BAB II KAJIAN TEORI - UMPrepository.ump.ac.id/7438/3/NOVITA WIEKA APRIHATUN_BAB II.pdf · yaitu...

16
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Berpikir Kritis Matematis Menurut Alvonco (2012) berpikir adalah proses menterjemahkan informasi (stimulus) yang masuk melalui panca indra kemudian menghasilkan arti dan sejumlah konsep. Secara umum, berpikir didefinisikan sebagai suatu kegiatan mental untuk memperoleh pengetahuan. Dalam proses belajar mengajar, kemampuan berpikir dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah.Santrock (2014) juga mengemukakan pendapatnya bahwa berpikir adalah memanipulasi dan mengubah informasi dalam memori. Berpikir sering dilakukan untuk membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan masalah.Sehingga siswa dapat berfikir mengenai hal-hal konkret. Jika berpikir merupakan bagian dari kegiatan yang selalu dilakukan otak untuk mengorganisasi informasi guna mencapai suatu tujuan, maka berpikir kritis merupakan bagian dari kegiatan berpikir yang juga dilakukan otak.Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak untuk memanipulasi, mengubah informasi, mengolah informasi untuk mendapatkan suatu pengetahuan baru dan membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir 8 Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI - UMPrepository.ump.ac.id/7438/3/NOVITA WIEKA APRIHATUN_BAB II.pdf · yaitu...

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual

1. Berpikir Kritis Matematis

Menurut Alvonco (2012) berpikir adalah proses menterjemahkan

informasi (stimulus) yang masuk melalui panca indra kemudian

menghasilkan arti dan sejumlah konsep. Secara umum, berpikir

didefinisikan sebagai suatu kegiatan mental untuk memperoleh

pengetahuan. Dalam proses belajar mengajar, kemampuan berpikir dapat

dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui

persoalan pemecahan masalah.Santrock (2014) juga mengemukakan

pendapatnya bahwa berpikir adalah memanipulasi dan mengubah informasi

dalam memori. Berpikir sering dilakukan untuk membentuk konsep, alasan,

berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan

masalah.Sehingga siswa dapat berfikir mengenai hal-hal konkret. Jika

berpikir merupakan bagian dari kegiatan yang selalu dilakukan otak untuk

mengorganisasi informasi guna mencapai suatu tujuan, maka berpikir kritis

merupakan bagian dari kegiatan berpikir yang juga dilakukan otak.Dari

uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu

kegiatan mental yang melibatkan kerja otak untuk memanipulasi, mengubah

informasi, mengolah informasi untuk mendapatkan suatu pengetahuan baru

dan membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir

8

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

9

kreatif dan memecahkan suatu masalah.Kemampuan berpikir kritis adalah

salah satu ciri utama keberhasilan dalam pembelajaran, terutama pada

pembelajaran matematika. Pentingnya berpikir terutama berpikir kritis

dalam pembelajaran matematika yaitu agar siswa dapat memahami dan

menguasai matematika. Tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis

akan menghambat siswa dalam menyelesaikan masalah matematis. Ennis

(Kuswana, 2011) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir

wajar dan reflektif yang fokus dalam menentukan apa yang harus dipercaya

atau dilakukan. Ennis (1993) berpendapat bahwa berpikir kritis pada

dasarnya tergantung pada dua disposisi. Pertama, perhatian untuk “bisa

melakukannya dengan benar” sejauh mungkin dan kepedulian untuk

menyajikan posisi jujur dan kejelasan. Kedua, tergantung pada proses

evaluasi (menerapkan kriteria untuk menilai kemungkinan jawaban), baik

secara proses implisit maupun eksplisit. Menurut Ennis (1985) tiga tingkat

teratas taksonomi dari tunjuan pendidikan yaitu analisis, sintetis, dan

evaluasi sering dijadikan sebagai definisi pemikiran kritis.Ennis (1985) juga

menyatakan bahwa berpikir kritis adalah pemikiran reflektif dan masuk

akal yang terfokus pada penentuan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

McPeck (Kusuwana, 2011) mendefinisikan berpikir kritis sebagai

“ketepatan penggunaan spektis reflektif dari suatu masalah, yang

dipertimbangkan sebagai wilayah permasalahan sesuai dengan disiplin

materi.”

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

10

Sedangkan menurut Glazer (Suwarma,2009) membahas definisi

berpikir kritis matematika dari beberapa literatur. Ia melaporkan bahwa

berpikir kritis matematika tidak didefinisikan secara eksplisit. Menurutnya,

berpikir kritis dapat dirujuk dari kombinasi pemecahan masalah, penalaran,

dan pembuktian matematika. Hal ini diterangi karena beragamnya definisi

berpikir kritis matematika yang digunakan para peneliti. Ia merumuskan

berpikir kritis dalam matematika sebagai kemampuan dan disposisi untuk

menyertakan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematika, dan strategi

kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan dan mengevaluasi situasi-

situasi matematika yang tidak familiar secara reflektif.

Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis tidak hanya

mengenal sebuah jawaban. Mereka akan mengembangkan kemungkinan-

kemungkinan jawaban lain berdasarkan analisis dan informasi yang telah

didapat dari suatu permsalahan. Berpikir kritis berarti melakukan proses

penalaran terhadap suatu masalah sampai pada tahap kompleks tentang

“mengapa” dan “bagaimana” proses pemecahannya.

Matematika sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat jelas

mengandalkan proses berpikir, dipandang sangat baik untuk diajarkan pada

siswa karena didalamnya terkandung aspek-aspek yang secara langsung

menuntut siswa untuk berpikir secara logis. Selain itu juga dalam

pembelajaran matematika proses berpikir itu merupakan suatu hal yang

penting karena matematika pada hakekatnya berkenaan dengan struktur dan

ide abstrak yang disusun secara sistematis dan logis melalui proses

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

11

penalaran deduktif. Sehingga seringkali tujuan utama dari pembelajaran

matematika tidak lain untuk membiasakan agar siswa mampu berpikir logis,

kritis dan sistematis. Oleh karena itu maka dalam mempelajari matematika

kuarang tepat bila dilakukan dengan cara menghafal, namun matematika

dapat dipelajari dengan baik dengan cara mengerjakan latihan-latihan.

Dalam mengerjakan latihan-latihan tersebut mulai berpikir bagaimana

merumuskan masalah, merencanakan penyelesaian, mengkaji langkah-

langkah penyelesaian, membuiat dugaan bila data yang disajikan kurang

lengkap maka diperlukan sebuah kegiatan berpikir kritis. Apabila dalam

pembelajaran matematika yang dominan mengandalkan kemampuan daya

pikir maka perlu membina kemampuan berpikir siswa khususnya berpikir

kritis agar mampu mengatasi permasalahan pembelajaran matematika

tersebut yang materinya cenderung bersifat abstrak.

Adapun tahapan-tahapan berpikir kritis menurut Angelo (Santoso,

2009) sebagai berikut :

1. Ketrampilan Menganalisis

Ketrampilan menganalisis merupakan suatu ketrampilan menguraikan

sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui

pengorganisasian struktur tersebut. Dalam ketrampilan tersebut tujuan

pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara

menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang

lebih kecil dan terperinci. Jadi siswa akan menguraikan sebuah

permasalahan agar menjadi lebih jelas dengan cara mengidentifikasi,

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

12

menggabungkan, memilah, mengurutkan, membuat diagram, memilih

alternatif untuk menghitung.

2. Ketrampilan Mensintesis

Ketrampilan mensintesis merupakan ketrampilan yang berlawanan

dengan ketrampilan menganalisis. Ketrampilan mensintesis adalah

ketrampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau

susunan yang baru. Untuk mengembangkan ketrampilan mensintesis

berarti adanya sebuah tindakan menggabungkan, menghimpun,

mengorganisir, dan mensistematis sebuah permasalahan sehingga

ditemukan penyelesaian.

3. Ketrampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah

Ketrampilan ini merupakan ketrampilan aplikasi konsep kepada

beberapa pengertian baru. Ketrampilan ini bertujuan agar siswa mampu

memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau

ruang lingkup baru. Kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah adalah dengan mengamati, mengenali,

identifikasi, memprediksi, dan membuat alternatif jawaban.

4. Ketrampilan Menyimpulkan

Ketrampilan menyimpulkan adalah kegiatan akal pikiran manusia

berdasarkan pengertian/ pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat

beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yag baru.

Kegiatan yang dilakukan dalam ketrampilan menyimpulkan adalah

menafsirkan hubungan sebab akibat dari beberapa permasalahan, mengkaji

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

13

faktor-faktor yang mempengaruhi serta menemukan hal-hal baru

berdasarkan informasi yang dianalisis.

5. Ketrampilan Mengevaluasi dan Menilai

Ketrampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan

nilai sesutau dengan berbagai kriteria yang ada. Ketrampilan ini

menghendaki siswa agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur

dengan menggunakan standar tertentu.

Ennis (1993) juga mengemukakan pendapatnya bahwa berpikir

kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.

Dalam kurikulum berpikir kritis, menurut Ennis (Suwarma, 2009)

terdapat dua belas indikator berpikir kritis yang dikelompokan dalam lima

kemampuan berpikir, yaitu (1) Klarifikasi elementer (elementary

clarification), yang meliputi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis

argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutukan penjelasan.

(2) Dukungan dasar (basic support), meliputi: mempertimbangkan

kredibilitas sumber dan melakukan pertimbangan observasi. (3) Penarikan

kesimpulan (inference), meliputi: melakukan dan mempertimbangkan

deduksi, induksi, dan nilai keputusan. (4) Klarifikasi lanjut (advanced

clarification), meliputi: mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan

definisi, dan mengidentifikasi asumsi. (5) Strategi dan taktik (strategies and

tactics), meliputi: menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang

lain.

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

14

Perkins & Murphy (Kurniasih, 2010) membagi indikator berpikir

kritis dalam matematika menjadi 4 indikator sebagai berikut: (1) klarifikasi

(clarification); Tahap ini merupakan tahap menyatakan, mengklarifikasi,

menggambarkan (bukan menjelaskan) atau mendefinisikan masalah. Aktivitas

yang dilakukan adalah menyatakan masalah, menganalisis pengertian dari

masalah, mengidentifikasi sejumlah asumsi yang mendasari, mengidentifikasi

hubungan di antara pernyataan atau asumsi, mendefinisikan atau mengkritisi

definisi pola-pola yang relevan. (2) Asessmen (assesment); Tahap ini

merupakan tahap menilai aspek- aspek seperti membuat keputusan pada

situasi, mengemukakan fakta-fakta argumen atau menghubungkan masalah

dengan masalah yang lain. Pada tahap ini digunakan beragam fakta yang

mendukung atau menyangkal. Aktivitas yang dilakukan adalah menyediakan

atau bertanya apakah penalaran yang dilakukan valid, penalaran yang

dilakukan relevan, menentukan kriteria penilaian seperti kredibilitas sumber,

membuat penilaian keputusan berdasarkan kriteria penilaian atau situasi atau

topik, memberikan fakta bagi pilihan kriteria penilaian. (3) Penyimpulan

(inference); Tahap ini menunjukkan hubungan antara sejumlah ide,

menggambarkan kesimpulan yang tepat, menggeneralisasi, menjelaskan

(bukan menggambarkan) dan membuat hipotesis. Aktivitas yang dilakukan

antara lain membuat kesimpulan yang tepat dan membuat generalisasi. (4)

Strategi/ taktik (strategy/ tactic); Tahap ini merupakan tahap mengajukan,

mengevaluasi sejumlah tindakan, menggambarkan tindakan yang mungkin,

mengevaluasi tindakan dan memprediksi hasil tindakan.

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

15

Berdasarkan uraian diatas maka indikator kemampuan berpikir

kritis matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan menganalisis masalah dengan alasan yang logis

Dalam penelitian ini, kemampuan menganalisis yang dimaksud

yaitu siswa paham akan pokok persoalan yang tersurat maupun tersirat

dan dapat menjelaskan alasan secara logis.

2. Berpikir terbuka dalam mengambil alternatif penyelesaian yang terbaik

Dalam penelitian ini, berpikir terbuka yang dimaksud yaitu siswa

mampu menyusun sebuah konsep dari permasalahan yang ada dan

mampu mencari alternatif lain dari permasalahan yang ada.

3. Kemampuan memecahkan masalah yang rinci dan jelas

Dalam penelitian ini kemampuan yang dimaksud yaitu siswa

mampumemahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam

permasalahan atau ruang lingkup baru. Sehingga siswa dapat

menyelesaikan soal dengan baik dan diperoleh hasil yang tepat

4. Memberikan kesimpulan dengan pembuktian yang tepat

Dalam penelitian ini kesimpulan yang dimaksud yaitu siswa dapat

menilai benar atau salah suatu permasalahan serta dapat

membuktikannya dengan alasan yang tepat.

2. Tipe Kepribadian Ektrovert dan Introvert

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepribadian diartikan sebagai

“keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang

merupakan watak orang.

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

16

Menurut Feist (2011) kata kepribadian berasal dari kata personality

(bhs. Latin) yang berarti kedok atau topeng, yang dipakai oleh aktor Romawi

dalam pertunjukan drama Yunani. Para aktor Romawi memakai topeng

(pesona) untuk memainkan peran atau penampilan palsu. Akan tetapi dalam

psikolog istilah “Kepribadian” mengacu kepada suatu yang lebih dari sekedar

peran yang dimainkan seseorang. Menurut Sjarkawi (2009) kepribadian

adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang

bersumber dari bentukan bentukan yang diterima dari lingkungan. Dari

beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan

cermin dari karakter seseorang yang paling dominan yang berupa sikap dan

tingkah laku yang khas. Beberapa ahli menggolongkan kepribadian dalam

berbagai macam tipe. Salah satunya Jung (Suryabrata, 2008) menggolongkan

tipe kepribadian dalam dua kelompok besar, yaitu tipe kepribadian ekstrovert

dan introvert. Menurut Zafar & Meenakshi (Hasanah, dkk) ”extrovert

characters tend to be gregorius, while the introverted tend to be private, the

activity of the extrovert is seen as directed towards the external world an that

of the introvert inward upon himself or herself.” Secara umum, orang

ekstrovert mempunyai pikiran, perasaan, dan tindakan yang terutama

ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan

non-sosial. Atau dengan kata lain orang ektstrovert pikirannya tertuju ke luar

sedangkan orang introvert, pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama

ditentukan oleh faktor subjektif dan penyesuaian dengan dunia luar kurang

baik. Djali (Pratiwi; Ismail, 2017) berpendapat bahwa seseorang yang

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

17

berkepribadian ekstrovert tidak sabar menghadapi masalah serta ketika

menyelesaikan persoalan tidak menuliskan secara rinci kesimpulan yang

diperoleh, sedangkan kepribadian introvert lebih sabar dan menyimpulkan

kesimpulan secara rinci.

Eysenck (Pervin,2011) menyebutkan bahwa variasi individu dalam

introvert ekstrovert mencerminkan perbedaan individual dalam pemfungsian

neurofisiologis pada kondisi otak. Mereka mengalami ketergugahan eksternal

yang lebih tinggi dari kejadian-kejadian yang ada di dunia. Perilaku sosial

para introvert lebih terbatas karena besarnya ketergugahan yang mereka

alami. Sebaliknya , para ekstrovert mengalami ketergugahan kortikal lebih

sedikit dibandingkan para introvert. Oleh karena itu mereka mencari lebih

banyak pengalaman sosial yang intens. Eysenck (Pervin, 2011)

mengembangkan bukti yang sangat relevan mengenai biologi dari dimensi

ini, termasuk bukti bahwa para introvert lebih terpengaruh oleh hukuman

dalam proses belajar, sedangkan ekstrovert lebih terpengaruh dalam

pemberian hadiah.

Watson & Clark (Pervin, 2011) suatu penelitian mengenai dimensi

ekstrovert dan introvert melihatkan suatu cakupan yang cukup

mencengangkan. Perbedaan-perbedaan yang ditemukan adalah sebagai

berikut: (1) Para Introvert lebih berprestasi di sekolah dibandingkan

ekstrovert khususnya dalam bidang studi yang lebih sukar. (2) Para ekstrovert

lebih menyukai pekerjaan yang melibatkan interaksi dengan orang lain,

sementara introvert cenderung lebih menyukai pekerjaan individual. (3) Para

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

18

ekstrovert menikmati humor seksual dan agresif eksplisit, sementara para

introvert lebih menyukai bentuk humor yang intelek. (4) Para ekstrovert lebih

aktif secara seksual dalam hal frekuensi dan partner yang bebeda

dibandingkan para introvert. (5) Para ekstovert lebih mudah diberikan

masukan dibandingkan para introvert.

Dari beberapa pendapat, kepribadian ekstrovert adalah individu yang

mempunyai ciri-ciri: tidak suka belajar sendiri, suka mengambil tantangan,

tidak banyak pertimbangan, dan memerlukan umpan balik dari guru pada saat

proses pembelajaran. Sedangkan kepribadian introvert adalah individu yang

mempunyai ciri-ciri: suka belajar sendiri, berhati-hati dalam mengambil

keputusan, tenang dan rajin.

Untuk bisa memahami kepribadian seseorang maka diperlukan suatu

alat pemeriksaan untuk mengukur setiap perbedaan individu. Dalam hal ini,

Eysenck mengembangkan suatu kuesioner yang mengukur kepribadian

ekstrovert dan introvert yang pengaruhnya sangat luas, dalam arti dipakai

oleh banyak pakar untuk melakukan penelitian atau memahami klien, maupun

dalam arti menjadi ide untuk mengembangkan tes yang senada. Kuesioner ini

terdiri dari butir-butir sederhana yang melaporkan keadaan diri. Para

ekstrovert akan menjawab “ya” pada pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah

orang lain memandang anda sebagai orang yang penuh dengan semangat?

Apakah anda akan menjadi tidak bahagia jika anda tidak melihat banyak

orang dalam sebagian besar waktu anda? Apakah anda seringkali merindukan

kesenangan? Sementara untuk para introvert biasanya akan menjawab “ya”

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

19

untuk pertanyaan-pertanyaan seperti: pada umumnya, apakah Anda lebih

senang membaca daripada bertemu dengan orang lain? Apakah anda sering

kali menjadi pendiam jika sedang bersama orang lain? Apakah Anda berhenti

dan berpikir dahulu sebelum melaksanakan sesuatu?

Dari uraian di atas terlihat bahwa karakter orang-orang introvert,

mereka cenderung mempunyai intelegensi yang relatif tinggi. Kuswana

(2011) menjelaskan bahwa berpikir kritis tidak hanya melibatkan logika,

tetapi ada kesiapan antara kecerdasan yang tinggi seperti kejelasan,

kredibilitas, akurasi, presisi, relevansi, kedalaman, keluasan makna, dan

keseimbangan. Ketika kita meningkatkan keterampilan berpikir kritis, maka

kita dapat meningkatkan kecerdasan yang membantu meningkatkan

kemampuan memecahkan masalah dan berpikir mendalam. Oleh karenanya

kecerdasan yang tinggi sebagaimana karakter orang-orang introvert secara

tidak langsung berkorelasi dengan kemampuan berpikir kritis. Sehingga para

introvert lebih berprestasi di sekolah dibandingkan para ekstrovert khususnya

dalam bidang studi yang lebih sukar seperti pada mata pelajaran matematika.

3. Materi Pelajaran

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi Relasi dan

Fungsi untuk siswa SMP/MTs kelas VIII semester gasal.

Adapun Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator kelas

VIII yang memuat materi Relasi dan Fungsi adalah sebagai berikut:

SK : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus

KD : 1.3 Memahami relasi dan fungsi

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

20

1.4 menentukan nilai fungsi

Indikator :

1.3.1 Menjelaskan pengertian relasi dan fungsi

1.3.2 Menjelaskan dengan kata-kata dan menyatakan masalah sehari-hari yang

berkaitan dengan relasi dan fungsi

1.3.3 Menyatakan relasi dan fungsi dengan diagram panah, diagram cartesius

dan himpunan pasangan berurutan

1.4.1 Menentukan nilai fungsi

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayanti (2016) dengan judul Analisis

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas IX pada Materi Kesebangunan

memperoleh hasil sebagai berikut, bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada

jenjang SMP tergolong rendah. Hal ini dikarenakan siswa yang memenuhi

masing-masing indikator kemampuan berpikir kritis siswa masih dibawah 50%.

Peneliti menggunakan 3 indikator analisis, evaluasi dan inferensi, dan semua

indikator terlihat masih tergolong rendah. Presentasi indikator kemampuan

berpikir kritis adalah pada indikator analisis siswa tergolong rendah yaitu

sebanyak 23% siswa yang menganalisis dengan baik, dan pada indikator evaluasi

dan inferensi juga masih rendah karena 100% siswa tidak dapat melakukan

evaluasi dan inferensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2017) dengan judul Profil

Pemecahan Masalah Matematika Konstektual Siswa SMP Ditinjau Dari Tipe

Kepribadian Ekstrovert dan Introvert memperoleh hasil sebagai berikut, pada

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

21

penelitian ini terdapat lima langkah dalam pemecahan masalah matematika

kontekstual, lima langkah tersebut diantaranya adalah membaca masalah,

mengeksplorasi, memilih strategi, menyelesaikan masalah dan merefleksi, dalam

setiap langkah tersebut yang dilakukan oleh siswa berbeda-beda antara siswa

dengan tipe kepribadian ektrovert dan siswa dengan tipe kepribadian introvert.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Hidayanti (2016) dengan

penelitian ini adalah sama-sama memfokuskan pada kemampuan berpikir kritis

siswa, sedangkan perbedaanya yaitu pada penelitian di atas memfokuskan pada

penjenjangan dari keseluruhan siswa dalam kemampuan berpikir kritis, sedangkan

penelitian ini memfokuskan kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan

tipe kepribadian ektrovert dan introvert. Kemudian selanjutnya persamaan

penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2016) dengan penelitian ini adalah sama-

sama meninjau dari tipe kepribadian, yaitu tipe kepribadian ektrovert dan

introvert, sedangkan perbedaanya adalah pada penelitian di atas memfokuskan

siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematika kontekstual ,

sedangkan penelitian ini fokus kepada kemampuan berpikir kritis matematis

berdasarkan tipe kepribadian ektrovert dan introvert.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir bertujuan untuk memperoleh kejelasan menegenai

variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel yang akan diteliti adalah

kemampuan berpikir kritis matematis dan tipe kepribadian ekstrovert dan

introvert.

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

22

Berpikir kritis matematis adalah kemampuan seseorang untuk berfikir

secara beralasan dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan, mempertahankan

suatu pemikiran dan mengevaluasi keyakinan atau kebenaran yang mendasarinya

dengan membuktikannya untuk menentukan sebuah keputusan yang tepat dan

sistematis dalam menyelesaikan atau memecahkan suatu permasalahan

matematika. Kemampuan berpikir kritis adalah salah satu ciri utama keberhasilan

dalam pembelajaran, terutama pada pembelajaran matematika. Pentingnya

berpikir terutama berpikir kritis dalam pembelajaran matematika yaitu agar siswa

dapat memahami dan menguasai matematika. Tidak berkembangnya kemampuan

berpikir kritis akan menghambat siswa dalam menyelesaikan masalah matematis.

Sementara itu dalam proses pembelajaran guru akan menemukan beragam

kepribadian siswa. Salah satu tipe kepribadian yang mudah dilihat adalah tipe

kepribadian ekstrovert dan intovert.Secara umum, orang ekstrovet mempunyai

pikiran, perasaan, dan tindakan yang terutama ditentukan oleh lingkungannya,

baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. Atau dengan kata lain

orang ekstrovert pikirannya tertuju ke luar sedangkan orang introvert, pikiran,

perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subjektif dan

penyesuaian dengan dunia luar kurang baik.Singkatnya ekstrovert adalah orang

yang pandangannya objektif dan tidak pribadi, sedang introvert adalah orang yang

pandangannya subjektif dan individualis. Dua hal yang berbeda ini sedikit

banyaknya akan membedakan pola berpikirnya juga. Sehingga, ketika siswa

dihadapkan pada suatu masalah, maka siswa akan berpikir dengan pola pikirnya

masing-masing untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan guru mengetahui

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018

23

proses berpikir siswa dengan masing-masing tipe kepribadian, maka guru dapat

memaksimalkan proses belajar dan mampu memberikan umpan balik serta dapat

melakukan tindakan yang tepat untuk pemahaman siswa.

Kemampuan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kemampuan

berpikir kritis matematis. Materi yang akan digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis matematis adalah materi relasi dan fungsi pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tipe kepribadian yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

Deskripsi Kemampuan Berpikir... Novita Wieka Aprihatun, FKIP UMP, 2018