BAB II KAJIAN TEORITIS A.Pengertian...

23
BAB II KAJIAN TEORITIS A.Pengertian Ziarah Ziarah adalah sengaja untuk bepergian ke suatu tempat.(KBBI).Sedangkan dalam terminologi syar‟i, makna ziarah kubur adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh al Qadli „Iyadl rahimahullah, ziarah kubur adalah mengunjunginya dengan niat mendo‟akan para penghuni kubur serta mengambil pelajaran dari keadaan mereka. Berdasarkan penegertian diatas maka ziarah kubur dapat di definisikan sebagai berikut : Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi akan menyusul menghuni kuburan sehingga, dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah. Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi‟, dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam shahih Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : “Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah”. Di samping itu dapat pula diartikan bahwa ziarah kubur adalah suatu kegiatan atau aktivitas mengunjungi makam dari orang yang telah meninggal dunia baik yang dulu semasa hidupnya di kenal maupun yang tidak kenal. Pada saat berziarah ke kuburan sebaiknya mengikuti tata cara yang baik agar mendatangkan hikmah bagi yang berziarah maupun yang diziarahi. 5

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS A.Pengertian...

5

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.Pengertian Ziarah

Ziarah adalah sengaja untuk bepergian ke suatu tempat.(KBBI).Sedangkan

dalam terminologi syar‟i, makna ziarah kubur adalah sebagaimana yang

dikemukakan oleh al Qadli „Iyadl rahimahullah, ziarah kubur adalah

mengunjunginya dengan niat mendo‟akan para penghuni kubur serta mengambil

pelajaran dari keadaan mereka.

Berdasarkan penegertian diatas maka ziarah kubur dapat di definisikan

sebagai berikut :

Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan

ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi akan

menyusul menghuni kuburan sehingga, dapat lebih mendekatkan diri kepada

Allah. Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau

saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi‟, dan berkali kali beliau saw

melakukannya, demikian diriwayatkan dalam shahih Bukhari dan Muslim, dan

beliau saw bersabda : “Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan,

maka sekarang ziarahlah”. Di samping itu dapat pula diartikan bahwa ziarah

kubur adalah suatu kegiatan atau aktivitas mengunjungi makam dari orang yang

telah meninggal dunia baik yang dulu semasa hidupnya di kenal maupun yang

tidak kenal. Pada saat berziarah ke kuburan sebaiknya mengikuti tata cara yang

baik agar mendatangkan hikmah bagi yang berziarah maupun yang diziarahi.

5

6

1. Pensyariatan Ziarah Kubur

Di awal perkembangan Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh syari‟at.

Pertimbangan akan timbulnya fitnah syrik di tengah-tengah umat menjadi faktor

terlarangnya ziarah kubur di waktu itu. Namun, seiring perkembangan dan

kemajuan Islam, larangan ini dihapus dan syari‟at menganjurkan umat Islam

untuk berziarah kubur agar dapat mengambil pelajaran dari hal tersebut,

diantaranya mengingat kematian yang pasti dan akan segera menjemput, sehingga

hal tersebut dapat melembutkan hati dan senantiasa mengingat kehidupan akhirat

yang akan dijalani kelak. Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :“Dahulu

aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Ziarahilah kubur, sesungguhnya hal

itu dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, dan mengingatkan pada

kehidupan akhirat. (Ingatlah) jangan mengucapkan perkataan yang batil ketika

berziarah kubur.” (HR. Hakim ). http://ikhwanmuslim.com/akidah/ziarah-kubur-

1-defenisi-pensyariatan-hukum-tujuan-dan-jenis-ziarah-kubur di akses tanggal 10

Oktober 2011

2. Hukum Ziarah Kubur

Imam Nawawi sebelumnya menunjukkan secara tegas bahwa ziarah kubur

disyari‟atkan bagi kaum pria. Namun para ulama berselisih pendapat mengenai

hukum ziarah kubur bagi wanita. Terdapat beberapa pendapat dalam masalah ini,

namun secara garis besar pendapat tersebut terbagi menjadi dua kelompok, antara

yang mengharamkan dan membolehkan atau menganjurkan. Pendapat yang kuat

dalam permasalahan ini adalah pendapat yang membolehkan wanita untuk

berziarah kubur, akan tetapi yang patut diingat adalah mereka dilarang sesering

7

mungkin berziarah kubur. Pendapat inilah yang menggabungkan berbagai dalil

yang dikemukakan oleh dua kelompok tersebut. Berikut dalil-dalil yang

menyatakan bolehnya wanita berziarah kubur. Hadits yang berasal dari „Aisyah

radliallahu „anha, dari Abdullah bin Abi Mulaikah, dia berkata, “Pada suatu hari

„Aisyah pulang dari kuburan. Maka aku bertanya padanya, “Wahai Ummul

Mukminin, darimanakah engkau?” Maka beliau menjawab, “Dari kubur

Abdurrahman bin Abi Bakr.” Maka aku menukas, “Bukankah rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam melarang ziarah kubur?” Beliau pun menjawab,

“Benar, namun kemudian beliau memerintahkannya.” (HR. Hakim , Al Baihaqi).

Dalam sebuah hadits yang panjang dan diriwayatkan oleh Muhammad bin

Qais bin Makhramah ibnil Muththallib dari bibinya, Ummul Mukminin, „Aisyah

radliallahu „anha ketika beliau membuntuti nabi shallallahu „alaihi wa sallam yang

mendatangi pekuburan Baqi‟ di suatu malam. Setibanya di rumah, Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam mengatakan kepada „Aisyah bahwa Allah

memerintahkannya untuk mengunjungi penghuni kuburan Baqi‟ dan memintakan

ampunan bagi mereka. Maka „Aisyah kemudian bertanya, “Lalu apa yang akan

aku katakan pada mereka?” Kata beliau, “Ucapkanlah, “Semoga keselamatan

tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin. Semoga Allah

memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami maupun yang

akan menyusul, dan kami insya Allah akan menyusul kalian.” (HR. Muslim).

Persetujuan nabi shallallahu „alaihi wa sallam terhadap perbuatan seorang wanita

yang beliau tegur di sisi kubur. Dari Anas bin Malik radliallahu „anhu berkata,

“Rasulullah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur,

8

kemudian beliau berkata, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!” (HR.

Bukhari).

Sebagai catatan untuk para wanita tidak diperbolehkan untuk sesering

mungkin berziarah kubur, karena hal tersebut akan menghantarkan kepada

perbuatan yang menyelisihi syari‟at seperti berteriak, tabarruj (bersolek di depan

non mahram), menjadikan pekuburan sebagai tempat wisata, membuang-buang

waktu, dan berbagai kemungkaran lain sebagaimana dapat kita saksikan hal

tersebut terjadi di sebagian besar negeri kaum muslimin. Perbuatan inilah yang

dimaksud dalam hadits shahih dari Abu Hurairah radliallahu „anhu,

“Sesungguhnya rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam melaknat wanita yang

sering menziarahi kubur.” (HR. Ibnu Majah). Al Qurthubi rahimahullah

mengatakan, “Laknat yang tercantum dalam hadits tersebut hanyalah

diperuntukkan bagi wanita yang sering berziarah kubur. Kemungkinan penyebab

laknat tersebut dijatuhkan pada mereka adalah karena para wanita tersebut

menyia-nyiakan hak suami (dengan sering keluar rumah), bertabarruj, ratapan dan

perbuatan terlarang yang lainnya. Terdapat pendapat yang menyatakan apabila

seluruh hal tersebut dapat dihindari, maka boleh mmberikan izin kepada wanita

untuk berziarah kubur, karena mengingat kematian merupakan suatu perkara yang

dibutuhkan oleh pria maupun wanita

9

3. Tujuan Pensyariatan Ziarah Kubur

Berbagai hadits dan penjelasan yang telah lewat secara tersurat telah

menunjukkan tujuan pensyariatan ziarah kubur. Tujuan pensyari‟atan ziarah kubur

adalah: Peziarah mengambil manfaat dari ziarah yang dilakukannya, yaitu

mengingat kematian dan merenungkan kondisi mereka yang telah wafat,

memikirkan bahwa tempat kembali mereka adalah menuju ke surga atau neraka.

Hal ini akan melembutkan hati mereka yang keras dan senantiasa memikirkan

perjalanan akhirat yang kelak mereka tempuh. Memberikan manfaat kepada mayit

yang diziarahi dan berbuat baik padanya, yaitu dengan mengucapkan salam,

mendo‟akannya dan memohon ampun baginya apabila dia seorang muslim.

Ummul mukminin „Aisyah pernah bertanya pada nabi shallallahu „alaihi wa

sallam perihal do‟a yang diucapkan jika dirinya berziarah kubur, maka nabi

shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Katakanlah “Semoga keselamatan

tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin. Semoga Allah

memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami maupun yang

akan menyusul, dan kami insya Allah akan menyusul kalian.” (HR. Muslim).

Jika ziarah kubur tersebut dilakukan dengan tujuan selain ini, maka hal

tersebut tidak sesuai dengan hikmah pensyari‟atan ziarah kubur. Persyari‟atan

ziarah kubur serta memuat penjelasan hikmah di balik hal tersebut, yaitu agar

mereka dapat mengambil pelajaran tatkala berziarah kubur. Dalam lafadz hadits

Ibnu Mas‟ud disebutkan hikmah tersebut, yaitu untuk pelajaran, mengingatkan

pada akhirat dan agar peziarah senantiasa berlaku zuhud di dunia. Apabila ziarah

10

kubur dilakukan dengan tujuan selain ini, maka ziarah yang dilakukan tergolong

sebagai perbuatan yang tidak sesuai dengan syari‟at.” Wallahu a‟lam.

4. Jenis Ziarah Kubur

Tidak semua ziarah yang dilakukan oleh kaum muslimin sesuai dengan

syari‟at. Para ulama dalam beberapa kitab telah menerangkan berbagai bentuk tata

cara ziarah kubur yang sesuai dengan tuntunan nabi shallallahu „alaihi wa sallam,

praktek para sahabat dan ulama salaf. Tidak luput, mereka juga menjelaskan

berbagai praktek yang keliru ketika seorang berziarah kubur, tentunya kekeliruan

tersebut timbul disebabkan ketidaktahuan pelakunya. Dengan demikian,

pengategorian praktek ziarah kubur yang dilakukan oleh kaum muslimin adalah

suatu yang niscaya. Sehingga dengan adanya pengategorian tersebut, setiap

muslim mampu mempraktekkan ziarah kubur tanpa perlu diiringi dengan berbagai

kekeliruan. Dari penjelasan para ulama di berbagai kitab mereka, ziarah kubur

terbagi tiga kategori sebagai berikut:

a. Ziarah Syar’iyyah

Ziarah syar‟iyyah adalah ziarah kubur yang sesuai dengan tuntunan nabi

shallallahu „alaihi wa sallam. Mengenai tata cara ziarah kubur yang dilakukan

nabi shallallahu „alaihi wa sallam kami nukilkan perkataan pengarang Zaadul

Ma‟ad (1/507). Mari kita simak perkataan beliau, Ziarah syar‟iyyah adalah ziarah

kubur yang sesuai dengan tuntunan nabi shallallahu „alaihi wa sallam. Mengenai

tata cara ziarah kubur yang dilakukan nabi shallallahu „alaihi wa sallam kami

nukilkan perkataan pengarang Zaadul Ma‟ad (1/507).

11

Mari kita simak perkataan beliau, “Beliau shallallahu „alaihi wa sallam

menziarahi kubur para sahabatnya untuk mendo‟akan dan memintakan ampun

bagi mereka. Inilah praktek ziarah kubur yang beliau tuntunkan dan syari‟atkan

bagi umatnya. Ketika berziarah kubur, beliau memerintahkan umatnya untuk

mengucapkan “Semoga keselamatan tercurah bagimu penghuni kampung

kediaman kaum muslimin dan mukminin. Dan kami insya Allah akan segera

menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah agar mencurahkan keselamatan

kepada kami dan anda sekalian.” (HR. Ibnu Majah nomor 1547 dengan sanad

yang shahih). Demikianlah, tuntunan beliau dalam berziarah kubur serupa dengan

tuntunan beliau tatkala mendo‟akan dan memintakan ampun bagi mayit dalam

shalat jenazah. Akan tetapi hal ini ditentang oleh kaum musyrikin. Mereka justru

berdo‟a (meminta) kepada penghuni kubur, menyekutukan Allah dengannya,

bersumpah kepada Allah atas nama penghuni kubur, meminta kepadanya untuk

memenuhi hajat dan meminta pertolongan serta menyandarkan hati kepadanya

yang kesemuanya itu berkebalikan dengan petunjuk nabi shallallahu „alaihi wa

sallam. Sesungguhnya tuntunan beliau merupakan tauhid dan perbuatan baik bagi

mayit. Sedangkan yang mereka kerjakan adalah kesyirikan dan perbuatan yang

akan merugikan diri mereka serta mayit tersebut. Kondisi mereka tidak terlepas

dari tiga hal, mereka berdo‟a kepada penghuni kubur, atau menjadikannya sebagai

perantara dalam do‟a mereka atau berdo‟a kepada Allah di samping kuburnya

dengan keyakinan perbuatan itu lebih utama dan mustajab ketimbang berdo‟a di

masjid-masjid Allah. Barangsiapa yang merenungkan petunjuk rasulullah

12

shallallahu „alaihi wa sallam dan para sahabatnya, maka perbedaan kedua hal ini

akan nampak jelas baginya. Hanya Allah semata Pemberi taufik.”

b. Ziarah Bid’iyyah

Ziarah bid‟iyyah adalah tata cara ziarah kubur yang menyelisihi

tuntunan nabi shallallahu „alaihi wa sallam karena mengandung berbagai

pelanggaran yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid dan dapat

menghantarkan pada kesyirikan. Diantaranya adalah berziarah ke kubur dengan

tujuan beribadah kepada Allah di sisi kubur, atau bertujuan untuk mendapatkan

berkah (tabarruk/ngalap berkah). Tidak terdapat dalil shahih yang menyatakan

keutamaan beribadah di samping kubur bahkan terdapat dalil shahih yang secara

tegas melarang peribadatan di kuburan.

Ziarah Bid‟iyyah semodel dengan ziarah kubur yang dilakukan oleh

Yahudi, Nasrani dan pelaku bid‟ah yang menjadikan kubur para nabi, orang shalih

sebagai tempat peribadatan. Padahal telah tersebar luas dalam berbagai kitab

Shahih dan lainnya bahwa beliau bersabda, menjelang beliau wafat, “Allah

melaknat Yahudi dan Nasrani karena menjadikan kubur para nabi mereka sebagai

tempat peribadatan”, beliau memperingatkan umat dari perbuatan mereka.

„Aisyah berkata, “Seandainya bukan karena hal tersebut, tentulah beliau akan

dimakamkan di pemakaman umum.

Akan tetapi karena dikhawatirkan kubur beliau dijadikan sebagai tempat

peribadatan (maka beliau di makamkan di dalam rumah, ed).” Beliau

rahimahullah melanjutkan, “Maka yang dimaksud dengan tata cara ziarah

bid‟iyyah adalah seperti bersengaja untuk shalat atau berdo‟a di samping kubur

13

para nabi atau orang shalih, menjadikan penghuni kubur tersebut sebagai

perantara dalam doa, meminta kepada penghuni kubur untuk menunaikan

hajatnya, meminta pertolongan padanya, atau bersumpah kepada Allah dengan

perantaraan penghuni kubur atau yang semisalnya. Semua hal tersebut merupakan

bid‟ah yang tidak pernah dilakukan seorang sahabat, tabi‟in dan tidak juga

dituntunkan oleh rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, tidak pula dicontohkan

oleh Khulafur Rasyidin, bahkan para imam kaum muslimin yang masyhur

melarang seluruh hal tersebut.

Begitupula mencari berkah di kuburan dengan mengusap atau

menciumnya. Ini termasuk perbuatan aneh dan tidak pernah dituntunkan

rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam apalagi dipraktekkan para sahabat beliau

radliallahu ta‟ala ajma‟in. An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa

yang terbersit di benaknya bahwa mengusap tangan (di kubur nabi shallallahu

„alaihi wa sallam atau semisalnya) lebih mampu untuk mendatangkan berkah,

maka hal tersebut berasal dari kebodohan dan kelalaiannya karena berkah hanya

dapat diperoleh dengan amal yang sesuai dengan syari‟at. Bagaimana bisa karunia

Alloh diperoleh dengan melakukan amal yang menyelisihi kebenaran.” (Al

Majmu‟ 8/275) sesungguhnya mengusap dan mencium kubur (untuk mendapatkan

berkah) merupakan kebiasaan kaum Nasrani dan Yahudi.” (Ihya‟ „Ulumuddin

1/254).

c. Ziarah Syirkiyyah

Ziarah yang mengandung penentangan terhadap tauhid dan dapat

menghilangkan keimanan. Diantaranya berziarah kubur dengan tujuan meminta

14

bantuan dan pertolongan pada penghuni kubur, menyembelih kurban untuk

penghuni kubur (baca: sesajen). Hal tersebut merupakan bentuk beribadah kepada

selain Allah dan apabila pelaku sebelumnya adalah orang Islam, maka dia telah

Imam an Nawawi rahimahullah mengatakan “Adapun

menyembelih untuk selain Allah, maka maksudnya adalah menyembelih dengan

menyebut nama selain Allah ta‟ala. Seperti orang yang menyembelih untuk

berhala, salib, Musa, Isa alaihimassalam, atau untuk Ka‟bah dan semisalnya.

Seluruh perbuatan ini haram, daging sembelihannya haram dimakan, baik si

penyembelih seorang Muslim, Nasrani ataupun Yahudi. Demikian yang

ditegaskan imam Asy Syafi‟i dan disetujui oleh rekan-rekan kami. Apabila si

penyembelih melakukannya dengan diiringi pengagungan terhadap objek tujuan

penyembelihan, yaitu makhluk selain Allah dan dalam rangka beribadah

kepadanya, maka hal ini merupakan kekafiran. Apabila pelaku sebelumnya adalah

seorang muslim, maka dengan perbuatan tersebut dia telah murtad” (al Minhaj

Syarh Shahih Muslim ).

5. Adab Dalam Berziarah Kubur yang Baik dan Benar Menurut Islam

1. Berperilaku sopan dan ramah ketika mendatangi areal pemakaman.

2. Niat dengan tulus dan ikhlas karena ingin mendapatkan Ridho dari Allah

SWT, bukan untuk meminta sesuatu pada orang yang sudah meninggal.

3. Tidak duduk, menginjak-injak, tidur-tiduran, di atas makam orang yang

sudah meninggal

15

4. Tidak melakukan tindakan tidak senonoh seperti buang air besar, kencing,

meludah, melakukan hubungan suami isteri, buang sampah sembarangan,

dan lain-lain.

5. Mengucapkan salam kepada penghuni alam kubur

6. Mendoakan arwah orang yang telah meninggal agar bahagia dan tenang di

alam kubur

7. Tidak berdoa (meminta) kepada ahli kubur, atau menjadikannya sebagai

perantara,atau memohon kepadanya agar memenuhi kebutuhannya.karena

hal itu termasuk menyekutukan Allah SWT.

B.Tujuan Melakukan Ziarah

Di Desa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara,

terdapat sebuah budaya ziarah di makam keturunan Raja Atinggola yakni

Jubalo Blongkod yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung Keramat. Objek

pelaksanaan ziarah tersebut tampak menarik untuk dikunjungi dengan berbagai

keunikannya terutama jika dilihat dari segi spritualnya. Pandangan yang selama

ini di pegang oleh masyarakat Atinggola datang berziarah ke makam Jubalo

Blongkod adalah sebagai suatu kegiatan ritual yang mengandung nilai

keutamaan dengan mengingat jasa-jasa dan keluhuran jiwa yang diziarahi.

Dengan harapan ketika orang sedang berziarah di makam tersebut maka dia

dapat mengambil hikmah dan keutamaan dari nilai - nilai tersebut. Di kemudian

hari nanti dalam mencapai keinginan, jika menghadapi halangan maupun

16

rintangan, baik fisik maupun ghaib, sesorang akan memiliki ketabahan dan

keluhuran jiwa seperti Jubalo Blongkod atau orang yang di ziarahi.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan berusaha mencapai atau

memenuhi kebutuhannya yang kompleks dengan berbagai rintangan, tantangan

dan permasalahannya. Pada saat tertentu manusia tidak mampu menyelesaikan

masalah dan tantangan yang dihadapinya. Manusia dalam kehidupannya tidak

lepas dari kebutuhan dasar hidupnya, yang mana setiap orang akan berusaha

memenuhi kehidupannya antara lain dengan bekerja. Namun ketidak berdayaan

atau ketidak mampuan pada diri manusia mengakibatkan tidak semua yang

diinginkan dan dibutuhkan bisa diperoleh. Dengan adanya ketidakpastian, ketidak

mampuan dan kelangkaan membawa manusia pada suatu tindakan dengan

usaha mendekatkan diri pada kegiatan di luar dunianya. Selain bekerja sebagai

usaha fisik, banyak manusia yang menggunakan usaha non fisik yaitu yang

bersifat religius, sehingga manusia bukan lagi menggunakan kekuatan sendiri

melainkan dengan kekuatan “tenaga lain” yang dipercaya berada di dunia lain

yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra namun dirasakan dapat

membantunya (Hendropuspito, l990; 33)

Masyarakat Atinggola merupakan masyarakat yang kental sekali dengan

kepercayaan terhadap leluhurnya. Masyarakat Atinggola hidupnya mendasarkan

pada adat istiadat dan tata cara Atinggola yang telah diwariskan oleh leluhurnya

sejak ber abad-abad lamanya. Masyarakat Atinggola sulit melepaskan diri dari

leluhurnya atau pendahulunya karena ada ikatan bathin dengan para leluhurnya

atau pendahulunya dan sekarang masih berjalan . Hal ini dibuktikan dengan

17

masih banyaknya orang yang mendatangi makam sesorang atau leluhurnya.

Penelitian ini kami lakukan karena adanya fenomena yang menarik di lokasi

objek budaya ziarah di Gunung Keramat tersebut. Peneliti akan menguraikan

sedikit tentang mengapa sampai makam jubalo Blongkod di sebut sebagai Gunung

Keramat (Buido Noarli).

Bukti peninggalan sejarah Kerajaan Atinggola yang ada di Desa

Monggupo di kenal dengan sebutan buido diti artinya bukit kecil. Pada tahun

1975 masyarakat Atinggola menamakannya Gunung Keramat. Hal ini bukan

tanpa alasan, karena yang di makamkan di tempat ini merupakan orang yang

semasa hidupnya sangat terpandang dalam akhlak kepribadian serta memiliki

kesaktian yakni Jubalo Blongkod. Beliau adalah cucu keturunan Raja pertama

Atinggola yakni Raja Blongkod.

Dalam Pulumoduyo, (2004) Jubalo Blongkod merupakan seorang

bangsawan di Kerajaan Atinggola, beliau adalah seorang putri dari Raja Gobel

Blongkod. Sekalipun berasal dari bangsawan serta hidup serba ada, akan tetapi

beliau tetap ingat akan kebesaran Illahi Sang Pencipta. Berkat ketekunan serta

kearifan ini telah menempatkan beliau pada hidup “Insan Kamil”, sehingga dalam

kehidupan beliau sering di jumpai berbagai keajaiban sebagai karunia Illahi

Rabbi. Dengan keajaiban-keajaiban tersebut orang sering menyebutnua sebagai

orang keramat atau orang yang memiliki kesaktian.

Di saat-saat kehidupannya mendekati akan meninggal, beliau pernah

berpesan kepada ahli warisnya bahwa bila tiba saatnya beliau berpulang ke

rahmatullah agar di makamkan di suatu tempat yang ditunjuk langsung oleh

18

beliau. Tempat itu di tunjuk dengan melemparkan belahan kulit pinang sekaligus

mengatakan kuburkanlah di tempat itu bila aku akan meninggal dunia. Tempat itu

berada di bagian selatan Desa Monggupo yang (sekarang adalah Gunung

Keramat).

Sebagai makhluk Tuhan yang mulia, hamba Allah hanya bisa menerima

takdirNya. Maka tibalah kemurahan kasih sayang Maha Pencipta, nenek Jubalo

Blongkod yang sakti itu telah mencapai derajat Nafsul Mutmainnah atau jiwa

yang tenang, maka Allah SWT telah memanggil dengan panggilan kembalilah

kepangkuan Tuhanmu yang telah redha dan meredhaimu.

Disaat pemakaman jenazah almarhumah nenek Jubalo Blongkod yang

sakti tersebut terjadi beberapa peristiwa yang aneh tapi nyata. Peristiwa itu antara

lain, pada saat penggalian tempat pemakaman beliau di dapati beberapa buah batu

yang terpendam (tertanam) di dalam tanah. Sejumlah rakyat Kerajaan Atinggola

telah dikerahkan untuk mengangkat batu-batu tersebut dari dalam tanah, tetapi

aneh batu-batu itu tak dapat bergeser dari tempatnya.

Syukur Alhamdulillah di tempat itu hadir dua orang putra almarhumah

yakni Mahengke blongkod dan Pulumoduyo Blongkod. Mereka di persilahkan

oleh para orang tua untuk mencoba mengangkat batu-batu tersebut. Ketika ke dua

putra almarhumah mengangkat secara bersama-sama batu-batu tersebut, atas izin

Yang Maha Kuasa batu-batu itupun dapat di angkat dari tempatnya dan dijadikan

dinding mahkota makam almarhumah sampai dengan sekarang ini.

Sepeninggal beliau keajaiban masih tetap terlihat pada makam yang penuh

berkah dari Allah SWT ini. Makam yang terletak tidak jauh dari pinggiran sungai,

19

jauh dari jajaran pengunungan, daratannya yang landai, dan bila hujan dan terjadi

banjir tempat ini tidak luput dari genangan air. Bukan karena takut genangan air

dan bukan karena almarhumah tidak redha kuburannya di genangi air dan lumpur,

akan tetapi Allah telah memperlihatkan kepada kita semua yang masih hidup

betapa mulianya beliau almarhumah Jubalo Blongkod karena beliau telah

mencapai derajat taqwa di sisi Allah SWT. Maka makam almarhumah dengan

kehendak Illahi Rabbi sedikit demi sedikit, lambat laun membentuk bukit kecil.

Orang Atinggola menamakannya buido diti (bukit kecil) dan sebagian lagi

menamakannya buido nowarli artinya gunung yang terjadi secara tiba-

tiba/sendirinya.

Di tempat ini secara turun-temurun ahli waris almarhumah dan masyarakat

Atinggola setiap hari raya ketupat (seminggu setelah setelah Hari Raya Idul Fitri)

atau tanggal 8 Syawal di adakan ziarah ke makam almarhumah di Gunung

Keramat ini, bukan berarti minta petunjuk dan berkah kepada nenek yang sakti

dan arif tersebut akan tetapi melasanakan ziarah ke makam juga sebagai Sunnah

Rasul. Memohon kepada Allah SWT agar kita di berikan berkah dan kemuliaan

sebagaimana Allah telah memberikan berkah kepada para Nabi dan para

Waliyullah.

Dari segi religius hal ini berati orang yang datang berziarah tersebut

memiliki motivasi sangat penting, yakni orang-orang yang memiliki

kepercayaan terhadap leluhurnya berdoa untuk mendapatkan berkah

keselamatan, kekayaan, kemakmuran dan lain sebagainya yang akan membawa

kebaikan dan keberkahan guna kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

20

Tujuan menjadi sasaran utama dalam mencapai sebuah kebutuhan atau

keinginan, termasuk bagaimana mengambil keputusan tentang cara cara yang

digunakan untuk mencapai tujuan, dipengaruhi oleh ide dan situasi kondisi yang

ada (Zamroni, l992;27) Di dalam asumsi itu jelas bahwa motivasi

mengejar suatu tujuan yaitu dia mempunyai banyak alternatif pilihan untuk

mencapainya. Norma norma yang terdapat dalam masyarakat tidak mutlak

sebagai pedoman yang harus dipakai, akan tetapi manusia punya kemampuan

untuk memilih alternatif tindakan. Di sinilah muncul konsep volunterisme.

Menurut Parson tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang berasal dari luar

dirinya. Manusia dipengaruhi oleh sistim sosial dan dua sistim tambahan

lainnya, yaitu sistim budaya dan sistim kepribadian (Margaret M Poloma,

2000:ll7).

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

Perubahan tersebut bagi masyarakat yang bersangkutan ataupun bagi orang

luar yang menelaahnya, dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti

kurang menolak. Ada pula perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas,

perubahan yang lambat sekali, tetapi ada pula perubahan yang cepat. Yang

jelas tidak ada masyarakat yang stagnan (Soerjono Soekanto, l982;303) .

Sejak jaman pencerahan manusiamulai menggunakan

rasionalitasnya.Tindakan rasional bertujuan (rasional instrumental) mampu

menyingkap segala tudung rahasia alam. Pemikiran rasionalitas membawa

pada “hilangnya pesona dunia” (the disechantment of the world). Hilangnya

pesona dunia telah menihilkan kualitas magis dan misteri alam, itulah sebuah

21

dunia tanpa takhayul, tradisi agama, mithos, dan bahkan puisi. Sebuah dunia

dingin dan tandus yang kehilangan daya tarik dan makna kehidupan (Ridwan

Al Makassary, 2000; 54).

Untuk meminimalkan kondisi tersebut manusia mengadakan serangkaian

tindakan. Tindakan yang dilakukan manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu :

usaha religius dan usaha non religius. Usaha non religius ditempuh manusia

selama ia masih sanggup memenuhi kebutuhan hidup dengan kekuatan

manusiawinya. Sedangkan usaha religius ditempuh manusia apabila mengalami

ketidakmampuan serta keterbatasan kekuatan manusia secara radikal dan total.

Dengan kata lain ketika manusia tidak berdaya sama sekali, maka manusia tidak

lagi menggunakan kekuatan sendiri tetapi dangan kekuatan “tenaga lain” yang

dipercayai berada di dunia lain yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera

manusia, namun dirasa dapat membantunya Hendropuspito, 1984:33)

Tindakan manusia yang bersifat religius untuk mengatasi ketidakpastian,

keterbatasan dan kelangkaan disebut religi. Religi merupakan bagian dari

kebudayaan, menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayan

diartikan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat

menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah

yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan

serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat ( Selo Soemardjan dan

Soelaeman Soemardi, 1995:113 ).

Menurut JJ. Hogman dalam bukunya The World of Man ( 1959 ) dibagi ke

dalam tiga wujud yaitu : ideas, activities dan artifact. Wujud dari aktivitas ritual

22

yang merupakan bagian dari kebudayaan tersebut sangat unik. Keunikan dari

kegiatan tersebut akan melahirkan daya tarik tersendiri bagi orang luar untuk

datang ke lokasi tersebut. Salah satu aktivitas religius yang kemudian dijadikan

objek ziarah yang terjadi di Gunung Keramat. Kalangan orang luar daerah yang

mendatangi mempunyai tujuan. Seperti yang di kemukakan oleh

Soekadijo,(1996:3845) antara lain : motif rekreasi, kebudayaan,bisnis,

konvensional, spiritual, interpersonal, kesehatan, wisata/sosial. Jadi Junung

Keramat menarik untuk dikunjungi karena keunikan budayanya karena

merupakan bukti fisik Kerajaan Atinggola dan juga sebagai pengejewantahan dari

nilai-nilai Spiritual Agama Islam.

C.Persepsi Masyarakat tentang Ziarah Kubur

Pada masa awal Islam, Rasulullah SAW memang melarang umat Islam

untuk melakukan ziarah kubur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga aqidah umat

Islam. Rasulullah SAW hawatir kalau ziarah kubur diperbolehkan, umat Islam

akan menjadi penyembah kuburan. Seteleh akidah umat Islam kuat dan tidak ada

kekhawatian untuk berbuat syirik, Rasulullah SAW membolehkan pra sahabatnya

untuk melakukan ziarah kubur. Karena ziarah kubur dapat membantu umat Islam

untuk mengingat saat kematiaanya. Buraidah meriwayatkan bahwa Rasulullah

SAW bersabda, “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang

Muhammad tetah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang,

berziarahlah! Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat.”

(HR. At-Tirmidzi). Dengan adanya hadits ini maka ziarah kubur itu hukumnya

23

boleh bagi laki-laki dan perempuan. Namun demikian bagaimana dengan hadits

Nabi SAW yang secara tegas menyatakan larangan perempuan berziarah

kubur?Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW melaknat wanita yang

berziarah kubur. (HR Ahmad bin Hanbal). Menyikapi hadits ini ulama

menyatakan bahwa larangan itu telah dicabut menjadi sebuah kebolehan berziarah

baik laki-laki maupun perempuan. Dalam kitab Sunan at-Tirmidzi disebutkan:

Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa hadits itu diucapkan sebelum Nabi SAW

membolehkan untuk melakukan ziarah kubur. Setelah Rasulullah SAW

membolehkannya, laki-laki dan perempuan tercakup dalam kebolehan itu. (Sunan

At-Tirmidzi). Ibnu Hajar Al-Haitami pernah ditanya tentang ziarah ke makam para

wali, beliau mengatakan:Beliau ditanya tentang berziarah ke makam para wali

pada waktu tertentu dengan melakukan perjalanan khisus ke makam mereka.

Beliau menjawab, berziarah ke makam para wali adalah ibadah yang disunnahkan.

Demikian pula dengan perjalanan ke makam mereka. Ketika berziarah seseorang

dianjurkan untuk membaca Al-Qur‟an atau lainya. Ma‟qil bin Yasar

meriwayatkan Rasul SAW bersabda: Bacalah surat Yasin pada orang-orang mati

di antara kamu. (HR Abu Daud). Maka, Ziarah kubur itu memang dianjurkan

dalam agama Islam bagi laki-laki dan perempuan, sebab didalamnya terkandung

manfaat yang sangat besar. Baik bagi orang yang telah meninggal dunia berupa

hadia pahala bacaan Al-Qur‟an, atau pun bagi orang yang berziarah itu sendiri,

yakni mengingatkan manusia akan kematian yang pasti akan menjemputnya

Umumnya umat Islam yang mempercayai hal itu dalam hidupnya dalam waktu

tertentuberkunjung ke pemakaman tertentu yang dianggap sebagai orang suci

24

semasa hidupnya. Seperti halnya makam Rasulullah saw, kerabat Beliau dan

waliyullah.Pada masyarakat Jawa, tradisi yang berkaitan dengan

peristiwakelahiran, kamatian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya

termasuk ziarah kubur ternyata memiliki banyak ragamnya. Berbagai tradisi itu

secara turun temurun dilestarikan oleh para pendukungnyadengan berbagai

motivasi dan tujuan yang tidak lepas dari pandangan hidup masyarakat pada

umumnya. Menurut Mulder (1981: 30),pandangan hidup masyarakat sangat

menekankan pada ketenteraman batin, keselarasan, dan keseimbangan, serta sikap

menerima terhadap segala peristiwa yang terjadi sambil menempatkan individu di

bawah masyarakat serta masyarakat di bawah alam. Individu memiliki tanggung

jawab berupa hak dan kewajiban terhadapmasyarakat, dan masyarakat mempunyai

kewajiban terhadap alam.Dalam pandangan masyarakat yang sering melakukan

ziarah kubur, diantaranya bahwa roh orang suci itu memiliki daya melindungi

alam. Orang suci yang meninggal, arwahnya tetap memiliki daya sakti,yaitu dapat

memberikan pertolongan kepada orang yang masih hidup,sehingga anak cucu

yang masih hidup senantiasa berusaha untuk tetapberhubungan dan memujanya

(Koentjaraninggrat, 1984:185).

Bagi masyarakat makam merupakan tempat yang dianggap suci dan

keramat yang pantas dihormati terutama makam para tokoh-tokoh yang di anggap

berjasa bagi masyarakat tersebut atau biasanya makam para waliyullah. Makam

sebagai peristirahatan terakhir bagi nenek moyang,tokoh-tokoh terdahulu dan

keluarga yang telah meninggal. Keberadaan makam dari tokoh tertentu dapat

menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas

25

ziarah.dengan berbagai motivasi maka bagi masyarakat ziarah kemakam sudah

menjadi kebiasaan dan kebutuhan untuk mendoakan makam yang di ziarahinya

dan agar dapat memetik pelajaran dari perziarahanya maupun pelajaran dari

seorang kehidupan dulunya seorang tokoh tertentu.

Kepercayaan masyarakat masih terbawa sampai saat ini. Banyak orang

beranggapan bahwa dengan ziarah kuburan leluhur atau tokoh magis tertentu

dapat menimbulkan pengaruh tertentu. Kisah keunggulan atau keistimewaan

tokoh yang dimakamkan merupakan daya tarik bagi masyarakat untuk

mewujudkan keinginanya. Misalnya berziarah ke makan tokoh yang pangkatnya

tinggi, maka akan mendapatkan berkah berupa pangkat yang tinggi pula.

Bagi masyarakat Jawa, ziarah secara umum dilakukan pada pertengahan

sampai akhir bulan ruwah menjelang ramadhan. Pada saat itu masyarakat secara

bersama-sama satu dusun atau satu desa maupun perorangan dengan saudara

terdekat melakukan tradisi ziarah kubur. Kegiatan ziarah kubur ini secara umum

disebut nyadran. Kata nydran berarti selamatan (sesaji) ing papang kang kramat

selamatan (memberi sesaji) di tempat yang angker maupun keramat.Kata nyadran

juga mempunyai makna lain yaitu selamatan ing sasi ruwah nyelameti para

leluhur (kang lumrah ana ing kuburan utawa papan sing kramat ngiras reresik

tuwin ngirem kembang) „selamatan dibulan ruwah menghomati para leluhur

(biasanya di makam atau ditempat yang keramat sekaligus membersihkan dan

memberikan bunga).

Di daerah-daerah yang mempunyai tempat bersejarah, agak berbau angker,

pantai-pantai, goa-goa, yang punyai kisah tersendiri biasanya mempunyai upacara

26

adat yang disebut nyadran,nyadran ini uga mengandung makna religius. Ada yang

dengan jalan memasang sesaji secara tiga hari di tempat itu secara berturut-turut,

ada yang melabuhkan makanan yang telah di ramu dan di beri berbagai macam

kembang. Dengan berkembangnya zaman, berkembang pulalah pemahaman

manusia tentang ziarah, bahkan muncul berbagai maksud, tujuan, motivasi

maupun daya tarik dari aktivitas ziarah ini.

Seiring perkembangan dan kemajuan Islam, larangan ini dihapus dan syariat me

nganjurkan umat Islam untuk berziarah kubur agar mereka dapat mengambil pe

lajaran dari hal tersebut, diantaranya mengingat kematian yang pasti dan aka

n segera menjemput sehingga hal tersebut dapat melembutkan hati dan senanti

asa mengingat kehidupan akhirat yang akan dijalani kelak.Nabi shallallahu „alaihi

wa sallam bersabda,

Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Ziarahilah kubur,

sesungguhnya hal itu

dapat melembutkan hati, meneteskan air mata dan mengingatkan pada kehid

upan akhirat.

(Ingatlah) jangan mengucapkan perkataan yang terlarang ketika berziarah ku

bur.” (HR. Hakim)

Dalam al Majmu‟ mengatakan,

“Semula dikeluarkannya larangan tersebut disebabkan mereka baru saja terle

pas dari masa jahiliyah. Terkadang mereka masih menuturkan berbagai perkataa

n jahiliyah yang batil. Tatkala fondasi keislaman telah kokoh, berbagai huku

27

mnya telah mudah untuk dilaksanakan, berbagai rambunya telah dikenal, ziarah

kubur diperbolehkan.”

Berdasarkan hal ini, ziarah kubur merupakan perbuatan yang dianjurka

n olehsyariat sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang lain. Nabi shallal

lahu „alaihi wa sallam bersabda,

“Dulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang b

erziarah kuburlah kalian.” (HR. Muslim)