BAB II KAJIAN TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4153/5/Bab 2.pdfSpanyol dan...

19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 27 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Japanese Culture Imperialism Untuk mendiskripsikan tentang apa itu Japanese Culture Imperialism, sebelumnya penelitia akan menjelas tentang apa dan bagaimana itu yang disebut dengan Imperialism (Imperialisme). Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. "Menguasai" disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri. Imperialisme merupakan suatu sistem penjajahan yang dilakukan dengan jalan membentuk pemerintah jajahan dengan menanamkan pengaruh segala bidang kehidupan dan mengendalikan daerah yang dijajahnya. Apakah beda antara imperialisme dan kolonialisme ? Imperialisme ialah politik yang dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah politik yang dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dari imperium jika imperium itu merupakan gabungan jajahan-jajahan. Imperialisme juga dapat disebut sebagai sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4153/5/Bab 2.pdfSpanyol dan...

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Japanese Culture Imperialism

Untuk mendiskripsikan tentang apa itu Japanese Culture Imperialism,

sebelumnya penelitia akan menjelas tentang apa dan bagaimana itu yang

disebut dengan Imperialism (Imperialisme).

Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh

dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya.

"Menguasai" disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata,

tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama dan

ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium disini tidak perlu berarti

suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa daerah-daerah

pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri. Imperialisme

merupakan suatu sistem penjajahan yang dilakukan dengan jalan

membentuk pemerintah jajahan dengan menanamkan pengaruh segala

bidang kehidupan dan mengendalikan daerah yang dijajahnya.

Apakah beda antara imperialisme dan kolonialisme ? Imperialisme

ialah politik yang dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme

ialah politik yang dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dari

imperium jika imperium itu merupakan gabungan jajahan-jajahan.

Imperialisme juga dapat disebut sebagai sebuah kebijakan di mana

sebuah negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan atas

daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan atau

menempati tanah-tanah itu.

Perkataan Imperialisme pertama kali Inggris pada akhir abad XIX.

Disraeli, Perdana Menteri Inggris, ketika itu menjelmakan politik yang

ditujukan pada perluasan kerajaan Inggris hingga suatu "impire" yang

meliputi seluruh dunia. Politik Disraeli ini mendapat oposisi yang kuat,

golongan oposisi takut kalau-kalau politik Disraeli itu akan menimbulkan

krisis-krisis internasional. Karena itu mereka menghendaki pemusatan

perhatian pemerintah pada pembangunan dalam negeri,dari pada

berkecipung dalam sola-soal luar negeri. Golongan Disraeli ini disebut

golongan "Empire" atau golongan "Imperialisme". Timbulnya perkataan

imperialis atau imperialisme, mula-mula hanya untuk membeda-bedakan

golangan Disraeli dari golongan oposisinya, kemudian mendapat isi lain

hingga mengandung arti seperti yang kita kenal sekarang.

Perkataan imperialism awalnya berasal dari kata Latin "imperare"

yang artinya "memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut

"imperium". Orang yang diberi hak itu (diberi imperium) disebut

"imperator". Yang lazimnya diberi imperium itu ialah raja dan karena itu

lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah dimana

imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu kebesaran

seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin

selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain22

.

Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang

22

Soebantardjo, Sari Sedjarah Jilid I: Asia - Afrika, Penerbit BOPKRI, Yogyakarta 1960. Hlm 78

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

dan kemudian ditambah dengan pengertian-pengertian lain hingga

perkataan imperialisme mendapat arti kata yang kita kenal sekarang ini,

hingga kata imperealisme ini bisa digunakan untuk dan menetap dimana

saja. Lazimnya imperialisme dibagi menjadi dua23

, yaitu :

1) Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism)

Inti dari imperialisme kuno adalah semboyan gold, gospel,

and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu

negara merebut negara lain untuk menyebarkan agama,

mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya. Imperialisme

ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh

Spanyol dan Portugal24

.

2) Imperialisme Modern (Modern Imperialism)

Inti dari imperialisme modern ialah kemajuan ekonomi.

Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri

besar-besaran (akibat revolusi industri) membutuhkan bahan

mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan

untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil

industri, kemudian juga sebagai tempat penanaman modal bagi

kapital surplus25

.

Pembagian imperialisme dalam imperialisme kuno dan imperialisme

modern ini didasakan pada soal untuk apa si imperialis merebut orang

lain. Namun jika pembagian tersebut didasarkan pada pandangan kita

23

Ibid , hlm. 79 24

Ibid. 25

Soebantardjo, Sari Sedjarah Jilid I: Asia - Afrika, Penerbit BOPKRI, Yogyakarta 1960. Hlm 78

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

pada sektor apa yang ingin direbut si imperialis, maka kita akan

mendapatkan pembagian macam imperialisme yang lain26

, yaitu:

a) Imperialisme politik

Si imperialis hendak mengusai segala-galanya dari suatu

negara lain. Negara yang direbutnya itu merupakan jajahan dalam

arti yang sesungguhnya. Bentuk imperialisme politik ini tidak

umum ditemui pada zaman modern karena pada zaman modern

paham nasionalisme sudah berkembang. Imperialisme politik ini

biasanya bersembunyi dalam bentuk protectorate dan mandate.

b) Imperialisme Ekonomi

Si imperialis hendak menguasai hanya ekonominya saja dari

suatu negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat dikuasai

dengan jalan imperialisme politik, maka negara itu masih dapat

dikuasai juga jika ekonomi negara itu dapat dikuasai si imperialis.

Imperialisme ekonomi inilah yang sekarang sangat disukai oleh

negara-negara imperialis untuk menggantikan imperialisme politik.

c) Imperialisme Kebudayaan

Si imperialis hendak menguasai jiwa (de geest, the mind) dari

suatu negara lain. Dalam kebudayaan terletak jiwa dari suatu

bangsa. Jika kebudayaannya dapat diubah, berubahlah jiwa dari

bangsa itu. Si imperialis hendak melenyapkan kebudayaan dari

suatu bangsa dan menggantikannya dengan kebudayaan si

26

Ibid.hlm 90.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

imperialis, hingga jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama atau

menjadi satu dengan jiwa si penjajah. Menguasai jiwa suatu bangsa

berarti mengusai segala-galanya dari bangsa itu. Imperialisme

kebudayaan ini adalah imperialisme yang sangat berbahaya, karena

masuknya gampang, tidak terasa oleh yang akan dijajah dan jika

berhasil sukar sekali bangsa yang dijajah dapat membebaskan diri

kembali, bahkan mungkin tidak sanggup lagi membebaskan diri.

d) Imperialisme Militer (Military Imperialism)

Si imperialis hendak menguasai kedudukan militer dari suatu

negara. Ini dijalankan untuk menjamin keselamatan si imperialis

untuk kepentingan agresif atau ekonomi. Tidak perlu seluruh

negara diduduki sebagai jajahan, cukup jika tempat-tempat yang

strategis dari suatu negara berarti menguasai pula seluruh negara

dengan ancaman militer.

Faktor Umum Penyebab Terjadinya Imperialisme, antara lain :

1) Keinginan untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di

seluruh dunia (ambition, eerzucht). Tiap bangsa ingin menjadi

jaya. Tetapi sampai dimanakah batas-batas kejayaan itu ? Jika

suatu bangsa tidak dapat mengendalikan keinginan ini, mudah

bangsa itu menjadi bangsa imperialis. Karena itu dapat

dikatakan, bahwa tiap bangsa itu mengandung benih

imperialisme.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

2) Perasaan sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah bangsa

istimewa di dunia ini (racial superiority). Tiap bangsa

mempunyai harga diri. Jika harga diri ini menebal, mudah

menjadi kecongkakan untuk kemudian menimbulakan

anggapan, bahwa merekalah bangsa teristimewa di dunia ini,

dan berhak menguasai, atau mengatur atau memimpin bangsa-

bangsa lainnya.

3) Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat

menimbulkan imperialisme. Tujuannya bukan imperialisme,

tetapi agama atau ideologi. Imperialisme di sini dapat timbul

sebagai "bij-product" saja. Tetapi jika penyebaran agama itu

didukung oleh pemerintah negara, maka sering tujuan pertama

terdesak dan merosot menjadi alasan untuk membenarkan

tindakan imperialisme.

4) Letak suatu negara yang diangap geografis tidak

menguntungkan. Perbatasan suatu negara mempunyai arti yang

sangat penting bagi politik negara.

Sebab-sebab ekonomi inilah yang merupakan sebab yang

terpenting dari timbulnya imperialisme, teristimewa imperialisme

modern.

a) Keinginan untuk mendapatkan kekayaan dari suatu Negara.

b) Ingin ikut dalam perdagangan dunia.

c) Ingin menguasai perdagangan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

d) Keinginan untuk menjamin suburnya industri.

Akibat Imperialisme

1) Akibat politik .

a) Terciptanya tanah-tanah jajahan.

b) Politik pemerasan.

c) Berkorbarnya perang colonial

d) Timbulnya politik dunia (wereldpolitiek)

e) Timbulnya nasionalisme

2) Akibat Ekonomis

a) Negara imperialis merupakan pusat kekayaan, negara

jajahan lembah kemiskinan.

b) Industri si imperialis menjadi besar, perniagaan bangsa

jajahan lenyap.

c) Perdagangan dunia meluas.

d) Adanya lalu-lintas dunia (wereldverkeer).

e) Kapital surplus dan penanaman modal di tanah jajahan.

f) Kekuatan ekonomi penduduk asli tanah jajahan lenyap

3) Akibat sosial

a) Si imperialis hidup mewah sementara yang dijajah

serba kekurangan.

b) Si imperialis maju, yang dijajah mundur.

c) Rasa harga diri lebih pada bangsa penjajah, rasa harga

diri kurang pada bangsa yang dijajah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

d) Segala hak ada pada si imperialis, orang yang dijajah

tidak memiliki hak apa-apa.

e) Munculnya gerakan Eropa-isasi.

Gambar 1. Ilustrasi imperialisme kuno.27

Culture Imperialism merupakan sebuah hegemoni ekonomi,

teknologi dan budaya dari negara-negara industri yang akhirnya

menentukan arah kemajuan ekonomi dan sosial serta mendefinisikan

nilai-nilai budaya di dunia. Dunia menjadi pasar budaya dimana

terdapat kesamaan pengetahuan, mode serta musik yang diproduksi,

dibeli dan dijual. Selain itu, terdapat kesamaan ideologi, keyakinan

27

www.wikipedia.com

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

politik, pandangan mengenai kecantikan dan makanan di dunia.

Seperti teori Cultural Impertialism yang dikemukakan oleh Herb

Schiller yang menyatakan bahwa, negara-negara barat mendominasi

media di dunia akan memiliki efek powerful pada budaya dunia ketiga

dengan cara memaksakan kehadiran pandangan-pandangan barat dan

akhirnya menghancurkan budaya asli mereka.

Negara barat memproduksi mayoritas media, seperti film,

berita dan komik. Hal itu bisa dilakukan karena mereka mempunyai

uang untuk memproduksinya, sedangkan negara dunia ketiga membeli

produk-produk tersebut karena lebih murah dibandingkan dengan

memproduksi sendiri. Oleh karena itu, negara dunia ketiga menonton

media yang berisi cara hidup, kepercayaan dan pemikiran barat. Lalu,

budaya negara dunia ketiga mulai melakukan hal yang sama dengan

barat dan akhirnya merusak budaya mereka sendiri.

Sedangkan Japanese Culture Imperialism yang menjadi obyek

penelitian disini tentang bagaimana mendominasinya budaya-budaya

populer Jepang di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Soft

power Jepang untuk menyebarkan pengaruh ke negara lain, termasuk

Indonesia. Ikon soft power milik Jepang saat ini adalah anime dan

manga. Dua ikon itu sendiri telah banyak melahirkan budaya-budaya

popular di Jepang, salah satunya adalah budaya Cosplay28

.

28

Craig, Timothy J. 2000. Japan pop ! ; inside the world o Japanese popular culture. New York :

M.E Sharpe.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

2. Anime dan Cosplay Jepang

Anime merupakan serial kartun Jepang yang diangkat dari komik

Jepang, yang mana anime ini merupakan salah satu aset terbesar yang

dimiliki oleh Negara Jepang29

. Anime salah satu soft power Jepang untuk

menyebarkan pengaruhnya di negara lain30

. Sehingga pada dasarnya

anime merupakan media bagi negara Jepang untuk membuat budaya-

budaya popular mereka sebagai produk budaya transnasional ke luar

batas negaranya. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji tentang

bagaimana anime digunakan sebagai media Cultural Imperialisme

Jepang.

Cosplay merupakan budaya populer Jepang yang muncul dari

perkembangan manga dan anime di Jepang. Pada awalnya cosplay

berkembang di Jepang sebagai sebuah hobi memamerkan kostum unik

yang dilakukan oleh anak-anak muda, khususnya perempuan. Cosplay

pertama kali dilakukan pada tahun 1964 berlokasi di Harajuku bertepatan

dengan Olimpiade Musim Panas (The Essentials, 2010). Akibat

kepopulerannya Cosplay di Harajuku, berkembanglah istilah gaya

Harajuku, yang dikenal dengan dandanan dan kostum khas anak muda

Jepang.

Pada mulanya Cosplay tidak begitu banyak dikenal di Indonesia.

Sampai pada akhirnya pada pertengahan 1990-an ada beberapa acara

cosplay yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Japanologi Universitas

Indonesia yang diberi nama Gelar Jepang UI yang rutin diadakan setiap

29

www.wikipedia.ac.id 30

Japanese visual culture. New York : M.E Sharpe

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

tahun. Belakangan juga mulai muncul majalah-majalah yang mengupas

mengenai cosplay dan anime Jepang seperti Animonster dan Nakayoshi

yang turut mensponsori beberapa Festival Budaya Jepang di Indonesia.

Cosplay dikenal dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Cosplay manga / anime, yaitu Anime yang karakternya berasal dari

manga dan anime seperti Naruto, One Piece, Doraemon dan

lainnya.

b. Cosplay game, yaitu Cosplay yang karakternya berasal dari

karakter game produksi Jepang, seperti Final Fantasi, dll.

c. Cosplay Tokusatsu, yaitu Cosplay yang karakternya berasal dari

film tokusatsu atau film-film pembela kebenaran, seperti kesatria

baja hitam, power ranger, dll.

d. Cosplay Gothic, yaitu Cosplay yang karakternya berasal dari

karakter bernuansa gelap.

e. Cosplay lolita, yaitu Cosplay yang karakternya mengikuti gaya

Rocco yakni sebuah kostum dengan gaun besar dan pita besar

Prancis.

f. Cosplay original, yaitu Cosplay yang karakternya tidak ada dalam

cosplay jenis lainnya dan menirukan hasil kreasi dari para pelaku

cosplayer yang sudah ternama.

g. Cosplay schoolgirl-uniform fashion, yaitu Cosplay yang

menampilkan khusus seragam sekolah siswa perempuan di Jepang.

Pada Februari 2009 Kementrian Luar Negeri Jepang mengangkat

tiga duta besar untuk urusan Cosplay yang disebut Kawaii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

Ambassadors yaitu Yu Kimura yang mewakili gaya lolita, dan

Shizuka Fujioka yang mewakili gaya fashion seragam sekolah untuk

siswa perempuan. Para duta besar Cosplay ini bertugas memperdalam

pemahaman anak-anak muda tentang Jepang dalam bidang fashion

dan anime seperti yang mereka lakukan di Japan Expo di Paris-Prancis

pada Juli 2009, Kawaii Fiesta 2009 di Bangkok-Thailand, dan World

Anime Summit 2009 di Negoya-Jepang31

.

Gambar 2. Kumpulan Anime Jepang yang populer di Indonesia32

31

Public relaations office-goverment of Japan, 2009, h.10-13. 32

www.google.image.com/anime

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

3. Pembentukan Identitas

Identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal

dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi. Identitas pada

dasarnya merujuk pada refleksi dari diri kita sendiri dan persepsi orang

lain terhadap diri kita.

Dalam penelitian ini, artikulasi indentitas yang dimaksud tentang

bagaimana para pelaku Cosplay komunitas Forever For Friend (FFF)

Surabaya yang menggunakan anime sebagai media untuk

mengartikulasikan diri mereka.

B. Kajian Teori

1. Teori Hegemoni (Gramsci)

Teori Hegemonik yang dicetuskan Gramsci adalah “sebuah

pandangan hidup dan cara bepikir yang dominan, yang di dalamnya

sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat

baik secara instituasional maupun perorangan; ideology mendiktekan

seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip religious dan politik, serta

seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual

dan moral”33

.

Hegemoni sendiri didefinisikan sebagai dominasi satu kelompok

terhadap kelompok lainnya dengan atau tanpa ancaman kekerasan,

Sehingga ide-ide yang disampaikan oleh kelompok dominan terhadap

kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar. Dalam

33

Strinati, Dominic. Popular Culture, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2009, hlm : 255

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

hegemoni, kelompok yang mendominasi berhasil mempengaruhi

kelompok yang didominasi untuk menerima nilai-nilai moral, politik,

dan budaya dari kelompok dominan.

Kata hegeisthai (Yunani) merupakan akar kata dari hegemoni,

yang mempunyai pengertian memimpin, kepemimpinan, kekuasaan

yang melebihi kekuasan yang lain. Hegemoni dikembangkan oleh filsuf

Marxis Italia Antonio Gramsci (1891-1937). Konsep hegemoni

memang dikembangkan atas dasar dekonstruksinya terhadap konsep-

konsep Marxis ortodoks Chantal Mouffe dalam bukunya yang berjudul

Notes on the Sourthen Question untuk pertama kalinya menggunakan

istilah hegemoni ini di tahun 1926. Hal ini kemudian disangkal oleh

Roger Simon, menurutnya istilah hegemoni sudah digunakan oleh

Plekhamov sejak tahun1880-an (Ratna, 2005: 181).

Secara umum, hegemoni adalah sebagai suatu dominasi

kekuasaan suatu kelas sosial atas kelas sosial lainnya, melalui

kepemimpinan intelektual dan moral yang dibantu dengan dominasi

atau penindasan. Bisa juga hegemoni didefinisikan sebagai dominasi

oleh satu kelompok terhadap kelompok yang lain, dengan atau tanpa

ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok

dominasi terhadap kelompok yang didominasi/dikuasai diterima

sebagai sesuatu yang wajar dan tidak mengekang pikiran.

Terdapat dua pengertian hegemoni yang berbeda, yang satu

versi Marxis ortodoks dan yang satu versi dari Gramsci. Hegemoni

menurut Marxis, menekankan pentingnya peranan reprensif dari negara

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

dan masyarakat-masyarakat kelas, Pemikiran Marx beranggapan

kebudayaan kehidupan manusia semata-mata merupakan cerminan dari

dasar ekonomi masyarakat, Gramsci menyebut ekonomi jenis ini

sebagai materialisme vulgar. Jadi hegemoni Marxis merupakan

hegemoni negara. Sementara hegemoni Gramsci berbeda, Gramsci

tidak setuju dengan konsep Marxis yang lebih kasar dan ortodoks

mengenai “dominasi kelas” dan lebih setuju dengan konsep

“kepemimpinan moral”.

Hegemoni Gramsci menekankan kesadaran moral, dimana

seseorang disadarkan lebih dulu akan tujuan hegemoni itu. Setelah

seseorang sadar, ia tidak akan merasa dihegemoni lagi melainkan

dengan sadar melakukan hal tersebut dengan suka rela. Jadi terdapat

dua jenis hegemoni, yang satu melalui dominasi atau penindasan, dan

yang lain melalui kesadaran moral. Hegemoni dengan dominasi atau

penindasan merupakan hegemoni konsep Marxis ortodoks, biasanya

bernuansa negatif. Sementara itu hegemoni menurut Gramsci, adalah

hegemoni dengan kepemimpinan intelektual dan moral, biasanya

bernuansa positif.

Hegemoni Gramsci memuat ide tentang usaha untuk

mengadakan perubahan sosial secara radikal dan revolusioner34

.

Gagasan hegemoni Gramsci telah mengadung isu-isu pokok dalam

studi kultural, seperti tentang pluralisme, multikultural, dan budaya

marginal. Jadi hegemoni Gramsci menolak konsep-konsep yang

34

Gramsci, A (1971) Selections from the Prison Notebooks, London: Lawrence and Wishart

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

mengedepankan kebenaran mutlak, baik yang terkandung dalam

Marxisme maupun non-Marxisme.

Agar masyarakat tidak merasa dihegemoni, perlu adanya

pengarahan konsep pemikiran oleh suatu konsensus. Konsensus dapat

dilaksanakan melalui lembaga sosial, atau dapat juga konsensus

dilaksanakan melalui penanaman ideologi. Menurut Gramsci, ideologi

tidak otomatis tersebar dalam masyarakat, melainkan harus melalui

lembaga-lembaga sosial tertentu yang menjadi pusatnya (Faruk, 1994:

74)35

.

Kata intelektual dalam hegemoni Gramsci dipahami sebagai

suatu strata sosial yang menyeluruh yang menjalankan suatu fungsi

organisasional dalam pengertian yang luas. Jadi intelektual bisa

mencakup bidang kebudayaan atau administrasi politik, mereka

mencakup kelompok-kelompok misalnya dari pegawai yunior dalam

ketentaraan sampai dengan pegawai yang lebih tinggi. Dengan

pengertian setiap kelompok sosial dalam lapangan ekonomi

menciptakan satu atau lebih strata intelektual, akan memberikan

homogenitas dan suatu kesadaran mengenai fungsinya sendiri.

Seiring dengan perkembangan teknologi, dominan budaya,

politik dan ekonomi bisa menguasai dari satuan yang besar hingga

satuan yang kecil. Satuan besar yaitu negara, satuan kecil hingga

perorangan. Perlu disadari hegemoni sekarang bisa dipahami sebagai

dominansi dari budaya negara maju terhadap negara berkembang. Jadi

35

Ibid hlm 76

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

hegemoni tidak semata-mata dalam bentuk penindasan/penguasaan

secara fisik, tetapi bisa penguasaan secara wacana. Hegemoni wacana

inilah yang berbahaya, karena manusia tidak sadar bahwa dia telah

dihegemoni.

2. Teori Identitas (Sheldon Stryker)

Teori Indentitas dikemukakan oleh Sheldon Stryker (1980).

Teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan saling

mempengaruhi di antara individu dengan struktur sosial yang lebih

besar lagi (masyarakat). Sheldon Stryker menyebutkan bahwa terdapat

hubungan yang saling mempengaruhi pada setiap individu dengan

susunan sosial yang lebih besar. Individu dan masyarakat dipandang

sebagai dua sisi dari satu mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi,

namun struktur sosial membentuk interaksi. Dalam hal ini Stryker

tampaknya setuju dengan perspektif struktural, khususnya teori peran.

Namun dia juga memberi sedikit kritik terhadap teori peran yang

menurutnya terlampau tidak peka terhadap kreativitas individu.

Teori Stryker mengkombinasikan konsep peran (dari teori

peran) dan konsep diri/self (dari teori interaksi simbolis). Bagi setiap

peran yang kita tampilkan dalam berinteraksi dengan orang lain, kita

mempunyai definisi tentang diri kita sendiri yang berbeda dengan diri

orang lain, yang oleh Stryker dinamakan “identitas”36

. Jika kita

memiliki banyak peran, maka kita memiliki banyak identitas. Perilaku

kita dalam suatu bentuk interaksi, dipengaruhi oleh harapan peran dan

36

Campbel, 1958; Hamilton & Sherman, 1996; Lickel et al., 2000: dalam Stangor, 2004

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

identitas diri kita, begitu juga perilaku pihak yang berinteraksi dengan

kita.

Intinya, teori interaksi simbolis dan identitas mendudukan

individu sebagai pihak yang aktif dalam menetapkan perilakunya dan

membangun harapan-harapan sosial. Perspektif iteraksionis tidak

menyangkal adanya pengaruh struktur sosial, namun jika hanya struktur

sosial saja yang dilihat untuk menjelaskan perilaku sosial, maka hal

tersebut kurang memadai.

Ketika manusia bertanya tentang keberadaan dirinya, disitulah

sebenarnya manusia telah berupaya membedakan dirinya dengan yang

lain, atau kita dengan mereka. Dalam perbedaan tersebut timbul pula

identitas aku, mereka, dan yang lain. Identitas bisa berbentuk

kebangsaan, ras, etnik, kelas pekerja, agama, umur, gender, suku,

keturunan. Identitas diri seseorang dapat dipahami dari ciri khasnya

mulai dari fisik, kemampuan dalam suatu bidang pekerjaan, keahliaan,

sifat, gaya hidup, cara berpakaian, cara berbicara, bahasa. Buat Fromm

(1947), Identitas diri dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari

identitas sosial seseorang dalam konteks komunitasnya. Selain mahkluk

individual yang membangun identitas dirinya berdasarkan konsep atau

gambaran dan cita-cita diri ideal yang secara sadar dan bebas dipilih,

manusia sekaligus juga mahkluk sosial yang dalam membangun

identitas dirinya tidak dapat melepaskan diri dari norma yang mengikat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

semua warga masyarakat tempat ia hidup dan peran sosial yang

diembannya dalam masyarakat tersebut37

.

Suatu individu akan berusaha mendekatkan dirinya kepada

karakter kelompok mana dia merasa lebih memiliki di tengah-tengah

identitas diri yang banyak.

37

Dikutip dari idhamputra.wordpress.com