh. Sehingga untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia berupaya mendapatkan air

yang cukup bagi dirinya.

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira – kira 60 – 70% dari berat

badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang

jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira – kira

memerlukan air 2.200 gram setiap harinya (Sutrisno, 2002).

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,

metabolisme, mengangkut zat – zat makanan dalam tubuh, mengatur

keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila

tubuh kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. Sebagai

contoh, penderita penyakit kolera (Sutrisno, 2010).

Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air,

kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air adalah

ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau

harus ada dan atau unsure pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.

Untuk memenuhi hal tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian kualitas

(mutu) air berdasarkan parameter – parameter tertentu dan metode tertentu (Mulia,

2005).

2.2 Kualitas Air

2.2.1 Standar Kualitas Air

Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari

berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur

yang tercantum didalam standard kualitas, dengan demikian dapat diketahui syarat

kualitasnya, dengan kata lain standard kualitas dapat digunakan sebagai tolak

ukur.

Standard kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan

berdasarkan Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990 yang biasanya

dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan–

persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan

kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika.

Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan

mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh

landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih.

Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air

bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak

berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan

sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak

terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung

beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah

warna, rasa, bau, dan kejernihan air (Azwar, 1990 dalam Putra).

2.2.2 Syarat – syarat kualitas air

1. Syarat Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/per/IX/1990, menyatakan

bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari - hari

adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun

air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak

berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik

ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :

1) Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air

tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya

terutama apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ±

30C suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim

setempat atau jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air.

Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas

banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme, dan virus.

2) Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan

oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme

mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–

bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas

bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Timbulnya rasa yang

menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya bahan kimia yang terlarut, dan

rasa yang menyimpang tersebut umunya sangat dekat dengan baunya karena

pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau yang tidak

normal juga dianggap mempunyai rasa yang tidak normal (Moersidik, 1999).

Untuk standard air bersih sesuai dengan Permenkes RI No.

416/Menkes/per/IX/1990 menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan tidak

berasa.

3) Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak

partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur

dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat,

lumpur, bahan bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang

tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan

dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan

mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan

mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 2002).

Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium

dengan metode Turbidimeter. Untuk standard air bersih ditetapkan oleh

Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan

maksimum 25 NTU (Depkes RI, 1995 dalam Putra).

4) Jumlah Zat Padat Terlarut atau Total Dissolved Solid/TDS

Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid - TDS) adalah bahan – bahan

terlarut (diameter < 10-6

) dan koloid (diameter < 10-6

– 10-3

mm) yang berupa

senyawa – senyawa kimia dan bahan – bahan lain. Bila TDS bertambah maka

kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya

endapan/kerak pada system perpipaan (Mulia, 2005).

2. Syarat Kimia

Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh

zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg),

Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca),

Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia

lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari

hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum

dalam Permenkes RI 416/Menkes/per/IX/1990. Penggunaan air yang mengandung

bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang

diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan

manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa

untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan. pH air yang

dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–9. Air merupakan pelarut yang baik sekali

maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral dapat melarutkan berbagai elemen

kimia yang dilaluinya (Soemirat, 2000 dalam Putra).

3. Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air

angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda

sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang

ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri,

protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan

sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform

bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator

dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat, 2000 dalam Putra).

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990, bakteri Coliform

yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50 MPN.

Untuk lebih jelasnya syarat-syarat air bersih yang tercantum dalam

Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Syarat Kualitas Air Bersih Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 416/Menkes/per/IX/1990

No Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

A.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Fisika

Bau

Jumlah zat padat (TDS)

Kekeruhan

Rasa

Suhu

Warna

-

mg/L

Skala NTU

-

°C

Skala TCU

-

1.500

25

-

Suhu udara ± 3°C

50

B.

a.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kimia

Kimia anorganik

Air raksa

Arsen

Besi

Flourida

Cadmium

Kesadahan CaCo3

Khlorida

Kromium valensi 6

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

0,001

0,05

1,0

1,5

0,005

500

600

0,05

No Parameter Satuan Kadar maksimum

yang

diperbolehkan

Keterangan

9.

10.

11.

12.

b.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

C.

1.

Mangan

Nitrat, sebagai N

Nitrit, sebagai N

pH

Kimia organik

Aldrin dan Dieldrin

Benzene

Benzo(a) pyrene

Chlordane (total

isomer)

Chloroform

2,4 D

DDT

Detergen

1,2 Dichloroethene

1,1 Dichloroethene

Heptachlor epoxide

Hexachlorbenzene

Gamma HCH

Methoxychlor

Pentachlorophenol

Pestisida total

3,4,6

Trichlorephenol

Zat oraganik

Mikrobiologik

Total Coliform

(MPM)

mg/L

mg/L

mg/L

…..

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

Jumlah

per 100

ml

Jumlah

per 100

ml

0,5

10

10

6,5-9,0

0,0007

0,01

0,00001

0,007

0,03

0,10

0,03

0,5

0,01

0,0003

0,003

0,00001

0,004

0,10

0,01

0,10

0,01

10

50

10

Air hujan pH

minimum 5,5

Bukan air

perpiaan

Air perpipaan

Sumber : Pitojo, 2002

2.2.3 Cara Pemeriksaan Kualitas Air

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1991, didalam pemeriksaan air

dikenal dua cara yaitu :

a. pemeriksaan air di lapangan

b. pemeriksaan air di laboratorium

Pemeriksaan air dilapangan dimaksudkan untuk mengadakan pemeriksaan

air di lokasi dimana contoh air itu diambil. Biasanya pemeriksaan air dilapangan

dilakukan untuk parameter fisik.

2.2.4 Indikator Kualitas Bakteriologis Air

Pengukuran kualitas air bersih secara bakteriologis dilakukan dengan

melihat keberadaan organisme golongan coli (Coliform) sebagai indikator.

Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator

adanyapolusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air.Coliform

dibedakan menjadi dua yaituColiformfecal dan Coliformtotal (Anonim, 2003

dalam Yusuf 2011).

Salah satu jenis Coliformfecal yang dijadikan sebagai indikator tercemarnya

air adalah bakteri E. Coli. E. coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan

panjang sekitar 2 mikrometer dan diamater 0.5 mikrometer.Volume sel E. coli

berkisar 0.6-0.7 mikrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada

rentang 20-40 derajat C, optimum pada 37 derajat (Arivin, 2010).

E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis

secara universal dan analisi dengan alasan :

a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia atau

hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja

manusia atau hewan , jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas

kebersihan yang tinggi.

b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensivitasnya tinggi jika

pemeriksaan dilakukan dengan benar.

c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap

berbahaya bagi penggunaan domestik.

d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan

bersama–sama dengan E. coli dalam air tersebut.

Coliform tinja adalah bakteri Gram negatif tidak membentuk spora,tumbuh

pada suasana aerobik atau fakultatif anaerob. Bakteri tersebut hidup diusus

manusia dan hewan berdarah panas, sedangkan di air dapat tahan hidup padasuhu

200 C selama 1 minggu sampai dengan 1 bulan. Adanya Coliform tinja dalam air

adalah berasal dari kontaminasi tinja manusia atau binatang.

Berdasarkan Permenkes No. 416/Menkes/per/IX/1990 tentang Syarat-syarat

dan Pengawasan Kualitas Air bahwa “Kadar maksimum yang diperbolehkan pada

air bersih , MPN (The Most Probable Number) Coliform adalah sebesar 50/100 ml

contoh air untuk air non perpipaan dan 10/100 ml contoh air untuk air perpipaan”

(Pitojo, 2002).

2.3 Sumur Gali

2.3.1 Definisi Sumur Gali

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah

perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan

tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif

dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi

melalui rembesan.

Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia

kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena

lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi

dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi,

misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba.

Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak

terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur (Depkes RI,

1985 dalam Putra).

Sumur gali di Indonesia merupakan cara pengambilan air tanah yang

banyak diterapkan di daerah pedesaan dan perkotaan karena mudah dalam

pembuatannya dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat dengan peralatan yang

sederhana dan biaya yang relatif murah. Disamping itu sumur gali ini pada

umumnya dibuat dengan maksud untuk mengambil air tanah secara bebas, baik

dengan menggunakan keretan maupun timba untuk memenuhi kebutuhan air

minum dan memasak maupun untuk mandi dan mencuci.

Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif

dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi

melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran

manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena

lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi

dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi,

misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba.

Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila

tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur

(Depkes RI, 1985 dalam Putra). Dari segi kesehatan sebenarnya

penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar

diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran

dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan

memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas

kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya

lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar,

lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur

dan kedap air, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) minimal 10 meter dan

permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding)

sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang,

2000).

Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa.

Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur,

bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar (Entjang, 2000).

Untuk mendapatkan sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan,

terutama dalam masyarakat yang bukan pelanggan air PAM, maka harus

memperhatikan dan melindungi sumur gali dari pencemaran dengan membangun

sumur gali yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan.

2.3.2 Syarat – syarat Sumur Gali

Kualitas fisik sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan bagi

penyediaan air bersih adalah sebagai berikut :

1) Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah

jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage

pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada

keadaan serta kemiringan tanah.

a. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

b. Jarak sumur minimal 10 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran

seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya (Marsono,

2009).

2) Dinding Sumur Gali

a) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali

harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut

dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri

dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada

kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata

tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur

(Entjang, 2000).

b) Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen.

Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk

sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah

pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur

sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari

permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air

sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton (Machfoedz, 2004 dalam

Putra).

c) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang

mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang,

2000).

3) Bibir sumur gali

Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain :

a) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm

untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek

keselamatan (Entjang, 2000).

b) Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih

tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah

banjir (Machfoedz, 2004 dalam Putra).

c) Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan

harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini

merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007 dalam

Putra).

4) Lantai Sumur Gali

Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :

a) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari

dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas

permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).

b) Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring

dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira

1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995 dalam Putra).

c) Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz, 2004

dalam Putra).

5) Saluran Pembuangan Air Limbah

SPAL ( Saluran Pembuangan Air Limbah ) adalah perlengkapan

pengelolaan air limbah yang berupa pipa atau pun selainnya yang dipergunakan

untuk membantu air buangan dari sumbernya sampai ke tempat pengelolaan atau

ke tempat pembuangan (Yasrin, 2011).

Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang

(2000) dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya

10 m (Putra, 2011).

Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya

pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil

dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan

untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu

tertutup.

2.4 Kerangka Berpikir

2.4.1 Kerangka Teori

Konstruksi Sumur :

1. Memiliki dinding / cincin

2. Memiliki bibir

3. Memiliki lantai kedap air

4. Memiliki SPAL

5. Jarak dengan sumber

pencemar

Pencemaran

air sumur gali

Konsumsi air

bersih

tercemar

Dampak kesehatan

Akibat konsumsi air

bersih tercemar

Penyakit

Parameter Fisik air

sumur:

1. Warna

2. Rasa dan bau

3. Kekeruhan

4. Suhu

5. TDS

Parameter kimia

(pH, Fe,

Mn, Cd, NO2,dll)

Parameter

Bakteriologis

(Escherchia Coli)

Kulit, diare, dll

2.4.2 Kerangka Konsep

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas/independent dan

variabel terikat/dependent. Variabel bebas adalah konstruksi sumur sedangkan

variabel terikat adalah parameter fisik dan bakteriologi air. Peneliti hanya ingin

mengetahui kualitas fisik dan kandungan bakteriologi air sumur gali berdasarkan

konstruksi sumur yang dilihat dari aspek dinding, bibir sumur, lantai, SPAL, serta

jarak sumur dengan sumber pencemar.

Parameter Fisik air :

1. Warna

2. Rasa dan bau

3. Kekeruhan

4. TDS

Parameter kimia (pH,

Fe,

Mn, Cd, NO2,dll)

Parameter Bakteriologis

(Escherchia Coli)

Konstruksi Sumur :

1. Memiliki dinding dan

bibir

2. Memiliki lantai dan SPAL

kedap air

3. Jarak dengan sumber

pencemar